fnaialah
llrniab
rssN,
o85+
-
0728
AGR.IPLf]S
Azhqr Bafadat: pEMBIAYAAITI DEFISIT DAI{ KEBERLAI{JUTAI{ FISIGL
NIuTdlanT
K.
z PENGARUH UNGI{.JNGAI{ BISNIS EKSTERNAL DAI\ INTERNAL TERHADAP KINEFLIAUSAI{A KECIL (Kasr-rs Usaha Kecil Sepatu Kulit di Propinsi Jawa Barat)
Ambo AKo: GRMING ADAPTABIUTY OF BEEF CATTLE ON THE DWARF NAPIERGM (Penn isetum purpureum Schumach) PASTURE
AbdT
:
EFESIENSI PEMAI{FAATAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI LADAFIG PETANI TRANSMGRAI{ DI I{ECAIVL{TAN TIKEP IGBUPATEN MUNAAsussatim,
SahtoGtntrns
danLo
Ode
Soboruddln : PEWILAYAFIAN KOMODITAS PERTAI{IANBERDASARKAI\ ZONA AGROEKOLOGI DI KECAI\4{TAN POLEAI{G SULAWESI TENGGARA
Humsoh, Darnas Dans
dan
Nlarthen B.NI.Malole:
PERAII PAIGI\ ALAMI DALAM PENULARAI{ White Spot SyndromeVirusPADA BENUR UDAI.IG WINDU (Penaeus monodon Fabr.) SEBUAI-{ K,{llAI\fAWAL
H.
Gusti R. Ssdi mantqra: INDUKSI IGLUS DAI\ ORGAI\OGENESIS JER{JK KEPROK SIOMPU PADA MEDIUM MS DENGAN KOMBINASIAUI$IN
DAI{ SNOKININLs
Ode
Safuan, RoedhyPoerwsnto,
AnasD.
Susllq,
Soblr,dsn
BylcsonSltumorang:
MINUS-ONE TEST KESUBURAI{ TANAFI INCEPTISOL, ULTISOL, DAI{ AI{DISOL LINTUK TANAIVIIAN NENASLs
lvluhurls,
Dtdy Sopandte, Latifah Koslm Dsrusmon : BEBERAPA PEUBAH BIOKIMIA TERKAIT RESPIRASI PADA KEDELAI (Glycine moxL.
Merrill) TOLERAIIDAI\
PEKA INTENSITAS CAHAYA RENDAFILa Ode
Afa : STUDI MATRICONDITIO/VING PADA BENIH KACAI{G TANAFI (Arachis hypogaeo L.) Suoib,WoerJono Nlangoendtdlolo, Nllrzoltnorn, PD.N., donArl lndrlanto
: POPULASI MIKROSPORAUNIN{.JKLEAT BERDASARIGI\ LETAKNYA PADA MALAI TIGA KLONTEBU (SaccgaTum spp.) SEBAGAI
NORUqSI
AWAL BAGI PEMULIAAI\ HAPLOID SECARA IN VITROLa
Rtonda,Lo Ode Arlef,
DJukrana Wahsb, Thamrln danSuto
: I(A.llAI'tr RESPON KONSUMEN TERHADAP SIRUP METE PRODUKSI UNIT USAI-IA JASADAI\
INDUSTRI FAKUNAS PERTAI\IAI{ UNIVERSITAS HALUOLEO.Soedtmsn : ESSENTIAL FEATURE AI\D OPERATION OF SAI{CHOKU (DIRECT TRAI\SACTION) IN JAPAI{ S CONSUMER COOPERATIVES
GAK Suturiutt,
Wtdodo, Sudarsonodsn S
flyos
: EFEKTIVITAS AGENS BIOKONTROL UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHANDAN
HASIL CABAI SERTA MENGHNDALIKAI{ PENYAKITHalamon
PEMBIAYAAN DEFISI'T DAN KEBERLANJUTAN FISKAL
Azhar
Balodal
I-7
l,tiNGAlttJlt t,INGKUNcAN BtsNts IiKs't'tiRNAt, t)AN tN',t't,:RNAt, 't'ERllADAt' KINERJA TJSAHA KECIL (Kasus Usaha Kecil Sepatu Kulit rli Propinsi Jawa llarat)
Murtljani K.
GRAZING ADAPTABILITY OF BEEF CATTLE ON 'I'I{E DWARF NAPIERGRA
(Pennisetu m pu rpu reu m Schumach) PASTURE Ambo Ako
EFISIENSI PE]VIANFAATAN FAKTOR PRODUKSI USAIIATANI PADI LADANG PETANI'I'IIANSM IG RAN DI KECAMATAN TI K EP KA I}t J PATEN i\I I INi\
,4bdi
PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN
BERDASAIIKAN ZONA AGROBKOLOGI DI KECAMA'TAN POLEANG SI.]I,AW[,SI'I'F],NGGAIIAAgussalim, Sohta Ginting dan La Ode
Soburuddin
2g - 36PERAN PAKAN ALAMT DALAM PENUI,ARAN White Spot Syndrome
ltrzs
pADABENTJR [IDANG 1VINDU (Penaeus monodon Fabr.) SEBt.iAtt K,\.ttAN ,\\\,At,
Hamsoh, Dsrnas Dana dan Msrthen B.M. Malole 37 -43
INDUKSI KALUS DAN OIIGANOGENESIS .lERtlK KIPROK
Slor\tpt]
p.A,DAIVIEDIUM MS DENGAN KOMI]INASI ATIKSIN DAN SITOKININ
IL Gusti R Sodimantara 44-49
N{INUS.ONE'I'EST KESI,JI}I.JRAN TANAII INCEPTISOI,, I.JL'rISOI., DAN ANI)ISOI, TINTI.]K TANAIVIAN NENAS
La Ode Safuu, Roeilhy Poerwanto, Anas D, Susila, Sobir, tlan Rykson
Situnorang.,..
50 - 5{tBEBERAPA PEUBAH BIOKIMIA TEIIKAIT RESPIRASI Pr\DA KED!.r.,\r (Gr.ycine max L. l\lerrill) TOLERAN DAN PtiKA IN'l'ltNStl'AS CAilA\,,\ RFtNt)Alt
I.a Muhuria, DitlySopondie, Lutitoh Kosim Darusmun
...._...
