Kata Pengantar
Sehubungan dengan adanya pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Sistem Persampahan Kabupaten Lampung Selatan yang dilaksanakan secara kontraktual antara Pejabat Pembuat Komitmen Bappeda Kabupaten Lampung Selatan dengan Konsultan CV. Piramida Engineering Consultant dengan kontrak kerja nomor JK.03/KTR/PPK/P.RISP-LS/IV.02/2012 tanggal 12 Juli 2012, maka kami telah menyelesaikan laporan tahap akhir yaituLaporan Akhir.
Penyusunan Laporan Akhir ini dipaparkan secara rinci sehingga dapat menggambarkan keseluruhan rencana kerja tim konsultan dalam menyelesaikan pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Sistem Persampahan Kabupaten Lampung Selatan.
Demikian Laporan Akhir ini disusun dan disampaikan dengan harapan semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memenuhi sasarannya. Atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Bandar Lampung, 2012
CV. PIRAMIDA ENGINEERING CONSULTANT
Daftar Isi
Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... vi BAB 1. PENDAHULUAN... 1-1 1.1 LATAR BELAKANG ... 1-1 1.2 MAKSUT DAN TUJUAN ... 1-2 1.3 SASARAN... ... 1-3 1.4 LINGKUP KEGIATAN DAN LOKASI ... 1-3 BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH ... 2-1 2.1 KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI ... 2-1 2.2 KONDISI TOPOGRAFI... 2-4 2.3 KONDISI KLIMATOLOGI... 2-6 2.4 KONDISI DEMOGRAFI ... 2-6 2.5 KONDISI KEUANGAN DAERAH... 2-8 2.6 KONDISI PERTUMBUHAN EKONOMI ... 2-9 2.7 KONDISI PELAYANAN PERSAMPAHAN... 2-11 BAB 3. KRITERIA PERENCANAAN ... 3-13.1 KRITERIA TEKNIS ... 3-1 3.2 KRITREIA PERSAMPAHAN ... 3-1 3.2.1 Aspek Teknis ... 3-2 3.2.1.1 TPA Sampah... 3-2 3.2.1.2 Pengelolaan Sampah Perkotaan ... 3-5 3.2.1.3 Pengelolaan Sampah di Permukiman ... 3-20
3.2.2 Aspek Kelembagaan ... 3-26 3.2.1.1 Tugas Dan Fungsi ... 3-27 3.2.1.2 Institusi Pengelola TPA ... 3-31 3.2.1.3 Sumber Daya Manusia... 3-31 3.2.3 Aspek Keuangan ... 3-31
BAB 4. KONDISI DAN PROYEKSI PERSAMPAHAN ... 4-1
4.1 KONDISI TEKNIS OPERASIONAL PERSAMPAHAN... 4-1 4.1.1 Timbulan Sampah... 4-1 4.1.2 Daerah dan Tingkat Pelayanan ... 4-2 4.2 PROYEKSI DANA RENCANA PELAYANAN... 4-3 4.2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah ... 4-3 4.2.2 Proyeksi dan Rencana Pelayanan ... 4-4 4.2.3 Proyeksi Kebutuhan Jumlah sarana Angkut ... 4-4 4.3 KONDISI TPA LUBUK KAMAL ... 4-6 4.4 BANGUNAN PENGELOLA LEACHATE ... 4-7 4.4.1 Skema Pengelola ... 4-7 4.4.2 Kolam An Aerobik ... 4-8 4.4.3 Kolam Aerobik... 4-9 4.4.4 Sumur Kolam/Pantau ... 4-10 4.5 AREA LANDFILL ... 4-11 4.6 PRASARANA PENDUKUNG TPA ... 4-12 4.7 KONDISI TPA BAKAUHENI... 4-14 4.8 BANGUNAN PENGELOLA LEACHATE ... 4-15 4.8.1 Skema Pengolahan ... 4-15 4.8.2 Kolam AnAerobik ... 4-15 4.8.3 Kolam Aerobik... 4-16 4.8.4 Sumur Kolam/Pantau ... 4-16 4.9 AREA LANDFILL ... 4-17 4.10 PRASARANAN PENDUKUNG TPA ... 4-17 4.11 TPA NATAR ... 4-19
BAB 5. MANAJEMEN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN ... 5-1
5.1 ZONASI WILAYAH PELAYANAN SAMPAH... 5-1 5.2 PENGELOLAAN PERSAMPAHAN ... 5-5 5.3 ASPEK KELEMBAGAAN ... 5-19 5.4 RETRIBUSI SAMPAH ... 5-22 5.5 PROGRAM PENGEMBANGAN PERSAMPAHAN ... 5-24
BAB 6. PENUTUP ... 6-1
Daftar Tabel
Tabel Halaman
2.1. Luas Daerah Masing-masing Kecamatan di Kabupaten
Lampung Selatan... 2-3 2.2. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010 ... 2-6 2.3 Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010 ... 2-7 2.4 Laju Pertambahan Penduduk Kabupaten Lampung Selatan
2005 - 2010 ... 2-8 2.5 Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Lampung Selatan Tahun Anggaran 2010 ... 2-9 2.6 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2008 – 2010 (Juta Rupiah)... 2-10 2.7 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2008 – 2010 (Juta Rupiah)... 2-10 2.8 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun
2008 – 2010 ... 2-11 2.9 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun
2008 – 2010 ... 2-11 2.10 Fasilitas Pendukung Persampahan di Kabupaten Lampung
Selatan ... 2-13 3.1 Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen-komponen
Sumber Sampah... 3-2 3.2 Berdasarkan Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota .... 3-2
3.3 Skala Kepentingan... 3-6 3.4 Karakteristik Wadah Sampah ... 3-9 3.5 Contoh Wadah dan Penggunaannya ... 3-10 3.6 Tipe Pemindahan (Transfer) ... 3-14 3.7 Spesifikasi Peralatan dan Bangunan ... 3-21 4.1 Timbul Sampah Kota Kalianda Berdasarkan Sumbernya dan
Prosentase Terangkut ... 4-2 4.2 Jumlah Sampah Terangkut dan Terolah Pada Sumbernya ... 4-2 4.3 Proyeksi Jumlah Penduduk... 4-3 4.4 Proyeksi Jumlah Timbulan Sampah Sampai Tahun 2032 ... 4-4 4.5 Cakupan / Tingkat Pelayanan ... 4-4 4.6 Analisis perhitungan Kebutuhan Sarana s.d Tahun 2032... 4-5 4.7 Rekapitulasi Kebutuhan Sarana/Armada Tambahan s.d
Tahun 2032 ... 4-6 4.8 Penilaian Terhadap Kelayakan Lokasi TPA ... 4-7 4.9 Analisa Pengujian Laboraturium Kolam AnAerobik... 4-9 4.10 Analisa Penilaian Kolam Aerobik ... 4-10 4.11 Analisa Penilaian Terhadap Sumur Kontrol/Pantau ... 4-11 4.12 Penilaian Terhadap Kelayakan Lokasi TPA ... 4-14
Daftar Gambar
Gambar Halaman
2.1. Peta Administrasi Kabupaten Lampung Selatan ... 2-2 2.2 Peta Rencana Pengembangan Prasarana Pengelolaan
Lingkungan Kabupaten Lampung Selatan ... 2-14 2.3 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Lampung Selatan ... 2-15 3.1 Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Sampah ... 3-5 3.2 Konsepsi Ruang Masing-Masing Pola Operasional Persampahan . 3-11 3.3 Konsepsi Ruang Masing-Masing Pola Operasional Persampahan 3-11 3.4 Pola Pengangkutan Sampah Sistem Individual Langsung ... 3-15 3.5 Pola Pengangkutan Sistem Transfer Depo Tipe I dan II... 3-16 3.6 Pola Pengangkutan dengan Sistem Pengosongan Kontainer
Cara I ... 3-16 3.7 Pola Pengangkutan Sampah dengan Sistem Pengosongan
Kontainer Cara 2 ... 3-17 3.8 Pola Pengankutan Sampah Dengan Sistem Pengosongan
Kontainer Cara 3 ... 3-17 3.9 Pola Pengangkutan Sampah dengan Sistem Kontainer Tetap... 3-18 3.10 Teknis Operasional Pengelolaan Sampah ... 3-24 3.11 Struktur Organisasi Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten
Lampung Selatan... 3-27 4.1 Skema Kolam pengolahan Leachate ... 4-8 4.2 Skema Kolam pengolahan Leachate ... 4-15
BAB
1
Pendahuluan
1.1
LATAR BELAKANG
Prasarana dan sarana pengelolaan penyehatan lingkungan permukiman bagi suatu daerah perkotaan merupakan hal yang cukup penting. Mengingat komponen sarana prasarana dasar tersebut di dalam penyediaannya harus tetap mempunyai fungsi yang dikelola oleh daerah dan dalam pelaksanaan pembangunannya tetap memperhatikan kebutuhan dan keinginan masyarakat dengan memperhatikan prioritas mengingat keterbatasan dana/investasi yang ada. Cakupan pelayanan, standar kebutuhan serta kriteria dan sistem pelayanan yang akan dikembangkan merupakan hal yang selama ini menjadi perhatian di dalam perencanaan yaitu menyangkut pengembangan sistem pengelolaan, tingkat pelayanan, kelayakan, operasional dan pemeliharaan serta sistem yang direncanakan.
