TEKSTUR MINERAL LOGAM
Disusun untuk memenuhi syarat tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Mikroskopis Bijih
Disusun Oleh :
Debbie Novalina
270110120057
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
Tekstur Mineral Bijih 1
BAB I
PENDAHULUAN
Mikroskopis bijih melibatkan tidak hanya identifikasi individu mineral, tetapi juga interpretasi tekstur mineral bijih. Tekstur dapat menjelaskan proses-proses seperti proses awal pengendapan bijih, kesetimbangan setelah pengendapan bijih, proses metamorfisme, proses deformasi, annealing, dan dan pelapukan karena air meteorik.
Pada dasarnya tekstur adalah suatu bentuk yang memperlihatkan hubungan antara mineral yang satu terhadap mineral lainnya, hubungan antara mineral inklusi terhadap host mineral, dan hubungan antara mineral- mineral terhadap massadasarnya. Tekstur merupakan kenampakan fisik secara umum atau karakter dari suatu batuan, termasuk aspek geometri, komponen, hubungan antarkomponen atau kristal penyusunnya. Secara genetik, tekstur dibagi atas tekstur primer, sekunder, hipogen, dan supergen. Faktor- faktor yang mengontrol kenampakan tekstur pada endapan suatu mineral bijih di antaranya faktor mekanika (tektonik, orogenesa, intrusi, dll) yang mengakibatkan terjadinya suatu celah terbuka berbentuk cavern,
geode (vug, drusy, amygdule), kondisi fisik batuan dan mineral seperti kekerasan, brittleness,
plastisitas, kondisi kimia (di mana konsentasi suatu mineralisasi bergantung juga pada pH, stabilitas mineral dan konsentrasi dari pelarutan), difusi, kontrol batas grains mineral,
microfracturing.
Argentit, sulfosalt, dan native metals adalah beberapa mineral bijih yang mudah setimbang kembali dan maka dari itu tidak cukup baik untuk merefleksikan kondisi pembentukan awal. Pada mineral polimetalik, tekstur merefleksikan urutan pembentukan mineral dan sejarah setelah pembentukan. Oleh karena itu, tekstur dan komposisi yang diamati
Tekstur Mineral Bijih 2
pada bijih polimetalik kompleks yang berdekatan dapat merefleksikan berbagai stage pada proses pembentukan dan sejarah setelah proses pembentukan bijih. Morfologi dan pola inklusi dalam mineral yang keras seperti pirit dapat menunjukkan kondisi temperatur tinggi di awal pembentukan, sedangkan keterdapatan pirhotit dapat menunjukkan adanya kesetimbangan ke temperatur menengah saat pendinginan, dan sulfosalt atau native metals dapat setimbang pada temperatur yang sangat rendah.
Tekstur Mineral Bijih 3
BAB II
ISI
2.1. Tekstur Primer
Tekstur primer merupakan tekstur yang terbentuk bersamaan dengan pembentukan endapan bijih. Yang termasuk ke dalam tekstur primer adalah melt dan open space filling.
2.1.1. Tekstur lelehan (melt)
Pertumbuhan mineral bijih dalam lelehan silikat secara umum menghasilkan pembentukan kristal euhedral-subhedral. Magnetit, ilmenit, dan platinum umumnya hadir sebagai kristal euhedral pada plagioklas, olivin, dan piroksen. Pertumbuhan tak terganggu, umumnya pada basalt yang mengalami pendinginan cepat, terkadang menghasilkan pembentukan kristal skeletal yang dapat seluruhnya/sebagian terkandung dalam gelas terpadatkan atau silikat yang mengkristal. Tekstur poikilitik silikat pada oksida atau poikilitik oksida pada silikat tidak umum hadir. Dalam lapisan kaya oksida, kristalisasi bersamaan pada kristal yang saling mengganggu mengakibatkan pembentukan kristal subhedral dengan sud ut antarmuka (interfacial angle) yang bervariasi. Sudut antarmuka pada triple junction pada monomineral yang mengalami annealing selama pendinginan yang lambat atau selama metamorfisme umumnya mencapai 120°.
