• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Curah Saliva Pada Wanita Hamil Trimester 1, Trimester 2, Dan Trimester 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Curah Saliva Pada Wanita Hamil Trimester 1, Trimester 2, Dan Trimester 3"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN CURAH SALIVA PADA WANITA HAMIL TRIMESTER 1, TRIMESTER 2, DAN TRIMESTER 3

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

ANINDITA KUSUMA ARDIANI G2A009148

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013

(2)

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KTI

PERBEDAAN CURAH SALIVA PADA WANITA HAMIL TRIMESTER 1, TRIMESTER 2, DAN TRIMESTER 3

Ketua Penguji

dr. Gana Adyaksa, M.si.Med 198307202008121003

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KTI

PERBEDAAN CURAH SALIVA PADA WANITA HAMIL TRIMESTER 1, TRIMESTER 2, DAN TRIMESTER 3

Disusun oleh

ANINDITA KUSUMA ARDIANI G2A009148 Telah disetujui Semarang, 4 September 2013 Pembimbing drg. Windriyatna 196903061999031002

Ketua Penguji Penguji

dr. Gana Adyaksa, M.si.Med drg. Gunawan Wibisono, M.si.Med

198307202008121003 196605281999031001

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KTI

PERBEDAAN CURAH SALIVA PADA WANITA HAMIL TRIMESTER 1,

drg. Gunawan Wibisono, M.si.Med 196605281999031001

(3)

PERBEDAAN CURAH SALIVA PADA WANITA HAMIL TRIMESTER 1, TRIMESTER 2, DAN TRIMESTER 3

Anindita Kusuma Ardiani1, Windriyatna2

ABSTRAK

Latar Belakang: Pada masa kehamilan terjadi perubahan hormonal pada tubuh wanita. Perubahan hormonal dapat memicu perubahan anatomi maupun fisiologis pada seluruh organ tubuh, salah satunya pada kelenjar saliva. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa perubahan hormonal pada saat hamil mempengaruhi kerja kelenjar saliva, menyebabkan penurunan curah saliva. Namun, penelitian lain menyebutkan bahwa tidak terjadi perubahan yang bermakna pada curah saliva saat hamil.

Tujuan: Mengetahui perbedaan curah saliva pada wanita tidak hamil dengan wanita hamil.

Metode: Metode penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Sampel merupakan pasien yang sudah terdaftar untuk menjalani pemeriksaan rutin kehamilan di Rumah Bersalin Citra Insani dan Klinik Bersalin Mukti Rahayu Semarang. Data yang dikumpulkan adalah data primer berupa skala rasio yang ditentukan dari hasil pengukuran curah saliva sebanyak satu kali pada tiap pasien dengan usia kehamilan yang berbeda-beda. Uji statistik menggunakan uji parametrik One Way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji parametrik uji T tidak berpasangan.

Hasil: Rerata curah saliva kelompok kontrol adalah 0,82±0,38, rerata curah saliva wanita hamil trimester 1 adalah 0,48±0,23, rerata curah saliva wanita hamil trimester 2 adalah 0,45±0,24, dan rerata curah saliva wanita hamil trimester 3 adalah 0,51±0,33. Hasil statistik dengan uji T tidak berpasangan menunjukkan perbedaan curah saliva antar masing–masing kelompok.

Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna antara curah saliva wanita tidak hamil dengan wanita hamil, curah saliva pada kehamilan trimester 1 dengan kehamilan trimester 2, dan kehamilan trimester 3.

Kata kunci: kehamilan, curah saliva 1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 2

Staf Pengajar Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

(4)

THE DIFFERENCE OF SALIVARY FLOW RATE AMONG PREGNANT WOMEN IN TRIMESTER 1, TRIMESTER 2, AND TRIMESTER 3

ABSTRACT

Background: Hormonal changes in female occur during pregnancy.Those changes may affect in anatomical and the physiologycal changes of the entire organs, including salivary glands. The previous studies said that hormonal changes during pregnancy may affect in the work of salivary glands, cause reduction in salivary flow rate. But, other study contradictionally said that there is no changes in salivary flow rate during pregnancy.

