• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Bunga Cengkeh Dengan Menggunakan Metode Ultrasonik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Bunga Cengkeh Dengan Menggunakan Metode Ultrasonik"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI BUNGA CENGKEH

DENGAN MENGGUNAKAN METODE ULTRASONIK

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Oleh:

FERRY YUDA PRASETYO D 500 130 031

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI BUNGA CENGKEH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ULTRASONIK

PUBLIKASI ILMIAH oleh:

FERRY YUDA PRASETYO D500130031

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh: Dosen Pembimbing

Ir. NUR HIDAYATI, M.T., Ph.D. NIK. 975

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI BUNGA CENGKEH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ULTRASONIK

OLEH

FERRY YUDA PRASETYO D500130031

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Teknik

UniversitasMuhammadiyah Surakarta Pada hari Selasa, 7 Februari 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Ir. Nur Hidayati, M.T., Ph.D. (……..……..) (Ketua Dewan Penguji)

2. Kun Harismah, M.Si., Ph.D. (………) (Anggota I Dewan Penguji)

3. Tri Widayatno, S.T., M.Sc., Ph.D. (…………..) (Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Ir. Sri Sunaryo, M.T., Ph.D. NIK. 682

(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 30 Juli 2018 Penulis FERRY YUDA PRASETYO

(5)

1

EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI BUNGA CENGKEH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ULTRASONIK

Abstrak

Minyak atsiri dari bunga cengkeh mengandung 23 komponen utama, dengan kandungan terbesar adalah eugenol sekitar 90%. Cara yang akan digunnakan

dalam pengambilan minyak cengkeh dengan metode ekstraksi

ultrasonik.Proses pengambilan minyak atsiri dalam penelitian ini, menggunakan pelarut etanol 96% dan n-heksana. Waktu yang digunakan untuk mengekstrak bunga cengkeh yang sudah dihaluskan dengan ukuran 20 mesh adalah 3 jam dengan variasi rasio pelarut 1:5, 1:10, dan 1:15 yang berlaku pada ke dua pelarut. Hasil penelitian menyebutkan bahwa rendemen yang diperoleh dari pelarut etanol 96% adalah 1:5=7,926, 1:10=6,318, 1:15=5,172 sedangkan hasil rendemen yang di peroleh dari pelarut n-heksan adalah 1:5=2,380, 1:10=2,083, 1:15=1,856. Sehingga hasil rendemen yang diperoleh lebih baik dengan menggunakan pelarut etanol 96% dan cara yang dilakukan lebih mudah dan lebih aman tidak merusak kandungan yang ada didalam minyak.

Kata Kunci: cengkeh, minyak atsiri, ultrasonik Abstract

Essential oils from clove flowers contain 23 main components, with the largest content of eugenol is around 90%. The method that will be used in taking clove oil by ultrasonic extraction method. The process of taking essential oils in this study, using 96% ethanol and n-hexane. The time used to extract the clove flower which has been mashed with a size of 20 mesh is 3 hours with a variation of the solvent ratio 1: 5, 1:10, and 1:15 which applies to both solvents. The results showed that the yield obtained from 96% ethanol solvent was 1: 5 = 7,926, 1: 10 = 6,318, 1: 15 = 5,172 while the yield obtained from n-hexane solvent was 1: 5 = 2,380, 1: 10 = 2,083, 1: 15 = 1,856. So that the yield obtained better by using 96% ethanol solvent and the method carried out easier and safer does not damage the content in the oil Keywords: clove, essential oil, ultrasonic

1. PENDAHULUAN

Minyak cengkeh merupakan salah satu minyak atsiri yang tersusun dari 23 komponen yang berbeda, dengan komponen utama yaitu Eugenol >90% dan β-Caryophyllene <10%. Eugenol adalah komponen utama minyak cengkeh berupa cairan tidak berwarna, beraroma khas, dan mempunyai rasa pedas yang banyak dimanfaatkan dalam industri fragrance dan flavor karena memiliki aroma yang

(6)

