• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERMUATAN PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERMUATAN PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BERMUATAN PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP HASIL

BELAJAR IPA KELAS V

Ni Md. Yulia Dewi

1

, Ni Wyn. Suniasih

2

, DB. Kt. Ngr. Semara Putra

3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: deayudhe@gmail.com

1

, niwayan.suniasih@undiksha.ac.id

2

,

ngurahsemara@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based

Learning bermuatan Pendidikan Karakter terhadap hasil belajar IPA siswa

kelas V SD Gugus IX Abiansemal Badung Tahun Ajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu menggunakan Rancangan Kelompok Non-ekuivalen. Seluruh siswa kelas V SD Gugus IX Abiansemal Badung yang berjumlah 211 siswa dijadikan populasi penelitian. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik sampel kelompok dan disetarakan dengan teknik

matching, sehingga diperoleh kelas V SD No. 5 Darmasaba sebagai

kelompok eksperimen dan kelas V SD No. 6 Darmasaba sebagai kelompok kontrol dengan jumlah masing-masing kelompok sebanyak 31 siswa. Data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan metode tes, kemudian dianalisis menggunakan uji t. Berdasarkan analisis data, diperoleh thitung = 3,937, sedangkan dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 31+31-2=60 diperoleh ttabel = 2,000, sehingga 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,937 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙(𝛼=0,05,60)= 2,000, maka H0 ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada siswa kelas V SD Gugus IX Abiansemal Badung Tahun Ajaran 2016/2017. Demikian pula rerata hasil belajar IPA kelompok eksperimen 𝑋̅=80,23 > 𝑋̅=70,82 rerata hasil belajar IPA kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji t dan perbedaan rerata kedua kelompok, maka dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning bermuatan Pendidikan Karakter berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus IX Abiansemal Badung Tahun Ajaran 2016/2017.

Kata-kata Kunci: problem based learning, karakter, ipa. Abstract

This study aims to know the effect of Problem Based Learning Model Contains Character Education towards science learning outcomes grade 5th grade students of Gugus IX Abiansemal Badung academic year 2016/2017. This study was an experiment which used quasy experiment design - The

Nonequivalent Control Group Design. All of grade 5th students of Gugus IX

Abiansemal Badung which the number of the students were 211 were being the population. The sample of this study is determined by group sampling technique and used matching to make the student equivalent, so that obtained the student of 5th grade SD Number. 5 Darmasaba as the experiment group and the student of 5th grade SD Number 6 Darmasaba as the control group which each group fill by 31 students. Data of Science learning outcomes were collected by test methods, and then analyzed using t-test. By analyzing the data, it was found that tcount = 3,937 and with 5% of significance level and dk = 31 + 31 – 2 = 60, it was found that ttable = 2,000,

(2)

Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

so tcount = 3,937 > ttable = 2,000, then H0 rejected and Ha accepted. That means there is a significant difference of Science outcomes experiment group and control group in fifth grade of Gugus IX Abiansemal Badung academic year 2016/2017. As well as the average value of experiment group 𝑋̅=80,23 > 𝑋̅=70,82 the average value of control group. Then, based on t test and the difference of average value of both group, it can be concluded that the application of Problem Based Learning Model Contains Character Education indeed affects the Science learning outcomes grade 5th students of Gugus IX Abiansemal Badung academic year 2016/2017.

