• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Dalam setiap penelitian memiliki penelitian terdahulu. Kajian pustaka di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORITIS. Dalam setiap penelitian memiliki penelitian terdahulu. Kajian pustaka di"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Kajian Pustaka

Dalam setiap penelitian memiliki penelitian terdahulu. Kajian pustaka di sini sebagai pembanding antara peneliti dengan penelitian yang sebelumnya dan sebagai revisi untuk lebih baik lagi kedepannya. Di sini peneliti menggunakan 2 kajian pustaka yang berbeda, yang pertama adalah penelitian yang dibuat oleh Rokhmaloka Habsoro A. yaitu penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Gaya Kepemimipinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai”, penelitian Rokhmaloka yaitu penelitian mengenai Pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi di sebuah perusahaan dengan menggunakan metode kuantitatif dan teknik analisis regresi berganda karena memeiliki variable independen sebanyak dua, dua variable indpenden ini berpengaruh secara signifikan atau positif setelah dilakukannya uji f pada keduanya, sebanyak 68% kinerja pegawai ditunjukan oleh variable gaya kepemimpinan dan motivasi dan 32% lainnya ditunjukan oleh variable lainnya.

Penelitian kedua yang menjadi penelitian tinjauan terdahulu yaitu penelitian yang di buat oleh Muhammad Reza Rizaldi dengan penelitian berjudul “Hubungan Kredibilitas Pemimpin dengan Kinerja Pegawai””, penelitian ini meneliti tentang kredibilitas kepala bidang penataan dan pengendalian di pemerintah wilayah Kabupaten Bandung terhadap impactnya terhadap kinerja pegawai yang berada di instansi tersebut. Metode yang digunakan dalam

(2)

penelitian ini adalah metode analisis data kuantitatif dengan menggunakan analisis uji korelasi. Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah dengan menggunakan teknik total sampling, Hasil yang di peroleh dalam penelitian ini antara lain bahwa hubungan antara variabel kredibilitas terhadap variabel kinerja pegawai berada pada korelasi hubungan yang sangat kuat dimana dapat disimpulkan bahwa memang kredibilitas dari pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap kinerja dari para pegawai atau karyawannya, dan hal ini juga berlaku kebalikannya dimana ketika pemimpin dianggap kurang kredibel akan mempengaruhi turunnya kinerja dari para karyawan itu sendiri.. Berikut merupakan table dari penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai tinjauan terdahulu :

No Penelitian Penelitian

Rokhmaloka Habsoro Abdillah

Muhammad Reza Rizaldi

1 Judul “ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI” Studi pada pegawai badan kesatuan bangsa politik

dan perlindungan masyarakat provinsi jawa tengah. “HUBUNGAN KREDIBILITAS PEMIMPIN DENGAN KINERJA PEGAWAI” Studi kuantitaif mengenai

hubungan kredibilitas pemimpin dengan kinerja

pegawai di bidang penataan dan pengendalian

bangunan (P2B) pemerintah daerah kabupaten bandung.

(3)

2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data (kuantitatif) dengan menggunakan analisis regresi berganda dalam

menganalisa data hasil penemuan. Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah dengan menggunakan purposive sampling, menghasilkan 60 responden dari 106 pegawai Badan Kesbangpol dan Linmas Propinsi Jawa

Tengah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis data kuantitatif dengan menggunakan uji korelasi.

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel

adalah dengan menggunakan teknik total

sampling, dengan sampel berjumlah 31 orang.

3 Hasil Penelitian Hasil dari uji t, gaya kepemimpinan dan

motivasi kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja pegawai. Hasil secara simultan dengan

hubungan antara variabel kredibilitas terhadap variabel kinerja pegawai

berada pada korelasi hubungan yang sangat kuat

dimana dapat disimpulkan bahwa memang

(4)

uji F menunjukan bahwa semua variable

independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,680 yang menunjukan bahwa 68% variable kinerja pegawai dapat dijelaskan oleh variable

independen gaya kepemimpinan dan

motivasi kerja, sedangkan sisanya sebesar 32% dijelaskan

oleh variable lain.

kredibilitas dari pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap kinerja dari para

pegawai atau karyawannya, dan hal ini juga berlaku kebalikannya

dimana ketika pemimpin dianggap kurang kredibel

akan mempengaruhi turunnya kinerja dari para

karyawan itu sendiri.

4 Persamaan Peneliti dengan peneliti terdahulu sama-sama

menggunakan penelitian mengenai kepemimpinan, dengan

Peneliti dengan peneliti terdahulu sama-sama menggunakan penelitian mengenai kepemimpinan,

(5)

menggunakan metode analisis data (kuantitatif).

metode analisis data (kuantitatif), dan uji

korelasi.

5 Perbedaan Perbedaan yang

terdapat dalam peneliti terdahulu yaitu dari teknik analisa data, peneliti terdahulu memakain analisis regresi berganda, sedangkan peneliti menggunakan analisis korelasi.

Perbedaan yang terdapat dalam peneliti terdahulu yaitu dari teknik untuk

menentukan sampel, peneliti terdahulu memakai

teknik total sampling. Sedangkan penelitian ini

menggunakan teknik random sampling.

6 Kritikan Dalam identifikasi

masalah tidak hanya membahas masalah

kepemimpinan sehingga menjadi tidak

fokus.

Peneliti bisa meneliti tidak hanya dari aspek kredibilitas saja, tetapi dari

aspek yang lainnya juga yang ada dalam aspek kepemimpinan seperti aspek daya tarik dan aspek

(6)

2.2 Tinjauan Teori

2.2.1 Komunikasi

Kata komunikasi atau communication berasal dari kata latin yaitu communis yang berarti sama. Dalam kata lain, komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Tetapi komunikasi juga bisa diartikan sebagai berbagi pikiran, mendiskusikan makna, dan mengirimkan pesan.

Harrold Lasswell berpendapat bahwa cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?”atau siapa “Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?” (dalam buku Ilmu Komunikasi, Deddy Mulyana (2011:69).

Dari definisi diatas, penulis berpendapat bahwa ada lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu: Pertama adalah Sumber (komunikator), sumber adalah pihak yang berinisiatif atau yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber bias jadi seoran individu, kelompok, massa, atau bahkan suatu Negara sekalipun dengan kebutuhan yang bervariasi. Untuk menyampaikan suatu pesan, sumber (komunikator) harus merubah apa yang ada dalam pikirannya menjadi pesan yang berbebtuk verbal atau non-verbal yang bias dipahami oleh si penerima pesan, proses inilah yang disebut oncoding.

Kedua yaitu pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan dari sumber terhadap penerimanya.Pesan adalah seperangkat symbol verbal dan atau nonverbal yang

(7)

mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud dari sumber tadi.Simbol terpenting adalah kata-kata yang dapat mewakili bahasa, objek, gagasan dan perasaan dari sumber terhadap penerimanya.Pesan juga dapat disampaikan nonverbal yaitu melalui gerakan atau isyarat anggota tubuh.

Ketiga yaitu media atau saluran, merupakan alat yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya.Alat ini boleh jadi merujuk pada pesannya, verbal ataukan pesan nonverbal. Apda dasarnya manusia bias menggunakan alat indra nya dalam menyampaikan dan menerima suatu pesan.

Keempat yaitu penerima pesan, bias juga disebut sasasaran atau komunikate adalah orang yang menerima pesan dari sumber.Penerimaan pesan ini bisa terpengaruh oleh adanya pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola piker dan perasaan seseorang, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami.

Kelima yaitu efek, merupakan keadaan dimana penerima setelah menerima pesan yang ia dapatkan, misalnya penambahan pengetahuan, terhiburm perubahan sikap, perubahan keyakinan, perubahan prilaku dan sebagainya.

2.2.2 Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-Budaya, Semakin Efektiflah Komunikasi

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pelaku komunikasinya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Misalnya komunikasi antara penjual dan pembeli, dimana didalamnya terjadi kegaiatn tawar menawar yang akhirnya menemukan

(8)

hal yang disepakati. Sesuatu yang disepakati tersebut merupakan hasil dari komunukasi yang efektif.