59 _70sruDl MATRICQNDITIQNING PADA llENttt KACANG 1'/\NAtI (Aruc'his hl,pogaeaL.) La ode
Afa
7r
-.,g PoPIILASI NttKRosPoRA UNINUKt,EA'|" BERDASARKAN l,u'I',\KNyA pADAMALAI
rlGA
KLON TEBU (sacclarum spp.) s[BAGAt tNt-oRl\{Asl AWAL BAGI PEMULIAAN HAPLOID SECARA IN VITRO8-t4
r5-20
)l _)1
Suaib, ll/oerjono Mongoendidjojo, Mirzawan, P.D.N., dan Ari Intlrionto...
KAJIAN ROSPON KONSTIMIiN I'ERIIADAP SIRTIP ME'I'E PRODIIKSI TINIT TISAIIA JASA DAN INDUSTRI FAKIJLTAS PEIITANIAN TJNIVERSITAS IIALTIOLEO
La Rionda, La Ode Ariel, Djukrana llahob, Thunrin dan Suto
ESSENTIAL FEATURES
AND
OPERATIONOF
SANCHOKU (DIRECT TRANSACTTON) tN JApAN'S CONSUt\tER COOpERATTVESSaedinan
EFEKTIVITAS AGENS BIOKONTROL IjNTTJK IVTENINGKATKAN PERTTIIIIBTJIIAN
DAN HASIL
CABAI
SERTA MENGENDAI,IKAN PF]NYAKIT ANI-RAKNOSA DI RUMAI{ KACAGAK Sutariati, llidodo, gudarsono ilan S
llyas
103 _ Ill
80-88
MINU$ONE
TEST KESUBURAN TANAH INCEPTTSOL,ULTISOL, DAN ANDISOL UNTUK TANAMAN NENAS^
OIeh: La Ode Safuant, Roedhy Poerwonto2, Anas
D.
Susila2, Sobif , dan Rykson Situmorang2 ABSTRACTPineapple has a capability to grow on different soil types. Even, it still has low productivity in land
with low fertility. However, the highest productivity of pineapple is obtained in land with high fertility. Soil
fertility correlates withavailability and composition of N, P and K nutrients. Moreover, Those nutrients are
realizet as limiting factors of plant growth and productivity in tropical area. The objetives of this research was
to prove the potential of N, P and K nutrients as limiting factors in Inceptisol-Darmaga, lnceptisol-Ciawi, Ultisol-Jasinga, and Andisol-Ciapus on pineapple crops. Besides, it will be proved the potential differences
of
pineapple growthin
Inceptisol-Darmaga, lnceptisol-Ciawi, Ultisol-Jasinga, and Andisol-Ciapus. The research was conducted using split plot randomized blocked design with 4 main plots, Inceptisol-Darmaga(D), Inceptisol-Ciawi (T). Ultisol-Jasinga (.1), and Andisol-Ciapus (C). While splitted plot that Minus-One Test of N-P-K fertilizer apllied consisted of five treatments, no fertilizer (TP, control), complete fertilizer
without
N
(PK), complete fertilizer without P (NK), complete fertilizer withoutK
(NP), and completefertilizer (NPK). The results revealed that N, P, and K nutriets were required for increasing the pineapple
growth in lnceptisol-Darmaga, lnceptisol-Ciawi, Ultisol-Jasinga, and Andisol-Ciapus. They were required different dosis of N-P-K fertilizer for obtaining the optimal growth of pineapple. Moreover, the pineapple was growth very well in lnceptisol-Darmaga compare to Inceptisol-Ciawi, Ultisol-Jasinga, and Andisol-Ciapus.
Key words: Minus-One Test, lnceptisol, t)ltisol, Andisol.
PENDAHULUAN
Tanaman nenas (Ananas comostrs (L.)
Merr.) merupakan tanaman buah tropika yang
telah
dikenal secara luasoleh
masyarakatlndonesia. Tanaman
ini
dapat tumbuh padaberbagai jenis tanah. Namun demikian, tanah
yang ideal untuk
pertumbuhannya adalahtanah
liat
berpasir yang dapat dikeringkan dengan baik dan mengandung bahan organiktinggi dengan
pH
4.5 sampai 6.5 (Wee danThongtham, 1997). Tanaman nenas masih bisa
berproduksi pada tanah yang kurang subur,
tetapi produksi terbaik hanya dapat diperoleh
pada tanah
yang
kesuburannya tinggi (Bartholomew, Rohrbach, dan Evans, 2002).Hara
N,
P, danK
adalah unsur haranrakro primer
bagi
tanaman. Ketiga unsurtersebut merupakan
faktor
pembatas utamaproduksi tanaman
di
daerah tropika termasuk Indonesia. Oleh karenaitu
untukmeningkat-kan
produksi tanaman nenasdi
Indonesia perlu dilakukan pemupukan dengan unsur haraN. P, dan K.
Tanah Inceptisol, Ultisol, dan Andisol
adalah
merupakan tanah-tanah pertanianutama
di
Indonesia (Subagyo, Suharta, danSiswanto, 2000). Dengan demikian maka,
pengembangan tanaman nenas saat
ini
danpengembangannya
di
masa mendatang akandilakukan pada tanah-tanah tersebut.
Hal
iniakan
menyebabkanproduksi
nenas yangdihasilkan di lndonesia sangat bervariasi, baik kuantitas maupun kualitasnya, karena ketiga jenis tanah
ini
mempunyai tingkat kesuburanalami yang berbeda.
Tanah Ultisol mempunyai kemasaman
tanah yang kurang
dari
5,5 berkadar bahanorganik rendah hingga sedang, kejenuhan basa
kurang.dari 35 persen dan kadar unsur hara
terutama
Ca,
Mg,
K,
N,
dan
P
rendah.Permeabilitas redah (kurang) hingga baik, kapasitas ,tukar
kation
liat
kurang dari 24me/100
g,
dan
tanah peka terhadap erosi(Soepardi, 1 983).