Aim: Determine the difference of salivary flow rate between pregnant women and non pregnant women.

Method: This study was a cross sectional study. The sample was taken from Citra Insani Maternal House, and Mukti Rahayu Maternal Clinic in Semarang. Fourty five pregnant women at different stages of pregnancy, fifteen women each group, first, second, and third trimesters were included in the study. The other fifteen non pregnant women were used as a control group. The collected data were primary data with ratio scale, collected from the result of salivary flow rate measurement taken once each patient. Statistical analyses of the data used parametric test One Way ANOVA, continued with Student’s Independent T-Test.

Result: The mean of salivary flow rate on the control group is 0,82±0,38, the mean of salivary flow rate in the pregnant women during first trimester is 0,48±0,23, the mean of salivary flow rate in the pregnant women during second trimester is 0,45±0,24, and the mean of salivary flow rate in the pregnant women during third trimester is 0,51±0,33. The result of statitical analyses using student’s Independent T-Test showed the salivary flow rate on each groups are different. Conclussion: There is a significant difference between salivary flow rate in pregnant women and non pregnant women, salivary flow rate in pregnant women during first trimester, second trimester, and third trimester.

(5)

PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan salah satu fase terpenting bagi wanita. Rata-rata, kehamilan normal akan berlangsung selama 40 minggu atau kurang lebih 275 hari. Waktu kehamilan tersebut dibagi menjadi 3 trimester dimana tiap trimester berlangsung hampir 3 bulan lamanya. Trimester 1 berlangsung selama 12 minggu, trimester 2 berlangsung selama 15 minggu dan trimester 3 berlangsung selama 13 minggu.1

Selama kehamilan, terjadi perubahan hormonal pada wanita yang memicu timbulnya perubahan anatomi maupun fisiologi pada seluruh sistem tubuh wanita tersebut. Kebanyakan perubahan ini merupakan respon terhadap janin. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada sistem reproduksi, sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, sistem endokrin, sistem metabolik, hemostatis, sampai ke organ seperti kulit, payudara, traktus urinarius, traktus digestivus termasuk menimbulkan perubahan pada rongga mulut dan kelenjar saliva di sekitarnya.1,2

Hormon utama dalam masa kehamilan adalah estrogen dan progesteron. Hormon-hormon tersebut diketahui memiliki peran yang bermakna dalam fisiologi rongga mulut manusia. Banyak penelitian menunjukkan bahwa selain mukosa oral, kelenjar saliva juga sensitif terhadap kerja hormon estrogen.3,4 Disamping memiliki efek langsung pada jaringan periodontal, kehamilan, menstruasi, dan terapi sulih hormon dapat memicu perubahan jangka pendek pada curah saliva, kapasitas buffer saliva, dan komposisi biokimiawi saliva.5

Saliva adalah cairan penting dalam rongga mulut yang memiliki peran penting pada kesehatan mulut dan fungsinya. Produksi normal saliva setiap hari berkisar antara 0,5-1,5 liter.6 Sedangkan curah saliva dalam keadaan biasa (kondisi istirahat) adalah 0,1-0,5 ml/menit.7 Perubahan pada komposisi saliva dan curah saliva dapat menimbulkan masalah kesehatan pada rongga mulut seperti masalah pengecapan, abrasi dan iritasi mukosa, peningkatan formasi plak, peningkatan resiko karies gigi, erosi gigi, dan penyakit periodontal.7 Kesehatan rongga mulut

(6)

wanita hamil dapat berimplikasi pada kesehatan janin. Offenbacher dkk menyatakan bahwa penyakit periodontal yang tidak dirawat pada wanita hamil merupakan salah satu faktor risiko kelahiran sebelum waktunya (<37 minggu) dan bayi lahir dengan berat badan kurang (<2500 gram).8

Beberapa penelitian tentang curah saliva pada masa kehamilan memberikan hasil yang berbeda-beda. Penelitian dengan cross sectional study menunjukkan penurunan curah saliva terstimulasi pada wanita hamil sedangkan longitudinal

study menunjukkan tidak ada perbedaan curah saliva terstimulasi pada wanita

hamil.9 Penelitian Al Nuaimy dan Al Doski tahun 2001 menyebutkan bahwa terdapat penurunan curah saliva pada usia kehamilan trimester 1, trimester 2, dan trimester 3.10 Sedangkan penelitian Maria Rockenbach pada tahun 2006 menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan curah saliva pada wanita hamil dengan wanita yang tidak hamil.5

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan curah saliva pada wanita tidak hamil dengan wanita hamil.

