• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMASI AKTIVATOR ZnCL2 DALAM PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA DAN PENGUJIAN KARBON AKTIF SEBAGAI ADSORBEN Suliestyah 1 *, Ariani D.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMASI AKTIVATOR ZnCL2 DALAM PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA DAN PENGUJIAN KARBON AKTIF SEBAGAI ADSORBEN Suliestyah 1 *, Ariani D."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI AKTIVATOR ZnCL2 DALAM PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA

DAN PENGUJIAN KARBON AKTIF SEBAGAI ADSORBEN

Suliestyah

1

*, Ariani D. Astuti

2

1Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia 2Teknik Lingkungan, Fakultas Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia

*Penulis koresponden: suliestyah@trisakti.ac.id

ABSTRAK

Indonesia memiliki batubara melimpah namun sebagian besar berperingkat rendah sehingga kurang effektif untuk digunakan sebagai bahan bakar. Telah dilakukan penelitian pemanfaatan batubara peringkat rendah jenis lignit sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif, menggunakan metoda aktivasi kimia ZnCl2 dengan variasi berat 5%-50%. Karbonisasi dilakukan pada temperatur 500o C selama 1 jam di dalam reaktor pada kondisi tanpa oksigen, dengan mengalirkan gas nitrogen selama proses karbonisasi. Kondisi optimum dicapai pada komposisi aktivator ZnCl2 40 % dan batubara 60 % yang memiliki bilangan iodin 1.288,8 mg/g. Hasil penyerapan logam Cr menggunakan karbon aktif dari penelitian ini berkisar antara 55,5-60 % dengan konsentrasi awal Cr 50-250 ppm, sedangkan untuk logam Fe menunjukkan hasil serapan 52% dengan konsentrasi awal 250 ppm dan untuk Cu meghasilkan serapan 39% pada konsentrasi awal 50 ppm. Uji daya serap terhadap zat warna methilene blue menunjukkan hasil serapan yang sangat tinggi sebesar 97,4% pada konsentrasi awal 12,5 mmg, namun menunjukkan penurunan pada konsentrasi awal methilene blue yang lebih tinggi. Secara umum, konsentrasi awal sangat berpengaruh pada tingkat adsorpsi logam dan zat warna. Makin tinggi konsentrasi awal, maka tingkat adsorpsi karbon aktif makin turun.

SEJARAH ARTIKEL

 Diterima 16 April 2021  Revisi 22 April 2021  Disetujui 15 Juni 2021  Terbit online 26 Juni 2021

KATA KUNCI

 lignit,  karbon aktif,  aktivasi,  karbonisasi,  bilangan iodin

1. PENDAHULUAN

Karbon aktif merupakan hasil pengolahan senyawa berbahan dasar karbon yang menghasilkan derajat porositas yang tinggi dan luas permukaan yang besar. Kedua sifat ini ini membuat bentuk karbon aktif sebagai suatu bentuk adsorban yang efektif untuk menyerap berbagai macam senyawa pada pengolahan air limbah. Susunan atom karbon dalam karbon aktif mirip dengan susunan atom karbon dalam grafit yang terdiri dari pelat-pelat datar dimana atom karbonnya tersusun dan terikat secara kovalen didalam suatu kisi heksagonal secara paralel (Marsh & Rodríguez-Reinoso, 2006).

(2)

Lebih dari 70 % produk dari karbon aktif digunakan di sektor industri, dan sisanya digunakan untuk keperluan rumah tangga. Adanya porositas dan luas permukaan yang besar menyebabkan karbon aktif bermanfaat sebagai adsorben yang efektif untuk menyerap berbagai macam senyawa organik dan ion logam pada pengolahan air rumah tangga maupun air limbah. Dalam pengolahan air, karbon aktif selain mengadsorbsi logam-logam seperti Fe, Cu, Mn, Zn, Cr, Cd, Pb, Ni, Hg (Khamaluddin, 2016) (Anbia & Amirmahmoodi, 2016), (Yanou et al., 2015), (Tran et al., 2018), (Suliestyah Suliestyah et al., 2018); (Suliestyah, Hartami, et al., 2020), (Suliestyah, Novi, et al., 2020), (Rivera-Utrilla et al., 2011), (Alfiany et al., 2013), (Apriliani, 2010) juga dapat menghilangkan bau, warna dan rasa yang terdapat dalam larutan atau air limbah. Pada umumnya karbon aktif bersifat non polar, sehingga komponen non polar yang terdapat dalam air limbah dapat diadsorbsi oleh karbon aktif dengan prinsip like disolve like.

