• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kosmetik

Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/MenKes/Per/X/1976 tanggal 6 september 1976 menyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat (Wasitaatmadja, 1997).

2.1.1. Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit 1. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic)

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di dalamnya:

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya: sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mosturizer), misalnya: mosturizer cream, night cream, anti wrinkel cream.

(2)

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya: sunscreen cream, sunscreen foundation dan sun block cream/lotion.

d. Kosmetik untuk menipiskan kulit (peeling), misalnya: scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengamplas (abrasiver).

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confident). Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar (Tranggono, 2007).

2.1.2. Kosmetik Dekoratif

Kosmetik dekoratif hanya melekat pada alat tubuh yang dirias dan tidak bermaksud untuk diserap kedalam kulit serta merubah secara permanen kekurangan (cacat) yang ada. Dengan demikian kosmetik dekoratif akan terdiri atas bahan dasar dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum (Wasitaatmadja, 1997).

Kekhasan kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan semata-mata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu menambah kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak kulit (Tranggono, 2007).

(3)

2.1.2.1 Pembagian Kosmetik Dekoratif

Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu :

1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow, dan lain-lain.

2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting rambut (Tranggono, 2007).

2.1.3. Zat Pewarna dalam kosmetik

Zat warna telah dikenal manusia sejak 2500 tahun sebelum masehi, zat warna pada masa itu digunakan oleh masyarakat China, India dan Mesir, mereka membuat zat warna alam dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, binatang dan mineral untuk mewarnai serat, benang dan kain. Peningkatan mutu sumber daya manusia dan teknologi saat ini menjadikan zat warna kian berkembang dengan pesat. Keterbatasan zat warna alam membuat industri tekstil menggunakan zat warna buatan (sintetik) sebagai pewarna bahan tekstil, karena zat warna sintetik lebih banyak memiliki warna, tahan luntur dan mudah cara pemakaiannya ketimbang zat warna alam yang kian sulit diperoleh (Zainuddin,2012).

Zat warna yang sudah lama dikenal dan digunakan, misalnya daun pandan atau daun sirsak untuk warna hijau dan kunyit untuk warna kuning. Kini dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologitelah ditemukan zat warna sintetis, karena penggunaanya lebih praktis dan harganya lebih murah (Cahyadi, 2008).

(4)

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.12.10.12459 Tahun 2010 tentang Persyaratan Teknis Kosmetika, zat pewarna adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk memberi dan/atau memperbaiki warna pada kosmetika.

Zat warna dapat digolongkan menjadi 4 jenis yaitu :

1. Berdasarkan asalnya dibagi menjadi dua yaitu zat warna alam dan zat warna sintetis.

2. Berdasarkan penyusunannya dibagi menjadi dua yaitu zat warna pigmen dan lakes.

3. Berdasarkan kelarutannya dibagi menjadi dua yaitu zat warna larut dalam pelarut lemak/minyak dan zat warna larut dalam air.

4. Berdasarkan sifat keasamannya dibagi menjadi dua yaitu zat warna bersifat asam dan zat warna bersifat basa (Sardjimah, 1996).

Adapun jenis-jenis zat pewarna yang terdapat dalam kosmetik adalah : a. Zat warna alam yang larut

Zat warna jenis ini sebenarnya lebih aman bagi kulit, namun pada produk-produk kosmetik saat ini, zat warna alam sudah jarang digunakan. Zat warna alam larut ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu kekuatan pewarnanya relatif lemah, tidak tahan lama dan relatif mahal. Beberapa contoh zat warna alam yang larut yaitu alkalain, carmine, ekstrak klorofil daun-daun hijau, henna, carrotene, dan lain-lain.

(5)

b. Zat warna sintetis yang larut

Zat warna sintetis adalah zat warna yang dihasilkan melalui proses sintetis senyawa kimia tertentu. Adapun sifat-sifat zat warna sintetis antara lain : 1) Intensitas warnanya sangat kuat, sehingga dalam jumlah sedikit sudah

memberikan corak warna yang kuat.

2) Larut dalam air, minyak, alkohol, atau salah satu darinya.

3) Daya lekat terhadap rambut, kulit, dan kuku berbeda-beda. Zat warna untuk rambut dan kuku biasanya daya rekatnya lebih kuat dari pada zat warna untuk kulit.