METODE

Rancangan penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan belah lintang.11 Penelitian ini dilaksanakan di RSB Citra Insani Semarang dan klinik bersalin Mukti Rahayu Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013. Responden dipilih dengan cara consecutive sampling.11 Data diperoleh dari pasien wanita hamil yang didiagnosis oleh bidan dan dokter penanggung jawab kemudian diukur curah salivanya. Curah saliva yang diambil adalah unstimulated whole saliva, yaitu saliva yang diambil dalam keadaan istirahat, tanpa stimulasi dari luar.

Pada penelitian ini didapatkan 45 responden wanita hamil sebagai sampel penelitian dan 15 wanita tidak hamil sebagai kelompok kontrol. Kriteria inklusinya adalah wanita hamil berusia 20-35 tahun dengan usia kehamilan trimester 1, 2, atau 3 yang bukan merupakan kehamilan resiko tinggi, tidak pernah

(7)

menerima radioterapi area kepala dan leher, tidak mengalami gejala mulut kering,

sindroma sjogren, kelainan kelenjar ludah atau penyakit rongga mulut lainnya,

tidak memakai protesa gigi, tidak mengkonsumsi obat parasimpatomimetik atau simpatomimetik, dan bersedia mengikuti penelitian, sedangkan kriteria eksklusi responden mengalami mual dan muntah selama penelitian berlangsung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah usia kehamilan dengan variabel terikat adalah curah saliva. Analisis data dilakukan menggunakan uji One Way ANOVA dan uji T tidak berpasangan.

HASIL

Karakteristik dan Distribusi Responden

Hasil penelitian terhadap wanita hamil di Rumah Bersalin Citra Insani dan Klinik Bersalin Mukti Rahayu Semarang diperoleh karakteristik subjek penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 1. Dari 45 sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi, dikelompokkan berdasarkan usia kehamilan trimester 1, 2 , dan 3 dengan masing-masing kelompok terdiri dari 15 orang responden. Sampel berusia 20-35 tahun dengan kelompok usia terbanyak adalah 20-25 tahun.

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian

Karakteristik Frekuensi N (%)

Usia Responden

20-25 tahun 51,67

26-30 tahun 38,33

31-35 tahun 10

Perbedaan Curah Saliva

Setelah dilakukan uji satatistik, dapat dilihat rerata curah saliva pada wanita hamil trimester 1, 2, dan 3 serta curah saliva pada wanita tidak hamil pada Tabel 2. Didapatkan adanya penurunan rerata curah saliva antara kelompok wanita tidak hamil sebagai kontrol dengan kelompok wanita hamil trimester 1, trimester 2, dan trimester 3. Rerata curah saliva terendah didapatkan pada kelompok wanita hamil trimester 2.

(8)

Tabel 2. Penilaian rerata curah saliva

Curah saliva N Mean Std. Deviation

Curah saliva kelompok kontrol 15 0.82 0.38

Curah saliva wanita hamil trimester 1 15 0.48 0.23

Curah saliva wanita hamil trimester 2 15 0.45 0.24

Curah saliva wanita hamil trimester 3 15 0.51 0.33

Analisis Perbedaan Curah Saliva pada Wanita Hamil Trimester 1, Trimester 2, dan Trimester 3

Berdasarkan pemeriksaan curah saliva didapatkan rerata curah saliva kelompok kontrol adalah 0,82±0,38, rerata curah saliva wanita hamil trimester 1 adalah 0,48±0,23, rerata curah saliva wanita hamil trimester 2 adalah 0,45±0,24, dan rerata curah saliva wanita hamil trimester 3 adalah 0,51±0,33. Terlihat adanya penurunan curah saliva pada kelompok wanita hamil.