Inceptisol adalah tanah-tanah yang mengalami proses pencucian dan pelapukan
lanjut, dengan kandungan mineral primer dan
')
Sebagian dori hasil penelilian Disernsi, Se.kolah Pascasarjana IPB.
t) Dosen Juntsan Budidaya PertanianFakultas Perlanian [Jniversitas Haluoleo, Kendari.
lr n-.-.-.,-. r.t-,-t,-- b--,-,,t--^
') Dosen Fakultas Perlonisn Institul Pertanian Bogor, Bogor.
unsur hara rendah dan pH tanah antara 4.5 dan
5.5
serta
mempunyai kandungan bahanorganik
yang relatif
rendah(Dudal,
danSoepraptohardjo, 1957). Namun demikian,
menurut Wiliams dan Yoseph (1974) sifat
tanah
Inceptisol
umumnyabaik,
denganagregasi yang stabil, struktur yang baik, dan
solum yang dalam sebagai akibat intensitas
hancuran
iklim
yang tinggidi
daerah tropik, sehingga baik bagi perakaran tanaman. Tetapi hancuraniklim
yang intensifini,
menyebab-kan sifat kimia tanah lnceptisol kurang baik
sehubungan dengan daya dukungnya terhadap
pertumbuhan tanaman. Rendahnya basa-basa
yang
dapat dipertukarkan sepertiCa,
Mg, K,dan Na, tanah bersifat masam, rendahnyakadar
bahan organik karena
cepat
ter-dekomposisi
serta
melepaskan basa-basadalam
senyawa organikyang
merangsangpelarutan silikat, sedangkan pelarutan Fe, Al, dan Mn dapat mengakibatkan keracunan bagi
tanaman (Soepardi,
1983).
SelanjutnyaLeiwakabessy
(1988)
menyatakan bahwatanah-tanah Inceptisol umumnya memerlukan pemupukan
N,
P,K,
Ca" Mg, dan mungkinbeberapa unsur mikro tertentu.
Andisol merupakan tanah yang kaya
akan
bahan organik,
umumnya
dapatmencapai lebih dari 10 sampai 25Vo terutama
pada horizon permukaan. Bahan ini umumnya berperan dalam hal antara lain genesis tanah
dan stabilitas struktur tanah (Van
Djik, l97l),
meningkatkan kapasitas tukar kation dan daya menahanair,
mengkelat logam-logam (reaksi kompleks, misalnya dengan Fe,Al,
Cu, Zn,Mn, dan lain-lain) dan membantu translokasi
bahan dalam solum tanah (Alexander, 1977).
Kandungan
unsur
hara
P
dan
K potensial tanah Andisol bervariasi, sebagiansedang sampai
tinggi, dan
sebagian lagirendah sampai sedang. Jumlah basa-basa dapat
tukar
tergolong sedang sampaitinggi,
dandidominasi oleh ion Ca dan Mg, sebagian juga
K.
Kapasitas tukar kation pada tanah Andisol, sebagian besar, sedang sampai tinggi dengankejenuhan basa umumnya sedang. Reaksi
tanah umumnya agak masam berkisar antara
5.6 sampai 6.5 (Subagyo, Suharta, Siswanto,
2000).
Adanya perbedaan tingkat kesuburan
tanah lnceptisol, Ultisol, dan Andisol secara
alami, maka tidak memungkinkan untuk di-lakukan penetapan dosis pemupukan
berdasar-kan dosis anjuran yang dapat diberlakukan secara luas.
Oleh
karenaitu
maka, perludilakukan
enelitian
untuk
rnengetahuikemampuan tanah Inceptisol, .
Ultisol,
danAndisol mensuplai hara
N,
P,
danK
bagipertumbuhan tanaman nenas, sehingga dapat
digunakan sebagai acuan untuk melakukan
penelitian
dan
menyusun
rekomendasipemupukan N, P dan
K
untuk tanaman nenasdi
Indonesia. Oleh karenaitu
pertelitian ini bertujuan untuk:(l)
Membuktikan bahwa haraN,
P,
dan
K
merupakanfaktor
pembatasperturnbuhan tanaman
nenas pada
tanahInceptisol Darmaga, Inceptisol Ciawi, Ultisol
Jasinga,
dan
Andisol
Ciapus.
(2) Membuktikan adanya perbedaan pertumbuhantanaman nenas
pada tanah
InceptisolDaramaga,
Inceptisol
Ciarvi, Ultisol Jasing4dan AndisolCiapus.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian
Uji
Minus One Test kesuburan tanahdilaksanakan
pada
Februari2004
sampaidengan Februari 2005
di
Rumah Kaca KebunPercobaan
Pusat
Kajian
Buah-BuahanTropika,
Tajur Ciawi
Bogor Jawa
Barat.Analisis tanah dilakukan
di
Lab. DepartemenIImUJ'anah dan Sumber daya lahan, Fakultas
Pertanian
IPB,
Bogor. Data hasil
analisisbeberapa sifat fisik dan kimia tanah disajikan pada'l'abel
l.
Bahan rlan Alat
Bahan
yang
digunakan
dalampenelitian
ini
adalah anakan tanaman nenasSntooth Cayenne,
Tanah
Ultisol
Jasinga.J'anah
Andisol
Ciapus,Tanah
Inceptisol Darmaga,Tanah
lnceptisolCiawi,
kapurdolomit, pupuk Urea, SP-36,
KCl,
polibag, label, pestisida, insektisida, dan bahan kimia yang digunakan untuk analisis tanah.unsur hara rendah dan pH tanah antara 4.5 dan
5.5
serta
mempunyai kandungan bahanorganik
yang relatif
rendah(Dudal,
danSoepraptohardjo, 1957). Namun demikian,
menurut Wiliams dan Yoseph (1974) sifat
tanah
Inceptisol
umumnyabaik,
denganagregasi yang stabil, struktur yang baik, dan
solum yang dalam sebagai akibat intensitas
hancuran
iklim
yang tinggidi
daerah tropik, sehingga baik bagi perakaran tanaman. Tetapi hancuraniklim
yang intensifini,
menyebab-kan sifat kimia tanah Inceptisol kurang baik
sehubungan dengan daya dukungnya terhadap
pertumbuhan tanaman. Rendahnya basa-basa
yang
dapat dipertukarkan sepertiCa,
Mg, K,dan Na, tanah benifat masam, rendahnyakadar
bahan organik karena
cepat
ter-dekomposisi
serta
melepaskan basa-basa dalam senyawa organikyang
merangsangpelarutan silikat, sedangkan pelarutan Fe, Al, dan Mn dapat mengakibatkan keracunan bagi
tanaman
(Soepardi,
1983).