4) Beberapa bersifat toksik, sehingga perlu hati-hati menggunakan produk kosmetik yang mengandung zat warna jenis ini (Mulyawan, 2013).

c. Pigmen-pigmen alam

Alam memiliki pigmen-pigmen alam yang sudah umum digunakan dalam kosmetik. Pigmen-pigmen alam itu adalah pigmen warna yang terdapat pada tanah, contohnya aluminium silikat. Gradasi warna yang terdapat pada aluminium silikat sangat dipengaruhi oleh kandungan besi oksida atau mangan oksidanya, misalnya: kuning, cokelat, cokelat tua, merah bata dan sebagainya. Keunggulan pigmen-pigmen alam sebagai zat pewarna adalah zat warna ini murni dan sama sekali tidak berbahaya. Sementara kelemahannya yaitu warna yang dihasilkan tidak seragam. Sangat bergantung pada sumber asalnya dan tingkat pemanasannya. Pigmen-pigmen ini pada pemanasan yang kuat menghasilkan pigmen-pigmen baru.

(6)

d. Pigmen-pigmen sintetis

Warna yang dihasilkan dari pigmen sintetis lebih terang dan cerah. Pigmen – pigmen sintetis yang digunakan dalam industri kosmetik misalnya: besi oksida sintetis yang menghasilkan warna sintetis (kuning, coklat, merah dan warna violet), zinc oxide dan titanium oxide (pigmen sintetis putih), bismuth oxychloride untuk warna putih mutiara, cobalt hijau untuk pigmen hijau yang kebiruan, cadmium sulfide dan prussian blue.

Penentuan mutu suatu bahan dapat diamati dengan warna. Warna hasil produksi suatu bahan sangat berpengaruh bagi pemakainya. Sebagai contoh, warna suatu kosmetika sangat berperan secara psikologis bagi pemakainya sebagai pembentuk kecantikan. Adapun maksud dan tujuan pemberian warna pada suatu bahan, baik obat maupun kosmetika bahkan makanan adalah supaya bahan atau hasil produksi itu menarik bagi pemakainya, menghindari adanya pemalsuan terhadap hasil suatu pabrik dan menjaga keseragaman hasil suatu pabrik (Sudarmadji, 2003).

Di negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna. Zat pewarna yang diizinkan penggunannya disebut permitted color atau certified color. Zat warna yang akan digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur penggunaannya yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi dan analisis media terhadap zat warna tersebut (Yuliarti, 2007).

(7)

Tabel 2.1. Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia.

Pewarna Nomor Indeks

Warna (C.I.No)

Batas Maksimum Penggunaan Amaran Amaranth : CI Food Red 9 16185 Secukupnya Biru Berlian Brilliant blue FCF: CI 42090 Secukupnya Eritrosin Food red 2 Erithrosin : CI 45430 Secukupnya Hijau FCF Food red 14 Fast green FCF :

CI 42053 Secukupnya Hijau S Green FCF : CI Food Green 3 Green S : Cl.Food 44090 Secukupnya Indigotin Green 4 Indigo : CI.Food 73015 Secukupnya Ponceau 4R Blue I Ponceau 4R:CI 16255 Secukupnya

Kuning Food red 7 74005 Secukupnya

Kuinelin Quieneline yellow CI.Food yellow 13

15980 Secukupnya Kuning CFC Sunset yellow FCF

CI.Food yellow 3

- Secukupnya

Riboflavina Riboflavina 19140 Secukupnya

Tartrazine Tartrazine Secukupnya

Sumber : Peraturan Menkes RI, Nomor 722/Menkes/Per/IX/88

Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun.Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadang-kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam proses akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,0004 % dan timbal tidak boleh lebih dari 0,0001,sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada (Cahyadi, 2009).

(8)

Tabel 2.2. Zat Warna Tertentu yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya Dalam Obat, Makanan dan Kosmetika.

Nama Nomor Indeks Warna

(C.I.No) Jingga K1 (C.I. Pigment Orange 5,D&C Orange No. 17) 12075 Merah K3 (C. I Pigment Red 53,D&C Red No. 8) 15585 Merah K4 (C. I. Pigment Red 53 : 1,D&C Red No. 9) 15585 : 1 Merah K10 (Rhodamine B, D&C Red No. 9,C.I. Food

Red 15)

45170

Merah K11 45170:1

Sumber : Kep Dirjen POM 00386/C/SK/II/90

2.2. Logam Berat dalam Kosmetika

Logam berat yang terkandung dalam kosmetik umumnya merupakan zat pengotor (impuritis) pada bahan dasar pembuatan kosmetik. Pada umumnya, logam berat dapat dijumpai di alam seperti terkandung di dalam tanah, air, dan batuan. Bahan-bahan alam tersebut digunakan sebagai bahan dasar atau pigmen dalam industri kosmetik. Kandungan logam berat dalam kadar yang berlebih dalam kosmetik baik yang ditambahkan dengan sengaja ataupun tidak sengaja sangat tidak dibenarkan karena logam berat tersebut akan kontak dengan kulit secara berulang dan apabila terabsorbsi, logam berat akan masuk ke dalam darah dan menyerang organ-organ tubuh sehingga menimbulkan gangguan kesehatan. Adanya risiko logam berat ini tertelan (kontaminasi dari tangan) atau terhirup memungkinkan timbulnya gangguan kesehatan lainnya. Logam berat yang perlu diwaspadai sering terkandung dalam kosmetik diantaranya adalah timbal, arsen, kadmium, dan merkuri (BPOM RI, 2011).

