• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRITERIA PERANCANGAN RUANG PUBLIK YANG AMAN BAGI ANAK-ANAK DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KRITERIA PERANCANGAN RUANG PUBLIK YANG AMAN BAGI ANAK-ANAK DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAGI ANAK-ANAK DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG

TUGAS AKHIR

Oleh:

MUHAMMAD NUR FAJRI

L2D 005 382

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

Keberadaan anak-anak di ruang publik menjadi sebuah kekhawatiran jika tidak didampingi oleh orang dewasa di samping mereka (Wonoseputro, 2007). Ruang yang aman dalam lingkungan aktivitas anak-anak perlu untuk diperhatikan. Data yang dikeluarkan WHO dalam World Report on Child Injury Prevention tahun 2008, menyebutkan bahwa sebanyak 830.000 anak-anak meninggal setiap tahunnya akibat kecelakaan dan 260.000 kasus terjadi akibat kecelakaan lalulintas. Kecelakaan tersebut sebagian besar terjadi di luar rumah dan sebanyak 95% terjadi di negara berkembang (WHO, 2008). Kasus kriminalitas dengan sasaran anak-anak di Indonesia mengalami peningkatan. Penculikan anak pada tahun 2006 meningkat mencapai 87 kasus (Mitrawacana, 2008). Kejadian tersebut terjadi di berbagai tempat seperti rumah, sekolah, dan ruang publik lainnya yang cenderung terdapat banyak orang. Hal ini mengindikasikan faktor keamanan dan keselamatan untuk anak-anak belum terakomodasi dengan baik dalam aspek keruangan.

Pada umumnya di kota-kota besar, sangat jarang dijumpai anak-anak yang beraktivitas di ruang publik dengan bebas. Opini masyarakat yang cenderung menganggap bahwa lingkungan perkotaan tidak aman dan sehat terutama bagi anak-anak membatasi aktivitas mereka di ruang publik. Perancangan ruang publik yang aman dan nyaman bagi anak-anak serta mampu menunjang perkembangan mereka merupakan salah satu solusi untuk lebih membuka akses anak-anak ke ruang publik. Ruang lingkup spasial penelitian ini adalah Kawasan Simpang Lima dengan pembatasan wilayah studi pada ruang publik sesuai dengan tipologinya. Kawasan Simpang Lima merupakan salah satu pusat aktivitas terbesar di Kota Semarang dengan berbagai macam fasilitas di dalamnya yang menarik bermacam pengunjung.

Penelitian ini bertujuan mencari kriteria perancangan ruang publik yang aman bagi anak-anak di Kawasan Simpang Lima Semarang yang mampu menekan kerawanan keamanan aktivitas anak-anak di ruang publik kawasan ini. Studi dilakukan sebatas di ruang publik yang bersifat terbuka. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah Crime Prevention Through Environmental Design (CPTED), sebuah pendekatan peningkatan keamanan kawasan melalui perubahan lingkungan pada daerah dengan kerawanan keamanan. Penggunaan pendekatan ini untuk anak-anak disesuaikan dengan karakteristik anak-anak terkait ukuran fisik yang lebih kecil dan kurangnya kewaspadaan terhadap kondisi sekitar. Sasaran yang akan ditempuh adalah menganalisis karakteristik aktivitas anak-anak dalam ruang publik Kawasan Simpang Lima, menganalisis kondisi keamanan ruang publik di Kawasan Simpang Lima bagi anak-anak dengan cara mengidentifikasi kondisi keamanan aktivitas ruang publik di Kawasan Simpang Lima dan mengidentifikasi kondisi ruang publik di Kawasan Simpang Lima untuk mengetahui potensi dan masalah terkait keamanan ruang aktivitas anak-anak, menganalisis kebutuhan ruang publik Kawasan Simpang Lima yang aman bagi anak-anak, dan mengidentifikasi kriteria ruang publik yang aman bagi anak-anak. Responden adalah anak-anak pengguna ruang publik dengan batasan usia 6 – 12 tahun atau pendampingnya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis kualitatif deskriptif dan kualitatif komparatif.

Hasil akhir penelitian ini adalah kriteria perancangan ruang publik yang aman untuk aktivitas anak-anak di Kawasan Simpang Lima Semarang. Aktivitas anak-anak dipengaruhi oleh keberadaan pendamping, intensitas orang/ keramaian, dan pengawasan formal. Kondisi fisik ruang publik Kawasan Simpang Lima mempengaruhi keamanan anak-anak, terlihat dari pemanfaatan ruang yang mengganggu pergerakan, minimnya fasilitas penyeberangan, dan kerusakan pada permukaan jalan. Kebutuhan dan kriteria ruang publik yang aman bagi anak-anak yaitu, jalur pejalan kaki: tanpa kerusakan dan penghalang, dilengkapi pembatas dengan jalur lambat; jalur penyeberangan: berupa zebra cross, dilengkapi rambu peringatan, disertai petugas penyeberangan; akses masuk lapangan berupa tangga dengan lebar optimal 2 m, dilengkapi pagar pengaman; pengawasan informal: memperjelas sightlines dengan membebaskan jalur lambat dari parkir dan PKL, pengaturan jarak pohon, penempatan fasilitas penunjang meliputi halte dan tempat duduk; pengendalian akses: penutupan akses meuju taman pasif , pengendalian akses menuju sekolah dengan ruang peralihan antara halaman masjid dengan halaman sekolah; pengawasan formal: pos keamanan dan patroli di lapangan serta sudut keramaian seperti sekitar pusat perbelanjaan Citraland Mall dan Plaza Simpang Lima; dan penandaan sebagai orientasi dan informasi: ditempatkan di tiap sisi Kawasan Simpang Lima dan di lapangan, bentuk dan isi sederhana, warna mencolok, ditambahkan keterangan untuk kemudahan pemahaman oleh anak.

(3)

ABSTRAK ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.1.1 Anak-anak dalam Ruang Publik ... 1

1.1.2 Pentingnya Ruang Publik yang Aman bagi Anak-anak di Kawasan Simpang Lima .. 3

1.2 Rumusan Permasalahan ... 5

1.3 Tujuan dan Sasaran ... 8

1.3.1 Tujuan ... 8

1.3.2 Sasaran ... 8

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ... 8

1.4.2 Ruang Lingkup Materi ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

1.6 Keaslian Penelitian ... 10

1.7 Posisi Penelitian ... 11

1.8 Kerangka Pemikiran ... 12

1.9 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 12

1.9.1 Pendekatan Penelitian ... 12

1.9.2 Metode Penelitian ... 14

1.10 Tahapan penelitian ... 15

1.10.1 Tahap Pengumpulan Data ... 15

1.10.2 Objek Penelitian dan Teknik Sampling ... 17

1.10.3 Tahap Pengelompokan dan Penyajian Data ... 19

1.10.4 Tahap Verifikasi Data... 20

(4)

YANG AMAN BAGI ANAK-ANAK... 25

2.1 Perkembangan Masa Anak-anak ... 25

2.1.1 Pengertian ... 25

2.1.2 Perkembangan Kognitif Anak dengan Pendekatan Pemrosesan Informasi ... 26

2.1.3 Perkembangan Sosioemosional Anak Terkait Lingkungan Tumbuh Anak ... 27

2.1.4 Perkembangan Fisik Anak: Kemampuan Motorik ... 28

2.1.5 Anak-anak dalam Konteks Lingkungan Perkotaan ... 28

2.2 Ruang Publik ... 29

2.2.1 Pengertian ... 29

2.2.2 Tipologi Ruang Publik ... 30

2.2.3 Aktivitas Anak-anak dalam Ruang Publik ... 31

2.3 Konsep Ruang yang Aman Melalui Perancangan Kota ... 33

2.3.1 Ruang Pertahanan (Defensible Space) sebagai Dasar CPTED ... 34

2.3.2 Prinsip-prinsip CPTED... 36

2.3.3 Ruang Publik Kota yang Aman (Safe Public Space)... 38

2.3.4 Kota Layak Anak di Indonesia ... 40

2.3.5 Prinsip Ruang Publik Kota yang Aman bagi Anak-anak ... 41

2.4 Studi Kasus... 44

2.5 Sintesis Kajian Literatur Kriteria Ruang Publik yang Aman bagi Anak-anak ... 47

BAB III KARAKTERISTIK RUANG PUBLIK KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG... 50

