• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Kimia Klinik Nikka Bener

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Kimia Klinik Nikka Bener"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KULIAH KUNJUNGAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

Disusun oleh : Kelompok I

AWALUNISA ISTIQOMAH R.S (21121095)

ASEP ROHMAT (21121096)

DEDE SITI RAHMAH F (21121099)

ILHAM ABDUL WAHID (21121109)

MEI ELVINA (21121115)

NIKKY KURNIANI (21121118)

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG 2015

(2)

KATA PENGANTAR

Allhamdulillaahirabbil’alamin,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kunjungan Laboratorium Klinik ini tepat pada waktunya.

Adapun maksud penulisan Laporan Kuliah Kunjungan Laboratorium Klinik ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat praktikum Kimia Klinik di Sekolah Tinggi Farmasi Bandung. Dengan harapan penulis dapat mengetahui sistem manajemen serta ruang lingkup kerja farmasi di laboratorium klinik .

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penyusunan ini baik dalam isi maupun bentuknya. Oleh karena itu kritik dan saran penulis terima dengan baik.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga Laporan Kuliah Kunjungan Laboratorium Klinik ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya, terutama bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Semoga budi baik semua pihak yang tersebut diatas mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Amin

Bandung, Oktober 2015 Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan kegiatan kunjungan ini adalah salah satu kegiatan pembelajaran sebagai pengetahuan di luar kampus. Selain itu sebagai pendorong kreatifitas dan melaporkan hasil

(3)

pengamatan sebagai informasi yang disampaikan secara tertulis dalam bentuk Laporan. Penulisan ini dapat dilaksanakan baik dan benar, jika mahasiswa sanggup mengerti dan memahami tujuan kunjungan dengan sebenarnya.

1.2 Ruang Lingkup Masalah

Dalam laporan kunjungan laboratorium klinik ini yang menjadi bahan penulisan adalah Laboratorium klinik Prodia yang akan kami ulas lebih jelas tentang sejarah sampai lingkungan, alat yang dipakai dan fungsinya.

1.3 Tujuan

 Memahami dunia kerja yang sebenarnya

 Memahami ruang lingkup farmasi di Laboratorium Klinik

1.4 Manfaat

 Menambah wawasan dan informasi kepada mahasiswa

 Menambah motivasi mahasiswa untuk menghadapi dunia kerja yang sebenarnya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Standar Dasar Laboratorium

Disetiap Laboratorium untuk mendapatkan hasil yang akurat harus mengacu kepada GLP (Good laboratory Procedure) yaitu melalui tahapan Pre Analitik, Analitik dan Pasca Analitik.

• Pre Analitik dapat dikatakan sebagai tahap persiapan awal, dimana tahap ini sangat menentukan kualitas sampel yang nantinya akan dihasilkan dan mempengaruhi proses kerja berikutnya. Yang termasuk dalam tahap Pra Analitik meliputi Kondisi pasien, cara dan waktu pengambilan sampel, perlakuan terhadap proses persiapan sampel sampai sampel selesai dikerjakan.

(4)

• Analitik adalah tahap pengerjaan pengujian sampel sehingga diperoleh hasil pemeriksaan.

• Paska Analitik ialah tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan untuk meyakinkan bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan benar – benar valid atau benar. Seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa tahap preanalitik sangat berpengaruh terhadap kualitas sampel walaupun tidak dapat dinyatakan secara kuantitas. Tahap pre analitik ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga jika terjadi kesalahan pada hasil pemeriksaan sangat sulit untuk ditelusuri atau dilacak. Oleh karenanya sebagai petugas laboratorium harus benar – benar berusaha bekerja sesuai dengan petunjuk pelaksanaan kerja sehingga meminimalisasi terjadinya kesalahan.

Pre analitik

Disamping faktor pengerjaan dari internal pada tahap preanalitik juga sangat tergantung pada kondisi pasien saat itu, kejujuran dan kelengkapan pasien dalam memberi informasi, kondisi sampel itu sendiri, suasana lingkungan dan bahan pembantu yang digunakan.

Adapun faktor – faktor yang pada umumnya berpengaruh pada tahap pre analitik antara lain :

1. Kondisi pasien

a. Riwayat penyakit yang diderita pasien, penyakit turunan ataupun kelainan bawaan tentunya akan mempengaruhi kondisi tubuh pasien tersebut.

b. Berat badan, tinggi badan, luas permukaan tubuh. Kondisi fisik pasien secara spesifik tentunya akan berbeda dan memberi pengaruh antar individu.

c. Kondisi pasien yang sedang fit atau tidak. Kondisi pasien saat pemeriksaan tentunya akan mempengaruhi kondisi sampel yang diberikan.

d. Kelainan – kelainan yang diderita oleh pasien. Jika pasien memiliki kelainan maka tentunya akan mempengaruhi kondisi pasien juga sampel dari pasien tersebut. e. Aktivitas fisik pasien. Aktifitas yang dilakukan pasien dapat meningkatkan kadar –

kadar tes tertentu, contohnya jika pasien habis berolahraga maka kadar CK akan meningkat

(5)

f. Gaya hidup pasien, kebiasaan pasien yang tentunya juga akan mempengaruhi kondisi sampel, contohnya pada pasien yang memiliki kebiasaan merokok, hal ini dapat meningkatkan hasil/kadar pada pemeriksaan tumor marker.

2. Lama puasa pasien (Untuk pemeriksaan tertentu yang memerlukan puasa)

Lama puasa pasien sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan, misalnya pada pemeriksaan glukosa puasa jika pasien berpuasa > 14 jam maka hasil pemeriksaan glukosa tidak akan memperlihatkan kondisi sebenarnya, begitu juga pada pemeriksaan gula 2 jam PP jika pasien diambil darah > 10 menit pada 2 jam setelah makan maka hasil pemeriksaan tidak akan menggambarkan kondisi glukosa darah pasien yang sesungguhnya.

3. Asupan makanan dan obat – obatan yang dikonsumsi

Asupan makanan dan obat – obatan tentunya akan mempengaruhi hasil pemeriksaan, contohnya : obat – obatan penurun kadar lemak ternyata mempengaruhi hasil pemeriksaan kretinin kinase; makan makanan yang berlemak tentunya akan mempengaruhi kolesterol total; kopi dapat meningkatkan kadar kreatinin.

4. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada saat pengambilan sampel :

a. Serum atau Plasma : pengambilan darah harus dilakukan secara tepat, gunakan bahan pembantu yang benar dan berkualitas baik

b. Whole Blood : pengambilamn darah harus dilakukan secara tepat, gunakan bahan pembantu yang benar dan memiliki kualitas baik, jaga stabilitas sampel, kondisi lingkungan disesuaikan dengan persyaratan.

c. Urine : perhatikan cara penampungan yang benar, pengawetan yang digunakan haruslah tepat, gunakan wadah yang bersih dan bebas ketoaminan, stabilitas sampel terjaga baik.

d. Cairan lain : sampel yang diambil haruslah yang tepat, cara pengambilan haruslah yang benar, gunakan bahan pembantu yang benar dan berkualitas baik, penyimpanan sampel benar.

e. Swab, pus (cairan pada nanah/luka) : ketepatan sampel yang diambil, sterilitas bahan pembantu dan lingkungan.

(6)

Sampel yang diambil haruslah sampel yang sesuai/tepat dengan jenis pemeriksaannya, cara pengambilan sampelpun harus benar. Penggunaan bahan pembantu yang tidak tepat tentunya akan merusak sampel. Kondisi lingkungan seperti suhu, kebersihan tentunya mempengaruhi stabilitas dan kualitas sampel sehingga dapat berakibat terhadap hasil pemeriksaan. Kualitas bahan pembantu juga mempengaruhi hasil karena jika kualitasnya tidak baik tentunya dapat merusak sampel dan atau menurunkan kualitas yang ada.

5. Proses persiapan sampel

Cara mempersiapkan sampel tentunya sangat berpengaruh terhadap kualitas sampel yang ada, contohnya : waktu yang dibutuhkan dalam membekukan darah untuk memperoleh serum harus tepat 30 – 60 menit, pemutaran sampel untuk mendapatkan serum yang tepat haruslah sesuai aturan misalnya pada pemeriksaan kimia rutin, darah harus diputar dengan kecepatan 1000 g selama 10 menit. Hal inipun harus didukung oleh alat yang dalam kondisi maksimal seperti alat sentrifuge yang dipergunakan harus memiliki kecepatan dan timer yang sesuai dalam batas persyaratan.

Hal yang perlu diperhatikan pada specimen : a) Penerimaan specimen

Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara spesimen yang diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan mencatat kondisi fisik specimen tersebut pada saaat diterima antara lain volume, warna, kekeruhan, dan konsistensi. Spesimen yang tidak sesuai dan memenuhi persyaratan hendaknya ditolak. Dalam keadaan specimen tidak dapat ditolak (via pos, ekspedisi), maka perlu dicatat dalam buku penerimaan specimen dan formulir hasil pemeriksaan. b) Penanganan specimen

Pengelolaan specimen dilakukan sesuai persyaratan, kondisi penyimpanan specimen sudah tepat, penanganan specimen sudah benar untuk pemeriksaan-pemeriksaan khusus, kondisi pengiriman specimen sudah benar.

c) Pengiriman specimen

Spesimen yang sudah untuk diperiksa dikirimkan ke bagian pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika Laboratorium puskesmas tidak

(7)

mampu melakukan pemeriksaan, maka spesimspecimenim ke laboratorium lain dan sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relative stabil.

d) Penyimpanan specimen

Beberapa specimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa.

Beberapa cara menyimpan specimen antara lain :

 Disimpan pada suhu kamar ( misalnya penyimpanan usap dubur dalam Carry & Blair untuk pemeriksaan Vibrio cholera)

 Disimpan dalam lemari es dengan suhu 0-8C  Dapat diberikan bahan pengawet

 Penyimpanan specimen darah sebaiknya dalam bentuk serum Tahap analitik GLP (Good laboratory Procedure)

Pemeriksaan Laboratorium

Yang Perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap spesimen : a. Metode yang digunakan. Semakin ringkas metode yang digunakan semakin menghemat

waktu pemeriksaan, namun perlu dilihat pula spesifisitas dan sensitifitasnya.

b. Instrumen yang digunakan. Alat manual akan mengalami waktu yang lama untuk mendapatkan hasil, namun lebih yakin dan teliti. Alat Otomatis walaupun cepat, namun banyak yang perlu dikendalikan, baik volume pengisapan alat, QC alat, kalibrasi alat, pemeliharaan yang sulit, kondisi ruangan yang khusus dan mengalami kesalahan sistematik dan kasar karenanya tidak hati-hati dan menguasainya.

c. Personal yang bekerja. Tenaga terlatih lebih baik dan cepat dalam bekerja dibandingkan tenaga yang belum terlatih atau baru bekerja. Tingkat pendidikan berpengaruh juga terhadap ketepatan dan ketelitian pemeriksaan. Wanita pada umumnya di Indonesia lebih teliti bekerja dibandingkan pria, namun tidak semuanya seperti itu.

d. Reagensia yang digunakan. Reagensia yang telah diakui secara Internasional lebih baik dan baku dibandingkan dengan produk home industri atau buatan sendiri secara komersial. Suhu ruangan yang digunakan mempengaruhi terhadap kualitas reagensia. e. Ambient. Kondisi suatu ruangan dan ruang kerja meliputi : suhu, pencahayaaan,

kelembaban, aliran udara sangat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan yang akan dilakukan.

(8)

f. Suplay Daya. Inilah yang sangat mempengaruhi secara keseluruhan dalam rangkaian pemeriksaan laboratorium. Listrik yang tidak stabil dapat mengganggu pengukuran secara menyeluruh. Daya listrik yang sering mati dan hidup karena pemadaman listrik dapat merusak peralatan laboratorium terutama lampu fotometer.

g. Kesehatan. Status kesehatan personal sangat berpengaruh terhadap ketelitian dan ketepatan dalam melakukan pemeriksaan laboratorium.

Pemeliharaan dan kalibrasi Alat

Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan (instruction manual) yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat tersebut. Petunjuk penggunaan tersebut pada umumnya memuat cara operasional dan hal-hal lain yang harus diperhatikan. Cara penggunaan atau cara pengoperasian masing-masing jenis peralatan laboratorium harus ditulis dalam prosedur tetap.

Untuk setiap alat harus mempunyai kartu pemeliharaan yang diletakkan pada atau didekat alat tersebut yang mencatat setiap tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila ditemukan kelainan, maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada penanggung jawab alat tersebut untuk dilakukan perbaikan. Kalibrasi alat

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium adalah peralatan laboratorium, oleh karena itu alat perlu dipelihara dan dikalibrasi secara berkala.