(9)

2.2.1. Timbal

Timbal secara alami terdapat di kerak bumi. Timbal dapat berada di lingkungan akibat proses alami (misal: erosi) ataupun kegiatan industri manusia (misal: pengeboran minyak atau akibat penambangan emas). Timbal kemudian digunakan sebagai bahan pembuatan batu baterai, solder, pipa, produk perunggu, pigmen pada cat, dan peralatan militer. Pada kosmetik, timbal sering ditemukan pada lipstik, eye shadow, dan eye liner. Kandungan timbal dalam kosmetik dapat diakibatkan oleh kontaminasi dari bahan baku yang digunakan atau penggunaan pigmen yang mengandung timbal. Timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, tertelan atau kontak dengan mata kemudian masuk ke dalam peredaran darah dan terakumulasi dalam jaringan, terutama tulang. Selain itu, timbal juga dapat terakumulasi di hati, ginjal, pankreas, dan paru-paru.

Di dalam tubuh, timbal merupakan neurotoksin yang terbukti dapat menyebabkan tingkat IQ rendah dan menimbulkan masalah perilaku seperti meningkatnya agresivitas. Bayi, balita, anak-anak, janin, dan ibu hamil merupakan kelompok yang paling rentan mengalami keracunan timbal akibat paparan kronis rendah. Timbal sangat mudah menembus plasenta dan dapat ditransfer melalui air susu ibu (ASI). Pada paparan kronis tingkat rendah, timbal dapat mempengaruhi ginjal, sistem kardiovaskuler, darah, sistem kekebalan tubuh, serta sistem saraf pusat dan perifer. Pada paparan kronis tingkat tinggi, timbal dapat menyebabkan keguguran, perubahan hormon, mengurangi kesuburan pada pria dan wanita, gangguan menstruasi, menurunnya daya ingat, serta gangguan pada saraf,

(10)

persendian, otot, jantung, dan ginjal. Waktu paruh timbal di dalam tubuh adalah dua sampai enam minggu, namun dibutuhkan waktu 25 sampai 30 tahun untuk menghilangkan separuh kandungan timbal yang tersisa dalam tubuh (BPOM RI, 2011).

2.2.2. Merkuri

Merkuri merupakan unsur yang relatif terkonsentrasi pada daerah vulkanik dan daerah endapan mineral dari bijih logam berat. Pada umumnya merkuri digunakan sebagai fungisida dan pada beberapa industri termasuk pada proses penambangan emas. Merkuri seringkali disalahgunakan dalam kosmetik, terutama pada krim pemutih dan bedak. Pemakaian kosmetik yang mengandung merkuri dapat menimbulkan iritasi kulit, bintik-bintik hitam, penipisan kulit, dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker kulit. Merkuri pada kosmetik ini dapat diserap oleh kulit dan diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Efek toksisitas merkuri terutama pada organ ginjal dan susunan saraf pusat. Merkuri di dalam darah akan mengendap di dalam ginjal yang mengakibatkan gagal ginjal. Merkuri juga akan menyerang sistem saraf pusat sehingga menimbulkan gangguan sistem saraf seperti tremor, insomnia, pikun, gangguan penglihatan, ataksia (gerakan tangan tidak normal), gangguan emosi, dan depresi (BPOM RI, 2011).

Merkuri tergolong bahan teratogenik atau bahan yang dapat menimbulkan kerusakan pada janin dan gangguan pertumbuhan bayi. Merkuri yang terdapat dalam tubuh ibu yang sedang hamil dapat mengalir ke janin yang dikandungnya dan terakumulasi sehingga mengakibatkan gangguan pada janin bahkan dapat

(11)

menyebabkan keguguran. Merkuri juga dapat masuk ke tubuh anak melalui ASI, sehingga mengakibatkan kerusakan otak, retardasi mental, kebutaan, dan bisu, selain itu dapat juga terjadi gangguan pencernaan dan gangguan ginjal (BPOM RI, 2011). 2.2.3. Kadmium

Kadmium berada di lingkungan secara alami dan dapat terbentuk melalui proses alami seperti kebakaran hutan, emisi vulkanik gunung berapi, dan pelapukan tanah serta bebatuan. Sebagian besat kadmium berasal dari hasil aktivitas manusia, terutama hasil produksi logam, pembakaran bahan bakar, transportasi, dan pembuangan limbah padat dan juga limbah lumpur. Kegunaan kadmium adalah untuk membuat baterai nikel-kadmium, sebagai pigmen pada keramik glasir, polyvinyl chloride (PVC), dan plastik. Pada kosmetik, kadmium dapat ditemukan pada lip gloss, eye liner, produk krim tubuh dan rambut. Kadmium tersebut dapat diserap ke dalam tubuh melalui kontak dengan kulit yang kemudian dapat terakumulasi di ginjal dan hati. Waktu paruh kadmium di dalam tubuh adalah 10 -12 tahun setelah paparan (BPOM RI, 2011).