Karbon aktif bersifat reusable artinya dapat dimanfaatkan Kembali dengan cara dipanaskan pada suhu 800 OC-900OC sehingga karbon aktif akan berpori kembali. Bahan kimia seperti NaOH, HCl, dan

H2SO4 dapat digunakan untuk mengaktifkan kembali karbon aktif yang telah dipakai, bahan kimia

tersebut berfungsi untuk melarutkan kotoran yang diserap oleh karbon aktif karbon aktif yang digunakan sebagai adsorben dikelompokkan berdasarkan struktur fisik, sifat, dan penggunaannya menjadi empat kelas yaitu adsorbsi warna, adsorbsi gas, adsorbsi logam dan untuk keperluan bahan obat-obatan

Parameter yang sering digunakan untuk menunjukkan kualitas karbon aktif adalah bilangan iodin. Bilangan iodin merupakan banyaknya iodin yang terserap dalam setiap gram karbon aktif, dengan satuan mg/g. Besarnya bilangan iodin berkaitan dengan luas permukaan karbon aktif, semakin tinggi bilangan iodin biasa seiring dengan makin luasnya permukaan karboan aktif. Bahan baku pembuatan karbon aktif meliputi semua bahan yang mengandung karbon, seperti cangkang sawit (Ibrahim, 2015), bamboo betung (Rijali et al., 2015), tangkai anggur (Ozdemir, 2014), tempurung kelapa (Pambayun et al., 2013), bio massa (Liou, 2010), semi kokas (Anjoko et al., n.d.), dan batubara (Kusdarini et al., 2017), (Monika, 2016).

Indonesia merupakan salah satu produsen batubara terbesar di dunia, namun secara umum merupakan batubara berperingkat rendah hingga sedang. Tercatat pada tahun 2019, produksi batubara Indonesia mencapai 489 juta ton. Berdasarkan data tahun 2020 yang dikeluarkan oleh Badan Geologi Indonesia, cadangan batubara Indonesia adalah sebesar 24,76 miliar ton yang tergolong sebagai batubara berkalori rendah hingga sedang adalah sebesar 22,72 miliar ton (91,7% cadangan) (2017. Laporan Kinerja Dirjen Minerba 2017.Pdf, n.d.). Batubara kualitas rendah yang tergolong lignit sulit

(3)

diterima di pasaran sebagai bahan bakar langsung, namun perlu upgrading untuk meningkatkan kualitas agar dapat digunakan sebagai bahan bakar. Selain itu batubara lignit juga dapat diolah menghasilkan gas melalui proses gasifikasi, dapat juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif.

Batubara merupakan salah satu sumber karbon yang dapak digunakan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif berdaya serap tinggi. Hal ini akan mengurangi baku konvensional yang jumlahnya terbatas. Percobaan pembuatan karbon aktif dengan bahan baku batubara peringkat rendah hingga sedang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu antara lain Monika, 2016, yang menggunakan batubara sub bituminous C dengan metode aktivasi kimia campuran KOH-NaOH dan menghasilkan bilangan iodin 1198 mg/g. Sedangkan Kusdarini et al., 2017, menggunakan batubara bituminous dengan metode aktivasi kimia campuran H3PO4 dan NH4HCO3, menhasilkan bilangan iodin

1238,5 mg/g. Secara umum kualitas karbon aktif ditentukan oleh bilangan iodine, yang menunjukan kuantitas daya serap karbon aktif terhadap partikulat pengotor dalam fase cair. Bilangan iodin minimal yang merupakan persyaratan karbon aktif berkualitas baik menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995 SNI adalah 750 mg/g. Mengingat cadangan batubara peringkat rendah jenis lignit yang sangat besar, maka telah dilakukan percobaan pemanfaatn batubara jenis lignit sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif (S Suliestyah & Sari, 2021). Dalam penelitian tersebut digunakan aktivasi fisik menggunakan uap air dengan karbonisasi temperatur tinggi pada 9000C selama 3 jam yang

menghasilkan karbon aktif dengan nilai iodin 1274 mg/g.

