i
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KELUHAN SUBYEKTIF PADA PEKERJA YANG
TERPAJAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS)
DI PENGASAPAN IKAN INDUSTRI RUMAH TANGGA
KELURAHAN KETAPANG KECAMATAN KENDAL
SKRIPSI
Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Keselamatan Kerja dan
Kesehatan Lingkungan Industri (K3LI)
SYLVIA ANJANI
NIM. D11.2009.00924
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
iii
2013
v
Skripsi ini ku persembahkan untuk
ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayahnya
Bapak dan Ibu ku tercinta yang tidak pernah berhenti memberikan doa
dan restu serta kasih sayang dan segala pengorbanannya
Kedua kakakku yang selalu memberikan semangat
Sahabat-sahabat ku yang selalu menemaniku
Seluruh dosen pembimbing
vi
Nama : Sylvia Anjani
Tempat, tanggal lahir : Kendal, 22 Januari 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Pemuda No. 20 Kendal
Riwayat Pendidikan :
1. TK Aisyiyah Bustanul Athfal, tahun 1995-1997
2. SD Negeri Pegulon 2 Kendal, tahun 1997-2003
3. SMP Negeri 2 Kendal, tahun 2003-2006
4. SMA Negeri 1 Cepiring Kendal, tahun 2006-2009
5. Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2009
6. Credit Transfer Students di Universitas Diponegoro Semarang, Februari-Juli 2012
7. Student Mobility di Burapha University Thailand, November 2012-Maret 2013
vii
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan Judul “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Subyektif
Pada Pekerja Yang Terpajan Tekanan Panas (Heat Stress) Di Pengasapan Ikan Industri Rumah Tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro.
Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini, banyak memperoleh bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada :
1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, sebagai Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
3. Suharyo, S.KM, M.Kes selaku Kepala Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
4. Eni Mahawati, SKM, M.Kes selaku pembimbing 1.
5. Eko Hartini, ST, M.Kes selaku dosen wali dan pembimbing 2.
6. Seluruh Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang telah memberi ilmunya untuk kami.
7. Seluruh pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian saya.
viii
yang telah memberikan doa dan semangatnya.
10. Lukman Adi Setiawan, yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doanya.
11. Teman-teman terbaikku Riyan Perwitaningsih, S.KM, Fuji Anisa, S.KM, Dewi Istiharini, Tika Fahmi, Desyan Tonga, Sobib, Mahda, Hanif, Andi dan teman-teman F. Kes Udinus 2009 semuanya.
12. Teman-teman seperjuanganku di Undip dan di Burapha University Thailand Riana Yulfarida, Dian Puspita dan Rahmita.
13. Singgih, S.KM, petugas Hiperkes yang telah membantu menggambil pengukuran iklim kerja di lokasi penelitian.
14. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis memohon kehadirat Allah SWT, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan studi di Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro.
Semarang, 4 Oktober 2013
ix
SYLVIA ANJANI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN SUBYEKTIF PADA PEKERJA YANG TERPAJAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) DI PENGASAPAN IKAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KELURAHAN KETAPANG KECAMATAN KENDAL
xvi + 70 halaman + 22 tabel + 4 gambar + 8 lampiran
Tekanan panas merupakan kombinasi dari suhu udara, kelembaban, kecepatan gerak udara dan suhu radiasi yang dihubungkan dengan proses produksi panas tubuh. Berdasarkan survei awal pada pekerja yang terpajan tekanan panas mengeluhkan kelelahan. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di pengasapan ikan industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal.
Penelitian ini menggunakan metode survei dan pengukuran tekanan panas dengan pendekatan Cross Sectional. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan Questemp. Data primer dan sekunder diolah dan dianalisis menggunakan metode Pearson Correlation dan Rank Spearman. Sampel dan populasi yang digunakan yaitu sebanyak 6 rumah industri pengasapan ikan dan 28 pekerja di pengasapan ikan industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal.
Hasil penelitian menunjukkan Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) di pengasapan ikan melebihi nilai ambang batas yaitu 29.7oC dengan kategori beban kerja sedang dengan waktu kerja 75%-100%. Menurut hasil analisis uji statistik tidak ada hubungan antara tekanan panas dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (-value 0.111). Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (-value 0.353). Tidak ada hubungan antara umur dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (-value 0.549). Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (-value 0.559). Ada hubungan antara aklimatisasi dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (-value 0.018).
Pemilik industri rumah tangga pengasapan ikan sebaiknya lebih memperhatikan kesehatan pekerjanya seperti menyediakan baju kerja yang ringan dan cepat menyerap keringat serta menyediakan air minum yang mudah dijangkau oleh pekerjanya.
Kata kunci : keluhan subyektif, tekanan panas, pengasapan ikan, ISBB Kepustakaan : 29 buah, 1980-2013
x
ABSTRACT
SYLVIA ANJANI
FACTORS RELATED TO THE SUBJECTIVE COMPLAINTS IN WORKERS EXPOSED PRESSURE HEAT STRESS IN FISH CURING HOME INDUSTRY KETAPANG VILLAGE KENDAL DISTRICT
xvi + 70 pages + 22 table + 4 pictures + 8 attachment
Heat stress is a combination of air temperature, humidity, air velocity and temperature of the radiation which is connected with the body's heat production. Based on first survey on worker exposed pressure heat complained of fatigue. The purpose of this study to analyze the factors relationship with subjective complaints in workers exposed to heat stress in fish curing home industry Ketapang village Kendal District.
This study uses survey and measurement of heat stress with the Cross-Sectional approach. Research instruments used quesionaire and questemp. Primary and secondary data were processed and analyzed using Pearson Correlation and Spearman Rank. Sample and population used as many as 6 houses and 28 workers in fish curing home industries Ketapang Village Kendal District.
The results showed in fish curing Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) exceeds a threshold value that is 29.7oC with medium workload category with a time of 75% -100% working. According to the results of statistical analysis there is no relationship between heat stress with subjective complaints in workers exposed to heat stress (-value 0.111). There is no relationship between the sexes with subjective complaints in workers exposed to heat stress (-value 0.353). There is no relationship between age and subjective complaints in workers exposed to heat stress (-value 0.549). There is no relationship between working period with subjective complaints in workers exposed to heat stress ( -value 0.559). There is a relationship between acclimatization with subjective complaints in workers exposed to heat stress (-value 0.018).
Owners of home industry should be more attention to fish curing health workers such as provide work clothes that are light and quick to absorb sweat and provide drinking water that is easily accessible by workers.