Paparan tingkat tinggi kadmium secara oral dapat menyebabkan iritasi perut parah yang menyebabkan muntah dan diare. Sementara itu, paparan kadmium secara berulang dalam dosis rendah dapat menyebabkan kerusakan ginjal, deformitas tulang, dan tulang mudah patah. Kadmium memberi efek signifikan pada ovarium dan saluran reproduksi morfologi bahkan dengan dosis yang sangat rendah. Paparan kadmium selama kehamilan dapat mengakibatkan bobot lahir rendah atau kelahiran

(12)

prematur. Sedangkan paparan kadmium jangka panjang secara inhalasi dapat menyebabkan kanker paru-paru dan kanker prostat pada manusia (BPOM RI, 2011). 2.2.4. Arsen

Arsen merupakan logam yang secara alami terdapat di kerak bumi dan secara alami dapat masuk ke dalam sumber air tanah. Di industri, arsen digunakan dalam berbagai produk seperti tekstil, pengawet, pigmen warna, pestisida. Selain itu, arsen dapat juga ditemukan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil, terutama batubara, dan pembuangan limbah. Arsen yang terkandung pada produk kosmetik seperti eye shadow dapat memungkinkan terjadinya penyerapan logam berat tersebut melalui kulit. Di dalam darah, arsen akan didistribusikan ke seluruh tubuh dan dapat ditemukan di hati, ginjal, paru-paru, dan limpa. Waktu paruh arsen di dalam tubuh adalah dua sampai 40 hari. Arsen cenderung terakumulasi dalam rambut, kuku, dan kulit (BPOM RI, 2011) .

Badan Internasional untuk Riset Kanker / International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan bahwa kanker termasuk kedalam senyawa karsinogenik. Paparan jangka panjang arsen dapat menimbulkan kanker kulit, penebalan atau perubahan warna kulit, penurunan produksi sel darah, kerusakan pembuluh darah, gangguan sistem kekebalan tubuh, mati rasa pada tangan dan kaki, mual dan diare. Paparan jangka panjang akibat menghirup produk yang mengandung arsen dapat gangguan kulit, peredaran darah dan gangguan saraf perifer, peningkatan risiko kanker paru-paru, saluran pencernaan dan kanker sistem kemih (BPOM RI, 2011).

(13)

2.3. Lipstik

Lipstik adalah produk kosmetik yang paling luas digunakan. Lipstik merupakan pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang (roll up) yang terbentuk dari minyak, lilin dan lemak (Wasitaatmadja,1997).

Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik ideal yang sesungguhnya diatur hingga suhu mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38oC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca di sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62oC, biasanya berkisar antara 55-75oC (Depkes RI, 1985).

Lipstik memiliki fungsi dan manfaat untuk memberikan warna indah bagi bibir sesuai yang diinginkan sehingga tampilan bibir tampak lebih cantik dan cerah. Lipstik yang baik adalah lipstik yang tidak hanya mempercantik warna bibir akan tetapi juga mampu memberikan nutrisi dan melembabkan bibir. Sehingga bibir menjadi lebih sehat dan tidak kering (Muliyawan, 2013).

2.3.1. Sejarah Lipstik

Lipstik adalah kosmetik paling provokatif. Pemulas bibir ini sanggup membangun kepercayaan diri pemakainya. Masyarakat mengenal sejak 5000 tahun silam. Lipstik mengukir sejarah panjang sejak masa prasejarah hingga mencapai bentuknya saat ini. Dalam perjalanannya, lipstik tak hanya mengambil peran penting

(14)

perwujudan kata cantik, tapi juga berbagai simbol yang penuh kontroversi (Illiyan, 2010).

Ikon kecantikan wanita pada Zamannya Cleopatra, ratu paling terkenal di Mesir yang menghancurkan kumbang merah untuk memberikan nuansa merah dibibirnya. Di Cina, para selir kaisar menekan-nekan kelopak bunga yang berwarna merah untuk memberikan kesan merah di bibir. Tradisi ini kemudian menginspirasi manusia untuk menemukan formula yang tepat untuk mempercantik diri (Muliyawan, 2013).

