• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Kajian Arsitektur Kontemporer 2.1.1. Arsitektur kontemporer.

Arsitektur kontemporer merupakan suatu bentuk karya arsitektur yang sedang terwujud di masa sekarang dan masa akan datang. Karya ini dibangun dalam satu decade terakhir dan cukup menggambarkan perkembangan arsitektur di Indonesia. Arsitektur kontemporer merupakan salah satu pendekatan dalam merancang secara global sehingga banyak ahli yang mengemukakan pendapat mengenai pengertian dari arsitektur kontemporer, di antaranya sebagai berikut :

1. Konnemann, (World of Contemporary Architecture) “Arsitektur Kontemporer adalah gaya arsitektur yang bertujuan untuk memberikan contoh suatu kualitas tertentu terutama dari segi kemajuan teknologi dan juga kebebasan dalam mengekspresikan suatu gaya arsitektur.”

2. Y. Sumalyo, Arsitektur Kontemporer Akhir Abad XIX dan Abad XX (1996) “Kontemporer adalah bentuk-bentuk aliran arsitektur yang tidak dapat dikelompokkan dalam suatu aliran arsitektur atau sebaliknya berbagai arsitektur tercakup di dalamnya” .

3. L. Hilberseimer, Comtemporary Architects 2 (1964) “Arsitektur Kontemporer adalah suatu style aliran arsitektur terntentu pada eranya yang mencerminkan kebebasan berkarya sehingga menampilkan sesuatu yang berbeda, dan merupakan suatu aliran baru atau penggabungan dari beberapa gaya arsitektur lainya.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan mengenai pengertian Arsitektur Kontemporer, yaitu Arsitektur Kontemporer adalah gaya aliran arsitektur yang muncul pada akhir abad 20 sampai dengan saat ini dan juga menampilkan sesuatu yang berbeda dengan menampilkan kualitas tertentu terutama dari segi penggunaan teknologi dan juga kebebasan dalam menampilkan suatu gaya arsitektur. Riski (2017).

Prinsip desain arsitektur Kontemporer menampilkan style yang lebih baru dan terkini. Gaya lama yang disebut sebagai kontemporer akan menghasilkan bentuk disain arsitektur yang lebih segar dan berbeda dengan lainya.

(2)

Gaya arsitektur kontemporer menampilkan bentuk-bentuk unik, atraktif, dan sangat komplek. Pemilihan warna dan bentuk terntentu menjadi ide awal dalam menciptakan daya tarik bangunan. Permainan tekstur sangat dibutuhkan dan dapat diciptakan dengan sengaja,misalnya memilih material alami yang bertekstur khas, seperti kayu. Schirmbeck, E. (1988).

2.1.2. Perkembangan Karya Arsitektur Kontemporer

Kritikus arsitektur Schimbeck menyatakan bahwa karya arsitektur kontemporer berkembang dari suatau pemikiran bahwa arsitektur harus mampu membuat perubahan dan pemecahan bagi arsitektur masa sekarang dan masa yang akan datang. Kritikus arsitektur Charles Jenks memperkenalkan suatu teori yang terdapat berbagai macam metode/cara perancangan untuk mengembangkan dan menerapkan arsitektur yang dinamakan dengan arsitektur kontemporer, teori inilah yang menjadi dasar arsitektur kontemporer, dimana teori ini bergantung pada banyak faktor yang mempengaruhi masa gaya arsitektur tertentu. Arsitektur kontemporer berkembang akibat perkembangan era/zaman yang menuntut terjadinya perubahan, perubahan dalam bentuk karya arsitektur. Hal ini terjadi karena ketidakpuasan arsitek terhadap teori-teori yang mengikat arsitektur itu sendiri. Arsitektur kontemporer mempunyai sifat untuk selalu menuntut terjadinya perubahan seiring perkembangan zaman yang diikutinya. Schirmbeck, E. (1988).

2.1.3. Karakteristik Arsitektur kontemporer

Kritikus arsitektur Charles Jencks (1981) memberikan daftar ciri–ciri arsitektur kontemporer sebagai berikut:

1. Ideologi adalah suatu konsep yang memberikan arah,tuuan dan maksud agar pemahaman arsitektur kontemporer bisa lebih terencana dan sistematis.

a) Double coding Style

adalah gabungan dari dua gaya atau style arsitektur, yaitu : Arsitektur kontemporer dengan arsitektur lainnya.

b) Popular and pluralist

Gagasan yang luas dan umum serta tidak terikat terhadap teori tertentu, tetapi memiliki fleksibilitas yang banyak ragam. Sehingga lebih baik dari pada gagasan tunggal.