Peningkatan pertumbuhan industri di Indonesia menuntut peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan. Hal ini mendorong peningkatan kebutuhan karbon aktif untuk mengolah limbah industri. Oleh karena perlu dilakukan pengkajian pembuatan karbon aktif menggunakan bahan baku batubara berperingkat rendah (lignit) yang harganya cukup murah dengan cadangan melimpah. Karbonisasi pada temperatur tinggi memerlukan biaya energi yang besar, sehingga diperlukan aktivator kimia untuk menurunkan temperatus karbonisasi. Dalam penelitian ini dilakukan percobaan pembuatan karbon aktif dengan bahan baku batubara jenis lignit menggunakan aktivator kimia ZnCl2 dengan karbonisasi pada temperatur lebih rendah, yaitu pada 500oC. Metode ini diharapkan

lebih hemat energi dan lebih effekif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan aktivator kimia ZnCl2 pada

(4)

sebagai adsorben untuk menyerap logam Cr, Fe, dan Cu, serta zat warna (Methylene Blue). Sebagai pembanding produk, dipakai karbon aktif yang beredar dipasaran, yaitu Ajax Carcoal.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan sampel batubara yang diambil dari PT Bukit Asam unit penambangan Bangko Tanjung Enim Sumatera Selatan, dengan kulitas batubara lignit. Tahap pertama dilakukan preparasi batubara dengan cara crushing dan milling sehingga diperoleh batubara dengan ukuran butiran 60 mesh. Selanjutnya dilakukan pembuatan karbon aktif melalui aktivasi kimia menggunakan ZnCL2 dengan variasi komposisi berat 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, 40%, 45%, dan 50 % terhadap

berat total campuran ZnCl2 dengan batubara. Selanjutnya dilakukan karbonisasi pada masing-masing

campuran tersebut pada temperatur 500oC selama 1 jam. Pemanasan untuk karbonisasi berlangsung

pada reaktor yang terbuat dari kotak baja, pemanasan berlangsung dengan kondisi kedap udara dan sambal dialirkan gas nitrogen selama proses karbonisasi. Setelah karbonisasi selesai, produk karbon aktif dicuci dengan air panas hingga pH netral.

Tahap selanjutnya adalah analisis, dimulai dari analisis bilangan iodin dari masing-masing sepuluh komposisi ZnCL2. Pada produk karbon aktif yang memiliki bilangan iodin tertinggi dilakukan analisis kadar

air, kadar abu, kadar zat terbang, dan karbon terikat. Penerapan produk karbon aktfi dilakukan melalui pengujian serapan karbon aktif terhadap logam Cr, Fe, dan Cu, serta serapan terhadap zat warna (Methylen Blue). Sebagai pembanding produk, digunakan standar karbon aktif berdasarkan SNI no 06-3730-1995 dan juga digunakan karbon aktif yang beredar dipasaran (Ajax Charcoal). Indikator capaian pada penelitian ini adalah diperolehnya karbon aktif berdaya serap tinggi sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai penyerap (adsorben). Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar 1.

(5)

Gambar 1 Diagram alir penelitian

3. HASIL DAN DISKUSI

Pengaruh berat ZnCl2 terhadap bilangan iodin

Karakterisasi karbon aktif hasil penelitian ini dilakukan dengan pengukuran bilangan iodin dan analisis proksimat karbon aktif. Bilangan Iodin merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menunjukkan daya serap karbon aktif (Marsh & Rodríguez-Reinoso, 2006) di mana jika bilangan iodin makin besar maka karbon aktif memiliki daya serap yang tinggi. Meskipun tingkat adsorpsi karbon aktif terhadap adsorbat (zat yang diserap) banyak bergantung pada mekanisme adsorpsi, namun secara

Studi kiteratur

Sampling batubara

Preparasi sampel batubara Pengeringan sampel

Aktivasi kimia menggunakan ZnCl2 dengan variasi 5, 10, 15,

20, 25, 30, 35, 40, 45, dan 50 % berat

Karbonisasi pada 500oC selama 1 jam

Analisis bilangan iodin , kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, dan karbon terikat