Sebagaimana diketahui penduduk bertempat tinggal dan berusaha di wilayah perkotaan, tidak menutup kemungkinan perkotaan akan tumbuh dan berkembang dengan berbagai aktifitasnya. Kalau kita berani mengakui bahwa konsekuensi logis akibat perkembangan kota dengan berbagai aktifitasnya adalah tuntutan sarana dan prasarana yang memadai. Program bidang keciptakaryaan sangat erat kaitannya dengan kebutuahan masyarakat, meningkat dan membaiknya prasarana dan sarana lingkungan membawa dampak yang positif, sehingga dapat mendukung terwujudnya masyarakat yang aman, damai, adil dan sejahtera.
Salah satu program keciptakaryaan Bappeda Kabupaten Lampung Selatan. Program tersebut terbagi dalam tiga sektor yaitu mengenai persampahan, drainase dan air limbah yang bertujuan untuk menciptakan kondisi perumahan dan permukiman yang layak, sehat bersih, aman dan serasi dengan lingkungan sekitar.
Pembangunan sarana prasarana persampahan dan drainase diarahkan kepada penyelenggaraan pembangunan secara terpadu yang dilakukan secara selektif dan efisien dengan memperioritaskan optimalisasi terhadap sistem yang ada untuk menciptakan permukiman yang aman dan sehat.
Sejalan dengan waktu, kota-kota di Indonesia terus mengalami perkembangan jumlah penduduk baik akibat pertambahan alami berupa angka kelahiran yang lebih tinggi dibanding dengan angka kematian, tetapi juga karena perpindahan penduduk terutama urbanisasi yang sangat tinggi di perkotaan.
Jumlah penduduk yang terus meningkat secara langsung akan menyebabkan peningkatan timbulan sampah di perkotaan khususnya, yang bila tidak diantisipasi sejak awal akan berpotensi menimbulkan berbagai gangguan akibat tidak tertanganinya sampah sesuai ketentuan teknis dan lingkungan.
Selain sampah yang ditimbulan oleh kegiatan rumah tangga maka sampah di kabupaten Lampung Selatan juga di timbulkan oleh sampah sejenis rumah tangga semisal dari industry, toko, rumah makan, rumah sakit dan pasar. Hal ini terkait dengan isu-isu strategis yang ada di kabupaten ini adalah:
1. Potensi Wisata
2. Potensi Terminal Agribisnis
3. Adanya Rencana Jembatan Selat Sunda Dan Jalan Tol 4. Industri
Natar (antara Natar-Tegineneng) untuk pengembangan industri non polusi Sidomulyo : untuk pegembangan industri pengolahan hasil pertanian
Kawasan industri menengah besar di Kawasan Industri Lampung (KAIL)-Tanjung Bintang.
Kawasan Industri Manufacture (industri pengolahan bahan baku menjadi setengah jadi/ jadi atau setangah jadi menjadi yang dikonsumsi masyarakat. Untuk mendukung pembangunan prasarana dan sarana persampahan tersebut maka sangat diperlukan adanya kriteria teknis prasarana dan sarana yang diperlukan sebagai acuan bagi pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk pembangunan dan pengelolaan.
Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten yang sedang berkembang, hal ini mengakibatkan meningkatnya kebutuhan layanan persampahan. Tingkat layanan pengangkutan sampah saat ini baru mencapai 26,94 %, khususnya untuk kawasan perkotaan Kalianda.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari pekerjaan "Penyusunan Rencana Induk Sistem Persampahan Kabupaten Lampung Selatan" adalah dalam rangka penyusunan rencana tata kelola persampahan yang termasuk didalamnya meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan yang menyangkut sarana dan prasarananya, baik dari segi kapasitas tampung sekaligus menyesuaikan kapasitas instalasi pengolahan leachate, perubahan dan pembangunan dengan rehabilitasi sarana prasarana yang mendukung operasional pengeloalaan persampahan.
Dengan demikian tata kelola persampahan yang direncanakan tersebut dapat diaplikasikan serta dalam operasionalnya dapat dilaksanakan secara maksimal yang diharapkan dapat mengurangi resiko pencemaran terhadap lingkungan, baik yang disebabkan oleh leachate, gas maupun faktor penyakit lainnya, serta terjaga dan terpeliharanya sarana dan prasarana yang digunakan.
1.3. SASARAN
Sasaran dari pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Sistem Persampahan Kabupaten Lampung Selatan ini adalah:
1. Merencanakan tata kelola persampahan di wilayah Kabupaten Lampung Selatan. 2. Menentukan jenis sarana dan prasarana yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi
fisik yang ada.
3. Gambar Rencana Umum yang dihasilkan yang dipergunakan sebagai acuan dalam pembuatan Detail Desain guna pelaksanaan konstruksi fisik.
4. Rekomendasi jenis detail rencana guna pelaksanaan fisik untuk masing-masing sarana dan prasarana pengelolaan persampahan beserta fasilitas pendukungnya.
1.4. LINGKUP KEGIATAN DAN LOKASI
Dalam rangka mencapai maksud dan tujuan serta tercapainya sasaran yang diharapkan, maka pekerjaan ini meliputi kegiatan sebagai berikut:
Identifikasi permasalahan dan penentuan unit-unit yang direncanakan mengacu pada kondisi dan permasalahan yang ada. Untuk meminimalisi persoalan dampak lingkungan dan dampak sosial lainnya, maka perlu ada perencanaan tata kelola sarana dan prasarana persampahan.
2. Perencanaan Kemampuan Sarana Prasarana
Penentuan unit-unit yang direncanakan mengacu hasil identifikasi permasalahan yang ada serta masukan dari berbagai pihak asalkan dapat dipertanggungjawabkan secara teknis.
3. Survey Lapangan
Konsultan harus melakukan survey dan investigasi untuk lokasi penempatan unit-unit pengelolaan sampah yang direncanakan termasuk sarana pendukungnya. 4. Rekomendasi Perencanaan Sistem Persampahan
Rekomendasi perencanaan sistem persampahan meliputi tata kelola pada unit-unit pengelolaan persampahan yang telah direncanakan secara umum dalam penyusunan Rencana Induk Persampahan untuk ditindaklanjuti dalam penyusunan perencanaan desain.
Lokasi pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Sistem Persampahan Kabupaten Lampung Selatan dilaksanakan pada wilayah administrasi Kabupaten Lampung Selatan.
BAB
3
KRITERIA PERENCANAAN
3.1
KRITERIA TEKNIS
Kriteria teknis penyusunan rencana induk persampahan, mengacu kepada Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, di samping itu juga berdasarkan literatur/referensi yang relevan untuk diterapkan yaitu sebagai berikut:
1. PP 16 / 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 2. SNI 3242 : 2008 Tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman
3. SNI 6989: 2008 Tentang Pengucian Laboratorium terhadap Kualitas Air
4. SNI 19-2454-2002 Tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah di Perkotaan
5. SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil Dan Kota Sedang Di Indonesia
6. SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah
7. Petunjuk Teknis No PtT-13-2002-C Tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah dengan Sistem Daur Ulang pada Lingkungan
8. Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan dan Pengelolaan Bidang ke-PLP-an Perkotaan dan Perdesaan, Volume I DPU Dirjen Cipta Karya, Februari 1999.