2

khas dan industri farmasi karena bersifat antiseptik. Sedangkan β-Caryophyllene adalah impuritis yang harus dihilangkan karena menurunkan kadar kemurnian minyak cengkeh (Ketaren, 1985). Selain itu, minyak cengkeh sangat diperlukan dalam berbagai industri seperti bahan baku dalam perisa maupun pewangi makanan, industri kosmetik, industri farmasi, industri bahan pengawet dan bahan insektisida (Gunawan, 2009). Observasi Chaieb dkk. (2007), terhadap berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa eugenol terbukti memiliki aktivitas biologis sebagai antioksidan, antifungi, dan antiseptik oleh Keene dkk (1998). Keunggulan eugenol dibandingkan dengan bahan kimia lain yang biasa dipakai untuk anestesi ikan, seperti MS.222, quinaldin dan benzokain, antara lain adalah sangat efektif walaupun dalam dosis rendah, mudah proses induksinya, waktu pemulihan kesadarannya lebih lama, dan harganya jauh lebih murah.

Dalam penelitian kali ini pengambilan minyak cengkeh dilakukan dengan cara ekstraksi dengan menggunakan metode ultrasonifikasi. Pengembangan proses ekstraksi untuk mendapat hasil yang lebih baik dan waktu yang lebih singkat terus dilakukan. Salah satunya adalah dengan metode ultrasonik. Ekstraksi menggunakan ultrasonik sudah banyak dilakukan, bahwa metode ekstraksi yang paling optimal untuk mengekstrak suatu bahan adalah metode ultrasonik, karena metode ini hanya memerlukan waktu yang singkat, sehingga lebih efisien (McClements, 1995).

Ultrasonik adalah gelombang akustik dengan frekuensi lebih besar dari 16-20 kHz (Suslick dkk., 1988). Mcclemen (1995) menyatakan bahwa salah satu sifat dari ultrasonik adalah non-destructive dan non-invasive, sehingga dengan mudah diadaptasikan ke berbagai aplikasi gelombang ultrasonik dapat merambat dalam medium padat, cair, dan gas.

Beberapa keunggulan pada penggunaan teknologi ultrasonik pada proses ekstraksi adalah proses ultrasonik tidak membutuhkan penambahan bahan kimia dan tambahan lain, prosesnya cepat dan mudah, tidak memerlukan biaya yang tinggi, serta prosesnya tidak mengakibatkan perubahan yang signifikan pada struktur kimia dan senyawa-senyawa bahan yang digunakan (Lida, 2002). Menurut Williams (1983), hal-hal yang mempengaruhi kemampuan ultrasonik untuk menimbulkan efek kavitasi yang diaplikasikan pada produk pangan antara

(7)

3

lain karakteristik ultrasonik seperti frekuensi, intensitas, amplitudo, daya, karakteristik produk (seperti viskositas, tegangan permukaan) dan kondisi sekitar seperti suhu dan tekanan.

Penetapan kadar senyawa eugenol dilakukan dengan metode analisis GC-MS. Metode ini utamanya digunakan untuk penetapan kualitatif dan kuantitatif senyawa yang mudah menguap (Clark, 2007). Bagian GC digunakan sebagai pemisah komponen eugenol dari komponen lain dan MS digunakan sebagai pendeteksi keberadaan eugenol di samping penggunaan standar eugenol sebagai penanda.

2. METODE PENELITIAN

Bahan baku bunga cengkeh yang dikeringkan kemudian dihaluskan dan blender selanjutnya diayak dengan menggunakan ayakan dengan ukuran 20 mesh. Kemudian bunga cengkeh yang sudah diayak tadi ditimbang dengan neraca analitik sebanyak 50 gram. Selanjutnya menimbang etanol, heksana sesuai perbandingan yang sudah ditentukan dengan menggunakan timbangan kodok, kemudian bahan yang sudah ditimbang tadi dicampur jadi satu di dalam labu leher 1 sebesar 500ml, selanjutnya dimasukkan ke dalam alat ultrasonikasi dengan dilengkapi kondensor yang sudah terpasang di atas labu leher 1. Setelah rangkaian ekstraksi dengan alat ultrasonikasi yang sudah terisi aquadest setelah siap kemudian diatur suhunya dan waktu ekstraksi. Setelah proses ekstraksi selama 3 jam selesai kemudian dilakukan proses penyaringan dengan menggunakan rangkaian alat Erlenmeyer vacuum, setelah itu ditampung dalam Erlenmeyer 500ml dan ditutup dengan alumunium foil dan didinginkan pada suhu 50C selama 24 jam. Selanjutnya setelah didinginkan bahan disaring dengan kertas saring, kemudian dilakukan proses pemisahan pelarut dengan minyak dengan menggunakan alat rotary evaporator. Hasilnya dilakukan proses analisis hasil minyak cengkeh tersebut dengan GCMS.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Warna Minyak Cengkeh

