• Tidak ada hasil yang ditemukan

UKL-UPL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UKL-UPL"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kesehatan merupakan faktor kunci dalam kehidupan manusia. Kesehatan yang baik menjadi faktor pendukung kesuksesan hidup. Segala aktivitas dan pekerjaan dapat berjalan seperti yang diharapkan. Namun seiring dengan berbagai usaha manusia untuk mewujudkan kesehatan, semakin berat pula tantangan yang dihadapi. Penyakit menjadi semakin beragam, dan juga pola penyakit bergeser dari infeksi menjadi degeneratif.

Melihat kondisi tersebut, kami, Gramedika 10, ingin menjadi bagian dari sarana kesehatan masyarakat yang mampu memberikan pelayanan bermutu. Menjadi mitra masyarakat dalam mewujudkan hidup sehat guna menunjang kebahagiaan hidup lahir dan batin. Kami menyediakan praktek dokter bersama, apotek, laboratorium klinik (kerjasama dengan laboratorium klinik CITO), rumah bersalin, pelayanan KB serta sanggar senam. Adapun praktek dokter bersama terdiri dari praktek dokter umum, dokter anak, dokter kandungan.

Untuk mendukung terwujudnya visi dan misi kami yaitu untuk memberikan pelayanan yang bermutu, profesional dan handal, serta mengacu pada Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, kami menyadari sepenuhnya bahwa perlu diadakan pengkajian dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan sebagai efek samping dari kegiatan operasional yang dilakukan. Adapun pengkajian lingkungan tersebut berupa Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

1.2. Peraturan Perundang-undangan yang Melandasi Penyusunan UKL-UPL

Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) mengacu pada.

a. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan

b. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup c. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang

perrsyaratan kesehatan lingkungan rumahsakit

d. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup NO.65 Tahun 1999 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan pelayanan kesehatan di Propinsi DIY

(2)

e. Keputusan Gubernur DIY No. 176 tahun 2003 tentang baku tingkat getaran kebisingan dan kebauan di Prop. DIY

f. Surat Keputusan Bupati Sleman NO. 17/Kep.KDH/A/2004 tentang pengelolaan lingkungan hidup.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Kegiatan

Tujuan pengkajian Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) adalah:

a. Untuk mendeteksi lebih dini dampak yang diimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan BP-RB Gramedika 10.

b. Menindaklanjuti hasil pengkajian dan segera melakukan tindakan untuk menghentikan dan memperbaiki keadaan lingkungan.

Adapun kegunaan dari Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) adalah:

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi BP-RB Gramedika 10 untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan.

b. Sebagai pertimbangan bagi para pengambil keputusan BP-RB Gramedika 10 dalam memutuskan dan mengimplementasikan berbagai kegiatan dan kebijakan.

c. Sebagai acuan untuk mengoptimalkan berbagai dampak positif.

d. Bersama dengan masyarakat setempat menjaga dan meningkatkan kelestarian dan kebersihan lingkungan

(3)

BAB II

URAIAN RENCANA KEGIATAN

2.1. Data Umum Perusahaan

Nama Perusahaan : Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin Gramedika 10 Nama Pengelola : Dr. Titi Endarty N

Alamat Kantor : Jl. Raya Besi-Jangkang 10, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman No telp. : 0274-7104474

No. Fax : 0274-7104475

Status Lahan : Milik Salah satu pemegang saham Status Permodalan : Saham

Batas Lahan :

Utara : Jalan Raya Besi-Jangkang Selatan : Tanah Pekarangan

Timur : Rumah Penduduk Barat : Jalan desa

Jenis Pelayanan : Rumah bersalin, Klinik KIA, KB, Balai Pengobatan termasuk Unit Gawat Darurat 24 jam, Laboratorium Klinik, Klinik

Akupuntur, Apotek, Sanggar senam khusus wanita dan ibu hamil Perijinan yang sudah dimiliki:

Ijin Gangguan Usaha (HO) No. 503/8450/HO/2006 IMB Sementara No: 1997/IMB.S/2005

2.2. Tahap Konstruksi

Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin Gramedika 10 menempati lahan seluas 607 m2 dengan

Akta Tanah No.5250/2004 atas nama dra. Roosiany Apt, adapun dari lahan tersebut luas bangunan adalah lantai 1: 217 m2 dan lantai 2: 217 m2 dan sisanya dimanfaatkan untuk lahan

parkir dan areal taman.

