• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MTs Wilayah Kabupaten Sumedang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MTs Wilayah Kabupaten Sumedang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Model Pembelajaran

Problem Based Learning terhadap

Hasil Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia di MTs

Wilayah Kabupaten Sumedang

oleh Ani Sri Mulyani, Dedi Mulyasana, Yus Rusyana

This study aims to determine differences in learning outcomes between students who received

problem based learning treatment with those who did not get the treatment of problem based

learning. This study used quasi experiment with nonequivalent group pretest posttest design. Then

there are two groups namely the experimental group and the control group. The experimental

group studied with problem based learning while the control group studied non problem based

learning. The research result data shows that after being given treatment, there is a significant

difference between the average score of postest of experiment group and control. This case shows

that Problem Based Learning variable influences significantly to student learning mastery.

Key Words:

problem based learning and student learning outcomes

ABSTRACT

PENDAHULUAN

Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan, dengan pendidikan yang baik, akan terbentuk pola pikir, sikap dan perilaku yang baik. Pendidikan yang baik terbentuk dari pola dan sistem pendidikan yang baik pula. Pola dan sistem pendidikan yang baik terwujud

proses pembelajaran yang baik.

Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan penyelenggaraan pendidikan yang bersifat mendasar. Dalam tatanan global, masyarakat pendidikan dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama tantangan yang berhubungan

(2)

dengan perkembangan iptek, tuntutan perubahan dan tantangan masa depan yang sulit diprediksi secara pasti khususnya globalisasi pasar bebas di lingkungan negara-negara ASEAN.

Menghadapi berbagai masalah dan tantangan tersebut, sistem pendidikan ditata secara utuh dan menyeluruh, terutama yang berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Sekalipun demikian pendidikan tetap dikumpulkan dan difungsikan sebagai alat hidup, sehingga dengan demikian masyarakat perlu memahami arti dan hakikat hidup serta mampu menjalankan tugas hidup dan kehidupan secara benar, cerdas, bermutu dan bermanfaat.

Untuk itu perlu pengembangan operasional pendidikan ke dalam proses pembelajaran yang bermutu, yakni pembelajaran yang dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan peserta didik. Hal tersebut harus dikondisikan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam hal ini, sekolah sebagai sebuah masyarakat kecil yang merupakan wahana pengembangan peserta didik, dituntut untuk menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis, agar terjadi proses belajar yang menyenangkan.

Dengan iklim pendidikan yang demikian diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan masa depan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi berbagai macam tantangan. Untuk kepentingan tersebut diperlukan perubahan yang cukup mendasar dalam sistem pendidikan nasional, yang dipandang oleh berbagai pihak sudah tidak efektif, bahkan dari segi mata pelajaran yang diberikan dianggap kelebihan muatan tetapi tidak mampu membekali peserta didik, serta tidak dapat mempersiapkan peserta didik untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain

di dunia. Perubahan mendasar tersebut berkaitan dengan kurikulum, yang dengan sendirinya menuntut dan mempersyaratkan berbagai perubahan pada komponen-komponen pendidikan lain.

Untuk mengembangkan pembelajaran yang bermutu, perlu menata mutu guru dan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Hal tersebut penting, guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur, serta adaptif terhadap berbagai perubahan. Kurikulum berbasis karakter dan kompetensi diharapkan mampu memecahkan berbagai persoalan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan dengan mempersiapkan peserta didik melalui perencanaa, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif, efisien, dan hasil guna.

Banyak teori dan hasil penelitian para ahli pendidikan yang menunjukkan bahwa pembelajaran akan berhasil bila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Atas dasar ini munculah istilah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengakomodasi CBSA adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dikembangkan dari pemikiran nilai-nilai demokrasi, belajar efektif perilaku kerja sama dan menghargai keanekaragaman dimasyarakat.

Berakar dari keyakinan John Dawey (Abidin, 2014: 158) bahwa “guru harus mengajar dengan menarik naluri alami siswa untuk menyelidiki dan menciptakan”. Dawey (Abidin, 2014: 158) menulis bahwa “pendekatan utama yang seyogyanya digunakan untuk setiap mata pelajaran di sekolah adalah pendekatan yang mampu merangsang pikiran siswa untuk memperoleh segala keterampilan belajar

(3)

yang bersifat nonskolastik”.