3.1 Tinjauan Umum Kota Semarang dan Kawasan Simpang Lima ... 50

3.1.1 Tinjauan Umum Kota Semarang ... 50

3.1.2 Konstelasi Kawasan Simpang Lima Terhadap Kota Semarang ... 51

3.1.3 Tinjauan Umum Penduduk Usia Anak-anak Kota Semarang ... 51

3.2 Gambaran Ruang Publik Kawasan Simpang Lima ... 51

3.2.1 Gambaran Umum Pengunjung Kawasan Simpang Lima Semarang ... 51

3.2.2 Pemanfaatan Ruang Kawasan Simpang Lima Semarang ... 53

3.2.3 Tipologi Ruang Publik Kawasan Simpang Lima Semarang ... 54

3.3 Kondisi Ruang Publik Kawasan Simpang Lima Semarang ... 55

3.3.1 Kondisi Ruang Publik di Depan Citraland Mall dan Hotel Ciputra (Penggal A)... 56

3.3.2 Kondisi Ruang Publik di Depan Simpang Lima Plaza (Penggal B)... 57

(5)

3.3.5 Kondisi Ruang Publik di Sebelah Utara Kantor Telkom dan

Depan E-Plaza (Penggal E) ... 59

3.3.6 Kondisi Ruang Publik di Depan Masjid Raya Baiturrahman (Penggal F) ... 59

3.3.7 Kondisi Ruang Publik di Lapangan Pancasila (Bagian G) ... 60

3.3.8 Kondisi Jalan Simpang Lima (Bagian H) ... 60

BAB IV ANALISIS KRITERIA RUANG PUBLIK YANG AMAN BAGI ANAK-ANAK DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG... 62

4.1 Analisis Karakteristik Aktivitas Anak-anak di Ruang Publik Kawasan Simpang Lima Semarang ... 62

4.1.1 Analisis Alokasi Waktu Aktivitas Anak-anak di Kawasan Simpang Lima Semarang... 63

4.1.2 Analisis Pola Pergerakan Aktivitas Anak-anak di Kawasan Simpang Lima Semarang... 64

4.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Keamanan Aktivitas Anak-anak di Kawasan Simpang Lima Semarang ... 72

4.2 Analisis Kondisi Keamanan Ruang Publik Kawasan Simpang Lima Semarang bagi Anak-anak... 73

4.2.1 Kondisi Keamanan Ruang Publik di Depan Citraland Mall dan Hotel Ciputra (Penggal A) ... 73

4.2.2 Kondisi Keamanan Ruang Publik di Depan Simpang Lima Plaza (Penggal B)... 75

4.2.3 Kondisi Keamanan Ruang Publik di Depan Kompleks Pertokoan Courts (Penggal C)... 76

4.2.4 Kondisi Keamanan Ruang Publik di Depan Ramayana Super Centre (Penggal D).. 78

4.2.5 Kondisi Keamanan Ruang Publik di Sebelah Utara Kantor Telkom dan Depan E-Plaza (Penggal E) ... 79

4.2.6 Kondisi Keamanan Ruang Publik di Sekitar Masjid Baiturrahman (Penggal F) ... 80

4.2.7 Kondisi Keamanan Ruang Publik di Lapangan Pancasila (Bagian G) ... 82

4.2.8 Ketidakamanan Lokasi Aktivitas Anak-anak di Kawasan Simpang Lima Semarang ... 83

4.3 Analisis Kebutuhan Ruang Publik Kawasan Simpang Lima yang Aman bagi Anak-anak .. 85

(6)

5.2 Rekomendasi... 93

(7)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ruang publik dirancang dan dibangun sebagai wadah aktivitas bersifat publik bagi

masyarakat. Pengguna ruang publik bermacam-macam, biasanya secara umum dibedakan

berdasarkan usia dan gender. Perbedaan dari segi usia patut menjadi perhatian karena setiap fase

perkembangan manusia menunjukkan perubahan secara fisik dan psikis yang berdampak terhadap

perilaku menanggapi lingkungan sekitarnya, termasuk dalam ruang publik. Bagian ini akan

menjelaskan keberadaan anak-anak di ruang publik dan bagaimana keamanan mereka ketika

beraktivitas di dalam ruang publik, terutama di Kawasan Simpang Lima Semarang yang mendasari

penelitian ini.

1.1.1 Anak-anak dalam Ruang Publik

Setiap kota memiliki ruang-ruang publik. Kata ‘publik’ menunjukkan adanya sifat dapat

dinikmati dan diakses oleh semua pihak tanpa terkecuali, tanpa memperhatikan gender, usia,

ataupun kemampuan fisik penggunanya. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika ruang publik harus

mampu merespon kebutuhan penggunanya melalui desain yang sesuai atau responsive (Carr,

1992). Kota-kota di negara-negara maju telah mengindikasikan perancangan ruang publik yang

lebih responsif sesuai dengan karakter penggunanya, tidak hanya bagi mereka yang normal saja

tetapi juga bagi orang-orang dengan kemampuan yang berbeda. Ini ditunjukkan dengan adanya

akses ruang publik bagi penyandang cacat, orang lanjut usia, anak-anak, dan lain sebagainya yang

diwujudkan dengan perancangan ruang publik yang sesuai.

Lingkungan sekitar anak-anak merupakan tempat perkembangan hidup mereka secara

fisik, sosial, dan mental. Pengaruh lingkungan baik dari keluarga, teman, dan masyarakat akan

menentukan bagaimana seorang anak dapat tumbuh. Anak-anak mendapat perlindungan dan

perhatian penuh ketika berada di dalam rumah sehingga dapat melakukan aktivitas dengan aman

seperti belajar dan bermain dengan orang-orang terdekat serta beristirahat. Aktivitas luar ruangan

yang terjadi di sekitar rumah, lingkungan tempat tinggal, atau pun di tempat-tempat umum juga

merupakan hal penting yang harus dialami oleh anak untuk dapat mengenal apa saja yang ada di

sekitar mereka. Ruang-ruang luar rumah harus dibentuk sebagai wadah yang sesuai bagi anak-anak

untuk menunjang perkembangan mereka. Ruang-ruang tersebut tidaklah harus berupa area bermain

tetapi juga ruang-ruang publik yang dapat diakses dengan aman oleh siapapun termasuk anak-anak

(8)

Anak-anak secara fisik dapat mengakses ruang publik dengan baik, namun secara psikis

mereka mendapat batasan-batasan dari orang dewasa di sekitar mereka, terutama dari

orang-orang yang bertanggung jawab terhadap mereka atau pendamping mereka. Hal ini disebabkan

anak-anak merespon lingkungan mereka sebagai tempat bermain dan adanya keterbatasan

kemampuan secara fisik sehingga cenderung mengurangi tingkat kewaspadaan mereka. Aktivitas

yang dilakukan di ruang publik oleh anak-anak lebih mengarah pada aktivitas bermain meskipun

ruang yang digunakan tidak dirancang secara khusus untuk permainan misalnya kolam air mancur

yang dibangun sebagaipoint of view untuk dinikmati secara visual dapat menjadi tempat bermain

air oleh anak-anak. Faktor keamanan dan keselamatan juga sering diabaikan dalam perancangan

ruang publik sehingga menimbulkan kerawanan keamanan anak-anak selama beraktivitas. Tidaklah

mengherankan jika saat ini terjadi kasus-kasus kecelakaan anak dan tindakan kriminalitas terhadap

anak seperti penculikan. Keberadaan anak-anak di ruang publik menjadi sebuah kekhawatiran jika

tidak didampingi oleh orang dewasa di samping mereka sehingga penting untuk mengedepankan

pengawasan terhadap aktivitas anak-anak (Wonoseputro, 2007).