Lelehan besi (nikel, tembaga)-sulfur (-oksigen), dari bijih besi/nikel/tembaga umumnya mengkristal kemudian setelah silikat. Magnetit sering hadir pada proses kristalisasi, sedangkan sulfida besi umumnya mengalami pelelehan seluruhnya/sebagian, dan umumnya cenderung euhedral atau skeletal, sedangkan sulfida yang relatif tidak keras (seperti pirhotit) menunjukkan tekstur pendinginan dan annealing. Lelehan sulfur-besi primer (-oksigen) dan
Tekstur Mineral Bijih 4
juga menghasilkan pembentukan droplet bundar kecil (< 100 μm) yang terjebak dalam basalt yang mendingin cepat dan gelas basaltik.
Gambar 2.1. Droplet sulfida pada basalt Mid-Atlantic Ridge, tersusun oleh
monosulfida larutan padat (Fe,Ni)1-xS (abu-abu sedang) dan larutan padat menengah (Cu, Fe)S2-x (abu-abu terang), dengan rims dan flames pentlandit (terang).
2.1.2. Open space filling
Open space filling merupakan tekstur yang penting untuk menentukan sejarah
paragenesa endapan. Umumnya terbentuk pada batuan yang getas, pada daerah di mana tekanan pada umumnya relatif rendah, sehingga rekahan atau kekar cenderung bertahan. Tekstur pengisian dapat mencerminkan bentuk asli dari pori serta daerah tempat pergerakan fluida, serta dapat memberikan informasi struktur geologi yang mengontrolnya. Mineral-mineral yang terbentuk dapat memberikan informasi tentang komposisi fluida hidrotermal, maupun temperatur pembentukannya. Pengisian dapat terbentuk dari presipitasi leburan silikat
Tekstur Mineral Bijih 5
(magma) juga dapat terbentuk dari presipitasi fluida hidrotermal. Kriteria tekstur pengisian dapat dikenali dari kenampakan:
Adanya vug atau cavities, sebagai rongga sisa karena pengisian yang tidak selesai
Kristal-kristal yang terbentuk pada pori terbuka pada umumnya cenderung euhedral seperti kuarsa, fluorit, feldspar, galena, sfalerit, pirit, arsenopirit, dan karbonat. Walaupun demikian, mineral pirit, arsenopirit, dan karbonat juga dapat terbentuk euhedral, walaupun pada tekstur penggantian.
Adanya struktur zoning pada mineral, sebagai indikasi adanya proses pengisian, seperti mineral andradit- grosularit. Struktur zoning pada mineral sulit dikenali dengan pengamatan megaskopis.
Tekstur berlapis. Fluida akan sering akan membentuk kristal-kristal halus, mulai dari dinding rongga, secara berulang- ulang, yang dikenal sebagai crustiform atau
colloform. Lapisan crustiform yang menyelimuti fragmen dikenal sebagai tekstur cockade. Apabila terjadi pengintian kristal yang besar maka akan terbentuk comb structure. Pada umumnya perlapisan yang dibentuk oleh pengisian akan membentuk
perlapisan yang simetri.
Kenampakan tekstur berlapis juga dapat terbentuk karena proses penggantian (oolitik, konkresi, pisolitik pada karbonat) atau proses evaporasi (banded ironstone), tetapi sebagian besar tekstur berlapis terbentuk karena proses pengisian.
Tekstur triangular terbentuk apabila fluida mengendap pada pori di antara fragmen batuan yang terbreksikan. Kalau pengisian tidak penuh, akan mudah untuk mengenalinya. Pada banyak kasus, fluida hidrotermal juga mengubah fragmen batuan secarara menyeluruh.
Tekstur Mineral Bijih 6 Gambar 2.2. Growth zoning pada kristal sfalerit yang
diamati dengan cahaya transmisi pada sayatan tipis
double polished.
Gambar 2.3. Concentric growth zoning pada sfalerit
yang diamati dengan cahaya transmisi pada sayatan tipis double polished. Warna hitam merupakan pirit, putih dolomit.
Tekstur Mineral Bijih 7 Gambar 2.4. Colloform growth banding pada sfalerit.
Gambar 2.5. Growth zoning dalam pirit yang
menunjukkan kenampakan radial dan konsentris.