Konstruksi bangunan sejak awal telah mempertimbangkan tempat pembuangan limbah baik medis maupun non medis. Limbah padat non medis kami kumpulkan dan diambil oleh petugas kebersihan daerah. Sedangkan untuk limbah cair dibuat saluran dan tempat pembuangan. Khusus untuk limbah cair dan padat medis ditampung dalam penampungan sementara sebelum dikirim ke RSUD Sleman. Sementara belum memiliki IPAL dan incenerator, kami melakukan kerja sama pengolahan limbah dengan RSUD Sleman. Selain itu pada tahap ini juga dibangun:

(4)

Lantai I:

Apotek : 1 kamar Ruang Poli Umum : 1 kamar Ruang Poli Anak : 1 kamar Ruang Bidan : 1 kamar Apotek : 1 ruangan UGD : 1 ruangan Ruang rawat inap : 6 kamar Ruang sekretariat : 1 kamar Mushola : 1 kamar Dapur dan laundry : 1 kamar

Lantai II:

Ruang senam : 1 ruangan Ruang rapat : 1 ruangan

Ruang rawat inap : 4 ruang (dalam pengembangan)

Lantai III:

Dalam pengembangan. Tahap ini direncanakan selesai pada pertengahan bulan Agustus.

2.3. Tahap Operasi 2.3.1. Tenaga Kerja

Sebagai sebuah organisasi baru kami sungguh sangat mempertimbangkan perekrutan tenaga kerja yang nantinya menjadi mitra kami dalam mengembangkan dan membesarkan organisasi. Pertimbangan tersebut meliputi kualitas maupun kuantitas. Kuantitas disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan membayar yang kami miliki. Adapun rencana jumlah dan rincian tenaga kerja adalah sebagai berikut:

Tenaga Kerja Jumlah

Pelayanan Kesehatan

Dokter Umum Dokter Spesialis

Kebidanan dan Kandungan Anak Bidan Perawat Apoteker Asisten apoteker Administrasi Sekretaris merangakap pendaftaran dan informasi

Supporting Staff

Laundry dan Cleaning service Sopir

Satpam

Logistik dan Pramusaji

1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 4

(5)

2.3.2. Penggunaan Energi

BP-RB Gramedika 10.menjadi pelanggan PT PLN (Pusat Listrik Negara) untuk memenuhi kebutuhan listrik. Kapasitas yang digunakan sebanyak tiga unit masing-masing sebesar 900 watt, 1300 wattt dan 2200 watt. Sebagai langkah antisipatif pengadaan energi ketika terjadi pemadaman listrik dari PT PLN adalah melalui pemakaian genset. Namun sayangnya, pemekaian genset dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yaitu berupa polusi asap dan suara. Untuk itu kami menyadari sepenuhnya bahwa pemasangan dan pemakaian genset harus sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.

2.3.3. Penggunaan Air

Dalam memenuhi kebutuhuan air, BP-RB Gramedika 10.memanfaatkan jasa PT PDAM dan juga disertai sumur sebagai cadangan. Kebutuhan air sangat ditentukan oleh jumlah pasien yang ditangani dan kegiatan yang dilaksanakan.

Perhitungan perkiraan dasar kebutuhan air setiap hari adalah sebagai berikut:

6 pasien rawat inap x 500 liter/hari = 3000 liter 13 karyawan x 100 litre/hari = 1300 liter Kegiatan dapur dan laundry = 4000 liter Keperluan lain-lain = 500 liter

Perkiraan Jumlah kebutuhan air = 88000 liter

2.3.4. Pelayanan Kesehatan

Sebagai sebuah balai pengobatan dan rumah bersalin, kami menyediakan fasilitas pelayanan seperti:

• Pelayanan kesehatan umum

• Pelayanan kesehatan anak dan remaja

• Konsultasi dokter spesialis anak

• Konsultasi dokter spesialis kandungan

• Pelayanan vaksinasi

• Pemeriksaan ibu hamil

• Pelayanan ibu melahirkan

• Pelayanan keluarga berencana

• Posyandu

• Rawat inap dengan kapasitas sementara 6 kamar

(6)

• Instalasi Gawat Darurat 24 jam

• Laboratorium klinik (bekerja sama dengan Lab. Klinik Kurnia)

• Apotek

• Sanggar senam khusus wanita

(7)

BAB III

RONA LINGKUNGAN HIDUP

3.1 Lingkungan Sekitar

BP-RB Gramedika 10 berada di daerah utara Yogyakarta, sekitar 20 km dari pusat kota. Di kawasan ini dalam radius 2 km belum terdapat rumah sakit/RB-BP. Rumah sakit terdekat adalah RS. Panti Nugroho yang berjarak sekitar 4 km dari lokasi.