Keywords: problem based learning, character, science.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam

menjamin keberlangsungan

pembangunan suatu bangsa. Pendidikan formal dimulai dari jenjang pendidikan dasar. Sekolah dasar merupakan tempat untuk meletakkan dasar-dasar keilmuan

dan membantu mengoptimalkan

perkembangan anak melalui

pembelajaran yang dibimbing oleh guru. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:9) dalam komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Satuan Pendidikan Dasar dijelaskan bahwa “tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut”. Untuk mencapai tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk dapat mengembangkan potensi kecerdasan, karakter serta keterampilan siswa agar dapat berguna bagi kehidupannya.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai bidang studi yang mempelajari peristiwa-peristiwa di alam dapat menjadi salah satu sarana untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik baik secara konsep maupun aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. IPA merupakan mata pelajaran yang dimulai dari jenjang pendidikan dasar. Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:162) adalah sebagai berikut: (1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,

keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya; (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan; (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; (7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampian IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

Peran guru dan siswa dalam proses pembelajaran sangatlah penting untuk mewujudkan tujuan tersebut. Siswa berperan sebagai subyek pelaksana kegiatan pembelajaran dan guru berperan sebagai pengembang kurikulum dalam merancang proses pembelajaran. Siswa sebagai subyek pelaksana memiliki kemampuan kognitif yang berbeda-beda, sebagian siswa belajar secara mandiri dengan mendengar, membaca, melihat, namun sebagian lainnya perlu berinteraksi dengan lingkungan belajar seperti teman-temannya, guru, lingkungan kelas, sekolah bahkan perlu bekerja bersama dalam suatu kelompok kerja. Karena itulah, guru perlu menyedikan wahana, media dan pendekatan cara belajar yang

(3)

Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017 bervariasi dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran yang baik adalah dimana siswa memperoleh kesempatan

untuk membangun sendiri

pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam dan pada akhirnya dapat meningkatan mutu kualitas siswa. Tugas guru adalah sebagai fasilitator yang mendukung keaktifan siswa untuk membangun pengetahuannya secara mandiri. Untuk menciptakan suatu pembelajaran yang berorientasi pada keaktifan siswa, diperlukan kemampuan guru dalam mendesain, mengimplementasikan dan mengevaluasi program pembelajaran

yang dapat mendorong siswa

mengembangkan kompetensi yang dipelajari dengan kemampuannya sendiri. Suasana pembelajaran yang demikian akan memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

Menurut Susanto (2015:6) hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Hasil belajar IPA yaitu hasil yang diperoleh seseorang yang mencerminkan kemampuannya baik pada ranah kognitif (pengetahuan) dalam menguasai materi pelajaran IPA dan pengembangan ranah afektif (sikap), maupun psikomotorik (keterampilan motorik) dari kegiatan pembelajaran. Hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal diantaranya kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, guru, kurikulum, sarana pembelajaran dan masyarakat.

Pencapaian hasil belajar sebagai hasil pengembangan kognitif siswa harus diimbangi dengan pencapaian dan

beriringan untuk mencapai hasil belajar yang lebih optimal. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3 bertujuan “untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”. Dalam

pelaksanaannya, tujuan tersebut dapat dicapai melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana mengembangkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari (Mulyasa, 2014:3).

Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita (Zubaedi, 2011:1). Krisis itu antara lain berupa kejahatan terhadap teman, kebiasaan menyontek, pencurian, dan kurangnya kepedulian siswa terhadap lingkungan. Beberapa contoh lainnya dapat dilihat dari kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran yang dapat ditunjukkan dari keaktifannya di kelas maupun kesadaran akan pentingnya membaca sumber-sumber pembelajaran, rendahnya kemauan siswa untuk berkomunikasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran baik dengan guru maupun dengan temannya, masih kurangnya keberanian siswa untuk berpendapat dan perlunya pembiasaan untuk menghargai pendapat satu sama lain serta kurangnya kesadaran dalam bertanggung jawab atas kewajibannya sebagai siswa. Kenyataan tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa menjadi kurang optimal. Sekolah merupakan salah satu faktor eksternal

(4)

Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017 dan kualitas pengajaran di sekolah, maka

semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Kualitas pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru. Guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran.

Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa, guru dapat menggunakan paradigma pembelajaran konstruktivistik. Dengan perubahan paradigma belajar tersebut terjadi perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari belajar berpusat pada guru (teacher centered) kepada belajar berpusat pada siswa (student centered). Dengan kata lain, ketika belajar di kelas guru harus mampu berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya sehingga terjadi peningkatan pemahaman siswa.