Pengujian daya serap karbon aktif terhadap logam Fe, Cu, Cr, dan zat warna

Analisis kadar Fe, Cu, Cr, dan zat warna setelah proses adsorpsi

Pembahasan Kesimpulan

(6)

umum bilangan iodin telah digunakan sebagai salah satu jenis karakterisasi karbon aktif. Bilangan iodin dan perolehan karbon aktif dengan variasi berat ZnCl2 dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Pengaruh berat (persentase) ZnCl2 terhadap bilangan iodin

Dalam Gambar 2 tampak bahwa bilangan Iodin semakin tinggi dengan peningkatan persentase berat ZnCl2 dalam campuran dengan batubara. Bilangan Iodin paling tinggi terjadi pada jumlah ZnCl2 40 %,

karbon aktif pada pada komposisi ini memiliki kualitas paling baik dengan bilangan Iodin 1288 mg/g. Pada peningkatan jumlah ZnCl2 terjadi peningkatan aktivasi, di mana semakin banyak terbentuk pori

aktif tanpa tertutup oleh tar pada saat karbonisasi berlangsung, sehingga terjadi kenaikan bilangan iodin. Pada komposisi yang mengandung ZnCl2 lebih dari 40% mulai terjadi penurunan bilangan iodin,

disebabkan karena pori yang terbentuk telah jenuh oleh molekul iodin yang terjerap (Ozdemir et al., 2014). Selanjutnya dibuat karbon aktif dalam jumlah yang cukup banyak dengan komposisi 40 % ZnCl2

untuk pengujian adsorpsi karbon aktif terhadap ion logam dan zat warna methylene blue dalam limbah cair.

Perbandingan karbon aktif hasil penelitian ini terhadap persyaratan karbon aktif menurut SNI no 06-3730-1995 sebagaimana dapat dilihat dalam table 1.

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 0 10 20 30 40 50 60 B ila ng an I od in Persentase ZnCl2

(7)

Tabel 1. Perbandingan karbon aktif hasil penelitian terhadap standar

Jenis Persyaratan

Parameter sandar SNI no

06-3730-1995

Karbon aktif hasil penelitian

Kadar air Maksimum 15% 11,9%

Kadar abu Maksimum 10% 2,71

Kadar zat menguap Maksimum 25% 19,9%

Kadar karbon terikat Minimum 65% 65,5%

Bilangan iodin Minimum 750 mg/g 1288 mg/g

Pada Tabel 1 tampak bahwa karbon aktif hasil penelitian ini memenuhi persyaratan sebagai karbon aktif menurut standar SNI no 06-3730-1995. Selain itu karbon aktif ini memiliki bilangan iodin yang lebih tinggi (1288 mg/g ) dibandingkan produk di pasaran, yaitu Ajax Chacoal yang memiliki bilangan iodin 961 mg/g.

Pengaruh berat ZnCl2 terhadap perolehan karbon aktif

Pengaruh berat ZnCl2 terhadap perolehan karbon aktif dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Pengaruh persentase ZnCl2 terhadap perolehan karbon aktif.

Pada gambar 3 tampak terjadi peningkatan peroleh karbon aktif seiring dengan peningkatan jumlah ZnCl2. Perununan perolehan karbon aktif mulai terjadi pada jumlah ZnCl2.di atas 40 %. Pengurangan

berat disebabkan karena lepasnya volatile matter pada saat proses karbonisasi untuk membentuk pori pada permukaan. Semakin besar persentasi ZnCl2 maka persentase batubara semakin berkurang,

pengurangan berat akibat karbonisasi semakin turun dan perolehan semakin besar. Hal ini mencapai

0

10

20

30

40

50

60

0

10

20

30

40

50

60

%

P

er

olehan

Persentase ZnCl

2

(8)

puncaknya pada komposisi ZnCl2 40% disebabkan pada komposisi ZnCl2 lebih dari 40% reaksi aktivasi

pembentukan pori mulai berkurang ditunjukkan dengan penurunan bilangan iodin.

Uji adsorpsi logam dan zat warna oleh karbon aktif.

