• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinas Lingkungan Hidup Barito Timur UKL-UPL Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dinas Lingkungan Hidup Barito Timur UKL-UPL Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur ini disusun untuk memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan juga memenuhi Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Penyusunan UKL-UPL ini berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor: 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

Kegiatan penyusunan dokumen ini merupakan perwujudan dan rasa tanggung jawab Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur selaku pemrakarsa kegiatan dalam rangka berusaha menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dokumen ini juga merupakan pedoman dalam kegiatan pengawasan terhadap dampak dari adanya kegiatan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur bagi instansi terkait di Kabupaten Barito Timur.

Kesempatan ini kami selaku pemrakarsa mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan perhatian dan dukungan serta bantuan pemikiran atas penyusunan UKL- UPL ini, terutama kepada instansi terkait dalam jajaran Pemerintah Kabupaten Barito Timur dalam upaya mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Semoga apa yang tertuang dalam dokumen ini dapat dijadikan petunjuk untuk pelaksanaan sebagaimana mestinya.

Tamiang Layang, Nopember 2018 Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur,

Ir. BERNATH, MAP

(2)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PEMRAKARSA ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii 1. Pendahuluan ... I-1

1.1. Latar Belakang

1.2. Dasar Hukum ... I-1 1.3. Identitas Pemrakarsa ... I-2 1.4. Identitas Tim Penyusun dan Tenaga Ahli ... I-3 2. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ... 2-1 2.1. Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ... 2-1 2.2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ... 2-1

2.3. Skala Usaha dan/atau Kegiatan ... 2-6 2.3.1. Pelayanan Persampahan TPA Wuran dan Timbulan Sampah .... 2-7 2.3.2. Pengembangan Daerah Pelayanan ... 2-9 2.3.3. Kebutuhan Lahan TPA Wuran ... 2-12 2.3.4. Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) ... 2-14 2.3.5. Drainase Zona Penimbunan Sampah ... 2-16 2.3.6. Buffer Zone TPA Wuran ... 2-16 2.3.7. Kebutuhan Alat Berat ... 2-17 2.4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ... 2-17 2.4.1. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan Dengan Tata Ruang ... 2-17 2.4.2. Penjelasan Mengenai Penetapan Lokasi TPA Wuran ... 2-18 2.5. Komponen Rencana Kegiatan Yang Dapat Menimbulkan Dampak ... 2-21 2.5.1. Prakonstruksi ... 2-21 2.5.2. Tahap Konstruksi ... 2-22 2.5.3. Tahap Operasional ... 2-28 2.5.4. Tahap Pasca Operasional ... 2-38 3. Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan dan Upaya Pengelolaan

Lingkungan Hidup serta Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup ... 3-1 3.1. Identifikasi Dampak ... 3-1 3.2. Prakiraan Dampak ... 3-1 3.2.1. Tahap Prakonstruksi ... 3-2 3.2.2. Tahap Konstruksi ... 3-3 3.2.3. Tahap Operasional ... 3-5 3.2.4. Tahap Pasca Operasional ... 3-7 3.3. Ukuran yang Menyatakan Besaran Dampak ... 3-8 3.3.1. Komponen Fisik- Kimia ... 3-8 3.3.2. Komponen Biologi ... 3-10 3.3.3. Komponen Sosial, Ekonomi, dan Budaya ... 3-11 3.3.4. Komponen Kesehatan Masyarakat ... 3-13

(3)

3.4. Penjelasan Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan Terhadap

Lingkungan ... 3-13 3.5. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) ... 3-19 3.6. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) ... 3-32 4. Jumlah dan Jenis Izin PPLH Yang Dibutuhkan ... 4-1 SURAT PERNYATAAN PEMRAKARSA ... SP-1 DAFTAR PUSTAKA

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Susunan Tenaga Ahli dan Pendukung ... 1-3 Tabel 2.1. Perbedaan Sanitary Landfill dan Controlled Landfill ... 2-6 Tabel 2.2. Jumlah Proyeksi Timbulan Sampah yang Akan Terangkut

ke TPA Wuran ... 2-8 Tabel 2.3. Proyeksi Kebutuhan Lahan TPA Wuran ... 2-14 Tabel 2.4. Contoh Pemanfaatan Jenis Tanaman untuk Buffer Zone ... 2-16 Tabel 2.5. Curah Hujan Kabupaten Barito Timur ... 2-25 Tabel 2.6. Kriteria Teknis Perencanaan IPL ... 2-26 Tabel 2.7. Perencanaan Kebutuhan Bangunan IPL pada Tahap

Pertama TPA ... 2-26 Tabel 2.8. Perencanaan Kebutuhan Bangunan IPL pada Tahap

Kedua TPA ... 2-26 Tabel 2.9. Perencanaan Kebutuhan Bangunan IPL pada Tahap

Ketiga TPA ... 2-26 Tabel 2.10. Perencanaan Kebutuhan Bangunan IPL pada Tahap

Keempat TPA ... 2-27 Tabel 3.1. Skala Penilaian Kualitas Lingkungan Udara Ambien ... 3-8 Tabel 3.2. Skala Penilaian Kualitas Lingkungan Kebisingan ... 3-9 Tabel 3.3. Skala Penilaian Kualitas Lingkungan Sifat Fisik Tanah ... 3-9 Tabel 3.4 Skala Penilaian Kualitas Lingkungan Sifat Kimia Tanah ... 3-9 Tabel 3.5. Skala Penilaian Kualitas Air ... 3-10 Tabel 3.6. Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas (PP No. 82 Tahun 2001) ... 3-10 Tabel 3.7. Skala Kualitas Lingkungan Flora dan Fauna ... 3-11 Tabel 3.8. Skala Penilaian Kualitas Lingkungan Biota Air ... 3-11 Tabel 3.9. Skala Kualitas Lingkungan Parameter Kesempatan Kerja

dan Berusaha ... 3-12 Tabel 3.10. Skala Kualitas Lingkungan Parameter Tingkat Pendapatan

Masyarakat ... 3-12 Tabel 3.11. Skala Kualitas Lingkungan Parameter Sikap dan Persepsi

Masyarakat ... 3-12 Tabel 3.12. Skala Kualitas Lingkungan Parameter Kesehatan Masyarakat ... 3-13 Tabel 3.13. Matrik Penjelasan Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan

