• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR REDAKSI. Mei Redaktur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGANTAR REDAKSI. Mei Redaktur"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PENGANTAR REDAKSI

Puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Waca/Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya Buletin Udayana Mengabdi Volume 16 Nomor 2 Mei 2017 telah diterbitkan. Edisi ini memuat 31 artikel di bidang pengabdian kepada masyarakat khususnya dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berupa implementasi, penyuluhan dan sosialisasi konsep, model/prototipe, dan alat, yang merupakan hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Desain konsep, model/prototipe dan alat merupakan hasil pemikiran/ide ataupun hasil dari penelitian yang kemudian diimplementasikan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan.

Penghargaan setinggi-tingginya kami haturkan kepada Penyunting, Penulis dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dan penerbitan Buletin Udayana Mengabdi Volume 16 Nomor 2 Mei 2017. Semoga Buletin ini dapat menambah wawasan dibidang keilmuan dan teknologi, dan penerapannya di masyarakat. Untuk meningkatkan mutu baik dari segi isi maupun tampilan, kami harapkan saran dan kritik untuk perbaikan di edisi berikutnya.

Mei 2017 Redaktur

(4)

Buletin Udayana Mengabdi, ISSN: 1412-0925

D A F T A R I S I

KOMPOS, PUPUK CAIR DAN BUDIDAYA TUMPANGSARI SEBAGAI

SOLUSI PENANGANAN LIMBAH TERNAK AYAM 1-8

Komariyati and Y. S. K. Dewi

TEKNIK GRAFTING DAN BUDIDAYA HORTIKULTURA PADA

KELOMPOK TANI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI DESA GETASAN- KABUPATEN BADUNG

9-15 I N. Suarsana, I. W. Suardana, I K.M. Budiasa, I P. Sudiarta, I G.Wijana

SOSIALISASI POTENSI SUSU FERMENTASI BAGI MASYARAKAT DI DESA PEMPATAN KARANGASEM DAN UPAYA

PENGEMBANGANNYA BERBASIS POTENSI LOKAL

16-20 IN. Suparta, S.A. Lindawati, IW. Sukanata, IN.S. Miwada dan M. Hartawan

PENGEMBANGAN KREATIVITAS DAN KEMANDIRIAN

SUBAK MELALUI SINERGITASNYA DENGAN BUMDES DALAM UPAYA MENGHADAPI “MEA”

21-25 I.N.T. Ariana, M. Hartawan, A.A. Oka dan I.N.S. Miwada

PENGUATAN EKSISTENSI SAPI BALI MELALUI PENDEKATAN IPTEKS DAN BERORIENTASI WISATA PEDESAAN

DI DESA SOBANGAN KECAMATAN MENGWI KAB. BADUNG

26-30 Sumiyati, IN.S. Miwada, dan N.L.N. Kebayantini

MENTORING PEMBUATAN LAPORAN DANA KAMPANYE PILKADA

SERENTAK 31-38

Gayatri, N.L. Sari W., N.K. Lely A. dan M. Yeni L.

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM, BUDAYA LOKAL SERTA

KULINER KHAS DI DESA NONGAN KARANGASEM BALI 39-46

I.N. Budiarsa, N.P.G. Suardana, I.K. Suarsana

BUDIDAYA IKAN BAWAL DI DESA PLOSO KUNING 47-53

A. Armadyah, T. Susanto, H. Palguna

PEMBERIAN KEGIATAN MINDFULNESS PADA ANAK PANTI

ASUHAN 54-57

P.N. Widiasavitri, M.D. Lestari, L.M.K.S. Suarya, I.M. Rustika

(5)

Buletin Udayana Mengabdi, ISSN: 1412-0925

BERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PER KAPITA DAN PELESTARIAN EKOSISTEM LAUT DI DESA BONDALEM KECAMATAN TEJAKULA KABUPATEN BULELENG