Keywords : subjective complaints, heat stress, fish curing, WBGT Literature : 29 items,1980-2013
xi
HALAMAN HAK CIPTA ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
PRAKATA ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Keaslian Penelitian ... 5 F. Lingkup Penelitian ... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kondisi Lingkungan Kerja... 8
2. Pengasapan Ikan ... 9
xii
7. Parameter Tekanan Panas ... 17
8. Keadaan Akibat Gangguan Pajanan Tekanan Panas ... 20
9. Pengendalian Tekanan Panas di Tempat Kerja ... 22
B. Kerangka Teori ... 26
BAB III. METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep ... 28
B. Hipotesis ... 28
C. Jenis Penelitian ... 29
D. Variabel Penelitian ... 29
E. Definisi Penelitian ... 30
F. Populasi dan Sampel ... 31
G. Pengumpulan Data ... 32
H. Pengolahan Data... 35
I. Analisis Data ... 36
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian... 38
B. Pola Kerja dan Alur Proses Pengasapan Ikan ... 40
C. Gambaran Lokasi ... 43
D. Analisis Univariat ... 47
xiii
C. Uji Hubungan Tekanan Panas dengan Keluhan Subyektif ... 60
D. Uji Hubungan Jenis Kelamin dengan Keluhan Subyektif ... 62
E. Uji Hubungan Umur dengan Keluhan Subyektif ... 63
F. Uji Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Subyektif ... 64
G. Uji Hubungan Aklimatisasi dengan Keluhan Subyektif ... 65
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 67
B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA
xiv
1.1 Keaslian Penelitian 5
2.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja ISBB 19
2.2 Kriteria Beban Kerja 19
3.1 Variabel, Definisi Operasional, Skala 30
3.2 Hasil Uji Normalitas Data 36
3.3 Uji Statistik Hipotesis Penelitian 37
4.1 Hasil Pengukuran Iklim Kerja 44
4.2 Distribusi Frekuensi Tekanan Panas 45
4.3 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin 45
4.4 Distribusi Frekuensi Umur 46
4.5 Distribusi Frekuensi Masa Kerja 46
4.6 Distribusi Frekuensi Pengaruh Lingkungan Panas 46 4.7 Distribusi Frekuensi Keadaan Panas yang Mengganggu 47 4.8 Distribusi Frekuensi Cara Mengatasi Panas 47
4.9 Distribusi Frekuensi Keluhan Subyektif 47
4.10 Distribusi Frekuensi Keluhan Subyektif Dari Tiap Lokasi 52 4.11 Hubungan Antara Tekanan Panas Dengan Keluhan Subyektif 49 4.12 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Keluhan Subyektif 50 4.13 Hubungan Antara Umur Dengan Keluhan Subyektif 50 4.14 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Keluhan Subyektif 51
4.15 Aklimatisasi 51
xv
2.1 Kerangka Teori 26
3.1 Kerangka Konsep 28
4.1 Peta Daerah Penelitian 38
xvi Lampiran
1. Persetujuan Menjadi Responden 2. Kuesioner Penelitian
3. Surat Permohonan Ijin Penelitian Kesbanglinmas Kabupaten Kendal 4. Surat Permohonan Ijin Penelitian Bappeda Kabupaten Kendal
5. Lembar Hasil Pengukuran Iklim Kerja di Pengasapan Ikan Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal
6. Data Responden Penelitian 7. Hasil Analisa Data
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan dalam bidang industri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini memberikan berbagai dampak positif, yaitu terbukanya lapangan kerja dan meningkatnya taraf sosial ekonomi masyarakat. Namun dampak negatif juga tidak dapat dielakkan, salah satunya adalah risiko terhadap penyakit akibat kerja yang timbul dari proses pengolahan atau industri.1
Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia saat bekerja pada kondisi yang tidak nyaman dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Menurut data International Labor Organitation (ILO) yang diterbitkan dalam peringatan Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Se-dunia pada 28 April 2010, tercatat setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang yang meninggal akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja dan terjadi sekitar 160 juta orang menderita penyakit akibat kerja pertahun di seluruh dunia. 2
Kesehatan kerja merupakan kegiatan yang dilakukan guna memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan.3 Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan pada tanggal 28 Maret 2013, observasi dan wawancara dengan pemilik usaha pengasapan ikan di industri rumah tangga Ketapang kota Kendal,
menyebutkan bahwa pekerja pengasapan ikan tersebut terdiri dari pria dan wanita. Usaha pengasapan ikan tersebut dilakukan secara turun temurun sehingga dapat dikatakan merupakan suatu keahlian. Proses produksi berlangsung selama ± 4 jam yaitu mulai dari pukul 13.00-17.00 WIB tanpa istirahat. Proses pengasapan ikan tersebut masih sederhana menggunakan tungku besar berukuran kurang lebih lebar 1 meter, panjang 2 meter dan tingginya 7 meter. Menggunakan bahan bakar tempurung kelapa. Dari hasil pengukuran suhu ruang pada proses pengasapan tersebut dengan menggunakan thermometer ruang menghasilkan panas di lingkungan kerja dengan suhu 40oC. Dari beberapa pekerja mengeluhkan timbulnya kelelahan kerja.
Pengaruh produksi panas apabila tidak seimbang dengan panas yang dikeluarkan tubuh, akan menghasilkan kondisi kerja yang tidak nyaman.3 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sukmal Fahri dan Eko Pasha (2010), kebisingan dan tekanan panas dengan perasaan kelelahan kerja pada tenaga kerja bagian Drilling Pertamina EP Jambi menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tekanan panas dengan perasaan kelelahan kerja di Bagian Driling UBEP Kenali Asam Jambi.3 Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Firy Triyanti (2007), menyebutkan bahwa suhu yang tinggi dapat menurunkan jumlah produksi urin, sehingga kepekatan urin akan meningkat (hipersaturasi urin) yang merupakan faktor resiko terjadinya batu di saluran kemih.4
Memperhatikan besarnya potensi penyakit akibat kerja yang ditimbulkan oleh kondisi lingkungan kerja di pengasapan ikan yang terpajan tekanan panas (heat stress). Maka perlu adanya pendekatan,
untuk mengetahui keluhan subyektif yang dialami pekerja sehingga dapat diketahui secara spesifik penyebabnya dan dilakukan pencegahan secara optimal.
Berdasarkan latar belakang diatas, perlu diteliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) pengasapan ikan di industri rumah tangga pengasapan ikan Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal, sehingga diharapkan hasilnya nanti dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan produktifitas pekerja.
B. Perumusan Masalah
“Apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di pengasapan ikan industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di pengasapan ikan industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal.
2. Tujuan Khusus
a. Mengukur tekanan panas (heat stress) didalam ruang kerja pengasapan ikan di industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal.
b. Mendeskripsikan umur, jenis kelamin, masa kerja dan aklimatisasi pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di pengasapan ikan industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal.
c. Mendeskripsikan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di pengasapan ikan industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal.
d. Menganalisis faktor tekanan panas, umur, jenis kelamin, masa kerja dan aklimatisasi dengan keluhan subyektif pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) yang dialami pekerja di lingkungan kerja pengasapan ikan Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Sebagai bahan untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai keluhan subyektif pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di industri rumah tangga pengasapan ikan Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal.
b. Bagi Akademik
Sebagai bahan referensi di perpustakaan dan sebagai tolok ukur dalam menyerap pengetahuan di bidang kesehatan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
c. Bagi pemilik usaha
Sebagai langkah antisipasi terhadap gangguan kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja di pengasapan ikan industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Nama Peneliti Judul Peneliti Variabel Hasil Penelitian
1. Hikmah Ridha Siregar
Upaya
Pengendalian Efek Fisiologis Akibat
Heat Stress Pada
Pekerja Industri Kerupuk Tiga Bintang Kecamatan Binjai Utara Tahun 2008 a. Tekanan Panas b. Pengaturan waktu istirahat c. Pemberian
jus jambu biji
Hasil penelitian
menunjukan bahwa besar tekanan panas rata-rata pada bagian
penggorengan industri kerupuk Tiga Bintang yaitu 32,9oC, keluhan subyektif yang dirasakan pekerja yaitu kelelahan 50%, pusing 27,8%, dan kaku/kram otot 11,1%, pengaturan waktu istirahat dan pemberian jus jambu biji
berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan temperatur tubuh pekerja bagian penggorengan industri kerupuk Tiga Bintang.
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Nama Peneliti Judul Peneliti Variabel Hasil Penelitian
2. Edi Jaswin Hubungan
Tekanan Panas Dengan Tekanan Darah Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi PT. Tjokro Bersaudara Semarang. a. Tekanan Panas b. Tekanan Darah Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas.
Perbedaan dengan penelitian yang terdahulu adalah pada variabel yang diujikan. Perbedaan penelitian Hikmah Ridha Siregar adalah pada variabel intervensinya yaitu pengaturan waktu istirahat dan pemberian jus jambu biji. Sedangkan perbedaan penelitian Edi Jaswin adalah pada variabel terikatnya yaitu keluhan subyektif.