3.2 KRITERIA PERSAMPAHAN
3.2.1 Aspek Teknis
3.2.1.1 TPA Sampah
Karakteristik sampah yang dihasilkan (generation rates) perkapita di Kabupaten Lampung Selatan secara umum memiliki karakteristik yang hampir sama dengan daerah lain di Indonesia. Karakteristik sampah yang dihasilkan dari beberapa spesifik area dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen-komponen Sumber sampah
No. Komponen sumber Satuan
Volume
(Liter) Berat (kg) Sampah
1 Rumah permanen per orang/hari 2,25 - 2,50 0,350 - 0,400
2 Rumah semi permanen per orang/hari 2,00 - 2,25 0,300 - 0,350
3 Rumah non permanen per orang/hari 1,75 - 2,00 0,250 - 0,300
4 Kantor per pegawai/hari 0,50 - 0,75 0,025 - 0,100
5 Toko/ruko per petugas/hari 2,50 - 3,00 0,150 - 0,350
6 Sekolah per murid/hari 0,10 - 0,15 0,010 - 0,020
7 Jalan arteri sekunder per meter/hari 0,10 - 0,15 0,020 - 0,100
8 Jalan kolektor sukender per meter/hari 010 - 0,15 0,010 - 0,050
9 jalan lokal per meter/hari 0,05 - 0,1 0,005 - 0,0225
10 Pasar per meter/hari 0,20 - 0,60 0,1 - 0,3
Sumber : SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil Dan Kota
Sedang Di Indonesia
Tabel 3.2 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota
No. Klasifikasi Kota
Satuan
Volume Berat
(L/orang/hari) (Kg/orang/hari)
1 Kota Sedang 2,75 - 3,25 0,70 - 0,80
2 Kota kecil 2,5 - 2,75 0,625 - 0,70
Sumber : SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil Dan Kot
Faktor kepadatan sampah (densitas) di berbagai tempat pengumpulan dari hasil pengamatan di berbagai wilayah adalah :
- Densitas sampah di sumber = 150 – 250 kg/m3 - Densitas sampah di truk = 250 - 500 kg/m3 - Densitas sampah di TPA = 500 - 800 kg/m3
Perhitungan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan pada wilayah permukiman didasarkan pada :
a) Jumlah penduduk
b) Sumber sampah yang ada di lingkungan permukiman, seperti : 1) toko/pasar kecil;
2) sekolah;
3) rumah sakit kecil/klinik kesehatan ; 4) jalan/saluran;
5) taman;
6) tempat ibadah; 7) dan lain-lain.
c) Besaran timbulan sampah untuk masing-masing sumber sampah.
A. Kebutuhan Lahan TPA
Kebutuhan lahan (landfill) dapat dihitung dengan cara formula eksperimental, berdasarkan pengalaman di lapangan, yaitu sebagai berikut :
A = 22 x V x N d x 145.200
V = 1,28 [ R/D x ( 1 - P/200) ] + Cv
Keterangan : A = luas tanah yang dibutuhkan (Ha/thn)
V = volume sampah yang dihasilkan (m3/org/thn) N = jumlah Penduduk (jiwa)
d = tebal setelah pemadatan (m)
R = volume sampah yang dihasilkan (kg/kap/thn) D = densitas sebelum dipadatkan (kg/m3)
P = prosentase pengurangan volume (50 – 70%) Cv = volume dari bahan penutup (m3/o/thn) Untuk Cv= 20 % (1 bagian penutup, 4 bagian sampah)
B. Analisis Kapasitas Sarana
Untuk menghitung kebutuhan sarana pengangkutan berdasarkan pada : 1. Kapasitas alat angkut yang digunakan
2. Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan
3. Jumlah penduduk dan proyeksi pertumbuhan penduduk 4. Periode pengambilan sampah
Secara sederhana analisis perhitungan berdasarkan pada pengalaman di lapangan. Kebutuhan jumlah mobil dapat dihitung dengan membandingkan jumlah sampah yang harus diangkut tiap hari dan kapasitas tangki tiap mobil. Di samping itu juga harus membandingkan waktu kerja effektif per hari dengan waktu tempuh tiap ritasi pengambilan sampah dari sumbernya. Dari kapasitas mobil dan kemampuan ritasi tiap hari, maka dapat ditentukan jumlah mobil truk yang diperlukan.
Formula:
Jumlah mobil yang diperlukan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Qsld
∑ MT = ---Vmt. ∑ Nr
Dimana : ∑ MT = jumlah mobil (unit)
Qsld = Timbulan sampah yang akan diangkut (m3/hr) Vmt = kapasitas mobil per unit (m3)
∑ Nr = jumlah ritasi tiap mobil dalam 1 hari
Jumlah ritasi dalam satu hari dihitung dengan formula sebagai berikut: Jumlah trip yang dilakukan per hari (Nd)
[ H (1-W) – (t1 + t2)] Nd =
---T HCS
H = Jumlah jam kerja/ hari (jam/hr)
W = faktor off-routedirinci tiap kegiatan
t1 = t dari garasi ke conteiner 1 (jam) t2 = t dari conteiner terakhir ke garasi (jam) T HCS = Waktu yang dibutuhkan per trip (jam).
3.2.1.2 Pengelola Sampah di Perkotaan
A. Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri dari kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat terpadu dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya. Skema teknik operasional pengelolaan persampahan dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.1Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Catatan:
- Pengelolaan sampah B3 rumah tangga dikelola secara khusus sesuai aturan yang berlaku.
- Kegiatan pemilahan dapat pula dilakukan pada kegiatan pengumpulan pemindahan.
- Kegiatan pemilahan dan daur ulang diutamakan di sumber sampah.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah perkotaan yaitu: 1. Kepadatan dan penyebaran penduduk;
2. Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonorni; TIMBULAN
SAMPAH
PEMILAHAN, PEWADAHAN DAN PENGOLAHAN DI SUMBER
PENGUMPULAN
PEMINDAHAN DAN PENGOLAHANPEMILAHAN
PENGANGKUTAN
3. Timbulan dan karakteristik sampah; 4. Budaya sikap dan perilaku masyarakat;
5. Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah; 6. Rencana tata ruang dan pengembangan kota;
7. Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir sampah; 8. Biaya yang tersedia;
9. Peraturan daerah setempat.
C. Daerah Pelayanan
Penentuan Daerah Pelayanan
1. Penentuan skala kepentingan daerah pelayanan dapat dilihat pada tabel berikut dan contoh penentuan daerah prioritas pelayanan.
Tabel 3.3 Skala Kepentingan Daerah Pelayanan
No. Parameter Bobot
Nilai Kerawanan
Sanitasi ekonomiPotensi
1 Fungsi dan nilai daerah 3
a. daerah di jalan protokol/pusat kota 3 4
b. daerah komersil 3 5
c. daerah perumahan teratur 4 4
d. daerah industri 2 4
e. jalan, taman, dan hutan kota 3 1
f. daerah perumahan tidak teratur, selokan 5 1
2 Kepadatan penduduk 3
a. 50 -100 jiwa/Ha jiwa/Ha (rendah) 1 4
b. 100 - 300 jiwa/Ha jiwa/Ha (sedang) 3 3
c. > 300 jiwa/Ha jiwa/Ha (tinggi) 5 1
3 Daerah pelayanan 3
a. yang sudah dilayani 5 4
b. yang dekat dengan yang sudah dilayani 3 3
c. yang jauh dari daerah pelayanan 1 1
4 Kondisi lingkungan 2
a. baik (sampah dikelola, lingkungan bersih) 1 1
b. sedang (sampah dikelola, lingkungan kotor) 2 3
c. buruk (sampah tidak dikelola, lingkungankotor) 3 2
d. buruk sekali (sampah tidak dikelola,lingkungan sangat kotor), daerah endemis
penyakit menular 4 1
5 Tingkatan pendapatan penduduk 2
a. rendah 5 1
No. Parameter Bobot
Nilai Kerawanan
Sanitasi ekonomiPotensi
c. tinggi 1 5
6 Topografi 1
a. datar/rata (kemiringan <5%) 2 4
b. bergelombang (kemiringan 5 - 15%) 3 3
c. berbukit/curam (kemiringan > 15%) 4 1
Sumber : hasil konsensus, 1990
Catatan : angka total tertinggi (bobot x nilai) merupakan pelayanan tingkat pertama, angka-angka berikut dibawahnya merupakan pelayanan selanjutnya.
2. Pengembangan daerah pelayanan dilakukan berdasarkan pengembangan tata ruang kota.
Perencanaan Kegiatan Operasi Daerah Pelayanan
Hasil perencanaan daerah pelayanan berupa identifikasi masalah dan potensi yang tergambar dalam peta-peta sebagai berikut:
1. Peta kerawanan sampah minimal menggambarkan a. Besaran timbulan sampah
b. Jumlah penduduk, kepadatan rumah/bangunan
2. Peta pemecahan masalah menggambarkan pola yang digunakan, kapasitas perencanaan (meliputi alat dan personil), jenis sarana dan prasarana, potensi pendapatan jasa pelayanan serta rute dan penugasan.
D. Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan didasarkan jumlah penduduk yang terlayani dan luas daerah yang terlayani dan jumlah sampah yang terangkat ke TPA.