Problem Based Learning

merupakan salah satu model

pembelajaran yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning dimulai dari adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa

atau guru), kemudian siswa

memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah mereka ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Masalah yang diangkat adalah masalah yang berhubungan dengan dunia nyata siswa, sehingga siswa memahami informasi yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran untuk menghubungkannya dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Wardoyo (2015:74) inti dari pengertian model Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang menuntut adanya aktivitas siswa secara penuh dalam rangka menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi siswa

secara mandiri dengan cara

mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki.

Karakteristik model Problem Based Learning diantaranya (1) kegiatan belajar

yang dimulai dengan suatu masalah yang berhubungan dengan kehidupan nyata; (2) pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah; (3) berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data fakta yang jelas; (4) siswa memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri serta (5) menggunakan kelompok kecil.

Model pembelajaran yang digunakan khususnya pada pembelajaran IPA tidak cukup hanya menekankan pada proses pembelajaran yang hanya mengarah pada penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga harus memfasilitasi tumbuh kembangnya karakter positif sebagai landasan hidup bermasyarakat nantinya. Jadi untuk mencapai tujuan tersebut, model Problem Based Learning dapat disertai dengan pengembangan pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA. Model Problem Based Learning bermuatan pendidikan karakter dipilih dengan alasan: (1) terjadi pembelajaran bermakna. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi dimana konsep diterapkan; (2) apa yang siswa lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoretis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung; (3) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam kerja kelompok; (4) kegiatan pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan karakter positif siswa.

Berdasarkan uraian di atas, secara teoretis model Problem Based Learning bermuatan pendidikan karakter dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPA

(5)

Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017 siswa. Dengan demikian perlu dilakukan

penelitian eksperimen untuk menguji secara empiris pengaruh model tersebut terhadap hasil belajar IPA siswa. Maka dilakukan penelitian eksperimen yang berjudul Pengaruh Model Problem Based Learning Bermuatan Pendidikan Karakter Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus IX Abiansemal Badung Tahun Ajaran 2016/2017.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning bermuatan Pendidikan Karakter terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus IX Abiansemal Badung Tahun Ajaran 2016/2017. Dengan diadakan penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis kepada beberapa pihak yaitu peneliti, siswa, guru dan sekolah.

METODE

Penelitian yang dilaksanakan ini merupakan jenis penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini unit eksperimennya berupa kelas, sehingga rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan Eksperimen Kuasi (Quasi-Experimental Design). Hal ini dikarenakan tidak semua variabel dapat dikontrol dengan cermat. Berkaitan dengan pemilihan subjek penelitian, individu subjek sudah terkelompok dalam kelas-kelas sesuai dengan kebijakan sekolah. Jadi dalam rancangan ini, penempatan subjek (individu) ke dalam kelompok yang dibandingkan tidak dilakukan secara acak. Bentuk rancangan kuasi yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Non-ekuivalen. Rancangan penelitian ini disajikan pada gambar 1.

Gambar 1.Rancangan Kelompok Non-ekuivalen

(Sumber: Setyosari, 2013:211) Dalam rancangan ini terdapat dua

dengan model Problem Based Learning bermuatan pendidikan karakter dan satu kelompok sebagai kelompok kontrol. Garis putus-putus di antara kedua kelompok menunjukkan subjek penelitian tidak dipilih secara random untuk dilibatkan dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam rancangan ini, kedua kelompok memperoleh prates dan pascates (Setyosari, 2013:210). “Pemberian prates biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok” (Dantes, 2012:97). Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini prates digunakan untuk menyetarakan kelompok.