58-63 L. Paramita, I.P.Suparthana, dan N.M.Yudantini

PENGAWETAN RAMAH LINGKUNGAN PADA USAHA BAMBU

TRADISIONAL BERORIENTASI EKSPOR DI DESA BELEGA GIANYAR 64-70

IM. Sutha Negara, IN. Simpen, dan G.M. Arya Sasmita

PELATIHAN PENGENDALIAN ARUS SISA LISTRIK SESUAI

PERSYARATAN UMUM INSTALASI LISTRIK DI DESA MELINGGIH PAYANGAN-GIANYAR

71-75 A.A. Ngurah Amrita, A. Ibi Weking, W. G. Ariastina, G. Sukadarmika

PENINGKATAN PEMERATAAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI DUSUN KAJA-KAUH DESA SUDAJI DENGAN PENERAPAN TANGKI PELEPAS TEKAN

76-81 M. Suarda, I G.N.O. Suputra, I K.G. Wirawan, I N. Suweden dan M. Sucipta

PELATIHAN HIDROPONIK DI SMAN 1 DENPASAR, BALI 82-86

M. Pharmawati, N. N. Wirasiti, I.G.A.S. Wahyuni, R. Kawuri

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA SD ADHI MEKAR INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS EKSPLORASI

87-92 I. Harini, I G.S. Astawa, N.W. Sudatri, I G.A.P. Adnyana dan I M. Widiartha

SOSIALISASI PROGRAM IBM-PEMANFAATAN ENERGI TERBARUKAN (SOLAR CELL) UNTUK FASILITAS UMUM MASYARAKAT PEDESAAN

93-99 L. Jasa, I.P. Ardana, dan A.I. Weking

MERANCANG LEMBAGA PEMASYARAKATAN KEROBOKAN

DENPASAR SEBAGAI DAYA TARIK WISATA 100-106

P. Kusumasanjiwani, I G.A.O. Mahagangga, L.P.K. Pujani, I P. Anom, dan S. Nugroho

PENINGKATAN EFEKTIFITAS PEMELIHARAAN SAPI BALI MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PETERNAKAN PADA PUSAT PEMBIBITAN SAPI

107-113 I.N.K. Besung, N.K. Suwiti, I.G.K. Suarjana, P. Suastika, N.N. Suryani

(6)

Buletin Udayana Mengabdi, ISSN: 1412-0925

STUDI PENINGKATAN PENGETAHUAN GURU MENGENAI SITASI

DALAM PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH UNTUK MEMINIMALKAN PLAGIARISM

114-119 K. Sari, D. P. E. Nilakusmawati, N. K. T. Tastrawati, L. G. Astuti, I. N. Widana

MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA PAKET B DAN C DI PKBM MENTARI FAJAR MELALUI PELATIHAN

PERANGKAT LUNAK

PERKANTORAN

120-125 W. Sumarjaya, M. Joni, N. N. Rupiasih, dan J. Sibarani

SOSIALISASI PENYAKIT ZOONOSIS ESCHERICHIA COLI O157:H7 SERTA PELAYANAN KESEHATAN SAPI DI DUSUN LAMPU DESA CATUR

KINTAMANI BANGLI

126-132 I W. Suardana, I.B.N. Swacita, I.N. Suartha, I G.N. Sudisma, M.D. Rudyanto, I.G.M.

Krisna Erawan, I.N. Suarsana, I.W. Batan, P.A. Sisyawati Putriningsih, T. Sari Nindia, A.L.T. Rompis, I.N. Mantik Astawa, K. Karang Agustina, I.H. Utama, I.G.A. Suartini, I.M. Sukada, I.K. Suada, A.A.A. Mirah Adi

PELATIHAN PENGOLAHAN PRODUK BUAH MANGROVE UNTUK

MENDUKUNG PENGEMBANGAN NUSA LEMBONGAN SEBAGAI DESTINASI WISATA

133-137 I.W. Arthana, I.W. Restu, A.P. W. K. Dewi, M.A. Pratiwi, R. Ekawaty,

Widiastuti, dan K.W. Negara

INTENSIFIKASI LAHAN PERTANIAN MENGGUNAKAN AIR BAWAH TANAH (RENCANA PROYEK PERCONTOHAN DI SUBAK SAYEHAN

JASRI KARANGASEM)