Frekuensi pelayanan
Berdasarkan hasil penentuan skala kepentingan daerah pelayanan, frekuensi pelayanan dapat dibagi dalam beberapa kondisi sebagai berikut:
1) pelayanan intensif antara lain untuk jalan protokol, pusat kola, dan daerah komersial;
2) pelayanan menengah antara lain untuk kawasan permukiman teratur; 3) pelayanan rendah antara lain untuk daerah pinggiran kota.
Faktor penentu kualitas operasional pelayanan
Faktor penentu operasional pelayanan adalah sebagai berikut: 1) tipe kota;
2) sampah terangkut dari lingkungan; 3) frekuensi pelayanan;
4) jenis dan jumlah peralatan; 5) peran aktif masyarakat; 6) retribusi;
7) timbunan sampah.
E. Teknik Operasional
1. Pewadahan Sampah
Pola Pewadahan
Melakukan pewadahan sampah sesuai dengan jenis sampah yang telah terpilah, yaitu :
1) sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan dengan wadah warna gelap;
2) sampah an organik seperti gelas, plastik, logam, dan lainnya, dengan wadah warna terang;
3) sampah bahan barbahaya beracun rumah tangga (jenis sampah B3), dengan warna merah yang diberi lambang khusus atau semua ketentuan yang berlaku;
Pola pewadahan sampah dapat dibagi dalarn individual dan komunal. Pewadahan dimulai dengan pemilahan baik untuk pewadahan individual maupun komunal sesuai dengan pengelompokan pengelolaan sampah.
Kriteria Lokasi dan Penempatan Wadah
Lokasi penempatan wadah adalah sebagai berikut : 1) Wadah individual ditempatkan :
- di halarnan muka
- di halaman belakang untuk sumber sampah dari hotel restoran 2) Wadah komunal ditempatkan :
- sedekat mungkin dengan sumber sampah;
- tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya;
- di luar jalur lalu lintas, pada suatu lokasi yang rnudah untuk pengoperasiannya;
- di ujung gang kecil;
- di sekitar taman dan pusat keramaian (untuk wadah sampah pejalan kaki) untuk pejalan kaki minimal 100 m;
Persyaratan Bahan Wadah
Persyaratan bahan adalah sebagai berikut: 1) tidak mudah rusak dan kedap air
2) ekonomis, mudah diperoleh dibuat oleh masyarakat 3) mudah dikosongkan
Persyaratan untuk bahan dengan pola individual dan komunal seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.4Karakteristik Wadah Sampah
No.
Pola Pewadahan
Karateristik Individual Komunal
1 Bentuk Kotak, silinder, kontainer Kotak, silinder, kontainer,
bin (tong), semua, bertutup bin (tong), semua bertutup
dan kantong plastik
2 Sifat Ringan, mudah dipindahkan Ringan, mudah dipindahkan
dan mudah dikosongkan dan mudah dikosongkan
3 Jenis Logam, plastik, fiberglas Logam, plastik, fiberglass
(GRP), kayu, bambu, rotan (GRP) , kayu, bambu, rotan
4 Pengadaan Pribadi, instansi, pengelola Instansi Pengelola
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat PLP
Penentuan Ukuran Wadah
Penentuan ukuran volume ditentukan berdasarkan : - jumlah peaghuni tiap rumah
- timbulan sampah
- frekuensi pengambilan sampah - cara pemindahan sampah
- sistem pelayanan (individual atau komunal) Pengadaan Wadah Sampah
Pengadaan wadah sampah untuk :
- wadah untuk sampah individual oleh pribadi atau instansi atau pengelola - wadah sampah komunal oleh instansi pengelola
Tabel 3.5 Contoh Wadah dan Penggunaannya
No. Wadah Kapasitas Pelayanan wadah/Umur
life time Keterangan
1 Kantong
plastik 10 - 40 L 1 KK 2 - 3 hari Individual
2 Tong 40 L 1 KK 2 - 3 hari maksimal
pengambilan 3 hari 1 kali
3 Tong 120 L 2 - 3 KK 2 - 3 tahun Toko
4 Tong 140 L 4 - 6 KK 2 - 3 tahun
5 Kontainer 1000 L 80 KK 2- 3 tahun komunal
6 Kontainer 500 L 40 KK 2 - 3 tahun komunal
7 Tong 30 - 40 L Pejalan kaki,
taman 2 - 3 tahun
2. Pengumpulan Sampah
Pola Pengumpulan
Diagram pola pengumpulan sampah seperti pada gambar berikut.
Gambar 3.2 Konsepsi Ruang Masing-Masing Pola Operasional Persampahan
Gambar 3.3 Konsepsi Ruang Masing-Masing Pola Operasional Persampahan
RUMAH TANGGA
PASAR DAN PERTOKOAN
JALAN
BIN DUMP TRUCK
BIN BIN BIN DUMP TRUCK DUMP TRUCK DUMP TRUCK TPS TPS GEROBAK GEROBAK CONTAINER CONTAINER
ARM ROLL TRUCK
ARM ROLL TRUCK
TPA
BIN
Keterangan :
Sumber Timbulan Sampah Pewadahan Individu Pewadahan Komunal
Lokasi Pemindahan Gerakan Alat Pengangkut Gerakan Alat Pengumpul
Gerakan Penduduk ke Wadah Komunal Pola pengumpulan sampah terdiri dari :
1. pola individual langsung dengan persyaratan sebagai berikut
(1) kondisi topografi bergelombang (> 15-40%) , hanya alat pengumpul mesin yang dapat beroperasi;
(2) kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya;
(3) kondisi dan jumlah alat memadai;
(4) jumlah timbunan sampah > 0,3 m3/ hari; (5) bagi penghuni yang berlokasi di jalan protokol.
2. pola individual tidak langsung dengan persyaratan sebagai berikut (1) bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya pasif;
(2) lahan untuk lokasi pemindahan tersedia;
(3) bagi kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%) dapat menggunakan alat pengumpul non mesin (gerobak, becak);
(4) alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung;
(5) kondisi lebar gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai jalan lainnya;
(6) harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah. 3. pola komunal langsung dengan persyaratan sebagai berikut :
(1) bila alat angkut terbatas;
(2) bila kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah; (3) alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah individual
(kondisi daerah berbukit, gang /jalan sempit); (4) peran serta masyarakat tinggi;
(5) wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang mudah dijangkau oleh alat pengangkut (truk);
(6) untuk permukiman tidak teratur,
4. pola komunal tidak langsung dengan persyaratan berikut : (1) peran serta masyarakat tinggi;
(2) wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang mudah dijangkau alat pengumpul;
(3) lahan untuk lokasi pemindahan tersedia;
(4) bagai kondisi topografi relatif datar (rata-rata <5%), dapat mengunakan alat pengumpul non mesin (gerobak, becak) bagi kondisi topografi > 5% dapat menggunakan cara lain seperti pikulan, kontainer kecil beroda dan karung;
(5) lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai jalan lainnya;
(6) harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah. 5. pola penyapuan jalan dengan persyaratan sebagai berikut :
(1) juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap daerah pelayanan (diperkeras, tanah, lapangan rumput dll.);
(2) penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah berbeda tergantung pada fungsi dan nilai daerah yang dilayani,
(3) pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi pemindahan untuk kemudian diangkut keTPA;
(4) pengendalian personil dan peralatan harus baik.
3. Perencanaan Operasional Pengumpulan
Perencanaan operasional pengumpulan sebagai berikut : 1) rotasi antara 1— 4 /hari;
2) periodisasi : I hari, 2 hari atau maksimal 3 hari sekali, tergantung dari kondisi komposisi sampah ,yaitu .
(1) semakin besar prosentase sampah organik, periodisasi pelayanan maksimal sehari 1 kali;
(2) untuk sampah kering, periode pengumpulannya di sesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan, dapat dilakukan lebih dari 3 hari 1 kali; (3) untuk sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku; (4) mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap;
(5) mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan dipindahkan secara periodik;
(6) pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah terangkut, jarak tempuh dan kondisi daerah.
4. Pelaksana Pengumpulan Sampah
1) Pelaksana
Pengumpulan sampah dapat dilaksanakan oleh : (1) Institusi kebersihan kota
(2) Lembaga swadaya masyarakat (3) Swasta
2) Pelaksanaan pengumpulan
Jenis sampah yang terpilah dan bernilai ekonomi dapat dikumpulkan oleh pihak yang berwenang pada waktu yang telah disepakati bersama antara petugas pengumpul dan masyarakat penghasil sampah.