Berdasarkan keyakinan ini, pembelajaran hendaknya senantiasa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa karena konteks alamiah ini memberikan sesuatu yang dapat dilakukan siswa, bukan sesuatu yang harus dipelajari, sehingga hal ini akan secara alamiah menuntut siswa berpikir dan mendapatkan hasil belajar yang alamiah pula. Pola pembelajaran tersebut akan lebih bermakna bila dikembangkan dengan pola pembelajaran berbasis masalah.

Boud dan Fellti (Rusman, 2012: 230) “pembelajaran Berbasis Masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan”. Sedangkan menurut Margetson (Rusman, 2012: 230) “kurikulum Pembelajaran Berbasis Masalah membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif ”.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang muncul pertama kali pada saat proses pembelajaran. Masalah disajikan sealamiah mungkin dan selanjutnya siswa bekerja dengan masalah yang menuntut siswa mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuannya sesuai dengan tingkat kematangan psikologis dan kemampuan belajarnya. Konsep pembelajaran ini dipandang sebagai konsep pembelajaran yang sangat sesuai dengan tuntutan belajar abad ke-21 yang mengharuskan siswa senantiasa mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan melaksanakan penelitian sebagai kemampuan yang diperlukan dalam konteks dunia yang cepat berubah.

Pada abad ke-21 ditandai dengan tingginya konektivitas realita yang tidak dapat dipisahkan. Kita membutuhkan pandangan yang luas tentang berbagai hal dan perpaduan dari setiap perbedaan pengetahuan dasar yang saling berhubungan.

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) bermaksud untuk memberikan ruang gerak berpikir yang bebas kepada siswa untuk mencari konsep dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan materi yang disampaikan oleh guru.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang mendapat perlakuan problem based learning dengan siswa yang tidak mendapat perlakuan problem based learning.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain kelompok

nonequivalent karena metode penelitian

tersebut dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas yaitu model pembelajaran Problem

Based Learning terhadap variabel terikat

yaitu hasil belajar peserta didik. Dalam metode quasi eksperimen dengan desain kelompok nonequivalent terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Ada pretes, postes, dan perlakuan yang berbeda yang diberikan kepada sampel. Sampel yang menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning adalah kelompok

(4)

menggunakan model konvensional. Pretes diberikan sebelum perlakuan dan postes diberikan setelah perlakuan terhadap kedua kelompok untuk melihat apakah ada perbedaan atau tidak antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan model desain

nonequivalent group pretest postest design.

Keterangan :

KE = kelompok eksperimen KK = kelompok kontrol

X = perlakuan yang menggunakan PBL dalam pembelajaran T₁ = pretest

T₂ = postest

Penentuan jumlah sampel minimal dalam penelitian ini menggunakan rumus Sugiyono (2013: 126) Keterangan: S = jumlah sampel λ² dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10% P = Q = 0,5 d = 0,05

Skor pada pretes dan postes didasarkan pada rumus sebagai berikut:

N = B

Keterangan: N = skor

B = jumlah jawaban yang benar

Proses perhitungannya disebut sebagai validitas indeks dengan prosedur sebagai berikut:

1. Menyusun setiap skor tes, dari skor yang paling tinggi sampai skor yang paling rendah.

2. Menentukan tingkat kesulitan setiap soal dengan menggunakan rumus berikut ini:

Keterangan: P = indeks kesulitan

B = soal yang dapat dijawab oleh peserta tes JS = peserta tes

Tabel 1 Klasifikasi Indeks Kesulitan

Indeks Kesukaran Interpretasi 0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < IK ≤ 1,00 Mudah

Tabel 2 Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi DP ≤ 0,00 Sangat Buruk 0,00 < DP ≤ 0,20 Buruk 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Tabel 3 Klasifikasi Koefisien Validitas