138-143 I N. Simpen, N. N. Ratini, I M. S. Wibawa, I. B. M. Suryatika

PENERAPAN SISTEM INFORMASI DESA DAN KAWASAN

DI KABUPATEN KLUNGKUNG 144-149

I. M. O. Widyantara, Linawati, I. P. A. Mertasana, dan W. Setiawan PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK WANITA TANI BANJAR PILING DALAM PEMBUATAN KRIPIK TALAS

MENGGUNAKAN MESIN PEMOTONG UMBI

150-156 I.M. Astika, I.W.B. Adnyana, I.P. Lokantara, I.G.K. Dwijana

PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK SEBAGAI BAHAN BAKU BIOGAS PADA

SIMANTRI 543 DI KECAMATAN RENDANG 157-161

I K. G. Wirawan, I K.G. Sugita, M. Suarda, I K. A. Atmika

PEMBERDAYAAN UMKM JASA AKOMODASI WISATA DI UBUD SEBAGAI DAERAH WISATA DENGAN PENERAPAN E-COMMERCE MELALUI SITUS PORTAL PARIWISATA

162-167 I.G.A.G.A. Kadyanan, A. Muliantara, I.M. Widiartha, I.B.M. Mahendra

(7)

Buletin Udayana Mengabdi, ISSN: 1412-0925

PENERAPAN MESIN PENGEPRES KRUPUK PADA INDUSTRI KECIL

KRUPUK CACING 168-171

I.K.A. Atmika, S.P.G. Gunawan Tista, I.D.G.A. Subagia

PENATAAN PURA DESA WONOREJO KECAMATAN SILIR AGUNG

KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR 172-178

I.N. Susanta, I.N. Lanus, N.M. Swanendri, I.W.Y. Manik PELATIHAN BUDIDAYA CACING Lumbricus Rubellus SEBAGAI ALTERNATIF PAKAN LELE BERPROTEIN TINGGI PADA PEMBUDIDAYA LELE DI KEC. ABIANSEMAL, KAB. BADUNG

179-183 N.M. Ernawati, P.G.S. Julyantoro, E.W. Suryaningtyas, A.H.W. Sari,

G.R.A. Kartika, S.A. Saraswati, D.A.A. Pebriani

RANCANG BANGUN ALAT BIO KOMPOSTER DIGESTER 184-189

I.G.N.N. Santhiarsa, I.G.B. Suryada, I.K.Wijaya

(8)

BULETIN UDAYANA MENGABDI, VOLUME 16 NO. 2, MEI 2017

PENGAWETAN RAMAH LINGKUNGAN PADA USAHA BAMBU TRADISIONAL

BERORIENTASI EKSPOR DI DESA BELEGA GIANYAR

IM. Sutha Negara1, IN. Simpen2, dan G.M. Arya Sasmita3

ABSTRAK

Tujuan kegiatan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) ini adalah (1) dihasilkan bambu awet yang ramah lingkungan

(biodegradable) sebagai bahan baku kerajinan bambu berorientasi ekspor, dengan cara gravitasi di mitra Setiana Bamboo Furniture dan (2) meningkatkan mutu dan kualitas hasil kerajinan bambu untuk bisa bersaing di pasaran lokal, nasional bahkan internasional, sehingga kelangsungan industri mitra dapat dipertahankan dan tentunya juga pendapatan perajin bambu menjadi meningkat. Untuk pencapaian tujuan tersebut, peningkatan mutu dan kualitas produk kerajinan bambu akibat terserang kumbang bubuk, maka bahan baku kerajinan perlu diawetkan sebelum dilakukan proses pengerjaan lebih lanjut menggunakan bahan pengawet biodegradable khitosan, yang disolasi dari kulit udang limbah restoran seafood. Proses pengawetan yang dilakukan sifatnya mengganti cairan (zat pati) yang disukai oleh kumbang bubuk dengan larutan pengawet khitosan. Dari hasil pelaksanaan kegiatan IbM, mitra saat ini telah memiliki alat pengawetan cara gravitasi dengan pengerjaan yang relatif mudah dan cepat serta dengan bahan pengawet khitosan yang aman dan ramah lingkungan serta larutan pengawet dapat ditampung kembali untuk dimanfaatkan ulang (reuse). Secara umum, masalah yang dihadapi sebelum pelaksanaan IbM, dapat teratasi.