F. Lingkup Penelitian
1. Lingkup Keilmuan
Lingkup yang ada dalam penelitian ini termasuk dalam bidang keilmuan Kesehatan Masyarakat.
2. Lingkup Materi
Lingkup yang ada dalam penelitian ini termasuk dalam materi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
3. Lingkup Lokasi
Penelitian ini berlokasi di pengasapan ikan industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kota Kendal.
4. Lingkup Metode
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan cross
sectional.
5. Lingkup Sasaran
Sasaran dalam penelitian ini pekerja pengasapan ikan di industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kota Kendal.
6. Lingkup Waktu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori
1.
Kondisi Lingkungan Kerja
Gangguan kesehatan dapat terjadi dimana saja, termasuk di lingkungan kerja, yang dialami oleh para pekerja atau tenaga kerja. Namun gangguan ini sebenarnya terjadi akibat ketidakseimbangan antara (1) beban kerja, (2) beban tambahan akibat lingkungan kerja, serta (3) kapasitas kerja.5
Sebagai tambahan kepada beban kerja yang langsung akibat pekerjaan sebenarnya, suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi, yang berakibat beban tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja. Terdapat 5 faktor penyebab beban tambahan dimaksud:6
a. Faktor fisik yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi dan tekanan udara.
b. Faktor-faktor kimia yaitu uap, gas, debu, kabut, “fume”, asap, awan, cairan dan benda padat.
c. Faktor biologis, baik dari golongan tumbuhan atau hewan. d. Faktor fisiologis, seperti kontruksi mesin, sikap dan cara kerja. e. Faktor mental-psikologis, yaitu suasana kerja, hubungan diantara
pekerja atau dengan pengusaha, pemilihan kerja dan lain-lain.
Faktor-faktor tersebut dalam jumlah yang cukup dapat mengganggu daya kerja seorang tenaga kerja. Sebagai misal-misal sederhana adalah:
a. Penerangan yang kurang cukup intensitasnya adalah sebab kelelahan mata
b. Kegaduhan mengganggu daya mengingat, konsentrasi pikiran, dan berakibat kelelahan psikologis.
c. Gas-gas dan uap diserap tubuh lewat pernafasan dan mempengaruhi berfungsinya berbagai jaringan tubuh dengan akibat penurunan daya kerja.
d. Debu yang dihirup ke paru-paru menggurangi penggunaan optimal alat pernafasan untuk mengambil zat asam dari udara.
e. Parasit-parasit yang masuk tubuh akibat higene tempat kerja yang buruk menurunkan derajat kesehatan dan juga daya kerjanya. f. Posisi badan yang salah mengurangi hasil kerja, menyebabkan
timbulnya kelelahan atau kurangnya fungsi maksimal alat-alat tertentu.
g. Hubungan kerja tidak sesuai adalah sebab bekerja secara lamban atau setengah-setengah.
2.
Pengasapan Ikan
Pengasapan ikan merupakan salah satu cara pengawetan ikan, dengan menggunakan asap sebagai media pengawet. Cara pengawetan ikan dengan proses pengasapan sudah dikenal sejak lama, ikan dapat disimpan lebih lama dan rasanya enak. Pada
dasarnya, proses pengasapan ikan merupakan gabungan aktivitas: penggaraman, pengeringan dan pengasapan.7
Di Indonesia, pengawetan ikan secara tradisional masih banyak dilakukan terutama pengasinan, pengeringan, fermentasi serta pengasapan. Hampir 20% dari ikan hasil tangkapan diolah dengan cara pengasapan.8
a. Prinsip Pengasapan
Panas yang dihasilkan dari pembakaran kayu menyebabkan terjadinya proses pengeringan. Suhu yang digunakan untuk pengasapan panas cukup tinggi (70-100oC selama 3-8 jam) sehingga daging ikan menjadi matang. Selain akibat panas, proses pengeringan terjadi karena adanya proses penarikan air dari jaringan tubuh ikan oleh penyerapan berbagai senyawa kimia yang berasal dari asap.9
b. Jenis Pengasapan
1) Pengasapan tradisional
Pengasapan jenis ini biasanya mengunakan alat yang sederhana, dimana pergerakan dan aliran asap berjalan secara alami dari sumber asap kemudian mengasapi ikan. 2) Pengasapan modern
Alat yang digunakan adalah “Mechanical Kiln” yaitu lemari pengasap dimana sumber pengasapan terpisah dari ruang pengasapan. Pergerakan udara dalam lemari pengasapan dibantu dengan kipas angin sehingga sirkulasi asap mencapai seluruh bagian rak-rak ikan.10
c. Proses Pengasapan
Proses pengasapan berlangsung sebagai berikut. Penggaraman dilakukan dengan jumlah garam yang bervariasi, tergantung pada tujuan yaitu menggunakan garam sebanyak 10-40% selama 20-60 menit. Pencucian ikan bertujuan mengurangi kadar garam pada kulit dan menghilangkan Kristal-kristal garam pada permukaan daging ikan. Selanjutnya ikan disusun di rak-rak, pengasapan panas kemudian pengepakan.9
Tetapi proses pengasapan di Ketapang tidak melakukan penggaraman dan pengeringan sehingga prosesnya meliputi pembelahan dan pencucian, pemotongan ikan kemudian ikan ditusuk dengan lidi dengan tujuan mencegah daging ikan hancur, menyusun ikan diatas rak-rak, pengasapan dan penjualan.
3.
Tekanan Panas
Tekanan panas merupakan kombinasi dari suhu udara, kelembaban, kecepatan gerak udara dan suhu radiasi yang dihubungkan dengan proses produksi panas tubuh.11
Tekanan panas didefinisikan sebagai reaksi fisik dan psikologi dari pekerja terhadap temperatur lingkungan yang berada di luar
comfort zone temperature. Secara konseptual pekerjaan dapat
terlaksana jika temperatur berada dalam comfort zone. Dalam
comfort zones temperature adaptasi psikologis sangat mudah dan
produktivitas pekerja sangat besar tetapi jika temperatur di luar
comfort zone, maka pekerja harus bekerja secara aman agar
panas maupun dingin. Diluar comfort zone temperature, produktivitas pekerja mengalami penurunan dan risiko kecelakaan akan bertambah.12
Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap (homeotermis) oleh suatu pengaturan suhu (thermoregulatory
system). Suhu menetap ini dapat dipertahankan akibat
keseimbangan di antara panas yang dihasilkan dari metabolisme tubuh dan pertukaran panas di antara tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan, gangguan sistem pengaturan panas seperti dalam kondisi demam dan lain-lain.12
Selanjutnya faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas di antara tubuh dengan lingkungan sekitarnya adalah panas konduksi, panas konveksi, panas radiasi dan panas penguapan.12 a. Konduksi, merupakan pertukaran diantara tubuh dan benda-benda
sekitar dengan melalui sentuhan atau kontak. Konduksi akan menghilangkan panas dari tubuh apabila benda-benda sekitar lebih dingin suhunya, dan akan menambah panas kepada tubuh apabila benda-benda sekitar lebih panas dari tubuh manusia b. Konveksi, adalah petukaran panas dari badan dengan lingkungan
melalui kontak udara dengan tubuh. Pada proses ini pembuangan panas terbawa oleh udara sekitar tubuh
c. Radiasi, merupakan tenaga dari gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih panjang dari sinar matahari d. Evaporasi, adalah keringat yang keluar melalui kulit akan cepat
sehingga terjadi pelepasan panas dipermukaan kulit, maka cepat terjadi penguapan yang akhirnya suhu badan bisa menurun.
4.