(3)

c) Semiotic-form

Penampilan dan gaya bangunan mudah dimengerti, Karena bentuk–bentuk yang ada menyiratkan makna, tujuan dan maksud tertentu.

d) Tradition-and-choice

Merupakan pengaruh tradisi dan penerapannya secara tertentu sehingga dapat disesuaikan dengan maksud dan tujuan perancang.

e) Artist-or-client

Merupakan dua hal dasar yaitu: Bersifat seni dan Bersifat umum Yang menjadi tuntutan perancangan sehingga mudah dimengerti secara umum.

f) Elitist.and.participative

merupakan kebersamaan serta mengurangi sikap egois seperti dalam arsitektur modern.

g) Piecemal

Merupakan Penerapan unsur–unsur dasar yang diterapkan sebagian saja dan tidak menyeluruh. Unsur–unsur dasar seperti: sejarah, arsitektur vernacular dan lokasi perancangan.

h) Architect,asrepresentative-and-activist

Arsitek berperan aktif dalam perancangan dan juga berlaku sebagai wakil penerjemah dari keinginan klien

2. Style (ragam) adalah gaya – gaya dalam arsitektur kontemporer sehingga memberikan pengertian mengenai pemahaman bentuk, cara, rupa dan sebagainya yang khusus mengenai arsitektur kontemporer.

a) Hybrid Expression adalah Penampilan bangunan yang merupakan hasil gabungan unsur–unsur kontemporer dengan unsur arsitektur lainya.

b) Complexity merupakan pengembangan ide–ide mengenai karakteristik kontemporer yang bepengaruh pada perancangan awal sehingga menghasilkan perancangan yang bersifat kompleks.

c) Variable Space with surprise merupakan Perubahan bentuk,ruang dan lainya yang tercipta akibat kejutan atau momentum tertentu, misalnya: warna, detail elemen arsitektur, suasana interior dan lain–lain.

d) Conventional and Abstract Form merupakan penampilan bangunan yang

menampilkan bentuk konvensional dan bentuk-bentuk yang rumit (popular), sehingga mudah dimengerti maksud dan tujuannya.

(4)

e) Eclectic merupakan penampilan bangunan yang memiliki campuran

langgam–langgam yang saling berhubungan secara konsisten.

f) Varible Mixed Aesthetic Depending On Context Expression on content and

semaic appropriateness toward function. Merupakan penampilan bangunan

yang memilik Gabungan unsur estetis dan fungsi yang tidak mengacaukan fungsi.

g) Pro Or Organic Applied Ornament merupakan penampilan bangunan yang Mencerminkan kedinamisan sesuatu yang timbul dan kaya ornamen.

h) Pro Or Representation adalah Menampilkan bentuk-bentuk yang berbeda dengan lainya sehingga dapat memperjelas arti,fungsi,makna dan tujuan. i) Pro-metaphor adalah Hasil pengisian bentuk–bentuk tertentu dan diterapkan

pada desain bangunan sehingga orang dapat dengan mudah menangkap arti dan fungsi bangunan.

j) Pro-Historical reference merupakan penampilan bangunan yang menunjukkan nilai-nilai sejarah pada rancangan agar menegaskan ciri-ciri bangunan.

k) Pro-Humor merupakan penampilan bangunan yang mempunyai nilai humoris, sehingga penghuni diajak untuk lebih menikmatinya.

l) Pro-simbolic merupakan penampilan bangunan yang menyiratkan simbol-simbol yang mempermudah arti,maksud dan tujuan yang dikehendaki perancang.

3. Ide Desain merupakan gagasan awal dalam perancangan suatu karya. Pengertian ide-ide desain dalam Arsitektur Kontemporer ialah merupakan suatu gagasan perancangan yang mendasari atau menjai titik awal karakteristik Arsitektur Kontemporer.

a) Contextual Urbanism and Rehabilitation merupakan suatu kebutuhan akan fasilitas yang berhunbungan langsung dengan suatu lingkungan perkotaan. b) Functional Mixing merupakan Gabungan beberapa fungsi bangunan yang

menjadi tuntutan awal dalam perancangan suatu karya arsitektur.

c) Mannerist and Baroque merupakan suatu Kecenderungan untuk menonjolkan dan membedakan diri.

d) All Phetorical Means merupakan penampilan bangunan yang memiliki bentuk yang berarti.

(5)

e) Skew Space and Extensions merupakan penampilan serta Pengembangan rancangan yang asimetris-dinamis.

f) Ambiquity merupakan penampilan bangunan yang memiliki ciri-ciri yang mendua atau berbeda tetapi masih dalam satu fungsi tertentu.

g) Trends to Asymetrical Symetry adalah Menampilkan bentuk-bentuk yang berkesan keasimetrisan yang seimbang.

h) Bersifat hi-tech merupakan penampilan bangunan yang menggunakan elemen- eleman structur sangat dominan dengan penggunaan material bangunan dari era modern seperti kaca, beton , dan baja yang di ekspose, serta pemilihan warna- warna yang menunjukkan suatu arsitektur teknologi canggih.