Terhadap Lingkungan ... 3-14 Tabel 3.14. Matrik Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran ... 3-42

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : SK Penetapan Lokasi dan Gambar Ukur TPA Wuran Lampiran 2 : Siteplan TPA Wuran

Lampiran 3 : Surat Penunjukkan Tim dan Curriculum Vitae Penyusun UKL-UPL Lampiran 4 : Kondisi Rona Awal

Lampiran 5 : Dokumentasi Lokasi Kegiatan

Lampiran 6 : Hasil Analisis Kualitas Tanah dan Penyelidikan Tanah dengan Sondir Lampiran 7 : Hasil Analisis Kualitas Air, Plankton dan Benthos

Lampiran 8 : Hasil Pengukuran Kualitas Udara

Lampiran 9 : Tahap Pengamanan Pencemaran Lingkungan TPA

Lampiran 10 : Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Limbah B3 Lampiran 11 : Berita Acara dan Notulensi Kegiatan Sosialisasi UKL-UPL TPA Wuran Lampiran 12 : Berita Acara, Notulensi, Tanggapan Terhadap Notulensi, dan Daftar

Hadir Rapat Teknis Penilaian Dokumen UKL-UPL TPA Wuran Lampiran 13 : Dokumentasi Rapat Teknis Penilaian Dokumen UKL-UPL TPA Wuran Lampiran 14 : Peta Rencana Pengelolaan dan Pemantauan

(6)

Bagian 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk yang semakin bertambah di Kabupaten Barito Timur terutama di Kota Tamiang Layang menjadi salah satu problema perkotaan yang dihasilkan dari berbagai aktivitas tersebut adalah produksi sampah akan semakin bertambah sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan pengolahannya di TPA Barito Timur. Jenis dan volume sampah yang dihasilkan per hari akan semakin beragam sejalan dengan meningkatnya dan keragaman aktivitas penduduk perkotaan. Dengan demikian pengelolaan persampahan di kota yang semula dilakukan dengan sederhana, untuk kedepan dibutuhkan manajemen pengelolaan yang semakin baik.

Problema persampahan di perkotaan ke depan adalah masalah lahan pembuangan TPA yang semakin sempit dan penuh, karena kemampuan lahan hanya berkisar 10 tahun, setelah melampaui umur pemakaian maka kapasitas lahan pembuangan akan penuh dan tidak dapat dipakai lagi. Salah satu upaya dengan mencari lokasi TPA baru dan dengan cara mereduksi volume sampah mulai dari rumah tangga sampai TPS sehingga lokasi TPS tidak membutuhkan luasan yang besar dan selanjutnya volume sampah yang masuk di TPA akan semakin terkendali.

Persampahan tidak dapat dipandang sebagai permasalahan yang membebani masyarakat, akan tetapi persampahan dapat disikapi sebagai potensi bahan baku yang nantinya dapat dikelola menjadi sumber produksi yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat, sehingga pemberdayaan ekonomi masyarakat perkotaan dapat terlaksana sekaligus sebagai upaya mengatasi pengangguran dan kemiskinan di perkotaan.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur sebagai institusi pengelola di Kabupaten Barito Timur diharapkan mampu untuk meningkatkan kinerja pengelolaan pelayanan persampahan, sehingga untuk kedepan dengan bertambahnya volume sampah yang dihasilkan per harinya dapat disikapi dengan bijak terhadap permasalahan sampah di TPA Kabupaten Barito Timur. Rencana pembangunan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur menjadi solusi terbaik dalam mengatasi dan mengendali sampah di Kabuapeten Barito Timur.

Lokasi TPA Wuran ditetapkan melalui Keputusan Bupati Barito Timur Nomor 38 Tahun 2018 tentang Penetapan Lokasi Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas keseluruhan 22,6 Hektar. Berdasarkan luasan tersebut, maka TPA Wuran seharusnya memiliki dokumen Amdal (sesuai PermenLH No 5/2012), tetapi luasan yang dimanfaatkan untuk tahap pertama kurang dari 10 hektar, yakni seluas 97.518 m2 atau

9,7518 Hektar (SK Penetapan Lokasi dan Gambar Ukur, terlampir), maka wajib dilakukan Penyusunan dokumen UKL-UPL Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah.

(7)

1.2. Dasar Hukum

1) Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

3) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah.

4) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2011 tentang Pedoman Materi Muatan Rancangan Perda tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

5) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

6) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle melalui Bank Sampah.

7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

8) PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah RT dan Sampah Sejenis Sampah RT.

9) Peraturan Menteri PU No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

1.3. Identitas Pemrakarsa

Penyusunan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur ini mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Identitas Pemrakarsa Rencana Usaha dan/atau Kegiatan adalah:

Nama Pemrakarsa : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur Nama Penanggung Jawab : Ir. BERNATH, MAP

NIP. : 19600630 198903 1 008

Pangkat/Golongan Jabatan : Pembina Utama Muda

Jabatan : Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur

Alamat Kantor : Jalan Jenderal Achmad Yani Km. 5,5 Simpang Badung Tamiang Layang 73611

Lokasi Kegiatan : Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur

Jenis Kegiatan : Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur Luas Lokasi Kegiatan : 97.518 m2

(8)

1.4. Identitas Tim Penyusun dan Tenaga Ahli

Penyusunan Formulir UKL-UPL Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur dilaksanakan oleh Pemrakarsa Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dibantu oleh Tim Tenaga Ahli CV. Haris Atatama. Susunan tenaga ahli profesional dan pendukung sebagaimana Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Susunan Tenaga Ahli dan Pendukung

No Nama Posisi Kualifikasi Bidang Keahlian

Tenaga Ahli

1. Dr. Ir. Kartika Bungas, MS Ketua Tim Sertifikat Ketua Tim yang memiliki Sertifikat Penyusunan AMDAL (ATPA) Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (AMDAL A, B, dan C) 2. Lola Cassiophea, ST, M.Eng

Anggota Tim Teknik Sipil yang memiliki Sertifikat Penyusunan AMDAL (ATPA)