Kata kunci : bambu, biodegradable, khitosan, cara gravitasi.

ABSTRACT

The objectives of this activity of technology for the Community (IbM) are (1) produced durable bamboo environmentally benign (biodegradable) as the raw material of bamboo handicraft export-oriented by gravity technique in partner Setiana Bamboo Furniture and (2) improve the quality and output quality bamboo handicraft to be compete at the local, national and international market, so that continuity can be maintained and industrial partners would also be increased revenue bamboo craftsmen. To attain those objectives, quality improvement and product quality bamboo handicraft result attacked by the beetles of powder, the raw material craft need to be preserved prior to the process of further use preservatives chitosan, which is insulated from shrimp shell of seafood restaurants waste. It was conducted by replacing fluids (starch) which is favored by the beetles of powder with the solution of chitosan. The results of implementation of IbM, partners currently have a preservation tool by gravity technique relatively easily and quickly as well as with chitosan preservative which is safe and environmentally benign and its solution can be collected again for reuse. In general, the problems before implementation IbM, can be resolved.

Keywords : bamboo, biodegradable, chitosan, gravity technique.

1

Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Udayana, sutha_egar@yahoo.co.id 2

Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Udayana, ngahsimpen@yahoo.com 3

Jurusan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik Universitas Udayana, aryasasmita@it.unud.ac.id

(9)

PENGAWETAN RAMAH LINGKUNGAN PADA USAHA BAMBU TRADISIONAL BERORIENTASI EKSPOR DI DESA BELEGA GIANYAR

1. PENDAHULUAN

Berkembangnya pariwisata di daerah Bali, ikut juga mempengaruhi pendukung kegiatan pariwisatanya, dibuktikan bermunculan sarana pariwisata antara lain hotel, restoran, dan pusat sentra kerajinan termasuk industri kerajinan bambu. Ini terbukti, di Desa Belega telah tumbuh usaha mikro-kecil dan menengah (UMKM) yaitu Setiana Bamboo Furniture sebagai usaha mikro-kecil penyedia bambu dan membuat kerajinan bambu tradisional. Mitra ini, sebagai usaha (industri) kerajinan tradisional berorientasi ekspor berbasis pemberdayaan masyarakat perdesaan, yang memproduksi barang-barang kerajinan dari bambu untuk wisatawan lokal maupun mancanegara. Hasil kerajinan bambu yang diproduksi adalah meja, kursi, tempat tidur, almari, tempat lampu, dan lain-lain serta rumah mini atau balai bengong (gazebo). Desa Belega adalah desa yang berada di wilayah Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali yang dominan masyarakatnya bergelut di bidang kerajinan bambu, sehingga Desa Belega dikatakan sebagai pusat tempat kerajinan bambu. Oleh karena lokasi desa ini sangat strategis yaitu berada dekat dari sentra pariwisata, yakni dekat dengan Pasar Seni Sukawati, Tampak Siring, Pejeng, Ubud dan jalur menuju Goa Lawah sehingga menjadi sangat prospek terhadap penjualan barang kerajinan komoditi ekspor. Pola manajemen yang diterapkan oleh mitra adalah manajemen kekeluargaan, namun pengelolaannya profesional. Ini dibuktikan melalui seringnya industri mitra ikut dalam pelatihan manajemen dengan instansi terkait untuk menambah wawasan, diikutkan oleh perbankan atau lembaga keuangan lain sebagai mitra dalam hal pendanaan, sehingga tidak merupakan suatu masalah jika industri mikro-kecil mitra mendapat order yang cukup besar. Namun saat ini penjualan relatif lesu, diantaranya: (1) masalah krusial yakni sering mendapatkan protes dari pembeli (konsumen) akibat produk kerajinan bambu yang dibelinya tidak tahan lama, oleh karena cepat rusak akibat mudah diserang kumbang bubuk (Lyctus) atau jenis Lyctidae (Sulthoni, 1988). Kerusakan barang kerajinan dan perabotan rumah tangga yang telah dibelinya tentu akan sangat mengecewakan konsumen, terutama konsumen wisatawan mancanegara.