Dampak Tekanan Panas
Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk memelihara keseimbangan panas. Reaksi fisiologis tubuh (heat strain) oleh karena peningkatan temperatur udara di luar
comfort zone adalah sebagai berikut:13
a. Vasodilatasi
b. Denyut jantung meningkat c. Temperatur kulit meningkat
d. Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat dan lain-lain
Selanjutnya apabila pemaparan terhadap tekanan panas terus berlanjut, maka risiko terjadi gangguan kesehatan juga akan meningkat. Menurut Graham (1992) dan Bernard (1996) dalam Tarwaka (2004) reaksi fisiologis akibat pemaparan panas yang berlebihan dapat dimulai dari gangguan fisiologis yang sangat sederhana sampai dengan terjadinya penyakit yang sangat serius. Pemaparan terhadap tekanan panas juga menyebabkan penurunan berat badan. Menurut hasil penelitian Priatna (1990) dalam Tarwaka (2004) bahwa pekerja yang bekerja selama 8 jam/hari berturut-turut selama 6 minggu, pada ruangan dengan Indeks Suhu Basah Bola (ISBB) antara 32.02-33,01oC menyebabkan kehilangan berat badan sebesar 4,23%.13
Kesakitan akibat pajanan panas yang berlebihan dapat terlihat dari beberapa indikator dan pajanan panas pada pekerja harus segera dihentikan jika terdapat satu atau lebih indikator berikut :14 (TLV’s, 2002)
a. Terjadinya peningkatan (dalam beberapa menit) denyut nadi pekerja yang melebihi 180 bpm (beat per minute) dikurangi umur pekerja dibandingkan denyut nadi normal, atau
b. Suhu tubuh melebihi 38,5°C (101,3°F) untuk pekerja yang sudah mengalami aklimatisasi dan berbadan sehat, atau di atas 38°C (100,4°F) untuk sembarangan pekerja dan tanpa aklimatisasi, atau c. Pengembalian denyut nadi dalam satu menit setelah melakukan
aktifitas lebih besar daripada 110 bpm, atau
d. Terdapat beberapa tanda (symptom) seperti fatigue yang parah secara tiba-tiba mual, pusing, atau sakit kepala ringan.
Seorang pekerja yang terpajan akan mempunyai risiko yang lebih besar jika :
a. Banyak mengeluarkan keringat yang terjadi berjam-jam, atau b. Kehilangan berat badan setelah bekerja melebihi 1,5% dari berat
badan normal, atau
c. Kadar sodium dalam eksresi urin selama 24 jam kurang dari 50 mmol.
Jika pekerja yang terpajan dengan panas mengalami disorientasi atau bingung, cepat marah tanpa alasan yang jelas, rasa tidak enak badan, dan gejala flu, sebaiknya pekerja harus dipindahkan ke tempat istirahat yang suhunya lebih dingin dan tetap
dimonitor. Jika keringat berhenti dan kulit menjadi panas dan kering, maka sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit.14
5. Respon Tubuh Terhadap Tekanan Panas
Reaksi setiap orang terhadap panas berbeda-beda walaupun terpapar dalam lingkungan panas yang sama. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi fisiologis setiap orang, antara lain sebagai berikut :15
a. Umur
Pada orang berusia lanjut akan lebih sensitif terhadap cuaca panas bila dibandingkan dengan orang yang berusia muda. hal ini disebabkan karena pada orang yang berusia lanjut, kemampuan berkeringat lebih lambat dibandingkan dengan yang berusia muda dan kemampuan tubuh untuk orang berusia lanjut dalam mengembalikan suhu tubuh menjadi normal lebih lambat dibandingkan dengan orang yang berusia lebih muda.15
b. Jenis Kelamin
Pada iklim panas, kemampuan berkeringat pada laki-laki dan perempuan hampir sama. Tetapi kemampuan beraklimatisasi wanita tidak sebaik laki-laki. Wanita lebih tahan terhadap suhu dingin daripada terhadap suhu panas, hal tersebut mungkin disebabkan oleh kapasitas kardiovasa pada wanita relative lebih kecil.15
c. Masa Kerja
Masa kerja berpengaruh terhadap kejadian kristal urin. Ini dapat dimengerti seperti halnya dengan lingkungan kerja yang
panas, makin lama seseorang bekerja di lingkungan panas, makin mungkin terbentuk kristal urin karena pajanan panas yang diterima semakin banyak.16
d. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah adapatasi fisiologis secara gradual untuk meningkatkan kemampuan individu mentoleransi tekanan panas. Aklimatisasi memerlukan aktifitas fisik pada kondisi tekanan panas yang sama dengan yg telah diantisipasi untuk kerja. Dengan riwayat terakhir dari kondisi-kondisi keterpajanan tekanan panas paling tidak dalam 2 jam berkesinambungan (mis. 5 dari 7 hari hingga 10 dari 14 hari), seorang pekerja dianggap teraklimatisasi agar dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dalam NAB. Berkurangnya aklimatisasi dimulai ketika aktifitas dalam kondisi tekanan panas tersebut dihentikan, dan kekurangan yg tercatat terjadi setelah 4 hari dan akan hilang secara keseluruhan dalam 3-4 minggu.12
Dalam kegiatan industri, mengenakan pakaian kerja yang lebih dari sekedar pakaian biasa sangat diperlukan untuk melindungi kulit dari tergores atau tersayat, iritasi, atau dari bahan-bahan yang berbahaya. Kontak yang rapat atau dekat antara pakaian dan kulit dapat sangat mempengaruhi perpindahan panas. Efek dari pakaian sulit untuk dikaji sejak terjadinya penurunan kehilangan panas melalui evaporasi begitu juga dengan perpindahan panas melalui radiasi dan konveksi. Terjadinya penurunan tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara
lain ketebalan bahan pakaian, warna, dan apakah pakaian tersebut longgar atau tidak.14
Secara umum untuk lingkungan kerja yang panas dengan tingkat panas radiasi rendah, sebaiknya cukup menggunakan pakaian yang tipis dan sedikit. Sedangkan untuk lingkungan kerja yang tingkat panas radiasinya tinggi sebaiknya gunakan pakaian yang menutup seluruh tubuh (cover all), namun sebaiknya dipilih yang longgar dan terbuat dari bahan yang ringan.14
6.
Pengukuran Tekanan Panas
Metode terbaik untuk menentukan apakah tekanan panas di tempat kerja menyebabkan gangguan kesehatan adalah dengan mengukur suhu inti tubuh pekerja yang bersangkutan. Normal suhu inti tubuh adalah 37oC, mungkin mudah dilampaui dengan akumulasi panas dari konveksi, konduksi, radiasi dan panas metabolisme. Apabila rerata suhu inti tubuh pekerja >38oC, diduga terdapat pemaparan suhu lingkungan panas yang dapat meningkatkan suhu tubuh tersebut. Selanjutnya harus dilakukan pengukuran suhu lingkungan kerja. Salah satu parameter pengukuran suhu lingkungan panas adalah dengan menilai Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang terdiri dari parameter suhu udara kering, suhu udara basah dan suhu panas radiasi, selain itu pengukuran juga dapat dilakukan dengan thermometer ruang.17
7.
Parameter Tekanan Panas
Lingkungan kerja yang panas diukur dengan beberapa pengukuran seperti suhu kering, suhu basah, suhu bola, kecepatan
angin dan kelembaban udara. Gabungan dari pengukuran suhu basah, suhu kering, suhu bola, kelembaban udara dan kecepatan angin disebut iklim kerja.18
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja, pasal 1 ayat 5 berbunyi: “iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya”. “Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet
Bulb Globe Temperature Index) yang disingkat ISBB adalah
parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola”. Definisi yang terdapat dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja KepMen/Kep-51.Men/1999 (Pasal 1) adalah sebagai berikut :19
a. Iklim kerja : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara, dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.
b. Nilai Ambang Batas (NAB) : standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
c. Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) : parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami, dan suhu bola.
d. Suhu udara kering : suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu kering.
e. Suhu Basah Alami : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola basah alami.
f. Suhu Bola : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola
.