Sumber:Wonoseputro, 2007

Gambar 1.1

Aktivitas Bermain Anak yang Timbul Secara Spontan diTakashimaya Water Fountain, Singapura

Pengembangan kota yang sesuai dan aman (fit and safe) bagi anak-anak telah menjadi

perhatian dunia. WHO dan UNICEF sebagai organisasi dunia bersama-sama mengkampanyekan

program-program yang dapat dilakukan pemerintah lokal agar dapat menciptakan kondisi

lingkungan yang aman bagi anak-anak. Program-program tersebut timbul sebagai reaksi dari

maraknya pelanggaran terhadap hak-hak anak untuk hidup dan tumbuh secara layak. Kekurangan

pangan, buruknya kesehatan, kekerasan pada anak, dan kerawanan timbulnya cedera menjadi fokus

kampanye yang dilakukan kedua badan PBB tersebut. Cedera yang dialami oleh anak-anak di

lingkungan perkotaan diakibatkan oleh keterbatasan fisik yang dialami oleh anak-anak dan

(9)

penyakit, disebabkan pula oleh kejadian tidak disengaja seperti kecelakaan lalu lintas, tenggelam,

luka bakar, terjatuh, dan keracunan.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik

Indonesia mengimplementasikan sejumlah konvensi dan kesepakatan internasional ke dalam

konteks perencanaan dan pembangunan daerah. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan

Perempuan Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009 tentang Kebijakan Kota/ Kabupaten Layak

Anak menjadi dasar bagi pemerintah kota dan kabupaten untuk menyusun strategi pembangunan

guna mencapai predikat kota/ kabupaten layak anak (KLA). Kebijakan ini berlandaskan Konvensi

Hak Anak tahun 1989 dan Deklarasi Dunia yang Layak untuk Anak (World Fit for Children).

Kekerasan pada anak dan kurangnya akses pemenuhan hak anak menjadi pertimbangan utama

perlunya KLA. Hak anak yang perlu diperhatikan dan dijamin oleh pemerintah sebagaimana

tersebut dalam Konvensi Hak Anak antara lain hak untuk tempat tinggal, hak untuk mendapatkan

keleluasaan pribadi, hak untuk mendapatkan rasa aman, hak untuk mendapatkan lingkungan yang

sehat, hak untuk bermain, hak untuk mendapatkan pendidikan, dan hak untuk memperoleh

transportasi umum.

1.1.2 Pentingnya Ruang Publik yang Aman bagi Anak-anak di Kawasan Simpang Lima

Penciptaan keamanan melalui pendekatan perancangan kota telah menjadi diskusi cukup

lama dalam pembangunan lingkungan perkotaan. Konsep tersebut telah dikembangkan sejak awal

1960an dan menjadi sebuah metode yang utuh pada awal 1970an oleh C. Ray Jeffery dan Oscar

Newman dengan nama Crime Prevention Through Environmental Design (CPTED). Mereka

beranggapan bahwa lingkungan dapat memberikan kesempatan terjadinya tindak kriminalitas dan

kerawanan keamanan terhadap masyarakat. Teori ini terus dikembangkan tidak hanya menyangkut

lingkungan secara umum tetapi juga diarahkan lebih spesifik sesuai karakteristik fisik lingkungan

kota dan masyarakat di dalamnya (Clarke 1980; Day, 2007; Robinson, 1996).

Ruang yang aman dalam lingkungan aktivitas anak-anak perlu untuk diperhatikan. Data

yang dikeluarkan WHO dalamWorld Report on Child Injury Preventiontahun 2008, menyebutkan

bahwa sebanyak 830.000 anak-anak meninggal setiap tahunnya akibat kecelakaan dan 260.000

kasus terjadi akibat kecelakaan lalulintas. Kecelakaan tersebut sebagian besar terjadi di luar rumah

dan sebanyak 95% terjadi di negara berkembang (WHO, 2008). Kasus kriminalitas dengan sasaran

anak-anak di Indonesia mengalami peningkatan. Penculikan anak pada tahun 2006 meningkat

mencapai 87 kasus (Mitrawacana, 2008). Kejadian tersebut terjadi di berbagai tempat seperti

rumah, sekolah, dan ruang publik lainnya yang cenderung terdapat banyak orang dengan berbagai

macam modus seperti menjemput anak di sekolah, mengambil ketika anak bermain atau berekreasi.

Hal ini mengindikasikan faktor keamanan dan keselamatan untuk anak-anak belum terakomodasi

(10)

Sumber:WHO, 2008

Gambar 1.2

Kematian Anak-anak Akibat Kecelakaan di Dunia Tahun 2008

Kota Semarang pada tanggal 23 Juli 2009 dideklarasikan menjadi Kota Layak Anak

setelah sebelumnya Surakarta dan Sragen menyandang predikat tersebut. Dengan demikian di Kota

Semarang akan dikeluarkan kebijakan dan disediakan berbagai macam fasilitas guna memenuhi

hak-hak anak untuk tumbuh diperkotaan. Fasilitas pendidikan dan kesehatan telah mencukupi,

namun menurut Walikota Sukawi Sutarip, Kota Semarang masih kekurangan ruang publik yang

ramah terhadap anak (www2.jawapos.co.id, 2009). Hal ini disebabkan biaya besar yang harus

dikeluarkan oleh pemerintah untuk membangun ruang publik pada kota yang sudah jadi ini. Oleh

karena itu pembangunan ruang publik yang ramah terhadap anak menjadi salah satu keharusan bagi

para pengembang perumahan. Meski demikian, ruang publik pada kawasan-kawasan pusat kota

yang menarik pengunjung anak tentunya perlu mendapat perhatian pula seperti di Kawasan

Simpang Lima Semarang.

Kawasan Simpang Lima Semarang sebagai pusat aktivitas kota menjadi daya tarik bagi

masyarakat untuk datang ke kawasan ini. Kawasan ini merupakan pusat perdagangan dan jasa

modern dan simpul dari jalan-jalan utama Kota Semarang. Daya tarik dan akses yang tinggi

menuju kawasan ini mengakibatkan banyaknya masyarakat yang berkunjung dari segala kalangan.

Daya tarik bagi anak-anak sendiri dapat terlihat dari adanya sekolah, pusat perbelanjaan yang

menyediakan permainan, dan lapangan sebagai area rekreasi. Sebagai pusat kegiatan, di Kawasan

Simpang Lima disediakan pula ruang-ruang publik untuk mewadahi aktivitas pengunjung. Pada

umumnya di kota-kota besar, memang sangat jarang dijumpai anak-anak yang beraktivitas di

ruang publik dengan bebas. Opini masyarakat yang cenderung menganggap bahwa lingkungan Sesak nafas, tersedak, gigitan hewan,

(11)

perkotaan (khususnya di pusat kota) tidak aman dan sehat terutama bagi anak-anak membatasi

aktivitas mereka di ruang publik. Tindakan yang lebih protektif diambil dengan melarang mereka

untuk mengakses ruang publik.

Ruang publik di Kawasan Simpang Lima Kota Semarang dengan sendirinya menjadi

ruang publik yang menampung berbagai macam aktivitas dan menarik pengunjung dari berbagai

kalangan terkait fungsi kawasan ini sebagai pusat Kota Semarang. Ruang publik semacam ini

menjadi terbuka terhadap siapapun yang menggunakannya dan aktivitas apapun yang dilakukan.

Hal ini menimbulkan potensi munculnya kerawanan keamanan bagi anak-anak dalam beraktivitas

ditengah-tengah ruang publik seperti rawan akan kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan tunggal,

penculikan, tersesat, dan sebagainya. Keramaian arus lalulintas kendaraan yang tidak dilengkapi

dengan fasilitas penyeberangan sebagaimana terdapat di Jalan Simpang Lima menyebabkan rawan

kecelakaan anak. Kerumunan pengunjung pun dapat menimbulkan rasa tidak aman bagi anak-anak

karena khawatir akan diganggu atau diculik. Rasa kepemilikan ruang terhadap ruang publik tidak

sekuat terhadap ruang yang lebih privat sehingga orang cenderung mengabaikan pengawasan dan

perawatan terhadap ruang publik. Selain itu pada beberapa titik dapat dijumpai fasilitas yang rusak

seperti jalan yang berlubang atau pun tergenang dan tidak terpeliharanya kebersihan

(www.suaramerdeka.com, 2009).