Secara keseluruhan populasi penelitian ini berjumlah 211 siswa kelas V SD Gugus IX Abiansemal Badung. Teknik

sampling yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik sampel kelompok yang hasilnya diperoleh dua kelas sebagai sampel yaitu kelas V SD No. 5 Darmasaba dan kelas V SD No. 6 Darmasaba. Teknik yang digunakan dalam penyetaraan sampel adalah teknik matching. Matching adalah suatu teknik untuk menyeragamkan kelompok pada suatu variabel atau lebih yang oleh peneliti telah diidentifikasikan mempunyai hubungan yang erat dengan penampilan variabel tidak bebas (Darmadi, 2014:234). Setelah mendapatkan nilai prates dari sampel, selanjutnya nilai tersebut di analisis dengan teknik matching. Cara penyetaraan dengan teknik matching dalam penelitian ini adalah dengan menjodohkan nilai prates siswa dari kedua kelompok dalam sampel. Ini dilakukan dengan mengurutkan nilai siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah kemudian nilai yang sama menjadi satu pasangan. Dari hasil matching diperoleh jumlah sampel sebanyak 62 siswa yang masing-masing terdiri dari 31 siswa kelas V SD No. 5 Darmasaba dan 31 siswa kelas V SD No. 6 Darmasaba. Setelah dilakukan pengundian, kelas V SD No. 5 Darmasaba ditetapkan sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD No. 6 Darmasaba sebagai kelompok kontrol.

Dalam penelitian diperlukan kontrol O1 X O2 (eksperimen)

(6)

Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017 mengungkapkan secara tepat mengenai

apa yang ingin diteliti. Validitas penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal bersumber dari pelaksanaan penelitian itu sendiri sedangkan validitas eksternal bersumber dari luar penelitian Validitas iternal yang terjadi dan telah dikontrol dalam penelitian ini diantaranya adalah karakteristik subjek, instrumentasi, sejarah, kematangan dan sikap subjek. Sementara itu, cara yang dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap validitas eksternal dalam penelitian ini adalah dengan melakukan randomisasi dalam penentuan sampel agar dapat diperoleh sampel yang mewakili populasi (representative). Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampel kelompok dengan melakukan pengundian pada populasi yang sudah terbentuk ke dalam kelas-kelas, jadi setiap kelas dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Dengan demikian, penelitian yang sudah mendapatkan hasil yang dapat memberikan pengaruh pada sampel selanjutnya dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dalam penelitian.

Dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah hasil belajar IPA siswa. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan menggunakan metode tes jenis obyektif bentuk pilihan ganda biasa. Sebelum digunakan, tes tersebut terlebih dahulu divalidasi secara teoritis dengan menyusun kisi-kisi dan dikonsultasikan pada ahli, selanjutnya dilakukan validasi secara empirik dengan jumlah responden sebanyak 64 orang.

Dari hasil uji empirik diperoleh 34 butir tes yang dinyatakan valid dari total 45 butir tes yang diujicobakan. Selanjutnya pada uji daya beda 2 butir soal dinyatakan memiliki daya beda jelek sehingga tidak digunakan. Pada uji tingkat kesukaran perangkat tes diperoleh IKP=0,56 dengan kriteria sedang. Dengan demikian banyaknya butir tes yang diikutkan dalam uji reliabilitas adalah 32 butir. Dari uji reliabilitas diperoleh r11=

0,80. Karena r11=0,80>0,70, maka tes

hasil belajar yang diuji reliabilitasnya

dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi.

Dengan memperhatikan validitas, daya beda, tingkat kesukaran serta reliabilitasnya, maka digunakan 32 butir soal dengan jumlah soal mudah sebanyak 8 butir (25%), soal sedang 17 butir (53%), dan soal sukar 7 butir (22%).

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data hasil belajar IPA dalam penelitian ini adalah uji t. Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN Hasil

Data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2, yaitu (1) hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan (2) hasil belajar IPA kelompok kontrol.