Sipil dan Geofisik AMDAL A dan B

3. Ir. Untung Darung, MP Tenaga Ahli Ilmu Tanah Ahli Tanah dan

Vegetasi 4. Maria Dewi Raya Sari,

SKM

Tenaga Ahli Ilmu Kesehatan Masyarakat

Kesehatan Masyarakat Tenaga Pendukung

1. Budi Cahyono, S.Pi Surveyor dan

Operator Komputer

S1 atau SMU/SMK Sederajat

(9)

Bagian 2

Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

2.1. Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Nama rencana Usaha dan/atau Kegiatan ini adalah Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur. Penyusunan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) ini mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) ini bertujuan untuk :

a) Mengidentifikasi rona lingkungan awal yang merupakan gambaran kondisi dan tatanan lingkungan wilayah setempat sebelum adanya kegiatan, terutama yang akan terkena dampak pada tahap pra konstruksi, konstruksi, tahap operasi sampai dengan pasca operasi.

b) Mengidentifikasi rencana kegiatan dari tahap persiapan, operasi sampai dengan pasca operasi terutama pada kegiatan yang diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

c) Memprakirakan dan mengevaluasi dampak yang mungkin terjadi dalam tahap persiapan, operasi sampai dengan pasca operasi.

d) Memberikan gambaran tentang rencana pengelolaan dan pemantauan terhadap dampak-dampak yang akan timbul di dalam pelaksanaan kegiatan, sehingga dapat tercipta keselarasan dan kelestarian lingkungan.

2.2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur. Secara Umum lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran berbatasan:  Sebelah Utara : Jalan Tempat Pembuangan Sampah

 Sebelah Timur : HGU PT. Sawit Graha Manunggal (PT. SGM)  Sebelah Selatan : Jalan dan Parit

 Sebelah Barat : Lahan milik masyarakat

Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur telah dilaksnakan penyusunan Laporan DED TPA dan TPS 3R dengan Pekerjaan “Penyusunan Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Dan DED TPA, DED TPS 3R Kabupaten Barito Timur” Tahun 2017 oleh PT. Kokoh Estetika Konsultan. Dalam dokumen PTMP dan DED TPA, DED TPS 3R Kabupten Barito Timur tersebut telah diatur secara lengkap mengenai pengelolaan persampahan di Kabupaten Barito Timur (Siteplan DED TPA, terlampir).

(10)

Luas keseluruhan lokasi Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran yang ditetapkan melalui Keputusan Bupati Barito Timur Nomor 38 Tahun 2018 tentang Penetapan Lokasi Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah adalah 22,6 Hektar yang berlokasi di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang (SK terlampir). Luas lokasi yang dimanfaatkan untuk tahap pertama yang terdapat dalam penyusunan dokumen UKL-UPL ini berdasarkan gambar ukur hasil pengukuran oleh BPN Barito Timur seluas 97.518 m2 atau 9,7518

Hektar.

Penetapan lokasi TPA Wuran dilakukan melaui evaluasi menggunakan kriteria seleksi lokasi berdasarkan SNI 03 – 3241 – 1994, dimana pemilihan lokasi TPA harus mengikuti persyaratan hukum ketentuan perundang – undangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, ketertiban umum, kebersihan kota/lingkungan, Peraturan Daerah tentang pengelolaan sampah dan perencanaan tata ruang serta peraturan – peraturan pelaksanaannya. Kriteria seleksi lokasi meliputi 1) Administrasi; 2) Status tanah; 3) Kapasitas lahan TPA; 4) Peran serta masyarakat; 5) Dapat dipakai minimal untuk 5 – 10 tahun; 6) Jarak dari daerah pusat pelayanan ± 30 km; 7) Demografi; dan 8) Estetika.

Secara garis besar kondisi topografi berupa lahan terbuka dengan vegetasi penutup merupakan tanaman jenis semak belukar yang memiliki kemiringan dan mengarah pada sisi bagian tenggara dari TPA Wuran. Area paling rendah dalam lokasi TPA Wuran adalah bagian Tenggara yaitu 25,6 dpl, dan area tertinggi pada sisi bagian Barat laut yaitu 39,5 dpl.

Secara aksesibilitas untuk mencapai lokasi usaha dan/atau kegiatan dapat ditempuh dengan menggunakan jalur transportasi darat sebagai berikut.

a. Palangka Raya – Desa Dayu

Transportasi menuju Desa Dayu dari Kota Palangka Raya dapat dicapai menggunakan kendaraan roda empat melalui jalan trans kalimantan dengan kondisi sepanjang jalan merupakan jalan pengerasan menggunakan aspal. Beberapa kabupaten dilalui yaitu Kabupaten Pulang Pisau, Kapuas, dan Barito Selatan. Sedangkan waktu tempuh perjalanan ±3,5 jam dengan jarak sekitar ± 260 Km. b. Desa Dayu ke Lokasi Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Wuran)

Lokasi kegiatan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran berada di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur. Jarak dari Desa Dayu ke lokasi TPA Wuran sekitar ± 15 Km. Sedangkan lokasi TPA Wuran berjarak ± 1 Km dari jalan utama (jalan Negara Ampah – Muara Teweh).

Peta Lokasi, Peta Topografi dan Peta Kegiatan sekitar Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran sebagaimana Gambar 2.1., 2.2., dan 2.3.

(11)
(12)
(13)
(14)

2.3. Skala Usaha dan/atau Kegiatan

Skala usaha dan/atau kegiatan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran berada di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur dengan luas lokasi TPA Wuran adalah 97.518 m2 dilakukan dengan metode yang diterapkan adalah Metode

Sanitary Landfill/Kontrol Landfill yang merupakan metode standar dipakai secara internasional yaitu dengan cara melakukan penutupan sampah dengan menggunakan tanah penutup yang dilakukan setiap hari, sehingga potensi gangguan yang timbul akibat sampah dapat diminimalkan. Sistem pemerosesan TPA dengan metode Sanitary Landfill/Kontrol Landfill yang dapat diterapkan, yaitu:

1) Metode Parit atau Trench adalah metode pembuangan sampah dengan cara lahan yang digunakan digali terlebih dahulu membentuk parit/lobang dengan ukuran tertentu kemudian sampah dimasukkan kedalamnya dan diratakan serta dipadatkan, kemudian ditimbun dengan tanah.