Indeks Validitas Kriteria 0.90 ≤ rxy ≤ 1.00 Sangat tinggi 0.70 ≤ rxy ≤ 0.90 Tinggi 0.40 ≤ rxy ≤ 0.70 Sedang 0.20 ≤ rxy ≤ 0.40 Rendah 0.00 ≤ rxy ≤ 0.20 Sangat rendah

Tabel 4 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Cukup 0,60 – 0,799 Tinggi 0,80 – 1,000 Sangat tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Uji Normalitas

Ada 2 kelompok dalam penelitian ini yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas terhadap kedua kelas tersebut dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk melalui aplikasi program SPSS 22 for Windows. Uji normalitas dilakukan pada pretes dan postes kedua kelompok pada 2 sekolah, yaitu MTs Ma’arif Jatinangor dan MTs Yasta Bunter.

(5)

Hasil Uji Normalitas MTs Ma’arif Jatinangor

Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Pretest Kelas

Eksperimen 0,052 0,054 Pretest Kelas Kontrol 0,063 0,053 Posttest Kelas

Eksperimen 0,057 0,053 Posttest Kelas

Kontrol 0,059 0,085

Hasil Uji Normalitas MTs Yasta Bunter

Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Pretest Kelas

Eksperimen 0,050 0,053 Pretest Kelas Kontrol 0,051 0,058 Posttest Kelas

Eksperimen 0,060 0,057 Posttest Kelas

Kontrol 0,060 0,063

Berdasarkan hasil uji normalitas, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok di 2 sekolah tersebut berdistribusi normal.

1) MTs Ma’arif Jatinangor

a) Pretes

Uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk untuk kelas eksperimen diperoleh signifikansi di di atas 0,05 yakni 0,052 dan 0,054 dan untuk kelas kontrol diperoleh signifikansi di atas 0,05 yakni 0,063 dan 0,053.

b) Postes

Uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Shapiro-Wilk untuk kelas eksperimen diperoleh signifikansi di atas 0,05 yakni 0,057 dan 0,053 sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh signifikansi di atas 0,05 yakni 0,059 dan 0,085.

Berdasarkan data di atas hasil pretes dan postes berdistribusi normal. Maka dari itu dilakukan uji T yaitu uji Paired sampel T test dan Uji Independent Sampel T Test, karena dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal.

2) MTs Yasta Bunter

a) Pretes

Uji Kolmogorov-Smirnov dan uji

diperoleh signifikansi di atas 0,05 yakni 0,050 dan 0,053 sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh signifikansi di atas 0,05 yakni 0,051 dan 0,058.

b) Postes

Uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Shapiro-Wilk untuk kelas eksperimen diperoleh signifikansi di atas 0,05 yakni 0,060 dan 0, 057 sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh signifikansi di atas 0,05 yakni 0,060 dan 0,063.

Berdasarkan data di atas hasil pretes dan postes berdistribusi normal. Maka dari itu dilakukan uji T karena dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal. Demikian juga halnya dengan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan hasil belajar berdistribusi normal. Dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Uji Normalitas X1, X2, X3 dan Y Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Perencanaan (X1) 0,052 0,051 Pelaksanaan (X2) 0,055 0,062 Evaluasi (X3) 0,054 0,074 Hasil Belajar (Y) 0,060 0,065

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan uji Levene melalui aplikasi SPSS 22 for windows. Nilai uji homogenitas tersebut adalah sebagai berikut:

Uji Homogenitas Pretest dan Postest MTs Ma’arif Sig. Keterangan Pretest 0,084 Homogen Postest 0,338 Homogen Uji Homogenitas Pretest dan Postest MTs Yasta

Sig. Keterangan

Pretest 0,462 Homogen Postest 0,140 Homogen

Berdasarkan tes homogenitas dengan menggunakan uji Levene, jika nilai

(6)

dari populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama. Dari data di atas, semua nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa peserta didik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di dua sekolah tersebut berasal dari populasi yang mempunyai varians sama atau kedua kelompok tersebut homogen.

c. Uji Regresi

Uji Regresi X1, X2, X3 terhadap Y R Square Perencanaan (X1) 0,208 Pelaksanaan (X2) 0,091 Evaluasi (X3) 0,186 Proses Pembelajaran 0,507