SelanjutnyaLeiwakabessy
(19S8)
menyatakan bahwatanah-tanah lnceptisol umumnya memerlukan pemupukan
N,
P,K,
Ca, Mg, dan mungkinbeberapa unsur mikro tertentu.
Andisol merupakan tanah yang kaya
akan
bahan organik,
umumnya
dapatmencapai lebih dari
l0
sampai 2Soh terutamapada horizon permukaan. Bahan ini Lrmumnya
berperan dalam hal antara lain genesis tanah
dan stabilitas struktur tanah (Van
Djik, l97l),
meningkatkan kapasitas tukar kation dan daya menahanair,
mengkelat logam-logam (reaksikompleks, misalnya dengan Fe,
Al,
Cv, Zn,Mn, dan lain-lain) dan membantu translokasi
bahan dalam solum tanah (Alexander, 1977).
Kandungan
unsur
hara
p
dan
Kpotensial tanah Andisol bervariasi, sebagian
sedang sampai
tinggi, dan
sebagian lagirendah sampai sedang. Jumlah basa-basa dapat
tukar
tergolong sedang sarnpaitinggi,
dandidominasi oleh ion Ca dan Mg, sebagian juga
K.
Kapasitas tukar kation pada tanah Andisol, sebagian besar, sedang sampai tinggi dengankejenuhan basa umumnya sedang. Reaksi
tanah umumnya agak masam berkisar antara
5.6 sampai 6.5 (Subagyo, Suharta, Siswanto,
2000).
5l
Adanya perbedaan tingkat kesuburan
tanah lnceptisol, Ultisol, dan Andisol secara
alami, maka tidak memungkinkan untuk di-Iakukan penetapan dosis pernupukan
berdasar-kan dosis anjuran yang dapat diberlakukan secara luas.
Oleh
karenaitu
maka, perludilakukan
enelitian
untuk
rnengetahuikemampuan tanah lnceptisol,
Ultisol,
danAndisol mensuplai hara
N,
P,
dunK
bagipertumbuhan tanaman nenas, sehingga dapat
digunakan sebagai acuan untuk melakukan
penelitian
dan
menyusun
rekomendasipemupukan N, P dan
K
untuk tanaman nenasdi
Indonesia. Oleh karenaitu
perrelitian ini bertujuan untuk:(l)
Membuktikan bahwa haraN,
P,
dan
K
rherupakanfaktor
pembatasperturnbuhan tanaman
nenas
pada
tanahInceptisol Darmaga, lnceptisol Ciawi, Ultisol
Jasinga,
dan
Andisol
Ciapus.
(Z) Membuktikan adanya perbedaan pertumbuhantanarnan
nenas
pada tanah
Inceptisol Daramaga,Inceptisol
Ciawi, Ultisol Jasingqdan AndisolCiapus.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian
Uji
Minus One Test kesuburan tanahdilaksanakan
pada
Februari2004
sampaidengan Februari 2005
di
Rumah Kaca KebunPercobaan
Pusat
Kajian
Buah-BuahanTropika,
Tajur Ciawi
Bogor
Jawa Barat.Analisis tanah dilakukan
di
Lab. DepartemenIlmuJ'anah dan Sumber daya lahan, Fakultas Pertanian
IPB,
Bogor. Data hasil
analisisbeberapa sifat fisik dan kimia tanah disajikan
pada 'l'abel L
Bahan dan Alat
Bahan
yang
digunakan
dalampenelitian
ini
adalah anakan tanaman nenasSntooth Cuyenne,
Tanah
Ultisol
Jasinga,Tanah
Andisol
Ciapus,Tanah
Inceptisol Darmaga,Tanah
lnceptisolCiawi,
kapurdolomit,
pufuk
Urea, Sp-36,KCl,
polibag, label, pestisida, insektisida, dan bahan kimia yang digunakan untuk analisis tanah.Adapun
alat yang
dipakai
adalahcangkul, sekop, ayakan, ember, harrd sprayer,
pisau, parang, timbangan, oven, gelas ukur, meteran, alat
tulis,
spektrofotometer, flame-fotometer, dan seperangkat alat laboratorium untuk analisis tanah.Rancangan Percobaan
Pengujian dengan
Minus One
Testkesuburan Tanah ini, hanya ditujukan untuk 3
(tiga) unsur hara makro primer yaitu N, P, dan
K.
Dosis
pupuk
yang
digunakan dalumpengujian ini adalah 400 kg N per hektar, 200
kg
P2O5 per hektar, dan 400kg
K2O per hektar.Penelitian
disusun
berdasarkanRancangan Petak Terpisah dalam Rancangan
Acak Kelompok
(RAK).
Petak utama terdiridari
4
perlakuan:(l).
J
=
Tanah LJltisolJasinga, (2). C
-
Tanah Andisol Ciapus,
(3).D =
Tanah lnceptisol Darmaga, dan (4).T
= Tanah InceptisolCiawi.
Sebagai anak petakadalah perlakuan minus one test hara N,P,K yang terdiri dari 5 perlakuan:
(l).
TP = Tanpapupuk (kontrol),
(2). PK
=
Pupuk lengkap kurang N, (3). NK = Pupuk lengkap kurang P,(4). NP
:
Pupuk lengkap kurang K, (5). NPK:
Pupuk lengkap. Dengan demil<ian makaterdapat 20 kombinasi perlakuan. Setiap
per-lakuan diulang sebanyak
3
kali.
Penempatansetiap unit percobaan dilakukan secara acak. Pengacakan petak utama dilakukan pada setiap
ulangan, sedangkan pengacakan anak petak
dilakukan pada setiap petak utama.
Persiapan Media Tanam dan Penanaman Tanah yang digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan analisis tanah secara
lengkap untuk mengetahui status hara tanah.