Alat yang perlu dikalibrasi : a. Inkubator

1). Catat suhu inkubator pada kartu setiap hari sebelum mulai bekerja.

2). Penyimpangan suhu yang melebihi 2OC, pengatur suhu perlu disetel kembali. b. Lemari es

1). Catat suhu setiap hari dengan termometer atau suhu yang terlihat pada digital display pada freezer. Termometer yang digunakan harus sesuai dengan suhu alat yang dikalibrasi, misalnya 2-8OC, -20OC atau -76OC.

2). Secara berkala periksa dengan menggunakan termometer standar

3). Cocokkan hasil yang didapat antara suhu yang ditunjukkan oleh termometer digital display dengan termometer standar.

(9)

c. Oven

1). Secara berkala lakukan pemeriksaan suhu dengan menggunakan termometer standar. 2). Cocokkan hasil yang didapat antara suhu yang tercantum dalam oven dengan suhu

yang ditunjukkan oleh termometer standar. d. Pipet

1). Timbang botol timbangan dengan timbangan analitik, kemudian catat hasilnya, misalnya a mg

2). Isap akuades yang sudah diukur suhunya dengan pipet yang akan dikalibrasi, masukkan dalam botol timbang.

3). Timbang botol timbang yang sudah berisi akuades dan catat hasilnya misalnya b mg. 4). Hitung berat akuades yaitu (b-a) mg

5). Maka volume akuades adalah :Berat akuades (b-a)

Volume = ---BJ akuades (0,997017)

6). Hitung perbedaan antara volume hasil perhitungan di atas dengan volume yang dipipet.

e. Rotator

1). Menggunakan Tachometer

Bila kecepatan antara Tachometer dengan alat pengatur kecepatan pada rotator menunjukkan angka yang sama, berarti alat dalam keadaan baik.

2). Menggunakan cara sederhana

- Pegang pinsil secara tegak di samping plate. - Jalankan rotator sambil melihat jam

- Hitung sentuhan plate pada pinsil dalam waktu 1 menit.

- Bila jumlah hitungan sesuai dengan alat pengukur kecepatan, berarti alat dalam keadaan baik.

f. Sentrifuge

Kalibrasi sentrifuge dilakukan dengan mengukur keepatan permenit dan waktu. Pada refrigerated centrifuge selain kalibrasi rpm dan waktu juga perlu kalibrasi suhu.

1). Kalibrasi rpm

(10)

Ujung kabel yang satu dikaitkan pada kumparan motor di dalam, sedangkan 

ujung yang lain dihubungkan dengan alat meter. Set sentrifuge pada rpm tertentu, kemudian jalankan. 

Catat rpm yang ditunjukkan oleh meter pada tachometer 

Ulangi beberapa kali, hitung rata-rata. 

- Tachometer elektrik

Letakkan bagian magnet di sekeliling coil, sehingga menimbulkan aliran listrik 

bila alt dijalankan.

Set sentrifuge pada rpm tertentu. 

Aliran listrik yang timbul akan menggerakkan bagian meter. 

Catat rpm yang ditunjukkan oleh meter pada tachometer. 

Ulangi beberapa kali, hitung rata-rata. 

- Strobe light

Alat ini digunakan bila tachometer tidak dapat menjangkau motor. Pemeriksaan dilakukan beberapa kali dan hitung nilai rata-rata. Kecepatan putar/rpm masih dapat diterima bila penyimpangan nilai rata-rata tidak lebih dari 5%.

2). Kalibrasi alat pencatat waktu

- Set sentrifuge pada waktu yang sering dipakai misalnya 5 menit. - Jalankan alat dan bersamaan dengan itu jalankan stopwatch.

- Pada waktu sentrifuge berhenti, matikan stopwatch, catat waktu yang ditunjukkan stopwatch.

- Ulangi beberapa kali, hitung rata-rata.

- Alat pencatat waktu masih dapat diterima bila penyimpangan nilai rata-rata tidak lebih dari 10%.

g. Spektrofotometer

1). Ketepatan pengukuran absorben

Kalibrasi dilakukan setiap minggu. Kalibrasi dilakukan dengan memakai larutan 50 mg atau 100 mg/L potasium bichromat (K2Cr2O7) 0,8 N asam sulfat. 2). Ketepatan panjang gelombang

(11)

Kalibrasi ini dilakukan setiap 6 bulan. Kalibrasi dapat dilakukan menggunakan beberapa cara :

a). Dengan warna sinar

Kalibrasi berdasarkan pengamatan warna, hasilnya kurang teliti. b). Dengan lampu Deuterium

Hanya dapat dilakukan pada spektrofotometer UV-Vis, cara : apakah % T maksimum ada pada panjang gelombang 656 0,4 nm.

c). Dengan filter Didynium atau Holmium Oxide d). Dengan standar filter bersertifikat

3). Linearitas alat

Lakukan kalibrasi setiap 6 bulan. Kalibrasi linearitas dapat dilakukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu terhadap konsentrasi larutan yang berbeda-beda yang telah diketahui nilainya.

a). Larutan Kalium bikromat untuk daerah UV (<400 nm), dengan serial konsentrasi.

b). Larutan Cobalt ammonium sulfat untuk daerah panjang gelombang lebih dari 400 nm.

c). Filter standar bersertifikat yang telah diketahui %T pada panjang gelombang tertentu.

4). Stray light

Stray light adalah cahaya lain diluar panjang gelombang tertentu yang tidak diinginkan. Sumbernya dapat berasal dari sinar yang bocor dari luar, sinar dari panjang gelombang lain atau dari alat itu sendiri. Misalnya kerusakan monokromator dan pembiasan sinar yang jatuh pada kuvet. Stray light dapat mengakibatkan alat kehilangan linearitas dan terjadi pergeseran puncak absorbsi. Lakukan kalibrasi setiap 6 bulan. Kalibrasi dapat dilakukan dengan :

a). Larutan sodium iodida b). Gelas corning vicor c). Standar filter bersertifikat. Uji Kualitas Reagen

(12)

Uji kualitas reagen harus dilakukan :

a. Setiap kali batch larutan kerja (working solution) dibuat.

b. Setiap minggu (sangat penting untuk larutan pewarna Ziehl Neelsen) c. Bila sudah mendekati masa daluwarsa.

d. Bila ditemukan / terlihat tanda-tanda kerusakan (timbul kekeruhan, perubahan warna, timbul endapan)

e. Bila terdapat kecurigaan terhadap hasil pemeriksaan. Pengujian kualitas dapat dilakukan dengan :

a. Melakukan pemeriksaan bahan kontrol assayed yang telah diketahui nilainya dengan menggunakan reagen tersebut.