Kerawanan keamanan ruang publik Kawasan Simpang Lima bagi anak dapat dilihat pula

dari pemanfaatan ruang-ruang publik di kawasan tersebut. Jalur-jalur pejalan kaki dan jalur lambat

dimanfaatkan sebagai lokasi parkir dan pedagang kaki lima (PKL) sehingga mempersempit ruang

pejalan kaki. Disamping itu keramaian pada kawasan ini terutama pada akhir pekan berpotensi

menimbulkan tindak kejahatan seperti pencopetan, penculikan, dan pemerasan ruang publik yang

terlalu ramai dapat melemahkan pengawasan dan mengundang pelaku kejahatan. Anak-anak

membutuhkan ruang publik untuk tumbuh kembang mereka namun disisi lain ruang publik

merupakan tempat yang rawan bagi mereka untuk beraktivitas (www.republika.co.id, 2008).

Perancangan ruang publik yang aman dan nyaman bagi anak-anak serta mampu menunjang

perkembangan mereka dapat menjadi salah satu solusi agar anak-anak dapat memanfaatkan ruang

publik dengan baik. Hal-hal tersebut mendasari pentingnya penelitian untuk mencari kriteria perancangan ruang publik yang aman bagi anak-anak di Kawasan Simpang Lima.

1.2 Rumusan Permasalahan

Perancangan dan pemanfaatan ruang publik mempengaruhi tingkat keamanan dan

kenyamanan penggunanya, termasuk anak-anak. Anak-anak dengan segala keterbatasan dan

kekurangannya dibandingkan orang dewasa, menjadikan ruang publik kota sebagai salah satu

wadah aktivitas mereka dalam bermain dan berinteraksi. Di sisi lain perkembangan kota yang

(12)

publik baik disengaja seperti tindakan penculikan dan kekerasan maupun tidak disengaja misalnya

kecelakaan lalu lintas. Perancangan kota yang kurang responsif terhadap anak-anak dan

potensi-potensi tindak kejahatan mengakibatkan kurang amannya ruang publik untuk digunakan oleh

anak-anak. Permasalahan perancangan dan pemanfaatan ruang publik Kawasan Simpang Lima yang

kurang aman bagi anak-anak adalah sebagai berikut:

Sumber:Hasil Analisis Penyusun, 2009

Gambar 1.3 Rumusan Permasalahan

 Kurangnya pengawasan terhadap ruang publik

Pengawasan pada ruang publik diperlukan untuk meningkatkan keamanan dan rasa aman

anak di ruang publik. Prinsip ruang publik yang aman adalah adanya pengawasan informal

dari pengguna ruang publik lainnya. Pengawasan ini dapat dipenuhi dengan adanya aktivitas

yang menarik banyak pengunjung seperti aktivitas PKL. Sayangnya aktivitas tersebut masih

kurang teratur dan tidak konstan karena kebanyakan pedagang beroperasi ketika sore hingga

malam hari. Keramaian pun tidak serta merta meningkatkan keamanan anak karena dapat

(13)

keamanan diperlukan juga bagi anak-anak untuk menjamin keamanan mereka dari tindak

kejahatan. Kawasan Simpang Lima saat ini terdapat pos polisi lalu lintas khusus untuk

kawasan tersebut namun petugas polisi tidak melakukan pengawasan secara menerus kecuali

di saat-saat ramai atau padat pengunjung. Keberadaan pos polisi tidak ditunjang pula dengan

penanda lokasi pos polisi di ruang-ruang publik kawasan ini guna membantu anak-anak jika

mereka membutuhkan bantuan polisi atau tersesat.

 Kurang memadainya fasilitas penyeberangan dan penunjang keamanan.

Kawasan Simpang Lima sebagai pertemuan lima jalan menampung arus kendaraan bermotor

yang cukup padat sepanjang hari, baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Kondisi

ini berimplikasi mengganggu pergerakan pejalan kaki karena pola tata massa bangunan

kawasan ini menyebabkan pengunjung harus menyeberang jalan untuk berpindah lokasi,

termasuk untuk menuju lapangan. Akses pejalan kaki menuju lapangan sangat terbatas

karena arus lalu lintas yang padat dan tidak adanya fasilitas penyeberangan. Kondisi ini

semakin meningkatkan kerawanan terjadinya kecelakaan bagi pejalan kaki usia anak-anak

yang kurang kewaspadaan terhadap sekitarnya. Anak-anak dengan kondisi fisik lebih kecil

dari orang dewasa memerlukan standar berbeda. Misalnya untuk fasilitas pejalan kaki seperti

tinggi trotoar agar mampu dimasuki anak-anak tanpa bantuan, pengamanan pada jalur

pejalan kaki dari singgungan kendaraan, ruang tunggu angkutan yang aman bagi anak-anak,

dan termasuk fasilitas penunjang kenyamanan seperti toilet umum dan area tempat duduk.  Tidak teratur dan terawatnya pemakaian ruang pejalan kaki

Arah sirkulasi pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima cenderung memutar mengitari

Lapangan Pancasila dengan memanfaatkan jalur pejalan kaki di depan bangunan sekitar

lapangan. Jalur lambat dan pejalan kaki di kawasan ini digunakan pula untuk tempat parkir

dan pedagang kaki lima (PKL) sehingga mengganggu pergerakan anak-anak karena lebar

trotoar berkurang. Keamanan permukaan jalan dan trotoar menimbulkan masalah pula

karena adanya genangan air, permukaan yang berlubang, atau permukaan jalan dan trotoar

yang kotor berpotensi menimbulkan kecelakaan.  Kurangnya penandaan di ruang publik

Penandaan di ruang publik digunakan sebagai alat bagi pengunjung untuk memperoleh

informasi bagi dirinya tentang situasi di tempat tersebut. Penandaan orientasi pengunjung

terhadap kawasan dan penandaan rute bagi pejalan kaki merupakan dua hal penting yang

tidak terdapat di ruang publik Kawasan Simpang Lima. Kedua hal tersebut dapat digunakan

anak-anak agar tidak tersesat dan memudahkan untuk mencari pertolongan jika terjadi

(14)

panik jika mengalami hal tersebut. Penandaan penting lainnya terkait dengan kendaraan

seperti lokasi parkir, tempat pemberhentian kendaraan umum, dan lokasi penyeberangan.

Permasalahan kerawanan keamanan anak-anak dalam ruang publik dipicu oleh desain dan

penggunaan ruang publik yang kurang memperhatikan keamanan anak ketika beraktivitas.

Berkurangnya keamanan anak-anak dalam ruang publik ini tidak hanya dapat dijawab dengan

peraturan-peraturan normatif dan penegakkan hukum. Kerawanan dapat ditekan dengan pendekatan

spasial berdasarkan prinsip-prinsip perancangan ruang yang aman dikaitkan dengan karakter

pengguna pada usia anak-anak. Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab melalui penelitian ini

adalah bagaimana kriteria perancangan ruang publik Kawasan Simpang Lima yang dapat

meningkatkan keamanan dan rasa aman anak-anak?

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan

Penelitian ini bertujuan mencari kriteria perancangan ruang publik yang aman untuk

digunakan oleh anak-anak di Kawasan Simpang Lima berdasarkan aktivitas anak-anak di ruang

publik Kawasan Simpang Lima dan kondisi fisik ruang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

diaplikasikan untuk membentuk ruang publik yang aman bagi anak-anak.

1.3.2 Sasaran

Sasaran dalam penelitian ini meliputi:

 Menganalisis karakteristik aktivitas anak-anak dalam ruang publik Kawasan Simpang Lima

Semarang, meliputi waktu dan pola pergerakan aktivitas anak.

 Menganalisis kondisi keamanan ruang publik di Kawasan Simpang Lima Semarang bagi

anak-anak, dengan cara:

- Mengidentifikasi kondisi keamanan aktivitas ruang publik di Kawasan Simpang Lima,

- Menganalisis potensi dan masalah terkait keamanan ruang aktivitas anak-anak.

 Menganalisis kebutuhan ruang publik Kawasan Simpang Lima yang aman bagi anak-anak.  Mengidentifikasi kriteria perancangan ruang publik yang aman bagi anak-anak di Kawasan

Simpang Lima Semarang

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian meliputi ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi.

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup spasial penelitian ini adalah Kawasan Simpang Lima Kota Semarang yang

(15)

Simpang Lima terdiri atas Lapangan Pancasila serta bangunan pusat perbelanjaan dan hotel

disekelilingnya (Selayang Pandang Kota Semarang, 2006). Wilayah studi penelitian ini adalah

ruang publik K awasan Simpang Lima sesuai dengan tipologinya, baik berupa linearmaupun spot.