Tanah diambil dengan menggunakan garpu
dan sekop pada kedalaman
0
samJlai 30 cm,kemudian dikering anginkan
lalu
ditumbuk dan diayak dengan ayakan5
mm, kemudian dimasukan kedalam polibag. Setelah polibagdiisi
dengan tariah kering udara sebanyakl0
kg,
selanjutnya dilakukan pemberian kapurdengan dosis
/
x Al-dd, dan diinkubasi selama2
minggu. Setiap
unit
perlakuan haramenggunakan
3
polibag dan ditanami satu tanaman setiap polibag.Pengamatan
Parameter
yang
diamati
padapenelitian Minus One Test Kesuburan Tanah
adalah sebagai berikut:
(l)
Bobot berat keringtotal
diamati
setelah tanaman dikeringkanselama 48 jam dalam oven pada suhu 83 oC; (2) Jumlah daun dihitung dengan menghitung seluruh
helai
daun dalam satu pohon; (3) Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanahsampai ujung daun tertinggi; (4) Nisbah pupus
akar diperoleh dari perbandingan berat kering pupus dengan berat kering akar tanaman dan
(5) Untuk mengetahui status hara N,P,K pada
setiap
jenis
tanah maka digunakan metodepersen hasil relatif bobot kering total sebagai
berikut:
H =Hasil ?-adq- perlakuan.kurang untu, hara
,roo,
Hasil pada perlakuan lengkap
Semua variabel
pengamatan inidiukur pada saat
tanamanberumur
I I(sebelas) bulan setelah tanam.
Analisis Data
Data hasil pengamatan akan dialanisis dengan
sidik
ragam. Apabila hasil analisismenunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf
0,05,
akan dilanjutkan denganuji
DMRT(Duncan News
Multiple
Range Test) padataraf nyata 0,05.
HASIL DAN PTMBAHASAN
Hasil
analisis tanah padaTabel
l,
rnenunjukkan bahwa tanah lnceptisol Ciawi lebih subur
jika
dibandingkan dengan TanahUltisol Jasing4 Andisol Ciapus, dan Inceptisol Darmaga. Namun demikian, keempat jenis tanah yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai status hara
N
yang rendah (pusatPenelitian
Tanah
Bogor,
1995).Hal
ini menyebabkan tanaman nenasakan
responterhadap pemupukan
N
karena selain statushara
N
'tanah
rendah, tanaman
nenasmembutuhkan unsur hara
N
dalam jumlahyang banyak. Demikian
juga
dengan statushara
P
adalah rendah, kecuali pada tanahInceptisol Ciawi mempunyai nilai status hara P yang sangat tinggi.
Tanah yang mempunyai status hara K
sangat
tinggi
adalah Inceptisol
Ciawi, selanjutnya tanah Ultisol Jasinga mempunyai status haraK
yang tinggi, sedangkan statushara
K
pada tanah Inceptisol Darmaga danAndisol Ciapus adalah rendah.
Hal
ini
akanmenyebabkan tanaman nenas kekurangan hara
K
pada keduajenis
tanah tersebut, karenatanaman nenas membutuhkan unsur hara K
dalam jumlah yang banyak.
Selain ketiga unsur hara tersebut di atas, tanaman nenas juga mebutuhkan unsur
hara lainnya seperti
Ca
Mg.
Hasil analisistanah menunjukkan bahwa, status hara Ca dan
Mg
pada tanah Inceptisol Ciawi dan Ultisol Jasinga adalah tinggi, sedangkan pada tanah53
Ultisol
Darmaga dan Andisol Ciapus sangatrendah. Selain unsur hara
mako,
tanamannenas
juga
membutuhkan unsur hara mikro seperti Fe, Cu, Mn, dan Zn. Namun apabila ketersediaan unsur hara mikro tersebut beradadalarn jumlah yang banyalc, akan meracuni tanaman. Kandungan hara Fe, dan
Cu
padakeempat
jenis
tanah masihrelatif
rendah(Cottenie, et al., lg82), sedangkan hara Zn dan
Mn
sangattinggi.
Ketersediaan unsur haratanah sangat erat kaitannya dengan pH tanah.
Tanah dengan
pH
sangat masam adalahUltisol
Jasingadan
Inceptisol Daramaga.Sedangakan tanah Inceptisol
Ciawi
mem-punyai pH masam. dan Andisol Ciapus agak masam.Tabel
l.
Hasil analisa beberapa sifatfisik
dan kimia tanah Ultisol Jasinga, Andisol Ciapus,Inceptisol Darmagq dan Inceptisol Ciawi.
Jenis tanah
Sifattanah
Metode/ekstraktan- uttisot nnOi@
C-org(%)
Kurmies
1,39
3,31
l',4g
l,6g N total(%)
Kjedahl
0,1I
0,t3
O,fO
0,11@
ca(meloog-')
iN
,zs
t,z6
t4,32 tr,tg(mei0op-')
14,32 0,20
Q,37
4,6gr\
(meluug')
0,62
0,15
0,15
1,0g|lJ'q=t9-09.i)-.
--.__.
o,zs 0j1-
L
._ .r,4g.Al(me
toG
,sz
2,42
t,2tLI
(pe
19or')
_ -_.
o,uu
0,45
0,36
0,36Fe
(ppm)
-Cu(ppm)
0,56
0,36
Oi,lZ
0,0g Zn(ppm)
5,36
l,gg
r,og
t,3z62,92
17,44
15,52 Tekstur: Pasir(%)
6,j7
7,07
16,66
6,g5 Debu(%)
Z3,tB 39,44 zL',gg
z7,gz-,
:,+q
OO,iS
OS,ztHasil
analisissidik
ragam pengaruhperlakuan minus one test hara N,p, dan K pada
berbagai
jenis
tanah menunjukkan bahwaperlakuan jenis tanah memberikan pengaruh
yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah
daun, bobot kiing akar, bobot kering total, dan
nisbah pupus
akar.
Sedangkan perlakuan minus-one test dan interaksi antara jenis tanahdengan perlakuan
mintu-one
test
tidak memberikan pengaruhyang nyata.
Untukmengetahui pengaruh
jenis
tanah terhadappertumbuhan tanaman nenas, dilakukan uji perbandingan berpasangan dengan
uji
DN,IRTpada taraf nyata 0,05 seperti yang disajikan
pada Tabel 2.