Lokasi tempat didirikannya RB-BP berada di daerah pertokoan dan pemukiman padat penduduk. Sebagai gambaran kami berikan perkiraan jarak dari beberapa titik lokasi yang dikenal luas oleh masyarakat.

Kampus UGM : 15 KM Kampus UII Jl. Kaliurang : 2 KM Lokasi Wisata Kaliurang : 7 KM RS. Panti Nugroho : 4 KM

Pasar : 1 KM

Masjid : 500 M YAKKUM : 4 KM

(8)

BAB IV

DAMPAK LINGKUNGAN YANG MUNGKIN TERJADI

4.1. Dampak

Dalam kegiatannya di tengah masyarakat dalam keseharian, BP-RB. Gramedika 10 mempunyai berbagai dampak baik positif maupun negatif bagi lingkungan sekitarnya. Dampak ini muncul baik pada tahap konstruksi maupun tahap operasi. Dampak positif pada kedua tahap ini cenderung sama yaitu:

a. Mitra masyarakat dalam mewujudkan hidup dan lingkungan yang sehat b. Penyerapan tenaga kerja dari lingkungan masyarakat sekitar

c. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat dengan biaya yang terjangkau d. Mempercepat dan mendekatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

e. Menggairahkan perekonomian masyarakat sekitar, mereka dapat membuka warung nasi, toko keperluan sehari-hari, wartel, dll

Sedangkan dampak negatif pada masing-masing tahap saling berbeda. Dampak negatif pada tahap konstruksi:

a. Polusi debu

Kegiatan membangun dengan berbagai material menimbulkan debu yang dapat mengganggu kebersihan udara sekitar lingkungan.

b. Polusi suara

Tahap konstruksi, dimana terjadi kegiatan pertukangan banyak menimbulkan suara ataupun kebisingan dari berbagai alat pembantu seperti mollen, genset, diesel, bor, dll.

c. Limbah sisa konstruksi

Proses pembangunan juga menimbulkan berbagai limbah dan sampah. Seperti sisa kayu, besi, kantong semen, dll

d. Gangguan kelancaran lalu lintas

Arus kendaraan yang lalu lalang membawa bahan material dapat menyebabkan kemacetan arus lalu lintas.

Tahap operasi mempunyai dampak negatif seperti: a. Limbah padat medis

Limbah ini berupa: kapas, darah alat suntik, botol infus, botol obat, plastik kemasan obat, toples obat, kasa, dll

b. Limbah padat non medis

(9)

c. Limbah cair medis Darah, urine, air ketuban, dll d. Limbah cair non medis Urine, air limbah kamar mandi, dll e. Polusi gas atau debu

Asap genset (pemakaian ketika listrik dari PLN mati), asap dapur, asap kendaraan bermotor f. Polusi surara

Suara mesin genset, kendaraan bermotor, ambulance g. Gangguan arus lalu lintas

Arus kendaraan keluar masuk RB-BP Gramedika 10 dapat mengganggu kelancaran lalu lintas di Jalan Raya Besi Jangkang. Selain itu munculnya para pedagang kaki lima di pinggir-pinggir jalan, juga dapat mengganggu kelancaran arus lalu lintas.

h. Persepsi buruk masyarakat

Bila tidak diberikan pengertian dan keterbukaan informasi, masyarakat sekitar dapat mempunyai persepsi buruk tentang RB-BP Gramedika 10 bahwa limbah akan dibuang sembarangan dan mengganggu kebersihan lingkungan.