Tabel 2.1Nilai Ambang Batas
Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan
Pengaturan waktu ISBB (oC)
kerja setiap jam Beban Kerja
Waktu kerja Waktu Ringan Sedang Berat
Istirahat Bekerja terus menerus - 30,0 26,7 25,0 (8 jam/hari) 75% kerja 25% istirahat 30,6 28,0 25,9 50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9 25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0
Sumber: Departemen Tenaga Kerja RI
Keterangan:
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi (ISBB): 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi (ISBB): 0,7 suhu basah alami + 0,3 suhu bola.19
Untuk menentukan kriteria beban kerja dapat dilihat dari jumlah nadi kerja dalam satu menit, yang tersaji dalam tabel 2.2:20
Tabel 2.2 Kriteria Beban Kerja
Beban Kerja Denyut Nadi per Menit
Ringan 75 – 100
Sedang 100 – 125
Berat 125 - 150
8.
Keadaan Akibat Gangguan Pajanan Tekanan Panas
Terhadap paparan cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh akan berusaha menghadapinya dengan maksimal, dan bila usaha tersebut tidak berhasil akan timbul efek yang membahayakan. Gangguan Kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas dapat dijelaskan sebagai berikut:13,21
a. Heat Syncope
Kurangnya kemampuan untuk aklimatisasi terhadap suhu panas sehingga terjadi pelebaran pembuluh darah di bagian bawah kulit. Gejalanya merasa pusing jika berdiri tegak lurus dan tidak berpindah-pindah di lingkungan panas.21
b. Heat Cramps
Dapat terjadi sebagai akibat bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari dalam tubuh, sehingga bisa menyebabkan kejang pada otot yang digunakan bekerja, lemah dan pingsan.21
c. Heat Exhaustion
Biasanya terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama bagi mereka yang belum beradaptasi tehadap udara panas. Penderita biasanya keluar keringat banyak tetapi suhu badan normal atau subnormal, tekanan darah menurun, denyut nadi lebih cepat, lelah, mual, sakit kepala, pusing, volume urin sedikit.21
d. Heat Stroke
Terjadi karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat, sehingga suhu badan naik, kulit kering dan panas sehingga memerah.21
e. Heat Rash
Terjadi karena paparan suhu panas terus-menerus sehingga kulit basah dengan keringat tidak dapat berevaporasi sehingga tersumbatnya saluran kelenjar keringat dengan retensi keringat dan reaksi inflamatori. Timbulnya biang keringat merah yang sangat kecil dan semakin banyak pada bagian yang terpajan, merasa seperti tertusuk selama terpajan panas.21
f. Anhidrotic Heat Exhaustion
Banyak bagian kulit yang tidak bisa berkeringat saat terpajan panas, tapi menimbulkan buluroma berdiri, diperparah oleh kapasitas kerja yang tidak baik di tempat panas.21
g. Heat Fatigue Transient
Pengaruh lingkungan kerja yang tidak nyaman akibat tekanan panas menyebabkan terjadinya kelelahan kerja yang ditandai dengan gangguan kemampuan sensorik, mental atau kehati-hatian bekerja di lingkungan sehingga susah dalam berfikir dan daya ingat menurun.21
h. Heat Fatigue Cronic
Pengaruh lingkungan kerja yang tidak nyaman akibat tekanan panas menyebabkan terjadinya penurunan kapasitas kerja, penurunan standar perilaku secara sosial dan tidak bisa berkonsentrasi.21
i. Gangguan perilaku dan performansi kerja, seperti terjadinya kelelahan, sering melakukan istirahat curian dan lain-lain.13
j. Dehidrasi, yaitu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik oleh pergantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan tubuh <1,5% gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai kering.13
Di samping itu, pekerja di lingkungan panas juga dapat beraklimatisasi untuk mengurangi reaksi tubuh terhadap panas (heat
strain). Pada proses aklimatisasi menyebabkan denyut jantung lebih
rendah dan laju pengeluaran keringat meningkat. Khusus untuk pekerja yang baru di lingkungan panas diperlukan waktu aklimatisasi selama 1-2 minggu. Jadi, aklimatisasi terhadap lingkungan panas sangat diperlukan pada seseorang yang belum terbiasa dengan kondisi tersebut. Aklimatisasi tubuh terhadap panas memerlukan sedikit liquid tetapi lebih sering minum. Tablet garam juga diperlukan dalam proses aklimatisasi. Seseorang tenaga kerja dalam proses aklimatisasi hanya boleh terpapar 50% waktu kerja terhadap tahap awal, kemudian dapat ditingkatkan 10% setiap hari (OSHA Technical
Manual).12
9.
Pengendalian Tekanan Panas di Tempat Kerja
a. Pengendalian terhadap tenaga kerja15 1) Pemeriksaan medis
Pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah bekerja perlu diselenggarakan untuk seleksi calon tenaga kerja yang tepat dan sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dimulai.
Pemeriksaan berkala dilakukan untuk menilai sejauh mana karyawan telah terpengaruh oleh tekanan panas.
2) Pendidikan dan pelatihan
Informasi yang perlu diberikan dalam menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, antara lain:
a) Aklimatisasi terhadap suhu tinggi
b) Banyaknya air yang diperlukan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang melalui penguapan keringat c) Konsumsi garam dapur
d) Pengenalan gejala-gejala penyakit akibat terpapar suhu tinggi
3) Aklimatisasi
Suatu keadaan penyesuaian fisioligik yang terjadi pada seorang yang biasanya hidup di tempat dingin kemudian di tempat panas.
4) Pemberian air
Pemberian air diperlukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi akibat berkeringat dan pengeluaran urine. Pada keadaan banyak keringat setiap orang memerlukan 0,5 liter atau lebih tiap jam.
5) Pemberian garam dapur (NaCl)
Penambahan garam dapat diberikan melalui makanan atau minuman dengan konsentrasi 0,1 %. Kebutuhan rata-rata tiap orang adalah 10-20 gr/hr (dalam keadaan biasa sudah cukup dipenuhi dari makanan sehari-hari)
6) Istirahat
Istirahat diperlukan untuk menghindari terjadinya efek kelelahan, sedangkan istirahat tidur sekitar 7 jam sehari untuk menghindari efek kelalhan kumulatif.
7) Pakaian
Pakaian selain melindungi permukaan tubuh terhadap radiasi sinar matahari tetapi juga merupakan pengahambat terjadinya konveksi antara kulit dengan aliran udara.
b. Pengendalian secara teknis15 1) Isolasi sumber panas
Membatasi pemaparan seorang terhadap panas yang sulit dikendalikan dengan cara lainnya atau cara yang dianjurkan bila di tempat terdapat sumber yang tinggi.
2) Insulation
Mengurangi pertukaran panas radiasi dan mengurangi panas konveksi antara permukaan yang panas dengan udara sekitarnya.
3) Radiation shielding
Mengurangi panas radiasi yang jatuh pada permukaan.
4) Local exhaust ventilation
Mengendalikan panas konveksi dengan menghisap udara yang panas melalui canopy hood yang dipasang di atas sumber panas dengan bantuan alat mekanis atau secara alami.
5) Suplai udara segar
Merancanakan sistem ventilasi umum yang dilengkapi dengan alat pendingin udara sebelum udara tersebut didistribusikan ke seluruh ruang kerja.