Untuk itu peneliti berpendapat bahwa dalam kenyataannya, tidak pernah ada dua orang yang persis sama, meskipun mereka kembar yang dilahirkan dan di asuh dalam keluarga yang sama, diberi makanan sama dan dididik dengan cara yang sama. Namun kesamaan dalam hal-hal tertentu, misalnya agama, ras (suku), bahasa, tingka, pendidikan, atau tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya keran kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif. Kesamaaan bahasa khususnya akan membuat orang-orang yang berkomunikasi lebih mudah mencapai pengertian bersama dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memahami bahasa yang sama, begitu pula halnya dengan kesamaan ras (suku), yang dapat mempererat rasa berkomunikasi diantara keduanya yang saling berkomunikasi.

Makna suatu pesan baik verbal maupun non-verbal, pada dasarnya terikat budaya. Makna penuh suatu humor dalam bahasa daerah akan dapat ditangkap oleh penutur asli bahasa bersangkutan. Penutur asli akan tertawa terbahak-bahak mendengar humor tersebut, sementara orang-orang lain mungkin akan bengong meskipun mereka secara harfiah memahami kata-kata dalam humor tersebut. Ini bermakna bahwa budaya seseorang dapat menjadi factor utama dalam keberhasilan suatu komunikasi, dari budaya pula dapat timbul berbagai macam arti pesan yang berbeda yang ditangkap oleh banyak orang.

(9)

2.2.3 Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah), elektronik (radio, televise), atau media sosial. Berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonym, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaika secara cepat, serentak dan selintas (khusunya media elektronik). Meskipun khalayak ada kalanya menyampaikan pesan kepada lembaga(dalam bentuk saran-saran yang tertunda), proses komunikasi didominasi oleh lembaga, karena lembagalah yang menentukan agendanya, komunikasi publik dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan yang disampaikan media massa ini.

2.2.4 Komunitas

Komunitas adalah sebuah wadah dimana sekelompok orang atau banyak orang berkumpul dengan kesamaan hobi, budaya, gaya hidup, dan lain-lain. Didalam sebuah komunitas terjalin sebuah kekeluargan yang erat dengan kesamaan visi dan misi, dan kesamaan dalam hobi dengan melakukan sharing pengalaman atau pengetahuan. Didalam komunitas, komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi kelompok yang dimana pola komunikasi kelompok sendiri adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai ujuan bersama (adanya saling kebergantungan),

(10)

kelompok tersebut. Meskipun setiap anggota boleh jadi punya peran berbeda (Mulyana, 2012:82)

Pada dasarnya komunitas adalah suatu tempat bagi segerombolan orang untuk melakukan kegiatan yang dianggap sama-sama mempunyai kesamaan satu sama lain diantara anggota tersebut. Salah satunya adalah komunitas yang berdiri pada sebuah tempat ibadah, dimana didalamnya termasuk anggota/jemaah dari sebuah tempat ibadah tersebut.

2.2.5 Persepsi

Persepsi menurut Desideranto, 1976;129 dalam buku Psikologi Komunikasi Jalalludin Rakhmat, Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.Perpsepsi adalah ialah memberikan makna pada stimulus indrawi. Hubungan sensai dengan persepsi sudah sangat jelas .sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga, atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.

Dalam kehidupanya, manusia mempersepsi banyak melalui alat indra, melalui pengindraan kita mengetahui dunia. Kita tidak mempersepsikan sesuatu tanpa alat indra, kita hanya dapat mempersepsi apa yang kita lihat, dengar, cium, cicipi, atau sentuh. Akan tetapi kemampuan orang berbeda-beda dalam mengindra lingkungannya, karena merek juga berbeda-beda secara genetis, berbeda

(11)

pengalaman dan pembelajaran, atau karena sebagian alat indranya kurang berfungsi karena usia tua atau kecelakaan.

2.2.6 Persepsi dan budaya

Kehidupan bermasyarakat sudah pasti mempunyai kebudayaan yang di anutnya dari sejak mereka lahir, dimana budaya tersebut tersebut dikembangkan dan dilestarikan dalam kehidupan mereka.Meskipun pada kenyataanya pada masyarakat perkotaan budaya jauh dalam kehidupan sehari-hari, tetapi budaya tetap saja menempel pada jati diri seseorang tersebut. Dengan demikian persepsi itu terikat oleh budaya.Bagaimana kita memaknai pesan, objek, atau lingkungan bergantung pada system nilai yang kita anut dan bagaimana budaya mempengaruhinya.

Oleh karena budaya tersebut, maka persepsi seseorang atas lingkungannya bersifat subjektif. Semakin besar perbedaan budaya antara dua orang semakin besar pula perbedaan persepsi mereka terhadap realitas. Dan oleh karena tidak ada dua orang yang mempunyai nilai-nilai budaya yang persis sama, maka tidak akan pernah ada dua orang yang mempunyai persepsi yang persis sama pula. Bias dimaknai bahwa budaya mmerupakan pola persepsi dan prilaku yang dianut sekelompok orang.

Larry A. Samovar dan Richard E. Porter enam unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi persepsi kita ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, yakni :

• Kepercayaan (beliefs), nilai (values), dan sikap (attitudes) • Pandangan dunia (Worldview)

(12)

• Tabiat Manusia(Human Nature)

• Orientasi Kegiatan (activity orientation)

• Persepsi tentang diri dan orang lain (perception of self and others)

Keenam aspek tersebut saling berkaitan, kita dapat mengalami peristiwa yang sama, dan sepakat mengenai apa yang kita lihat secara fisik. Namun kita sering berbeda dalam memaknai peristiwa atau objek yang kita lihat.

2.2.7 Perhatian (Attention)

“Perhatian adalah proses mentak ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah”. Demikian definisi perhatian oleh Kenneth E. Andersen (1976: 46) dalam Buku Psikologi Komunikasi, Jalalludin Rakhmat. Dalam bukunya dijelaskan bahwa perhatian dapat terjadi bila kita memfokuskan pada satu alat indra saja, dan mengenyampingkan masukan-masukan stimulus dari alat indra yang lain.

Perhatian merupakan awal dari seseorang dapat memfokuskan alat indranya terhadap sesuatu yang dianggap sebagai perhatian, perhatian juga sekaligus menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Sesuatu yang berbeda atau sesuatu yang sesuai dan cocok dengan pikiran kita biasanya akan menjadi perhatian khusus bagi manusia yang nantinya akan di fokuskan oleh alat indera dan pada akhirnya menghasilkan persepsi.

a. Faktor Eksternal Penarik Perhatian

Pada faktor ini stimulus yang diperhatikan oleh alat indra adalah gerakan, intensitas stimulus, kebaruan dan perulangan. Gerakan adalah, seperti organisme

(13)

yang lain manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak , seperti contoh kita tertarik pada huruf-huruf yang ada pada display layar televise. Intensitas stimulus, stimulus yang lebih menonjol akan lebih menarik, satu diantara yang lebih beda, orang tinggi diantara yang pendek atau warna rambut yang terlalu cerah akan sukar lolos dari perhatian kita. Kebaruan (Novelty), sesuatu yang baru, beda dan luar biasa akan menarik perhatian kita.Orang lebih tertarik pada buku baru, handphone keluaran terbaru, dan games terbaru.Hal seperti itu yang dapat memberikan ingatan jelas dalam perhatian.Perulangan , hal-hal yang disajikan berulang-ulang dan disertai dengan variasi akan menarik perhatian.

b. Faktor Internal Pengaruh Perhatian

Dalam factor internal pengaruh perhatian di dominasi oleh, faktor biologis, sosio psikologis, dan matif sosio genesis. Biologis, dalam faktor ini masuia akan focus terhadap kaadaan sekitar termasuk dirinya, orang lapar akan fokus terhadap makanan yang akan dimakannya, anak muda seusai menonton film porno akan mudah melihat stimulus seksual disekitarnya.