2) Metode Area adalah metode pembuangan sampah dengan cara sampah diratakan dan dipadatkan diatas permukaan tanah.

3) Metode Slope/Canyon adalah metode pembuangan sampah yang dilakukan di daerah berkemiringan tertentu dengan cara sampah dipadatkan sesuai kemiringan lahan kemudian ditutup dengan tanah.

Sanitary landfill merupakan sarana pengurugan sampah ke lingkungan yang disiapkan dan dioperasikan secara sistematis, dengan penyebaran dan pemadatan sampah pada area pengurugan, serta penutupan sampah setiap hari. Sedangkan controlled landfill merupakan sarana pengurugan sampah yang bersifat antara sebelum mampu melaksanakan operasi sanitary landill, dimana sampah yang telah diurug dan dipadatkan di area pengurugan dilakukan penutupan dengan tanah penutup paling tidak setiap 7 hari.

Tabel 2.1. Perbedaan Sanitary Landfill dan Controlled Landfill

No. Parameter Sanitary Landfill Controlled Lanfill

Proteksi terhadap Lingkungan 1. Dasar Landfill menuju

suatu titik tertentu

Tanah setempat dipadatkan, liner dengan tanah

permeabilitas rendah, bila diperlukan dapat

menggunakan geomembran.

Tanah setempat dipadatkan, liner dasar dengan tanah permeabilitas rendah.

2. Liner dasar Tanah dengan permeabilitas

rendah dipadatkan 3 x 30 cm, apabila perlu menggunakan geomembran HDPE.

nah dengan permeabilitas rendah dipadatkan 2 x 30 cm, apabila perlu menggunakan geomembran HDPE.

3. Karpet kerikil minimum 20 cm Diharuskan Dianjurkan 4. Pasir pelindung minimum 20 cm Diharuskan Dianjurkan 5. Drainase/tanggul keliling Diharuskan Diharuskan

6. Drainase lokasl Diharuskan Diharuskan

7. Pengumpul lindi Sistem saluran dan pipa perforasi

Minimal saluran kerikil 8. Kolam penampung

lindi

Diharuskan Diharuskan

9. Resirkulasi lindi Diharuskan Dianjurkan

(15)

No. Parameter Sanitary Landfill Controlled Lanfill perlu ditambahkan

pengolahan kimia, dan landtreatmant.

11. Sumur pantau Minimum 1 di hulu, 2 di hilir dan 1 unit di luar lokasi sesuai arah aliran air tanah.

Minimum 1 di hulu dan 1 di hilir sesuai arah aliran air tanah.

12. Ventilasi gas Sistem vertikal dengan

beronjong kerikil dan pipa, karpet kerikil setiap 5 meter lapisan, dihubungkan dengan perpipaan recovery gas.

Minimum dengan kerikil horozontal – vertikal.

13. Sarana Laboratorium Analisa Air

Dianjurkan -

14. Jalur hijau penyangga Diharuskan Diharuskan

15. Tanah penutup rutin Setiap hari Minimum setiap 7 haru.

16. Sistem penutup antara Apabila tidak digunakan lebih dari 1 bulan, dan setiap mencapai lapisan 5 meter.

Apabila tidak digunakan lebih dari 1 bulan.

17. Sistem penutup final Sistem terpadu dengan lapisan kedap, sub-drainase air permukaan, pelindung, karpet penangkap gas, apabila perlu dengan geosentris, diakhiri dengan topsoil.

Minimum tanah kedap 20 cm, ditambah sub-drainase air permukaan, ditambah topsoil.

Sumber : Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sistem Controlled Landfill dan Sanitary Landfill, Departemen Pekerjaan Umum, 2006.

2.3.1. Pelayanan Persampahan TPA Wuran dan Timbulan Sampah

Daerah pelayanan persampahan TPA Wuran merupakan area atau daerah yang direncanakan untuk mendapatkan prioritas penanganan persampahan baik secara langsung (pelayanan individual) dan tidak langsung (pelayanan komunal) akan dikelola di TPA Wuran. Penentuan daerah pelayanan merupakan langkah penting dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan persampahan.

Daerah pelayanan dijadikan sebagai dasar operasional pengumpulan dan pengangkutan sampah, serta batas daerah pelayanan dapat digunakan sebagai acuan dasar perhitungan tingkat pelayanan persampahan, yaitu 1) volume yang dikelola; 2) Kebutuhan sarana dan prasarana persampahan; 3) Kebutuhan biaya; dan 4) Kebutuhan personil dan lain – lain. Daerah pelayanan dibagi atas beberapa kawasan yang akan memudahkan dalam penentuan pola operasi pengumpulan dan pengangkutan sampah. Pembagian daerah pelayanan meliputi : 1) Kawasan pemukiman; 2) Kawasan komersial; 3) Kawasan fasilitas umum dan sosial; dan 4) Jalan – jalan utama, taman, dan tempat umum. Penentuan pelayanan TPA Wuran perlu beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1) Kondisi eksisting pelayanan persampahan yang ada.

2) Berdasarkan analisa jarak antar Ibukota Kabupaten (lokasi dibangunnya TPA Wuran) dengan Ibukota Kecamatan.

3) Arah perkembangan perkotaan di Kabupaten Barito Timur dan perkotaan di IKK. 4) Jumlah penduduk dan sampah dalam wilayah IKK.

5) Mekanisme pelayan persampahan yang sudah menjadi kebijakan pemerintah pusat dan kabupaten.

(16)

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka pelayanan persampahan yang dapat dilayani oleh TPA Wuran untuk beberapa kecamatan yang dilalui oleh truk sampah menuju TPA Wuran sebagai berikut:

1) Kecamatan Dusun Timur terdiri dari 8 desa, yaitu : Desa Sarapat, Jaar, Matabu, Jaweten, Dorong, Mangkarap, Sumur, dan Kelurahan Tamiang Layang.

2) Kecamatan Dusun Tengah terdiri dari 3 desa, yaitu : Desa Saing, Rodok, dan Ampah Kota.

3) Kecamatan Paku terdiri dari 5 desa, yaitu : Desa Tampah, Patung, Simpang Bangkuang, Kupang Baru, dan Luau Jawuk.

