• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepustakaan : 15 Kata Kunci : Jarak sumur gali, tempat pembuangan tinja, Escherichia Coli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kepustakaan : 15 Kata Kunci : Jarak sumur gali, tempat pembuangan tinja, Escherichia Coli"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN JARAK SUMUR GALI DENGAN TEMPAT PEMBUANGAN TINJA TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI (STUDI KASUS DI RW 07 DUSUN KERTAHARJA DESA KERTAHAYU KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS)

Irvan Guntara

Sri Maywati dan Kiki Korneliani

Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan Lingkungan Universitas Siliwangi (igun20@gmail.com)

Dosen Pembimbing Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi

ABSTRAK

Kebutuhan pertama bagi terselenggaranya kesehatan yang baik adalah tersedianya air yang memadai kuantitasnya dan memenuhi syarat kebersihan dan keamanan kualitasnya diantaranya tidak tercemar oleh bakteri Escherichia Coli. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja terhadap kandungan Escherichia Coli di RW 07 Dsn. Kertaharja Desa Kertahayu Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis. Penelitian ini termasuk jenis Explanatory, metode yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan Cross Sectional. Jumlah populasi yaitu sebanyak 224 sumur gali. Sampel diambil 15% dari jumlah populasi, didapatkan 34 sampel. Data dianalisis secara deskriptif dan analitik. Hasil secara deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata pH air sumur gali adalah 7, jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja paling dekat 1 m, dan jarak yang terjauh 17 m. Berdasarkan hasil uj statistik dengan

Pearson menunjukkan bahwa jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja

mempunyai nilai r = -0,782 dan nilai signifikan = 0,000, r ≠ 0 berarti dikatakan terdapat hubungan antara jarak sumur gali terhadap kandungan Escherichia Coli dan nilai negatif berarti terjadi korelasi negatif yang mengindikasikan bahwa jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja berbanding terbalik. Besaran korelasi menunjukkan bahwa hubungan berada dalam kategori “sangat kuat”. Nilai signifikan < 0,05 menandakan bahwa hubungan yang terjadi adalah signifikan. Disimpulkan bahwa ada hubungan antara jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja terhadap kandungan Escherichia Coli. Oleh karena itu, perlu diperhatikan untuk jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja dibuat dengan jarak lebih dari 10 m tentunya dengan memperhatikan faktor sumber pencemar lain, pemberian informasi kepada masyarakat mengenai jarak sumur dengan tempat pembuangan tinja yang baik dan aman, memberikan desinfektan/kaporit pada sumur gali yang tercemar oleh bakteri Escherichia Coli, membuat sumur gali dengan jarak 15 m dari tempat pembuangan tinja.

Kepustakaan : 15

(2)

1. PENDAHULUAN

Salah satu upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan UU Nomor 23 tahun 1992, tentang kesehatan, pasal 22 ayat 3 menyatakan bahwa “Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah, radiasi dan kebisingan, vektor penyakit dan lain-lain”.

Penyehatan air merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai keperluan. Kualitas air bersih telah diatur oleh Permenkes no. 416 tahun 1990, tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih. Dimana air bersih yang digunakan harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, mikrobiologi, dan radioaktif.

Kebutuhan pertama bagi terselenggaranya kesehatan yang baik adalah tersedianya air yang memadai kuantitasnya dan memenuhi syarat kebersihan dan keamanan kualitasnya. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air. (Joko, 2002 : 4, Effendi 2003 : 11)

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Banyak aktivitas yang kita lakukan sehari-hari yang bergantung pada air. Air kita gunakan untuk membersihkan badan kita dari kotoran dan kuman, mencuci pakaian dan piring, juga memasak. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana. (Chandra, 2005 : 39, Rahayu 2007 : 2)

(3)

Dewasa ini, kebutuhan air terus meningkat, ironisnya kualitas dan kuantitas air dari waktu ke waktu mengalami penurunan yang cukup signifikan. Penyebab turunnya kualitas air maupun kuantitas air yang paling utama adalah kesadaran masyarakat terhadap air masih sangat rendah. Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan lahan sebagai daerah resapan air semakin berkurang. Kegiatan penebangan hutan dan pencemaran lingkungan (polusi) semakin menghambat ketersediaan air. (Sutrisno, 2008 : 1)

Dari total jumlah air yang ada, hanya lima persen saja yang tersedia sebagai air minum, sedangkan sisanya air laut. Selain itu, kecenderungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya ketersediaan air bersih dari hari ke hari. Semakin meningkatnya populasi, semakin besar pula kebutuhan air minum. Sehingga ketersediaan air bersih pun semakin berkurang. (Alfian Faisal, 2012)

