• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DASAR MANAJEMEN MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP DASAR MANAJEMEN MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DASAR MANAJEMEN MODEL

ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Disusun Oleh:

Cika Insani Restuningrum (043-315-15-0-008)

Cucu Kurniawati (043-315-15-0-009)

Firman Nur Maulana (043-315-15-0-014)

Guntur Arya Prayoga (043-315-15-0-016)

Nisa Infanteriani Pratiwi (043-315-15-0-023)

Novianti Warnerin (043-315-15-0-028)

Risa Nurcahyani (043-315-15-0-029)

Siti Ulfa Fauziah (043-315-15-0-036)

Vini Widiani Atori (043-315-15-0-037)

Yana Widiana (043-315-15-0-040)

PROGRAM STUDI D3-2A KEPERAWATAN

STIKEP PPNI JAWA BARAT

BANDUNG

2016

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai macam nikmat, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep dasar manajemen model asuhan keperawatan profesional” ini.

Penyusun menyadari, dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penyusun miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu penyusun dengan membimbing dan mengarahkan, serta menyediakan dokumen atau sumber informasi, dan memberikan masukan pemikiran.

Maka dari itu, penyusun mengucapkan terimakasih kepada Ns. Diwa Agus S, S.Kep., M.Kep., selaku dosen mata kuliah Manajemen Keperawatan yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penyusun, serta kepada Deny Firmansyah Sutisna, S.Sos., yang menjadi fasilitator dalam mencari buku sumber.

Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan serta kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, Oktober 2016

(3)
(4)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...2 C. Tujuan Makalah...2 D. Manfaat Makalah...2 BAB II PEMBAHASAN...3 A. Pengertian... 3

B. Faktor-faktor yang Berhubungan dalam Perubahan MAKP...3

C. Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional...5

D. Metode Penghitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan...9

E. Penghitungan Beban Kerja...10

F. Aplikasi Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)...11

BAB III PENUTUP...14

A. Kesimpulan...14

B. Saran... 14

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi.

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komperhensif serta ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat secara berkualitas (Kozier, 1995).

Menejemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuahan keperawatan secara profesional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang dan berkesinambungan.

Banyaknya tuntutan dalam pengembangan pelayanan kesehatan di masyarakat umum, termasuk didalamnya keperawatan, merupakan salah satu faktor yang harus dipahami dan diperhatikan oleh tenaga perawat, sehingga perawat mampu bekerja secara nyata dan diterima dalam memberikan pelayanan yang berkemanusiaan sesuai ilmu dan kiat serta kewenangan yang dimiliki. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan dengan harapan, adanya pengelolaan yang sesuai

(6)

dan mampu mengefektifkan pembagian pelayanan keperawatan dengan lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan.

Namun perlu disadari, tanpa adanya kerjasama dalam mewujudkan dan mengelolanya, maka tulisan ini hanyalah menjadi teori semata. Untuk itu, penyusun tertarik untuk membahas Konsep Dasar Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penulisan ini adalah:

1. Bagaiman definisi asuhan keperawatan profesional MAKP?

2. Apa saja faktor yang berhubungan dalam perubahan MAKP?

3. Bagaimana metode pengelolaan sistem pemberian asuhan keperawatan professional dan metode penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan?

4. Bagaimana cara penghitungan beban kerja serta aplikasi MAKP?

C. Tujuan Makalah

Makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

(7)

2. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan MAKP.

3. Untuk menjelaskan metode pengelolaan sistem pemberian asuhan keperawatan professional dan metode penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan.

4. Untuk menjelaskan cara penghitungan beban kerja serta aplikasi MAKP.

D. Manfaat Makalah

Adapun manfaat dari makalah ini, yaitu untuk memberikan wawasan pada setiap pembaca khususnya perawat tentang konsep dasar manajemen model asuhan keperawatan profesional dengan harapan bisa menerapkannya dalam dunia pekerjaan sesuai dengan teori yang diuraikan.