4) Kecamatan Karusen Janang terdiri dari 4 desa, yaitu : Desa Dayu, Wuran, Simpang Naneng, dan kandris.

5) Kecamatan Paju Epat terdiri dari 1 desa, yaitu : Desa Murutuwu. 6) Kecamatan Raren Batuah terdiri dari 1 desa, yaitu : Desa Lenggang. 7) Kecamatan Banua Lima terdiri dari 1 desa, yaitu : Desa Taniran.

Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang dihasilkan per orang per hari dalam satuan volume maupun berat. Laju timbulan sampah dalam satuan volume dinyatakan dalam satuan lt/orang/hari, sedangkan dalam satuan berat dinyatakan dengan kg/orang/hari. Besaran timbulan sampah dapat diperoleh dari hasil pengukuran langsung di lapangan terhadap sampah dari berbagai sumber melalui sampling yang representatif. Pengukuran timbulan sampah dapat pula menggunakan data hasil penelitian yang telah ada. Pada perhitungan proyeksi timbulan sampah untuk TPA Wuran menggunakan data hasil penelitian dari Puslitbangkim – Departemen Pekerjaan Umum dan Institut Teknologi Bandung tahun 1989, yaitu :

1) Laju timbunan sampah kota diekivalensikan dengan lt/orang/hari, yaitu : a. Kota kecil = 2,5 – 2,75 lt/orang/hari.

b. Kota sedang = 2,75 – 3,25 lt/orang/hari.

2) Laju timbulan sampah perumahan (pemukiman) berdasarkan kategori kota, yaitu : a. Kota kecil :

 Timbulan sampah perumahan = 2,0 lt/orang/hari.  Prosentase total sampah pemukiman = 75 – 80 %.  Prosentase total sampah non perumahan = 20 – 25 %. b. Kota sedang :

 Timbulan sampah perumahan = 2,25 lt/orang/hari.  Prosentase total sampah perumahan = 65 – 75 %.  Prosentase total sampah non perumahan = 25 – 35 %.

Jumlah proyeksi timbulan sampah dari ketujuh kecamatan yang akan diangkut ke TPA Wuran sebanyak 1.308.645,35 m3 dengan rincian sebagaimana Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jumlah Proyeksi Timbulan Sampah yang Akan Terangkut ke TPA Wuran No. Tahun Sampah Per Hari

(m3/hari)

Sampah Per tahun (m3/tahun) 1 2017 65,65 23.744,14 2 2018 80,57 29.406,73 3 2019 100,93 36.840,71 4 2020 99,60 36.355,71 5 2021 114,87 41.926,90

(17)

6 2022 131,09 47.849,62 7 2023 148,34 54.144,17 8 2024 159,27 58.132,50 9 2025 164,97 60.212,44 10 2026 170,90 62.377,64 11 2027 177,07 64.631,91 12 2028 183,50 66.979,26 13 2029 190,20 69.423,89 14 2030 197,18 71.970,17 15 2031 204,45 74.622,72 16 2032 212,02 77.386,35 17 2033 219,91 80.266,09 18 2034 228,13 83.267,23 19 2035 236,70 86.395,31 20 2036 245,63 89.656,12 21 2037 254,95 93.055,74

Sumber: Laporan Akhir Penyusunan PTMP dan DED TPA, DED TPS 3R Kabupaten Barito Timur, 2017.

2.3.2. Pengembangan Daerah Pelayanan

Pengembangan daerah pelayanan sampah meliputi seluruh wilayah kabupaten sesuai dengan RT/RW Kabupaten Barito Timur dengan pengecualian pada daerah yang masih bercirikan pedesaan yang tidak memerlukan pelayanan skala kabupaten, karena dapat melakukan pengelolaan sampah sendiri dengan bantuan pendampingan.

Pengembanagan daerah pelayanan ini merupakan strategi untuk meningkatkan cakupan pelayanan wilayah perKab.an Kabupaten Barito Timur secara terencana dari 29,56% saat ini menjadi 100% pada akhir tahun 2036. Renacana pengembangan pelayanan yang direncanakan selama 20 tahun mendatang adalah:

1) Lingkup pelayanan pegelolaan sampah adalah seluruh wilayah administrasi Kabupaten Barito Timur.

2) Wilayah per Kabupaten dilayani secara intensif oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur Bidang Persampahan. Wilayah yang bercirikan pedesaan dilayani dengan pola pembinaan untuk dikembangkannya Sisten Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat.

3) Jenis sampah yang dikelolah Bidang Persampahan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur adalah sampah domestik, yaitu sampah yang bersumber dari aktifitas rumah tangga/ domestik, tidak termasuk limbah industri dan medis.

4) Limbah industri, atau sampah hasil proses produksi, adalah tanggung jawab setiap lembaga atau individu dan atau badan yang menghasilkannnya dan tidak menjadi tanggung jawab Bidang Persampahan. Hal tersebut diatur oleh undang-undang tentang pengelolaan limbah B3 dari industri untuk dikelolah oleh pihak yang telah ditunjuk pemerintah.

5) Pengelolaan sampah B3 rumah tangga, misalnya kaleng bekas kemasan insektisida, batu baterai bekas, neon bekas dan lain sebagainya secara bertahap harus menjadi tanggung jawab Pemerintah. Bidang Persampahan tidak bertanggung jawab atas pengolahan sampah jenis ini. Akan tetapi disebabkan sampah jenis ini terkandung didalam sampah domestik, maka Bidang Persampahan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur harus menanganinya dengan memisahkannya dari sampah lainnya.

6) Pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan sampah dari sumber diarahkan menuju sistem terpilah. Sampah dipilah menjadi 3 jenis, yaitu : sampah organik, anorganik dan B3 rumah tangga.

(18)

7) Dalam jangka pendek, pemilahan diperkenalkan diseluruh aktifitas penimbul sampah, dan pada jangka menengah akan diimplementasikan secara bertahap, dengan prioritas pengadaan sarana prasarana di wilayah non permukiman. Di permukiman, pemilahan di sumber sampah akan dilakukan secara bertahap sejalan dengan pengembangan sarana pengolahan lainnya.