5. Pemindahan Sampah
Tipe Pemindahan
Tipe pemindahan sampah dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.6Tipe Pemindahan (Transfer)
NO. URAIAN TRANSFER DEPO TRANSFER DEPO TRENSFER DEPO
TIPE I TIPE II TIPE III
1 Luas Lahan > 200m2 60 m2- 200 m2 10 - 20 m2
2 Fungsi - Tempat pertemuan
peralatan pengumpul dan pengangkutan sebelum pemindahan - Tempat pertemuan peralatan pengumpul dan pengangkutan sebelum pemindahan - Tempat pertemuan Gerobak dan kontainer (6-10 m3) - Tempat penyimpanan atau kebersihan - Tempat parkir
gerobak - Lokasipenempatan
kontainer komunal (1 - 10 m3)
- Bengkel sederhana - Tempat pemilahan
- Kantor wilayah / pengendali - Tempat pemilahan - Tempat pengomposan 3 Daerah
Pemakai - Baik sekali untukdaerah yang mudah mendapat lahan.
- Daerah yang sulit
mendapat lahan yang kosong dan daerah protokol
Lokasi Pemindahan
Lokasi pemindahan adalah sebagai berikut
1) harus mudah keluar masuk bagi sarana pengumpul dan pengangkut sampah ; 2) tidak jauh dari sumber sampah;
3) berdasarkan tipe, lokasi pemindahan terdiri dari : (1) terpusat ( transfer depo tipe I)
(2) tersebar ( transfer depo tipe II atau III )
Pemilahan
Pemilahan di lokasi pemindahan dapat dilakukan dengan cara manual oleh petugas kebersihan dan atau masyarakat yang berminat, sebelum dipindahkan ke alat pengangkut sampah.
Cara Pemindahan
Cara pemindahan dapat dilakukan sebagai berikut : 1) manual;
2) mekanis;
3) gabungan manual dan mekanis, pangisian kontainer dilakukan secara manual oleh petugas pengumpul, sedangkan pengangkutan kontainer ke atas truk dilakukan secara mekanis (load haul).
5. Pengangkutan Sampah
Pola Pengangkutan
1) Pengangkutan sampah dengai sistem pengumpulan individual langsung (door to door) seperti pada gambar berikut.
Gambar 3.4 Pola Pengangkutan Sampah Sistem Individual Langsung
a) truk pengangkut sampah dari pool menuju titik sumber sampah pertama untuk mengambil sampah;
b) selanjutnya mengambil sampah pada titik-titik sumber sampah berikutnya sampai truk penuh sesuai dengan kapasitasnya;
c) selanjutnya diangkut ke TPA sampah ;
d) setelah pengosongan di TPA , truk menuju ke lokasi surnber sampah berikutnya, sampai terpenuhi ritasi yang telah ditetapkan.
2) pengumpulan sampah melalui sistem pemindahan di transfer depo type I dan II , pola pengangkutan dapat dilihat pada gambar beriut, dan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Gambar 3.5 Pola Pengangkutan Sistem Transfer Depo Tipe I dan II Pengangkutan Sampah
Kembali ke transfer depo berikutnya untuk pengangkutan kembali
(1) kendaraan pengangkut sampah keluar dari pool langsung menuju lokasi pemindahan di transfer depo untuk mengangkut sampah ke TPA;
(2) dari TPA kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk pengambilan pada rit berikutnya;
3) untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer (transfer tipe III), pola pengangkutan adalah sebagai berikut
(1) pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 1 dapat dilihat pada gambar berikut, dengan proses :
Gambar 3.6 Pola Pengangkutan dengan Sistem Pengosongan Kontainer Cara I
Keterangan angka 1, 2, 3,..10 adalah rute alat angkut.
a) kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA;
b) kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula;
c) menuju ke kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA; d) kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula;
POOL
KENDARAAN
TPA
TRANSFER
DEPO TIPE 1 & II
TRANSFER
DEPO TIPE 1 & II
TRANSFER
DEPO TIPE I & II
e) demikian seterusnya sampai rit terakhir.
(2) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 2 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.7 Pola Pengangkutan Sampah dengan Sistem Pengosongan Kontainer Cara 2
Keterangan sistem ini :
a) kendaraan dari pool menuju container isi pertama untuk mengangkat sampah ke TPA;
b) dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju lokasi ke dua untuk menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk diangkut ke TPA;
c) demikian seterusnya sampai pada rit terakhir;
d) pada rit terakhir dengan kontainer kosong, dari TPA menuju ke lokasi kontainer pertama, kemudian truk kembali ke Pool tanpa Kontainer;
e) sistem ini diberlakukan pada kondisi tertentu (misal : pengambilan pada jam tertentu, atau mengurangi kemacetan lalu lintas).
(3) pola pengangkutan sampah dengan sistem pengosongan kontainer cara 3 dapat dilihat pada gambar berikut, dengan proses :
Gambar 3.8 Pola Pengangkutan Sampah Dengan Sistem Pengosongan Kontainer Cara 3
Keterangan sistem ini:
a) kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kososng menuju ke lokasi kontainer isi untuk mengganti /mengambil dan langsung rnembawanya ke TPA:,
b) kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju ke kontainer isi berikutnya;
c) demikian seterusnya sampai dengan rit terakhir.
(4) Pola pengangkutan sampah dengan sistem kontainer tetap biasanya untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa truk pemadat atau dump truk atau trek biasa dapat dilihat pada gambar berikut, dengan proses : ISI KONTAINER
DIKOSONGKAN KONTAINER
Gambar 3.9 Pola Pengangkutan Sampah dengan Sistem Kontainer Tetap Keterangan
a) kendaran dari pool menuju kontainer pertama, sampah dituangkan ke dalam truk compactor dan meletakkan kembali kontainer yang kosong;
b) kendaraan menuju ke kontainer berikutnya sehingga truk penuh, untuk kemudian langsung ke TPA;
c) demikian seterusnya sampai dengan rit terakhir. Pengangkutan Sampah Hasil Pemilahan
Pengangkutan sampah kering yang bernilai ekonomi dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.
Peralatan Pengangkut Alat Pengangkut Sampah 1) persyaratan alat pengangkut yaitu :
(1) alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan jaring;
(2) tinggi bak maksimum 1,6 rn; (3) sebaiknya ada alat ungkit;
(4) kapasitas disesuaikan dengan kelas jalan yang akan dilalui;
2) jenis peralatan dapat berupa : (1) truk (ukuran besar atau kecil) (2) dump truk/tipper truk;
(3) arm roll truk; (4) truk pemadat; (5) truck dengan crane; (6) mobil penyapu jalan; (7) truk gandengan.
6. Pengolahan
Teknik-teknik pengolahan sampah dapat berupa : 1) Pengomposan :
a) berdasarkan kapasitas ( individual, komunal, skala lingkungan);
b) berdasarkan proses (alami, biologis dengan cacing, biologis dengan mikro organisme, tambahan).
2) Insinerasi yang berwawasan lingkungan 3) Daur ulang
a) sampah an organik disesuaikan dengan jenis sampah;
b) menggunakan kembali sampah organik sebagai makanan ternak. 4) Pengurangan volume sampah dengan pencacahan atau pemadatan; 5) Biogasifikasi (pemanfaatan energi hasil pengolahan sampah).
Rincian masing-masing Teknik Pengolahan Sampah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7. Pembuangan Akhir
Persyaratan
Persyaratan Umum dan teknis lokasi pembuangan akhir sampah sesuai dengan SNI 03 3241 1994 mengenai Tata Cara Pemilihan lokasi TPA.
Metode Pembuangan Akhir Sampah Kota
Metode pembuangan akhir sampah kota dapat dlakukan sebagai berikut : 1) penimbunan terkendali termasuk pengolahan lindi dan gas;
2) lahan urug saniter termasuk pengolahan lindi dan gas;
3) metode penimbunan sampah untuk daerah pasang surut dengan sistem kolam (an aerob, fakultatif, maturasi).