b. Menggunakan strain kuman. U

ji kualitas Antigen-Antisera :

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan antigen dan antisera : a. Penggunaannya harus mengikuti petunjuk pabrik.

b. Setiap akan digunakan, antigen atau antibodi dalam botol harus dikocok dahulu dan sesuaikan suhunya dengan suhu kamar.

c. Simpan pada suhu yang dianjurkan.

d. Ada beberapa reagen serologik yang tidak boleh dibekukan. e. Hindari pembekuan dan pencairan yang berulang-ulang.

f. Periksa masa kadaluarsanya, jangan memakai antigem-antisera bila masa kadaluarsanya terlampaui.

g. Untuk menguji aglutinasi antisera, gunakan kultur kuman segar dan murni yang diketahui reaktifitasnya.

h. Pemeriksaan selalu dilakukan dengan mengikutsertakan beberapa serum kontrol yang sudah diketahui reaktifitasnya.

i. Jika memungkinkan, nyatakan kekuatan serum kontrol dalam UI per ml.

j. Pasangan serum masa akut dan konvalesen dari penderita yang sama harus diperiksa dengan nomor batch yang sama.

k. Untuk diagnosa serologik sifilis, hanya digunakan prosedur baku nasional atau internasional.

(13)

1). Serum kontrol negatif (kontrol spesifisitas) 2). Serum reaktif yang lemah (kontrol sensitifitas) 3). Serum reaktif yang kuat (kontrol titrasi) Uji kualitas antigen- antisera :

a. Uji kualitas antigeN 1). Uji biokimia 2). Uji fisik kimia 3). Uji aglutinasi 4). Uji titrasi 5). Uji kemurnian

6). Uji binatang percobaan b. Uji kualitas antisera 1). Uji aglutinasi 2). Uji titrasi

3). Uji dengan berbagai antigen atau larutan NaC

Uji Ketelitian

Hasil laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis, pemantauan

pengobatan dan meramalkan prognosis, maka amatlah perlu untuk selalu menjaga mutu hasil pemeriksaan, dalam arti mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang dapat

dipertanggungjawabkan.Dalam melaksanakan uji ketelitian ini dapat digunakan bahan kontrol assayed atau unassayed. Kegiatan yang harus dilakukan adalam pengujian ini adalah :

a. Periode pendahuluan

Pada periode ini ditentukan nilai dasar yang merupakan nilai rujukan untuk pemeriksaan selanjutnya. Periode ini umumnya dilakukan baik untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi, imunoserologi maupun kimia lingkungan. Cara :

1). Periksalah bahan kontrol bersamaan dengan pemeriksaan spesimen setiap hari kerja atau pada hari parameter yang bersangkutan diperiksa sampai mencapai 25 hari kerja.

2). Catat setiap nilai yang diperoleh tiap hari kerja tersebut dalam formulir periode pendahuluan pada kolom x.

3). Setelah diperoleh 25 nilai pemeriksaan, hitung nilai rata-ratanya (mean), standar deviasi (SD). Koefisien variasi (CV), batas peringatan (mean 2 SD) dan  batas kontrol (mean 3 SD).

(14)

4). Teliti kembali apakah ada nilai yang melebihi batas mean 3 SD. Bila ada,  maka nilai tersebut dihilangkan. Hitung kembali nilai mean, SD, CV, mean 2 SD dan mean 3 SD.

5). Nilai mean dan S yang diperoleh ini dipakai sebagai nilai rujukan Periode kontrol.

b. Periode kontrol

Merupakan periode untuk menentukan ketelitian pemeriksaan pada hari tersebut. Prosedur pada periode kontrol ini tergantung dari bidang pemeriksaannya. Untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan kimia lingkungan cara dalah sebagai berikut :

1). Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari parameter yang bersangkutan diperiksa.

2). Catatlah nilai yang diperoleh pada formulir periode kontrol.

3). Hitung penyimpangannya terhadap nilai rujukan dalam satuan S (Standar Deviasi Index)

4). Satuan S yang diperoleh di plot pada kertas grafik kontrol. c. Evaluasi hasil

1 . 3S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol (out of control), apabila hasil pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas x 3 S.

2. 2S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila hasil pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama yaitu x + 2 S atau x – 2 S.

R 4S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila

perbedaan antara 2 hasil kontrol yang berturut-turut melebihi 4 S (satu kontrol diatas +2 S, lainnya dibawah -2 S)

4 1S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 4 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x + S maupun x – S.

10 X : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 10 kontrol berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai tengah.

Aturan ini mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan acak) yaitu 1 3S, R 4S atau gangguan ketepatan (kesalahan sistematik) yaitu 2 2S, 4 1S, 10 x, 1 3S.

(15)

Uji Ketepatan

Pada uji ketepatan ini dipakai serum kontrol yang telah diketahui rentang nilai kontrolnya (assayed). Hasil pemeriksaan uji ketepatan ini dilihat apakah terletak di dalam atau di luar rentang nilai kontrol menurut metode pemeriksaan yang sama. Bila terletak di dalam rentang nilai kontrol, maka dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol masih tepat sehingga dapat dianggap hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga tepat. Bila terletak di luar rentang nilai kontrol, dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol tidak tepat sehingga hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga dianggap tidak tepat.

Pasca Analitik menurut GLP 1. Cara pencatatan hasil

Kegiatan pencatatan dan pelaporan di laboratorium harus dilaksanakan dengan cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat

mengakibatkan kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan.

Pencatatan kegiatan laboratorium dilakukan sesuai dengan jenis kegiatannya. Ada 4 jenis pencatatan, yaitu :

a. Pencatatan kegiatan pelayanan b. Pencatatan keuangan

c. Pencatatan logistik d. Pencatatan kepegawaian

e. Pencatatan kegiatan lainnya, seperti pemantapan mutu internal, keamanan kerja dan lain-lain.

Pencatatan kegiatan pelayanan dapat dilakukan dengan membuat buku sebagai berikut : a. Buku register penerimaan spesimen terdapat di loket berisi data pasien dan jenis pemeriksaan

b. Buku register besar/induk berisi : data-data pasien secara lengkap serta hasil pemeriksaan spesimen.