(8)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah sebuah sistem yang meliputi struktur, proses, dan nilai profesional yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan dan mengatur lingkungan untuk menunjang asuhan keperawatan sebagai suatu model berarti sebuah ruang rawat dapat menjadi contoh dalam praktik keperawatan profesional di Rumah Sakit (Sitorus, 2006).

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Dalam menetapkan suatu model, keempat hal tersebut harus menjadi bahan pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produk/ jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen (mandiri), maka tujuan pelayanan kesehatan/ keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2014).

(9)

1. Kualitas Pelayanan Kesehatan

Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan, selalu bicara mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk:

a. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/ konsumen;

b. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi;

c. Mempertahankan eksistensi institusi;

d. Meningkatkan kepuasan kerja;

e. Meningkatkan kepercayaan konsumen/ pelanggan;

f. Menjalankan kegiatan sesuai aturan/ standar.

2. Standar praktik keperawatan

Standar praktik keperawatan di Indonesia disusun oleh Depkes RI (1995) yang terdiri atas beberapa standar. Menurut JCHO: Joint Commission on

Accreditation of Health Care Organisation (1999: 1; 4: 249-54) terdapat 8

standar tentang asuhan keperawatan yang meliputi (Novuluri, 1999; 4: 249-54):

(10)

b. Penerimaan sewaktu pasien masuk Rumah Sakit (SPMRS);

c. Observasi keadaan pasien;

d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi;

e. Asuhan pada tindakan nonoperatif dan administratif;

f. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif;

g. Pendidikan kepada pasien dan keluarga;

h. Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan.

3. Model Praktik

a. Praktik keperawatan Rumah Sakit

Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan praktik keperawatan di Rumah Sakit dengan sikap dan kemampuannya.

b. Praktik keperawatan rumah

Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan pelayanan/ asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan Rumah Sakit.

(11)

c. Praktik keperawatan berkelompok

Bentuk praktik keperawatan ini dipandang perlu di masa depan, karena adanya pendapat bahwa rawat Rumah Sakit perlu dipersingkat, mengingat biaya perawatan di Rumah Sakit diperkirakan akan terus meningkat.

d. Praktik keperawatan individual

Bentuk praktik keperawatan ini sangat diperlukan oleh kelompok/ golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah.

C. Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan iptek, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.

Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Mc Laughin, Thomas, & Barterm (1995) mengidentifikasi delapan model pemberian

(12)

asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan keperawatan primer.

Terdapat 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998: 143).

1. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)

a. Sesuai visi dan misi institusi

Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.

b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan

Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.

c. Efisien dan efektif penggunaan biaya

Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.

(13)

Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.

e. Kepuasan kinerja perawat

Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaanya

f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya

Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dengan tenaga kesehatan lainnya.

2. Jenis Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)

Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:

(14)

a. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi (misalnya, merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di bangsal.

Kelebihan:

1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik;

2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga;

3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan pada perawat junior dan/atau belum berpengalaman.

Kekurangan:

1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat;

2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan;

3) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.

(15)

b. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/ grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.

Kelebihan:

1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;

2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;

3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kekurangan:

Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

(16)

Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

Kelebihan:

1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif;

2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri;

3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies, 1989).

Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.

Kekurangan:

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan

(17)

klinis, akuntabel, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai displin ilmu.

d. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus

Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti: isolasi, intensive care.

Kelebihan:

1) Perawat lebih memahami kasus per kasus;

2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.

Kekurangan:

1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab;

2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.

(18)

Berikut ini akan dipaparkan beberapa pedoman dalam penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat inap.

1. Metode rasio

Metode perhitungan dengan cara rasio menggunakan jumlah tempat tidur sebagai pembanding dari kebutuhan perawat yang diperlukan dan sering digunakan karena sederhana dan mudah. Namun, ada kelemahannya yaitu hanya mengetahui jumlah perawat secara kuantitas tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas perawat dan kapan tenaga perawat tersebut dibutuhkan oleh setiap unit Rumah Sakit.