Berdasarkan data hasil belajar IPA kelompok eksperimen terhadap 31 siswa diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 97 dari nilai maksimum yang mungkin dicapai adalah 100, nilai terendah yang dicapai siswa adalah 59 dari nilai minimum yang mungkin dicapai adalah 0. Data hasil belajar IPA kelompok eksperimen disajikan dalam bentuk histogram seperti pada gambar 2.

Gambar 2. Histogram Kelompok Eksperimen

Berdasarkan data hasil belajar IPA kelompok kontrol terhadap 31 siswa diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 88 dari nilai maksimum yang mungkin dicapai adalah 100, nilai terendah yang dicapai siswa adalah 56 dari nilai minimum yang

0 10 20 30 40 59 66 73 80 87 94

%

Nilai Tengah (Xi) F re k u en si r elatif

(7)

Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017 mungkin dicapai adalah 0. Data hasil

belajar kelompok kontrol disajikan dalam bentuk histogram seperti pada gambar 3.

Gambar 3. Histogram Kelompok Kontrol Pada penelitian ini yang diuji adalah hipotesis nol (H0) yaitu tidak terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada siswa kelas V SD Gugus IX Abiansemal Badung Tahun Ajaran 2016/2017. Hipotesis alternatif (Ha)

yaitu terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada siswa kelas V SD Gugus IX Abiansemal Badung Tahun Ajaran 2016/2017.

Sebelum dilakukan analisis data dengan uji t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data (uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians).

Uji normalitas sebaran data dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Kriteria pengujian adalah jika harga

𝑥

ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2

> harga 𝑥

𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 maka H

0 ditolak

dan Ha diterima yang berarti sebaran data

tidak berdistribusi normal, sedangkan jika

harga

𝑥

ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2

≤ harga 𝑥

𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 maka H0

diterima dan Ha ditolak yang berarti

sebaran data berdistribusi normal.

Dari hasil uji normalitas sebaran data untuk kelompok eksperimen diperoleh Chi kuadrat hitung (𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 ) = 1,57, sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = 6-1=5 diperoleh 𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 = 11,070. Karena harga

kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Sementara uji normalitas sebaran data untuk kelompok kontrol diperoleh Chi kuadrat hitung (𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 ) = 3,09, sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = 6-1=5 diperoleh 𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 = 11,070. Karena harga 𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 < harga 𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 , dapat disimpulkan sebaran data hasil belajar IPA siswa untuk kelompok kontrol berdistribusi normal.

Berdasarkan uji normalitas sebaran data terbukti bahwa hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berdistribusi normal.

Setelah hasil belajar IPA kedua kelompok dinyatakan berdistribusi normal dilakukan uji homogenitas varians antar kelompok. Kriteria pengujian adalah jika harga Fhitung >harga Ftabel maka data tidak

homogen dan jika harga Fhitung ≤ harga

Ftabel, maka data homogen. Pengujian

dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan dk untuk pembilang n1-1 dan dk

untuk penyebut n2-1.

Berdasarkan hasil uji homogenitas varians menggunakan uji Fisher (F) diperoleh diperoleh Fhitung = 1,19,

sedangkan pada taraf signifikansi 5% dengan dk = (30, 30) diperoleh Ftabel =

1,84. Karena Fhitung=1,19 < Ftabel=1,84

maka H0 diterima dan Ha ditolak. Ini berarti

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varians yang homogen.

Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians dapat diketahui bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Dengan demikian uji hipotesis dengan uji t dapat dilakukan. Kriteria pengujian untuk uji t adalah jika harga 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔≤ harga 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka H0

diterima dan Ha ditolak, sedangkan jika

harga 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔> harga 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka Ha

diterima dan H0 ditolak.