Dalam penelitian pembuatan minyak cengkeh dengan metode ultrasonik menggunakan pelarut etanol dan n-heksana, karena pelarut tersebut telah teruji sebagai pelarut yang baik untuk digunakan. Ekstraksi minyak cengkeh dengan

(8)

4

menggunakan pelarut etanol berwarna coklat tua dan yang diekstraksi menggunakan pelarut n-heksana berwarna kuning muda, seperti yang terlihat pada Gambar 1. Warna minyak sesuai dengan syarat mutu warna pada SNI No.06-2387-2006 yaitu kuning-coklat tua. Pengujian warna pada penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung. Warna coklat disebabkan oleh terkestraknya lebih banyak impuritas dalam bunga cengkeh (Wenqiang & Shufen, 2007).

3.2. Pengaruh Jenis Pelarut dan Rasio Pelarut terhadap Rendemen Minyak Cengkeh.

Tabel 1 menunjukkan rendemen minyak cengkeh berdasarkan jenis pelarut, lamanya ekstraksi dan rasio bunga cengkeh pada pelarut etanol. Gambar 2 menunjukkan hubungan antara waktu ekstraksi dengan rendemen minyak cengkeh yang dihasilkan dari pelarut etanol dan n-heksana serta berbagai variable waktu ekstraksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa % rendemen dengan pelarut etanol meningkat.

Tabel 1. Rendemen terhadap jenis pelarut dan rasio pelarut

Pelarut Rasio Jam Rendemen

Etanol 1:05 3 7,9266 Etanol 1:10 3 6,3181 Etanol 1:15 3 5,1723 n-Heksana 1:05 3 2,3807 n-Heksana 1:10 3 2,083 n-Heksana 1:15 3 1,8565

(a) Pelarut etanol (b) Pelarut heksana

Gambar 1. Hasil ekstraksi minyak cengkeh

4

(9)

5

Gambar 2. Rendemen terhadap waktu ekstraksi

Rendemen sebesar 8,6%demgan metode destilasi uap selama 8 jam. Pada penelitian (Listyoarti dkk., 2013) rendemen yang dihasilkan 1,9803% dengan metode steam-hydro distillation dengan daya 400 watt. Sedangkan pada penelitian Pratiwi dkk.,(2016) Rendemen minyak terendah didapatkan pada waktu ekstraksi dengan pelarut etanol dan n-heksana 3 jam yaitu 24,39% sedangkan rendemen tertinggi diperoleh pada waktu ekstraksi 9 jam yaitu 30,31%. Rendemen minyak yang didapat dalam penelitian ini adalah minyak terendah dengan etanol didapatkan pada perbandingan rasio 1:15 yaitu 5,1723% sedangkan rendemen tertinggi diperoleh pada perbandingan rasio 1:5 yaitu 7,9266%. Sedangkan untuk % rendemen dengan pelarut n-heksana mengalami penurunan. Rendemen minyak terendah didapatkan pada perbandingan rasio 1:15 yaitu 1,8565% sedangkan rendemen tertinggi diperoleh pada perbandingan rasio 1:5 yaitu 2,3807 %. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu berkurangnya kandungan minyak atsiri pada bahan baku saat proses penggilingan, dalam metode ultrasonik dan pada proses evaporasi berlangsung, serta perbedaan massa bahan baku atau pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi.