2. 2 Perkembangan Arsitektur Masjid

Masjid merupakan tempat beribadah umat muslim. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi Muhammad SAW, di dalam masjid konteks ibadah teraplikasi secara luas meliputi ibadah maghdah seperti sholat, mengaji, serta ibadah ghairu maghdah seperti dakwah, ukhuwah dan silaturahmi. Kondisi tersebut mampu menjadikan masjid berfungsi sebagai pusat pengembangan umat. Di sisi lain, berbagai kegiatan yang menyangkut masalah orang banyak di bidang ilmu, agama, kemasyarakatan dan budaya ternyata juga dibahas dan dipecahkan di lembaga masjid tersebut. Arsitektur masjid tidak pernah diatur dengan secara detail dan terperinci baik dalam Al-Quran ataupun Hadist. Pada awalnya, bangunan masjid mempunyai bentuk yang sangat sederhana, berbentuk persegi dengan beberapa bagian yang menunjang keperluan beribadah, dan atap yang terbuat dari anyaman daun palem. Namun lambat laun, bentuk masjid mengalami beberapa penyesuaian untuk memaksimalkan fungsi masjid itu sendiri. Setelah Nabi Muhammad SAW wafat di Madinnah pada tahun 632 M, mulai akhir abad VII, Islam berkembang ke arah Timur Mediterania dan Asia Tengah . Abad-abad berikutnya, Islam menyebar ke Spanyol, Afrika sebelah utara Sahara dan Maroko, ke Timur mulai dari Cina sampai ke Asia Tenggara. Ekspansi Islam di luar wilayah Arab tentu saja berpengaruh pada persebaran ajaran dan kebudayaan Islam, salah satunya adalah pembangunan masjid di setiap tempat dimana Islam berkembang .

Perkembangan Islam pada kelompok-kelompok suku dan bangsa di luar wilayah Arab tersebut, berpengaruh langsung pada keragaman arsitektur sarana ibadah Islam, terutama

(6)

masjid. Unsur budaya dan seni setempat mempengaruhi bentuk, tata ruang, konstruksi, dekorasi, dan aspek arsitektural lainnya pada bangunan masjid . Tanpa meninggalkan elemen-elemen penting seperti arah qiblat dan batasan-batasan masjid lainnya, bangunan-bangunan masjid di dunia mempunyai ciri khas dan karateristik tersendiri sesuai dengan tempat dimana masjid itu dibangun. Penggabungan unsur-unsur budaya pada bangunan masjid juga merupakan suatu bentuk usaha masyarakat atau umat Islam setempat dalam menunjukkan identitasnya.

2. 3 Perkembangan Arsitektur Masjid Di Indonesia

Proses dan masuk berkembangnya Islam ke Indonesia tidak hanya memberikan

pengaruh pada kehidupan sosial budaya masyarakat di Indonesia namun juga mempengaruhi gaya arsitektur bangunan di Indonesia terutama arsitektur masjid. Berbicara tentang Arsitektur Islam di Indonesia sangat erat hubungannya dengan Arsitektur Masjid karena merupakan bangunan yang sangat mencirikan kebudayaan Islam di Indonesia. Banyak masjid yang diagungkan di Indonesia tetap mempertahankan bentuk asalnya yang menyerupai (misalnya) candi Hindu/Buddha. selanjutnya arsitektur mesjid lebih banyak mengadopsi bentuk dari Timur Tengah, seperti atap kubah dan ornament.

Ditinjau dari masa pembangunannya, masjid sangat dipengaruhi pada budaya yang masuk pada daerah tertentu shingga. Antar daerah satu dengan yang lainya juga terdapat perbedaan bentuk. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan budaya setempat. Misalnya masjid di pulau Jawa, memiliki bentuk yang hampir sama dengan candi Hindu – Budha. Hal ini karena terjadi akulturasi budaya antara budaya setempat dengan budaya luar.

Ajaran Islam mulai masuk ke Indonesia sekitar abad Penyebaran awal Islam di Nusantara dilakukan pedagang-pedagang Arab, Cina, India dan Parsi. Setelah itu, proses penyebaran Islam dilakukan oleh kerajaan - kerajaan Islam Nusantara melalui perkawinan, perdagangan dan peperangan. Keberadaan Timur Tengah sebagai pusat peradaban Islam di dunia menjadi ikon bagi umat muslim di dunia, khususnya pada tempat peribadatannya, yaitu masjid. Oleh karena itu, perkembangan keragaman desain masjid di Indonesia banyak dipengaruhi oleh tipologi gaya arsitektur Timur Tengah untuk memperkuat ciri keislaman pada arsitekturnya. Akan tetapi, terdapat hal yang berbeda dalam desain bangunan Masjid Istiqlal. Desain bangunan masjid ini menggunakan gaya arsitektur Eropa yang dipadukan dengan gaya arsitektur Timur Tengah.