Pada abad ke-16, ratu Inggris Elizabeth I dan wanita-wanita di pengadilan mempercantik warrna bibir mereka dengan mengoleskan campuran sulfida merkuri merah dan cairan lilin dari lebah. Ini merupakan awal dikenalnya lipstik. Adapun lipstik yang berfungsi menebalkan warna bibir mulai dipasarkan pada tahun 1915. Pada masa keemasan islam, lipstik padat yang mengandung parfum dan bahan-bahan bermanfaat lainnya ditemukan oleh tabib Arab Andalusian dan ahli kimia Abu Al-Qasim (Muliyawan, 2013).

Ilmu kosmetik terus berkembang mendukung industri kosmetik yang mengalami kemajuan dari tahun ke tahun. Demikian dengan industri lipstik . berbagai model dan jenis lipstik ditemukan untuk menunjang penampilan wanita. Tahun 1930, Max factor memperkenalkan lip gloss kemudian disusul oleh Hazel Bishop seorang ahli kimia dari Amerika yang mengembangkan lipstik yang tidak mudah menempel, tidak berantakan, dan tahan lama pada tahun 1950 (Muliyawan, 2013).

(15)

2.3.2. Komposisi Lipstik

Bahan-bahan utama pada lipstik adalah : a. Lilin

Lilin berperan penting dalm pengerasan lipstik. Misalnya : carnauba wax, paraffin waxes, ozokerite, beewax, candellila wax, spermaceti, ceeresine. Semuanya berperan pada kekerasan lipstik.

b. Minyak

Fase minyak dalam lipstik dipilih terutama berdasarkan kemampuannya melarutkan zat-zat eosin. Misalnya : minyak castor, tetrahydrofurfuril alcohol, fatty acid alkylolamides, dihydric alcohol, beserta monoethers dan monofatty acid esternya, isopropyl myristate, isopropyl palmitate, butyl stearate, parafin oil.

c. Lemak

Misalnya : krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi (misalnya: hydrogenated castrol oil), cetyl alcohol, oleyil alcohol, lanolin. d. Acetoglycerides

Direkomendasikan untuk memperbaiki sifat thixotropik batang lipstik sehingga meskipun temperatur berfluktuasi, kepadatan lipstik konstan.

e. Zat-zat pewarna

Zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah zat warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutannya di dalam minyak. Pelarut terbaik untuk

(16)

eosin adalah castrol oil. Tetapi furfuryl alkohol beserta ester-esternya terutama stearat dan ricinoleat memiliki daya melarutkan eosin yang lebih besar. Fatty acid alkylomides, jika dipakai sebagai pelarut eosin, akan memberikan warna yang sangat intensif pada bibir.

f. Surfaktan

Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan lipstik untuk memudahkan pembahasan dan dispersi partikel-partikel pigmen warna yang padat.

g. Antioksidan h. Bahan pengawet

Bahan pewangi (fragrance) atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar (flavoring), harus mampu menutupi bau dan rasa kurang sedap dari lemak-lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang menyenangkan (Tranggono, 2007).

2.3.3. Jenis Lipstik

Berdasarkan bentuknya, lipstik dibagi dalam beberapa jenis yaitu : 1. Sherr/gloss

Lipstik jenis ini adalah lipstik yang ringan dan menciptakan efek mengkilap pada bibir. Lipstik ini bening (transparan). Ketika digunakan pada bibir, warnanya tidak terlalu menonjol, namun cenderung memberikan efek mengkilap pada warna alami bibir. Lipstik ini cocok digunakan untuk aktifitas sehari-hari.

(17)

2. Matte

Lipstik jenis ini kandungan minyaknya lebih sedikit dan mengandung pigmen yang banyak menyerap cahaya. Sehingga, ketika diaplikasikan pada bibir tidak menimbulkan kilap. Salah satu kelebihan lipstik ini adalah warnanya dapat bertahan lama di atas bibir dan tidak mudah menempel pada gelas atau sendok saat bersantap. Kekurangan lipstik ini adalah agak sulit menempel pada bibir yang kering.

3. Satin

Aplikasi lipstik jenis ini memberikan hasil antara glossy dan matte (tidak mengkilap), efek glossy yang dihasilkan tidak terlalu mengkilap, namun warna tetap keluar.

4. Cream

Lipstik jenis ini cocok digunakan di daerah yang beriklim dingin. Untuk daerah tropis seperti Indonesia menggunakan lipstik ini kurang cocok. Hasil polesan terasa lembut di bibir namun agak matte.

5. Transferproof

Lipstik jenis ini mulai banyak diminati saat ini. Sifatnya awet dan tidak mudah menempel di baju atau pipi ketika bersentuhan dengan bibir yang menggunakan lipstik ini, membuat lipstik ini lebih diminati. Sifat tahan lama pada lipstik ini muncul karena menggunakan teknologi silikon non volatil (Muliyawan, 2013).