Rincian masing-masing metode pembuangan akhir sampah kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3.2.1.3 Pengelola Sampah di Permukiman
1. Klasifikasi Pengelolaan , Tipe Bangunan dan TPS a) Klasifikasi pengelolaan
Klasifikasi pengelolaan berdasarkan lingkungan permukiman yang ada yaitu : 1) 1 Rukun Tetangga dengan jumlah penduduk 150 – 250 jiwa ( 30 – 50 rumah) 2) 1 Rukun Warga : 2.500 jiwa (± 500 rumah)
3) 1 Kelurahan : 30.000 jiwa penduduk (± 6.000 rumah) 4) 1 Kecamatan : 120.000 jiwa (± 24.000 rumah)
b) Klasifikasi tipe bangunan sebagai berikut : 1) tipe rumah
(a) Mewah yang setara dengan Tipe > 70 (b) Sedang yang setara dengan Tipe 45 - 54 (c) Sederhana yang setara dengan Tipe 21 2) sarana umum/sosial
3) bangunan komersial c) Klasifikasi TPS
Klasifikasi TPS sebagai berikut : 1) TPS tipe I
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang dilengkapi dengan :
(a) Ruang pemilahan (b) Gudang
(c) Tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container (d) Luas lahan ± 10 - 50 m2
2) TPS tipe II
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang dilengkapi dengan :
(a) Ruang pemilahan ( 10 m2)
(b) Pengomposan sampah organik ( 200 m2) (c) Gudang ( 50 m2)
(d) Tempat pemindah sampah dilengkapi dengan landasan container (60 m2) (e) Luas lahan ± 60 – 200 m2
3) TPS tipe III
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang dilengkapi dengan :
(a) Ruang pemilahan ( 30 m2)
(c) Gudang ( 100 m2)
(d) Tempat pemindah sampah dilengkapi dengan landasan container (60 m2) (e) Luas lahan > 200 m2
2. Spesifikasi Peralatan dan Bangunan
Tempat Pengolahan sampah terpadu yang mengedepankan program 3R harus mempunyai peralatan dan bangunan yang sesuai dengan standar yang berlaku. Spesifikasi peralatan dan bangunan minimal yang digunakan pada TPS dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.7Spesifikasi Peralatan dan Bangunan
No Jenis Peralatan Kapasitas Pelayanan Umur Teknis
Volume KK Jiwa (Tahun)
1 Wadah komunal 0,5 - 1,0m3 20 - 40 100 -200
2 Komposter komunal 0,5 - 1,0m3 10 - 20 50 - 100
3 Alat pengumpul :
1 m3 128 640 2 - 3
Gerobak Sampah Bersekat/Sejenisnya
4 Container Armroll Truk 6 m3 640 3.200
10 m3 1.375 5.330 5 - 8
5 TPS
Tipe I 100 m3 500 2.500 20
Tipe II ± 300 m3 6000 30.000
Tipe III ± 1000 m3 24.000 120.000
6 Bangunan pendaur ulang
150 m2 600 3.000 20
sampah skala lingkungan
Kebutuhan minimal peralatan, bangunan dan personil pengelola berdasarkan klasifikasi rumah dapat dihitung sebagai berikut :
a) Menghitung jumlah rumah mewah A =
mewah
rumah
rasio
rasio
jumlah
X jumlah jiwa di lingkungan b) Menghitung jumlah rumah sedang
B =
sedang
rumah
rasio
rasio
jumlah
X jumlah jiwa di lingkungan c) Menghitung jumlah rumah sederhana
C =
sederhana
rumah
rasio
rasio
jumlah
d) Menghitung jumlah wadah sampah komunal =
Fp
Wadah x
Kapasitas
Pa)
x
Ts
x
(D
Pa)
x
Ts
x
Jj
x
(C
- Menghitung jumlah alat pengomposan individual 60 L = Jumlah rumah mewah
- Menghitung jumlah alat pengomposan komunal 1000 L =
Kp
Jj
D
B
- Menghitung jumlah alat pengumpul (gerobak/becak sampah/motor sampah/mobil bak) kapasitas 1 m3 di perumahan
=
Rk
x
fp
Kk x
halaman
sampah
%
C)
di
Ts
(Jml
D)
B
(A
di
anorganik
sampah
(Jml
dengan :A= Jumlah Rumah Mewah B= Jumlah Rumah Sedang C= Jumlah Rumah Sederhana D= Jumlah Jiwa di Rumah susun Jj= jumlah jiwa per rumah
Ts= Timbulan sampah (L/orang atau unit/hari) = (Kota Besar = 3 L/org/hari ; Kota Kecil = 2,5 L/org/hari)
Pa= Persentase sampah anorganik Kk= Kapasitas Alat Pengumpul Fp= Faktor pemadatan alat = 1,2 Rk= Ritasi alat pengumpul
JP= Jumlah Penduduk Kp= Kapasitas pelayanan
- Menghitung jumlah alat pengumpulan secara langsung (truk) =
Ritasi
x
1,2
Truk x
Kapasitas
Hari
/
(TsTaman)
jalan)
(Ts
- Menghitung jumlah container untuk kebutuhan perumahan CP =
Rk
x
Fp
x
Container
Kapasitas
Ts
Jumlah
x
40)%
sampai
(30
- Menghitung jumlah container untuk kebutuhan komersial dan fasilitas umum CPN =
Ritasi
x
Fp
x
KC
Fasum)
komersil
(daerah
di
Ts
Jumlah
- Menghitung jumlah Armroll Truk =
Ritasi
CNP)
(CP
- Menghitung bangunan pendaur ulang skala lingkungan luas 150 M2 =
Vbk
halaman)
org
sampah
(Jml
C)
di
organik
samp
(Jml
Keterangan :Jumlah sampah organik halaman sekitar 10 % jumlah sampah
Vbk= volume 1 cetakan tumpukan bahan kompos =5000 L=5 M3 = ± 600 kg Fpk= pemadatan tumpukan bahan kompos = 3x
Menghitung Kebutuhan
- Personil Pengumpul = JAP +(2 × JT pengumpulan langsung)
- Personil Pendaur ulang sampah skala lingkungan = 4 orang/Bangunan Pengomposan 150 M2
dengan :
JAP = Jumlah Angkutan Pengumpul Perumahan JT = Jumlah Truk
3. Teknis dan Pola Operasional
Secara garis besar diagram alir teknis operasional pengelolaan sampah mulai dari permukiman sampai dengan TPA dapat dilihat padaGambar 3.10.
Faktor dominan dalam memilih teknik operasional yang akan diterapkan adalah kondisi topografi dan lingkungan daerah pelayanan, kondisi sosial, ekonomi, partisipasi masyarakat, jumlah dan jenis timbulan sampah.
Pola operasional dilaksanakan sebagai berikut :
A. Pewadahan
Pewadahan terdiri dari :
1) pewadahan individual dan atau; 2) pewadahan komunal
jumlah wadah sampah minimal 2 buah per rumah untuk memilah jenis sampah disumbernya yaitu :
1) wadah sampah organik, untuk mewadahi sampah sisa sayuran, sisa makanan, kulit buah-buahan, dan daun-daunan menggunakan wadah dengan warna gelap; 2) wadah sampah anorganik, untuk mewadahi sampah jenis kertas, kardus, botol,
Ya Tdk Ya Tdk Tdk Ya KEPADATAN PENDUDUK >50 jiwa/Ha Dalam Wilayah Perkotaan Ada Potensi
On-Site Siap Program 3 R
Daur Ulang + On-Site Pengumpulan Door To Door / Komunal 3 R + Pemilahan Produk Residu B3 - RT Ada Lahan Untuk 3 R
Daur Ulang Skala Lingkungan , TPS Terpadu Produk Ya Tdk Pengangkutan Residu B3 - RT Ada Fasilitas Pengolahan Pengolahan Skala Kota Terpadu - Komposting - Daur Ulang - WTE Produk Ya Residu B3 - RT TPA Kota Ya Ada Fasilitas Pengolahan TPA Regional Pengumpulan Khusus Pengangkutan Khusus = Kembali ke Produsen - Pengolahan B3 - Lokasi TPA Khusus B3 Tdk
Tdk
Gambar 3.10 Teknis Operasional Pengelolaan Sampah
B. Pengumpulan
Pengumpulan terdiri dari :
1) pola invidual tidak langsung dari rumah ke rumah;
2) pola individual langsung dengan truk untuk jalan dan fasilitas umum ; 3) pola komunal langsung untuk pasar dan daerah komersial;
4) pola komunal tidak langsung untuk permukiman padat.
C. Pengolahan
Pengolahan dan daur ulang sampah di sumbernya dan di lokasi TPS dapat berupa : 1) pengomposan skala rumah tangga dan daur ulang sampah anorganik, sesuai
2) pengomposan skala lingkungan di TPS; 3) daur ulang sampah anorganik di TPS.
D. Pemindahan (Transfer)
Pemindahan sampah dilakukan di TPS / TPS Terpadu dan di lokasi wadah sampah komunal.
E. Pengangkutan
pengangkutan dari TPS atau TPS Terpadu atau wadah komunal ke TPA frekwensinya dilakukan sesuai dengan jumlah sampah yang ada.