Gambar 2.6. (a) Struktur comb yang menunjukkan pertumbuhan kristal
Tekstur Mineral Bijih 8
pengendapan suksesif mineral ke dalam dari dinding rekahan, dengan urut-urutan a-b-a-c.
Gambar 2.7. Bijih breksi yang menunjukkan
pengendapan suksesif mineral pada fragmen breksi dan wall rocks lainnya.
Pengendapan berurutan dari larutan mengandung kobalt dan nikel dapat menghasilkan pembentukan kristal pirit-bravoit konsentris, yang sering menunjukkan morfologi kristal yang berubah (kubik, octahedron, piritohedron) selama growth. Proses pengendapan berurutan yang yang sama dari fluida mengandung logam dan sulfur yang bersirkulasi sepanjang ruang pori antarbutir di sedimen dapat meninggalkan sulfide coatings pada butiran sedimen.
Besi serta oksida dan hidroksida mangan sering membentuk botryoidal atau bahkan struktur stalaktit pada open fractures sebagai hasil sirkulasi air meteorik. Mineral- mineral seperti goetit, lepidokrosit, pirolusit, kriptomelan dapat membentuk concentric overgrowth ke dalam dari dinding vein atau massa kompleks kristal fibrous.
Tekstur colloform sering dikaitkan dengan pembentukan awal akibat pengendapan koloidal. Namun, Roedder (1968) telah menunjukkan bahwa banyak colloform sfalerit pada bijih Pb-Zn tumbuh sebagai kristal fibrous kecil pada fluida bijih lewat jenuh.
Tekstur Mineral Bijih 9 2.2. Tekstur Sekunder
Tekstur sekunder merupakan tekstur bijih yang terbentuk setelah pengendapan bijih. Yang termasuk ke dalam tekstur sekunder, di antaranya tekstur replacement, tekstur akibat pendinginan, tekstur deformasi, dan tekstur annealing/metamorfik.
2.2.1. Tekstur replacement
Replacement mineral bijih oleh mineral lain selama pelapukan umum ditemukan pada
banyak tipe endapan bijih. Replacement dapat terjadi akibat proses-proses, di antaranya - pelarutan dan presipitasi
- oksidasi, dan - difusi fase padat.
Batas di antara mineral yang di-replace yang yang me-replace umumnya tajam atau tidak beraturan (careous, atau tekstur corrored) atau diffuse.
Edward (1947), Bastin (1950), dan Ramdohr (1969) telah menjelaskan beberapa jenis geometri replacement : rim, zonal, frontal. Tekstur replacement bergantung pada kondisi ketika mineral tersebut di-replace, di antaranya (1) permukaan yang tersedia untuk terjadinya reaksi, (2) struktur kristal mineral primer dan sekunder, dan (3) komposisi kimia mineral primer dan fluida reaktif.
2.2.1.1. Permukaan kristal
Replacement merupakan hasil dari reaksi kimia. Replacement sepanjang batas kristal
Tekstur Mineral Bijih 10
Replacement sepanjang rekahan dapat juga menyerupai tekstur eksolusi. Replacement
umumnya menghasilkan peningkatan volume fase penggantian sek under pada perpotongan
fracture, yang tidak umum pada eksolusi.
2.2.1.2. Struktur kristal
Struktur kristal pada fase yang digantikan dapat mengontrol replacement, baik akibat pengaruh arah belahan maupun karena difusi, dapat terjadi sepanjang arah kristalografi. Sebagai contoh, oksidasi magnetit umumnya menghasilkan replacement oleh hematit sepanjang bidang (111).
2.2.1.3. Komposisi kimia
Komposisi kimia pada fase primer dapat mengontrol komposisi fase yang menggantikannya. Selama pelapukan dan selama penggantian hidrotermal, fase sekunder mempunyai komposisi kation yang sama seperti fase primer. Proses replacement dapat melepas satu kation, misalnya pada replacement kalkopirit atau bornit oleh kovelit. Pelepasan kation besi dari pirhotit heksagonal menghasilkan peningkatan rasio sulfur- logam dan pembentukan pirhotit monoklin (seringkali menunjukkan tekstur flame sepanjang batas rekahan) dan pada pirit dan markasit (sebagai butir, massa colloform, atau birds eyes). Pelepasan ion besi dari pirhotit menghasilkan presipitasi goetit sepanjang rekahan.