(7)

Tabel 2.1 Identifikasi Bangunan Masjid di Indonesia

No Lokasi Masjid(dipengaruhi oleh adat dan budaya setempat) Budaya Hindu dan Budha Budaya Timur Tengah 1. Sumatera Masjid Jami Taluak, Bukit

Tinggi,Sumbar

Karakteristik Arsitektur Hindu (terlihat pada fasade bangunan)

Masjid Raya Medan

Karakteristik Arsitektur Timur tengah (terlihat pada fasade bangunan)

2. Jawa Masjid Agung Demak, Jawa Tengah, Kabupaten Demak.

Karakteristik Arsitektur Hindu (terlihat pada fasade bangunan)

Masjid Agung, Jawa Tengah,Semarang

Karakteristik Arsitektur Timur tengah (terlihat pada fasade bangunan)

3. Kalimantan Masjid Sultan Suriansyah

Karakteristik Arsitektur Budha (terlihat pada fasade bangunan)

Masjid Al’Karomah

Karakteristik Arsitektur Timur tengah (terlihat pada fasade bangunan) 4. Sulawesi Masjid Tua Bungku, Sulawesi Tengah

Karakteristik Arsitektur Budha (terlihat pada fasade bangunan)

Masjid Amirul Mukminin (Masjid Terapung Makassar)

Karakteristik Arsitektur Timur tengah (terlihat pada fasade bangunan)

(8)

Indonesia pada umumnya memiliki beberapa kesamaan baik berupa bentuk bangunan,wajah bangunan, hingga ornamen-ornamen yang menghiasi bangunan tersebut,dengan berbagai latar belakang sejarah, kebudayaan dan seiring dengan perkembangan jaman dari daerah dimana bangunan tersebut didirikan. Masjid di Indonesia sampai saat ini masih menggunakan kubah dan elemen lengkung yang merupakan ciri khas bangunan timur tengah sehingga hanya terdiri dari satu gagasan tertentu saja dan tidak masuk kategori arsitektur masjid kontemporer. Riski (2017)

2. 4 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kajian Kerangka Teori terkait

Berdasarkan kerangka teori yang di kaji dari buku Charles Jencks (1981),maka dirumuskan 3 variabel karaktersitik arsitektur kontemporer yaitu Ideologi,Ragam dan Ide Desain. Masing –masing 3 Variabel tersebut menghasilkan beberapa indikator yang jika di telusuri pengertian nya mempunyai maksud dan tujuan yang sama sehingga penulis hanya memilih beberapa indikatornya saja,hal ini dilakukan karena terdapat indikator-indikator yang tidak dapat diterapkan untuk acuan karakteristik kontemporer karena objek penelitian ini merupakan bangunan peribadatan sehingga memerlukan pemilihan khusus agar menghasilkan penlitian yang relevan mengenai karakteristik arsitektur masjid kontemporer.Riski (2017).

(9)

2. 5 Kajian Preseden Arsitektur Kontemporer 2.5.1 Masjid Al-Irsyad

Masjid Al-Irsyad dibangun oleh pengembang dari kawasan Kota Baru Parahyangan yaitu PT Belaputra Intiland. Design bentuk bangunan masjid ini diarsiteki oleh Ridwan Kamil, seorang arsitek handal di indonesia. Pembangunan masjid ini dilaksanakan 07 September 2009 hingga selesai dan diresmikan pada 27 Agustus 2010. Karena konsep dan desainnya yang cukup menakjubkan, maka beberapa penghargaan international sempat diantaranya penghargaan dari National Frame Building Association sebagai salah satu Building of The Year 2010 dalam kategori arsitektur religius. karena memiliki konsep bangunan yang ramah lingkungan maka pada 2011, Masjid ini juga mendapatkan penghargaan sebagai FuturArc Green Leadership Award 2011 oleh Building Contruction Information (BCI).

Penampilan eksterior bangunan ini sangat menarik. Bentuknya yang menyerupai kubus terlihat begitu indah dan menarik secara visual.Penataan batu alam pada keseluruhan dinding masjid juga menjadikan masjid ini berbeda dengan masjid lainya. Peletakkan batu alam yang berbentuk lubang menyurupai kisi-kisi pada bidang-bidang tertentu di antara batu solid, sehingga jika di lihat secara sekilas menghadirkan lafaz arab dua kalimat syahadat agar menyesuaikan dengan bentuknya dan memberikan akses yang mudah bagi para jamaah, masjid ini menyediakan tiga unti entrance utama yang terdapat di sisi timur, utara dan selatan. 3 unit entrance tersebut memiliki bentuk visual yang sama. Koridor utama yang menjorok ke halaman hadir untuk memberikan kenyamanan lebih kepada para jamaahnya dari sinar matahari atau guyuran hujan.

(10)

Gambar 2.2 Eksterior Masjid Al Irsyad

Area sisi utara terdapat sebuah koridor minimalis yang menghubungkan pintu masuk area masjid dengan ruang wudhu, toilet dan kantor pengurus masjid. Area sisi barat atau bagian kiblat terdapat bukaan yang lebar pada bagian tengahnya. Agar menghadirkan nuansa sejuk dan alami,arsitek mendesign kolam kecil di area tersebut dengan penambahan batu berbentuk bola berukuran besar yang berada di atasnya. Area di Halaman masjid pada sisi barat , yang letaknya berada di sekitar jalan masuk ke area masjid, terdapat menara yang tingginya sekitar 24 meter dan menggunakan material atau bahan yang sama dengan bangunan masjid.