Penerapan karbon aktif hasil penelitian ini sebagai adsorben dilakukan pada penyerapan logam Cr, Fe dan Cu yang terlarut dalam air. Percobaan dilakukan pada temperature ruangan, menggunakan karbon aktif 1 gram per 200 mL limbah cair, dengan waktu waktu kontak 1 jam. Dalam penelitian ini digunakan limbah cair buatan, dengan cara membuat larutan Cr2+. Fe2+ dan Cu2+ dengan 5 macam

konsentrasi awal yaitu sekitar 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, dan 250 ppm. Setelah selesai pembuatan larutan limbah cair, konsentrasi masing masing ion logam dianalisis menggunakan AAS (Atomic Absorptiom Spectrophotometer) untuk mengetahui konsentrasi awal logam secara pasti.

Gambar 4. Adsorpsi karbon aktif terhadap logam Cr, Fe, Cu dengan konsentrasi awal yang berbeda

Tampak dalam gambar 4 bahwa adsorpsi karbon aktif paling efektif terjadi pada Chrom (Cr). Pada konsentrasi awal 50-250 ppm, adsorpsi terhadap Cr berkisar antara 55,5-60%. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi awal tidak signifikan dalam mempengaruhi adsorpsi logam Cr. Namun dalam hal adsorpsi logam Fe dan Cu, konsentrasi awal sangat mempengaruhi proses adsorpsi. Pada konsentrasi paling rendah 50 ppm, serapan Fe 52% dan Cu 39%, dan terjadi penrunan adsorpsi dengan adanya kenaikan konsentrasi awal. Hal ini disebabkan karena karbon aktif memiliki kapasitas tertentu untuk serapan logam tertentu. Ketika konsentrasi awal Fe dan Cu dinaikkan, proses adsorpsi telah melebihi kapasitas adsorpsinya sehingga telah jenuh dan tdk terjadi adsorpsi lebih lanjut.

Secara umum, pada adsorpsi logam Cr, Fe, dan cu, konsentrasi awal logam sangan mempengaruhi 0 10 20 30 40 50 60 70 0 100 200 300 % t er ser ap

Konsentrasi awal logam

Logam Cr Logam Fe Logam Cu

(9)

adsorpsi. Semakian besar konsentrasi awal logam, maka persentase adsorpsi semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena karbon aktif memiliki kapasaitas adsorpsi tertentu untuk logam tertentu. Pada konsentrasi yang tinggi, proses adsorpsi melampaui titik jenuh kapasitas adsorpsi sebelum semuanya terserap, sehingga sebagian tidak terserap. Semakin tinggi konsentrasi awal, maka semakin banyak jumlah logam yang tidak terserap (Suliestyah, Hartami, et al., 2020).

Penerapan karbon aktif hasil penelitian ini juga dilakukan untuk penyerapan zat warna. Dalam percobaan ini karbon aktif direndam dalam zat warna metylen blue dengan waktu perendaman selama 1 jam. Hasil perlakuan terhadap zat warna ditunjukkan pada gambar 5.

Gambar 5. Adsorpsi karbon aktif terhadap zat warna methylene blue

Pada gambar 5 tampak bahwa karbon aktif hasil penelitian ini sangat effektif menyerap

methylene blue pada konsentrasi rendah namun effektifitas berkurang pada konsentrasi yang makin tinggi. Pada

konsentrasi 12,5 mmg methylele blue terserap 97,4%, pada konsentrasi 25 mmg adsorpsi turun menjadi 86,4%, dan pada konsentrasi 37,5 mmg adsorpsi makin turun menjadi 63,4%. Zat warna merupakan molekul organik dengan berat molekul yang besar dan memiliki struktur yang kompleks, sehingga kemungkinan pori-pori dalam karbon aktif tidak mampu menyerap molekul yang besar tersebut dalam jumlah yang lebih banyak karena telah jenuh.

0 20 40 60 80 100 120 0 10 20 30 40 % t e rser ap

(10)

4. KESIMPULAN

Karbon aktif dapat dibuat dari bahan baku batubara peringkat rendah (lignit) menggunakan ZnCl2 sebagai activator. Komposisi yang optimal untuk mendapatkan karbon aktif berdaya serap tinggi adalah ZnCl2 40 % dan batubara 60 %, dengan bilangan Iodin sebesar 1288,8 mg/g yang menunjukkan daya serap tinggi.