Dalam kenyataannya tidak semua masyarakat mendapatkan akses terhadap air bersih, masyarakat yang tinggal jauh dari perkotaan yang maju sering mendapatkan kesulitan dalam memperoleh air bersih. Masyarakat yang tinggal di desa lebih sering memperoleh air bersih dari sumur galian, sungai maupun danau atau waduk yang berada di sekitar tempat tinggal mereka meskipun terkadang sumber air yang ada berada sangat jauh dari lokasi desa tempat tinggal mereka. Ketersediaan air bersih masih merupakan masalah yang harus segera diatasi. (Healthpolicys2ugm, 2012)

Sumur Gali adalah sarana air bersih yang pada umumnya memanfaatkan sumber air tanah dangkal yang berada < 10 m di bawah permukaan tanah. (Depkes RI)

Menurut Warsito (1990), di Indonesia pada umumnya berlaku jarak jamban dengan sumber air antara 8-15 meter. Sedangkan Departemen Kesehatan dan Departemen Pekerjaan Umum menetapkan jarak minimum sumur gali dengan jamban/tangki septik adalah 10 meter. Perbedaan pendapat ini dikarenakan adanya perbedaan iklim serta jenis dan topografi tanah. (Staypublichealth, 2013)

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis didapatkan jumlah kasus diare di Desa Kertahayu dari Januari sampai Oktober pada tahun 2012 tercatat sebanyak 676 kasus dengan rata-rata kasus per minggunya sebanyak 17 kasus.

(4)

Desa Kertahayu meliputi 3 Dusun yaitu Dusun Cisaar, Dusun Tamansari, dan Dusun Kertaharja. Berdasarkan data, bahwa masyarakat Desa Kertahayu memiliki akses sarana air bersih (sumur gali) sebesar 58,88% yaitu sebanyak 1319 KK. Jumlah kasus diare di Desa Kertahayu dari periode Januari sampai Oktober yaitu 152 kasus pada tahun 2012. KLB diare pernah terjadi di Dusun Kertaharja pada tahun sebelumnya, itulah alasan mengapa Dusun Kertaharja dijadikan lokasi penelitian.

Setelah melakukan survey awal didapatkan 6 dari 10 orang warga RW 07 Dusun Kertaharja masih membuang tinja ke kolam karena sudah menjadi kebiasaan bagi mereka untuk melakukan hal seperti itu.

Berdasarkan hasil cek laboratorium, dari 3 sampel air didapatkan hasil positif bakteri Escherichia Coli dengan jarak yang bervariasi. Sampel pertama didapatkan bakteri Escherichia Coli sebesar 240 MPN (Most Probable Number) dengan jarak 9 m dari jamban, sampel kedua didapatkan bakteri Escherichia Coli sebesar 460 MPN dengan jarak 7 m dari jamban, dan sampel ketiga didapatkan hasil bakteri Escherichia

Coli sebesar 9 MPN dengan jarak 12 m dari jamban. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hanya 1 sampel yang memenuhi syarat kesehatan yaitu kurang dari standar yang diharuskan. (10/100 ml).

2. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu adalah mengukur kandungan Escherichia

Coli dalam air sumur gali, mengukur jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja,

dan menganalisis hubungan antara jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja terhadap kandungan Escherichia Coli dalam air sumur gali.

(5)

3. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sumur gali yang ada di RW 07 Dsn. Kertaharja Desa Kertahayu yaitu sebanyak 224 sumur gali. Pengambilan sampel menggunakan metode arikunto, yaitu apabila populasi lebih dari 100, maka sampel dapat diambil 10-15% dan 20-55% dari populasi penelitian, tergantung kemampuan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 15% dari jumlah populasi, sehingga didapatkan sampel sebanyak 34 sampel.

4. TEKNIK PENGAMBILAN DATA

Data primer diperoleh dari hasil observasi dan analisis laboratorium yaitu meliputi jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja, konstruksi sumur gali, pH air sumur gali, sumber pencemar lain, kandungan bakteri Escherichia Coli dalam air sumur gali. Data Sekunder sebagai data pendukung meliputi data monografi desa dan data dari Puskesmas Kertahayu.

5. ANALISIS DATA

Analisis univariat dilakukan untuk memberikan gambaran distribusi dari jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja, dan kandungan bakteri Escherichia Coli dalam air sumur gali.