Gambar 2.3 Koridor Masjid Al-Irsyad

Penampilan yang unik lainya adalah tampilan interior. Ruang sholat masjid di design secara terbuka dan tidak memiliki kolom atau pilar di tengah ruangan untuk menopang atap sehingga terasa begitu luas bagi pengunjung. Hanya empat sisi dinding yang menjadi pembatas sekaligus penopang atapnya. Pencahayan pada Interior didalam masjid,didesign lampu penerangan yang berjumlah 99 buah. 99 buah lampu di dalam masjid ini diambil dari jumlah nama-nama suci

(11)

Allah, yang oleh umat muslim dikenal Asmaul Husna. Dinding masjid ini dibuat dari susunan batu alam yang membentuk kalimat syahadat dan dapat juga berfungsi sebagai ventilasi udara alami sehingga pada malam hari, sorotan lampu yang ada di bagian dalam masjid akan menembus celah-celah batu bata yang disusun dalam bentuk syahadat. Tidak ada ruang khusus yang memisahkan jamaah pria dan wanita. Hanya sebuah area tertentu yang dikelilingi pembatas putih dialokasikan untuk jamaah wanita. Untuk menambah kesan alaminya, lantai masjid tidaklah dibuat menghampar hingga bagian bawah dindingnya melainkan disisakan sekitar setengah meter di setiap sisinya.

Gambar 2.4 Interior Masjid Al Irsyad

Sumber Pencahayaan pada siang hari di masjid ini tidak memerlukan penerangan dari pencahayaan buatan. Sinar matahari dapat masuk ke dalam ruang masjid melalui celah-celah yang ada pada dinding. Area depan dari tempat ini terdapat mihrab dan mimbar. Area mihrab tersebut sengaja di design terbuka agar pemandangan hijau di belakang mihrab dapat terlihat dengan jelas. Sebagai sutrah (penghalang) untuk tempat imam dan jamaah di belakangnya, digunakanlah sebuah batu yang berbentu bulat dengan bertuliskan lafaz Allah. Berbeda dengan design masjid lainya yang mempunyai mimbar yang terbuat dari kayu dengan beragam ukiran sebagai ornamennya, mimbar pada masjid ini terlihat cukup sederhana namun cukup serasi dengan tampilan interior masjid ini.

(12)

Gambar 2.5. Mimbar di dalam Masjid Al Irsyad

Jika dilihat dari view atas, lanskap Masjid Al Irsyad berbentuk garis-garis radial melingkar yang mengelilingi bangunan masjid. Hal ini dirancang oleh Ridwan Kamil yang merupakan arsitek dari bangunan masjid ini karena terinspirasi dari konsep tawaf di Mekkah yang mengelilingi Kabbah. Kesederhanaan itu indah dan jika diwujudkan dalam bentuk bangunan masjid bisa ditampilkan dengan berbagai gaya.

Gambar 2.6 Lanskap pada area luar Masjid Al Irsyad Tabel 2.2.Kajian karakteristik Arsitektur kontemporer di Masjid Al-irsyad

Variabel Indikator Tolak ukur Masjid al-irsyad

Ideologi Popular and pluralist.

Gagasan yang luas dan umum serta tidak terikat terhadap teori tertentu, tetapi memiliki fleksibilitas yang banyak ragam. Sehingga lebih baik dari pada gagasan tunggal.

Ide atau gagasan bangunan ini sangat fleksibel dan kekinian karena tidak seperti bangunan masjid pada umumnya. Gagasan tersebut dapat terlihat pada bentuk bangunan dan pengolahan tapak yang dinamis.

(13)

Semiotic form Penampilan dan gaya bangunan mudah dimengerti, Karena bentuk–bentuk yang tercipta menyiratkan makna, tujuan dan maksud tertentu.

Bentuk bangunan ini berwujud seperti kubus besar layaknya bentuk bangunan Kabah di Masjidil Haram, Arab Saudi.

Architect, as representative and activist.

Arsitek berperan secara aktif dalam perancangan dan juga berlaku sebagai wakil penerjemah dari keinginan klien

Masjid ini diarsiteki oleh Ridwan Kamil yang berperan mulai dari perencanaan sampai dengan pembangunan.

Piecemal Penerapan unsur–unsur dasar yang akan diterapkan secara sebagian saja dan tidak menyeluruh. Unsur–unsur dasar seperti: sejarah, arsitektur vernacular dan lokasi perancangan.

Menampilkan identitas keislaman melalui kalimat syahadat raksasa. Kalimat ini ditampilkannya melalui susunan bata pembentuk dinding masjid.

Gaya/Ragam Hybrid Expression

Penampilan bangunan yang merupakan hasil gabungan unsur– unsur kontemporer dengan unsur arsitektur lainya.

Bangunan ini menampilkan bentukan unsur modern yang terlihat pada bentukan dasar yang berbentuk kubus dan unsur metaphorical yang menyerupai bentukan kabah

Conventional and Abstract Form

Merupakan penampilan bangunan yang menampilkan bentuk konvensional dan bentuk-bentuk yang rumit (popular), sehingga mudah dimengerti maksud dan tujuannya.

Menampilkan bentuk konvensional yaitu bentukan kubus dan bentuk-bentuk yang rumit (repitisi entrance), sehingga secara visual terlihat seperti kabah.