Faktor-faktor psikologis, dalam keadaan spontanitas orang berfikir secara general (umum), seperti dalam contoh dimana seseorang diberikan sebuah foto yang di dalamnya terdapat banyak sekali orang yang berada di jalan yang sempit, sudah pasti orang tersebut tidak akan menjelaskan berapa banyak jumlah orang yang berada di dalam foto tersebut, tetapi akan memberikan penjelasan umum sepert terlalu banyak orang, atau jalan yang terlalu kecil.

(14)

Faktor motif sosiogenesis, sikap, kebiasaan, dan kemauan merupakan hal yang sangat memperhatikan perhatian kita. Hal ini menyangkut apa yang sering kita pikirkan seperti hal yang bersangkutan dengan hobi atau keadaan sekarang. Seperti oada contoh orang naik gunung yang akan terfokus pada batu-batuan yang ada sepanjang jalan.Menurut sebuah anekdot, dalam perjalanannya bila ingin mengetahui dari daerah mana teman anda berasal, tanyakan kepada mereka ada berapa perempatan yang telah dilalui, pasti yang kan menjawab pertanyaan tersebut adalah orang padang karena pada umumnya orang padang merupakan pedagang kaki lima. Tanyakan sudah berapa taman pagar tanaman hidup berapa yang sudah dilewati, pasti yang kan menjawab adalah orang sunda, karena orang sunda biasanya menyukai tanaman. Tanyakan pula sudah berapa tempat pemakaman yang sudah dilewati, pasti yang kan menjawab adalah orang jawa karena orang jawa menyukai hal-hal mistis. Anekdot ini menunjukan bagaimana latar belakang kebudayaan, pengalaman, dan pendidikan menentukan apa yang kita perhatikan.

c. Faktor-Faktor Fungsional Yang Menentukan Persepsi

Faktor-faktor fungsional ini berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan berasal dari hal-hal lain yang berasal dari personal seseorang. Dalam kejadiannya yang menentukan persepsi seseorang bukanlah dari bagaimana bentuk stimulus yang diterima melainkan dari bagaimana karakteristik orang yang memberikan respons pada stimulus tersebut.

(15)

Menurut Krech dan Crutchfield dalam buku Psikologi Komunikasi (2012:55) merumuskan dalil persepsi yang pertama: Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.Mereka memberikan contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang budaya terhadap persepsi. Bila orang lapar dan orang haus duduk di restoran, yang pertama akan melihat nasi dan daging, yang kedua akan melihat limun atau coca-cola. Kebutuhan biologis menyebabkan perpsepsi yang berdeda.

d. Faktor-Faktor Struktural Yang Menentukan Persepsi

Faktor struktural berasal dari sifat stimulus fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada system saraf individu. Menurut teori Gestalt dalam buku Psikologi Komunikasi (2012:57), bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya.

Penjelsan teori Gestalt di atas menyatakan bahwa jika kita memeprsepsikan sesuatu kita hanya dapat menerima stimulus yang terkandung dalam jangkauan yang umu, kita tidak dapat melihat mempersepsi sesuatu dari sifat atau hal yang lebih detail.Untuk memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapinya.

(16)

Dari prinsip persepsi teori Gestalt, lalu munculah beberapa prinsip-prinsip persepsi yang di kumukakan oleh Krech dan Crutchfield, berikut merupakan prinsip-prinsip tersebut :

• Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimulus dengan melihat teksnya. Walaupun stimulus yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimulus yang kita persepsi. • Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umunya

oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Maksudnya, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras.

• Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama.

Kebudayaan juga berperan dalam melihat kesamaan. Contohnya pada masyarakat yang mentikberatkan kekayaan, orang akan membagi masyarakat dalam dua kelompok: orang kaya dan orang miskin. Pada masyarakat yang mengutamakan pendidikan, orang mengenal dua kelompok terdidik dan tidak terdidik. Pengelompokan kultural erat kaitannya denga label; dan yang kita beri label yang sama cenderung dipersepsi sama. Dengan label “pribumi” dan “nonpribumi”, kita mengorganisasikan Cina, India, Arab, Jepang pada kelompok

(17)

yang sama. Dengan label “ekstrem”, pemerintah dapat memasukkan siapa saja yang menentang atau mempersoalkan Pancasila.

Penjelasan diatas memberikan makna bahwa kebudayaan erat kaitannya dengan cara seseorang memberikan persepsi atau mempersepsi. Kebudayaan dapat saja memberikan pengaruh pada stimulus seseorang untu merespons stimulus yang diberika dari orang lain. Kebudayaan juga memberikan hak seseorang untuk memilih stimulus mana yang akan seseroang pilih untuk direspon.

2.2.8 Kepemimpinan

Menurut R Wayne Pace dalam bukunya Komunikasi Organisasi bahwa tujuan kepemimpinan di sisi lain, adalah memebantu orang untuk menegakkan kembali, mempertahankan, dan meningkatkan motivasi mereka. Jadi dalam kata lain bahwa pemimpin mempunyai tugas membantu orang lain untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pemimpin bertindak dengan cara-cara yang memperlancar produktivitas, moral tinggi, respons yang energik, kecakapan kerja yang berkualitas, komitmen, efisiensi, sedikit kelemahan, kepuasan, kehadiran, dan kesinambungan dalam organisasi.

Konsep gaya kepemimpinan dapat menentukan bawahannya secara langsung, itu menunjukan bahwa konsep gaya kepemimpinan seseorang sangatlah penting dan berpengaruh, ada beberapa tingkat pendekatan konsep gaya kepemimpinan dalam buku R. Wayne Pace (2006:277), yaitu :

(18)

• Mengendalikan atau mengarahkan orang lain

• Memberi tantangan atau rangsangan kepada orang lain

• Menjelaskan kepada atau memberi instruksi kepada orang lain • Mendorong atau mendukung orang lain

• Memohon atau membujuk orang lain • Melibatkan atau memberdayakan orang lain • Memberi ganjaran atau memperkuat orang lain

McGregor (1976) menentukan dua perangkat asumsi atau pendapat bipolar yang cenderung dipakai oleh para pemimpin mengenai orang lain. Kedua jenis asumsi ini dinamai Teori X dan Teori Y, berikut penjelasannya:

2.2.8.1. Teori X

Asumsi teori X diturunkan dari pendapat mengenai manusia sebagai suatu mesin, yang amat memerlukan pengendalian dari luar, asumsi ringkas:

• Kebanyakan orang berpendapat bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang tidak menyenagkan dan berusaha menghindarinya.

• Kebanyakan orang lebih suka diperintahdan sering kali harus dipakai untuk melakukan pekerjaan mereka.

• Kebanyakn orang tidak ambisius, tidak ingin maju dan tidak menginginkan tanggung jawab.

• Kebanyakan orang dimotivasi terutama oleh keinginan mereka untuk memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan rasa aman.

(19)

• Kebanyakan orang harus dikendalikan dengan ketat dan tidak mampu menyelasikan masalah dalam organisasi.

Dalam asumsi ini, seorang pemimpin yang berpegang pada teori X akan menganggap orang sebagai suatu alat produksi, dimotivasikan oleh ketakutan akan hukuman atau oleh kebutuhan akan uang dan rasa aman. Pemimpin seperti ini cenderung mengawasi mereka dengan ketat, membuat dan menjalankan aturan dengan keras, dan menggunakan ancaman hukuman sebagia alat untuk memotivasi mereka.

2.2.8.2 Teori Y

Asumsi Teori Y berasal dari pendapat mengenai manusia sebagai organisme bilogis yang tumbuh, berkembang, dan melakukan pengendalian terhadap diri mereka sendiri. Asumsi ringkas:

• Kebanyakan orang berpendapat bahwa kerja adalah sesuatu yang alamiah seperti bermain. Bila pekejaan tidak menyenangkan, mungkin itu karena cara melakukan pekerjaan tersebut dalam organisasi.

• Kebanyakan orang merasa bahwa pengendalian diri sendiri amat diperlukan supaya pekerjaan dilakukan dengan baik.

• Kebanyakan orang dimotivasi terutama oleh keinginanmereka untuk diterima dilingkungan, mendapat pengakuan, dan merasa berprestasi, seperti juga akn kebutuhan mereka terhdap uang untuk emenuhi kebutuhan pokok dan rasa aman.