(16)

1). Data masing-masing pemeriksaan

2). Data rekapitulasi jumlah pasien dan spesimen yang diterima. d. Buku register pemeriksaan rujukan.

e. Buku ekspedisi dari ruangan/rujukan. f. Buku komunikasi pertukaran petugas (shift) g. Buku register perawatan/kerusakan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

a. Kesesuaian antara pencatatan dan pelaporan hasil pasien dengan spesimen yang sesuai.

b. Penulisan angka yang digunakan.

Khusus mengenai angka, pada pelaporannya perlu disesuaikan mengenai desimal angka dan satuan yang digunakan terhadap keperluan pasien maupun terhadap nilai normal. Bila diperlukan satu angkan bulat, cukup dilaporkan dalam angka bulat tanpa decimal di belakang koma. Satuan yang digunakan sebaiknya adalah satuan

internasional.

c. Pencantuman nilai normal.Satuan pelaporan juga harus sama antara hasil pemeriksaan dengan hasil normal.

d. Pencantuman keterangan yang penting, misalnya bila pemeriksaan dilakukan 2 kali dan sebagainya.

e. Penyampain hasil.

g. Perlu pula disediakan buku ekspedisi didalam dan diluar laboratorium. Kasus tertukar dan hilangnya specimen dapat terjadi baik dalam transportasi didalam maupun diluar laboratorium, sehingga hal ini harus dihindarkan.

2. Cara menegakkan diagnosis dari hasil pemeriksaan

Spesimen yang telah diperiksa dicatat dan dilaporkan dalam buku register masing-masing. Bila terjadi pengukuran/pemeriksaan yang abnormal maka pemeriksaan diulang sebanyak 2 kali atau tiga kali. Bagi laboratorium yang mempunyai seorang Dokter Spesialis Patologi Klinik, hasil pemeriksaan dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Dokter Spesialis Patologi Klinik.

3. Cara pelaporan

(17)

a. Laporan kegiatan rutin harian/bulanan/triwulan/tahunan b. Laporan khusus (misal : KLB, HIV)

c. Laporan hasil pemeriksaan. 4. Keselamatan Kerja

Berbagai tindakan yang dilakukan di dalam laboratorium, baik akibat spesimen maupun alat laboratorium dapat menimbulkan bahaya bagi petugas. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, setiap petugas laboratorium harus melakukan pekerjaannya menurut praktek laboratorium yang benar.

a. Cara mencegah penyebaran bahan infeksi

- Lingkaran sengkelit ose harus penuh dan panjang tangkai maksimum 6 cm.

- Gunakan alat insinerasi mikro untuk membakai sengkelit. Hal ini untuk mencegah timbulnya percikan bahan infeksi jika membakar sengkelit di atas pembakar Bunsen. - Jangan lakukan tes katalasa di atas objek glass. Sebaiknya gunakan tabung atau gelas

objek yang memakai penutup.

- Dekontaminasi permukaan meja kerja dengan desinfektan yang sesuai setiap kali habis bekerja.

b. Cara mencegah tertelan dan terkenanya kulit serta mata oleh bahan infeksi.

Selama bekerja, partikel dan droplet (diameter > 5 m) akan terlepas ke udara dan menempel pada permukaan meja serta tangan petugas laboratorium, untuk itu dianjurkan untuk mengikuti hal-hal di bawah ini :

- Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun/desinfektan. Jangan menyentuh mulut dan mata selama bekerja.

- Jangan makan, minum, merokok, mengunyah permen atau menyimpan makanan/minuman dalam laboratorium.

- Jangan membubuhkan kosmetik dalam laboratorium

- Gunakan alat pelindung mata/muka jika terdapat resiko percikan bahan infeksi saat bekerja.

c. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh

Tindakan di bawah ini khusus dibuat untuk melindungi petugas laboratorium terhadap infeksi yang ditularkan melalui darah seperti virus Hepatitis B, HIV dan lain-lain. 1). Mengambil, memberi, melabel dan membawa spesimen :

(18)

- Gunakan sarung tangan

- Hanya petugas laboratorium yang boleh melakukan pengambilan darah.

- Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari sempritnya dengan alat khusus yang sekaligus merupakan wadah penyimpan jarum habis pakai.

- Tabung spesimen dan formulir permintaan harus diberi label bahaya infeksi. - Masukkan tabung ke dalam kantong plastik untuk dibawa ke laboratorium. 2). Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel

- Buka tabung spesimen dalam kabinet keamanan biologis kelas I dan kelas II. - Gunakan sarung tangan

- Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung setelah dibungkus kain kasa. 3). Sediaan darah pada objek glass ; Pegang objek glass dengan forsep

4). Kaca dan benda tajam

- Jika mungkin, gunakan alat terbuat dari plastik sebagai pengganti kaca/gelas. - Bahan kaca/gelas dapat dipakai jika terbuat dari borosilikat.

- Sedapat mungkin hindari penggunaan alat suntik selain untuk mengambil darah. 5). Melakukan sentrifugasi

- Gunakan tabung sentrifus yang mempunyai tutup. - Gunakan selongsong/rotor yang dilengkapi penutup. e. Peralatan Keamanan Laboratorium

Peralatan yang perlu disiapkan dalam keamanan kerja di laboratorium : 1. Baju khusus untuk bekerja.

2. Sarung tangan.

3. Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin disinfektan) dan air mengalir. 4. Lemari asam (fume hood), dilengkapi dengan exhaust ventilation system. 5. Pipetting aid , rubber bulb

6. Kontainer khusus untuk insenerasi jarum, lancet. 7. Pemancur air (emergency shower)

8. Kabinet keamanan biologis kelas I atau II atau III. f. Pengamanan pada keadaan darurat

1. Sistem tanda bahaya 2. Sistem evakuasi

(19)

3. Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) 4. Alat komunikasi darurat baik didalam atau keluar laboratorium 5. Sistem informasi darurat

6. Pelatihan khusus berkala tentang penanganan keadaan darurat

7. Alat pemadam kebakaran, masker, pasir dan sumber air terletak pada lokasi yang mudah dicapai

8. Alat seperti kampak, palu, obeng, tangga dan tali 9. Alat pengukur kekuatan radioaktif

10. Nomor telepone ambulan, pemadam kebakaran dan polisi disetiap ruangan laboratorium.

g. Prosedur Penanganan Kecelakaan

Untuk mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, wajib disediakan informasi mengenai cara penanganan yang benar jika terjadi tumpahan bahan kimia di dalam laboratorium. Agar mudah terbaca, informasi ini hendaknya dibuat dalam bentuk bagan yang sederhana dan dipasang pada dinding dalam ruang laboratorium.

h. Kesehatan Petugas Laboratorium

Pada setiap calon petugas laboratorium harus dilakukan pemeriksaan kesehatan lengkap, termasuk foto torax dengan sinar X. Keadaan kesehatan petugas laboratorium harus memenuhi standard kesehatan yang telah ditentukan di laboratorium. Untuk menjamin kesehatan para petugas laboratorium harus dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1). Pemeriksaan radiologi paru-paru setiap tahun bagi petugas yang bekerja dengan bahan yang diduga mengandung bakteri tuberkulosis, sedangkan pada petugas lain 3 tahun sekali.