Untuk lebih jelasnya, kami jabarkan berbagai dampak negatif tersebut dalam tabel berikut ini:

SUMBER DAMPAK JENIS DAMPAK BESARAN

DAMPAK

KETERANGAN

Tahap Konstruksi

Limbah Debu Polusi Suara

Limbah Sisa Konstruksi Kelancaran Lalu Lintas Tahap Operasi

Limbah Medis Limbah padat medis Limbah ini berupa: kapas, darah alat suntik, botol infus, botol obat, plastik kemasan Limbah cair medis Darah, urine, air ketuban, dll Limbah Non Medis Limbah padat non

medis

Plastik, sisa makanan, kertas, daun, kulit buah, dll

(10)

Limbah cair non medis Urine, air limbah kamar mandi, dll

Lain-lain Polusi gas atau debu Asap genset

(pemakaian ketika listrik dari PLN mati), asap dapur, asap kendaraan bermotor

Polusi surara

Suara mesin genset, kendaraan bermotor, ambulance

Gangguan arus lalu lintas

Arus kendaraan keluar masuk, munculnya para pedagang kaki lima di pinggir jalan,

Persepsi buruk masyarakat

Tanpa pengertian dan keterbukaan informasi, masyarakat dapat mempunyai persepsi buruk bahwa limbah dibuang sembarangan dan mengganggu kebersihan lingkungan.

(11)

BAB V

PENGELOLAAN DAN PEMELIHARAAN LINGKUNGAN

5.1. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Berdasarkan prediksi berbagai limbah yang potensial muncul seiring dengan kegiatan RB-BP Gramedika 10 (seperti telah dijabarkan pada bab IV), kami berusaha untuk meminimalisir atau bahkan meniadakan berbagai dampak tersebut. Sebagai sebuah lembaga yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat, menjadi bagian dari mereka, maka kami juga merasa wajib ikut bertanggung jawab atas kelestarian dan kebersihan lingkungan.

5.1.1 Tahap Operasi: Buangan Limbah

a. Sumber dampak : buangan limbah

b. Jenis dampak : vektor penyakit, estetika lingkungan, dan penurunan kualitas air tanah/sumur

c. Upaya pengelolaan dampak :

Penanganan dampak buangan sampah limbah non medis.

- Limbah rumah tangga disediakan bak sampah tertutup, kemudian dilakukan pembuangan di tempat pembuangan akhir (TPA).

- Limbah cair yang berasal dari kamar mandi, ruang dapur dibuang ke septik tank dan sumur peresapan yang sudah disediakan.

Penanganan dampak buangan limbah medis

- Limbah padat : disediakan bak sampah khusus yang tertutup, disemprot dengan obat anti bakteri, dikirim ke RSUD Kota yang menyediakan fasilitas pengolahan limbah untuk dimusnahkan dengan pembakaran.

- Limbah cair : ditampung dalam bak khusus dan akan dilakukan penyedotan secara periodik kemudian dikirim ke instansi yang menyediakan fasilitas pengolahan limbah (Surat kerjasama terlampir).

Adanya vektor penyakit (lalat, tikus, kecoa, dll) ditanggulangi dengan cara disemprot dengan obat baygon setiap hari.

5.1.2 Tahap Operasi: Kegiatan BP-RB-KIA Merapi 10 a. Sumber dampak : persepsi masyarakat

b. Jenis dampak : keluhan/tanggapan negatif/positif dari kegiatan operasional c. Upaya pengelolaan dampak :

- Memperhatikan keluhan-eluhan masyarakat atas kegiatan BP-RB-KIA Merapi 10

- Berpartisipasi aktif dalam kegiatan disekitar BP-RB-KIA Merapi 10 berupa bantuan dana, tenaga, maupun pemikiran demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

(12)

- Memanfaatkan seoptimal mungkin sumber daya manusia diwilayah sekitar BP-RB-KIA Merapi 10 dengan memperhatikan kualifikasi dan persyaratan SDM yang dibutuhkan.

- Menjalin koordinasi yang baik dengan kepala wilayah dan puskesmas setempat demi tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

- Menjaga kebersihan lingkungan, terutama ditempat-tempat sebagai media tumbuh dan berkembangnya vektor penyakit (kecoa, lalat, dan tikus)

- Memperhatikan ketentuan-ketentuan seperti penyehatan bangunan dan ruang termasuk pencahayaan, ventilasi udara dan kebisingan, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air dan peningkatan kualitas air, penangan sampah dan limbah, penyehatan tempat pencucian, pengendalian serangga dan tikus, sterilisasi dan disinfeksi, penyuluhan kesehatan lingkungan - Untuk menjaga kuantitas dan kualitas air tanah, dibuat sumur-sumur resapan di sekitar kegiatan BP-RB-KIA Merapi 10

- Memperkerjakan Satpam sebagai pengatur kelancaran lalu-lintas disekitar BP-RB-KIA Merapi 10 dan menyediakan area parkir yang memadai sehingga tidak mengganggu kegiatan sehari-hari penduduk setempat.