4. Teknis Pengelolaan Sampah di Permukiman
A. Pengelolaan di Sumber Sampah
Pengelolaan sampah di sumber seperti rumah, restoran, toko, sekolah, perkantoran dan lainnya dilakukan sebagai berikut :
a) sediakan wadah sampah minimal 2 buah per rumah untuk wadah sampah organik dan anorganik ;
b) tempatkan wadah sampah anorganik di halaman bangunan;
c) pilah sampah sesuai jenis sampah, sampah organik dan anorganik masukan langsung ke masing-masing wadahnya;
d) pasang minimal 2 buah alat pengomposan rumah tangga pada setiap bangunan yang lahannya mencukupi;
e) masukan sampah organik dapur ke dalam alat pengomposan rumah tangga individual atau komunal ;
f) tempatkan wadah sampah organik dan anorganik di halaman bangunan bagi sistem pengomposan skala lingkungan.
B. Pengelolaan di Sumber Sampah Non Perumahan
Sumber sampah non permumahan meliputi jalan protokol, daerah industri dan lain-lain pengelolaannya dapat dilakukan dengan:
a) sediakan wadah sampah di masing-masing sumber sampah b) masukan sampah dari wadah ke kontainer terdekat
C. Pengumpulan dan Penyapuan Sampah
Pengumpulan dan penyapuan sampah dari sumber sampah dilakukan sebagai berikut : a) Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak atau motor dengan bak
- Kumpulkan sampah dari sumbernya minimal 2 (dua) hari sekali.
- Masukan sampah organik dan anorganik ke masing-masing bak di dalam alat pengumpul.
- Pindahkan sampah sesuai dengan jenisnya ke TPS atau TPS Terpadu.
b) Pengumpulan sampah dengan gerobak atau motor dengan bak terbuka atau mobil bak terbuka tanpa sekat dikerjakan sebagai berikut :
- Kumpulkan sampah organik dari sumbernya minimal 2 (dua) hari sekali dan angkut ke TPS atau TPS Terpadu.
- Kumpulkan sampah anorganik sesuai jadwal yang telah ditetapkan dapat dilakukan lebih dari 3 hari sekali oleh petugas RT atau RW atau oleh pihak swasta.
c) Penyapuan sampah jalan dan taman di lingkungan permukiman dilakukan oleh pengelola sampah lingkungan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
D. Pengelolaan di TPS Terpadu
Pengelolaan sampah di TPS/TPS Terpadu dilakukan sebagai berikut : a) Pilah sampah organik dan anorganik
b) Lakukan pengomposan sampah organik skala lingkungan c) Pilah sampah anorganik sesuai jenisnya yaitu :
1) sampah anorganik yang dapat didaur ulang, misalnya membuat barang kerajinan dari sampah, membuat kertas daur ulang, membuat pelet plastik dari sampah kantong plastik keresek, dan atau
2) sampah lapak yang dapat dijual seperti kertas, kardus, plastik, gelas/kaca, logam dan lainnya dikemas sesuai jenisnya.
3.2.2 Aspek Kelembagaan
Kelembagaan pemerintah Kabupaten Lampung Selatan di Propinsi Lampung me-ngacu kepada pola maksimal berdasarkan peraturan pemerintah tentang kriteria penentuan pembentukan lembaga kabupaten/kota berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah dan anggaran pendapatan belanja daerah. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terlibat dalam penanganan kebersihan dan pengelolaan persampahan adalah Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Lampung Selatan.
Struktur organisasi Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada gambar berikut.
a
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN
KEPALA DINAS
BIDANG KEBERSIHAN
SUB BAGIAN
PERENCANAAN SUB BAGIANKEUANGAN
BIDANG PERTAMANAN DAN
PEMAKAMAN
SEKSI
PENYULUHAN PERTAMANANSEKSI
SEKSI OPERASIONAL TPA SEKSI PEMAKAMAN SEKSI SARANA DAN PRASARANA SEKSI DEKORASI KOTA DAN DRAINASE BIDANG PENGEMBANGAN PASAR BIDANG PENDAPATAN SEKSI PEMBINAAN PEDAGANG PASAR SEKSI PENETAPAN SEKSI PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN FASILITAS PASAR SEKSI PENERIMAAN SEKSI PENGAWASAN DAN KETERTIBAN PASAR SEKSI PENDAPATAN LAIN - LAIN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL UNIT PELAKSANA TEKNIS
Gambar 3.11 Struktur Organisasi Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Lampung Selatan
3.2.2.1 Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Bupati Lampung Selatan Nomor 40 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Jabatan Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Lampung Selatan menguraikan penjabaran tugas pokok dan fungsi bidang kebersihan, sebagai berikut:
1. Kepala Dinas Pasar dan Kebersihan
Kepala Dinas Pasar dan Kebersihan mempunyai tugas pokok memimpin Dinas Pasar dan Kebersihan, melaksanakan pembinaan terhadap aparatur Dinas Pasar dan Kebersihan agar pelaksanaan tugasnya dapat berdaya guna dan berhasil guna, melaksanakan kerjasama dan koordinasi di bidang pelaksanaan dan pengendalian
pembangunan pasar dan kebersihan dengan instansi pemerintah dan organisasi lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku.
2. Sekretaris
Tugas pokok Sekretaris adalah melakukan koordinasi penyusunan program dan rencana kerja dinas, pengelolaan urusan umum, rumah tangga, surat menyurat, kepegawaian, perlengkapan, melaksanakan evaluasi dan pelaporan kegiatan dinas serta mengelola administrasi urusan keuangan kantor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bagian sekretaris di bidang surat menyurat, kearsipan, perbekalan, peralatan dan perawatan, kepegawaian, hubungan kemasyarakatan, dokumentasi, keamanan dan ketertiban dalam lingkungan dinas, keolahragaan, ketatalaksanaan dan urusan rumah tangga lainnya.
b. Sub Bagian Perencanaan
Tugas pokok Sub Bagian Perencanaan adalah melaksanakan sebagian tugas sekretariat di bidang penyiapan-penyiapan bahan perencanaan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kegiatan serta penyusunan laporan dinas.
c. Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekretariat di bidang penyiapan bahan pengelolaan administrasi keuangan yang meliputi penyusunan anggaran dinas, pembukuan dan pertanggungjawaban serta laporan keuangan.
3. Bidang Pengembangan Pasar
Tugas pokok Bidang Pengembangan Pasar adalah melakukan koordinasi penyusunan program kerja di bidang pengembangan pasar, pembinaan pasar dan pedagang di pasar serta fasilitas pasar sesuai ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku.
a. Seksi Pembinaan Pedagang Pasar
Seksi Pembinaan Pedagang Pasar mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan di bidang kegiatan, penyusunan program pengembangan dan pembinaan dan penyuluhan pedagang di pasar.
b. Seksi Pengembangan dan Pemeliharaan
Seksi Pengembangan dan Pemeliharaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan di bidang kegiatan pelaksanaan pengembangan pasar terhadap kegiatan perkembangan pasar.
c. Seksi Pengawasan dan Ketertiban Pasar
Seksi Pengawasan dan Ketertiban Pasar mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan di bidang pengawasan pasar, keamanan dan ketertiban serta kebersihan pasar.
4. Bidang Pendapatan
Tugas pokok Bidang Pendapatan adalah melakukan koordinasi penyusunan program kerja dinas di bidang penerimaan, penetapan dan pendapatan lain-lain.
a. Seksi Penetapan
Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendapatan di bidang kegiatan penetapan target dari setiap pungutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Seksi Penerimaan
Seksi Penerimaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendapatan di bidang penerimaan pasar.
c. Seksi Pendapatan Lain-lain
Seksi Pendapatan Lain-lain mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan pengamatan sumber-sumber pendapatan guna menambah penerimaan pasar sebagai bahan membuat rancangan Perda yang berkaitan dengan kegiatan pasar.
5. Bidang Kebersihan
Tugas pokok Bidang Kebersihan adalah melakukan koordinasi penyusunan program kerja di bidang pendataan, penyusunan pola operasional kebersihan, perencanaan upaya penangggulangan, pemeliharaan kebersihan jalan dan lingkungan, pembinaan, pelatihan penyuluhan dan pemantauan kebersihan jalan dan lingkungan, pengelolaan
sampah di lokasi pembuangan akhir serta penyediaan perawatan peralatan dan sarana kebersihan.
a. Seksi Penyuluhan
Seksi Penyuluhan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat, pendataan, penyusunan pola operasional kebersihan, perencanaan upaya penanggulangan, pembinaan pelatihan, pemantauan kebersihan pasar, taman, jalan, dan lingkungan.
b. Seksi Operasional
Seksi Operasional mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan pelaksanaan kebersihan pasar, jalan dan lingkungan, mengumpulkan dan mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir, meyelenggarakan penampungan, pengolahan, pemusnahan serta pemanfaatan sampah di lokasi tempat pembuangan sampah.
c. Seksi Sarana dan Prasarana
Seksi Sarana dan Prasarana mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas di bidang kegiatan pengadaan, menyediakan peralatan, pemeliharaan sarana dan peralatan serta menyimpan dan mengeluarkan setiap penggunaan barang-barang perlengkapan operasional Bidang Kebersihan.