Wilayah studi dibatasi pada Lapangan Pancasila dan satu lapis bangunan di sekelilingnya. Kawasan

Simpang Lima merupakan salah satu pusat aktivitas terbesar di Kota Semarang dengan berbagai

macam fasilitas di dalamnya. Adanya aktivitas ekonomi, pendidikan, dan rekreasi dengan skala

kota di kawasan ini akan menarik masyarakat dari berbagai kalangan termasuk anak-anak. Studi ini

dilakukan sebatas di ruang publik yang bersifat terbuka (bukan gedung).

Sumber:Google Earth, 2007

Gambar 1.4

Kawasan Simpang Lima sebagai Ruang Lingkup Wilayah Penelitian

1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini meliputi anak-anak, karakter fisik anak, ruang

publik, kriteria ruang publik yang aman, dan keamanan:

 Anak-anak dalam penelitian ini dibatasi pada usia 6 – 12 tahun, atau dalam fase perkembangan

anak-anak merupakan fase perkembangan menengah (middle) dan akhir (late), dapat

disetarakan dengan masa sekolah dasar. Anak-anak sebagai objek penelitian ini tidak termasuk

anak jalanan, penyandang cacat, atau pemilik penyakit mental.

 Ruang publik dalam penelitian ini terbatas pada ruang publik terbuka seperti lapangan, taman,

jalan, dan ruang terbuka di sekitar bangunan yang secara umum digunakan orang sebagai ruang

publik. Aktivitas yang dilakukan dibatasi pada aktivitas rutin harian atau mingguan.

 Kriteria perancangan yang dimaksud pada penelitian ini dibatasi pada kriteria yang bersifat

tidak mengikat (performance) sehingga masih dapat dikembangkan lagi untuk menghasilkan

desain dengan ketentuan yang lebih konstruktif. Substansi yang dibahas meliputi kebutuhan

ruang, lokasi penempatan, dan aturan pemanfaatan ruang.

Kota SEMARANG

(16)

 Keamanan dalam perancangan kota yang dimaksud adalah keamanan terhadap kriminalitas,

gangguan arus lalu lintas, atau bahaya yang timbul akibat bentuk desain ruang.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai kriteria perancangan ruang publik yang aman bagi anak-anak ini

diharapkan dapat memberi manfaat terhadap ilmu perencanaan wilayah dan kota, terutama di

bidang perancangan kota. Perancangan lingkungan kota diharapkan tidak hanya berdasarkan pada

kebutuhan saja tetapi juga memperhatikan keamanan penggunanya. Penelitian ini juga diharapkan

dapat bermanfaat bagi pembangunan ruang publik yang lebih responsif terhadap keamanan

anak-anak sebagai pengguna ruang publik dan kondisi lingkungan sekitar sehingga secara lebih luas

tercipta lingkungan perkotaan yang aman melalui perancangan kota.

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai kriteria perancangan ruang publik yang aman bagi anak-anak ini

memposisikan anak-anak pada ruang publik terbuka secara normal, beraktivitas secara bebas atau

pun dibawah dominasi pengaruh orang dewasa yang dikenalnya meskipun aktivitas anak-anak di

bawah pengawasan pendamping merupakan hal yang lebih lumrah serta tidak dalam kondisi

perbedaan fungsi fisik atau kondisi mental (cacat). Selain itu, ruang publik bagi anak-anak tidak

selalu dilihat sebagai tempat bermain bagi mereka terkait fungsi-fungsi ruang publik yang tidak

selalu sebagai tempat rekreasi. Jadi keaslian penelitian ini terletak pada objek penelitian yaitu

anak-anak berikut aktivitas mereka di ruang publik dan konsep ruang aman dalam ruang publik kawasan.

TABEL I.1

Sistem pendidikan dan pembangunan kota telah mengurangi waktu dan tempat bermain anak-anak terutama kegiatan

Pengamatan perilaku Model Area Sekolah Dasar sebagai lingkungan bermain anak dengan memperhatikan kecenderungan pola-pola perilaku dan pola ruang dalam lingkungan permukiman yang terencana dan tidak terencana serta rumusan kriteria

(17)

NAMA/ TAHUN

PENELITIAN JUDUL METODE HASIL

Eni Rahayu, 2005 Studi Persepsi Terhadap Faktor -beraktivitas di ruang publik dipengaruhi oleh faktor fisik dan nonfisik. Perlu penambahan fasilitas dan estetika untuk peningkatan kenyamanan

Karakteristik aktivitas masyarakat difabel dalam ruang publik kota

Kebutuhan ruang yang aksesibel bagi masyarakat difabel dalam ruang publik kota

Arahan desain yang aksesibel bagi masyarakat difabel dalam ruang publik kota

Karakteristik aktivitas anak-anak di Kawasan Simpang Lima Semarang Keamanan ruang publik Kawasan

Simpang Lima Semarang bagi anak-anak Kriteria perancangan sesuai kebutuhan

ruang publik yang aman bagi anak-anak di Kawasan Simpang Lima

Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2008

1.7 Posisi Penelitian

Penelitian ruang publik kota dalam kaitannya dengan perencanaan wilayah dan kota

termasuk dalam bidang perancangan kota. Pembentukan identitas suatu ruang publik ditentukan

oleh komponen fisik (bentuk dan ukuran), aktivitas, dan makna ruang publik bagi penggunanya.

Konsep ruang publik yang aman bagi anak-anak dimasukkan ke dalam ketiga komponen tersebut

sehingga dapat menciptakan keamanan dan rasa aman anak-anak dalam beraktivitas di ruang

(18)

Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2008

Gambar 1.5

Posisi Penelitian terhadap Perencanaan Wilayah dan Kota

1.8 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini berawal dari pemikiran mengenai intervensi desain ruang kota dalam upaya

peningkatan keamanan lingkungan melalui konsep ruang yang mampu meminimalisasi munculnya

ketidakamanan. Ketidakmanan tidak hanya dipandang sebagai akibat dari keinginan pelaku

kejahatan tetapi juga dapat diakibatkan dari desain ruang yang memunculkan potensi-potensi

tersebut. Ruang publik sebagai wadah aktivitas bagi semua orang harus mampu memberikan rasa

nyaman dan aman bagi penggunanya sehingga tidak mengesankan adanya kecemasan dan

kekhawatiran bagi pengguna ketika beraktivitas di dalamnya. Spesifikasi pengguna ruang publik

dalam penelitian ini adalah anak-anak (usia 6 – 12 tahun). Anak-anak dalam perkembangan pikiran

dan mentalnya, memiliki batasan kemampuan secara fisik. Kelemahan ini dapat meningkatkan

ketidakamanan anak-anak ketika beraktivitas di ruang publik. Kawasan Simpang Lima yang

menjadi pusat aktivitas Kota Semarang mengundang berbagai macam pengguna termasuk

anak namun ruang publik di kawasan ini masih menunjukkan kerawanan keamanan bagi

anak-anak. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 1.6.

1.9 Pendekatan dan Metode Penelitian

1.9.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian menggunakan pendekatan CPTED (Crime Prevention

Through Environmental Design). Prinsip-prinsip CPTED dalam ruang publik dikaitkan dengan

(19)

Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2008

Gambar 1.6

Kerangka Pikir Penelitian

Pendekatan ini akan memberi efek jangka panjang dan permanen dalam melindungi pengguna

ruang publik, terutama anak-anak. Pendekatan CPTED bertujuan mewujudkan ruang publik yang

memberi keamanan dan rasa aman melalui pengaruh lingkungan. Prinsip utama CPTED mengenai

pentingnya pengawasan informal (informal surveillance) dianggap tepat karena anak-anak

merupakan individu yang tidak cukup tanggap dan waspada terhadap sekitar mereka. Meski

demikian, bentuk pengawasan formal tetap diperlukan sebagai langkah antisipatif untuk

(20)

CPTED dapat dikategorikan sebagai teori positif terkait hubungan perilaku manusia

dengan lingkungannya. Prinsip desain yang dikembangkan Oscar Newman pada tahun 1972 ini

lahir dari pengamatan terhadap lingkungan kemudian distrukturkan menjadi teori tentang

lingkungan yang aman. Penjelasan pada konsep CPTED dimaksudkan tidak sekedar sebagai

deskripsi tetapi juga digunakan untuk mengkaji bagaimana penerapannya pada lingkungan yang

berbeda. Konsep yang terstruktur ini dapat digunakan untuk menjelaskan apa yang terjadi dan

membuat prediksi mengenai apa yang mungkin terjadi (Laurens, 2004).