(18)

2.3.4. Persyaratan Lipstik

Persyaratan lipstik yang dituntut oleh masyarakat antara lain : 1. Melapisi bibir secara mencukupi

2. Dapat bertahan dibibir dalam jangka waktu lama 3. Cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket 4. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir 5. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya 6. Memberikan warna yang merata pada bibir

7. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya

8. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau berbintik-bintik, atau memperlihatkan hal lain yang tidak menarik (Tranggono, 2007).

2.4. Rhodamin B

Rhodamin B adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal, berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan berwarna merah terang berfluorensi. Rhodamin B semula digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan seperti sebagai pewarna kertas dan tekstil. Rhodamin B seringkali disalahgunakan untuk pewarna pangan dan pewarna kosmetik, misalnya sirup, lipstik, pemerah pipi, dan lain-lain. Pewarna ini terbuat dari dietillaminophenol dan phatalic anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat toksik bagi manusia. Biasanya pewarna ini digunakan untuk pewarna kertas, wol, dan sutra (Djarismawati, 2004).

(19)

Rhodamin B adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang di Indonesia melalui Peraturan Menkes RI No.722/Menkes/Per/IX/88 (Hamdani,2012).

Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat

molekul sebesar 479.02 g/mol. Rhodamin B berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu kemerah – merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berfluorensi dalam larutan. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, air, HCl, dan NaOH. Rhodamin B ini biasanya dipakai dalam pewarnaan kertas, di dalam laboratorium digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th (Valen, 2012).

Gambar 2.1. Struktur Rhodamin B

Rhodamin B adalah salah satu pewarna sintetis yang tertua dan banyak digunakan sebagai aditif warna dalam kosmetik, makanan, farmasi dan juga digunakan sebagai pewarna dalam industri tekstil dan industri plastik (J.Chin, 2011).

(20)

Nama-nama lain dari rhodamin B diantaranya sebagai berikut : 1. Acid Bruliant Pink B

2. ADC Rhodamine B 3. Aizen Rhodamine BH 4. Aizen Rhodamine BHC 5. Akiriku Rhodamine B 6. Briliant Pink B 7. Calcozine Rhodamine BL 8. Calcozine Rhodamine BX 9. Calcozine Rhodamine BXP 10.Cerise Toner 11.9-(orto-Karboksifenil)-6-(dietilamino)-3H-xantin-3-ylidene]dietil ammonium klorida 12.Cerise Toner X127 13.Certiqual Rhodamine 14.Cogilor Red 321.10

15.Cosmetic Briliant Pink Bluish D conc 16.Edicol Supra Rose B

17.Elcozine rhodamine B 18.Geranium Lake N

19.Hexacol Rhodamine B Extra 20.Rheonine B

(21)

21.Symulex Magenta 22.Takaoka Rhodmine B

23.Tetraetilrhodamine (Depkes, RI, 2006)

Sifat racun yang terdapat dalam rhodamin B tidak hanya disebabkan oleh senyawa organiknya tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam rhodamin B itu sendiri, bahkan jika rhodamin B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain seperti timbal dan arsen. Dengan terkontaminasinya rhodamin B dengan kedua unsur tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya. Di dalam rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna (Hamdani, 2012).

Selain terdapat ikatan rhodamin B dengan klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan konjugasi dari rhodamin B inilah yang menyebabkan rhodamin B bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara rhodamin B dan klorin membuat adanya kesimpulan bahwa atom klorin yang ada pada rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia (Hamdani, 2012).

Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika masuk ke dalam tubuh yaitu senyawa tersebut adalah senyawa radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur, rhodamin b mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi, maka dengan demikian senyawa tersebut merupakan senyawa radikal yaitu akan berusaha

(22)

mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia (Putri, 2011). 2.4.1. Jalur Pemaparan Rhodamin B

Jalur pemaparan adalah alur masuknya zat kimia ke dalam tubuh. Jalur pemaparan ada berbagai jenis dan tipe pemaparan itu sendiri dapat mempengaruhi toksisitas zat kimia. Ada tiga jalur pokok pemaparan yaitu melalui kulit (dermal), melalui paru-paru (inhalasi) dan melalui saluran pencernaan (ingesti) (Widyastuti,2005).

Kulit merupakan jalur pemaparan yang paling umum dari suatu zat. Jika zat kimia tidak dapat menembus kulit, toksisitasnya akan bergantung pada derajat absorpsi yang berlangsung. Semakin besar absorpsinya, semakin besar kemungkinan zat tersebut untuk mengeluarkan efek toksiknya. Zat kimia lebih banyak diabsorpsi melalui kulit yang rusak atau tergores daripada melalui kulit yang utuh. Begitu menembus kulit, zat tersebut akan memasuki aliran darah dan terbawa keseluruh bagian tubuh (Widyastuti, 2005).