Replacement dapat terbentuk secara selektif, mempengaruhi satu fasa pada zona intergrowth pada kristal terzonasi (menghasilkan struktur atoll).
Contoh lain dari replacement adalah tekstur open void “boxwork” yang tersusun oleh bilah goetit, hematite, dan terkadang pirit. Umumnya ditemukan pada gossan.
Tekstur Mineral Bijih 11 Gambar 2.8. Urutan pembentukan struktur atoll yang
dihasilkan oleh replacement selektif dari kristal intergrown atau kristal dengan komposisi terzonasi.
Gambar 2.9. Tekstur boxwork yang dibentuk oleh hematit
dan goetit dengan residu pirit pada endapan gossan.
Proses ubahan dibentuk oleh penggantian sebagian atau seluruhnya tubuh mineral menjadi mineral baru. Karena pergerakan larutan selalu melewati pori, rekahan atau rongga, maka tekstur replacement selalu perpasangan dengan tekstur pengisian. Oleh karena itu mineralogi pada tekstur replacement relatif sama dengan mineralogi pada tekstur pengisian. Akan tetapi, mineralogi pengisian cenderung berukuran lebih besar. Berikut beberapa contoh kenampakan tekstur replacement.
Pseudomorf, walaupun secara komposisi sudah tergantikan menjadi mineral baru, seringkali bentuk mineral asal masih belum terubah
Tekstur Mineral Bijih 12 Rim mineral pada bagian tepi mineral yang digantikan
Melebarnya urat dengan batas yang tidak tegas
Tidak adanya pergeseran urat yang saling berpotongan
Mineral pada kedua dinding rekahan tidak sama
Adanya mineral yang tumbuh secara tidak teratur pada batas mineral lain
Gambar 2.10 Gambar yang menunjukkan beberapa kenampakan tekstur replacement
(Guilbert dan Park, 1986). Berturut-turut dari kiri:
• Pseudomorf, bementit mengganti sebagian kristal karbonat • Bornit mengganti pada bagian tepi dan rekahan kalkopirit
• Digenit yang mengganti kovelit dan kalkopirit, memperlihatkan lebar yang berbeda
Gambar 2.11. Gambar yang menunjukkan beberapa kenampakan tekstur penggantian
(Guilbert dan Park, 1986). Berturut-turut dari arah kiri:
a) Urat kalkopirit yang saling memotong, tidak memperlihatkan pergesaran b) Komposisi mineral yang tidak simetris pada dinding rekahan
Tekstur Mineral Bijih 13 2.2.2. Tekstur akibat proses pendinginan (cooling)
2.2.2.1. Rekristalisasi
Rekristalisasi mineral primer dapat meninggalkan sisa tekstur asli mineral. Seperti pada lapisan kromit yang merupakan hasil dari akumulasi lelehan magmatik, dapat dimodifikasi oleh proses annealing yang berkepanjangan.
2.2.2.2. Eksolusi dan dekomposisi
Mineral- mineral yang terbentuk sebagai larutan padat homogen, pada saat temperatur mengalami penurunan, komponen terlarut akan memisahkan diri dari komponen pelarut, membentuk tekstur eksolusi. Kenampakan komponen (mineral) terla rut akan membentuk inklusi- inklusi halus pada mineral pelarutnya. Inklusi- inklusi ini kadang teratur dan sejajar, kadang berlembar, kadang tidak teratur. Adanya tekstur eksolusi menunjukkan adanya temperatur pembentukan yang relatif tinggi, sekitar 300-600°C.
Proses eksolusi terbentuk dari difusi, nukleasi kristalit, dan pertumbuhan kristalit atau kristal. Deplesi material terlarut di sekitar fragmen yang besar, dikenal dengan seriate
distribution.