8) Operasi pengumpulan sampah di rumah-rumah ke Tempat Pengolahan Sampah Skala Kelurahan (TPS-Kelurahan), dilakukan oleh masyarakat secara mandiri dengan membentuk organisasi pada tingkat RT/RW atau menunjuk pihak pengelolah swasta. 9) Di wilayah yang memungkinkan untuk dikembangkannya Sistem Pengelolaan Berbasis

Masyarakat, ditetapkan bahwa operasi pemgelolahan harus menerapkan prinsip-prinsip 3R.

10) Di lingkungan RT/RW diberikan peluang untuk dikembangkannya pengelolahan sampah skala komunal, dan kawasan, serta menerapkan prinsip-prinsip 3R.

11) Dalam suatu wilayah kelurahan/desa wajib memiliki area satu TPS kelurahan/desa dan di dalam suatu lingkungan kecamatan, wajib memiliki TPS kecamatan. Keduanya dikelolah oleh Dinas Lingkungan Hidup bekerja sama dengan aparat kelurahan, kecamatan, masyarakat dan pihak swasta.

12) TPS kelurahan/desa adalah lokasi penampungan sampah dan pengomposan sampah organik. Ditempatkan di setiap kelurahan/desa untuk melayani sampai 5.000 penduduk. Dikelola oleh Bidang Persampahan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dengan mengembangkan kemitraan bersama masyarakat atau pihak swasta.

13) Pengomposan dilakukan sebagai usaha minimalisasi sampah tertimbun di TPA, tidak untuk mencari keuntungan ekonomis. Kerjasama dengan pihak atau instansi atau dinas lain yang terkait dengan produk kompos akan dijalin dalam kerangka pengembangan tanaman organik.

14) TPS Kecamatan adalah pusat pengelolaan sampah anorganik yaitu plastik, kertas, logam dan gelas.

15) TPA sebagai lokasi pemerosesan akhir tidak resmi tahun 2016 direncanakan akan tetap menggunakan TPA eksisting.

16) Penanganan akhir sampah di TPA selama mekanisme daur ulang di hulu belum berjalan 100%, dilakukan penimbunan secara controlled landfill, serta metoda ini akan tetap dipakai untuk menangani residu.

17) Pelayanan berbasis masyarakat dikembangkan di desa/kelurahan yang telah mendapat bantuan peralatan pengelolaan sampah. Adapun pengembangannya dilakukan secara bertahap di seluruh wilayah pedesaan.

18) Pengelolaan sampah dengan teknologi lain seperti diorientasikan untuk mengembangkan model pemanfaatan sampah menjadi bahan bakar.

19) Pengelolaan sampah menjadi energi dilakukan uji coba dalam jangka pendek, dan dalam jangka menengah akan dilakukan kelayakan untuk dikembangkan menjadi skala besar.

Skenario Pengembangan Daerah Pelayanan, yaitu:

a) Skenario-1 : Merupakan skenario pelayanan yang ditetapkan dengan pendekatan pencapaian Sasaran Nasional pada periode akhir perencanaan:

 Pelayanan 100% tercapai pada tahun 2036 dengan tahapan pencapaian 33,08% di tahun 2017, pada tahun 2036 sebesar 100%.

 Pengomposan sebagai implementasi 3R dengan target 20% di tahun 2017 sampai dengan tahun 2036.

(19)

 Daur Ulang Anorganik sebagai imlementasi 3R ditargetkan 20% di tahun 2017, sampai dengan tahun 2036.

 Pengembangan sistem pengelolaan berbasis masyarakat di pedesaan dilakukan secara kosisten, sehingga mencapai 20% pada tahun 2036.

b) Skenario-2 : Merupakan skenario yang didasarkan pada kemampuan pemerintah dalam mengelola sampah selama beberapa tahun terakhir, yaitu:

 Dalam 2 tahun pertama atau jangka pendek, dilakukan optimalisasi dan rehabilitasi secara eksisting dengan meningkatkan performansi sarana dan prasarana, sehingga Tingkat Pelayanan mencapai 40% pada tahun 2018, 60% pada tahun 2024 dan meningkat hingga 100% pada tahun 2036.

 Konsep 3R dilakukan secara bertahap mulai jangka menengah dengan meningkatkan pengomposan di TPA dan ditingkatkan di kelurahan, hingga tingkat pengomposan mencapai 20% pada tahun 2036.

 Pengelolahan sampah anorganik di lakukan di TPS Kecamatan, hingga tingkat pengelolahan mencapai 20% di tahun 2036.

 Tingkat Pelayanan Sistem perKab.an pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 50%, meningkat ditahun 2022 hingga 60% dan pada tahun 2036 mencapai 85%. Dari kedua skenario dapat dilihat bahwa sebesar apapun proporsi beban dua kelompok pengelolaan yang ditetapkan bagi Dinas, tetap memerlukan adanya peran dari dua kelompok pengelola lainnya untuk mencapai tingkat sampah tertangani yang paling optimal. Penentuan skenario yang akan dipilih sangat ditentukan oleh kebijakan Pemerintah. Banyaknya aspek pembangunan yang harus menjadi prioritas di Kabupaten Barito Timur sehingga kedua skenario di atas perlu dianalisis dengan pendekatan aspek pembiayaan dan strategis pembangunan.

c) Skenario lain sesuai dengan kondisi dan kebijakan lokal

Skenario lain sesuai dengan kondisi dan kebijakan lokal di Kabupaten Barito Timur dalam pengelolaan persampahan adalah:

 Pengembangan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) dengan peningkatan konsep 4R yang tersebar diseluruh Kecamatan;

 Pengembangan penerapan sistem pengurangan timbunan sampah secara bertahap dalam waktu 5 (lima) tahunan;

 Pengembangan penerapan teknologi ramah lingkungan;  Peningkatan penerapan label produk ramah lingkungan;

 Pengembangan kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan  Peningkatan fasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.

Sistem operasi pengelolaan sampah di Kabupaten Barito Timur dalam kurun waktu 29 tahun mendatang disajikan pada Gambar 2.4.

(20)

Gambar 2.4. Sistem Operasi Pengelolaan Sampah Di Kabupaten Barito Timur Dalam Kurun Waktu 29 Tahun Mendatang.