Cara penanganan masalah yang telah dilakukan pengerajin mitra dalam mengurangi serangan kumbang bubuk adalah: (1) Memilih dan memilah bambu yang tahan oleh serangan kumbang bubuk, dengan cara dijejerkan dan dijemur di bawah terik sinar matahari. Tetapi, untuk mengetahui bambu yang cukup tahan terhadap serangan kumbang bubuk memerlukan waktu relatif lama (lebih dari enam bulan), selanjutnya bambu yang tahan terhadap serangan kumbang bubuk digunakan sebagai bahan baku, sedangkan bambu yang terserang dibuang begitu saja, akibatnya menjadi kurang efisien waktu dan bahan; (2) Menggunakan pengawet dari bahan kimia campuran belerang dengan minyak tanah melalui cara penyemprotan pada lubang yang telah dibuat di setiap ruas bambu dan/atau asam borak melalui cara perendaman. Namun penerapan cara ini (cara 2), masih mendapat protes (complain) oleh konsumen khususnya konsumen mancanegara, karena diduga menggunakan bahan pengawet beracun dan tidak ramah lingkungan (non-biodegradable). Akibat complain konsumen, pengerajin bambu menjadi merasa was-was mengenai kontinyuitas penjualannya bahkan kelangsungan usaha kerajinannya, karena belum mengetahui bahan pengawet yang aman dan ramah lingkungan yang bisa digunakan.

Selain menggunakan pengawet bahan kimia yang diduga beracun, pengerajin mitra selama ini juga menerapkan cara (teknik) pengawetan menggunakan bak perendam (menyerupai kolam) dengan ukuran yang cukup panjang. Akibatnya, hasil pengawetan kurang memuaskan karena menyebabkan penampilan bambu menjadi bercak-bercak (kusam) pada kulit luarnya. Oleh karena itu, mitra sangat memerlukan Ipteks tentang cara pengawetan bambu secara efektif, efisien, dan menggunakan bahan pengawet ramah lingkungan dengan biaya terjangkau dan hasil maksimal.

Bahan pengawet bambu ramah lingkungan yang dapat digunakan adalah larutan khitosan (Prasetyo, 2004). Khitosan merupakan produk olahan bahan organik (biomaterial) sehingga ramah lingkungan, oleh karena hasil isolasi dari limbah kulit udang. Khitosan memiliki banyak kandungan molekul nitrogen sehingga menjadikan bersifat lebih aktif (Puspawati dan Simpen, 2010). Karena sifat aktif tersebut, 65 | BULETIN UDAYANA MENGABDI

(10)

IM. Sutha Negara, IN. Simpen, dan G.M. Arya Sasmita

khitosan mampu berfungsi sebagai pengawet (pangan maupun non pangan). Untuk cara pengawetan bambu, dilakukan cara pengawetan dengan biaya yang sangat ekonomis dan sangat mudah dilakukan yaitu cara gravitasi (Pathurrahman, 2000). Cara ini dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi untuk menggantikan cairan bambu dengan bahan (cairan) pengawet. Selain murah, cara pengawetan ini juga sangat praktis dan dapat dilakukan di lokasi penebangan, walaupun jauh dari sumber listrik. Selain bambu yang baru ditebang, bambu yang telah keringpun dapat diawetkan melalui cara gravitasi sehingga jangkaunnya menjadi tidak terbatas dan lebih bermanfaat (Simpen dkk., 2012).