Hasil
uji
DMRT pada Tabel
2menunjukkan
bahwa
pertumbuhan tanamannenas pada tanah
Inceptisol
lebih baikjika
dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman nenas pada tanah Ultisol maupun Andisol. Halini
disebabkankarena tanah
Inceptisol mempunyai tekstur lempung berpasir yang merupakan kondisi tanah yang paling idealuntuk pertumbuhan tanaman nenas (Wee dan
Thongthan, 1997) dan IFA (2005) melaporkan bahwa,
untuk
pertumbuhan tanaman nenaslebih menyukai tanah yang bertekstus ringan sampai sedang dengan
pH
tanah 4.5 sampai6.5. Sedangkan tanah Ultisol yang mempunyai kandungan liat yang tinggi, dan tanah Andisol
mempunyai fraksi debu yang tinggi tidak ideal
untuk
pertumbuhan tanaman nenas. Selainsifat
fisik
tanah
yang
tidak
mendukung pertumbuhan tanamannenas pada
tanahUltisol dan Andisol, ada beberapa sifat kimia
tanah
yang
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman nenas yaitu tingginya kadarAl
pada tanah Ultisol,.sedangkan padatanah
Andisol
disebabkanoleh
tingginya kadar Mn (Tabel 1) yang kemungkinan sudah berada pada tingkat kosentrasi yang meracunitanaman nenas. Sasaran utama dari keracunan
Al
belum
diketahui, namunAl
merusakapoplastik dan simplastik sekarang
ini
masihdiperdebatkan .(Matsumoto, 2000),
kemung-kinan
Al
dapat melaui simplastik,hal
ini terbukti seperti pembentukan sel akar (Barlow,dan
Baluska,
2000)
dimana
Al
terikat langsung pada nukleus sel-sel akar meristem.Tabel
2.
Rata-rata tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), bobot kering total tanaman (g), dannisbah pupus pada tanah
Ultisol
Jasinga, Andisol Ciapus, Inceptisol Darmaga, dan Inceptisol Ciawi.Perlakuan Tinggi
Tanaman
Jumlah
BobotKering
BobotKering
Nisbah pupnsDaun
akar
Total Akar Ultisol Jasinga Andisol Ciapus Inceptisol Darmaga 67.02b 67.7tb 71.31a 71.98a 34.20b 33.00b 36.09a 62.93a 46.72b 43.66b 206.47b 194.lEb 260.21a 244.26a 2.36b 3.14b 5.39a 4.97a35.99a
38.76b Keterangan:Nilairata-ratayangdiikutiolehhurufyang nyatapada taraf 0,05 uji DMRT.
Tanah-tanah
masam
biasanyamengandung
ion-ion Al3*,
Fe3*,dan
Mn2*terlarut dan tertukarkan dalam jumlah yang
cukup
nyata
(Tan,
1982).
Ketiga
unsurtersebut dapat mengikat P sehingga menjadi
tidak
tersediabagi
tanaman,dan
apabiladiserap
oleh
tanaman dalamjumlah
yangbanyak d'apat meracuni tanaman.
Kadang-kadang kelebihan
Mn
dapat menginduksi defisiensi unsur hara Fe, Mg dan Ca (Mengeldan
Kirkby,
1987).
Pertumbuhan akartanaman
nenas
pada tanah
Ultisol
danAndisol,
lebih
dominan
sedangkanper-tumbuhan bagian pupus tanaman terhanibat
sebagaimana yang ditunjukkan oleh rendahnya
nisbah pupus akar. Hal
ini
mungkinmenrpa-kan mekanisme tanaman nenas untuk dapat
menyerap hara terutanla fosfor yang banyak terjerap oleh
Al
danFe
pada kedua tanahtersebut serta kalium yang terjerap oleh liat
yang
tinggi
pada tanahUltisol
dan bahanorganik pada tanah Andisol.
Dengan adanya pertumbuhan akar yang
baik, maka kontak antara akar dengan hara
semakin
tinggi
sehingga memungkinkan tanaman dapat menyerap unsur hara yang lebih banyak. Marschner (1995)mengemuka-kan bahwa, kerapatan akar yang
tinggi
danrambut-rambut akar yang panjang merupakan faktor yang penting dalam penyerapan hara.
Namun demikian, pada kondisi yang tidak
optimal, pertumbuhan
akar yang
dominanakan menghambat pertumbuhan bahagian atas tanaman.
Terhambatnya pertumbuhan bahagian
pupus tanaman nenas pada fase pertumbuhan,
identik dengan penghambatan pertumbuhan daun baik jumlah maupun ukurannya, karena
sebahagian besar pupus tanaman nenas pada
fase
pertumbuhantgrsusun
oleh
daun.Menurut Hanafi dan Halimah (2004) bahwa
55
sebahagian besar (45%) akulumilasi baharr
kering tanaman adalah daun. Tanaman nenas
yang mempunyai total luas daun yang rendah
akan rnenghasilkan fotosintat
yang
rendahsehingga
total
bobot kering tanaman yangdihasilkan
juga
akan
sernakin berkurang, karena daun merupakan organ tanaman yangutama tempat
berlangsungnya prosesfotosintesis.
Tabel
3.
Rata-rata tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), bobot kering total tanaman (g), clan nisbah pupus pada perlakuan rzinns one lesl hara N,p, dan K.perlakuan Tinggi Jumlah
BoGTanaman
Daun
Akar
Total
*
pulg!4&,
3.g6u PK (L-N) NK (L-P) NP (L-K) 46.06a 51 .58a 49.29a 46.96a 227.7la 236.10a 22632a 229.99a 4.03a 4.53a 3.55a 3.86a
69.89ab
35.67a69.58ab
33.97b69.64ab
34.78abKeterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda secara nyara pada taraf nyata 0,05 uji DMRT.
NPK (Le 70.61a 35.06ab
Hasil
uji
DMRT
pada
Tabel
3menunjukkan bahwa pemberian pupuk N,p,
dan
K
yang diberikan secara lengkap tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan pengurangan satu unsur hara (minus one test) terhadap parameter tinggi tanaman, bobotkering
akar, bobot kering total, dan nisbah pupus akar. Tetapi parameterjumlah daun
menunjukkanbahwa
padapemebrian pupuk N,P,dan
K
secara lengkap,tanaman nenas menghasilkan
daun
lebihbanyak jika dibandingkan dengan jumlah daun
yang dihasilkan pada perlakuan
NK
(L-p), narnun demikian perlakuanini
menghasilkan bobot kering akar dan bobot kering total yang tinggi serta nibah pupus akar yang tinggi.Berdasarkan hasil
uji
DMRT tersebutdi atas maka dapat dikatakan bahwa hara N, p,
dan
K
belum menjadi faktor pembatas utamabagi
perumbuhan tanaman tanaman nenas.Tetapi
kalau
menggunakannilai
rata-ratasetiap
para
meter petumbuhandan
mem-badingkannya dengan hasil yang dicapai pada
perlakuan pupuk N, P, dan
K
secara lengkap,nampak bahwa
untuk
memperbaikiper-tumbuhan tanaman nenas masih dibutuhkan pemupukan dengan hara
N,
P danK.