Terdapat beberapa hasil penelitian mengenai rendemen minyak cengkeh antara lain pada penelitian Wenqiang & Shufen.,(2007) menghasilkan rendemen tertinggi sebesar 58,77% dengan tekanan 10 MPa suhu 50°C dengan metode ekstraksi soxhlet. Kemudian pada penelitian Prianto dkk., (2013) menghasilkan 8 jam diperoleh rendemen sebesar 10,1%. Hasil tersebut menujukkan bahwa perbedaan metode sangat berpengaruh terhadap rendemen minyak cengkeh.

0 2 4 6 8 10 01:05 01:10 01:15 R e n d e m e n % Perbandingan rasio Etanol n-Heksana 5 5

(10)

6

Perbandingan rasio menghasilkan kenaikan jumlah minyak yang dihasilkan, kelarutan komponen-komponen minyak cengkeh tidak dipengaruhi oleh banyaknya pelarut. Hal ini disebabkan komponen minyak pada bahan baku jumlahnya terbatas dan pelarut yang digunakan mempunyai batas kemampuan untuk melarutkan bahan yang ada, sehingga dengan banyaknya pelarut yang ada pada bahan sudah tidak dapat melarut lagi (Guenther, 1987).

Menurut Prianto dkk.,(2013) rendemen minyak dapat dipengaruhi oleh faktor pra dan pasca panen. Faktor – faktor pra panen yang mempengaruhi rendemen minyak meliputi jenis tanaman, cara budidaya, waktu dan cara panen. Selain itu terdapat beberapa faktor pasca panen yang mempengaruhi rendemen minyak antara lain yaitu cara penanganan bahan dan metode penyulingan.

Ada beberapa kerugian dari proses pengecilan ukuran yaitu jumlah minyak atsiri yang dihasilkan akan berkurang karena menguapnya minyak dari bahan pada saat pengecilan ukuran dan komposisi minyak atsiri dapat berubah (Sastrohamidjojo, 2004).

3.3.Pengaruh Jenis Pelarut dan Rasio Pelarut terhadap Indeks Bias Minyak Cengkeh

Sifat fisika yang juga dianalisa sebagai parameter kualitas minyak cengkeh adalah indeks bias minyak. Faktor yang mempengaruhi nilai indeks bias yaitu kandungan air dalam minyak tersebut. Semakin banyak kandungan air dalam minyak, maka semakin kecil nilai indeks biasnya. Hal ini disebabkan karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Minyak atsiri dengan harga indeks bias yang besar memiliki kualitas lebih baik dibandingkan minyak dengan indeks bias kecil (Guenther, 1987).

Tabel 2. Indeks bias terhadap rasio pelarut

Pelarut Rasio Indeks Bias

Etanol 1:05 1,505 1:10 1,4921 1:15 1,504 n-Heksana 1:05 1,547 1:10 1,427 1:15 1,4247 6

(11)

7

Pengukuran indeks bias dilakukan dengan menggunakan refraktometer. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 06-2387-2006) untuk mutu minyak cengkeh yang baik, rentang harga indeks bias yaitu berkisar antara 1,528-1,535 pada suhu 20°C. Tabel 2 menunjukkan indeks bias minyak cengkeh dengan perbandingan rasio pelarut etanol dan n-heksan. Menurut hasil analisa diperoleh harga indeks bias terendah yaitu 1,4921 pada perbandingan rasio 1:10 dan tertinggi 1,505 pada perbandingan rasio 1:5 dengan pelarut etanol. Sedangkan indeks bias terhadap rasio bahan baku dengan n-heksan diperoleh harga indeks bias terendah yaitu 1,4247 pada rasio 1:15 dan tertinggi 1,547 pada rasio 1:5. Jika dibandingkan dengan rentang indeks bias SNI minyak cengkeh, maka harga indeks bias minyak yang dihasilkan semuanya tidak memenuhi SNI. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan mutu minyak bahan yang diuji, adanya kesalahan dalam pengamatan dan atau perbedaan standar alat uji yang digunakan.