Hubungan Pengaruh Tafsir X1 – Y .456a .208 Y = 71.068

+ 7.573 X1 X2 - Y .301a .091 Y = 11.111

+ 6.852 X2 X3 – Y .431a .186 Y = 15.556

+ 13.333 X3 X1, X2, X3 – Y .712a .507 Y = 12.702

+ 4.351 X1 + 6.737 X2 + 10.281 X3 Ɛ = √(1-0.507) = √(0.493) = 0.7021 (Sumber: Singgih Santoso, 2009)

1) Perencanaan Pembelajaran (X₁) terhadap Hasil Belajar (Y)

Dari hasil uji regresi sederhana untuk melihat kontribusi perencanaan pembelajaran terhadap hasil belajar siswa, di peroleh nilai R square sebesar 0.208 (hasil

0.456 X 0.456 = 0.208) artinya kontribusi kemampuan perencanaan pembelajaran terhadap hasil belajar siswa sebesar 20,8%. Sedangkan sisanya sebesar 79.2 % (100% – 20.8% = 79.2%) ditentukan oleh faktor-faktor lainnya. Hal ini dapat dinyatakan bahwa perencanaan pembelajaran memberikan kontribusi signifikan dan positif terhadap hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa MTs.

2) Pelaksanaan Pembelajaran (X₂) terhadap Hasil Belajar (Y)

Dari hasil uji regresi sederhana untuk melihat kontribusi Pelaksanaan pembelajaran terhadap hasil belajar siswa, di peroleh nilai R square sebesar 0.091 (hasil pengkuadratan dari koefesien korelasi, atau 0.301 X 0.301 = 0.091) artinya kontribusi kemampuan pelaksanaan pembelajaran terhadap hasil belajar siswa sebesar 9,1%. Sedangkan sisanya sebesar 90.9 % (100% – 9.1% = 90.9%) ditentukan oleh faktor-faktor lainnya. Hal ini dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran memberikan kontribusi signifikan dan positif terhadap hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa MTs.

3) Evaluasi Pembelajaran (X3) terhadap Hasil Belajar (Y)

Dari hasil uji regresi sederhana untuk melihat kontribusi Pelaksanaan evaluasi pembelajaran terhadap hasil belajar siswa, di peroleh nilai R square sebesar 0.186 (hasil pengkuadratan dari koefesien korelasi, atau 0.431 X 0.431 = 0.186) artinya kontribusi kemampuan pelaksanaan evaluasi pembelajaran terhadap hasil belajar siswa sebesar 18,6%. Sedangkan sisanya sebesar 81.4 % (100% – 18.6% = 81.4%) ditentukan oleh faktor-faktor lainnya. Hal ini dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan evaluasi pembelajaran memberikan kontribusi signifikan dan positif terhadap hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa MTs.

(7)

4) Proses Kegiatan Pembelajaran terhadap Hasil Belajar

Dari hasil uji regresi sederhana untuk melihat kontribusi proses kegiatan pembelajaran (meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) terhadap hasil belajar siswa, di peroleh nilai R square sebesar 0.507 (hasil pengkuadratan dari koefesien korelasi, atau 0.712 X 0.712 = 0.507) artinya kontribusi kemampuan pelaksanaan proses pembelajaran terhadap hasil belajar siswa sebesar 50,7%. Sedangkan sisanya sebesar 49.3 % (100% – 50.7% = 49.3%) ditentukan oleh faktor-faktor lainnya. Hal ini dapat dinyatakan bahwa proses kegiatan pembelajaran memberikan kontribusi signifikan dan positif terhadap hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa MTs.

Karena data berdistribusi normal, maka solusinya menggunakan metode statistik parametrik yaitu dengan penggunaan uji T. Baik itu Uji Independent Sampel T-Test dan Uji Paired Sampel T Test dilakukan melalui aplikasi program SPSS 22 for windows. Adapun hipotesisnya dirumuskan dalam bentuk statistik uji dua pihak, yakni:

a) Untuk Uji Paired Sampel T Test

Ha : µ1 ≠ µ2; Terdapat perbedaan hasil belajar antara hasil pretest dengan hasil post test pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa MTs.