2. METODE PELAKSANAAN

Untuk meningkatkan mutu dan kualitas produk kerajinan bambu terutama meminimalkan kerusakan akibat diserang oleh kumbang bubuk, maka bahan baku kerajinan perlu diawetkan sebelum dilakukan proses pengerjaan lebih lanjut, menggunakan bahan pengawet biodegradable. Proses pengawetan ini sifatnya mengganti cairan (karbohidrat atau zat pati) yang disukai oleh kumbang bubuk dengan larutan pengawet khitosan yang ramah lingkungan, yang diisolasi dari kulit udang limbah seafood. Supaya biaya produksi tidak terlalu mahal, maka sistem pengawetan yang dipilih adalah cara gravitasi, karena cara ini mudah dikerjakan serta biaya investasi dan operasional sangat ekonomis dibandingkan cara pengawetan yang digunakan saat ini.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk menjawab pemasalahan yang dihadapi mitra, direalisasikan dalam kegiatan yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu (1) isolasi khitosan dari kulit udang limbah seafood untuk bahan pengawet yang ramah lingkungan (biodegradable) pengganti pengawet sintetik yang selama ini digunakan dan (2) tahap pelaksanaan pengawetan bambu (pembuatan alat pengawetan bambu cara gravitasi, uji coba alat pengawetan, pelaksanaan pengawetan bambu, dan pendampingan).

3.1. Isolasi khitosan dari kulit udang dan analisis hasil secara fourier transform infrared (FTIR)

(a) (b) (c)

Gambar 1. Kulit udang limbah seafood (a), kulit udang serbuk (b), dan khitosan hasil isolasi (c)

(11)

PENGAWETAN RAMAH LINGKUNGAN PADA USAHA BAMBU TRADISIONAL BERORIENTASI EKSPOR DI DESA BELEGA GIANYAR

Gambar 2. Hasil uji FTIR kulit udang

Gambar 3. Hasil uji FTIR khitosan hasil isolasi dari kulit udang limbah seafood

Gambar 4. Hasil uji FTIR khitosan standar

Berdasarkan hasil FTIR khitosan hasil isolasi dari kulit udang limbah seafood (Gambar 2, 3, dan 4), menunjukkan adanya gugus fungsi sebagai ciri khas dari khitosan, yaitu absorbansi pita amida pada bilangan gelombang 1653,00 cm-1 (khitosan hasil isolasi dan khitosan standar) dan 1654,6 cm-1 (khitosan literatur) dan absorbansi pita hidroksil pada bilangan gelombang 3456,44 cm-1 (khitosan hasil isolasi), 3441,01 cm-1 (khitosan standar) dan 3441,2 cm-1 (khitosan literatur) (Weska et al., 2007; Puspawati dan Simpen, 2010). Ini berarti hasil isolasi khitosan dari kulit udang memang benar khitosan. Berdasarkan uji kelarutannya dalam larutan asam asetat 2%, khitosan hasil isolasi dapat larut secara sempurna, begitu pula khitosan standar. Tetapi berbeda halnya dengan kulit udang serbuk, tidak dapat larut dalam larutan asam asetat 2%. Oleh karena itu, produk khitosan yang dihasilkan telah siap digunakan untuk pengawet bambu ramah lingkungan.

3.2. Pelaksanaan kegiatan pengawetan

Pada tahap ini, pelaksanaan diawali dengan melihat kondisi mitra saat ini secara langsung dan berdiskusi tentang tahapan kegiatan yang akan dilakukan. Selain itu, dilakukan pula pembuatan rancangan pengawetan bambu cara gravitasi dan perhitungan alat dan bahan-bahan yang diperlukan. Setelah mendapat kesepakatan dengan mitra, dibuat alat pengawet bambu cara gravitasi dengan kapasitas pengawetan 200 batang lebih, dengan ukuran panjang (3,5 m) x tinggi (4 m) dan terdiri dari 2 sisi, satu sisi memiliki kapasitas lebih dari 100 batang bambu (Gambar 5 dan 6). Setelah peralatan pengawetan cara gravitasi tersebut selesai, dilanjutkan dengan pengecekan dan uji coba alat. Uji coba alat perlu dilakukan agar bisa diketahui secara pasti kekuatan konstruksi dan kapasitas bambu yang dapat diawetkan. Tahap uji coba, dilakukan pengupasan kulit bagian dalam pangkal bambu sedalam kurang lebih 20 cm, dan penempatan bambu serta diskusi (Gambar 7). Selanjutnya, cara penyiapan larutan pengawet ramah 67 | BULETIN UDAYANA MENGABDI