Pada uji adsorpsi logam, karbon aktif hasil penelitian ini dapt menyerap logam Cr sebesar 60% pada konsentrasi awal 250 ppm, menyerap logam Fe 52% pada konsentrasi awal 50 ppm dan menyerap logam Cu 39% dengan konsentrasi awal 50 ppm. Penyerapkan karbon aktif terhadap zat warna methylene blue sangat effektif dengan persen adsorpsi sebesar 97,4%, namun kurang effektif pada konsentrasi awal yang lebih tinggi. Penyerapan karbon aktif terhadap logam maupun zat warna dipengaruhi oleh konsentrasi awal, pada umumnya semakin tinggi konsentrasi awal logam maupun zat warna, maka persen adsorpsi atau penyerapan makin berkurang.

5. DAFTAR PUSTAKA

2017. Laporan Kinerja Dirjen Minerba 2017.pdf. (n.d.).

Alfiany, H., Bahri, S., & Nurakhirawati. (2013). Kajian Penggunaan Arang Aktif Tongkol Jagung Sebagai Adsorben Logam Pb Dengan Beberapa Aktivator Asam. Jurnal Natural Science Vol. 2 (3) : 75-86 Desember 2013 ISSN: 2338-0950, 2(3), 75–86.

Anbia, M., & Amirmahmoodi, S. (2016). Removal of Hg (II) and Mn (II) from aqueous solution using nanoporous carbon impregnated with surfactants. Arabian Journal of Chemistry, 9, S319–S325. https://doi.org/10.1016/j.arabjc.2011.04.004

Anjoko, H., Dewi, R., Malik, U., Matematika, F., Alam, P., Riau, U., Bina, K., & Pekanbaru, W. (n.d.). PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0. 1(2), 63–69. Apriliani, A. (2010). Pemanfaatan Arang Ampas Tebu sebagai Adsorben Ion Logam Cd, Cr, Cu dan Pb

dalam Air Limbah. Repositoy UIN, 1–91.

Ibrahim, et al. (2015). Pembuatan Dan Karaktrisasi Karbon Aktif Berbahan Dasar Cangkang Sawit Dengan Metode Aktivasi Fisika Menggunakan Rotary Autoclave. 2(1), 123–129. https://doi.org/10.13040/IJPSR.0975-8232.5(11).4955-64

Khamaluddin Aditya1), Yusnimar2), Z. (2016). Penentuan Model Isoterm Adsorpsi Ion Cu(II) Pada Karbon Aktif Tempurung Kelapa. 24(2), 1–5.

Kusdarini, E., Budianto, A., & Ghafarunnisa, D. (2017). Produksi Karbon Aktif Dari Batubara Bituminus Dengan Aktivasi Tunggal H3Po4, Kombinasi H3Po4-Nh4Hco3, Dan Termal. Reaktor, 17(2), 74. https://doi.org/10.14710/reaktor.17.2.74-80

Liou, T. H. (2010). Development of mesoporous structure and high adsorption capacity of biomass-based activated carbon by phosphoric acid and zinc chloride activation. Chemical Engineering Journal, 158(2), 129–142. https://doi.org/10.1016/j.cej.2009.12.016

Marsh, H., & Rodríguez-Reinoso, F. (2006). Characterization of Activated Carbon. In Activated Carbon (Issue 1). https://doi.org/10.1016/B978-008044463-5/50018-2

Monika. (2016). POTENTIAL STUDY OF INDONESIA COAL FOR ADSORBED NATURAL GAS STUDI POTENSI BATUBARA INDONESIA. Indonesian Mining Journal, 19(3), 133–142.

(11)

Ozdemir, I., Şahin, M., Orhan, R., & Erdem, M. (2014). Preparation and characterization of activated carbon from grape stalk by zinc chloride activation. Fuel Processing Technology, 125, 200–206. https://doi.org/10.1016/j.fuproc.2014.04.002

Pambayun, G. S., Yulianto, R. Y. E., Rachimoellah, M., & Putri, E. M. M. (2013). Pembuatan karbon aktif dari arang tempurung kelapa dengan aktivator ZnCl2 dan Na2CO3 sebagai adsorben untuk mengurai kadar fenol dalam air limbah. Jurnal Teknik POMITS, 2(1), 116–120. https://doi.org/http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ZoO1XEFQoRgJ:downl oad.portalgaruda.org/article.php%3Farticle%3D106319%26val%3D2281+&cd=4&hl=id&ct=clnk& client=firefox-b

Rijali, A., Malik, U., & Zulkarnain. (2015). Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Bambu Betung dengan Menggunakan Activating agent H2O. Jom Fmipa, 2(1), 102–107.