Ho : µ1 = µ2; Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara hasil pretest dengan hasil post test pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa MTs.

Uji Paired Sampel T Test T Df Sig.

(2-tailed) posttest_T - pretest_T 21.812 80 .000

Berdasarkan hasil uji Paired Sampel T Test antara hasil pretest dan posttest dari hasil belajar sampel (siswa MTs Yasta dan MTs Ma’arif), diperoleh nilai sig. atau nilai probabilitas yang diperoleh lebih kecil dari 0.05 (0.000 < 0.05) maka Ho ditolak dan Ha

diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara tes awal dengan tes akhir atau dengan kata lain penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis penelitian ini dapat di terima, karena model pembelajaran Problem Based Learning memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa MTs. b) Untuk Uji Independent Sampel T Test

Ha : µ1 ≠ µ2; Terdapat perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang mendapat pengajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan peserta didik yang tidak mendapat model pembelejaran Problem Based Learning.

Ho : µ1 = µ2; Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang mendapat pengajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan peserta didik yang tidak mendapat model pembelajaran Problem Based Learning.

Uji Independen Sampel T Test T Sig. (2-tailed) Eksperimen 9.389 .000

Kontrol 9.389 .000

Berdasarkan hasil uji Independent Sampel T Test antara hasil belajar bahasa Indonesia antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, diperoleh nilai sig. atau nilai probabilitas yang diperoleh lebih kecil dari 0.05 (0.000 < 0.05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol atau dengan kata lain kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning memberikan pengaruh yang lebih baik dan signifikan dibandingkan kelompok kontrol terhadap

(8)

peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis penelitian ini dapat di terima, karena model pembelajaran Problem Based Learning memberikan pengaruh yang lebih baik dan signifikan terhadap peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa MTs.

Setelah diadakan penelitian, ditemukan bahwa ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini yaitu:

a. Metode

Dalam kelompok kontrol guru hanya menggunakan teknik konvensional, yaitu guru memberikan metode ceramah tentang satu materi kemudian peserta didik mengerjakan latihan. Kemudian guru memberikan pekerjaan rumah. Hal ini jelas membuat peserta didik bosan dan jenuh. Tidak ada hal yang bisa menarik minat mereka setiap kali mereka belajar di kelas.

Sedangkan di dalam kelompok eksperimen, guru memberikan model pembelajaran Problem Based Learning. Teknik ini memiliki prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru. Pembelajaran terintegrasi dengan dunia nyata dan pengalaman praktis. Model pembelajaran ini mengajarkan kepada peserta didik untuk mampu menerapkan apa yang mereka pelajari di sekolah dalam kehidupannya yang panjang. Masalah diformulasikan untuk memfokuskan dan merangsang pembelajaran. Masalah adalah alat untuk pengembangan keterampilan pemecahan masalah. Peserta didik tahu bahwa apa yang mereka pelajari di sekolah akan mereka aplikasikan di dalam kehidupan mereka nanti.

b. Guru

Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kompetensi guru. Hal ini dapat dilihat dari persiapan

yang dilakukan oleh guru, guru mencoba memahami PBL, mengetahui teknik-teknik PBL, bagaimana mengaplikasikannya di dalam kelas dan bagaimana mengevaluasinya. Mutu pendidikan yang baik dapat dicapai dengan guru yang profesional dengan segala kompetensi yang dimiliki.

SIMPULAN DAN

REKOMENDASI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan ada perbedaan yang signifikan antara nilai peserta didik kelas eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran Problem Based Learning dan kelompok kontrol yang diberi pendekatan konvesional atau non-PBL. Nilai peserta didik dalam kelompok eksperimen lebih baik daripada nilai peserta didik dalam kelompok kontrol. Walapun dalam data menunjukkan bahwa pendekatan konvensional atau non-PBL bisa juga meningkatkan nilai bahasa Indonesia, namun peningkatan nilai itu tidak signifikan.