Eksolusi hematit dan ilmenit (dalam proporsi yang bervariasi) dihasilkan dari pendinginan dan secara umum ditemukan pada banyak batuan beku dan metamorf
high-grade. Black sands, yang terakumulasi di banyak lingkungan sedimen biasanya mengandung
proporsi intergrowth hematit- ilmenit yang besar.
Di kebanyakan tipe endapan, sfalerit mengandung kalkopirit dalam bentuk dispers i acak atau memanjang mengikuti orientasi kristalografi, dikenal dengan tekstur chalcopyrite
disease (Barton dan Bethke, 1987). Tekstur chalcopyrite disease merupakan tekstur eksolusi
Tekstur Mineral Bijih 14
(1980) mendemonstrasikan bahwa kalkopirit tidak akan larut dalam sfalerit dalam jumlah yang signifikan kecuali pada temperatur di atas 500°C. Data tersebut, dan pengamatan sfalerit mengandung kalkopirit bijih Zn-Pb dalam karbonat (yang terbentuk pada temperatur 100-150°C) dan pada bijih vulkanogenik tidak termetamorfkan (yang terbentuk pada temperatur 200-300°C) mengindikasikan bahwa eksolusi yang bergantung pada temperatur bukanlah penyebab terbentuknya intergrowth. Studi lanjut oleh Barton dan Bethke (1987) menunjukkan bahwa beberapa kalkopirit dapat hadir dengan kenampakan myrmekitic worm atau tubuh rod yang memanjang hingga ratusan mikron.
Eksolusi sendiri merupakan bentuk dari dekomposisi, karena komposisi temperatur tinggi mula- mula tidak lagi hadir sebagai fase homogen tunggal. Dua jenis tekstur yang dihasilkan dari dekomposisi larutan padat adalah intergrowth matildit - galena dan
intergrowth arsen (atau antimony) myrmekitic – stibarsen, yang dikenal dengan allemontite.
Gambar 2.12. Beberapa kenampakan khas tekstur
eksolusi pada mineral sulfida dan oksida (Evans, 1993).
Tekstur Mineral Bijih 15
a. Pemilahan mineral hematit dalam ilmenit b. Eksolusi lembaran ilmenit dalam magnetit c. Eksolusi butiran kalkopirit dalam sfalerit d. Rim eksolusi pentlandit dari pirhotit
Gambar 2.13 Eksolusi kalkopirit abu terang) dalam bornit
(abu-abu gelap). Alterasi kemudian menghasilkan pembentukan kalkosit (abu-abu sedang) sepanjang tepi rekahan sebagai rim pada kalkopirit.
Gambar 2.14 Eksolusi pada oksida Fe-Ti. Mineral yang diapit
Tekstur Mineral Bijih 16
ilmenit (abu-abu sedang), Ti- magnetit (di tengah) telah mengeksolusi ulvospinel.
Gambar 2.15. Tekstur eksolusi pentlandit (coklat terang,
reflektansi tinggi, kanan tengah) dengan kenampakan
flame-like pada pirhotit (coklat, tengah).
2.2.3. Tekstur akibat deformasi
Banyak bijih mengandung tekstur indikasi deformasi. Respon mineral terhadap deformasi sangat berkaitan dengan kekerasan mineral. Mineral- mineral seperti native metals, sulfosalt, dan sulfida Cu-Ag mudah terdeformasi. Pada bijih polimineral, tekstur deformasi sering muncul hanya di beberapa jenis mineral. Mineral yang relatif lunak cenderung mudah terdeformasi, tetapi juga mudah terekristalisasi, sehingga efek deformasi mudah menghilang.
Tekstur Mineral Bijih 17 Gambar 2.16 Kembar deformasi pada pirhotit.
2.2.3.1. Twinning, kinkbanding, pressure lamellae
Twinning, kinkbanding, dan pressure lamellae terdapat pada bijih di berbagai derajat
deformasi. Kembar dapat terbentuk pada mineral selama initial growth, selama structural
inversion pada proses pendinginan, atau sebagai hasil deformasi. Menurut Ramdohr (1969),
terdapat tiga jenis kembar, di antaranya
Clark dan Kelly (1973), dalam menginvestigasi kekuatan beberapa mineral sulfida yang umum sebagai fungsi temperatur, menunjukkan bahwa deformasi pada pirhotit dapat berupa kinkbanding, kinked, atau bent subparallel lamellae, di mana masing- masing
Growth Terbentuk sebagai kembar lamellar dengan distribusi acak, hadir hanya di beberapa mineral yang berikatan kuat.