Rhodamin B yang masuk melalui saluran pencernaan akan mengakibatkan iritasi dan mengakibatkan gejala keracunan dengan urine yang berwarna merah maupun merah muda. Rhodamin B juga dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan mengakibatkan iritasi pada saluran pernafasan. Selain dapat masuk melalui saluran pencernaan dan pernafasan, Rhodamin B juga dapat masuk ke dalam tubuh manusia melaui kulit, Dimana jika terpapar pada bibir dapat

(23)

menyebabkan bibir akan pecah-pecah, kering, dan gatal. Bahkan, kulit bibir terkelupas (Yuliarti, 2007).

2.4.2. Efek Toksik Rhodamin B

Semua zat berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya, yang biasa disebut sebagai efek toksik atau efek yang merugikan. Biasanya, yang menentukan toksik atau tidaknya suatu zat adalah dosis atau kadar zat kimia tersebut. Efek yang merugikan dapat didefinisikan sebagai perubahan abnormal yang tidak diinginkan atau berbahaya akibat pemaparan terhadap zat kimia. Organ tubuh yang spesifik dapat menjadi sasaran zat kimia tertentu atau beberapa bagian tubuh secara bersamaan akan terpengaruh. Akibat yang ditimbulkan efek merugikan tersebut bergantung tidak hanya pada zat kimia ketika seseorang terpapar, tetapi juga tipe paparan dan derajat paparan (Widyastuti, 2005).

Zat warna rhodamin B dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan saluran pernafasan dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Efek kronis Rhodamin B dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Cahyadi, 2008).

Rhodamin B menimbulkan 2 dampak negatif bagi tubuh manusia antara lain : 1. Dampak Akut Rhodamin B

Bila terpapar akan terjadi gejala akut keracunan rhodamin B yaitu :

(24)

a. Jika tertelan melalui makanan akan mengakibatkan iritasi pada saluran pencernaan dan mengakibatkan gejala keracunan dengan air kencing yang berwarna merah ataupun merah muda.

b. Jika terhirup dapat mengakibatkan iritasi pada saluran pernapasan dengan gejala seperti batuk, sakit tenggorokan, sulit bernapas, dan sakit dada. c. Jika mengenai kulit maka kulit pun akan mengalami iritasi.

d. Jika terkena mata juga akan mengalami iritasi yang ditandai dengan mata kemerahan dan timbunan cairan atau udem pada mata.

2. Dampak Kronis Rhodamin B

Bahaya utama terhadap kesehatan pemakaian dalam waktu lama (kronis) dapat menyebabkan radang kulit dan alergi. Penggunaa makanan dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker (Yuliarti, 2007).

Iritasi kulit dan alergi kulit merupakan kondisi yang paling lazim ditemui akibat paparan terhadap kulit. Iritasi adalah kondisi pada kulit yang muncul akibat kontak berkepanjangan dengan zat kimia tertentu. Setelah beberapa waktu, kulit akan mengering, terasa nyeri, mengalami pendarahan dan pecah-pecah. Walaupun iritasi kulit umumnya terjadi setalah pemaparan terhadap suatu zat kimia, efek yang paling dikhawatirkan adalah efek sistematik. Setelah terabsorpsi melalui kulit dan memasuki sirkulasi sistemik, zat kimia dapat menjalar kemana saja di dalam tubuh dan merusak organ serta sistem tubuh. Efek kronis seperti kanker yang ditimbulkan suatu zat kimia biasanya bersifat irreversibel yaitu menetap atau bahkan meluas

(25)

walaupun paparan sudah berhenti. Efek ini dapat terlihat sampai 10 atau 20 tahun kemudian setelah paparan (Widyastuti, 2005).

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Sakamoto di Jepang tahun 1991, Efek Rhodamin B pada kosmetik adalah pada proliferasi dari fibroblas yang diamati pada kultur sistem. Rhodamin B pada takaran 25 mikrogram/ml dan diatasnya secara signifikan menyebabkan pengurangan sel setelah 72 jam dalam kultur. Studi ini menghasilkan bahwa 50 mikrogram/ml dalam Rhodamin B menyebabkan berkurangnya jumlah sel setelah 48 jam dan lebih. Studi ini juga menyarankan bahwa zat warna Rhodamin B menghambat proliferasi tanpa mengurangi penggabungan sel. Gabungan [3H] timidine dan [14C] leusin dalam fraksi asam tidak terlarut dari membran sel secara signifikan dihambat oleh 50 mikrogram/ml Rhodamin B. Rhodamin B secara signifikan mengurangi jumlah sel. Rhodamin B mengurangi jumlah sel vaskuler endothelial pada pembuluh darah sapi dan sel otot polos pada pembuluh darah hewan berkulit duri setelah 72 jam dalam kultur. Sehingga tidak berlebihan jika studi ini menyimpulkan bahwa rhodamine B menghambat proses proliferasi lipo fibroblast pada manusia (Sakamoto, 1991).