(20)

• Kebanyakan orang ingin menerima dan bahkan menginginkan suatu tanggung jawab bila mereka memperoleh bimbingan, pengelolaan dan dan kepemimpinan yang tepat.

• Kebanyakan orang mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara kreatif dalam organisasi.

Dalam asumsi ini, seorang pemimpin yang perpegang pada teori Y akan berasumsi bahwa tujuan perorangan dan tujuan organisasi akan berjalan selaras. Seorang pemimpin dalam asumsi ini akan bekerjasama dengan pegawai untuk mencapai tujuan organisasi, mendorong pegawai untuk berperan serta dalam proses pengambilan keputusan, dan mencoba mewujudkan peningkatan.

2.2.8.3 Model Gaya Kepemimpinan

Reddin (1967) dalam buku Komunikasi Organisasi, R. Wayne Pace (2006:283) membuat teori berdasarkan pada kisi tugas manusia yang di kemukakan Blake dan Mouton dengan menambahkan dimensi ketiga, yaitu Efektivitas. Ketiga dimensi itu didefinisikan sebagi berikut.

Orientasi-kerja.Tingkat pengarahan manajer atas usaha bawahan untuk mencapai tujuan.

Orientasi-hubugan.Tingkat hubungan pribadi anata manajer dengan abwahan, ditandai oleha adanya saling mempercayai, menghormati gagasan dam memperhatikan perasaan bawahan.

Keefektifan.Tingkat persyaratan priduksi yang dicapai manajer yang telah ditetapkan.

(21)

LEBIH EFEKTIF Eksekutif

Tugas berat, hubungan kuat, muncul sebagai motivator yang baik, yang memperlakukan setiap orang dengan cara tersendiri dan lebih suka melakukan manajemen tim.

Otokrat Lunak (Benevolent Autocrat)

Tugas berat, hubungan lemah, tampaknya mengetahui apa yang diinginkan dan tahu cara memperolehnya tanpa menimbulkan ketidaksenangan.

Pengembang (Developer)

Tugas ringan, hubungan kuat; tampaknya memeprcayai seseorang secara terselubung dan menaruh perhatian utama pada pengembangan hubungan yang selaras.

Birokrat

Tugas ringan, hubungan lemah,; tampaknya menaruh perhatian pada aturan-aturan dan prosedur demi kepentingan mereka sendiri, dank arena ingin menjaga serta mengawasi situasi dengan menggunakan aturan dan prosedur itu, mereka sering terlihat amat berhati-hati.

KURANG EFEKTIF

Pencari Kompromi (Compromiser) Tugas berat, hubungan kuat, meskipun hanya satu atau mungkin tidak ada satupun yang sesuai; muncul sebagai pembuat keputusan yang buruk dan memebiarkan tekanan amat mempengaruhinya; tampaknya lebih suka meminimalkan tekanan masalah dari pada memaksimalkan produksi jangka-panjang.

Otokrat

Tugas berat, hubungan lemah ketika perilaku seperti ini tidak sesuai; tampaknya tidak mempunyai kepercayaan kepada orang lain hanya tertarik pada tugas-tugas langsung. Pembawa Misi (Missionary)

Tugas ringan, hubungan kuat ketika prilaku seperti ini tidak sesuai; tampaknya lebih tertarik kepada manusia sebagai pribadi.

Penyendiri (deserter)

Tugas ringan, hubungan lemah ketika prilaku seperti ini tidak sesuai; tampak seperti tidak terlibat dan pasif.

(22)

Dari model gaya kepemimpinan diatas dapat diketahui bagaimana seorang pemimpim mempunyai gaya kepemiminan yang berbeda-beda. Seorang pemimpin belum tentu manganut gaya kepemimpinan yang lebih efektif, mungkin saja pemimpin tersebut menganut gaya kepemimpimnan yang kurang efektif akibat ketidaksadaran seorang pemimpin tersebut. Pada umumnya ada tiga pacuan sebagai pemimpin untuk meminimalisir kesalahan, yaitu yang pertama adalah Orientasi-kerja maksudnya adalah tingkat pengarahan manajer atas usaha bawahan untuk mencapai tujuan, bagaimana

2.2.9 Sikap

Sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja(netral) dari seseorang terhadap sesuatu. “Sesuatu” itu bisa benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelmpok.kalau yag timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka disebut sikap positif, sedangkan kalau perasaan tak senang, sikap negative. Kalau tidak timbul perasaan apa-apa, berarti sikapnya netral. (Sarlito W. Sarwono dalam Pengantar Psikologi Umum, 2012:201)

Sikap dinyatakan dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan behavioral. Kognitif adalah penilaian terhadap objek sikap (bagus, tidak bagus), Afektif adalah perasaan yang timbul (senang, tak senang), dan behavior adalah prilaku yang mengikuti perasan itu (mendekat, menghindar).

(23)

Dalam penelitian ini sikap merupakan hasil akhir yang ingin diketahui oleh peneliti, dimana sikap merupakan tindakan akhir yang mencerminkan pengaruh dari apa yang diterima oleh stimulus indra manusia. Sikap dalam kejadiaanya dapat berubah-ubah menyesuaikan keadaan lingkungan sekitar individu yang bersangkutan pada saat tempat dan waktu yang berbeda-beda.didalam sikap juga terdapat factor motivasi dan perasaan. Sikap tidak terdiri dari satu macam saja, melainkan bemacam-macam, sesuai dengan banyaknya objek yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan.

Contoh lain dalam kehidupan mengenai domain pada sikap adalah sebagai berikut; bagi seorang muslim, daging babi adalah haram. Kalau kepadanya dikatakan bahwa sosis yang sedang dikunyahnya adalah daging babi, maka bisa jadi akan timbul perasaan mual (afektif), dan makanan itu akan dimuntahkan (behavior), karena dia piker dia sedang makan sesuatu yang menjijikan (kognisi). Padahal kalau seandainya dia tidak mengetahui, maka ia pun tidak akan muntah.

Dari contoh diatas dapat dijelaskan bahwa sikap muncul sesudah adanya stimulus yang diterima oleh alat indera dan di terjemahkan menjadi persepsi lalu berakhir pada sikap yang menyangkut tiga domain pada sikap tersebut, yaitu efek afektif, efek kognitif, dan efek behavior.

2.2.10 Masyarakat Tionghoa

Tionghoa adalah adat istiadat yang dibuat sendiri oleh orang di Indonesia berasal dari kata zhonghua dalam dialek Hokian dilafalkan sebagai Tionghoa. Suku bangsa Tionghoa (yang biasanya di sebut China) di Indonesia adalah salah

(24)

satu etnis di Indonesia. Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien). Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa-Indonesia mayoritas berasal dari Cina selatan yang menyebut diri yang menyebutdiri mereka sebagai orang Tang, sementara orang cina utara menyebut diri mereka sebagai orang Han. Masyarakat Tionghoa di Indonesia bukan merupakan minoritas homogeny. Dari sudut kebudayaan, orang Tionghoa terbagi atas peranakan dan totok. Peranakan adalah orang Tionghoa yang sudah lama tinggal di Indonesia dan umumnya sudah berbaur. Mereka berbahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari dan bertingkah laku seperti pribumi. Totok adalah pendatang baru, umunya baru satu sampai dua generasi dan masih berbahasa Tionghoa (Suryadinata, 2002:17)

Sedangkan masyarakar sendiri adalah suatu kesatuan manusia yang berinteraksi dan bertingkah laku sesuai dengan istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dimana setiap anggota masyarakat terikat suatu rasa identitas bersama (Koentjaningrat, 1985: 60).