Inversion Umumnya hadir sebagai spindle-shaped dan kristal
integrowth yang tidak sejajar mineral.
Deformation Hadir sebagai lamellae tebal uniform, umumnya berasosiasi dengan bending, cataclasis, dan rekristalisasi baru, dengan lamellae sering melewati butiran mineral yang berdekatan.
Tekstur Mineral Bijih 18
menunjukkan pemadaman bergelombang, atau kembaran. Pirhotit dan mineral sulfida lainnya yang relatif keras (stibnite, bismutinit) juga umumnya mengandung pressure lamellae.
Gambar 2.17. Kinkbanding pada pirhotit ditekan
oleh lapisan tipis mika.
Tekstur Mineral Bijih 19 Gambar 2.19. Stibnit menunjukkan kembar
deformasi (tengah), pressure lamellae, dan bireflektansi kuat serta pleokroisme refleksi. (PPL)
2.2.3.2. Curvature atau offset
Deformasi pada bijih sering ditandai dengan offset pada bidang planar, seperti pada muka kristal, belahan, fracture, kembar, exsolution lamellae, dan layer mineral primer atau pada urat. Triangular pits pada galena, merupakan ukuran deformasi. Induksi deformasi-twin
lamellae pada pirhotit, ilmenit, kalkopirit, dan kebanyakan mineral menunjukkan offset yang
signifikan dan umumnya memanjang sepanjang kristal-kristal, sedangkan kembar growth atau
inversion biasanya hanya terdapat pada satu individu mineral.
Eksolusi intergrowth kubanit dalam kalkopirit, ilmenit dalam hematit (atau sebaliknya), kalkopirit dalam sfalerit, pentlandit dalam pirhotit, dan bornit dalam kalkopirit umumnya linear akibat kontrol kristalografi.
Tekstur Mineral Bijih 20
Bijih yang terdeformasi umumnya merekam zona di mana shearing terjadi, atau dikenal dengan schlieren. Schlieren merupakan bidang planar di mana mineral bijih relatif berbutir sangat halus terhadap batuan di sekitarnya.
2.2.3.4. Breksiasi, kataklasis, dan durchbewegung
Deformasi pada bijih sering ditandai dengan perekahan atau breksiasi bijih dan mineral gangue, umumnya pada mineral yang keras dan brittle, seperti pirit, kromit, magnetit. Breksiasi dipengaruhi oleh derajat deformasi dan mineralogi bijih. Breksiasi minor dapat berubah jadi kataklasis kompleks dengan peningkatan derajat fragmentasi dan disorientasi, yang melibatkan bijih dan mineral gangue; deformasi penetrasi ini dikenal dengan
durchbewegung.
Gambar 2.20. Tekstur durchbewegung pada pirhotit terdeformasi
kuat. Inklusi silikat hitam memanjang dan terotasi pada matriks pirhotit.
2.2.4. Tekstur akibat annealing dan metamorfik
Tekstur Mineral Bijih 21
Efek annealing pendinginan bijih yang lambat setelah pengendapan atau pemanasan yang lambat selama metamorfisme dapat mengubah tekstur asli. Kenampakan yang khas pada
annealing berupa rekristalisasi di sekitar area permukaan mineral dan interfacial tension pada
120°. Selama proses annealing, kristal berukuran kecil diserap kembali oleh kristal yang lebih besar.
Kesetimbangan kembali yang dihasilkan dari proses annealing dapat menghasilkan zona overgrowth dan homogenisasi kristal yang mengandung growth zoning primer.
Gambar 2.21. Tekstur annealing pada pirit
terekristalisasi dalam matriks sfalerit (abu-abu gelap) dan kalkopirit minor (abu-abu sedang).