5.1.3 Tahap Operasi: Kegiatan BP-RB-KIA Merapi 10 a. Sumber dampak : transportasi

b. Jenis dampak : kecelakaan lalu lintas dan kemacetan c. Upaya pengelolaan dampak :

- Mengatur alur keluar masuk kendaraan ke BP-RB-KIA Merapi 10

- Mengatur tempat parkir sedemikian sehingga tidak mengganggu kelancaran lalu lintas dan merencanakan perluasan area parkir

- Memberdayakan petugas khusus untuk menjaga kelancaran lalu lintas dan ketertiban tempat parkir

- Mengupayakan rambu-rambu peringatan untuk menjaga keseamatan bersama

5.1.4 Tahap Operasi : BP-RB-KIA Merapi 10

a. Sumber dampak : pedagang kaki lima

b. Jenis dampak : keramaian dan mengganggu ketentraman

c. Upaya pengelolaan dampak : Menertibkan, mengatur, dan membatasi para pedagang kaki lima agar tidak menggnggu ketenangan dan ketentraman masyarakat sekitar.

d. Operasional Gen Set

Dilakukan hanya pada waktu listrik negara giliran padam, sedang tempat genset jauh dari BP-RB-KIA Merapi 10 kurang lebih 100 m dan tempatnya kedap suara.

(13)

Sumber dampak Jenis dampak Cara Lokasi Pelaksana

Tahap Pra Konstruksi dan Konstruksi Tahap Operasi Buangan limbah cair Medis Non Medis Pencemaran airtanah atau menurunnya kualitas airtanah Air permukaan Membuat bak-bak penampungan septik tank dan resapan sesuai ketentuan berlaku

Limbah medis ditampung di bak tersendiri dan dikirim secara rutin ke RSUD Kota pengolah limbah

Di tiga lokasi penampungan limbah non medis dan satu lokasi bak penampungan limbah medis

BP-RB-KIA Merapi 10

KPDL dan instansi terkait

Buangan limbah padat (limbah padat medis dan non medis

Bau yang ditimbulkan dari limbah tempat penampungan

Untuk limbah padat medis diolah dengan incenuator kerjasma dengan RSUD Kota (MOU terlampir)

Bagian belakang BP-RB-KIA Merapi 10 BP-RB-KIA Merapi 10

KPDL dan instansi terkait

Persepsi negatif masyarakat terhadap pencemaran air dan buangan limbah

Timbulnya vektor penyakit

Memantau secara rutin keluhan masyarakat

Mengatasi dampak negatif secara konsekuen dan baik Menjalin kerjasama dengan instansi terkait Penyemprotan Masyarakat sekitar lokasi BP-RB-KIA Merapi 10 BP-RB-KIA Merapi 10

KPDL dan instansi terkait

Timbulnya vektor penyakit (lalat, tikus,

Penyemprotan dengan Baygon Di tempat-tempat yang BP-RB-KIA Merapi 10

(14)

kecoa) Pembersihan tempat pembuangan sampah lmbah cair rawan lalat. Pemakaian genset (bila listrik PLN mati)

Gangguan asap dan bising

Mengisolasi ruang genset dengan memberi peredam Menempatkan cerobong diruang genset

Menanam pohon untuk penghijauan Di ruang genset BP-RB-KIA Merapi 10 BP-RB-KIA Merapi 10

KPDL dan instansi terkait

Kegiatan BP-RB-KIA Merapi 10

Peluang kerja/usaha Mengambil karyawan (terutama non medis) dari masyarakat sekitar

BP-RB-KIA Merapi 10

KPDL dan instansi terkait

Kemacetan dan kecelakaan

Mengatur alur keluar masuk kendaraan ke BP-RB-KIA Merapi 10

Membuat rambu-rambu peringatan

Menyediakan tempat parkir yang memadai

BP-RB-KIA Merapi 10

KPDL dan instansi terkait

Pedagang kaki lima Mengatur dan membatasi para pedagang kakilima

BP-RB-KIA Merapi 10

(15)

5.2 Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)

Upaya pemantauan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan BP-RB-KIA Merapi 10 adalah.