2). Pemberian imunisasi

Setiap laboratorium harus mempunyai proses imunisasi, terutama bagi petugas yang bekerja di laboratorium tingkat keamanan biologis 2, 3 dan 4.

3). Perlindungan terhadap sinar ultra violet

Petugas harus menggunakan pakaian pelindung khusus dan alat pelindung mata. Bila ruangannya tertutup, jam kerja harus sering digilir untuk mencegah kelemasan.

4). Pemantauan kesehatan

(20)

BAB III PEMBAHASAN

Sejarah Klinik PRODIA

Laboratorium Klinik Prodia didirikan pertama kali di Solo pada tanggal 7 Mei 1973 oleh beberapa orang idealis berlatar belakang pendidikan farmasi. Sejak awal, Drs. Andi Wijaya beserta seluruh pendiri lainnya tetap menjaga komitmen untuk mempersembahkan hasil pemeriksaan terbaik dengan layanan sepenuh hati. Komitmen itulah yang mengantarkan Prodia menjadi laboratorium klinik terbaik dan terbesar di Indonesia seperti sekarang ini, serta menjadi Pusat Rujukan Nasional. Mulai tahun 2009, Prodia mengusung tema “Love for Quality” sebagai inspirasi bagi seluruh karyawan Prodia dalam memberikan layanan kepada pelanggan. “Love for Quality” merupakan perwujudan upaya perbaikan tanpa henti yang dilandasi rasa cinta demi mempersembahkan layanan berkualitas, karena Prodia percaya bahwa cinta dan Anda pelanggan setia adalah suatu kesatuan yang takterpisahkan.

Visi

Menjadi laboratorium klinik dan pusat rujukan diagnostik terbaik dan terbesar Sebagai Centre of Excellence

Misi

(21)

Untuk si DIA yang bergabung dengan Prodia

Pada tahun 1975, Prodia mengembangkan layanan di kota Jakarta dan Bandung.Padatahunini, tepatnya tanggal 1 Desember 2015, Laboratorium Klinik Prodia cabang Bandung merayakan ulang tahunnya yang ke- 40. Beragam prestasi membanggakan yang telah dicapai oleh Prodia menjadi bukti atas komitmen Prodia dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggan. Prodia telah mendapatkan pengakuan sebagai laboratorium terbaik, yaitu dengan perolehan akreditasi ISO 9001, SNI : ISO 15189. Selain itu, Prodia juga memperoleh peringkat nasional terbaik untuk hasil External Quality Assurance. Bahkan, Prodia menduduki peringkat 10 internasional dari 2808 laboratorium peserta dari seluruh dunia pada tahun 2011. Yang menjadi puncak keberhasilan Prodia adalah perolehan akreditasi dariCollege of American Pathologists (CAP), yaitu sebuah akreditasi untuk laboratorium medis paling bergengsi di dunia.

Prodia juga memperoleh Top Brand Award sejak 2009, Service Excellence Award sejak 2010, Corporate Image Award 2012, Indonesia Original Brands 2012. Kemudian pada tahun 2013 , Lab Prodia diakui sebagai pemegang Rekor Bisnis (Rebi) dari Tera Foundation sebagai Laboratorium Klinik Swasta dengan jumlah cabang terbanyak di Indonesia. Hingga saat ini, Prodia memiliki 117 cabang yang tersebar di 29 provinsi, yang terbagimenjadi 8 wilayahyaitu, Sumatera, Riau, JABODETABEK, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimurdan NTT, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

Untuk meningkatkan mutu dan layanan pemeriksaan kesehatan yang spesifik yang terkait laboratorium klinik, didirikan sister company yakni Prodia the CRO (Contract Research Organization) untuk layanan uji klinik obat, dan Prodia Occupational Health Institute untuk layanan pemeriksaan kesehatan berbasis kesehatan kerja.Untuk mendukung kelancaran dan ketersediaan reagensia (bahan baku untuk pemeriksaan), Prodia mendirikan pabrik reagensia melalui sister company-nya Proline (Prodia Diagnostic Line). Proline menjadi pabrik reagensia dengan lisensi dari Diasys - Jerman.Kerjasama dan harmonisasi laboratorium sentral antara Prodia dan Quintiles (sebuah Contract Research Organization terbesar di dunia) menjadikan Prodia dapat menangani uji klinis multicenter yang dilakukan di berbagai negara oleh biofarmasi global. Dan Pada September 2011, Prodia menjadi laboratorium pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi NGSP untuk pemeriksaan HbA1c.

(22)

Manajemen kebijakan mutu Prodia

Melalui kinerja berlandaskan mutu, manajemen dan karyawan Prodia memiliki komitmen untuk menghasilkan pemeriksaan dan layanan kesehatan prima yang memuaskan pelanggan dan pihak terkait, serta melakukan perbaikan berkesinambungan. Kualitas pemeriksaan di Prodia adalah yang terbaik. Melalui sistem manajemen mutu Prodia, maka hasil terbaik itu juga didapatkan secara konsisten di setiap cabang Prodia di Indonesia. Sistem mutu tersebut meliputi : Bagian Pengawasan Manajemen Mutu dan Technical Quality Assurance (TQA)

1. Memastikan Standard Operating Procedure (SOP) Prodia terimplementasi sempurna dan menyeluruh di setiap cabang Prodia

2. Memastikan setiap kantor cabang prodia memenuhi persyaratan ISO 9001 : 2008 dan ISO 15189.

3. Melakukan program audit mutu internal dan eksternal dari badan sertifikasi secara berkala.

Mengikuti Program Pemantapan Mutu Nasional dan Internasional 1. Program Nasional Pemantapan Mutu Eksternal - Depkes RI 2. External Quality Assurance (EQAS) Biorad - USA

3. Royal College of Pathologists of Australasia (RCPA) - Australia 4. College of American Pathologist (CAP) - USA

5. Medical Laboratory Evaluation (MLE) - USA 6. Euroimun - Germany

Pelanggan dan Mitra kerja a.