Dari hasil analisis diperoleh thitung =

3,937, sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan dk = n1+n2-2=60 diperoleh ttabel =

2,000. Berdasarkan kriteria pengujian, 0 10 20 30 40 56.5 62.5 68.5 74.5 80.5 86.5

%

F re k u en si r elatif Nilai Tengah (Xi)

(8)

Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017 Berdasarkan simpulan uji hipotesis,

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada siswa kelas V SD Gugus IX Abiansemal Badung Tahun Ajaran 2016/2017. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan membandingkan rerata kedua kelompok. Rerata hasil belajar IPA kelompok eksperimen 𝑋̅=80,23 > 𝑋̅=70,82 rerata hasil belajar IPA kelompok kontrol, maka dapat disimpulkan penggunaan model

Problem Based Learning bermuatan

Pendidikan Karakter berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus IX Abiansemal Badung Tahun Ajaran 2016/2017.

Pembahasan

Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh thitung = 3,937 sedangkan dengan

taraf signifikansi 5% dan dk = 60 diperoleh ttabel = 2,000. Dengan demikian, 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,937 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙(𝛼=0,05,60)= 2,000, sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis

alternatif (Ha) diterima. Ini berarti terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada siswa kelas V SD Gugus IX Abiansemal Badung Tahun Ajaran 2016/2017.

Lebih lanjut, berdasarkan rerata diperoleh rerata hasil belajar IPA kelompok eksperimen 𝑋̅=80,23 > 𝑋̅=70,82 rerata hasil belajar IPA kelompok kontrol. Hal ini disebabkan karena model Problem Based Learning bermuatan Pendidikan Karakter adalah model pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Dalam model ini kegiatan pembelajaran diawali dengan masalah. Masalah yang diangkat adalah masalah kehidupan nyata sehingga siswa memahami informasi yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran untuk menghubungkannya dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui

Problem Based Learning bermuatan

Pendidikan Karakter siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan. Proses pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Proses berpikir ini dilakukan

secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data fakta yang jelas. Dalam penerapannya, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning bermuatan Pendidikan Karakter dibagi dalam 5 tahapan (sintaks) yakni (1) orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan siswa, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Tahap-tahap tersebut diintegrasikan dengan pendidikan karakter khususnya karakter rasa ingin tahu, gemar membaca, komunikatif, demokratis dan tanggung jawab. Pengintegrasian

pendidikan karakter dapat

mengembangkan sikap positif siswa secara langsung melalui kegiatan pembelajaran, sehingga tidak hanya mengoptimalkan hasil belajar IPA siswa pada ranah kognitif tetapi juga pada ranah afektifnya.

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang memperkuat hasil dari penelitian ini, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sukariyasa (2014) menyatakan bahwa model Problem

Based Learning berbantuan media

gambar berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V Gugus Belantih Kecamatan Kintamani Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini dibuktikan dari uji hipotesis dengan menggunakan uji t diperoleh thitung=2,540 > ttabel=2,021. Ini

berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Pramandaputri (2016) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar IPA siswa melalui penerapan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter pada siswa kelas IV di SD Negeri 7 Pedungan, Denpasar. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Mahendra (2016) yang menyatakan bahwa model Problem Based Learning berbantuan Media Gambar berpengaruh

(9)

Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017 terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV

Gugus Letda Kajeng Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan dari perolehan uji hipotesis dengan menggunakan uji t diperoleh thitung=3,712 >

ttabel=2,000. Ini berarti terdapat perbedaan

yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dan dari perolehan rerata pada kelas eksperimen (𝑋̅) = 73,78 > (𝑋̅) = 61,53 kelas kontrol.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dapat disimpulkan bahwa model