5.2.1 Tahap Pra-Konstruksi dan Konstruksi

a. Jenis dampak : kebisingan, polusi udara, dan gangguan lalu lintas b. Prameter yang dipantau : keluhan masyarakat

c. Tolok ukur : Keputusan Gubernur DIY no. 176 tahun 2003 tentang Baku tingkat getaran, kebisingan, dan kebauan di Propinsi DIY untuk Rumahsakit.

Tabel 5.2 Tolok Ukur Parameter Kebisingan, Polusi Udara, dan Gangguan Lalu Lintas No Parameter yang Diukur Baku Mutu

1 Kebisingan > 50 Kep. Gubernur DIY No. 176/2003 2 Polusi Udara Kep. Gubernur DIY No. 169/2003

e. Lokasi pemantauan/lokasi pemukiman disebelah barat dan timur

f. Waktu dan frekuensi pemantauan: sebulan sekali bersamaan dengan pertemuan rutin masyarakat desa di wilayah kegiatan BP-RB-KIA Merapi 10

g.Cara pemantauan : dengan melakukan dengar pendapat, keluhan dan tanggapan masyarakat terhadap kegiatan pembangunan fasilitas BP-RB-KIA Merapi 10 dandampak yang ditimbulkannya

h.Pelaksanan pemantauan : pengelola kegiatan BP-RB-KIA Merapi 10

5.2.2 Tahap Operasi: Buangan Limbah Cair Medis dan Non Medis

a. Jenis dampak : pencemaran dan penurunan kualitas air tanah dan sumurS b. Parameter yang dipantau : kualitas air tanah/sumur penduduk sesuai SK Menkes no. 416/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air

c. Tolok Ukur

Tabel 5.3 Parameter yang diukur untuk kualitas air

No Parameter Batas syarat air minum satuan Fisika

1 Bau

2 Zat padat terlarut 15000 Mg/L

3 Kekeruhan 25 NTU

4 Suhu 3 º C

5 Warna 50 TCU

6. Air Raksa 0,001 Mg/L

7. Arsen 0,05

d. Lokasi Pemantauan : BP-RB-KIA Merapi 10 dan penduduk sekitar e. Waktu dan frekuensi pemantauan : 1 bulan sekali

f. Cara pengujian kualitas air bersih: sampel dengan mengambil sampel air bersih untuk diuji dilaboratorium (setiap 6 bulan)

(16)

5.2.3 Gangguan Lalu Lintas Dampak terhadap transportasi

Jenis dampak: Kemacetan dan kecelakaan Tabel 5.4 Tolok Ukur Parameter Air Limbah

No Parameter Satuan

Kadar Maksimum Golongan Mutu Limbah Cair I II III Fisika 1 Suhu º C 30 30 30 Kimia 1 BOD Mg/L 30 35 75 2 COD Mg/L 80 85 100 3 TSS Mg/L 30 35 100 4 NH3 bebas Mg/L 0,1 0,1 1 5 PO4 Mg/L 2 2 3

6 Minyak dan Lemak Mg/L 3 5 10

7 Deterjen Mg/L 3 5 5

8 Phonel Mg/L 0,25 0,50 1,00

9 pH - 6,0 – 9,0

Mikrobiologi

1 Bakteri Coliform Sel/100 ml 5000 5000 5000 2 Bakteri Patogen - Negatif Negatif Negatif

a. Salmonella - Negatif Negatif Negatif b. Shigela - Negatif Negatif Negatif c. Vibrio cholera - Negatif Negatif Negatif d. Streptococus - Negatif Negatif Negatif Radioaktivitas 32P Bq/L 7 x 102 7 x 102 7 x 102 35S Bq/L 2 x 103 2 x 103 2 x 103 45Ca Bq/L 3 x 102 3 x 102 3 x 102 51Cr Bq/L 7 x 104 7 x 104 7 x 104 72Ga Bq/L 1 x 103 1 x 103 1 x 103 85Si Bq/L 4 x 103 4 x 103 4 x 103 99MO Bq/L 7 x 103 7 x 103 7 x 103