Analisis bivariat menggunakan uji pearson dikarenakan setelah dilakukan uji normalitas Kolmogorov Smirnov data sumur gali dengan tempat pembuangan tinja diperoleh hasil 0,771 dan kandungan bakteri Escherichia Coli dalam air sumur gali diperoleh hasil 0,260, data dikatakan normal apabila nilai signifikansi > 0,05 sehingga kedua data tersebut bersifat normal. Hasil nilai signifikansi yaitu 0,00 (<0,05) artinya kedua variabel memiliki hubungan yang signifikan.

(6)

6. HASIL

Tabel 4.1

Distribusi Tingkat Pencemaran berdasarkan Konstruksi Sumur Gali di RW 07 Dsn. Kertaharja Desa Kertahayu Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis Tahun 2013

Tabel 4.1 di atas menunjukan ada 4 tingkat pencemaran berdasarkan konstruksi sumur gali di RW 07 Dsn. Kertaharja Desa Kertahayu Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis, yaitu rendah sebanyak 8 sumur gali (23,5), Sedang sebanyak 15 sumur gali (44,2), Tinggi sebanyak 6 sumur gali (17,6), Amat Tinggi sebanyak 5 sumur gali (14,7). Dan yang terbanyak yaitu sumur yang mempunyai tingkat pencemaran sedang yaitu sebanyak 15 sumur gali (44,2).

Tingkat Pencemaran berdasarkan konstruksi sumur gali

N % Rendah Sedang Tinggi Amat Tinggi 8 15 6 5 23,5 44,2 17,6 14,7 Jumlah 34 100

(7)

pH air sumur gali yang ada di RW 07 Dsn. Kertaharja Desa Kertahayu Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis berkisar antara 6-8, dengan pH rata-rata 7, berdasarkan Permenkes No. 416 tahun 1990 pH normal berkisar dari 6,5-9 berarti dapat dikategorikan pH yang normal sebanyak 32 sampel yang tidak normal sebanyak 2 sampel.

Sumber pencemar lain yang ada di RW 07 Dsn. Kertaharja Desa Kertahayu Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis jarak paling dekat 6 m dan jarak paling jauh 15 m, dengan rata-rata jarak sumber pencemar lain yaitu 10 m, sehingga jarak sumur dengan sumber pencemar lain masih dikategorikan cukup aman.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Tinja di RW 07 Dusun Kertaharja Desa Kertahayu Kecamatan Pamarican Kabupaten

Ciamis Tahun 2013

Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Tinja N % < 10 m ≥ 10 m 22 12 64,7 35,3 Jumlah 34 100

Tabel 4.2 menunjukan bahwa jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja di RW 07 Dsn. Kertaharja Desa Kertahayu Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis yang dibagi dalam 2 kategori yaitu yang jaraknya < 10 m terdapat 22 sampel (64,7%) sedangkan yang ≥ 10 m terdapat 12 sampel (35,3%). Untuk jarak yang paling dekat adalah 1 m dan jarak terjauh 17 m, dengan rata-rata jarak 9 m.

(8)

Tabel 4.3

Distribusi Kandungan Bakteri Escherichia Coli di RW 07 Dsn. Kertaharja Desa Kertahayu Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis Tahun 2013

Kandungan E.Coli N % 0 9 23 45 93 150 210 240 460 5 1 2 3 4 3 3 7 6 14,7 2,9 5,9 8,8 11,8 8,8 8,8 20,6 17,6 Jumlah 34 100

Tabel 4.3 menunjukan bahwa kandungan Escerichia Coli yang ada di dalam air sumur gali di RW 07 Dsn. Kertaharja Desa Kertahayu Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis, Kandungan Bakteri Escherichia Coli yang paling sedikit 0 MPN dan yang terbesar 460 MPN. Jumlah yang paling kecil yaitu pada 9 MPN sebanyak 1 sampel (2,9%) dan yang terbesar yaitu 240 MPN sebanyak 7 sampel (20,6%). Rata-rata kandungan Bakteri Escherichia Coli yaitu sebesar 178,88 MPN.

(9)

Grafik 4.1

Grafik sebaran jarak terhadap tempat pembuangan tinja terhadap kandungan bakteri Escherichia Coli

Grafik 4.1 menunjukkan sebaran jarak sumur gali terhadap tempat pembuangan tinja terhadap kandungan bakteri Escherichia Coli, garis “X” menunjukan jarak dari sumur gali terhadap tempat pembuangan tinja, garis “Y” menunjukan kandungan bakteri Escherichia Coli. Dalam grafik diatas garis linear kandungan bakteri

Escherichia Coli terhadap jarak menurun, artinya semakin besar kandungan bakteri Escherichia Coli semakin dekat jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja,

begitupun sebaliknya, sehingga jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja terhadap kandungan bakteri Escherichia Coli memiliki korelasi negatif.