Problem Based Learning bermuatan

Pendidikan Karakter berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus IX Abiansemal Badung Tahun Ajaran 2016/2017. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis uji t diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,937 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙(𝛼=0,05,60)= 2,000, serta rerata hasil belajar IPA kelompok eksperimen 𝑋̅=80,23 > 𝑋̅=70,82 rerata hasil belajar IPA kelompok kontrol.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran kepada kepala sekolah, guru, dan peneliti lain. Diharapkan melalui hasil penelitian ini kepala sekolah mampu memberikan kebijakan baru terkait dengan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah menggunakan model Problem Based Learning bermuatan Pendidikan Karakter. Para guru dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai masukan dan pertimbangan untuk menerapkan model Problem Based Learning bermuatan Pendidikan Karakter pada mata pelajaran IPA. Penelitian ini hanya mengkaji pengaruh model Problem Based Learning bermuatan Pendidikan Karakter pada ranah kognitif dengan sampel yang terbatas. Para peneliti lain yang tertarik disarankan untuk melakukan penelitian terhadap pengaruh model

Problem Based Learning bermuatan

Pendidikan Karakter pada ranah dan sampel yang lebih luas, serta subjek yang

bermuatan Pendidikan Karakter pada hasil belajar IPA siswa secara lebih mendalam.

DAFTAR RUJUKAN

BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Dantes. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi.

Darmadi, Hamid. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Mahendra, I Gusti Lanang Ngurah. 2016. “Pengaruh Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar Pengetahuan IPA”. Jurnal Mimbar

PGSD Universitas Pendidikan

Ganesha, Volume 4.

Mulyasa. 2014. Manajemen Pendidikan

Karakter. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Pramandaputri, Evy. 2016. “Penerapan Model Problem Based Learning Berorientasi Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA”. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 4.

Sastrawan, Marga. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran PBL Berbantuan Media Visual Animasi Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V SD Gugus II Tampaksiring Gianyar. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 2. Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian

Pendidikan & Pengembangan. Jakarta: Prenamedia Group.

Sukariyasa, Eta. 2014. “Pengaruh Model

Problem Bassed Learning

Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa

(10)

Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017 Ajaran 2013/2014”. Jurnal Mimbar

PGSD Universitas Pendidikan

Ganesha, Volume 2.

Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group. Wardoyo, Sigit Mangun. 2015.

Pembelajaran Konstruktivisme

Teori dan Aplikasi Pembelajaran

dalam Pembentukan Karakter.

Bandung: Alfabeta.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya

dalam Lembaga Pendidikan.

Gambar

Gambar 2.  Histogram Kelompok  Eksperimen
Gambar 3.  Histogram Kelompok Kontrol  Pada penelitian ini yang diuji adalah  hipotesis  nol  (H 0 )  yaitu  tidak  terdapat  perbedaan  yang  signifikan  hasil  belajar  IPA  antara  kelompok  eksperimen  dan  kelompok  kontrol  pada  siswa  kelas  V  SD

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 4, secara simultan seluruh variabel dalam penelitian ini, yaitu jumlah benih, luas lahan, tenaga kerja dan jarak laut dengan tambak mempengaruhi produksi

Belum efektifnya pengaturan hukum atas kaya seni tradisional di Indonesia adalah karena budaya masyarakat Indonesia khususnya yang kurang mengenal hak kekayaan

Pengujian berikutnya menggunakan data rekaman melalui saluran telepon, suara yang didapatkan dari hasil rekaman selanjutnya diektraksi untuk mendapatkan nilai fitur,

Nilai moral yang terkandung dalam karya seni, atau dalam bentuk cerita rakyat, langsung maupun tak langsung, bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal

Dalam lembar pengamatan keterampilan kolaborasi terdapat enam indikator keterampilan kolaborasi kemudian peneliti mengembangkan indikator-indikator tersebut menjadi sepuluh

Bagan 3.1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2010:132) Sesuai dengan rancangan PTK, maka pengumpulan data dilakukan melalui empat cara, yaitu

penundaan usia perkawinan baik secara hukum oleh karna adanya undang-undang tentang perkawianan, maupun karna norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan

banyak perusahaan teknologi, dari Dell ke AT&amp;T hingga gerombolan perusahaan Internet pemula, bergantung kemampuan mereka untuk mengenali dan beradaptasi dengan