Analisis hasil pretes menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kontrol karena probabilitas pretes lebih tinggi dari 0,05. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bahasa Indonesia sebelum menerima perlakuan yang berbeda bisa dinyatakan sama. Namun, analisa hasil postes menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam nilai postes karena probabilitasnya lebih rendah dari 0,05. Hal ini berarti hasil belajar bahasa Indonesia setelah menerima perlakuan tidak sama. Oleh karena itu, model pembelajaran Problem Based Learning lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik daripada metode lainnya.

Kesimpulan dari hasil studi yang dikemukakan di atas mengandung implikasi bagi keberhasilan kegiatan pembelajaran

(9)

Bahasa Indonesia melalui model pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Peran utama guru dalam proses pembelajaran adalah guru hendaknya mampu mengelola pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Guru hendaknya mampu membuat perencanaan pembelajaran dengan baik melalui silabus, guru harus dapat menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran seperti membuat indikator, merumuskan tujuan pembelajaran, memilih model, metode, media, teknik dan strategi pembelajaran yang tepat, merumuskan skenario atau langkah-langkah pembelajaran, serta dapat menyusun perangkat evaluasi.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru hendaknya mampu dan menguasai berbagai metode pembelajaran, memilih

dan menetapkan strategi belajar yang tepat sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik, lingkungan yang tersedia serta kondisi pada saat proses belajar mengajar berlangsung, begitu pula guru harus dapat memahami situasi belajar mengajar baik dalam kelas maupun di luar kelas, sehingga akan meningkatkan pembelajaran Bahasa Indonesia.

Evaluasi dilakukan oleh guru diarahkan untuk dapat menetapkan kualitas hasil belajar atau proses untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran. Guru hendaknya dapat memahami prinsip-prinsip penilaian, karena dengan memahami prinsip-prinsip itu guru dapat melaksanakan evaluasi/penilaian dengan prosedur, teknik dan instrumen yang benar, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan.

Daftar Pustaka:

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aunurrahman. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Dimyati dan Mudjiono. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hanafiah, dkk. 2010. Konsep Dasar

Penelitian Tindakan Kelas dan Model-model Pembelajaran. Bandung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara.

Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015. Jakarta: Kemendikbud.

Kemendikbud. 2016. Kompetensi Pedagogik Model Pembelajaran. Jakarta: Kemendikbud.

Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media.

Mulyasa, E. 2016. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Narbuko, Cholid dkk. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Rusmono. 2014. Strategi Pembelajaran

dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Santoso, Singgih. 2009. Panduan Lengkap

Menguasai Statistika dengan SPSS 17. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suyono dan Hariyanto. 2016. Belajar dan

Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(10)

Gambar

Tabel 3 Klasifikasi Koefisien Validitas Indeks Validitas Kriteria 0.90	≤	rxy	≤	1.00 Sangat	tinggi

Referensi

Dokumen terkait

PS PICE dot-model statement for the ideal bipolar transistor: β = Bf, Early voltage Vaf, and scale current Is; as shown by curly braces {}, these values are set using variables

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Upaya dan faktor pendukung serta penghambat keberhasilan guru Pendidikan Agama Islam Dalam Rangka Meningkatkan Pengamalan

Sebagai suatu negara hukum (rechtsstaat), dalam hubungannya dengan pengelolaan sumber daya alam nasional, termasuk dalam bidang kehutanan, negara atau pemerintah Indonesia

menghitung jumlah kebutuhan JFKK per jenjang jabatan dengan membagi jumlah waktu efektif penyelesian volume dari seluruh kegiatan dalam 1 (satu) tahun dengan jam kerja

Mengingat pendidikan umum berupaya untuk mengembangkan warganegara yang baik, dan pengembangan model Diklat kewirausahaan juga berusaha mendukung ciri karakter

Berdasarkan atas hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tuturan fatis yang memiliki fungsi utama menjaga kontak

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Dampak Audit Pajak Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak (Studi Kasus

Dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan diperoleh data historis luas sawah terkena kekeringan untuk seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia. Karena daerah layanan