2.2.4.2. Metamorfik
Rekristalisasi selama proses annealing, khususnya selama metamorfisme, biasanya menghasilkan pertambahan ukuran kristal dan juga menghasilkan pertumbuhan kristal euhedral, terkadang kristal porfiroblastik, seperti pirit, arsenopirit, magnetit, dan hematit. Pertumbuhan porfiroblastik atau overgrowth menyulitkan interpretasi paragenesa karena porfiroblas mengandung jenis dan jumlah inklusi yang berbeda dengan inklusi pada mineral primer pada bijih. Jenis inklusi dapat menjadi indikasi waktu pertumbuhan kristal. Adanya
Tekstur Mineral Bijih 22
inklusi pada mineral metamorfik high grade (amfibol, garnet, dll) mengindikasikan bahwa
overgrowth terjadi setelah metamorfisme telah mencapai grade yang cukup untuk membentuk
mineral metamorf tersebut.
Contoh kenampakan tekstur bijih dan paragenesa pada salah satu urat di daerah Arinem
Gambar 2.22. Foto sayatan mineragrafi
yang memperlihatkan mineral pirit subhedral digantikan oleh galena (anhedral). (PPL)
Gambar 2.23. Mineral euhedral pirit
hadir setelah gangue mineral dan mengisi
open space. (PPL)
Gambar 2.24. Foto sayatan mineragrafi
yang menunjukkan urat halus pirit memotong kuarsa yang hadir sebelumnya. (PPL)
Gambar 2.25. Kovelit (biru) hadir
menggantikan kalkopirit (kuning
terang) yang sebelumnya hadir
Tekstur Mineral Bijih 23 Gambar 2.26. Penggantian oleh galena
(putih) terhadap pirit (kuning). (PPL)
Gambar 2.27. Kenampakan tekstur intergrowth (a), chalcopyrite disease
Tekstur Mineral Bijih 24 Paragenesa
Paragenesa dalam konteks mineralisasi adalah suatu metode untuk menentukan urut-urutan waktu pembentukan dari asosiasi mineral atau beberapa mineral yang berbeda dengan mengidentifikasi jenis mineral dan karakteristik tekstur yang hadir pada suatu lingkungan pengendapan (Craig dan Vaughan, 1994). Paragenesa ini juga sebagai alat bantu untuk mengestimasi kondisi kesetimbangan dari pembentukan mineral bijih. Untuk menentukan paragenesa diperlukan analisa detail dari sayatan poles (mineragrafi) dengan bantuan mikroskop cahaya pantul. Hal- hal yang perlu diidentifikasi dalam melakukan paragenesa mineral bijih adalah pertama dengan mengidentifikasi jenis mineral (fasa) yang hadir, kemudian mengidentifikasi tekstur yang ada, dan terakhir mendiagnosa kenampakan mineral berdasarkan urut-urutan waktu dari gabungan dua tahap sebelumnya.
Gambar 2.28. (a) kalkopirit (kuning terang) mengisi rekahan dalam sfalerit
Tekstur Mineral Bijih 25
Replacement kovelit terhadap kalkopirit menunjukkan kehadiran kovelit
setelah kalkopirit dan sfalerit; (b) kalkopirit yang berukuran sangat halus (< 30 μm) hadir sebagai inklusi di dalam pirit yang berwarna kuning buram; (c, d) galena (putih) hadir setelah mineral pirit, sfalerit, dan kalkopirit. Galena hadir sebagai inklusi dan replacement terhadap pirit dan kalkopirit.
Tabel 1. Paragenesa mineral bijih
Mineral Stage 1 Stage 2 Stage 3 Stage 4 Stage 5
(sekunder) Pirit Sfalerit Kalkopirit Galena Kovelit
Tekstur Mineral Bijih 26
BAB III
KESIMPULAN
Pada dasarnya tekstur adalah suatu bentuk yang memperlihatkan hubungan antara mineral yang satu terhadap mineral lainnya, hubungan antara mineral inklusi terhadap
host mineral, dan hubungan antara mineral- mineral terhadap massadasarnya.
Tekstur merupakan kenampakan fisik secara umum atau karakter dari suatu batuan, termasuk aspek geometri, komponen, hubungan antarkomponen atau kristal penyusunnya.