Terdapat beberapa hasil penelitian mengenai indeks bias minyak cengkeh antara lain pada penelitian Hartono,(2011) dihasilkan nilai indeks bias sekitar 1,5195-1,5210 dengan metode penyulingan uap dengan teknan 1,5 bar sedangkan pada percobaan yang telah dilakukanPrianto, dkk (2013), didapatkan nilai indeks bias sebesar 1,5356.

Nilai indeks bias minyak cengkeh yang diperoleh dari penelitian memiliki nilai indeks bias yang lebih rendah dan lebih tinggi dibandingkan dengan indeks bias standar. Hal ini menunjukkan bahwa ekstraksi menggunakan pelarut etanol dan n-hekasana belum mampu mengekstrak komponen-komponen yang lebih berat.

Perbandingan rasio semakin rendah dapat meningkatkan nilai indeks bias, hal ini disebabkan karena semakin rendah perbandingan rasio proses ekstraksi, maka semakin banyak komponen fraksi berat yang terekstraksi sehingga indeks bias minyak semakin besar (Irawan, 2010).

Indeks bias dipengaruhi oleh panjang rantai karbon dan jumlah ikatan rangkap. Indeks bias semakin tinggi menunjukkan semakin panjang rantai karbon, dan semakin banyak ikatan rangkap. Jadi minyak cengkeh dengan nilai indeks bias yang besar lebih baik dibandingkan dengan dengan minyak cengkeh dengan

7

(12)

8

nilai indeks bias kecil. Ini dimungkinkan kandungan eugenol yang terdapat di dalam minyak semakin besar (Hartono, 2011).

3.4. Pengaruh Jenis Pelarut dan Rasio Pelarut terhadap Densitas Minyak Cengkeh

Densitas atau berat jenis minyak merupakan kumpulan berat molekul dari berbagai komponen penyusun suatu minyak atsiri dalam volume yang telah ditentukan. Harga densitas berkaitan dengan fraksi berat komponen yang terdapat dalam minyak cengkeh. Berat molekul senyawa berbanding lurus dengan densitas minyak. Semakin besar berat molekul suatu senyawa, maka akan menghasilkan densitas yang besar. Untuk menentukan mutu minyak cengkeh dari parameter densitas, dilakukan pengamatan hasil uji minyak yang dihasilkan berdasarkan rentang harga SNI 06-2387-2006 yaitu 1,025-1,049 g/ml pada suhu 20°C.

Tabel 3. Densitas terhadap jenis pelarut dan rasio pelarut

Pelarut Rasio Densitas

Etanol 1:05 1,0028 1:10 1,0162 1:15 0,9834 n-Heksana 1:05 1,0162 1:10 1,0002 1:15 1,0118

Tabel 3 menunjukkan densitas minyak cengkeh berdasarkan jenis pelarut, lamanya ekstraksi dan rasio bunga cengkeh pada pelarut etanol dan n-heksan. Harga densitas terbesar didapatkan yaitu 1,0028 g/ml pada perbandingan rasio 1:5 dengan jenis pelarut etanol. Sedangkan pada pelarut heksana harga densitas terbesar yaitu 1,0162 g/ml pada perbandingan rasio 1:5. Semua nilai densitas yang didapatkan berada di bawah rentang SNI atau tidak memenuhi SNI, kemungkinan disebabkan oleh besarnya jumlah komponen fraksi ringan yang terdapat dalam minyak tersebut. Proses hidrodifusi minyak dalam bahan yang kurang merata dan penguapan yang tidak sempurna dapat menyebabkan banyaknya komponen fraksi berat yang tertinggal dalam bahan.

(13)

9

Terdapat beberapa hasil penelitian mengenai densitas minyak cengkeh antara lain densitas minyak cengkeh sekitar 1,0420-1,0217 dengan metode distilasi air (Listyoarti dkk., 2013) sedangkan dari hasil penelitian Prianto dkk. (2013) didapatkan nilai densitas pada minyak cengkeh sebesar 1,0663 dengan metode distilasi uap selama 8 jam.