(12)

IM. Sutha Negara, IN. Simpen, dan G.M. Arya Sasmita

lingkungan dan pengisian bahan pengawet tersebut pada masing-masing bambu yang telah ditempatkan pada alat pengawet (Gambar 8). Dalam uji coba, larutan pengawet diberi warna merah bertujuan untuk memastikan apakah larutan pengawet benar-benar masuk ke dalam pori-pori bambu dan lama proses pengawetan yang diperlukan sampai larutan menetes ke pipa penampungan. Setelah tahap pelaksanaan selesai dilakukan, diteruskan dengan tahap bimbingan dan pendampingan.

Gambar 5. Tahap pembuatan alat pengawetan cara gravitasi

(a) (b) (c)

Gambar 6. Alat pengawet cara gravitasi (a) dan pipa bagian bawah penampungan cairan (b, c)

(13)

PENGAWETAN RAMAH LINGKUNGAN PADA USAHA BAMBU TRADISIONAL BERORIENTASI EKSPOR DI DESA BELEGA GIANYAR

Gambar 7. Cara pengupasan kulit bagian dalam (atas) dan penempatan bambu yang akan diawetkan (bawah)

Gambar 8. Penyiapan larutan pengawet, pengisian larutan, dan penampungan larutan sisa

3.3. Evaluasi Hasil dan Produk

Alat dan bahan pengawet bambu yang digunakan dan diterapkan di tempat mitra, mempunyai beberapa keuntungan, yaitu (1) mampu menanggulangi kerusakan bambu bahan baku kerajinan dari serangan kumbang bubuk (Lyctus) sehingga protes konsumen dapat diminimalkan; (2) tidak memerlukan investasi tambahan karena hanya memanfaatkan tenaga gravitasi bumi; dan (3) mudah, efektif, dan efisien dalam pemakaianya. Dengan telah diawetkannya bambu sebelum diproduksi, maka bambu dapat terhindar dari Lyctus serta protes dari konsumen akibat produk kerajinan bambu menggunakan pengawet yang tidak ramah lingkungan dan/atau kerajinan bambu cepat rusak dapat dihindari, sehingga konsumen bisa dipertahankan serta berpengaruh pada pendapatan pengrajin. Disamping itu, pengrajin bambu menjadi lebih leluasa untuk mengkreasikan kerajinannya tanpa ada rasa was-was akibat terserang kumbang bubuk dan protes konsumen.

3.4. Faktor Pendorong dan Penghambat

Faktor pendorong pada pelaksanaan kegiatan ini adalah bahwa mitra, sangat antusias dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan ini, mengingat alat dan bahan pengawet yang digunakan merupakan sesuatu yang baru serta pengerjaannya yang sangat sederhana, sehingga diharapkan kwalitas kerajinan bambu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan, yang menjadi penghambat adalah bahwa secara umum khitosan

(14)

IM. Sutha Negara, IN. Simpen, dan G.M. Arya Sasmita

merupakan bahan pengawet yang sangat baru bagi mitra. Selain itu, untuk memperolehnya masih relatif sulit dan harganyapun masih relatif agak mahal dibandingkan pengawet sintetik yang umum digunakan.

4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1. Simpulan

Dari hasil pelaksanaan kegiatan ipteks bagi masyarakat (IbM), mitra saat ini telah memiliki alat pengawetan cara gravitasi dengan pengerjaan yang relatif mudah dan cepat serta dengan bahan pengawet khitosan yang aman dan ramah lingkungan (biodegradable) serta larutan pengawet dapat ditampung kembali untuk dimanfaatkan ulang (reuse). Secara umum, semua masalah yang dihadapi sebelum pelaksanaan IbM, dapat teratasi.