(25)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Kajian Pustaka

Dalam setiap penelitian memiliki penelitian terdahulu. Kajian pustaka di sini sebagai pembanding antara peneliti dengan penelitian yang sebelumnya dan sebagai revisi untuk lebih baik lagi kedepannya. Di sini peneliti menggunakan 2 kajian pustaka yang berbeda, yang pertama adalah penelitian yang dibuat oleh Rokhmaloka Habsoro A. yaitu penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Gaya Kepemimipinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai”, penelitian Rokhmaloka yaitu penelitian mengenai Pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi di sebuah perusahaan dengan menggunakan metode kuantitatif dan teknik analisis regresi berganda karena memeiliki variable independen sebanyak dua, dua variable indpenden ini berpengaruh secara signifikan atau positif setelah dilakukannya uji f pada keduanya, sebanyak 68% kinerja pegawai ditunjukan oleh variable gaya kepemimpinan dan motivasi dan 32% lainnya ditunjukan oleh variable lainnya.

Penelitian kedua yang menjadi penelitian tinjauan terdahulu yaitu penelitian yang di buat oleh Muhammad Reza Rizaldi dengan penelitian berjudul “Hubungan Kredibilitas Pemimpin dengan Kinerja Pegawai””, penelitian ini meneliti tentang kredibilitas kepala bidang penataan dan pengendalian di pemerintah wilayah Kabupaten Bandung terhadap impactnya terhadap kinerja pegawai yang berada di instansi tersebut. Metode yang digunakan dalam

(26)

penelitian ini adalah metode analisis data kuantitatif dengan menggunakan analisis uji korelasi. Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah dengan menggunakan teknik total sampling, Hasil yang di peroleh dalam penelitian ini antara lain bahwa hubungan antara variabel kredibilitas terhadap variabel kinerja pegawai berada pada korelasi hubungan yang sangat kuat dimana dapat disimpulkan bahwa memang kredibilitas dari pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap kinerja dari para pegawai atau karyawannya, dan hal ini juga berlaku kebalikannya dimana ketika pemimpin dianggap kurang kredibel akan mempengaruhi turunnya kinerja dari para karyawan itu sendiri.. Berikut merupakan table dari penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai tinjauan terdahulu :

No Penelitian Penelitian

Rokhmaloka Habsoro Abdillah

Muhammad Reza Rizaldi

1 Judul “ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI” Studi pada pegawai badan kesatuan bangsa politik

dan perlindungan masyarakat provinsi jawa tengah. “HUBUNGAN KREDIBILITAS PEMIMPIN DENGAN KINERJA PEGAWAI” Studi kuantitaif mengenai

hubungan kredibilitas pemimpin dengan kinerja

pegawai di bidang penataan dan pengendalian

bangunan (P2B) pemerintah daerah kabupaten bandung.

(27)

2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data (kuantitatif) dengan menggunakan analisis regresi berganda dalam

menganalisa data hasil penemuan. Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah dengan menggunakan purposive sampling, menghasilkan 60 responden dari 106 pegawai Badan Kesbangpol dan Linmas Propinsi Jawa

Tengah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis data kuantitatif dengan menggunakan uji korelasi.

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel

adalah dengan menggunakan teknik total

sampling, dengan sampel berjumlah 31 orang.

3 Hasil Penelitian Hasil dari uji t, gaya kepemimpinan dan

motivasi kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja pegawai. Hasil secara simultan dengan

hubungan antara variabel kredibilitas terhadap variabel kinerja pegawai

berada pada korelasi hubungan yang sangat kuat

dimana dapat disimpulkan bahwa memang

(28)

uji F menunjukan bahwa semua variable

independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,680 yang menunjukan bahwa 68% variable kinerja pegawai dapat dijelaskan oleh variable

independen gaya kepemimpinan dan

motivasi kerja, sedangkan sisanya sebesar 32% dijelaskan

oleh variable lain.

kredibilitas dari pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap kinerja dari para

pegawai atau karyawannya, dan hal ini juga berlaku kebalikannya

dimana ketika pemimpin dianggap kurang kredibel

akan mempengaruhi turunnya kinerja dari para

karyawan itu sendiri.

4 Persamaan Peneliti dengan peneliti terdahulu sama-sama

menggunakan penelitian mengenai kepemimpinan, dengan

Peneliti dengan peneliti terdahulu sama-sama menggunakan penelitian mengenai kepemimpinan,

(29)

menggunakan metode analisis data (kuantitatif).

metode analisis data (kuantitatif), dan uji

korelasi.

5 Perbedaan Perbedaan yang

terdapat dalam peneliti terdahulu yaitu dari teknik analisa data, peneliti terdahulu memakain analisis regresi berganda, sedangkan peneliti menggunakan analisis korelasi.

Perbedaan yang terdapat dalam peneliti terdahulu yaitu dari teknik untuk

menentukan sampel, peneliti terdahulu memakai

teknik total sampling. Sedangkan penelitian ini

menggunakan teknik random sampling.

6 Kritikan Dalam identifikasi

masalah tidak hanya membahas masalah

kepemimpinan sehingga menjadi tidak

fokus.

Peneliti bisa meneliti tidak hanya dari aspek kredibilitas saja, tetapi dari

aspek yang lainnya juga yang ada dalam aspek kepemimpinan seperti aspek daya tarik dan aspek

(30)

2.2 Tinjauan Teori

2.2.1 Komunikasi

Kata komunikasi atau communication berasal dari kata latin yaitu communis yang berarti sama. Dalam kata lain, komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Tetapi komunikasi juga bisa diartikan sebagai berbagi pikiran, mendiskusikan makna, dan mengirimkan pesan.

Harrold Lasswell berpendapat bahwa cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?”atau siapa “Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?” (dalam buku Ilmu Komunikasi, Deddy Mulyana (2011:69).

Dari definisi diatas, penulis berpendapat bahwa ada lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu: Pertama adalah Sumber (komunikator), sumber adalah pihak yang berinisiatif atau yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber bias jadi seoran individu, kelompok, massa, atau bahkan suatu Negara sekalipun dengan kebutuhan yang bervariasi. Untuk menyampaikan suatu pesan, sumber (komunikator) harus merubah apa yang ada dalam pikirannya menjadi pesan yang berbebtuk verbal atau non-verbal yang bias dipahami oleh si penerima pesan, proses inilah yang disebut oncoding.

Kedua yaitu pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan dari sumber terhadap penerimanya.Pesan adalah seperangkat symbol verbal dan atau nonverbal yang

(31)

mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud dari sumber tadi.Simbol terpenting adalah kata-kata yang dapat mewakili bahasa, objek, gagasan dan perasaan dari sumber terhadap penerimanya.Pesan juga dapat disampaikan nonverbal yaitu melalui gerakan atau isyarat anggota tubuh.

Ketiga yaitu media atau saluran, merupakan alat yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya.Alat ini boleh jadi merujuk pada pesannya, verbal ataukan pesan nonverbal. Apda dasarnya manusia bias menggunakan alat indra nya dalam menyampaikan dan menerima suatu pesan.

Keempat yaitu penerima pesan, bias juga disebut sasasaran atau komunikate adalah orang yang menerima pesan dari sumber.Penerimaan pesan ini bisa terpengaruh oleh adanya pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola piker dan perasaan seseorang, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami.

Kelima yaitu efek, merupakan keadaan dimana penerima setelah menerima pesan yang ia dapatkan, misalnya penambahan pengetahuan, terhiburm perubahan sikap, perubahan keyakinan, perubahan prilaku dan sebagainya.

2.2.2 Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-Budaya, Semakin Efektiflah Komunikasi

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pelaku komunikasinya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Misalnya komunikasi antara penjual dan pembeli, dimana didalamnya terjadi kegaiatn tawar menawar yang akhirnya menemukan

(32)

hal yang disepakati. Sesuatu yang disepakati tersebut merupakan hasil dari komunukasi yang efektif.

Untuk itu peneliti berpendapat bahwa dalam kenyataannya, tidak pernah ada dua orang yang persis sama, meskipun mereka kembar yang dilahirkan dan di asuh dalam keluarga yang sama, diberi makanan sama dan dididik dengan cara yang sama. Namun kesamaan dalam hal-hal tertentu, misalnya agama, ras (suku), bahasa, tingka, pendidikan, atau tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya keran kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif. Kesamaaan bahasa khususnya akan membuat orang-orang yang berkomunikasi lebih mudah mencapai pengertian bersama dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memahami bahasa yang sama, begitu pula halnya dengan kesamaan ras (suku), yang dapat mempererat rasa berkomunikasi diantara keduanya yang saling berkomunikasi.