2. Metode need

Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja. Untuk menghitung kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada pasien selama di Rumah Sakit.

3. Metode demand

Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh perawat.

4. Menghitung tenaga perawat berdasarkan Full Time Equivalent (FTE)

Konsep ini didasarkan bahwa seorang perawat bekerja penuh waktu dalam setahun, artinya bekerja selama 40 jam/minggu atau 2.080 jam dalam periode

(19)

52 minggu. Jumlah waktu tersebut meliputi waktu produktif maupun nonproduktif, sedangkan yang dipertimbangkan hanya waktu produktif yang digunakan untuk perawatan pasien yang didasarkan pada tingkat ketergantungannya karena akan mempengaruhi jumlah jam perawat yang dibutuhkan.

E. Penghitungan Beban Kerja

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat anatara lain :

1. Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/ bulan/ tahun di unit tersebut

2. Kondisi atau tingkat ketergantungan pasien

3. Rata-rata hari perawatan

4. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung dan pendidikan kesehatan

5. Frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhkan pasien

6. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan kesehatan.

Ada tiga cara dapat digunakan untuk menghitung beban kerja secara personel antara lain sebagai berikut.

(20)

1. Work sampling

Teknik ini digunakan pada dunia industri untuk melihat beban kerja yang dipangku oleh personel pada suatu unit, bidang maupun jenis tenaga tertentu.

Pada teknik work sampling kita akan mendapatkan ribuan pengamatan kegiatan dari sejumlah personel yang kita amati. Oleh karena besarnya jumlah pengamatan kegiatan penelitian akan didapatkan sebaran normal sampel pengamatan kegiatan penelitian. Artinya data cukup besar dengan sebaran sehingga dapat dianalisis dengan baik. Jumlah pengamatan dapat dihitung.

2. Time and motion study

Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh peringkat kusonel yang sdang kita amati. Melalui teknik ini akan didapatkan beban kerja personel dan kualitas kerjanya.

Penelitian dengan menggunakan teknik ini dapat digunakan untuk melakukan evaluasi tingkat kualitas suatu pelatihan atau pendidikan yang bersertifikat atau bisa juga digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu metode yang ditetapkan secara baku oleh suatu instansi seperti rumah sakit.

3. Daily log

Daily log atau pencatatan kegiatan kegiatan sendiri merupakan bentuk

sederhana work sampling yaitu pencatatan dilakukan sendiri oleh personel yang diamati. Pencatatan meliputi kegiatan yang dilakukan dan waktu yang

(21)

diperlukan untuk melakukan kegiatan tersebut. Menuliskan secara rinci kegiatan dan waktu yang diperlukan merupakan kunci keberhasilan dari pengamatan dengan daily log.

F. Aplikasi Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)

Perubahan model sistem pemberian asuhan keperawatan sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi di Indonesia, model sistem asuhan keperawatan juga harus berubah menuju praktik keperawatan profesional. Model sistem asuhan keperawatan yang dapat dikembangkan adalah metode tim, primer, kasus dan gabungan (moduler) (Nursalam, 2014).

Berikut langkah-langkah pengelolaan MAKP:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data bisa didapatkan dari sumber daya manusia (M1-Man), jumlah tenaga di ruangan Rumah Sakit, kebutuhan tenaga, penghitungan BOR (Bed Occupacy Rate), diagnosis penyakit terbanyak, dan penghitungan beban kerja perawat.

2. Analisis SWOT

Pada analisis SWOT ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

(22)

Cara pengisian faktor IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen yang ada dalam pengumpulan data. Data tersebut dibedakan menjadi 2, yaitu IFAS (internal factors) yang meliputi aspek Weakneses serta

Strength dan faktor EFAS (external factors) yang meliputi aspek Opportunity serta Threatened.

b. Bobot

Pemberian bobot berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap strategi perusahaan/ Rumah Sakit.

c. Peringkat (Rating)

Data rating didapatkan berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan pengukuran langsung.