2.5. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2003).

(26)

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal /mata pelajaran (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002).

Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran (Adlany, 2010).

Dalam pengetahuan sangat mungkin terdapat dua aspek yang berbeda, antara lain:

1. Hal-hal yang diperoleh. Pengetahuan seperti ini mencakup tradisi, keterampilan, informasi, pemilkiran-pemikiran, dan akidah-akidah yang diyakini oleh seseorang dan diaplikasikan dalam semua kondisi dan dimensi penting kehidupan. Misalnya pengetahuan seseorang tentang sejarah negaranya dan pengetahuannya terhadap etika dan agama dimana pengetahuan-pengetahuan ini nantinya ia bisa aplikasikan dan menjadikannya sebagai dasar pembahasan.

2. Realitas yang terus berubah. Sangat mungkin pengetahuan itu diasumsikan sebagai suatu realitas yang senantiasa berubah dimana perolehan itu tidak pernah berakhir. Pada kondisi ini, seseorang mengetahui secara khusus perkara- perkara yang beragam, kemudian ia membandingkan perkara tersebut satu sama lain dan memberikan pandangan atasnya, dengan

(27)

demikian, ia menyiapkan dirinya untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru yang lebih global (Adlany, 2010).

2.5.1. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu : 1. Tahu

Tahu adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Paham

Paham diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan. 5. Sintesis

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

(28)

6. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003).

2.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

2. Tingkat pendidikan

Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah. 3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

4. Fasilitas

Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.

(29)

5. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

6. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2003).

2.5.3. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai satu dan jika salah diberi nilai nol. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa presentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:

N = (Sp/Sm) x 100%

Keterangan:

N = Nilai pengetahuan

Sm = Skor tertinggi maksimum Sp = Skor yang didapat

(30)

2.6. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).

Sikap (attitude) adalah kesiapan seseorang untuk bertingkah laku atau merespon sesuatu baik terhadap rangsangan positif maupun rangsangan negatif dari suatu objek rangsangan. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk berperilaku (Sarwono, 2003).

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, bersepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap dapat berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok (Rahmat, 1992).

Sikap merupakan ukuran besarnya pengaruh atas pengalaman subjektif. Anggapan yang mendasari adalah bahwa melalui pengalaman-pengalaman yang spesifik terjadi harapan-harapan, atau dengan kata lain hal-hal yang pernah dialami akan mempunyai suatu arti dan nilai tertentu (Yahya, 2000).

(31)

Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologi yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah :

1. Pengalaman Pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.

2. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari. Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaan yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya.

3. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting , seseorang yang kita harapkan persetujuannya, seseorang yang tidak ingin ingin dikecewakan atau seseorang yang berarti khusus.

(32)

4. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan sebagainya mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan kepercayaan orang lain. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lemabaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam individu.

6. Pengaruh emosi dalam individu

Kadang-kadang bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama (Azwar, 1995). Sikap mempunyai struktur yaitu sebagai berikut :

a. Komponen kognitif ; kepercayaan individu pemilik sikap

b. Komponen afektif ; perasaan yang menyangkut aspek emosional

c. Komponen konatif ; aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimilikinya (Azwar, 1995).

(33)

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2003).

2.7. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) (Notoatmodjo, 2003).

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu : 1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

(34)

2. Respon terpimpin (Guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai peringkat tiga.

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

(35)

2.8. Kerangka Konsep

Ada

Lipstik Pemeriksaan Laboratorium Rhodamin B

Tidak ada

Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pedagang Kosmetik

Gambar

Tabel  2.1. Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia.
Gambar 2.1. Struktur Rhodamin B

Referensi

Dokumen terkait

Berdiri tegak bertumpu pada kedua kaki menghadap ke net, kedua tangan diletakkan di depan dada dan telapak tangan posisi membuka. Sikap awal untuk menentukan efisiensi gerakan

Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan

Badak bercula dua dari Sumatera (Badak Sumatera) dan badak bercula satu dari Jawa (Badak Jawa) tergolong satwa yang sudah hampir punah di Indonesia.. Data menyebutkan jumlah

KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan tingkat toleransi beberapa varietas mentimun terhadap cekaman salinitas yaitu Pada tingkat salinitas sedang 5000

Perbedaan unsafe action antar shift kerja berupa bekerja dengan kecepatan yang salah juga dilandasi karena pengawasan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja hanya

Melalui wawancara, diharapkan mendapatkan hasil yang dapat melengkapi data yang di dapat dari mahasiswa.Pendekatan juga dilakukan dengan observasi, hal ini memungkinkan dapat

[r]

33 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan hasil tangkapan di lokasi penelitian pada alat tangkap bagan dan jaring insang memiliki dampak penangkapan yang lebih