Masyarakat umum

Melayani pelanggan dengan lebih baik merupakan tujuan utama Prodia. Selain melayani pelanggan langsung di cabang-cabang Prodia, layanan yang bisa didapatkan pelanggan antara lain :

1. Pengambilan sampel di rumah pelanggan.

2. Pengiriman hasil pemeriksaan laboratorium ke rumah pelanggan. 3. Akses hasil pemeriksaan secara on-line.

4. Edukasi pelanggan tentang kesehatan melalui seminar maupun bahan cetakan lainnya. b.

(23)

Prodia memandang para dokter sebagai mitra dalam mengembangkan ilmu kedokteran laboratorium dan meningkatkan penanganan dan keselamatan pasien.

Beberapa upaya yang dilakukan Prodia, antara lain :

1. Menyelenggarakan seminar dan menyebarkan informasi diagnostik terbaru melalui diskusi ilmiah maupun publikasi lainnya.

2. Menerbitkan Forum Diagnosticum, Informasi Laboratorium dan The Indonesian Biomedical Journal (IBJ) yang membahas perkembangan ilmu pengetahuan terbaru di bidang kedokteran laboratorium.

c. Perusahaan

Kebutuhan tiap perusahaan dalam melakukan medical check up berbasis kesehatan kerja merupakan alasan mengapa Prodia menjadi mitra banyak perusahaan. Prodia melayani lebih dari 600 perusahaan setiap tahunnya.

d. Rumah sakit dan laboratorium klinik

Sebagai Pusat Rujukan Nasional, Prodia merupakan mitra bagi sebagian besar rumah sakit dan laboratorium klinik lainnya, terutama untuk memenuhi kebutuhan tes laboratorium khusus. Melayani lebih dari 450 jenis tes ditambah dengan tes yang dilakukan jaringan laboratorium di luar negeri, Prodia telah berhasil melakukan lebih dari 120.000 tes bagi lebih dari 1.400 rumah sakit, klinik spesialis dan laboratorium klinik lainnya di seluruh nusantara.

e. Institusi

Prodia memiliki komitmen untuk turut mengembangkan ilmu kedokteran laboratorium di Indonesia. Sejak tahun 2007, Prodia bekerjasama dengan fakultas kedokteran terkemuka di Indonesia dan telah menghasilkan sejumlah penelitian demi kemajuan ilmu kedokteran laboratorium di Indonesia.

f. Organisasi kemasyarakatan

Beragam jenis kerjasama telah dilakukan antara Prodia dengan berbagai organisasi kemasyarakatan. Bergerak dalam bidang kesehatan di negara dengan populasi terbesar ke-4 di dunia, di mana beragam masalah kesehatan merupakan bagian dari kehidupan masyarakatnya, Prodia merasa terpanggil untuk melibatkan diri dengan organisasi kemasyarakatan yang menangani masalah-masalah kesehatan.

(24)

Untuk mendukung operasional laboratorium, Prodia bermitra dengan beberapa pemasok berskala internasional seperti Roche, Abbot, Siemens, Sysmex, dan lain-lain.

Produk dan layanan Prodia Pemeriksaan laboratorium  Alergi  Analisa CSF  Endokrinologi  Hematologi  Imunoserologi  Imunohistokimia  Kadar obat dalam darah  Kimia

 Mikrobiologi

 Mikronutrien dan logam berat  Molecular  Nutrisi  Osteoporosis  Penanda tumor  Tuberculosis  Urinalisasi

(25)

 

Pemeriksaan non laboratorium

 EKG

 Merekam aktivitas kelistrikan jantung untuk mengetahui kelainan jantung  Tredmill

 Treadmill adalah pemeriksaan rekam jantung yang dilakukan secara berkelanjutan selama pasien melakukan aktivitas fisik yang meningkat.

 Rongten  Audiometri

 adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat/ambang batas pendengaran seseorang dan jenis gangguannya bila ada.

 Spirometri

 Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) dengan cara mengukur kecepatan perubahan volume udara di paru-paru selama pernafasan normal dan pernafasan yang dipaksakan, kemudian Nilai yang didapat dibandingkan terhadap nilai normal dari nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin.

 USG

 Adalah teknik diagnostik pencitraan yang menggunakan gelombang ultrasonik yaitu gelombang suara dengan frekuensi yang lebih tinggi dari kemampuan pendengaran manusia, untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran serta strukturnya.

Layanan

 Layanan yang tersedia sejak tahun 1991 ini dikelola oleh Bagian Penunjang Penelitian dengan didukung oleh Laboratorium Riset dan Esoterik, Laboratorium Molekular dan Laboratorium Pusat Rujukan Nasional. Hingga saat ini, Prodia telah berkontribusi pada lebih dari 1.630 penelitian dengan melibatkan lebih dari 470 jenis pemeriksaan baru/riset yang khusus disediakan untuk penelitian akademis, studi epidemilogis maupun publikasi ilmiah.

Dilaboratorium prodia terdapat 4 bagian kerja diantaranya: a. Bagian pelayanan

 Bagian pelayanan ini meliputi:  Custumer service

(26)

 Lebotomis, merupakan tempat pengambilan sampel. b. Bagian operasional

 Bagian operasional ini meliputi :  Bagian laboratorium

 Merupakan tempat distribusi dan analisis sampel.  PAH (Pengontrolan Akhir Hasil)

 Merupakan tempat validasi semua hasil analisis dan penginterprestasian hasil analisis.

c. Bagian umum

 Mengatur kepegawaian dan mengurus segala hal yang berkaitan dengan logistik dan SDM.

d. Bagian keuangan

 Mengatur laporan keuangan misalnya berupa harga pokok, laba, dan membuat suatu strategi agar tetap dapat menaikkan income.

Operasional Di Laboratorium Prodia  Pre analitik

 Proses pre analitik di laboratorium prodia dibagi 2 tahap yaitu pengambilan sampel dan distribusi sampel.