(17)

113Sn Bq/L 3 x 103 3 x 103 3 x 103 126I Bq/L 7 x 101 7 x 101 7 x 101 131I Bq/L 7 x 101 7 x 101 7 x 101 192Ir Bq/L 1 x 104 1 x 104 1 x 104 201TI Bq/L 1 x 105 1 x 105 1 x 105 5.2.3 Tahap Operasi

a. Jenis dampak : berkembangnya vektor penyakit (lalat, kecoa, dan tikus) di wilayah tapak kegiatan BP-RB-KIA Merapi 10.

b. Sumber dampak : Buangan limbah padat BP-RB-KIA Merapi 10

c. Parameter yang dipantau : binatang penghuni sampah (kecoa, lalat, tikus, dan lain-lain) terutama diwilayah tapak kegiatan BP-RB-KIA Merapi 10.

d. Tolok ukur : tidak adanya binatang penghuni sampah dan lingkungan bersih e. Lokasi pemantauan di wilayah tapak kegiatan BP-RB-KIA Merapi 10.

f. Waktu dan frekuensi pemantauan dilakukan selama operaional BP-RB-KIA Merapi 10 dan frekuensinya tiap bulan sekali.

g. Cara pemantauannya dengan pengamatan lapangan diwilayah tapak BP-RB-KIA Merapi 10 (terutama ditempat penampungan sampah, dapur, kantin, kamar rawat, dan lain-lain yang berpotensi bersarangnya penyebab vektor penyakit).

h. Pelaksana pemantauan : Pengelola BP-RB-KIA Merapi 10

5.2.4 Tahap Operasi

a. Jenis dampak : keluhan/tanggapan masyarakat dari kegiatan operasional BP-RB-KIA Merapi 10

b. Sumber dampak : kegiatan operasional BP-RB-KIA Merapi 10

c. Parameter yang dipantau : keluhan atau tanggapan masyarakat sekitar kegiatan BP-RB-KIA Merapi 10

d. Tolok ukur : tidak ada keluhan atau tanggapan negatif masyarakat dari kegiatan operasional BP-RB-KIA Merapi 10 seperti keluhan adanya buang limbah cair, buangan limbah padat, rawan kecelakaan diakses masuk, dll.

e. Lokasi pemantauan : sekitar BP-RB-KIA Merapi 10

f. Waktu dan frekuensi pemantuan : selama operasional BP-RB-KIA Merapi 10 dan frekuensinya tiap 6 bulan sekali

g. Cara pemantauan : dengan pengamatan lapangan melalui kuisioner/wawancara dari beberapa responden/masyarakat sekitar BP-RB-KIA Merapi 10

(18)

5.2.5 Tahap Operasi: Transportasi

a. Jenis dampak : gangguan kelancaran lalu lintas (rawan kecelakaan dan kemacetan lalu lintas) di pintu masuk/keluar BP-RB-KIA Merapi 10

b. Sumber dampak : kegiatan operasional BP-RB-KIA Merapi 10

c. Parameter yang dipantau : tingkat kelancaran lalulintas di akses masuk/keluar dan tersedianya perparkiran di tapak BP-RB-KIA Merapi 10

d. Tolok ukur : kelancaran lalulintas dan tidak adanya kecelakaan akibat dari operasional parkir BP-RB-KIA Merapi 10

e. Lokasi pemantauan : sekitar BP-RB-KIA Merapi 10

f. Waktu dan frekuensi pemantuan : selama operasional BP-RB-KIA Merapi 10 dan frekuensinya tiap 1 bulan sekali (pertemuan RT)

g. Cara pemantauan : dengan pengamatan lapangan aktivitas parkir BP-RB-KIA Merapi 10

h. Pelaksanan pemantauan : pengelola BP-RB-KIA Merapi 10

5.2.6 Tahap Operasi: Pedagang Kaki Lima

a. Jenis dampak : keramaian dan ketidak tentraman masyarakat. Kamtibnas, kecemburuan sosial, operasional BP-RB-KIA Merapi 10

b. Sumber dampak : kegiatan para pedagang kakilima

c. Parameter yang dipantau : kelancaran lalu lintas dan tidak adanya kecelakaan akibat dari operasioanal parkir BP-RB-KIA Merapi 10

d. Tolok ukur : kelancaran lalulintas dan tidak adanya kecelakaan akibat dari operasional parkir BP-RB-KIA Merapi 10

e. Lokasi pemantauan : masyarakat sekitar BP-RB-KIA Merapi 10

f. Waktu dan frekuensi pemantuan : selama operasional BP-RB-KIA Merapi 10 dan frekuensinya tiap 1 bulan sekali (pertemuan RT)

g. Cara pemantauan : dengan jajak pendapat secara langsung atau wawancara

(19)