Hal iniditunjukkan
oleh
parametertinggi,
jumlah daun, dan bobot kering total tanaman nenasyang lebih tinggi
pada
perlakuan N,p,K(lengkap),
jika
dibandingkan dengan kontrol (Tabel3).
Berdasarkannilai
rata-rata boborkering
total
tanaman nenas, menunjukkan bahwa nilai berat kering total tanaman nenas pada perlakuan PK (L-N) dan Np (L-K) masihlebih rendah
jika
dibandingkan dengan bobotkering
total
tanaman nenas pada perlakuanlengkap (NPK).
Hal
ini
menunjukan bahwaunsur hara
K
kemudianN
merupakan faktor pembatas utama pertumbuhan tanaman nenas.Ini berarti bahwa, pemberian pupuk
N
dan Kdengan dosis 400 kg N per hektar dan 400 kg K20 per hektar belum melebihi dosis optimal
untuk
pettumbuhan
tanaman
nenas.Sedangkan
pada
perlakuan
NK
(L-p) diperoleh bobot kering akar dan bobot keringtotal
tanaman nenas yang cenderung lebihtiggi
jika
dibandingkan dengan hasil bobotkering akar dan bobot kering total tanaman
nenas pada perlakuan
N.l,,K
(Lengkap). Halini
menunjukkan bahwa. walaupun pupuk Pmasih diperlukan
untuk
rnemperbaikiper-tumbuhan tanaman nenas, tetapi pernberian
pupuk P dengan dosis 200 kg P2O5 per lrektar
sudah melebihi
dosis optimal untuk
per-tumbuhan tanaman nenas.
Malo
dan Campbell (1994)menge-mukakan bahwa, tanaman nenas lebih respon
terhadap nitrogen dari pada kalium meskipun demikian, kalium harus dibcrikan pada
tanah-tanah di Florida,
dan
pemberian fbsfbr hanyadiperlukan pada tanah yang defisien terhadap
unsur hara tersebut. Sedangkan Bartholornew. Rohrbach, dan Evans (2002) mengemukakan
bahwa, status kalium tanah yang tinggi sangat
dibutuhkan oleh tanaman nenas.
Penelitian
untuk
mengetahui dosispemupukan yang optimal bagi perturlbuhan tanaman nenas sangat penting dilakukan. agar
pemupukan dapat diberikan secara efisien
sesuai dengan kebutuhan tanaman untuk
nrem-peroleh hasil yang maksimal.
Hal
ini
bisadilakukan apabila kita mengetahui status hara
tanah yang akan digunakan untuk
pengem-bangan tanaman nenas, karena setiap jenis
tanah mempunvai
tingkat
kesuburan yang berbeda. Oleh karenaitu,
hasil uraian padaTabel
3
masih perludikaji
lebihrinci
untuk mengetahui status haraN,
P,
danK
tanahTabel
4.
Rata-rata persen hasil relatif (%) bobot kering total tanaman nenas pada perlakuan minuson'e test hara N,P, dan K pada tanah Ultisol Jasinga, Andisol Ciapus, Inceptisol Dannaga, dan InceptisolCiawi.
Perlakuan Ultisol
Jasinga
Andisol Ciapus lnceptisolDannaga
Ultisol
jasinga,Andisol
Ciapus, InceptisolDarmaga, dan Inceptisol Ciawi. Berdasarkan persen hasil relatif bobot kering total tanaman
nenas pada setiap perlakuan minus one test
terhadap bobot kering
total
tanaman nenaspada perlakuan N,P,K (lengkap) maka status
hara
N,
P,
dan
K
tanah dapat ditentukan seperti disajikan pada Tabel 4.Tabel
4
menunjukkin bahwa statushara
N,
P, dan
K
tanahUltisol
Jasinga,Andisol
Ciapus, Inceptisol Darmaga, danlnceptisol Ciawi masih berada dibawah status
hara yang
optimal
untuk
pertumbuhantanaman nenas. Namun demikian, pemberian
pupuk dengan dosis 400 kg
N
per hektar, 200kg P2O5 per hdktar dan 400 kg K2O per hektar pada tanah Inceptiol
Ciawi, Ultisol
Jasingadan Andisol
Ciapus sudah melebihi dosisoptimal untuk pertumbuhan tanaman nenas.
Sedangkan pemberian pupuk dengan dosis
400 kg
N
per hektar, 200 kg P2O5 per hektardan 400
kg
KzO
per
hektar pada tanahlnceptisol Darmaga
belum
melebihi dosisoptimal untuk pertumbuhan tanaman nenas.
Hal
ini
membuktikanbahwa
perbedaankandungan hara N,P, dan
K
pada setiap jenistanah
(Tabel
I),
membutuhkan dosispemupukan
N,
P, danK
yang berbeda untuk memperoleh pertumbuhan tanaman nenasyang optimal. lnceptisol Ciawi Kontrol (TP) PK (L-N) NK (L-P) NP (L-K) NPK (Lengkap) 92..48 r09.r r r08.93 106.71 100.00 91.36 I t0.82 104.92 r00.95 r00.00 86.06 88.r3 94.21 74.2',7 r 00.00 99.00 94.44 106.04 I r9.38 r00.00
Berdasarkan hasil uji Minus One Te,st
pada Tabel 4, dapat
dikaji
lebih jauh urutantingkat kekahatan unsur hara N, P, dan K pada
tanah
Ultisol
Jasinga,
Andisoi
Ciapus,Inceptisol Darmaga,
dan
Inceptisol Ciawi.Unsur hara yang menjadi
faktor
penrbatasutama pertumbuhan tanaman nenas pada tanah
Ultisol
Jasinga dan Andisol CiapLrs adalahkalium kemudian diikuti oleh fosfor dan faktor pembatas yang paling ringan adalah unsur
hara nitrogen. Sedangkan unsur hara yang
menjadi faktor pembatas utama pada tanah
57
lnceptisol Darmaga adalah kalium, kemudian diikuti oleh nitrogen, dan unsur yang menjadi faktor pembatas paling ringan adalah fosfor. Pada tanah Inceptiol Ciawi unsur hara yang menjadi faktor pembatas utama perturnbuhan
tanaman
nenas adalah
adalah
nitrogen, kemudiadiikuti oleh
P,
dan
Lrnsur yang menjadi faktor pembatas paling ringan adalah unsur hara kalium.Selain faktor kimia, tekstur tanah juga
sangat
mempengaruhi pertumbuhan dankebutuhan tanaman nenas terhadap hara N, P,
dan
K.