 Pengambilan sampel di sesuaikan dengan pemeriksaan yang akan dilakukan oleh pasien, misalnya sampel darah untuk pasien yang akan melakukan uji kadar glukosa, sampel urin untuk melihat kandungan dalam urin. Namun sampel yang paling banyak digunakan adalah darah karena dapat digunakan untuk berbagai macam pemeriksaan. Selanjutnya sampel didistribusikan menggunakan lift khusus sampel untuk di proses lebih lanjut, fungsi pendistribusian dengan menggunakan lift khusus bertujuan untuk meminimalisir terkontaminasinya sampel. Setelah sampel tiba di tempat pemeriksaan, sampel disimpan minimal 30 menit lalu dilanjutkan dengan proses pemisahan plasma darah dengan sel darah lainnya dengan metode centrifugasi. Sampel yang telah selesai dicentrifugasi dibagi sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan, namun sebagian sampel disimpan untuk konfirmasi ulang ketika terjadi kesalahan ataupun komplain dari pasien. Sebelum dilakukan penyimpanan specimen ditambahkan antikoagulan untuk mencegah penggumpalan darah. Untuk meminimalisir kesalahan identitas pasien di laboratorium prodia menggunakan system barcode dari awal hingga akhir proses sehingga meminimalisir tertukarnya specimen. Selanjutnya, Sampel di

(27)

distribusikan ke setiap divisi untuk diperiksa sesuai dengan keinginan pasien. Specimen yang akan diuji diperlakukan sebagai bahan yang infeksius.

 Analitik

 Setelah spesimen didisribusikan ke bagian analisis sampel dimasukan kedalam anal, semua alat sudah bekerca secara otomatis dari mulai menscan barcode hingga interpretasi data didalam monitor. Didalam barcode sudah terdapat data pengujian apa yang diinginkan oleh pasien sehingga satu perangkat alat haya ditanggung jawabi oleh minimal satu orang. Di laboratorium prodia dibagi menjadi lima laboratorium yaitu laboratorium kimia, Hematologi, imunoserologi, urinalisasi dan mikrobiologi.

1. Lab Kimia

 Alat yang digunakan : - Architect C 4000

 

 Setiap hari kontrol dilakukan dan setiap kontrol dilakukan sebanyak du level. Untuk kalibrasi alat dilakukan secara rutin, apabila operator lupa mengkalibrasi alat yang akan langsung mengingatkan dengan cara berhenti bekerja walaupun sudah diset untuk bekerja.

2. Lab Hematologi

- SysmexXN 1000

(28)

 Alat ini bisa digunakan untuk berbagai jenis tes hematologi. Kontrol dilakukan setiap 8 jam sekali dan dilakukan sebanyak 3 level.

3. Lab Imunoserologi - Architect i 1000 SS  - Vidas Pc Elfa  - Manual 4. Lab Urinalisasi - Cobas U 411

 Prinsip alat ini adalah reflakansi fotometer

 Di lababoratorium ini bertanggung jawab atas pengujian urin, feses, dan sperma. 5. Lab Mikrobiologi

(29)

 - EPI 20 - Manual   Post analitik  Quality Validation (QV)

 Untuk seluruh hasil uji laboratorium maupun non laboratorium di laboratorium prodia berada dibawah tanggung jawab PAH (Pengontrolan Akhir Hasil) atau biasa disebut Quality Validation (QV). PAH bertanggung jawab untuk memvalidasi seluruh hasil pemeriksaan, bila ada hasil yang dirasa kurang cocok atau melenceng PAH bisa menugaskan divisi yang bersangkutan untuk mengulang analisis. PAH memiliki seluruh hasil analisis dari setiap divisi analisis, dikarenakan system di prodia sudah komputerisasi seluruh hasil analisis yang dihasilkan interpretasinya langsug masuk kebagian PAH dan apabila seluruh analisis telah selaesai PAH baru bias memvalidasi hasil dan menyatakan hasil tersebut dapat release atau harus dilakukan pengujian ulang. Apabila hail telah dinyatakan release PAH akan mencocokan data pasien dengan hasil lab yang telah dilakukan apakah cocok atau tidak, apabila telah cocok hasil akan diberikan kepada bagian pelayanan untuk selanjutnya diserahkan pada pasien.

 Untuk penyerahan hasil ada beberapa cara yang ditawarkan oleh lab prodia, antara lain pelanggan bisa langsung datang mengambil hasil tes labnya, hasil lab dikirim melalui email ataupun paket. Cara-cara tersebut dimaksudkan agar mempermudah pelanggan ataupun pasien.

 

Pengolahan Limbah

- Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Lab

- System IPAL ( InstalasiPengolahan Air Limbah ) diuji setiap bulan sesuai syarat - Sediaan padat dengan system B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

(30)

        BAB IV KESIMPULAN  

 Dari hasil kunjungan ke laboratorium prodia kami dapat mengetahui cara analisis dan cara memperlakukan specimen dengan baik hingga menghasilkan data yang dapat dipertanggung jawabkan. Seluruh pengerjaan dari mulai pasien datang, pengambilan specimen hingga hasil keluar dilakukan dengan sangat sistemis yang menunjukan SOP telah dijalankan dengan sangat baik. Penggunaan barcode sebagai identitas specimen juga sangat efektif sehingga kemungkina specimen tertukarpun sangat kecil hal ini didukung pula oleh system komputerisasi dalam semua alat analisis sehingga data akan terpusat disatu server dan bisa diakses langsung oleh bagian PAH untuk dilakukan verifikasi.                     DAFTAR PUSTAKA

(31)

 http://darahanalis.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-laboratorium-kesehatan-dan.htmldiaksestanggal6 oktober 2015

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat adanya beberapa permasalahan di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang “Analisis dan Perancangan Sistem Aplikasi Pengolahan Nilai Raport pada

Reog Panca Tunggal dalam permainannya menggunakan waditra/alat musik perkusi berupa 4 ketipung yang disebut Reog (terdiri dari:tilingtingti, tong, deng-deng dan

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengajukan usulan penelitian untuk penulisan hukum dengan judul “Peran Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan

Anda akan diberi waktu 20 menit setelah pembacaan kedua untuk menjawab Pertanyaan 2 dalam bahasa INDONESIA dalam buku tulis yang disediakan3. Apabila diperlukan, tersedia buku

responden dalam penelitian ini 13 orang 5,2 persen memiliki pengetahuan baik dan 4 orang 1,6 persen memiliki pengetahuan sangat baik, dan 23 orang 9,2 persen

Maju mundurnya sumber daya manusia (SDM) pada suatu daerah, tidak hanya bergantung pada upaya-upaya yang dilakukan sekolah/madrasah, namun sangat bergantung kepada

Perilaku Seksual Anak Jalanan Ditinjau dengan Teori Health Belief Model (HBM). Promoting Active Learning through the Integration of Mobile and Ubiquitous Technologies. Faktor

Periklanan dapat menambah nilai pada suatu barang dengan memberikan infonnasi kepada konsumen. Iklan dapat memberikan infonnasi lebih banyak daripada lainnya, baik tentang harga,