Faktor-faktor yang mengontrol kenampakan tekstur pada endapan suatu mineral bijih di antaranya faktor mekanika (tektonik, orogenesa, intrusi, dll) yang mengakibatkan terjadinya suatu celah terbuka berbentuk cavern, geode (vug, drusy, amygdule), kondisi fisik batuan dan mineral seperti kekerasan, brittleness, plastisitas, kondisi kimia (di mana konsentasi suatu mineralisasi bergantung juga pada pH, stabilitas mineral dan konsentrasi dari pelarutan), difusi, kontrol batas grains mineral,
microfracturing.
Tekstur primer merupakan tekstur yang terbentuk bersamaan dengan pembentukan endapan bijih. Yang termasuk ke dalam tekstur primer adalah melt dan open space
filling.
Tekstur akibat lelehan (melt) menghasilkan kenampakan kristal euhedral, subhedral, anhedral, dan tekstur poikilitik.
Tekstur Mineral Bijih 27 Adanya pengisian open space filling menghasilkan tekstur vug/cavities, comb texture,
crustiform, colloform, cockade, growth zoning.
Tekstur sekunder merupakan tekstur bijih yang terbentuk setelah pengendapan bijih. Yang termasuk ke dalam tekstur sekunder, di antaranya tekstur replacement, tekstur akibat pendinginan, tekstur deformasi, dan tekstur annealing/metamorfik.
Replacement dapat terjadi akibat beberapa proses di antaranya pelarutan dan presipitasi, oksidasi, dan difusi fase padat.
Tekstur replacement bergantung pada kondisi ketika mineral tersebut di-replace, di antaranya (1) permukaan yang tersedia untuk terjadinya reaksi, (2) struktur kristal mineral primer dan sekunder, dan (3) komposisi kimia mineral primer dan fluida reaktif.
Yang termasuk ke dalam tekstur akibat pendinginan di antaranya adalah rekrista lisasi, eksolusi dan dekomposisi.
Sfalerit mengandung kalkopirit dalam bentuk dispersi acak atau memanjang mengikuti orientasi kristalografi, dikenal dengan tekstur chalcopyrite disease (Barton dan Bethke, 1987).
Yang termasuk ke dalam tekstur deformasi antara lain twinning, kinkbanding, pressure
Tekstur Mineral Bijih 28 Tekstur deformasi kembar pada mineral logam meliputi kembar growth, inversion, dan
deformation.
Growth, terbentuk sebagai kembar lamellar dengan distribusi acak, hadir hanya di beberapa mineral yang berikatan kuat.
Inversion, umumnya hadir sebagai spindle-shaped dan kristal integrowth yang tidak sejajar mineral.
Deformation, hadir sebagai lamellae tebal uniform, umumnya berasosias i dengan
bending, cataclasis, dan rekristalisasi baru, dengan lamellae sering melewati butiran
mineral yang berdekatan.
Breksiasi dipengaruhi oleh derajat deformasi dan mineralogi bijih.
Breksiasi minor dapat berubah jadi kataklasis kompleks dengan peningkatan derajat fragmentasi dan disorientasi, yang melibatkan bijih dan mineral gangue; deformasi penetrasi ini dikenal dengan durchbewegung.
Kenampakan yang khas pada annealing berupa rekristalisasi di sekitar area permukaan mineral dan interfacial tension pada 120°.
Kesetimbangan kembali yang dihasilkan dari proses annealing dapat menghasilkan zona overgrowth dan homogenisasi kristal yang mengandung growth zoning primer.
Tekstur Mineral Bijih 29
DAFTAR PUSTAKA
Craig, J dan Vaughan, D. 1994. Ore Microscopy and Ore Petrography. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Hartosuwarno, S. 2010. Endapan Mineral. Yogyakarta: Laboratorium Petrologi dan Bahan Galian FTM UPN “Veteran” Yogyakarta.
Ilham, W. 2010. Studi Alterasi dan Mineralisasi Emas Berdasarkan Analisis Petrografi Conto
Inti Pemboran Daerah Arinem, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Rusman. 1980. Identifikasi Mineral Opak di Bawah Mikroskop. Bandung: Jurusan Geologi FIPPA Universitas Padjadjaran.