6. Bidang Pertamanan dan Pemakaman
Tugas pokok Bidang Pertamanan dan Pemakaman adalah melakukan koordinasi penyusunan program kerja dinas di bidang pelaksanaan, penelitian, perencanaan dan pengawasan pembibitan tanaman dan pemeliharaan taman dan pemakaman umum.
a. Seksi Pertamanan
Seksi Pertamanan mempunyai tugas pokok di bidang kegiatan penyiapan lokasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan dan pemeliharaan taman dan tanaman.
b. Seksi Pemakaman
Seksi Pemakaman mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan pengaturan, penataan, pengawasan serta pengendalian pemakaman umum.
c. Seksi Dekorasi Kota dan Reklame
Seksi Dekorasi Kota dan Reklame mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang Pertamanan dan Pemakaman di bidang kegiatan perencanaan,
pengawasan, pengendalian, pembangunan, pemasangan dan pemeliharaan dekorasi kota, reklame dan lampu hias.
3.2.2.2 Institusi Pengelola TPA
Dasar hukum pembentukan institusi pengelola TPAS adalah Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 06 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Selatan untuk pengelolaan dan penanganan sampah dilakukan oleh Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Lampung Selatan.
Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Lampung Selatan bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan kebersihan dan pengangkutan sampah dari seluruh wilayah Kabupaten Lampung Selatan untuk diangkut ke TPA.
3.2.2.2 Sumber Daya Manusia
Jumlah pegawai atau sumber daya manusia (SDM) pada instansi pengelola persampahan diatur sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing personil.
Satuan personil yang bertugas di lapangan untuk pengelolaan kebersihan dengan rincian sebagai berikut :
Petugas penyapuan termasuk petugas gerobak sampah
Petugas pengangkutan sampah termasuk supir
Petugas di TPA sampah
Sedang jumlah personil yang bertugas di lapangan untuk pengelolaan sampah pasar yang berada di bawah kewenangan instansi terkait dengan rincian sebagai berikut:
Petugas penyapuan sampah
Sopir
Koordinator
3.2.3 Aspek Keuangan
Sumber-sumber pendapatan daerah Kabupaten Lampung Selatan yang utama berasal dari pajak dan retribusi, pajak bumi dan bangunan dan subsidi dari Pemerintah Pusat. Dasar hukum pungutan retribusi persampahan adalah Peraturan Daerah. Penerimaan sektor persampahan merupakan retribusi pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah baik sampah rumah tangga, pasar, dan lainnya. Retribusi dikenakan kepada rumah tangga, individu, dan kelompok masyarakat yang
memanfaatkan sistem pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh instansi terkait pengelola persampahan.
Peran APBD juga diperlukan dalam membiayai bidang kebersihan lingkungan hidup dan persampahan di Kabupaten.
Biaya operasional kebersihan dan persampahan sebagian besar bersumber dari anggaran Pemerintah Kabupaten dan retribusi kebersihan.
Komponen biaya operasional meliputi biaya bahan bakar, biaya pemeliharaan, biaya gaji pegawai, biaya penambahan sarana dan prasarana, dan biaya kantor.
BabV– Hal.1
BAB
5
MANAJEMEN PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN
5.1
ZONASI WILAYAH PELAYANAN SAMPAH
Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten yang sedang
berkembang, hal ini mengakibatkan meningkatnya kebutuhan layanan persampahan.
Tingkat layanan pengangkutan sampah saat ini baru mencapai 26,94 %, khususnya
untuk kawasan perkotaan Kalianda. Saat ini untuk pembuangan akhir sampah di
Kabupaten Lampung Selatan terdapat 3 tempat, yaitu Lubuk, Bakauheni dan Natar.
Sementara itu untuk kawasan perdesaan umumnya masih dilakukan secara tradisional,
yaitu dibakar dan ditimbun pada tempat pembuangan sampah sendiri.
Sampah merupakan material padat yang tidak terpakai sebagai akibat kegiatan manusia.
Material padat dapat berupa benda yang bisa terbakar maupun tidak, bisa berupa benda
yang bisa terurai atau tidak sehingga volumenya dapat direduksi dengan pertolongan
jasad renik yang ada disekitar benda benda tersebut, dengan kecepatan penguraian yang
sangat bervariasi dari mulai hitungan hari (daun-daunan, dan sampah organik) hingga
ratusan tahun (sampah plastik, dan sebagian) atau benda-benda yang bisa terurai dan
tidak bisa terurai sama sekali.
Untuk menangani persampahan skala provinsi/lintas kabupaten, maka diperlukan
pengembangan Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Sampah perlahan-lahan hingga akhir
tahun perencanaan menjadi Waste to Energy. Dengan prinsip Zero Waste, maka kegiatan
penanganan tidak hanya dilakukkan di TPA saja, melainkan dari semenjak dari
sumbernya, baik melalui kegiatan pengkomposan maupun daur ulang. Sisa sampah yang
tidak bisa dirubah menjadi kompos dan didaur ulang inilah yang kemudian disalurkan
BabV– Hal.2
dalam TPA. Pengelolaan sampah di TPA dapat berupa pembuatan palet/briket (bahan
bakar rumah tangga), produksi gas metan untuk bahan bakar dan bahan bangunan.
Dari data RTRW Provinsi dan RTRW Kab. Lampung Selatan disebutkan bahwa ada
rencana Tapak TPA regional yang terletak di desa Pardasuka Kecamatan Ketibung
Kabupaten Lampung Selatan dan Desa Lumbi Rejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten
Pesawaran. Dalam perkembangannya dalam rangka perencanaa TPA Regional ini maka
Satker PLP Lampung melakukan Studi Kelayakan TPA Regional pada tahun 2011 untuk
menganalisa dan menetapkan lokasi mana yang paling Layak unutk dijadikan TPA
Regional. Berdasarkan hasil rekomendasi dari studi tersebut di sebutkan bahwa yang
Layak
untuk ditetapkan sebagai
TPA Regional
adalah
Desa Lumbi Rejo
dengan score
591 sedangkan desa Pardasuka hanya 462 dengan perbedaan terbesar parameter
biologis, pertanian dan kondisi akses jalan masuk.
Dengan hasil rekomendasi studi kelayakan tersebut maka hamper dipastikan bahwa TPA
Regional tidak berlokasi di ketibung. Maka konsultan membagi zonasi pelayanan TPA
berdasarkan dengan jarak tempuh mobil angkutan baik dumptruck atau arm roll, dengan
menyesuaikan dengan TPA Eksisting dengan catatan bahwa TPA tersebut akan
direhabilitasi dan di tingkatkan baik kapasitasnya maupun sistemnya. Dimana diantara
TPA eksisting ( TPA Lubuk Kamal, Bakauheni dan Natar) hanya TPA Lubuk Kamal yang di
desain dan dibangun dengan menggunakan
System Sanitary Landfill
.
Berdasarkan survey dan analisa (ritasi atau jarak tempuh) yang telah dilakukan maka
wilayah kabupaten lampung selatan untuk pembagian zona pelayanan sampah di bagi
menjadi tiga zona yang terdiri atas :
1.
Zona I (TPA Lubuk Kamal) : Melayani Kec. Kalianda, Kec. Sidomulyo, Kec.
Palas, Kec. Way Panji, Kec. Candipuro, Kec. Rajabasa.
2.
Zona II (TPA Bakauheni)
: Melayani Kec. Bakauheni, Kec. Penengahan, Kec.
Sragi, Kec. Ketapang.
3.
Zona III (TPA Natar)
: Melayani Kec. Natar, Kec. Jati Agung, Tanjung
Bintang dan Tanjung Sari
Untuk lebih jelasnya pembagian zona - zona wilayah pelayanan sampah di Kabupaten
Lampung Selatan di berikan pada Gambar 5.1 berikut ini :
BabV– Hal.3 P.Rakata 520000 540000 560000 580000 520000 540000 560000 580000 9 4 2 0 0 0 0 9 4 0 0 0 0 0 9 3 8 0 0 0 0 9 4 2 0 0 0 0 9 4 0 0 0 0 0 9 3 8 0 0 0 0
BabV– Hal.5