2.3.3. Kebutuhan Lahan TPA Wuran

Perencanaan TPA Wuran menggunakan metode sanitary landfill/kontrol landfill dengan tipe/metode Konstruksi Area. Kapasitas atau kebutuhan lahan untuk menampung sampah pada TPA Wuran tergantung pada besarnya sampah yang akan dibuang. Semakin besar sampah yang dihasilkan, maka semakin luas TPA untuk menampungnya. Secara umum penetuan kebutuhan lahan TPA dijelaskan sebagai berikut :

 Sampah yang timbul dalam suatu wilayah akan mengalami pengurangan akibat: pemulungan, pemanfaatan, pembuangan liar, dan lain-lain sehingga yang terkumpul lebih sedikit. Kepadatan sampah awal berkisar antara 200 – 300 kg/m3.

 Sampah yang diangkut akan terjadi pemadatan selama menuju ke TPA. Awal kepadatan sampah 200 kg/m3 menjadi 400 kg/m3.

 Di TPA sampah akan mengalami proses pemadatan baik secara alamiah akibat proses dekomposisi, pembebanan oleh tumpukan sampah diatasnya, dan secara mekanis akibat pemadatan oleh alat berat. Kepadatan sampah mencapai 600-700 kg/m3.

 Dengan membandingkan angka kepadatan sampah di TPA dan kondisi awalnya maka dapat diperkirakan besarnya kebutuhan lahan TPA (kapasitas) yang diperlukan untuk menampung sampah yang timbul disuatu kota selama jangka waktu tertentu.

Berdasarkan Laporan Akhir Penyusunan PTMP dan DED TPA, DED TPS 3R Kabupaten Barito Timur diperoleh proyeksi kebutuhan lahan TPA Wuran selama 20 tahun kedepan yang terbagi menjadi 4 (empat) zona dengan luas yang berbeda-beda. Pembangunan masing – masing zona TPA ditetapkan pada 5 tahun pelayanan persampahan TPA Wuran. Lahan untuk penimbunan sampah di TPA Wuran ini dibagi menjadi 4 zona dengan luasan yang bervariasi tergantung dari jumlah sampah yang dihasilkan pada tahap pembangunan zona TPA (pembuangan zona TPA ditetapkan pada 5 tahun pelayanan). Selanjutnya masing-masing zona dibagi menjadi bagian yang lebih kecil yang disebut sel sampah. Pembagian ini bertujuan untuk mempermudah operasional di lapangan dalam mengatur penimbunan sampah sehingga pelaksanaan penimbunan sampah pada zona dapat terkumpul dalam satu tempat dan tidak dibuang secara sporadis. Hal ini bertujuan agar pelaksanaan operasional sel sampah harian dapat berjalan secara efektif.

(21)

Secara prinsip tiap zona akan diisi sampah secara bertahap hingga mencapai ketinggian rencana ± 1,5 m untuk tiap layer. Tahap pertama adalah pengisian sampah di Zona 1 akan diisi sampah hingga sampai ketinggian mencapai 5 m. Apabila Zona 1 telah penuh, maka pengisian sampah berpindah ke Zona 2. Pada Zona 2 diisi sampah secara bertahap hingga mencapai ketinggian rencana ± 1,5 m untuk tiap layer dan akan diisi sampah hingga penuh sampai ketinggian mencapai minimal 3 layer dan seterusnya. Dalam pengoperasian sel sampah harian, sampah ditimbun terpusat disuatu tempat dalam sel sampah hingga ketinggian timbunan sampah harian yang sudah dipadatkan dalam satu sel mencapai ketinggian timbunan 1,5 meter. Selanjutnya setiap akhir masa operasi harian, timbunan sampah ditutup dengan tanah setebal 15 cm. Hal ini berlangsung terus-menerus hingga sel sampah penuh. Selanjutnya operasional penimbunan sampah berpindah ke sel sampah yang lain. Hal ini dilakukan berulang hingga sel terakhir dalam satu zona terisi timbunan sampah setinggi 1,5 meter. Apabila sel terakhir sudah terisi timbunan sampah, operasional sampah harian kembali mengisi sel sampah pertama hingga mencapai ketinggian timbunan 1,5 meter. Sehingga total tinggi timbunan sampah yang dipadatkan pada sel sampah pertama mencapai 4,5 meter (3 layer). Ketinggian ini merupakan ketinggian layer sampah rencana dan tebal tanah penutup yang dipakai untuk menutup timbunan sampah adalah 30 cm. Skema kegiatan operasional persampahan secara umum disajikan pada Gambar 2.5. dan Proyeksi Kebutuhan Lahan TPA Wuran sebagaimana Tabel 2.3.

(22)

Tabel 2.3. Proyeksi Kebutuhan Lahan TPA Wuran No. Tahun Sampah Per Hari Sampah Per tahun Sampah Setelah Pemadatan Kebutuhan Lahan Pertahun Komulatif Kebutuhan Lahan Pembangunan 5 Tahun

(m3/hari) (m3/tahun) (ha)

1 2017 65,65 23.744,14 7.914,71 0,10 0,10 2 2018 80,57 29.406,73 9.802,24 0,13 0,23 3 2019 100,93 36.840,71 12.280,24 0,16 0,40 4 2020 99,60 36.355,71 12.118,57 0,16 0,56 5 2021 114,87 41.926,90 13.975,63 0,18 0,74 6 2022 131,09 47.849,62 15.949,87 0,21 0,95 0,95 7 2023 148,34 54.144,17 18.048,06 0,24 1,19 8 2024 159,27 58.132,50 19.377,50 0,26 1,45 9 2025 164,97 60.212,44 20.070,81 0,27 1,71 10 2026 170,90 62.377,64 20.792,55 0,28 1,99 11 2027 177,07 64.631,91 21.543,97 0,29 2,27 1,32 12 2028 183,50 66.979,26 22.326,42 0,30 2,57 13 2029 190,20 69.423,89 23.141,30 0,31 2,88 14 2030 197,18 71.970,17 23.990,06 0,32 3,19 15 2031 204,45 74.622,72 24.874,24 0,33 3,52 16 2032 212,02 77.386,35 25.795,45 0,34 3,86 1,59 17 2033 219,91 80.266,09 26.755,36 0,35 4,22 18 2034 228,13 83.267,23 27.755,74 0,37 4,59 19 2035 236,70 86.395,31 28.798,44 0,38 4,97 20 2036 245,63 89.656,12 29.885,37 0,40 5,36 21 2037 254,95 93.055,74 31.018,58 0,41 5,77 1,19

Sumber: Laporan Akhir Penyusunan PTMP dan DED TPA, DED TPS 3R Kabupaten Barito Timur, 2017.