Pro-Historical reference

Merupakan penampilan bangunan yang menunjukkan nilai-nilai sejarah pada rancangan agar menegaskan ciri-ciri bangunan.

Tidak Menampilkan nilai-nilai sejarah pada rancangan agar menegaskan ciri-ciri bangunan.

Pro-metaphor Merupakan Hasil pengisian bentuk–bentuk tertentu dan akan diterapkan pada desain bangunan sehingga orang dapat dengan mudah menangkap arti dan fungsi bangunan.

Bentuk bangunan ini berwujud seperti kubus besar layaknya bentuk bangunan Kabah di Masjidil Haram, Arab Saudi. Menampilkan identitas keislaman melalui kalimat syahadat raksasa. Kalimat ini ditampilkannya melalui susunan bata pembentuk dinding masjid. Ide Desain Contextual

Urbanism

Merupakan suatu kebutuhan akan fasilitas yang berhunbungan

Masjid berlokasi di komplek perumahan mewah di padalarang dan juga berada di

(14)

lingkungan perkotaan. masjid ini sangat penting sebagai tempat ibadah di wilayah tersebut.

Functional Mixing

Gabungan beberapa fungsi bangunan yang menjadi tuntutan awal dalam perancangan suatu karya arsitektur.

Hanya memiliki satu fungsi saja yaitu sebagai tempat ibadah.

Skew Space and Extensions

merupakan penampilan serta Pengembangan rancangan yang asimetris-dinamis.

lanskap Masjid Al Irsyad berbentuk garis-garis radial melingkar yang mengelilingi bangunan masjid. Hal ini dirancang oleh Ridwan Kamil yang merupakan arsitek dari bangunan masjid ini karena terinspirasi dari konsep tawaf di Mekkah yang mengelilingi Kabbah. Kesederhanaan itu indah dan jika diwujudkan dalam bentuk bangunan masjid bisa ditampilkan dengan berbagai gaya.

Hi-tech penampilan bangunan yang menggunakan elemen- eleman structur sangat dominan dengan penggunaan material bangunan dari era modern seperti kaca, beton , dan baja yang di ekspose, serta pemilihan warna- warna yang menunjukkan suatu arsitektur teknologi canggih.

Penampilan yang unik lainya adalah tampilan interior. Ruang sholat masjid di design secara terbuka dan tidak memiliki kolom atau pilar di tengah ruangan untuk menopang atap sehingga terasa begitu luas bagi pengunjung. Hanya empat sisi dinding yang menjadi pembatas sekaligus penopang atapnya. Pencahayan pada Interior didalam masjid,didesign lampu penerangan yang berjumlah 99 buah. 99 buah lampu di dalam masjid ini diambil dari jumlah nama-nama suci Allah, yang oleh umat muslim dikenal Asmaul Husna. Dinding masjid ini dibuat dari susunan batu alam yang membentuk kalimat syahadat dan dapat juga berfungsi sebagai ventilasi

(15)

2.5.2 Masjid Raya Padang (Sumatera Barat)

Arsitektur Masjid Raya Padang menggunakan rancangan yanng di design oleh arsitek Rizal Muslimin yanf merupakan pemenang sayembara desain yang diikuti oleh 323 arsitek dari berbagai negara pada 2007. Sistem Konstruksi bangunan direncanakan sebagai upya untuk menyikapi kondisi geografis Sumatera Barat yang sering diguncang gempa berkekuatan besar. Kompleks Masjid ini akan dilengkapi pelataran, taman, menara, ruang serbaguna, fasilitas komersial, dan bangunan pendukung untuk kegiatan pendidikan. Masjid Raya Padang ini akan menampilkan arsitektur modern yang tak identik dengan kubah. Atap Masjid ini menggambarkan bentuk kain yang digunakan untuk mengusung batu Hajar Aswad. Ketika empat kabilah suku Quraisy di Mekkah berselisih pendapat mengenai siapa yang berhak memindahkan batu Hajar Aswad ke tempat semula setelah renovasi Kakbah, Nabi Muhammad memutuskan meletakkan batu Hajar Aswad di atas selembar kain sehingga dapat diusung bersama oleh perwakilan dari setiap kabilah dengan memegang masing-masing sudut kain. Perencanaan Ruang utama yang digunakan sebagai tempat shalat di lantai 2 adalah ruang Komunal. Lantai 2 yang mempunyai elevasi tujuh meter dapat diakses langsung melalui ram dan terdpat teras terbuka yang melandai ke jalan. Dengan luasan 4.430m2, lantai dua diperkirakan dapat menampung 5.000-6.000 jemaah. lantai tiga berupa merupakan lantai mezanin berbentuk leter U memiliki luasan 1.832m2 . Konstruksi rangka atap menggunakan pipa baja.

(16)

Gambar 2.7 Suasana Masjid Raya Sumatera Barat

Ruang utama memiliki interior yang indah dan unik secara visual. Bentukan bagian mihrab didesign menyerupai bentuk batu Hajar Aswad dengan atap yang terdapat ukiran nama-nama Asmahul Husna yang berwarna emas dengan latar putih. Karpet permadani yang digunakan untuk sajadah ini merupakan hadiah kiriman dari pemerintah Turki.