Hasil data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan uji One way

ANOVA untuk mengetahui perbedaan curah saliva pada wanita tidak hamil dengan

wanita hamil trimester 1, trimester 2, dan trimester 3. Didapatkan p=0,007

(p<0,05) maka diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna

sehingga dapat dilanjutkan dengan uji T tidak berpasangan untuk mengetahui perbedaan curah saliva pada wanita tidak hamil dengan wanita hamil trimester 1, wanita tidak hamil dengan wanita hamil trimester 2, dan wanita tidak hamil dengan wanita hamil trimester 3, dianggap bermakna jika p<0,05. Berikut ditampilkan tabel dari hasil analisis uji T tidak berpasangan.

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 Tidak hamil Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Curah Saliva Curah Saliva

(9)

Tabel 3. Hasil uji T tidak berpasangan

Tidak hamil Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3

Tidak hamil - 0,008* 0,002* 0,013*

Trimester 1 0,008* - 0,642 0,997

Trimester 2 0,002* 0,642 - 0,670

Trimester 3 0,013* 0,997 0,670 -

Berdasarkan hasil analisis uji T tidak berpasangan didapatkan bahwa curah saliva wanita tidak hamil berbeda dengan curah saliva wanita hamil trimester 1, curah saliva wanita tidak hamil berbeda dengan curah saliva wanita hamil trimester 2, dan curah saliva wanita tidak hamil berbeda dengan curah saliva wanita hamil trimester 3. Sedangkan nilai signifikansi p>0,05 berarti perbedaan yang kurang bermakna secara statistik antara curah saliva wanita hamil trimester 1 dengan curah saliva wanita hamil trimester 2 dan trimester 3.

PEMBAHASAN

Aliran curah saliva dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor hormonal yang terjadi saat kehamilan. Perubahan hormonal yang terjadi mempengaruhi kerja dan produksi saliva. Penurunan curah saliva pada wanita hamil dibandingkan dengan kelompok wanita tidak hamil dihubungkan dengan aktivitas estrogen yang dapat menghambat penyerapan iodium. Kekurangan iodium yang berpengaruh pada penurunan produksi saliva sering menyebabkan keluhan mulut kering.12

Sekresi saliva diatur oleh sistem saraf otonom, saraf parasimpatis yang memicu sekresi saliva encer dan saraf simpatis yang memicu sekresi saliva yang lebih kental dan kaya protein. Pada umumnya, saraf parasimpatis memiliki transmitter berupa asetilkolin, dan saraf simpatis memiliki transmitter berupa noradrenalin,

(10)

tetapi diketahui saraf parasimpatis juga menggunakan mekanisme transmisi lain yaitu dengan vasoactive intestinal peptide (VIP). 13

Perubahan hormonal hingga mempengaruhi sekresi saliva melalui mekanisme yang kompleks. Penurunan curah saliva pada masa kehamilan juga dihubungkan dengan aktivitas hormon tiroid yang meningkat yang kemudian menghambat aktivitas Vasoactive Intestinal Peptide (VIP)14 sehingga rangsangan parasimpatis berkurang, mengasilkan saliva yang kurang encer dan sedikit air. Di sisi lain, meningkatnya hormon estrogen, dalam bentuk estradiol diketahui dapat meningkatkan konsentrasi VIP.14 Peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam saliva yang mencapai puncaknya pada akhir kehamilan menyebabkan curah saliva pada trimester 3 kembali naik, meskipun masih lebih rendah daripada curah saliva pada kelompok kontrol. Namun, dapat dilihat bahwa penurunan curah saliva selama kehamilan tersebut masih dalam batas normal.

Perbedaan curah saliva antara wanita hamil trimester 1, trimester 2, dan trimester kurang bermakna secara statistik karena penurunan curah saliva terjadi secara perlahan, seiring dengan perubahan hormonal yang terjadi. Rerata curah saliva antara ketiga kelompok tersebut hanya berbeda sedikit. Namun, ketiganya memliki perbedaan yang bermakna bila dibandingkan dengan rerata curah saliva kelompok kontrol.