-200 -100 0 100 200 300 400 500 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 K an d u n gan B akt e ri E sch e ri ch ia Co li

(10)

Tabel 4.4

Hasil Analisis Statistik Dengan menggunakan uji pearson

No Variabel Bebas Variabel

Terikat R Nilai Signifikansi Interval Hubungan Keterangan 1

Jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja

Kandungan bakteri

Escherichia Coli dalam air

sumur gali

(-0,782) 0,000 Sangat Kuat

Ada hubungan antara jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja terhadap kandungan

bakteri

Escherichia Coli

Hasil uji Bivariat dengan uji Pearson mendapatkan nilai korelasi negatif (r = -0,782). Besaran korelasi menunjukan bahwa korelasi antara jarak sumur gali

dengan tempat pembuangan tinja dengan kandungan bakteri Escherichia Coli berada dalam kategori “sangat kuat” sementara nilai negatif mengindikasikan pola hubungan antara jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja berlawanan (semakin jauh jarak sumur gali semakin sedikit kandungan bakteri Escherichia Coli ataupun sebaliknya). Perolehan Nilai Signifikansi = 0,000 < 0,05 yang menandakan bahwa hubungan yang terjadi adalah signifikan.

(11)

7. KESIMPULAN

A. Jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja di RW 07 Dsn. Kertaharja Desa Kertahayu Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis yang paling dekat adalah 1 m dan jarak yang paling jauh adalah 15 m.

B. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa air sumur gali di RW 07 Dsn. Kertahayu sebagian besar tercemar oleh bakteri Escherichia Coli dengan jumlah berkisar dari 0-460 MPN.

C. Berdasarkan hasil uji statistic dengan uji Pearson menunjukkan bahwa ada hubungan antara jarak sumur gali dengan tempat pembuangan tinja terhadap kandungan bakteri Escherichia Coli.

8. SARAN

A. Memberikan Desinfektan/kaporit pada semua sumur gali yang tercemar oleh bakteri

Escherichia Coli.

B. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai jarak yang baik dan aman dari sumur gali terhadap tempat pembuangan tinja melalui kegiatan penyuluhan oleh Tenaga Kesehatan.

C. Membuat sumur gali dengan jarak 15 m dari tempat pembuangan tinja dan tentunya memperhatikan faktor sumber pencemar yang lain yang dapat mempengaruhi kandungan bakteri Escherichia Coli.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Utiya, 2006, dalam karya tulis ilmiah berjudul “Hubungan antara jarak sumur gali dengan sumber pencemar terhadap kandungan bakteri Escherichia Coli dalam air sumur gali di RW 06 Dusun Tugusari Desa Sukamukti Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis” Sutrisno. (2008). Merawat dan Memperbaiki Pompa Air, Jakarta: Kawan Pustaka

Joko, Tri. (2002). Modul Manajemen Penyediaan Air Bersih. Semarang: PemProv Jawa tengah Badan Pendidikan dan Pelatihan.

Effendi, Hefni. (2003). Telaah Kualitas Air, Yogyakarta: Kanisius.

Chandra. (2005). Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Rahayu, Iman. (2007). Cara Menangani Air Kotor menjadi Bersih. Bandung: Citra Praya.

Alfian Faisal, http://blog.ub.ac.id, diakses tanggal 11 Desember 2012 pukul 21.37

http://healthpolicys2ugm.wordpress.com, diakses tanggal 11 Desember 2012 pukul 21.31

Referensi

Dokumen terkait

Our results showed that dengue outbreak was associated with rainfall, humidity, temperature, built-up area considered to represent urbanization, urbanization and

Sila ini berhubungan dengan perilaku kita sebagai manusia yang pada. hakikatnya semuanya sama

tanggal 11 Januari 2017 di Puskesmas Mantrijeron, dari bulan Januari sampai Desember 2016 di 3 kelurahan sebanyak 379 orang ibu hamil, yang mengalami anemia

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat diberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi yang

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ada faktor yang perlu di perbaiki lagi oleh pihak perusahaan terkait nilai gap yang ada, hal ini karena kinerja perusahaan belum

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Aulia Rahma, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN (Studi Pada

Hubungan antara pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang dapat menjadi faktor risiko karies karena gigi anak yang telah mengalami karies cenderung

PENGARUH KREATIVITAS GURU TERHADAP PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TEMATIK..