Gambar 2.8 Interior Masjid Raya Sumatera Barat

Masjid Raya sumatera barat tidak menggunkan kubah seperti masjid pada umunya melainkan atap khas rumah Minangkabau. Masyarakat Sumatera Barat terkenal dengan pepatah Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, yang artinya adat bersendikan kepada agama, dan agama bersendikan kitabullah (Al-Quran). Hal itu yang tercemin dalam Masjid Raya Sumatera Barat ini. Sebenarnya, atap masjid ini menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan empat kabilah suku Quraisy saat berselisih pendapat mengenai pemindahan batu Hajar Aswad di Mekkah. Bila dipahami secara seksama, keempat sudut dari atap masjid ini berbentuk gonjong yang seperti yang terdapat pada rumah adat Minangkabau.

(17)

Gambar 2.9.Suasana Lanscape Masjid Raya Sumatera Barat

Dinding masjid ini berbentuk design ukiran tempat Al-Quran dengan 4 sudut yang mengandung arti dalam budaya Minangkabau sebagai tau di nan ampek, yakni Al-Quran, Injil, Taurat dan Zabur. Tersirat juga makna adat nan ampek, yaitu adat nan subana adat, adat nan diadatkan, adat nan taradat dan adat istiadat. Eksterior Masjid Raya Sumatera Barat ini juga terdapat ukiran yang menampilkan kaligrafi dan motif kain songket khas Minangkabau. Bentuk dinding masjid ini yang memiliki ukiran segitiga yang didalamnya terdapat 6 sudut ini sebenarnya memiliki filosofi yaitu tiga tungku sajarangan, tiga tali sapilin (ulama, ninik mamak, cadiak pandai) yang harus memegang teguh rukun iman sebagai pengikat seluruh elemen yang ada ditengah-tengah masyarakat.

Gambar 2.10. Selubung bangunan masjid raya sumatera barat Tabel 2.3.Kajian karakteristik Arsitektur kontemporer di Masjid Raya Sumatera Barat

Variabel Indikator Tolak ukur Masjid al-irsyad

Ideologi Popular and pluralist.

Gagasan yang luas dan umum serta tidak terikat terhadap teori tertentu, tetapi memiliki fleksibilitas yang banyak ragam. Sehingga lebih baik dari pada gagasan tunggal.

Ide atau gagasan bangunan ini sangat fleksibel dan kekinian karena tidak seperti bangunan masjid pada umumnya. Gagasan tersebut dapat terlihat pada bentuk bangunan dan pengolahan tapak yang dinamis.

(18)

Semiotic form Penampilan dan gaya bangunan mudah dimengerti, Karena bentuk–bentuk yang tercipta menyiratkan makna, tujuan dan maksud tertentu.

Masjid Raya Sumatera Barat ini menggambarkan bentuk kain yang digunakan oleh 4 kabilah suku Quraisy saat berselisih pendapat mengenai pemindahan batu Hajar Aswad di Mekkah.

Architect, as representative and activist.

Arsitek berperan aktif dalam perancangan dan juga berlaku sebagai wakil penerjemah dari keinginan klien

Arsitektur Masjid Raya Sumatera Barat menggunakan design yang dilakukan oleh arsitek Rizal Muslimin, pemenang sayembara desain yang diikuti oleh 323 arsitek dari berbagai negara pada tahun 2007.

Piecemal Penerapan unsur–unsur dasar yang diterapkan sebagian saja dan tidak menyeluruh. Unsur– unsur dasar seperti: sejarah, arsitektur vernacular dan lokasi perancangan.

Selubung Bangunan masjid ini berbentuk ukiran tempat Al-Quran dengan 4 sudut yang mempunyai arti dalam budaya Minangkabau sebagai tau di nan ampek, yakni Al-Quran, Injil, Taurat dan Zabur. Tersirat juga makna adat nan ampek, yaitu adat nan subana adat, adat nan diadatkan, adat nan taradat dan adat istiadat. Bagian eksterior Masjid Raya ini juga terdapat ukiran yang menampilkan kaligrafi dan motif kain songket khas Minangkabau..

Gaya/Ragam Hybrid Expression

Penampilan bangunan yang merupakan hasil gabungan unsur–unsur kontemporer dengan unsur arsitektur lainya.

Selubung Bangunan masjid ini berbentuk ukiran tempat Al-Quran dengan 4 sudut yang mempunyai arti dalam budaya Minangkabau sebagai tau di nan ampek, yakni Al-Quran, Injil, Taurat dan Zabur. Tersirat juga makna adat nan ampek, yaitu adat nan subana adat, adat nan diadatkan, adat nan taradat dan adat istiadat. Bagian eksterior.

Masjid Raya Sumatera Barat ini menggambarkan bentuk kain yang digunakan oleh 4 kabilah suku Quraisy saat berselisih pendapat mengenai pemindahan batu Hajar Aswad di Mekkah.