1.9.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.

Metode penelitian kualitatif menekankan pada kajian dalam situasi alamiah dengan

mengedepankan kontak langsung peneliti terhadap objek di lapangan. Metode penelitian kualitatif

dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa terdapat keidentikan karakter objek penelitian yaitu

anak-anak. Kontak peneliti secara langsung terhadap objek penelitian difokuskan untuk

memperoleh informasi secara lebih mendalam terkait pengalaman tentang keamanan aktivitas di

ruang publik Kawasan Simpang Lima Semarang. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini

dengan beberapa alasan sebagai berikut:

 Objek penelitian yaitu anak-anak cenderung memiliki karakteristik fisik dan mental yang

relatif sama sehingga interaksi antara peneliti dengan objek penelitian untuk mengetahui

secara mendalam mengenai karakteristik aktivitasnya dalam ruang publik di Kawasan

Simpang Lima Semarang, bukan karakter dasar anak-anak. Data mengenai karakteristik

aktivitas anak-anak ini selain bersumber dari pengamatan langsung juga dapat berupa

pengalaman yang dialami oleh anak-anak sebagai narasumber.

 Kondisi keamanan tidak dapat ditentukan dengan menghitung seberapa banyak responden

yang menyatakan aman atau tidak aman. Pengalaman responden turut menjadi pertimbangan

untuk menentukan kondisi keamanan di ruang publik. Di sisi lain, pengunjung anak di ruang

publik Kawasan Simpang Lima tidak dapat dihitung dengan pasti dan sulit dijumpai. Oleh

karena itu pendekatan kualitatif akan memudahkan dalam menghimpun data karena

pengumpulan data didasarkan pada informasi yang diperoleh, tidak sekedar pada jumlah

responden.

 Konsep ruang publik yang aman merupakan konsep yang sangat kontekstual dan

kondisional. Hal ini menandakan bahwa penerapan setiap lokasi yang berbeda akan

mengeluarkan hasil yang spesifik. Teori dalam penelitian ini berperan sebagai

(21)

kondisi keamanan ruang publik secara teoritis yang kemudian dapat dikaitkan dengan

anak-anak sebagai penggunanya.

1.10 Tahapan Penelitian

Langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.10.1 Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan, kuesioner yang disertai

wawancara, dan survei instasional. Data-data yang diperoleh kemudian diharapkan dapat saling

melengkapi untuk memberikan informasi terkait penelitian ini. Tahapan pengumpulan data yang

akan dilakukan adalah:

1. Prasurvei

Hal-hal yang perlu disiapkan dalam tahap prasurvei, yaitu:

a Penyusunan rencana kegiatan penelitian survei, terdiri atas jadwal kegiatan dan

kelengkapan yang dibutuhkan untuk survei.

b Melakukan survei awal untuk memberi gambaran secara umum mengenai aktivitas ruang

publik anak-anak. Survei melalui review literatur telah memberi gambaran mengenai

keamanan anak-anak dalam ruang publik di sejumlah negara.

c Mempersiapkan administrasi penelitian termasuk surat ijin yang digunakan sebagai

identitas peneliti di lapangan.

d Mempersiapkan alat-alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data di antaranya:  Kamera untuk merekam data berupa gambar kondisi fisik ruang publik di Kawasan

Simpang Lima dan gambaran aktivitas anak dalam ruang publik.

 Peta lokasi penelitian digunakan untuk membantu peneliti dalam mengidentifikasi

lokasi penelitian

 Alat tulis untuk mencatat segala temuan di lapangan.

2. Tahap survei

Teknik pengumpulan data meliputi:

a. Pengumpulan data primer, yaitu:

 Pengamatan langsung (observasi lapangan)

Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi ruang publik Kawasan Simpang Lima

dan pemanfaatannya serta agar peneliti dapat memahami karakteristik aktivitas

anak-anak dalam ruang publik dan kondisi ruang publik Kawasan Simpang Lima melalui

(22)

- Lokasi penelitian yaitu ruang publik Kawasan Simpang Lima Kota Semarang. Titik

berat pengamatan ini adalah desain ruang publik terkait faktor-faktor urban safety

dan bagaimana ruang publik tersebut dimanfaatkan.

- Anak-anak yang sedang beraktivitas di ruang publik baik secara individu atau

berkelompok, bebas atau bersama pendamping. Pengamatan dilakukan untuk

mengetahui apa saja aktivitas anak-anak dalam ruang publik.

- Aktivitas anak-anak dalam ruang publik, meliputi jenis aktivitas, pola kegiatan atau

pergerakan, ruang tempat aktivitas berlangsung, dan waktu kegiatan berlangsung.

- Respon orang-orang disekeliling anak-anak ketika mereka beraktivitas di ruang

publik. Hal ini diperlukan untuk menggambarkan bagaimanainformal surveillance

terhadap keberadaan anak-anak di ruang publik Kawasan Simpang Lima.

 Kuesioner

Pengambilan data primer melalui kuesioner diperlukan untuk membatasi jawaban

responden sehingga diperoleh data yang terfokus pada topik penelitian. Kuesioner

akan digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kondisi keamanan ruang publik

berdasarkan pandangan responden dan pengalaman ketika berada di ruang publik

Kawasan Simpang Lima. Jawaban diarahkan berdasarkan prinsip-prinsip ruang

publik yang aman karena pada dasarnya prinsip keamanan akan berbeda antara tiap

individu. Responden kuesioner adalah anak-anak atau pendampingnya. Peran

pendamping anak dapat menjadi narasumber utama atau dapat juga untuk

mengkonfirmasi jawaban anak yang meragukan bagi peneliti.

Anak-anak sebagai responden memiliki kemampuan untuk berkonsentrasi yang lebih

singkat daripada orang dewasa. Hal-hal yang kurang menarik seperti menjawab

serangkaian pertanyaan yang rumit, detail, dan panjang peneliti hindari agar kondisi

pengumpulan data tetap optimal. Poin-poin pertanyaan dalam kuesioner ini bersifat

lebih umum sedangkan pendalaman jawaban akan dirangkai oleh wawancara

bebas/tidak terstruktur.

 Wawancara

Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur dan dimaksudkan untuk memperluas

jawaban responden. Metode ini dilaksanakan secara langsung terhadap:

- Anak-anak

Wawancara terhadap anak dimaksudkan untuk memperoleh pandangan

anak-anak terhadap aspek keamanan sebagai pengguna dan pengalaman mereka

beraktivitas di ruang publik Kawasan Simpang Lima. Wawancara digunakan untuk

(23)

untuk memperoleh data mengenai suatu kegiatan yang sedang dilakukan

responden, dengan menanyakan beberapa poin pertanyaan saja dari kuesioner.

Hasil wawancara responden pertama akan menjadi dasar bagi wawancara

selanjutnya begitu pula seterusnya sehingga dimungkinkan terjadinya

pengembangan pertanyaan sesuai masalah yang diperoleh kemudian.

- Pendamping anak (jika ada)

Wawancara terhadap pendamping bertujuan memperoleh masukan dari orang yang

dekat dengan anak dan sebagai antisipasi untuk jawaban dari responden anak-anak

yang dirasa kurang relevan. Hasil wawancara responden pertama akan menjadi

dasar bagi wawancara selanjutnya begitu pula seterusnya sehingga dimungkinkan

terjadinya pengembangan pertanyaan sesuai masalah yang diperoleh kemudian.

b. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu:

Pengumpulan data ini dapat dilakukan sebelum dan setelah melakukan wawancara.

Pengumpulan data sekunder ini dilakukan melalui survei ke instansi-instansi terkait. Data

mengenai jumlah anak-anak di Kota Semarang, tingkat kerawanan dan keamanan ruang

publik yang dapat dilihat dari jumlah kecelakaan lalu lintas atau tindak kriminal.