Secara keseluruhan upaya pemantauan dampak lingkungan termuat dalam tabel ringkasan berikut ini. Jenis dampak Parameter Tolok Ukur Lokasi

Pemantauan Cara Pemantauan Waktu dan Frekuensi Pelaksanan Pemantuana Pengawas Menurunnya kualitas udara (debu dan bising) Kualitas udara unutuk pemukiman penduduk Kualitas udara fasilitas umum Kep. Gub. DIY No. 135/KPTS/2002 Ruang genset BP-RB-KIA Merapi 10 Mengukur uji sampel kualitas udara Selama operasioanal BP-RB-KIA Merapi 10, tiap satu sahun Pengelola BP-RB-KIA Merapi 10 KDPL dan instansi terkait Menurunnya kualitas air/ pencemaran air Kualitas air tanah dan kualitas limbah cair. Kualitas air tanah dan kualitas limbah cair. Bak penampungan air tanah dan air limbah Mengukur uji sampel kualitas air tanah dan dan limbah cair Selama operasioanal BP-RB-KIA Merapi 10, limbah cair 1 bulan sekali, air bersih 6 bulan sekali Pengelola BP-RB-KIA Merapi 10 KDPL dan instansi terkait Berkembangnya vektor penyakit Kecoa. Lalat, dan tikus di wilayah BP-RB-KIA Merapi 10 Kebersihan lingkungan di tapak kegiatan BP-RB-KIA Merapi 10 Tempat sampah dan tapak kegiatan BP-RB-KIA Merapi 10 Pengamatan langsung di wilayah BP-RB-KIA Merapi 10 Selama operasional BP-RB-KIA Merapi 10, tiap 1 bulan sekali Pengelola BP-RB-KIA Merapi 10 KDPL dan instansi terkait Persepsi masyarakat sekitar Keluhan masyarakat terhadap Tidak ada keluhan masyarakat Tapak kegiatan BP-RB-KIA Merapi 10 Pengamatan langsung, jajak Selama operasional BP-RB-KIA Pengelola BP-RB-KIA Merapi 10 KDPL dan instansi terkait

(20)

kegiatan BP-RB-KIA Merapi 10 pendapat Merapi 10, tiap 1 bulan sekali Transportasi Kelancaran lalu lintas di akses masuk BP-RB-KIA Merapi 10 Tingkat kelancaran lalu lintas Tingkat kecelakaan rendah Area parkir BP-RB-KIA Merapi 10 Pengamatan langsung di BP-RB-KIA Merapi 10 Selama operasional BP-RB-KIA Merapi 10, tiap 1 bulan sekali Pengelola BP-RB-KIA Merapi 10 KDPL dan instansi terkait Pedagang kakilima Keramaian dan ketidak tentraman masyarakat Ketenangan dan ketentraman masyarakat Sekitar kegiatan BP-RB-KIA Merapi 10 Pengamatan langsung di wilayah BP-RB-KIA Merapi 10 Selama operasional BP-RB-KIA Merapi 10, tiap 1 bulan sekali Pengelola BP-RB-KIA Merapi 10 KDPL dan instansi terkait

Gambar

Tabel 5.2 Tolok Ukur Parameter Kebisingan, Polusi Udara, dan Gangguan Lalu Lintas No Parameter yang Diukur Baku Mutu

Referensi

Dokumen terkait

Seksi Operasional mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan pelaksanaan kebersihan pasar, jalan dan lingkungan, mengumpulkan dan mengangkut sampah dari tempat pembuangan

formulir permohonan Izin Kegiatan Usaha Pengelolaan Sampah yang telah diisi lengkap dan benar disampaikan kepada Kepala Dinas melalui UPTD Kebersihan di wilayah kecamatan

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,