Makna suatu pesan baik verbal maupun non-verbal, pada dasarnya terikat budaya. Makna penuh suatu humor dalam bahasa daerah akan dapat ditangkap oleh penutur asli bahasa bersangkutan. Penutur asli akan tertawa terbahak-bahak mendengar humor tersebut, sementara orang-orang lain mungkin akan bengong meskipun mereka secara harfiah memahami kata-kata dalam humor tersebut. Ini bermakna bahwa budaya seseorang dapat menjadi factor utama dalam keberhasilan suatu komunikasi, dari budaya pula dapat timbul berbagai macam arti pesan yang berbeda yang ditangkap oleh banyak orang.

(33)

2.2.3 Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah), elektronik (radio, televise), atau media sosial. Berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonym, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaika secara cepat, serentak dan selintas (khusunya media elektronik). Meskipun khalayak ada kalanya menyampaikan pesan kepada lembaga(dalam bentuk saran-saran yang tertunda), proses komunikasi didominasi oleh lembaga, karena lembagalah yang menentukan agendanya, komunikasi publik dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan yang disampaikan media massa ini.

2.2.4 Komunitas

Komunitas adalah sebuah wadah dimana sekelompok orang atau banyak orang berkumpul dengan kesamaan hobi, budaya, gaya hidup, dan lain-lain. Didalam sebuah komunitas terjalin sebuah kekeluargan yang erat dengan kesamaan visi dan misi, dan kesamaan dalam hobi dengan melakukan sharing pengalaman atau pengetahuan. Didalam komunitas, komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi kelompok yang dimana pola komunikasi kelompok sendiri adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai ujuan bersama (adanya saling kebergantungan),

(34)

kelompok tersebut. Meskipun setiap anggota boleh jadi punya peran berbeda (Mulyana, 2012:82)

Pada dasarnya komunitas adalah suatu tempat bagi segerombolan orang untuk melakukan kegiatan yang dianggap sama-sama mempunyai kesamaan satu sama lain diantara anggota tersebut. Salah satunya adalah komunitas yang berdiri pada sebuah tempat ibadah, dimana didalamnya termasuk anggota/jemaah dari sebuah tempat ibadah tersebut.

2.2.5 Persepsi

Persepsi menurut Desideranto, 1976;129 dalam buku Psikologi Komunikasi Jalalludin Rakhmat, Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.Perpsepsi adalah ialah memberikan makna pada stimulus indrawi. Hubungan sensai dengan persepsi sudah sangat jelas .sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga, atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.

Dalam kehidupanya, manusia mempersepsi banyak melalui alat indra, melalui pengindraan kita mengetahui dunia. Kita tidak mempersepsikan sesuatu tanpa alat indra, kita hanya dapat mempersepsi apa yang kita lihat, dengar, cium, cicipi, atau sentuh. Akan tetapi kemampuan orang berbeda-beda dalam mengindra lingkungannya, karena merek juga berbeda-beda secara genetis, berbeda

(35)

pengalaman dan pembelajaran, atau karena sebagian alat indranya kurang berfungsi karena usia tua atau kecelakaan.

2.2.6 Persepsi dan budaya

Kehidupan bermasyarakat sudah pasti mempunyai kebudayaan yang di anutnya dari sejak mereka lahir, dimana budaya tersebut tersebut dikembangkan dan dilestarikan dalam kehidupan mereka.Meskipun pada kenyataanya pada masyarakat perkotaan budaya jauh dalam kehidupan sehari-hari, tetapi budaya tetap saja menempel pada jati diri seseorang tersebut. Dengan demikian persepsi itu terikat oleh budaya.Bagaimana kita memaknai pesan, objek, atau lingkungan bergantung pada system nilai yang kita anut dan bagaimana budaya mempengaruhinya.

Oleh karena budaya tersebut, maka persepsi seseorang atas lingkungannya bersifat subjektif. Semakin besar perbedaan budaya antara dua orang semakin besar pula perbedaan persepsi mereka terhadap realitas. Dan oleh karena tidak ada dua orang yang mempunyai nilai-nilai budaya yang persis sama, maka tidak akan pernah ada dua orang yang mempunyai persepsi yang persis sama pula. Bias dimaknai bahwa budaya mmerupakan pola persepsi dan prilaku yang dianut sekelompok orang.

Larry A. Samovar dan Richard E. Porter enam unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi persepsi kita ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, yakni :

• Kepercayaan (beliefs), nilai (values), dan sikap (attitudes) • Pandangan dunia (Worldview)

(36)

• Tabiat Manusia(Human Nature)

• Orientasi Kegiatan (activity orientation)

• Persepsi tentang diri dan orang lain (perception of self and others)

Keenam aspek tersebut saling berkaitan, kita dapat mengalami peristiwa yang sama, dan sepakat mengenai apa yang kita lihat secara fisik. Namun kita sering berbeda dalam memaknai peristiwa atau objek yang kita lihat.

2.2.7 Perhatian (Attention)

“Perhatian adalah proses mentak ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah”. Demikian definisi perhatian oleh Kenneth E. Andersen (1976: 46) dalam Buku Psikologi Komunikasi, Jalalludin Rakhmat. Dalam bukunya dijelaskan bahwa perhatian dapat terjadi bila kita memfokuskan pada satu alat indra saja, dan mengenyampingkan masukan-masukan stimulus dari alat indra yang lain.

Perhatian merupakan awal dari seseorang dapat memfokuskan alat indranya terhadap sesuatu yang dianggap sebagai perhatian, perhatian juga sekaligus menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Sesuatu yang berbeda atau sesuatu yang sesuai dan cocok dengan pikiran kita biasanya akan menjadi perhatian khusus bagi manusia yang nantinya akan di fokuskan oleh alat indera dan pada akhirnya menghasilkan persepsi.

a. Faktor Eksternal Penarik Perhatian

Pada faktor ini stimulus yang diperhatikan oleh alat indra adalah gerakan, intensitas stimulus, kebaruan dan perulangan. Gerakan adalah, seperti organisme

(37)

yang lain manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak , seperti contoh kita tertarik pada huruf-huruf yang ada pada display layar televise. Intensitas stimulus, stimulus yang lebih menonjol akan lebih menarik, satu diantara yang lebih beda, orang tinggi diantara yang pendek atau warna rambut yang terlalu cerah akan sukar lolos dari perhatian kita. Kebaruan (Novelty), sesuatu yang baru, beda dan luar biasa akan menarik perhatian kita.Orang lebih tertarik pada buku baru, handphone keluaran terbaru, dan games terbaru.Hal seperti itu yang dapat memberikan ingatan jelas dalam perhatian.Perulangan , hal-hal yang disajikan berulang-ulang dan disertai dengan variasi akan menarik perhatian.

b. Faktor Internal Pengaruh Perhatian

Dalam factor internal pengaruh perhatian di dominasi oleh, faktor biologis, sosio psikologis, dan matif sosio genesis. Biologis, dalam faktor ini masuia akan focus terhadap kaadaan sekitar termasuk dirinya, orang lapar akan fokus terhadap makanan yang akan dimakannya, anak muda seusai menonton film porno akan mudah melihat stimulus seksual disekitarnya.

Faktor-faktor psikologis, dalam keadaan spontanitas orang berfikir secara general (umum), seperti dalam contoh dimana seseorang diberikan sebuah foto yang di dalamnya terdapat banyak sekali orang yang berada di jalan yang sempit, sudah pasti orang tersebut tidak akan menjelaskan berapa banyak jumlah orang yang berada di dalam foto tersebut, tetapi akan memberikan penjelasan umum sepert terlalu banyak orang, atau jalan yang terlalu kecil.