Tanah Inceptisol Darmaga dengankandungan fraksi pasir 16.66Vo, debu 22.990/o,
dan liat 60,35ya merupakan tekstur tanah yang
ideal
untuk
pertumbuhannya. Dengandemikian maka" tanaman nenas mempunyai
laju
pertumbuhanyang
pesat pada tanahInceptisol
Darmaga.
Untuk
mendukungpertumbuhan tanaman
yang
pesat,
makadibutuhkan unsur hara N, P, dan K yang lebih
tinggi.
Hal
ini
menyebabkan tanaman nenaspada tanah Inceptisol Darmaga mebutuhkan
dosis pemupukan
N,
P,
danK
yang lebih tinggijika
dibandingkan dengan dosis pupukN, P, dan
K
untuk tanaman nenas pada tanahUltisol
Jasinga,Andisol
Ciapus, rnauplrnInceptisol Ciawi.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada
hasil
dan pembahasan rnaka dapat disimpulkan sebagaiberikut:
(l)
HaraN,
P,
danK
diburuhkanuntuk
meningkatkan pertumbuhan tanamannenas pada tanah
Ultisol
Jasinga, Andisol Ciapus, Inceptisol Darmaga,dan
InceptisolCiawi;
(2)
TanahUltisol
Jasinga, Andisol Ciapus, Inceptisol Darmagadan
Inceptisol Ciawi rnernbutuhkan dosis pupuk N, p, dan Kyang berbeda
untuk
pertumbuhan tanamannenas yang optimal dan
(3)
Tanaman nenasmenunjukkan pertumbuhan yang berbeda pada
tanah
Ultisol
Jasinga"Andisol
Ciapus,lnceptisol Darmaga, dan Inceptisol Ciawi.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander
M.
1977. Introductianto
SoilI(icrobiologt 2'd Ed. New York: John
Willey & Sons.
Barlow
PW,
BaluscaF.
2000. Qy.toskeletal'perspectives
on root
growth
andrnorphogenesis. Annu Rey Plant Physiol Plant Mol Biol 5 l: 289
-
322.Bartholomew DP, KG Rohrbach, dan DO.Evans.
2002. Pineapple Cultivation
in
Hawai. Cooperative Extension Service. College ofTropical
Agriculture
and
HumanResources. University
of
Hawai,i atManoa.
Cottenie, A, M. Verloo, L. Kiekens, G. Verghe and R. Carmerlynck. 1982. Chemical Analysis
of
Plants and Soils. State University ofClent, Belgium.
Dudal R,
and
SoepraptohardjoM.
1957. Soil Classification in Indonesia. Bogor: Cont. Gen. Agr. Sta. No. 148.Hanafi MH and A. Halim ah. 2004. Nutrien suplay
and dry-matter partitioning
of
pineapplecv. Josapine on sandy tin tailings. Fruits 59 (200a): 359-366.
:
lFA. 2005. World Fertilizer Use Manual, pineapple
(.4nana.s
comosus
(L)
Merr.). Publications*
Manualpineapple.htm;0g-05-05. Author:
N.R.Su,Concil
of Agriculture, Executiveyuan,
Taipei, Taiwan.Lei'"vakabessy
FM.
1988. Kesuburan Tanah. Bogor: Jurusan Tanah, Fakultas pertanian IPB.Malo SE dan CW Campbell. 1994. The pineapple.
Fact
SheetHS-7,
the
HorticulturalSciences
Departement,
FloridaCooperative Extension Service, Institute
of
Food
and
Agricultural Sciences, University of Florida.Marschner H. 1995. Mineral Nutrition in Higher Plants. New York: Academic press. Matsunroto H. 2000. Cell biology of Al tolerance
and toxicity
in
higherplant.
Into Rev. Citole 200: l-46.Mengel
K.
and Kirkby EA. 1987. principles ofPlanr Nutrition. 4,n
Edition.Switzerland: International
Potash Institute.Pusat Penelitian Tanah. 1995. Penilaiarr angka-angka hasil analisis tanah. Brosur, Pusat Penelitian Tanah, Bogor.
Soepardi G. 1983. Sifat dan
Ciri
Tanah. Bogor:Departemen
Ilmu
Tanah,
Fakultas pertanian, lPB.Subagyo H, Suharta N, dan Siswanto
AB.
2000.Tanah-tanah pertanian lndonesia. Di
dalam: Sumber Daya Lahan Indonesia
dan
Pengelolaannya.Bogor:
Pusar Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. hlm 2l-65.Tan
KH.
1982. Principles of SoilChenistry, llew York: Madison avenua. Marcel Dekker, Inc.Van Dijk
H.
1971. Colloid chemical properties of humic matter. Di dalam: Mc Laren, A.D.and J. Skujins. Editor. Soil Biochemistry. New York: Marcel Dekker Inc.,. hlm 139 _239.
Wee YC, and Thongtham MLC. 1997. Ananas
comosus
(L.)
Merr.Di dalam: VerheijEWM, dan Coronel RE. editor. prosea
Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2.
Buah-Buahan Yang Dapat Dimakan.
Jakarta: PT Gramedia pustaka Utama.
Bekerja Sama Dengan Prosea Indonesia dan European Commision. hlm 68 -76. Williams CN, and Joseph
KT.
1974. Ctimate, Soitand
Crop Productionin
The HunidTropics.