Gambar 2.1 Kerangka Teori13,21 Hilang panas dengan konveksi dan radiasi Suhu kulit naik Dilatasi pembuluh darah Ketidak mantapan peredaran darah dan vasomotor Syncope oleh karena panas Oedema Pemindahan panas dari dalam ke
pori-pori Dilatasi pembuluh darah lebih lanjut dan keluar keringat Kehilangan garam Kejang panas Kehilangan panas oleh hilangnya garam Kehilangan cairan
Kelelahan panas oleh karena hilangnya cairan
Menurunkan kemampuan berkeringat Keringat berkurang Kelelahan panas Suhu dalam naik Hilang panas oleh penguapan Berhenti berkeringat Pukulan panas Masa Kerja Aklimatisasi
Pusing saat berdiri
Heat Cramps - Pegal-pegal - Kejang otot - Lemah - Pingsan Heat Exhaustion
- Tekanan darah menurun - Denyut nadi meningkat - Lelah
- Mual - Sakit kepala - Pusing
- Kulit lembab, basah dan
pucat
- Volume urin sedikit
Heat Fatigue Transient
- Gangguan sensorik - Gangguan mental - Kecemasan
Heat Stroke
- Kulit kering, panas dan
memerah - Keringat berlebih - Mudah haus - Hilang konsentrasi Heat Rash Biang Keringat
Anhidrotic Heat Exhaustion
Buluroma berdiri
Heat Fatigue Cronic
Kapasitas kerja menurun
Ketidaknyamanan
Berdasarkan Gambar 2.1 menjelaskan bahwa tubuh manusia bila terpajan tekanan panas ada dua reaksi yang ditimbulkan yaitu tubuh akan menghilangkan panas dengan konveksi dan radiasi, reaksi lainnya akan terjadi kenaikan suhu pada kulit. Apabila tubuh mampu menghilangkan panas maka panas akan berpindah dari dalam keluar pori-pori kemudian panas tersebut akan hilang oleh karena penguapan. Namun apabila tubuh tidak sanggup menghilangkan panas tubuhnya, akan terjadi peningkatan suhu pada kulit.
Peningkatan suhu pada kulit akan mengakibatkan dilatasi pembuluh darah. Akibat dari dilatasi pembuluh darah akan terjadi ketidakmantapan peredaran darah dan vasomotor, sehingga terjadi syncope oleh karena panas dan oedema. Bila dilatasi pembuluh darah terus berlanjut dan keluar keringat akan menyebabkan kehilangan garam, kehilangan cairan tubuh dan menurunkan kemampuan berkeringat.
Kehilangan garam di tubuh akan mengakibatkan kejang panas dan kehilangan panas tubuh. Apabila terjadi kehilangan cairan tubuh akan mengakibatkan kelelahan dan keringat akan berkurang. Namun bila terjadi penurunan kemampuan berkeringat akan mengakibatkan keringat berkurang sehingga menimbulkan kelelahan, dan keringat yang berhenti akan menimbulkan pukulan panas, dengan kenaikan suhu didalam tubuh akan menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Hipotesis
1. Ada hubungan antara tekanan panas (heat stress) dengan keluhan subyektif yang dialami pekerja yang terpajan tekanan panas (heat
stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan.
2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan subyektif yang dialami pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan.
Keluhan Subyektif
Kulit kering dan panas
Keringat berlebih
Mudah haus
Hilang konsentrasi
Pusing jika berdiri
Lemah, letih dan lesu
Terasa mual
Sakit kepala
Kulit lembab, basah dan pucat
Pegal-pegal
Nyeri kejang otot
Biang keringat
Kecemasan
Kapasitas kerja menurun
1. Tekanan Panas (Heat Stress) 28 2. Jenis Kelamin 3. Umur 4. Masa Kerja 5. Aklimatisasi
3. Ada hubungan antara umur dengan keluhan subyektif yang dialami pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan.
4. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan subyektif yang dialami pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan.
5. Ada hubungan antara aklimatisasi dengan keluhan subyektif yang dialami pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan.
C. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah Explanatory Research yang menjelaskan hubungan antar variabel penelitian. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode Cross Sectional yaitu data yang menunjukan titik waktu tertentu atau pengumpulannya dilakukan dalam waktu bersamaan.22
D. Variabel Penelitian
Aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang memungkinkan dapat mempengaruhi keluhan subyektif pada pekerja pengasapan ikan yaitu tekanan panas (Heat Stress) ruang pengasapan ikan, jenis kelamin, umur, masa kerja dan aklimatisasi pekerja.
2. Variabel terikat (Dependent Variable) adalah variabel yang berubah karena variabel bebas, yaitu keluhan subyektif.
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Variabel, Definisi Operasional, Skala
Variabel Definisi Operasional Skala
Variabel Bebas 1. Tekanan Panas (Heat Stress) 2. Jenis Kelamin 3. Umur 4. Masa Kerja 5. Aklimatisasi
Pengukuran tekanan panas (heat
stress) di ruang pengasapan ikan
menggunakan alat Questemp.
Jenis kelamin pekerja pengasapan ikan berdasarkan jawaban kuesioner responden. Kategori:
0 = pria 1 = wanita
Umur pekerja pengasapan ikan saat pengambilan data berdasarkan kartu tanda penduduk (KTP) pekerja dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir dengan satuan tahun.
Lamanya pekerja bekerja di
pengasapan ikan terhitung sejak awal mulai bekerja sampai dilakukan penelitian dalam satuan tahun.
Cara penyesuaian diri pekerja terhadap kondisi temperature lingkungan kerja yang meliputi:
a. Tidak mengenakan baju/melepas
baju atau menggunakan kaos yang tipis dan longgar
b. Mengkonsumsi mineral garam
c. Minum 1 gelas setiap 20 menit
Rasio
Nominal
Rasio
Rasio
Tabel 3.1
Variabel, Definisi Operasional, Skala
Variabel Definisi Operasional Skala
Variabel Terikat
Keluhan Subyektif Gangguan kesehatan yang dirasakan
oleh pekerja akibat dari lingkungan kerja yang panas atau saat terpajan panas
berdasarkan jawaban kuesioner
meliputi:
1. Kulit kering dan panas
2. Keringat berlebih
3. Mudah haus
4. Hilang konsentrasi
5. Pusing jika berdiri
6. Lelah, letih dan lesu
7. Terasa mual
8. Sakit kepala
9. Kulit lembab, basah dan pucat
10. Pegal-pegal 11. Nyeri kejang otot 12. Biang keringat 13. Buluroma berdiri 14. Kecemasan
15. Kapasitas kerja menurun Dengan skor:
Sering = 2
Kadang-kadang = 1 Tidak pernah = 0
Interval
F. Populasi dan Sampel
1.
PopulasiPopulasi pada penelitian ini adalah penduduk yang bekerja sebagai pengasap ikan yang berlokasi di Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal dengan jumlah keseluruhan 28 orang pekerja.. 2. Sampel
Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Ketapang yaitu sebanyak 28 orang pekerja.
Karakteristik sampel yang dapat dimasukan atau yang layak diteliti memiliki kriteria inklusi dan eksklusi. Karateristik inklusi dalam penelitian ini adalah pekerja bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusi adalah hal-hal yang menyebabkan sampel yang memenuhi kriteria tidak diikutsertakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini kriteria eksklusinya adalah:
a. Tidak termasuk pekerja tetap di pengasapan ikan Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal.
b. Pekerja yang tidak bersedia menjadi responden.
Pengambilan sampel tekanan panas (heat stress) dari 6 ruang pengasapan ikan tempat responden bekerja.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik dalam pengambilan sampel dalam penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Sampling. Total sampling berarti menentukan terlebih dahulu jumlah subyek penelitian yang dipergunakan. Dalam penelitian ini peneliti menentukan subyek penelitian sebanyak 28 orang.