(38)

Faktor motif sosiogenesis, sikap, kebiasaan, dan kemauan merupakan hal yang sangat memperhatikan perhatian kita. Hal ini menyangkut apa yang sering kita pikirkan seperti hal yang bersangkutan dengan hobi atau keadaan sekarang. Seperti oada contoh orang naik gunung yang akan terfokus pada batu-batuan yang ada sepanjang jalan.Menurut sebuah anekdot, dalam perjalanannya bila ingin mengetahui dari daerah mana teman anda berasal, tanyakan kepada mereka ada berapa perempatan yang telah dilalui, pasti yang kan menjawab pertanyaan tersebut adalah orang padang karena pada umumnya orang padang merupakan pedagang kaki lima. Tanyakan sudah berapa taman pagar tanaman hidup berapa yang sudah dilewati, pasti yang kan menjawab adalah orang sunda, karena orang sunda biasanya menyukai tanaman. Tanyakan pula sudah berapa tempat pemakaman yang sudah dilewati, pasti yang kan menjawab adalah orang jawa karena orang jawa menyukai hal-hal mistis. Anekdot ini menunjukan bagaimana latar belakang kebudayaan, pengalaman, dan pendidikan menentukan apa yang kita perhatikan.

c. Faktor-Faktor Fungsional Yang Menentukan Persepsi

Faktor-faktor fungsional ini berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan berasal dari hal-hal lain yang berasal dari personal seseorang. Dalam kejadiannya yang menentukan persepsi seseorang bukanlah dari bagaimana bentuk stimulus yang diterima melainkan dari bagaimana karakteristik orang yang memberikan respons pada stimulus tersebut.

(39)

Menurut Krech dan Crutchfield dalam buku Psikologi Komunikasi (2012:55) merumuskan dalil persepsi yang pertama: Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.Mereka memberikan contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang budaya terhadap persepsi. Bila orang lapar dan orang haus duduk di restoran, yang pertama akan melihat nasi dan daging, yang kedua akan melihat limun atau coca-cola. Kebutuhan biologis menyebabkan perpsepsi yang berdeda.

d. Faktor-Faktor Struktural Yang Menentukan Persepsi

Faktor struktural berasal dari sifat stimulus fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada system saraf individu. Menurut teori Gestalt dalam buku Psikologi Komunikasi (2012:57), bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya.

Penjelsan teori Gestalt di atas menyatakan bahwa jika kita memeprsepsikan sesuatu kita hanya dapat menerima stimulus yang terkandung dalam jangkauan yang umu, kita tidak dapat melihat mempersepsi sesuatu dari sifat atau hal yang lebih detail.Untuk memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapinya.

(40)

Dari prinsip persepsi teori Gestalt, lalu munculah beberapa prinsip-prinsip persepsi yang di kumukakan oleh Krech dan Crutchfield, berikut merupakan prinsip-prinsip tersebut :

• Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimulus dengan melihat teksnya. Walaupun stimulus yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimulus yang kita persepsi. • Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umunya

oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Maksudnya, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras.

• Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama.

Kebudayaan juga berperan dalam melihat kesamaan. Contohnya pada masyarakat yang mentikberatkan kekayaan, orang akan membagi masyarakat dalam dua kelompok: orang kaya dan orang miskin. Pada masyarakat yang mengutamakan pendidikan, orang mengenal dua kelompok terdidik dan tidak terdidik. Pengelompokan kultural erat kaitannya denga label; dan yang kita beri label yang sama cenderung dipersepsi sama. Dengan label “pribumi” dan “nonpribumi”, kita mengorganisasikan Cina, India, Arab, Jepang pada kelompok

(41)

yang sama. Dengan label “ekstrem”, pemerintah dapat memasukkan siapa saja yang menentang atau mempersoalkan Pancasila.

Penjelasan diatas memberikan makna bahwa kebudayaan erat kaitannya dengan cara seseorang memberikan persepsi atau mempersepsi. Kebudayaan dapat saja memberikan pengaruh pada stimulus seseorang untu merespons stimulus yang diberika dari orang lain. Kebudayaan juga memberikan hak seseorang untuk memilih stimulus mana yang akan seseroang pilih untuk direspon.

2.2.8 Kepemimpinan

Menurut R Wayne Pace dalam bukunya Komunikasi Organisasi bahwa tujuan kepemimpinan di sisi lain, adalah memebantu orang untuk menegakkan kembali, mempertahankan, dan meningkatkan motivasi mereka. Jadi dalam kata lain bahwa pemimpin mempunyai tugas membantu orang lain untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pemimpin bertindak dengan cara-cara yang memperlancar produktivitas, moral tinggi, respons yang energik, kecakapan kerja yang berkualitas, komitmen, efisiensi, sedikit kelemahan, kepuasan, kehadiran, dan kesinambungan dalam organisasi.

Konsep gaya kepemimpinan dapat menentukan bawahannya secara langsung, itu menunjukan bahwa konsep gaya kepemimpinan seseorang sangatlah penting dan berpengaruh, ada beberapa tingkat pendekatan konsep gaya kepemimpinan dalam buku R. Wayne Pace (2006:277), yaitu :

(42)

• Mengendalikan atau mengarahkan orang lain

• Memberi tantangan atau rangsangan kepada orang lain

• Menjelaskan kepada atau memberi instruksi kepada orang lain • Mendorong atau mendukung orang lain

• Memohon atau membujuk orang lain • Melibatkan atau memberdayakan orang lain • Memberi ganjaran atau memperkuat orang lain

McGregor (1976) menentukan dua perangkat asumsi atau pendapat bipolar yang cenderung dipakai oleh para pemimpin mengenai orang lain. Kedua jenis asumsi ini dinamai Teori X dan Teori Y, berikut penjelasannya:

2.2.8.1. Teori X

Asumsi teori X diturunkan dari pendapat mengenai manusia sebagai suatu mesin, yang amat memerlukan pengendalian dari luar, asumsi ringkas:

• Kebanyakan orang berpendapat bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang tidak menyenagkan dan berusaha menghindarinya.

• Kebanyakan orang lebih suka diperintahdan sering kali harus dipakai untuk melakukan pekerjaan mereka.

• Kebanyakn orang tidak ambisius, tidak ingin maju dan tidak menginginkan tanggung jawab.

• Kebanyakan orang dimotivasi terutama oleh keinginan mereka untuk memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan rasa aman.

(43)

• Kebanyakan orang harus dikendalikan dengan ketat dan tidak mampu menyelasikan masalah dalam organisasi.

Dalam asumsi ini, seorang pemimpin yang berpegang pada teori X akan menganggap orang sebagai suatu alat produksi, dimotivasikan oleh ketakutan akan hukuman atau oleh kebutuhan akan uang dan rasa aman. Pemimpin seperti ini cenderung mengawasi mereka dengan ketat, membuat dan menjalankan aturan dengan keras, dan menggunakan ancaman hukuman sebagia alat untuk memotivasi mereka.

2.2.8.2 Teori Y

Asumsi Teori Y berasal dari pendapat mengenai manusia sebagai organisme bilogis yang tumbuh, berkembang, dan melakukan pengendalian terhadap diri mereka sendiri. Asumsi ringkas:

• Kebanyakan orang berpendapat bahwa kerja adalah sesuatu yang alamiah seperti bermain. Bila pekejaan tidak menyenangkan, mungkin itu karena cara melakukan pekerjaan tersebut dalam organisasi.

• Kebanyakan orang merasa bahwa pengendalian diri sendiri amat diperlukan supaya pekerjaan dilakukan dengan baik.

• Kebanyakan orang dimotivasi terutama oleh keinginanmereka untuk diterima dilingkungan, mendapat pengakuan, dan merasa berprestasi, seperti juga akn kebutuhan mereka terhdap uang untuk emenuhi kebutuhan pokok dan rasa aman.

(44)

• Kebanyakan orang ingin menerima dan bahkan menginginkan suatu tanggung jawab bila mereka memperoleh bimbingan, pengelolaan dan dan kepemimpinan yang tepat.

• Kebanyakan orang mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara kreatif dalam organisasi.

Dalam asumsi ini, seorang pemimpin yang perpegang pada teori Y akan berasumsi bahwa tujuan perorangan dan tujuan organisasi akan berjalan selaras. Seorang pemimpin dalam asumsi ini akan bekerjasama dengan pegawai untuk mencapai tujuan organisasi, mendorong pegawai untuk berperan serta dalam proses pengambilan keputusan, dan mencoba mewujudkan peningkatan.