3. Identifikasi Masalah

Identifikasi setiap masalah berdasarkan ketenangan (M1), sarana dan prasarana (M2), Metode (M3), prioritas masalah, dan mutu (M5).

4. Perencanaan (rencana strategis)

a. Pengertian

Supriyanto dan Damayanti (2007) menjelaskan perencanaan strategis merupakan bagian dari manajemen strategi, yang memiliki arti suatu perencanaan sebagai tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap tuntutan

(23)

atau masalah atau perubahan yang ada di lingkungan organisasi sehingga organisasi dapat melakukan tindakan adaptif dalam tuntutan perubahan.

b. Penyusunan perencanaan strategis

Proses perencanaan strategis meliputi tiga tahap yaitu:

1) Perumusan yang meliputi pembagian misi, penentuan tujuan utama, penilaian lingkungan eksternal dan internal dan evaluasi serta pemilihan alternative;

2) Penerapan; dan

3) Pengendalian.

c. Indikator perencanaan strategis

Supriyono dan Damayanti (2007) menyatakan bahwa perencanaan strategis yang berhasil efektif dan efisien dapat didasarkan pada:

1) Pemahaman, visi, misi, dan tujuan organisasi;

2) Pemahaman lingkungan eksternal organisasi (peluang dan ancaman);

3) pemahaman kemampuan sumber daya internal (kekuatan dan kelemahan);

(24)

4) penguasaan manajemen efektif, dan dapat dipengaruhi oleh budaya organisasi.

d. Faktor yang mempengaruhi perencanaan strategis

Menurut Asmarani (2006) ada tiga faktor yang mempengaruhi perencanaan strategis, di antaranya:

1) Faktor manajerial

2) Faktor lingkungan

3) Budaya organisasi

5. Pelaksanaan

Penerapan MAKP sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagaimana tertuang dalam GANN chart.

6. Evaluasi

a. Evaluasi struktur.

b. Evaluasi proses.

(25)
(26)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari pemaparan di atas, bahwa model asuhan keperawatan profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Selain adanya kerangka kerja dalam MAKP juga banyak faktor-faktor yang berhubungan dalam perubahannya serta ada metode untuk pengelolaan sistem MAKP tersebut.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan, yaitu supaya perawat ketika bekerja di Rumah Sakit dapat mengaplikasikan teori yang telah dipaparkan dalam makalah ini guna untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang lebih efektif dan efisien.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan

Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan

Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan

Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Sembiring, A. (2015, Maret 23). Scribd., [online]. Tersedia: https://www.scribd.com/document/259654271/Model-Asuhan-Keperawatan-Profesional. Diakses: [Oktober 15, 2016]

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dari data yang penulis peroleh di Pengadilan Negeri Pekanbaru, memang tidak banyak penulis temukan putusan pidana mati yang dijatuhkan hakim, hal ini sebagaimana yang sudah

Dengan adanya beberapa jadwal pementasan baik di dalam wilayah Kabupaten Purworejo maupun di luar wilayah Kabupaten Purworejo tersebut, membuktikan bahwa Kesenian Tari

Kajian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pendekatan terapi psikospiritual Islam di Universiti Teknologi Mara (UiTM) Pahang Kampus Jengka yang dilakukan

Kegiatan manajemen logistik obat yaitu tahap perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, dan penghapusan/pemusnahan obat yang dilakukan di

Analisis penurunan populasi burung jalak bali dilakukan melalui pendekatan perubahan tutupan lahan tahun 2005 ketika jalak bali belum dilepasliarkan di Nusa

Harta yang abadi terbuka bagi mereka yang telah ditebus, tetapi 144.000 orang ini, sebagai pengantin, akan merasakan sebuah kedekatan istimewa dengan Sang Juruselamat..

kuman, p value yang diperoleh lebih besar dari tingkat kesalahan yang diperbolehkan ( α =5%) maka dinyatakan tidak signifikan, artinya tidak terdapat hubungan antara