Pengaruh kenaikan densitas memberikan kecenderungan peningkatan kelarutan minyak cengkeh. Pengaruh bahan baku, perbandingan rasio yang semakin rendah perbandingan dapat mempengarui berat jenis minyak cengkeh,semakin tinggi berat jenis menunjukkan minyak memiliki kualitas yang baik (Guenther, 1987).

3.5.Analisa Komponen Kimia dari Minyak Cengkeh

Minyak atsiri cengkeh mengandung beberapa jenis komponen kimia yang menjadi komponen penyusun minyak tersebut. Komponen kimia penyusun minyak akan memberikan sifat khas yang menjadi ciri suatu minyak atsiri. Aroma minyak atsiri dibentuk oleh seluruh komponen kimia penyusunnya, baik komponen utama maupun komponen minor. Perbedaan komposisi penyusun minyak atsiri menjadikan masing – masing minyak memiliki aroma dan warna yang berbeda.

Tabel 4 Komposisi kimia minyak cengkeh menggunakan uji GC-MS

Komponen

Komposisi

Pelarut Etanol Pelarut Heksana

1:5 1:15 1:15 Eugenol 81,75% 87,96% 76,93% β Caryophyllene 12,93% 12,04% 16,80% α – Guaiene 1,55% - - α – Humulene 0,78% - 1,65% Δ – Guaiene 2,98% - - Eugenil acetale - - 4,62% TOTAL 100% 100% 100%

Dalam penelitian ini analisa komponen kimia penyusun minyak atsiri hasil ekstraksi dilakukan dengan metode gas kromatografi spektroskopi massa(GC-MS). Data spektrometri massa dari GC-MS menunjukkan massa molekul

(14)

10

masing senyawa beserta pola fragmentasinya. Senyawa-senyawa penyusun minyak atsiri tersebut diinterpretasikan berdasarkan pola fragmentasi dan persen kemiripan dengan data base (>90%). Untuk mengetahui kualitas minyak cengkeh berdasarkan komposisi kimia penyusunnya dapat digunakan SNI No. SNI 06-2387-2006 sebagai patokan. Dalam SNI No.06-06-2387-2006 disebutkan bahwa standar mutu minyak cengkeh yaitu minimum kandungan eugenol sekitar 78%.

Dari Tabel 4 diketahui komposisi kimia minyak cengkeh untuk metode ekstraksi ultrasonik dengan pelarut etanol pada variasi perbandingan 1:5 dan 1:15 yaitu komponen tertinggi adalah eugenol sebesar 87,96%. Selain eugenol juga terdapat beberapa komponen lainnya yaitu β–caryophyllene, α–Guaiene, α– Humulene, dan Δ–Guaiene. Namun pada variasi perbandingan 1:15 tidak terdapat komponen α–Guaiene, α–Humulene, dan Δ-Guaiene. Dengan demikian untuk komponen eugenol yang dihasilkan dalam penelitian ini dengan metode ekstraksi ultrasonik pelarut etanol variasi pelarut 1:5 dan 1:15 telah memenuhi SNI No.06-2387-2006 dengan kandungan eugenol minimum 78% dan pada penelitian ini dihasilkan eugenol sebesar 81,75% dan 87,96%.

Pada Tabel 4 diketahui bahwa komponen tertinggi yang terdapat dalam minyak cengkeh dengan pelarut n-heksana dengan perbandingan 1:15 adalah eugenol sebesar 76,93%. selain eugenol juga terdapat komponen komponen yang lain yang hanya terdapat di pelarut heksana saja yaitu eugenil asetat. Jika dibandingkan dengan nilai minimum eugenol SNI minyak cengkeh, maka kandungan eugenol yang dihasilkan pada pelarut heksana belum memenuhi SNI. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan jenis pelarut dan kemungkinan ada eugenol yang hilang pada proses perlakuan bahan maupun pada proses ekstraksi ultrasonik.