2.2.8.3 Model Gaya Kepemimpinan

Reddin (1967) dalam buku Komunikasi Organisasi, R. Wayne Pace (2006:283) membuat teori berdasarkan pada kisi tugas manusia yang di kemukakan Blake dan Mouton dengan menambahkan dimensi ketiga, yaitu Efektivitas. Ketiga dimensi itu didefinisikan sebagi berikut.

Orientasi-kerja.Tingkat pengarahan manajer atas usaha bawahan untuk mencapai tujuan.

Orientasi-hubugan.Tingkat hubungan pribadi anata manajer dengan abwahan, ditandai oleha adanya saling mempercayai, menghormati gagasan dam memperhatikan perasaan bawahan.

Keefektifan.Tingkat persyaratan priduksi yang dicapai manajer yang telah ditetapkan.

(45)

LEBIH EFEKTIF Eksekutif

Tugas berat, hubungan kuat, muncul sebagai motivator yang baik, yang memperlakukan setiap orang dengan cara tersendiri dan lebih suka melakukan manajemen tim.

Otokrat Lunak (Benevolent Autocrat)

Tugas berat, hubungan lemah, tampaknya mengetahui apa yang diinginkan dan tahu cara memperolehnya tanpa menimbulkan ketidaksenangan.

Pengembang (Developer)

Tugas ringan, hubungan kuat; tampaknya memeprcayai seseorang secara terselubung dan menaruh perhatian utama pada pengembangan hubungan yang selaras.

Birokrat

Tugas ringan, hubungan lemah,; tampaknya menaruh perhatian pada aturan-aturan dan prosedur demi kepentingan mereka sendiri, dank arena ingin menjaga serta mengawasi situasi dengan menggunakan aturan dan prosedur itu, mereka sering terlihat amat berhati-hati.

KURANG EFEKTIF

Pencari Kompromi (Compromiser) Tugas berat, hubungan kuat, meskipun hanya satu atau mungkin tidak ada satupun yang sesuai; muncul sebagai pembuat keputusan yang buruk dan memebiarkan tekanan amat mempengaruhinya; tampaknya lebih suka meminimalkan tekanan masalah dari pada memaksimalkan produksi jangka-panjang.

Otokrat

Tugas berat, hubungan lemah ketika perilaku seperti ini tidak sesuai; tampaknya tidak mempunyai kepercayaan kepada orang lain hanya tertarik pada tugas-tugas langsung. Pembawa Misi (Missionary)

Tugas ringan, hubungan kuat ketika prilaku seperti ini tidak sesuai; tampaknya lebih tertarik kepada manusia sebagai pribadi.

Penyendiri (deserter)

Tugas ringan, hubungan lemah ketika prilaku seperti ini tidak sesuai; tampak seperti tidak terlibat dan pasif.

(46)

Dari model gaya kepemimpinan diatas dapat diketahui bagaimana seorang pemimpim mempunyai gaya kepemiminan yang berbeda-beda. Seorang pemimpin belum tentu manganut gaya kepemimpinan yang lebih efektif, mungkin saja pemimpin tersebut menganut gaya kepemimpimnan yang kurang efektif akibat ketidaksadaran seorang pemimpin tersebut. Pada umumnya ada tiga pacuan sebagai pemimpin untuk meminimalisir kesalahan, yaitu yang pertama adalah Orientasi-kerja maksudnya adalah tingkat pengarahan manajer atas usaha bawahan untuk mencapai tujuan, bagaimana

2.2.9 Sikap

Sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja(netral) dari seseorang terhadap sesuatu. “Sesuatu” itu bisa benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelmpok.kalau yag timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka disebut sikap positif, sedangkan kalau perasaan tak senang, sikap negative. Kalau tidak timbul perasaan apa-apa, berarti sikapnya netral. (Sarlito W. Sarwono dalam Pengantar Psikologi Umum, 2012:201)

Sikap dinyatakan dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan behavioral. Kognitif adalah penilaian terhadap objek sikap (bagus, tidak bagus), Afektif adalah perasaan yang timbul (senang, tak senang), dan behavior adalah prilaku yang mengikuti perasan itu (mendekat, menghindar).

(47)

Dalam penelitian ini sikap merupakan hasil akhir yang ingin diketahui oleh peneliti, dimana sikap merupakan tindakan akhir yang mencerminkan pengaruh dari apa yang diterima oleh stimulus indra manusia. Sikap dalam kejadiaanya dapat berubah-ubah menyesuaikan keadaan lingkungan sekitar individu yang bersangkutan pada saat tempat dan waktu yang berbeda-beda.didalam sikap juga terdapat factor motivasi dan perasaan. Sikap tidak terdiri dari satu macam saja, melainkan bemacam-macam, sesuai dengan banyaknya objek yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan.

Contoh lain dalam kehidupan mengenai domain pada sikap adalah sebagai berikut; bagi seorang muslim, daging babi adalah haram. Kalau kepadanya dikatakan bahwa sosis yang sedang dikunyahnya adalah daging babi, maka bisa jadi akan timbul perasaan mual (afektif), dan makanan itu akan dimuntahkan (behavior), karena dia piker dia sedang makan sesuatu yang menjijikan (kognisi). Padahal kalau seandainya dia tidak mengetahui, maka ia pun tidak akan muntah.

Dari contoh diatas dapat dijelaskan bahwa sikap muncul sesudah adanya stimulus yang diterima oleh alat indera dan di terjemahkan menjadi persepsi lalu berakhir pada sikap yang menyangkut tiga domain pada sikap tersebut, yaitu efek afektif, efek kognitif, dan efek behavior.

2.2.10 Masyarakat Tionghoa

Tionghoa adalah adat istiadat yang dibuat sendiri oleh orang di Indonesia berasal dari kata zhonghua dalam dialek Hokian dilafalkan sebagai Tionghoa. Suku bangsa Tionghoa (yang biasanya di sebut China) di Indonesia adalah salah

(48)

satu etnis di Indonesia. Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien). Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa-Indonesia mayoritas berasal dari Cina selatan yang menyebut diri yang menyebutdiri mereka sebagai orang Tang, sementara orang cina utara menyebut diri mereka sebagai orang Han. Masyarakat Tionghoa di Indonesia bukan merupakan minoritas homogeny. Dari sudut kebudayaan, orang Tionghoa terbagi atas peranakan dan totok. Peranakan adalah orang Tionghoa yang sudah lama tinggal di Indonesia dan umumnya sudah berbaur. Mereka berbahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari dan bertingkah laku seperti pribumi. Totok adalah pendatang baru, umunya baru satu sampai dua generasi dan masih berbahasa Tionghoa (Suryadinata, 2002:17)

Sedangkan masyarakar sendiri adalah suatu kesatuan manusia yang berinteraksi dan bertingkah laku sesuai dengan istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dimana setiap anggota masyarakat terikat suatu rasa identitas bersama (Koentjaningrat, 1985: 60).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian sekarang dilakukan oleh Wisnu Aditya Nurkamal untuk menguji ulang pengaruh dimensi gaya hidup terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan objek yang berbeda dengan

Menurut La Midjan dan Azhar Susanto (2001) menyatakan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu sistem pengolahan data akuntansi yang merupakan alat koordinasi dari manusia,

Tentang berapa jumlah hakam yang ideal, Pasal 76 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama tidak menentukan secara rinci, hanya menyebut

Atas dasar hal ini, maka penelitian tentang: Kajian aktivitas dan mekanisme kerja molekuler antikanker ekstrak etanol daun Chromolaena odorata Linn pada Tikus Putih Wistar

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Program Studi S1 Ilmu

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam suatu perusahaan secara kualitas dan kuantitas yang

yang dinyatakan dalam Y.. Variabel bebas yaitu variabel yang mendahului atau mempengaruhi.. variabel terikat. Variabel bebas

Penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan dengan penelitian ini, antara lain adalah skripsi dari Hutabarat (2006) dengan judul Hubungan Pelaksanaan Mutasi Terhadap Prestasi