Perubahan kadar estrogren dan progesteron selama kehamilan juga mempengaruhi perubahan komponen saliva seperti penurunan pH saliva, kadar natrium, kalsium, dan peningkatan protein total. Perubahan pada komposisi saliva dan curah saliva dapat menimbulkan masalah kesehatan pada rongga mulut seperti masalah pengecapan, abrasi dan iritasi mukosa peningkatan formasi plak, peningkatan resiko karies gigi, erosi gigi, dan penyakit periodontal.7

Penurunan curah saliva hingga timbul keluhan mulut kering disertai penurunan derajat keasaman saliva dapat meningkatkan resiko penyakit periodontal karena

(11)

lingkungan asam merupakan tempat berkembang yang baik untuk bakteri patologis.15 Kesehatan rongga mulut wanita hamil dapat berimplikasi pada kesehatan janin. Penyakit periodontal yang tidak dirawat pada wanita hamil merupakan salah satu faktor risiko kelahiran kurang bulan dan bayi lahir dengan berat badan kurang.8 Penurunan curah saliva dan sensasi mulut kering pada masa kehamilan dapat dicegah dengan banyak mengkonsumsi air, dan makanan yang kadar airnya cukup tinggi. Konsumsi permen karet rendah gula dapat dilakukan untuk menstimulasi curah saliva. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah menjaga kesehatan mulut dengan baik untuk mencegah berkembangnya bakteri patologis.7

Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah kelompok responden wanita hamil trimester 1 yang lebih sulit didapatkan. Hal tersebut karena sepanjang masa kehamilan trimester 1, pemeriksaan kehamilan cukup dilakukan sekali, sesuai petunjuk pelaksanaan Ante Natal Care (ANC).16 Sehingga, waktu pemeriksaan

kehamilan calon responden dengan waktu penelitian kurang dapat disesuaikan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan curah saliva pada wanita hamil dengan wanita tidak hamil dan terdapat perbedaan curah saliva pada wanita hamil trimester 1 dengan wanita hamil trimester 2, dan wanita hamil trimester 3, tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh perubahan hormonal pada masa kehamilan tidak hanya terhadap curah saliva, tetapi juga pada komposisi saliva maupun jaringan periodontal lainnya. Selain itu, perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kehamilan terhadap saliva dan jaringan periodontal lainnya, pada masing-masing trimester. Penelitian-penelitian tersebut diharapkan dapat membuat pasien hamil lebih memperhatikan kesehatan mulut selama masa kehamilannya sehingga keluhan keluhan mengenai kesehatan mulutdapat dihindari serta tidak mengganggu kesehatan ibu dan janin.

(12)

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada drg.Windriyatna dan drg. Kuswartono Mulyo B, Sp.BM yang telah memberikan saran-saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada dr.Gana Adyaksa, M.si. Med selaku ketua penguji dan drg. Gunawan Wibisono, M.si. Med selaku penguji, serta pihak-pihak lain yuang telah membantu hingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir. In: Saifuddin AB, Wiknjosastro GH (eds.) Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008. p174-187.

2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth JC, Wenstrom, KD. Fisiologi Kehamilan. In: Hartanto Huriawati et.al (eds.)Obstetri Williams. 21st ed. Jakarta: EGC; 2006. p180-213.

3. Amerongen AVN. Ludah dan Kelenjar Ludah : Arti bagi Kesehatan Gigi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1991.

4. Välimaa H, Savolainen S, Soukka T, Silvoniemi P, Mäkelä S, Kujari H, et al. Estrogen Receptor-β is The Predominant Estrogen Receptor Subtype in Human Oral Epithelium and Salivary Glands. Journal of Endocrinology. 2004: 55-62.

5. Rockenbach MI, Marinho SA, Veeck EB, Lindemann L, Shinkai RS. Salivary Flow Rate, pH, and Concentrations of Calcium, phosphate, and sIgA in Brazilian Pregnant and Non-pregnant Women. Head and Face Medicine. 2006;2(44).