Membandingkan dengan hasil uji GC-MS dari proses ultrasonik dan non ultrasonik. Dilaporkan bahwa dengan menggunakan metode ekstraksi non ultrasonik dengan pelarut ethanol pada rasio 1:5 selama 3 jam ekstraksi adalah 87,18% eugenol dan 1:15 dengan waktu ekstraksi 9 jam diperoleh eugenol 87,18%, sedangkan dengan menggunakan metode ultrasonik selama 3 jam dengan pelarut yang sama didapatkan kandungan eugenol sebesar 81, 75% pada rasio 1:5 dan 87,96% pada rasio 1:15. Dengan jenis pelarut yang berbeda, n-heksan, dapat

(15)

11

di lihat pada hasil ekstraksi nonultrasonik dengan rasio perbandingan 1:15 selama 9 jam waktu ekstraksi diperoleh hasil eugenol sebesar 67,21% sedangkan dengan menggunakan metode ekstraksi ultrasonik 3 jam dengan rasio perbandingan 1:15 didapatkan hasil 76,73% eugenol. Dalam penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa dengan menggunakan metode ultrasonik dan pelarut etanol didapat minyak yang mengandung eugenol sebesar 64%, sisanya α-caryophyllene, 2-methoxy-4-(2propenyl) phenol acetat dan caryophyllene (Yilmaz dan Bayram, 2015).

Selain metode pengambilan minyak, daerah asal bunga cengkeh juga menentukan banyaknya kandungan eugenol dalam minyak bunga cengkeh. Dilaporkan bahwa kandungan eugenol minyak bunga cengkeh dari Maluku 93,17%, Sumatera 60,29%, Sulawesi 65,66% dan dari Jawa diperoleh hasil eugenol sebesar 55,88%.

4. PENUTUP

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jenis pelarut mempengaruhi ekstraksi minyak cengkeh dengan metode ultrasonik, dimana pelarut etanol yang lebih maksimal dalam memisahkan antara minyak dengan pelarut n-heksan. Pada metode ekstraksi ultrasonik dengan pelarut etanol waktu 3 jam dan perbandingan rasio 1:5 menghasilkan puncak paling banyak. Serta perbandingan rasio pelarut juga mempengaruhi hasil yang signifikan terhadap kwalitas minyak cengkeh. Nilai % rendemen dengan pelarut etanol meningkat seiring dengan perbandingan jumlah pelarut, sedangkan untuk pelarut heksana sebaliknya. Hasil analisa densitas minyak cengkeh yang dihasilkan untuk semua variable yaitu jenis pelarut dan perbandingan rasio bahan baku dengan etanol dan n-heksan berada di bawah rentang SNI atau tidak memenuhi SNI No.06-2387-2006. Nilai indeks bias minyak cengkeh yang dihasilkan untuk semua variabel tidak memenuhi SNI No.06-2387-2006. Sehinngga metode ultrasonik kurang bagus digunakan dalam ekstraksi minyak cengkeh.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI 06-2387-2006 Minyak Daun Cengkeh. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

(16)

12

Chaieb, K., Hajlaoui, H, Zmantar, T., Nakbi, A.B., Rouabhia, M., Mahdouani, K., Bakhrout, A., 2007, The Chemical Composition and Biological Acivity of Clove Essential Oil, Eugenia caryophyllata (Syzygium aromaticum L. Myrtaceae): Jurnal of Phytotherapy. 21 (6): 501-506.

Clark, J., 2007, Kromatografi Gas-Cair, (http://www.chem-istry.org, diakses tanggal 15 Januari 2017)

Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Penerjemah S. Ketaren. Jakarta: Universitas Indonesia.

Gunawan, W., 2009, Kualitas dan Nilai Minyak Atsiri, Implikasi pada Pengembangan Turunannya, Seminar Nasional Kimia bervisi SETS (Science, Environment, Technology, Society) kontribusi bagi kemajuan pendidikan dan industry, Semarang, 1-11

Hartono, R., 2011. Karakterisasi Minyak Atsiri dari Limbah Daun Cengkeh. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia”Kejuangan”. Yogyakarta 22 Februari 2011.

Henny Prianto Dan Rurini Retnowati, 2013. Isolasi dan Karakterisasi dari Minyak Bunga Cengkeh (Syzigium Aromaticum) KERING HASIL DISTILASI UAP. Kimia Student Jurnal. 1 (2) : 269–275.