Data-data sekunder ini tidak mutlak, hanya digunakan sebagai pelengkap Data-data primer.

1.10.2 Objek Penelitian dan Teknik Sampling

a. Objek penelitian

Objek yang diteliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:  Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang publik di Kawasan Simpang Lima Semarang, yang pada

penelitian ini meliputi Lapangan Pancasila dan satu lapis bangun di sekelilingnya.

Pengambilan responden untuk kuesioner dan wawancara dilakukan di lokasi penelitian.

Hal ini untuk mempermudah peneliti untuk menerangkan pertanyaan-pertanyaan dalam

pengumpulan data serta mempermudah responden dalam menjawab pertanyaan dengan

memperhatikan kondisi secara langsung sehingga diharapkan diperoleh data yang akurat.

Tempat penelitian akan menjadi alat bantu peneliti untuk menggali jawaban dari

responden. Pengambilan responden dilakukan di Lapangan Pancasila dan keempat sisi

(24)

Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2009

Gambar 1.7 Lokasi Penelitian

 Pelaku

- Pelaku (responden) yang menjadi target penelitian ini adalah anak-anak usia 6-12 tahun

atau biasa didefinisikan sebagai usia sekolah dasar. Responden merupakan pengunjung

ruang publik Kawasan Simpang Lima baik yang sedang mengunjungi kawasan tersebut

guna memperoleh data yang akurat.

-

Selain anak-anak, orang (dewasa) yang mendampingi mereka dapat dijadikan responden

penelitian ini dengan syarat orang tersebut memiliki tanggung jawab untuk mengawasi

mereka sehingga memahami kondisi anak dan ruang publik Kawasan Simpang Lima.

b. Teknik pengambilan sampel

Dalam penelitian kualitatif, setiap responden merupakan informan yang dipandang

memiliki pengalaman terkait penelitian, sehingga sampel yang digunakan memiliki

karakter tertentu (Creswell, 1994). Teknik pengambilan sampling menggunakan purposive

sampling. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan

berdasarkan strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu

(Arikunto, 1998). Pada penelitian ini, tujuan survey telah ditentukan yaitu anak-anak atau

pendamping mereka. Teknik purposive sampling dimaksudkan agar peneliti dapat

menentukan secara langsung responden sesuai kriteria dan kebutuhan sehingga tidak terjadi

duplikasi sampel antara anak dengan pendampingnya dan mengurangi objek penelitian

yang bersifat homogen, ditinjau dari waktu dan lokasi aktivitas sehingga tidak terjadi

penumpukan responden pada waktu dan lokasi yang sama. Jadi jika peneliti menemui anak

beserta pendampingnya, keduanya dianggap sebagai satu responden. Pengambilan sampel

untuk responden kuesioner dan wawancara akan dihentikan ketika data yang didapat telah

(25)

Peneliti langsung memilih responden dengan spesifikasi waktu dan titik lokasi

aktivitas mereka. Waktu pengambilan sampel dirinci sebagai berikut:

Hari sekolah, yaitu hari Senin-Sabtu karena Kota Semarang menerapkan 6 hari sekolah.

Pengambilan sampel dilakukan sebelum dan sesudah jam sekolah (jam sekolah

diasumsikan 07.00 WIB – 14.00 WIB)

Hari libur, meliputi hari Minggu, hari libur nasional, dan masa libur akademis. Pada saat

tersebut diperkirakan aktivitas di Kawasan Simpang Lima akan meningkat.

Kegiatan-kegiatan tertentu yang dapat menarik pengunjung dengan intensitas lebih tinggi

seperti upacara, pasar tiban, pertunjukkan seni dan budaya.

Waktu pengambilan sampel dibatasi hingga pukul 18.00 WIB untuk tiap harinya karena

anak-anak memiliki batasan waktu untuk beraktivitas di luar rumah pada malam hari,

terutama di ruang publik kota seperti di Kawasan Simpang Lima. Aktivitas anak di ruang

publik pada malam hari cenderung berada di bawah pengawasan yang ketat dari

pendamping anak sehingga dikhawatirkan akan mengurangi relevansi dengan penelitian

karena aktivitas tersebut dapat diasumsikan dilakukan dengan pengarahan pendamping

mereka.

1.10.3 Tahap Pengelompokan dan Penyajian Data

Pengelompokan data dilakukan untuk mempermudah inventarisasi dan interpretasi data

sebagai dasar penyajian yang sistematis. Data dikelompokkan berdasarkan sumber perolehannya

lalu diberi kode, misalnya data hasil observasi (O), data hasil wawancara (W), dan data hasil

kuesioner (K). Data diurutkan berdasarkan waktu pengambilan untuk mengkaji ulang proses

perkembangan data yang diperoleh. Proses selanjutnya adalah reduksi data untuk mengeliminasi

data yang menyimpang dari responden-responden lainnya ataupun data-data yang sama agar tidak

terjadi pengulangan. Tahap tersebut berlangsung terus selama proses analisis.

Kegiatan berikutnya adalah kategorisasi data sesuai analisis yang digunakan. Kategori

data akan dibagi sebagai berikut:

 Kategori A: data mengenai aktivitas anak-anak dalam ruang publik yang digunakan untuk

menganalisis karakteristik aktivitas mereka di ruang publik Kawasan Simpang Lima  Kategori B: data kondisi ruang publik Kawasan Simpang Lima. Data ini digunakan untuk

menganalisis potensi dan masalah keamanan ruang publik wilayah studi.

 Kategori C: data mengenai masukan dari responden tentang keamanan ruang publik

Berdasarkan penjelasan di atas, pengkodean data yang terkumpul dan akan dipakai pada penelitian

(26)

TABEL I.2 PENGKODEAN DATA

Kode Cuplikan data/keterangan

a.../b.../c... ... ... ...

Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2009

Keterangan kode:

a: menunjukkan kategori data dan jenis responden. Jenis responden meliputi responden

anak (1) dan responden pendamping anak (2).

b: menunjukkan nomor pertanyaan dalam form kuesioner. Jika pertanyaan merupakan

penjabaran dari pertanyaan kuesioner, maka akan diberi kode tambahan “w”

c: menunjukkan nomor urutan responden

Penyajian data dilakukan untuk memudahkan dalam pembacaan dan pemahaman.

Penyajian data untuk penelitian kualiatif dilakukan dalam bentuk:

 Deskripsi

Data yang terkumpul akan disajikan dalam bentuk uraian deskriptif. Data ini berupa hasil

wawancara dan hasil observasi langsung dengan objek penelitian (anak-anak) atau dengan

pendamping mereka.  Tabulasi

Penyajian data dalam bentuk tabel dilakukan untuk melihat keterkaitan antardata yang

terkumpul agar diperoleh temuan lebih lanjut. Tabulasi digunakan pula untuk inventarisasi

informasi yang diperoleh selama pengumpulan data dan diberi kode sesuai ketentuan di

atas.  Gambar

Penyajian dalam gambar merupakan bentuk visualisasi dari objek penelitian berupa peta,

foto ataupun grafik yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan.

1.10.4 Tahap Verifikasi Data

Penelitian kualitatif merupakan penelitian tak terukur sehingga perlu dilakukan pengujian

terhadap data yang terkumpul. Pengujian terutama dilakukan pada data hasil kuesioner dan

wawancara. Metode triangulasi dapat digunakan untuk menguji dan mengecek kredibilitas data

yang telah dikumpulkan. Triangulasi terdiri dari dua macam (Saebani, 2008):

(27)

Metode ini diartikan sebagai pengumpulan data dengan cara yang berbeda pada sumber

yang sama. Cara pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner, dan

wawancara. Cara ini dapat menguji kredibilitas dan konsistensi jawaban.

 Triangulasi Sumber

Metode ini diartikan sebagai pengumpulan data dari sumber yang berbeda dengan

menggunakan cara yang sama. Pengumpulan data dengan kuesioner dapat diuji hasilnya

dengan mengecek jawaban antar responden. Kesamaan jawaban dapat menjadi penguatan

data dan mengurangi bias.

1.10.5 Tahap Analisis

Teknik dalam menganalisis penelitian ini menggunakan analisis kualitatif deskriptif dan

komparatif.