G. Pengumpulan Data
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan yaitu berupa hasil pengukuran ISBB tekanan panas (heat
kering, suhu bola basah, suhu radian/global dan kelembaban. Pengukuran dilakukan pada saat dilakukan perlakuan pada pekerja. Langkah-langkah pengukuran adalah sebagai berikut:
1. Persiapan alat ±10 menit
2. Persiapan alat pada titik sampling yang terletak di depan tungku pengasapan ikan di mana pekerja melakukan aktifitasnya
3. Proses penyesuaian alat selama ±10 menit
4. Proses pengukuran setiap titik selama ±15 menit pada 1 titik di 6 rumah industri pengasapan ikan
5. Pencatatan hasil pengukuran dalam form pengukuran
Hasil pengukuran temperatur lingkungan kerja dihitung dengan menggunakan rumus tekanan panas pada lingkungan indoor (dalam ruangan). Hal ini karena area pengasapan ikan tidak terpajan sinar matahari langsung. Rumus yang digunakan adalah:
ISBB indoor = 0,7 WB + 0,3 GT Keterangan:
ISBB = Indeks Suhu Bola Basah WB = Suhu Bola Basah
GT = Suhu Radian
Selain itu digunakan pula kuesioner kepada subyek penelitian/pekerja pengasapan ikan yang bertujuan untuk menggali dan mengetahui data penelitian yang diperlukan tentang faktor-faktor yang terkait dengan keluhan subyektif pekerja terpajan tekanan panas (heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan.
Kuesioner ini terdiri dari 4 bagian:
a. Bagian 1, persetujuan menjadi responden
Berisi data pribadi serta tanda tangan kesediaan pekerja pengasapan ikan untuk menjadi responden.
b. Bagian 2, karakteristik responden
Meliputi nama, jenis kelamin, umur dan masa kerja menjadi pekerja pengasapan ikan.
c. Bagian 3, untuk mengetahui aklimatisasi responden terhadap pajanan tekanan panas (heat stress).
d. Bagian 4, untuk mengetahui keluhan subyektif yang dialami responden terhadap pajanan tekanan panas (heat stress).
Kuesioner sebelumnya akan diuji cobakan dahulu untuk mencegah terjadi bias dalam hal menginterpretasikan pertanyaan. Setelah itu kuesioner siap untuk dibagikan.
2. Metode Pengumpulan Data a. Data Primer
Metode pengumpulan data primer dari pengukuran ruang pengasapan ikan, hasil isian kuesioner dan wawancara pada pekerja.
b. Data sekunder
Data sekunder berupa gambaran industri rumah tangga pengasapan ikan dan data pekerja yang diperoleh dari Data Pengrajin Makanan Olahan Kelurahan Ketapang di kantor Kelurahan Ketapang dan Ketua Kelompok Usaha Pengasapan Ikan di Kelurahan Ketapang.
3. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah lembar kuesioner faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas dan alat pengukuran yaitu
questemp merk quest tipe 34.
Hasil uji validitas reliabilitas menunjukan bahwa ada dua pertanyaan kuesioner yang tidak valid yaitu pada pertanyaan mudah lelah, letih dan lesu dan nyeri kejang pada otot yang digunakan selama bekerja.
H. Pengolahan Data
Data penelitian yang telah terkumpul kemudian diolah secara deskriptif dengan langkah sebagai berikut:
a. Editing data
Mengkoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemukan, dengan cara melakukan pengecekan kelengkapan data-data yang ada, jika ditemukan data yang salah pengisiannya maka data tidak dipergunakan.
b. Coding/Scoring
Memberikan tanda pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka untuk memudahkan pengolahan data.
c. Tabulating
Pengelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan ke dalam tabel-tabel yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner yang telah ditentukan skornya.
d. Entry data
Memasukan data yang diperoleh kedalam tabel kerja program SPSS untuk selanjutnya data tersebut diolah.
I. Analisis Data
Dalam penelitian ini untuk melakukan analisa data dengan menggunakan bantuan program computer SPSS.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Jika data distribusi normal dapat dilakukan pengujian Pearson Correlation. Sebaliknya jika data berdistribusi tidak normal dapat dilakukan pengujian Rank
Spearman. Untuk menguji apakah distribusi data tersebut normal
atau tidak maka perlu dilakukan uji statistik dengan bantuan SPSS yaitu Kolmogorof Smirnov.23
Tabel 3.2
Hasil Uji Normalitas Data
Variabel -value Distribusi Data
Tekanan Panas Jenis Kelamin Umur Masa Kerja Aklimatisasi 0.114 0.002 0.838 0.826 0.000 Normal Tidak normal Normal Normal Tidak normal
Tabel 3.3
Uji Statistik Hipotesis Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat Uji Statistik
Tekanan Panas Jenis Kelamin Umur Masa Kerja Aklimatisasi Keluhan Subyektif Keluhan Subyektif Keluhan Subyektif Keluhan Subyektif Keluhan Subyektif Pearson Correlation Rank Spearman Pearson Correlation Pearson Correlation Rank Spearman
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Daerah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga pengasapan ikan di Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Berikut ini peta tempat penelitian dilaksanakan.
Gambar 4.1 Peta Daerah Penelitian
Kabupaten Kendal terletak antara 109o401–110o181 BT dan 6o321– 7o24’ LS. Adapun batas administrasi Kabupaten Kendal meliputi :
Sebelah Barat : Kabupaten Batang
Sebelah Timur : Kota Semarang
Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Temanggung
Sebelah Utara : Laut Jawa
Kelurahan Ketapang
Wilayah Kabupaten Kendal terbagi menjadi 2 (dua) daerah dataran, dataran rendah dan dataran tinggi sehingga memiliki 2 kondisi iklim. Wilayah Kabupaten Kendal bagian utara yang didominasi oleh dataran rendah dan berdekatan dengan Laut Jawa, maka kondisi iklim di daerah tersebut cenderung lebih panas dengan suhu rata-rata 27oC. Sedangkan wilayah Kabupaten Kendal bagian selatan yang merupakan daerah pegunungan dan dataran tinggi, kondisi iklim cenderung lebih sejuk dengan suhu rata-rata 25oC. Lokasi penelitian berada pada Kabupaten Kendal bagian utara di Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal di industri rumah tangga pengasapan ikan. Karena letaknya di dataran rendah dan berdekatan dengan laut jawa, pengrajin industri rumah tangga pengasapan ikan dapat dengan mudah memperoleh bahan baku utama yaitu ikan untuk diolah menjadi ikan asap.
Pengasapan ikan merupakan industri rumah tangga yang dikelola oleh keluarga secara turun temurun. Dalam satu tempat pengasapan ikan terdiri dari 3 hingga 5 pekerja, dalam pengerjaannya dibutuhkan waktu rata-rata kurang lebih 4 jam sampai 8 jam tergantung pada permintaan konsumen. Tempat pengasapan ikan rata-rata kurang lebih luasnya 6 meter x 6 meter dengan tungku pengasapan ikan yang terbuat dari beberapa jenis material seperti beton, seng atau batubata dengan rata-rata kurang lebih panjang 2 meter, lebar 1 meter dan tinggi cerobong 7 meter. Ruang pengasapan ikan pada umumnya beralaskan tanah dan beratap genting. Alat yang digunakan dalam proses produksi ikan asap adalah tungku pengasapan ikan, panggangan/rak-rak ikan dari anyaman kawat dan bahan bakar menggunakan tempurung kelapa..
B.
Pola Kerja dan Alur Proses Pengasapan Ikan
Berdasarkan observasi, proses pengasapan ikan sebagai berikut: ikan yang diasap biasanya ikan segar tetapi ada juga ikan yang telah dibekukan. Pertama yang dilakukan adalah membersihkan ikan dari sisik dan memisahkan organ dalam yang tidak dibutuhkan dari badan ikan kemudian ikan dicuci dengan air yang tidak mengalir. Tanpa penirisan serta penggaraman, ikan dipisahkan antara kepala dan badan kemudian bahan ikan dipotong-potong dengan ukuran sama besar dengan jumlah sesuai besar kecilnya ikan. Potongan-potongan daging ikan tersebut ditusuk menggunakan lidi dengan tujuan agar daging ikan tidak hancur saat pengasapan dan penghitungan/pemilihan oleh konsumen saat penjualan, kemudian daging ikan disusun di rak-rak pengasapan kemudian diasap sampai warna daging ikan berubah menjadi agak coklat kekuning-kuningan (5-7 menit). Setelah selesai diasap, ikan asap disusun dalam keranjang anyaman dan siap dipasarkan.