Irawan, B., 2010. Magister Teknik Kimia. Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan Destilasi pada Berbagai Komposisi Pelarut. Universitas Diponegoro

Keene, J.L., D.G. Noakes, R.D. Moccia, and C.G.Soto. 1998. The efficacy of clove oil as anaestetic for rainbow trout, Oncorhyncus mykiss (Walbaw). Aquaculture Reseovch. 29 (2) 29: 89.

Ketaren, S., 1985, Pengantar Teknologi: Minyak Atsiri, Balai Pustaka, Jakarta. Tekin,K. Alhalin, K. M. Seker, 6. M. dkk.,2015.Ultrason bath-assisted extraction of oils from clove using central composite design. Industrial Crops and Products. 77 : 954-960.

Lida, Y., Tuziuti T., Yasui K., Towata A., and Kozuka T.2002. Control of Viscosity in Starch and Polysaccharide Solution with Ultrasound After Gelatinization. Journal of National Institute of Advanced Industrial Science and Technology (AIST). 9 : 140-146.

Listyoarti, F.A., Nilatari, L.L. & Prihatini, P., 2013. Perbandingan Antara Metode Hdro-Distillation dan Steam-Hydro Distillatioon dengan pemanfaatan Microwave terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh. , 2(1), Jurnal Teknik POMITS 39–43.

12

(17)

13

McClements D.J. 1995. Advances in The Application of Ultrasound in Food Analysis and rocessing. Trends Food Science. Techn. 6 : 293-299.

Pratiwi, L. M. Rachman, S. Hidayati, N. 2016. Ekstraksi Minyak Atsiri dari Bunga Cengkeh dengan Pelarut Ethanol dan N-Heksan., Presiding,pp.134-140.

Prianto, H. Rurini, R. Unggul J. W. 2013. Isolasi dan Karakterisasi dari Minyak Bunga Cengkeh (Syzigium aromaticum) Kering Hasil Destilasi Uap. Kimia Student Journal. Universitas Brawijaya Malang. 1(2) : 269-275.

Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Suslick KS., Grinstaff MW., Jiang J., Kolbeck KJ., Wong M. 1994. Ultrason. Sonochem. 1: 65-68.

Wenqiang, G. & Shufen, L., 2007. Comparison of essential oils of clove buds extracted with supercritical carbon dioxide and other three traditional extraction methods. Food Chemistry. 101 : 1558–1564.

Williams, A.R. 1983. Ultrasound: Biological Effects and Potential Hazards. Academic Press.

Yilmaz, T & Bayram, E. 2016. Predicting The Uniaxial Compressive strength of cemented paste backfill from ultrasonic pulse velocity test. Journal Nondestructive Testing and Evaluation13 . 3(31) : 247-266

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi siswa sekolah menengah terhadap kehadiran sistem perwakilan (tidak semua anggota kelompok di tes, hanya dua dari tiga atau empat siswa yang mewakili

In this respect nowadays widespread lasered crystals showing monuments are identified as “Early Bird“ 3D product s, which, due to low resolution and contrast and due to lack of

Low-cost digital photogrammetry using structure-from-motion (SfM) has made it possible for nearly anyone with a digital camera to create dense and precise point

Apabila pasien diabetes melitus tipe 2 dan kelompok dewasa madia percaya bahwa melakukan pola makan sehat dan olahraga akan menghasilkan konsekuensi yang positif seperti pada

Potensi diversifikasi produk rosela herbal sangat beragam, baik pada produk utama ( main-product ) yaitu kelopak buah (kalik) rosela maupun produk samping ( by-product

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astari (2012) yang menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara senam lansia dengan penurunan tekanan

Ovipar merupakan hewan yang akan berkembangbiak degan cara bertelur. Oleh sebab itu hewan yang bertelur akan meletakkan.. telur tersebut di luar tubuhnya. Hewan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kualitas layanan administrasi kesiswaan dan tingkat kepuasan peserta didik di SMA Negeri 1 Gedangan Sidoarjo,