Rivera-Utrilla, J., Sánchez-Polo, M., Gómez-Serrano, V., Álvarez, P. M., Alvim-Ferraz, M. C. M., & Dias, J. M. (2011). Activated carbon modifications to enhance its water treatment applications. An

overview. Journal of Hazardous Materials, 187(1–3), 1–23.

https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2011.01.033

Suliestyah, Hartami, P. N., & Tuheteru, E. J. (2020). Effect of weight and contact time adsorption of activated carbon from coal as adsorbent of Cu(II) and Fe(II) in liquid solutions. AIP Conference Proceedings, 2245(July). https://doi.org/10.1063/5.0007891

Suliestyah, Novi, P., Jamal, E., & Permata, I. (2020). Treatment of Acid Mine Drainage Experiment using Coal-Based Activated Carbon. Technology Reports of Kansai University, 62(03), 593–603.

Suliestyah, S, & Sari, I. P. (2021). Effect of temperature and time of carbonization on coal-based activated carbon adsorption. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 1098(6), 062020. https://doi.org/10.1088/1757-899x/1098/6/062020

Suliestyah, Suliestyah, Tuheteru, E. J., & Hartami, P. N. (2018). Pengaruh ukuran butir batubara dan komposisi batubara-ZnCl2 pada daya serap karbon aktif terhadap logam Fe, Cu dan Zn dalam limbah cair. Jurnal Teknologi Mineral Dan Batubara, 14(3), 201–212. https://doi.org/10.30556/jtmb.vol14.no3.2018.149

Tran, T. N., Kim, D. G., & Ko, S. O. (2018). Adsorption Mechanisms of Manganese (II) Ions onto Acid-treated Activated Carbon. KSCE Journal of Civil Engineering, 22(10), 3772–3782. https://doi.org/10.1007/s12205-018-1334-6

Yanou, N., Ndi, R., Nsami, J., Placide, B. B., Daouda, K., Victoire, A. A., Benadette, T. M., & Mbadcam, K. J. (2015). Adsorption of Manganese(II) Ions from Aqueous Solutions onto Granular Activated Carbon (GAC) and Modified Activated Carbon (MAC). IJISET-International Journal of Innovative Science, Engineering & Technology, 2(8), 606–614. www.ijiset.com

Gambar

Gambar 1  Diagram alir penelitian
Gambar 2. Pengaruh berat (persentase) ZnCl 2  terhadap bilangan iodin
Tabel 1. Perbandingan karbon aktif hasil penelitian terhadap standar
Gambar 4. Adsorpsi  karbon aktif terhadap logam Cr, Fe, Cu dengan konsentrasi awal yang berbeda
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan hukum dengan judul “Penanggulangan Tindak Pidana Penipuan Dalam Pembelian Secara Online shop ” ini benar-benar merupakan hasil karya asli penulis sendiri,

Untuk perbanyakan tanaman gondola ini dapat dilakukan dengan cara stek batang atau vegetatif, bisa juga dengan menggunakan biji atau generatif.. Meskipun dapat diperbanyak

Pemahaman yang diperoleh terhadap berbagai pola perilaku setiap elemen suatu rantai permintaan wisata digunakan untuk menyusun strategi membentuk pola permintaan

Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri gram negatif yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial dan infeksi komunitas.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

Uji coba dilakukan kepada 30 pengguna diantaranya terbagi menjadi 5 kelompok pengguna yaitu kelompok kepala sekolah/wakil kepala sekolah 2 orang, admininstrator 1

BADAN PENGATUR JALAN TOL INDONESIA TOLL ROAD AUTHORITY Kementerian Perkerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Ministry of Public Works and Housing

Upaya pemekatan sampel air alam dengan resin Diaion CR-11 dalam kaitannya dengan penentuan konsentrasi logam berat kelumit dapat dicermati pada hasil perolehan kembali

Pada penelitian ini dilakukan sintesis silika kristalin menggunakan natrium silikat dan TEOS sebagai sumber silika serta surfaktan CTAB dan TMACl sebagai pencetak pori