4.2 Saran

Perlu dilakukan pendampingan mitra secara intensif untuk menjaga agar keberlanjutan kegiatan ini, utamanya cara isolasi khitosan dari kulit udang limbah seafood.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada DRDP Ristekdikti melalui LPPM Universitas Udayana atas pemberian dana kegiatan pengabdian kepada masyarakat IbM Nomor: 485.18/UN14.2/PKM.08.00/2016, sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berjalan sesuai rencana. Selain itu, diucapkan pula kepada mitra Setiana Bamboo Furniture serta kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Pathurrahman. (2000). Pengawet Bambu dengan Cara Gravitasi. Laporan Penelitian. Universitas Mataram. Mataram. NTB.

Prasetyo, K.W. (2004). Pemanfaatan Limbah Cangkang Udang sebagai Bahan Pengawet Kayu Ramah Lingkungan. UPT Balitbang Biomaterial LIPI Cibinong. Bogor.

Puspawati, N.M. dan Simpen, IN. (2010). Optimasi Deasetilasi Khitin dari Kulit Udang dan Cangkang Kepiting Limbah Seafood menjadi Khitosan Melalui Variasi Konsentrasi NaOH. Jurnal Kimia. Vol. 4. No. 1. pp. 79-90.

Simpen, IN., Negara, IM.S., dan Widihati, I.A.G. (2012). Penerapan Teknik Gravitasi Dalam Pengawetan Bambu Untuk Meningkatkan Kualitas Bambu Pasca Penebangan. Jurnal Udayana Mengabdi. 11 (1). 1-4. Sulthoni, A. (1998). Suatu Kajian Tentang Pengawet Bambu Secara Tradisional Untuk Mencegah Serangan Bubuk.

Disertasi. Program Pascasarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Weska, R.F., Moura, J.M., Batista, L.M., Rizzi, J. Pinto, L.A.A. (2007). Optimization of Deacetylation in the Production of Chitosan from Shrimp Waste: Use of Response Surface Methodelogy. J. of Food

Engineering. 80. 749-753.

Gambar

Gambar 1. Kulit udang limbah seafood (a), kulit udang serbuk (b), dan khitosan hasil isolasi (c)
Gambar 3. Hasil uji FTIR khitosan hasil isolasi dari kulit udang limbah seafood
Gambar 5. Tahap pembuatan alat pengawetan cara gravitasi
Gambar 8. Penyiapan larutan pengawet, pengisian larutan, dan penampungan larutan sisa

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif make a match terhadap hasil kognitif belajar IPS dan keterampilan

Permodelan dinding semi basement di dalam SAP2000 dianggap sebagai shear wall dengan tumpuan dijepit pada poer pondasi tiang pancang dan sloof.. Sedangkan pada lantai semi

• Perseroan akan membuka tujuh pabrik baru untuk meningkatkan kapasitas produksi. Pembangunan tujuh pabrik baru tersebut merupakan bentuk kerjasama dengan Mitsubushi Jepang

Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian terdahulu yang terkait dengan pengaruh lokasi, promosi, word of mouth, dan kualitas

Dari penjelasan di atas, secara umum tampak bahwa penerimaan ekspor hasil produk industri kehutanan yang berorientasi kayu cenderung mengalami penurunan, seiring dengan

Lingkaran dalam suatu segitiga adalah lingkaran yang berada di dalam segitiga dan menyinggung semua sisi segitiga tersebut. Titik pusat lingkaran merupakan titik potong ketiga

Analisa untuk semua pemeriksaan yang terdapat pada body preparation adalah pengambilan sampel telah dilakukan dengan baik melebihi standar yang ditetapkan oleh

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan evaluasi yang meliputi komponen konteks, input, proses, produk pada program pembelajaran tematik di Sekolah Dasar