 Kualitatif deskriptif

Analisis kualitatif deskriptif digunakan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena

berdasarkan fakta-fakta yang terkumpul. Teknik analisis ini digunakan untuk menganalisis

karakteristik aktivitas anak-anak dalam ruang publik di Kawasan Simpang Lima Semarang. Selain

itu analisis kualitatif deskriptif dapat digunakan untuk memberi gambaran umum kondisi ruang

publik di lokasi penelitian.  Kualitatif komparatif

Analisi kualitatif komparatif dilakukan dengan cara membandingkan teori-teori yang

digunakan dalam penelitian dengan kondisi di lapangan. Kajian teoritis tentang konsep ruang yang

aman sebgai hipotesa awal menjadi hal yang mendasari keamanan ruang publik Kawasan Simpang

Lima. Standar yang dipakai untuk menjadi alat analisis ini adalah standar kondisional yang

memperhatikan karakteristik lokal lokasi penelitian sehingga tidak dapat serta merta menjadi

standar baku. Analisis kualitatif komparatif dan deskriptif digunakan untuk menganalisis kondisi

keamanan ruang publik bagi anak-anak sesuai kondisi eksisting dan kajian teoriti. Hasil analisis

karakteristik aktivitas anak-anak dalam ruang publik lalu dikaitkan dengan hasil analisis kondisi

keamanan ruang publik sehingga diperoleh kebutuhan ruang publik yang aman bagi anak-anak.

Selanjutnya analisis kualitatif komparatif digunakan untuk mencari kriteria perancangan ruang

publik yang aman, sesuai kebutuhan ruang.

Tahapan analisis aspek-aspek yang terkait penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis karakteristik aktivitas anak-anak dalam ruang publik Kawasan Simpang Lima

Semarang.

Analisis ini bertujuan mengetahui bagaimana aktivitas anak-anak dalam ruang publik di

(28)

meliputi kegiatan yang melibatkan interaksi dengan orang lain (sebaya ataupun orang dewasa)

dan kegiatan individual. Analisis yang digunakan berupa analisis kualitatif deskriptif

2. Analisis kondisi keamanan ruang publik di Kawasan Simpang Lima Semarang bagi anak-anak

Analisis ini bertujuan mengetahui kondisi keamanan ruang publik di Kawasan Simpang Lima

Semarang untuk anak-anak. Analisis dimulai dengan mengidentifikasi kondisi secara umum

lalu dari perspektif prinsip ruang publik yang aman. Hasil analisis tersebut kemudian dikaitkan

dengan karakteristik aktivitas anak-anak dalam ruang publik Kawasan Simpang Li ma Kota

Semarang. Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif deskriptif dan komparatif.

3. Analisis kebutuhan ruang publik Kawasan Simpang Lima yang aman bagi anak-anak.

Analisis ini bertujuan mengetahui kebutuhan ruang publik yang aman bagi anak-anak di

Kawasan Simpang Lima setelah didapatkan karakteristik aktivitas anak-anak serta potensi dan

masalah keamanan ruang publik Kawasan Simpang Lima sehingga dapat diidentifikasi kriteria

perancangan ruang publik aman bagi anak-anak. Analisis yang digunakan adalah analisis

kualitatif komparatif.

Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2008

Gambar 1.8

Kerangka Analisis Penelitian

Data-data yang dibutuhkan untuk analisis dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai

(29)

23 KEBUTUHAN DATA

NO SASARAN MANFAAT METODE

ANALISIS

KEBUTUHAN DATA

DATA PENGUMPULANTEKNIK TAHUN BENTUK

DATA SUMBER secara individu dan dalam bentuk interaksi sosial

 Kualitatif deskriptif

 Aktivitas anak-anak dalam ruang publik Kawasan Simpang Lima : - Jenis publik di Kawasan Simpang Lima Kota Semarang untuk anak-anak

 Kualitatif deskriptif  Kualitatif komparatif

 Kondisi ruang publik Kawasan Simpang Lima Kota Semarang

 Potensi dan permasalahan keamanan ruang publik Kawasan Simpang Lima Kota Semarang

dalam ruang publik Kawasan Simpang Lima Simpang Lima yang aman bagi anak-anak sehingga dapat diidentifikasi kriteria perancangan ruang publik yang aman bagi anak-anak

 Kualitatif komparatif

 Karakteristik aktivitas anak-anak dalam ruang publik Kawasan Simpang Lima

 Kondisi keamanan ruang publik di Kawasan Simpang Lima bagi anak-anak

Analisis 1 dan 2 2009  Deskripsi

 Foto

Hasil analisis peneliti

 Prinsip-prinsip ruang publik yang aman bagi anak-anak secara umum

 Studi literatur Terbaru Deskripsi Literatur yang relevan

Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2008

2

(30)

1.11 Sistematika Penulisan

Laporan akhir penelitian ini sebagai Tugas Akhir peneliti, akan disusun dengan

sistematika pelaporan:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat penjelasan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan

sasaran penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, posisi

penelitian, kerangka pemikiran, dan sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN LITERATUR KRITERIA PERANCANGAN RUANG PUBLIK YANG

AMAN BAGI ANAK-ANAK

Bab ini memuat menjelaskan mengenai teori-teori yang relevan dengan penelitian. Teori-teori

tersebut tentang kajian mengenai perkembangan anak-anak, ruang publik secara umum, dan konsep

perancangan ruang publik yang aman.

BAB III KARAKTERISTIK RUANG PUBLIK KAWASAN SIMPANG LIMA

SEMARANG

Bab ini memuat gambaran tentang kondisi ruang publik kota Kawasan Simpang Lima Kota

Semarang sebagai objek spasial penelitian dan kondisi penggunanya terutama anak-anak.

Gambaran tersebut akan menjadi dasar merumuskan potensi dan masalah keamanan ruang publik

kawasan ini bagi anak-anak.

BAB IV ANALISIS KRITERIA PERANCANGAN RUANG PUBLIK YANG AMAN

BAGI ANAK-ANAK DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG

Bab ini memuat tentang analisis yang dilakukan dalam penelitian ini guna mencapai tujuan

penelitian meliputi analisis karakteristik aktivitas, analisis keamanan ruang publik, dan analisis

kebutuhan ruang publik yang aman bagi anak-anak agar diperoleh kriteria perancangan ruang

publik yang aman bagi anak-anak di Kawasan Simpang Lima Semarang.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan temuan studi mengenai kriteria perancangan ruang publik

Gambar

Gambar 1.1Aktivitas Bermain Anak yang Timbul Secara Spontan
Gambar 1.2Kematian Anak-anak Akibat Kecelakaan di Dunia Tahun 2008
Gambar 1.3Rumusan Permasalahan
Gambar 1.4Kawasan Simpang Lima sebagai Ruang Lingkup Wilayah Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persentase kerusakan tanaman padi tertinggi ditemui pada saat umur padi telah siap untuk di panen, pada saat ini tikus cenderung lebih menyukai padi dari pada umpan yang ada di

Dengan memperingati turunnya Al-Quran pada bulan Ramadhan / ada tiga hal penting yang perlu ditekankan / yaitu tentang syukur kita akan penciptaan alam semesta / ilmu ketuhanan /

Hal inilah yang melatarbelakangi Kejuaraan Daerah (Kejurda) Bulu Tangkis usia dini yang diselenggarakan oleh Pengurus daerah PBSI DIY, mengambil tempat di GOR

 Membaca nyaring kalimat sederhana yang berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan dengan lafal dan intonasi yang tepat  Menjawab pertanyaan dari. kalimat

Berdasarkan hasil penelitian, self efficacy pejalan kaki pada fasilitas pedestrian berkaitan dengan aksesibilitas, kenyamanan dan keamanan menunjukan skala sangat

RETRIBUSI PENDAPATAN DI BPJS KETENAGAKERJAAN KANWIL SUMBAGUT” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma-III Manajemen Keuangan Fakultas

Mengoordinasikan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pengembangan kelembagaan dan Bantuan Sosial (Bansos) Gugus Depan yang berpangkalan di SMP dengan Kwartir Nasional

Dari kajian data, ditemukan bahwa Gerund memiliki beberapa fungsi didalam kalimat yaitu Gerund as subject, Gerund as object, Gerund after preposition, Gerund after certain