Conventional and Abstract Form

Merupakan penampilan bangunan yang menampilkan bentuk konvensional dan

Masjid Raya ini tidak menggunakan kubah melainkan ratap khas rumah Minangkabau. Masyarakat Sumatera

(19)

bentuk-bentuk yang rumit (popular), sehingga mudah dimengerti maksud dan tujuannya.

Barat terkenal dengan pepatah Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, yang artinya adat bersendikan kepada agama, dan agama bersendikan kitabullah (Al-Quran).

Pro-Historical reference

Merupakan penampilan bangunan yang menunjukkan nilai-nilai sejarah pada rancangan agar menegaskan ciri-ciri bangunan.

Bangunan Mesjid Raya (baru) di jalan khatib Sulaiman yang mengambil unsur atap sebagai badan bangunan mesjid ( usaha untuk mendamaikan unsur adat dengan agama.

Pro-metaphor Merupakan Hasil pengisian bentuk–bentuk tertentu dan akan diterapkan pada desain bangunan sehingga orang dapat dengan mudah menangkap arti dan fungsi bangunan.

Masjid ini menyerupai bentuk bentangan kain yang digunakan oleh empat kabilah suku Quraisy pada saat berselisih pendapat mengenai pemindahan batu Hajar Aswad di Mekkah.

Ide Desain Contextual Urbanism

Merupakan suatu kebutuhan akan fasilitas yang berhunbungan langsung dengan suatu lingkungan perkotaan.

Lokasi Masjid ini berada di tempat yang cukup stategis, karena berada di jantung ibu kota. Tepatnya, di persimpangan antara Jalan Khatib Sulaiman dan Jalan KH Ahmad Dahlan, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang.

Functional Mixing

Gabungan beberapa fungsi bangunan yang menjadi tuntutan awal dalam perancangan suatu karya arsitektur.

Menurut Master plan yang telah direncanakan di kawasan Masjid Raya Sumatera Barat ini juga akan disediakan Islamic Center, ruang serbaguna dan fasilitas lainnya.

Skew Space and Extensions

merupakan penampilan serta Pengembangan rancangan yang asimetris-dinamis.

Tidak Menerapkan Pengembangan rancangan yang asimetris-dinamis.

(20)

Hi-tech penampilan bangunan yang menggunakan elemen- elemen structur sangat dominan dengan penggunaan material bangunan dari era modern seperti kaca, beton , dan baja yang di ekspose, serta pemilihan warna- warna yang menunjukkan suatu arsitektur teknologi canggih.

Konstruksi rangka atap menggunakan pipa baja. Gaya vertikal beban atap didistribusikan oleh empat kolom beton miring setinggi 47 meter dan dua balok beton lengkung yang mempertemukan kolom beton miring secara diagonal. Setiap kolom miring ditancapkan ke dalam tanah dengan kedalaman 21 meter, memiliki pondasi tiang bor sebanyak 24 titik dengan diameter 80 centimeter. Bagian eksterior Masjid ini juga terdapat ukiran yang menampilkan kaligrafi dan motif kain songket khas Minangkabau.

2.6 Hipotesis

Design masjid ontowiryo sudah menerapkan prinsip karakteristik arsitektur kontemporer jika di lihat secara visual dan di analisa dengan menggunakan 3 variabel pembentuk karakterisitik arsitektur kontemporer yaitu Ideologi (Popular and pluralist,Semiotic form, Architect as representative and activist. Piecemal). Ragam dan Gaya (Hybrid Expression, Conventional and Abstract Form, Pro-Historical reference Pro-metaphor) dan Ide Desain (Contextual Urbanism, Functional Mixing, Skew Space and Extensions,Hi-Tech).

Gambar

Tabel 2.1 Identifikasi Bangunan Masjid di Indonesia
Gambar 2.3 Koridor Masjid Al-Irsyad
Gambar 2.4 Interior Masjid Al Irsyad
Gambar 2.6 Lanskap pada area luar Masjid Al Irsyad  Tabel 2.2.Kajian karakteristik Arsitektur kontemporer di Masjid Al-irsyad
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bila seluruh LogBook SIM - Elektronik telah terisi untuk seluruh RT yang dilakukan pendataan dalam satu kelurahan, maka Tim Faskel dapat melakukan proses konsolidasi data dengan

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

Dalam hal ini menjadi sebuah tantangan bagi produsen dan pemasar Toyota Kijang untuk tidak hanya menjual sebuah merek, namun juga harus mampu untuk menawarkan dan menunjukkan

Setiap orang pada dasarnya mempunyai harapan-harapan akan perkembangan dirinya di masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal tersebut biasanya timbul pertanyaan

Animasi, atau lebih akrab disebut dengan film animasi, adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak (Anonim, 2007).

(2) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memberikan informasi dan/atau melaporkan adanya tindak kekerasan, upaya perdagangan, dan eksploitasi

PCA = pelvic caudal space, diukur mulai dari bagian pangkal belakang sirip perut tengah sampai bagian pangkal depan ekor bawah (Gambar 2).. VCL = vent caudal

Dan semakin tidak bisa kita pahami, meskipun katanya saat ini pertumbuhan ekonomi trennya menurun, tetapi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di 5 (lima) besar