Alur proses pengasapan ikan di Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal, adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2 Diagram Alur Proses Pengasapan Ikan Membersihkan ikan Pemisahan kepala, badan, bagian dalam Ikan diasapi Ikan mentah Badan ikan dipotong ukuran besar Badan ikan dipotong ukuran kecil Ikan asap Penusukan lidi Disusun di rak-rak
Berikut ini adalah gambaran pola kerja dari masing-masing lokasi penelitian yaitu sebagai berikut.
1. Lokasi I
Berdasarkan wawancara dengan responden di lokasi I yang memiliki 5 pekerja, 2 laki-laki dan 3 perempuan dengan pembagian tugas 2 pekerja laki-laki bertugas sebagai pengasap ikan dan 3 pekerja wanita bertugas mencuci, memotong dan menusuk lidi pada ikan. Kapasitas produksi pada hari-hari biasa pengasapan ikan lokasi I rata-rata berkisar antara 20kg - 40kg per hari atau tergantung pada pemesanan dan akan meningkat pada hari-hari libur seperti sabtu dan minggu yaitu berkisar 50kg - 60kg. Pekerjaannya dimulai dari pukul 14.00-18.00 WIB.
2. Lokasi II
Berdasarkan wawancara dengan responden di lokasi II yang memiliki 4 pekerja, 2 laki-laki dan 2 perempuan dengan pembagian tugas 2 pekerja laki-laki bertugas sebagai pengasap ikan dan 2 pekerja wanita bertugas mencuci, memotong dan menusuk lidi pada ikan. Kapasitas produksi pengasapan ikan lokasi II perharinya rata-rata berkisar antara 10kg - 40kg atau tergantung pada pemesanan dan jumlah ikan yang di dapatkan dari pemasok ikan. Pekerjaannya dimulai dari pukul 15.00-19.00 WIB.
3. Lokasi III
Berdasarkan wawancara dengan responden di lokasi III yang memiliki 5 pekerja, 3 laki-laki dan 2 perempuan dengan pembagian tugas 3 pekerja laki-laki bertugas sebagai pengasap ikan dan 2 pekerja
wanita bertugas mencuci, memotong dan menusuk lidi pada ikan. Kapasitas produksi pada hari-hari biasa pengasapan ikan lokasi I rata-rata berkisar antara 20kg - 45kg per hari atau tergantung pada pemesanan dan akan meningkat pada hari libur seperti sabtu dan minggu yaitu berkisar 50kg. Pekerjaannya dimulai dari pukul 14.00 hingga selesai tanpa batas waktu yang tidak ditentukan.
4. Lokasi IV
Berdasarkan wawancara dengan responden di lokasi IV yang memiliki 5 pekerja, 3 laki-laki dan 2 perempuan dengan pembagian tugas 3 pekerja laki-laki bertugas bergantian mengasapi ikan dan 2 pekerja wanita bertugas mencuci, memotong dan menusuk lidi pada ikan. Kapasitas produksi pada hari-hari biasa pengasapan ikan lokasi IV rata-rata berkisar antara 20kg - 50kg per hari atau tergantung pada pemesanan.. Pekerjaannya dimulai dari pukul 14.00-19.00 WIB.
5. Lokasi V
Berdasarkan wawancara denga responden di lokasi V yang memiliki 5 pekerja, 3 laki-laki dan 2 perempuan dengan pembagian tugas 2 pekerja laki-laki bertugas sebagai pengasap ikan yang lainnya membantu 2 pekerja wanita mencuci, memotong dan menusuk lidi pada ikan. Kapasitas produksi pada hari-hari biasa pengasapan ikan lokasi I rata-rata berkisar antara 25 kg per hari atau tergantung pada pemesanan. Pekerjaannya dimulai dari pukul 13.00-17.00 WIB.
6. Lokasi VI
Berdasarkan wawancara pada responden, di lokasi VI yang memiliki 4 pekerja, 2 laki-laki dan 2 perempuan dengan pembagian
tugas 2 pekerja laki-laki bertugas sebagai pengasap ikan dan 2 pekerja wanita bertugas mencuci, memotong dan menusuk lidi pada ikan. Namun terkadang pekerja wanita ikut bergantian membantu mengasapi ikan. Kapasitas produksi pada hari-hari biasa pengasapan ikan lokasi I rata-rata berkisar antara 20kg - 40kg per hari. Pekerjaannya dimulai dari pukul 14.00-18.00 WIB.
C.
Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 6 (enam) lokasi pengasapan ikan yang berada di kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal. Berdasarkan observasi dan wawancara, ruang pengasapan memiliki perbedaan satu dengan yang lain sebagai berikut.
1. Lokasi I
Ruang pengasapan di lokasi I, memiliki luas ruang 6x6 meter dengan ukuran tungku panjang 3 meter, lebar 2 meter dan tinggi cerobong 7.5 meter. Kontruksi bangunannya sebagian berdinding batu bata dan sebagian lagi anyaman bambu, beralas tanah dan beratap genteng. Sedangkan untuk tungku pengasapan berdinding setengah batu bata dan dinding atasnya seng. Ruang pengasapan ikan di lokasi I memiliki 2 pintu, pintu kearah rumah dan di belakang kearah luar, memiliki satu jendela ukuran 50x75 cm di dekat tempat pencucian ikan. Lokasi I berdekatan dengan dapur pemilik industri pengasapan ikan sehingga pekerja dapat dengan mudah menjangkau air minum saat bekerja. Pekerja pada lokasi I berjumlah 5 orang, 2 laki-laki dan 3 perempuan. Pekerja di lokasi ini selalu menggunakan sarung tangan
dari kain tebal sebagai alat pelindung diri saat mengangkat rak-rak anyaman yang sedang diasapi.
2. Lokasi II
Ruang pengasapan di lokasi II, memiliki luas ruang 4x6 meter dengan tungku berukuran panjang 2 meter, lebar 1 meter dan tinggi cerobong 7 meter. Kontruksi bangunannya sebagian berdinding batu bata dan sebagian lagi anyaman bambu, beralas tanah dan beratap genteng. Sedangkan untuk tungku pengasapannya terbuat dari beton. Memiliki 1 pintu berjarak 1 meter dari tungku pengasapan. Letak ruang pengasapan ikan di belakang rumah pemilik industri dan jauh dari jangkauan air minum. Pekerja di lokasi II berjumlah 4 orang, 2 laki-laki dan 2 perempuan. Pekerja di lokasi ini dalam tugasnya tidak terlihat menggunakan alat pelindung diri.
3. Lokasi III
Ruang pengapasan di lokasi III, memiliki luas ruang 5x5 meter. Letak ruang pengasapan berada di belakang rumah pemilik industri. Memiliki 2 pintu, pintu kearah rumah dan keluar. Ruang pengasapan lokasi III tidak memiliki ventilasi ataupun jendela. Kontruksi bangunan berupa batu bata, beralaskan tanah dan beratap genteng. Sedangkan untuk kontruksi tungku dari batu bata dengan ukuran panjang 2,5 meter, lebar 1 meter dan tinggi cerobong 7 meter. Di sekitar ruang pengasapan ikan tidak terlihat pemilik industri menyediakan air minum untuk pekerjanya. Pekerja di lokasi III berjumlah 5 orang, 3 laki-laki dan 2 perempuan. Pekerja di lokasi ini sudah menggunakan alat pelindung diri