6. Navazesh M, Kumar SKS. Measuring Salivary Flow: Challenges and Opportunities. The Journal of The American Dental Association. 2008; 139: 35-40.

7. Walsh LJ. Clinical Aspects of Salivary Biology for The Dental Clinician. Brisbane: 2000.

8. Singh S, Kumar A, Kumar N, Verma S, Soni N, Ahuja R. Periodontal Disease and Adverse Pregnancy Outcome Study. Pakistan Oral and Dental Journal. 2011;31 (1): 165-167.

9. Sultana RR, Zafarullah SN, Kirubamani NH. Salivary Signature of Normal Pregnant Women in Each Trimester as Analyzed by FTIR Spectroscopy. Indian Journal of Science and Technology. 2011;4(5): 481-486.

(14)

10.Al-Nuaimy KMT, Al-Doski FSh. Pregnancy-related changes in oral health and human unstimulated whole saliva. Al-Rafidain Dental

Journal.2003;3(2):108-115.

11.Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 4th ed. Jakarta. Sagung Seto; 2011.

12.How Iodine Deficiency May affect Your Child’s Brain Function and

IQ.2013.[cited 2013 August 22]; Available

from:http://articles.mercola.com/sites/articles/archive/2013/05/04/iodine-deficiency-affect-childs-brain-function.aspx

13.Ektröm J, Khosravani N, Castagnola M, Messana I. Saliva and The Control

of Its Secretion. Berlin: Springer-Verlag; 2012.

14.Dagerman A, Chun D, Nguyen TB, Bravo DT, Alanis J, Rökaeus A, et.al.

Local Action of Estrogen and Thyroid Hormone on Vasoactive Intestinal Peptide (VIP) and Galanin Gene Expression in The Rat Anterior Pituitary. Los Angeles: University of California; 2002.

15.Errahman A. Manifestasi Kehamilan di Rongga Mulut. Medan: University of Sumatra Utara; 2000.

16.Ikatan Bidan Indonesia. Standar Pelayanan Kebidanan 2002. Indonesia: Ikatan Bidan Indonesia. 2002.

Gambar

Tabel 2. Penilaian rerata curah saliva
Tabel 3.  Hasil uji T tidak berpasangan

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya koefisien korelasi antara variabel kecerdasan intrapersonal dengan IPK sebesar 0,990 dan signifikansi 0,000 &lt; 0,05 sehingga

8UDLDQ GL DWDV PHQJLV\DUDWNDQ SHUOXQ\D XSD\D LQRYDWLI XQWXN PHQJDNVHOHUDVL SHQJHQWDVDQ NHPLVNLQDQ VHODLQ \DQJ VXGDK GLODNXNDQ VHODPD LQL .DUHQD VXPEHU XWDPD NHPLVNLQDQ DGDODK

Compression Index (Cc) tertinggi terjadi pada pada pengambilan sampel tanah tanpa stabilisasi kolom pasir sebesar (0,574)., nilai Compression Index (Cc) terendah

Hasil nilai tes kemampuan koneksi matematika siswa yang terdiri dari 8 butir soal yang mencakup ketiga indikator kemampuan koneksi matematika siswa yaitu, siswa dapat

Dengan ini kami menyatakan bahwa dalam laporan tugas akhir yang berjudul “ Perencanaan Apartemen Atlas Sky Garden Jalan Pemuda No 33 &amp; 34 Semarang ” ini tidak terdapat

Hasil perhitungan dengan menggunakan program spss dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (R Square) yang diperoleh sebesar 0,695. Hal ini berarti 69,5% penerimaan user

Siklus pertama hanya 3 peserta didik yang berhasil di atas kreteria ketuntasan minimal (KKM). Pembelajaran lompat jangkit melalui analisis biomekanika dengan bantuan software

Analisis lingkungan pengendalian merupakan tahapan awal dalam penyusunan desain penyelenggaraan SPIP yang terdiri dari penilaian lingkungan pengendalian dan penilaian risiko