2.3.4. Instalasi Pengolahan Lindi (IPL)

Leachate (air lindi) didefinisikan sebagai cairan yang timbul dari hasil dekomposisi biologis sampah yang telah membusuk yang mengalami pelarutan akibat dari resapan air hujan maupun kandungan air pada sampah yang masuk kedalam urugan atau timbunan sampah. Pengolahan lindi (leachate) menggunakan kolam anaerobik, stabilisasi maturasi dan fakultatif, serta wetland yang dilakukan pada Instalasi Pengolahan Lindi (IPL). Tipe pengolahan ini merupakan tipe yang umum diterapkan untuk pengolahan lindi di TPA yang ada diseluruh Indonesia. Dimensi dari pengolahan lindi tergantung dari luas area sel yang akan menampung air percolasinya. Pengolahan lindi selanjutnya dapat memanfaatkan bangunan pada tahap sebelumnya, sehingga kekurangan bangunan pengolahan air lindi dapat dibangun pada tahap selanjutnya. Pengolahan lindi yang akan diterapkan dalam perencanaan TPA Wuran sebagaimana Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Rencana Pengolahan Lindi TPA Wuran

Kolam Wetland Kolam Maturasi

Kolam Anaerobik

(23)

1) Kolam Anaerobik

Kolam anaerobik dirancang untuk menerima beban organik (BOD) yang cukup tinggi (10.000 mg/L) dengan nilai oksigen terlarut yang sangat rendah. Kolam ini diletakkan dibagian awal sistem karena jenis kolam ini paling menguntungkan digunakan untuk mengolah air limbah yang mempunyai kadar padatan yang tinggi. Padatan ini akan mengendap ke dasar kolam dan dicerna bakteri secara anaerobik. Waktu detensi hidrolis pada kolam anaerobik adalah 30 hari. Karena di awal operasi kolam stabilisasi anaerobik akan memerlukan waktu 7 – 14 minggu untuk aklimatisasi bakteri. Setelah stabil dan berfungsi normal waktu tinggal di kolam anaerobik hanya 2 – 5 hari. Rencana kolam anaerobik TPA Wuran memiliki kedalaman 4 m yang berfungsi untuk menjaga kondisi kolam agar tetap dalam keadaan anaerobik (tidak ada oksigen) agar bakteri anaerobik dapat bekerja secara maksimum. Diasumsikan efisiensi kolam anaerobik mencapai 70%. Ukuran panjang dan lebar kolam akan menyesuaikan dengan proyeksi kebutuhan lahan TPA Wuran.

2) Kolam Fakultatif

Proses pengolahan air limbah yang terjadi pada kolam fakultatif terdiri dari dua bagian, yaitu pada lapisan atas kolam terjadi proses secara aerobik sedangkan pada bagian dasar kolam proses secara anaerobik. Kedalaman dari kolam fakultatif antara 1 – 2 m. Kolam fakultatif diletakkan setelah kolam anerobik karena efluen leachate dari kolam anerobik masih sangat tinggi. Kolam fakultatif ini dapat bekerja secara anaerobik dengan beban organik (BOD) yang tinggi dan secara aerobik. Waktu detensi hidrolis pada kolam fakultatif adalah 20 hari. Karena memerlukan waktu beberapa minggu untuk aklimatisasi bakteri. Setelah stabil dan berfungsi normal dengan waktu tinggal di kolam fakultatif hanya 10 – 20 hari. Diasumsikan bahwa efisiensi kolam anaerobik mencapai 80%, sehingga BOD efluennya adalah 600 mg/L. 3) Kolam Maturasi

Kolam pematangan (kolam maturasi) digunakan sebagai tahap kedua dari kolam fakultatif. Fungsi utama kolam maturasi adalah penghancuran phatogen. Bakter faecal dan virus mati karena kondisi lingkungan yang tidak baik bagi organisme tersebut. Kolam pematangan (kolam maturasi) dengan memiliki kedalaman 1 m dengan ukuran panjang dan lebar menyesuaikan dengan proyeksi kebutuhan lahan TPA Wuran yang digunakan sebagai tahap kedua dari kolam fakultatif. Kolam maturasi secara keseluruhan adalah aerobik dan dapat mempertahankan kondisi aerobik pada kedalaman sampai 3 m. Karena penghancuran virus-virus akan lebih baik dalam kolam yang dangkal. Diasumsikan bahwa efisiensi kolam maturasi mencapai 60%, sehingga BOD efluennya adalah 240 mg/L.

4) Kolam Wetland

Kolam Wetland jenis constructed wetland terbuat dari parit atau kolam dengan lapisan kedap air dari tanah liat atau bahan sintetis dibawahnya. Kolam Wetland berisi media yang akan mendukung pertumbuhan tanaman air. Sistem ini dibuat dengan kemiringan elevasi 1-3 % antara inlet dan outlet. Kolam ini berfungsi untuk mengurangi kandungan logam berat dan BOD yang terdapat didalam leachate. Contructed wetland merupakan unit pengolahan terakhir dalam sistem IPL ini. Kolam wetland dengan kedalaman 1 m, ukuran panjang dan lebar menyesuaikan dengan proyeksi kebutuhan lahan TPA Wuran. Untuk menghasilkan efluen, maka penggunaan constructed wetland menjadi alternatif pengolahan air limbah dengan biaya efiensi dan efektif. Constructed Wetladds meliputi Free Water Surface (FWS) dan Subsurface Flow Systems (SFS). Sistem yang kedua melibatkan aliran bawah permukaan melalui media permeabel menggunakan tanaman air dan pengolahan sistem ini bergantung pada reaksi mikrobiologi.

(24)

2.3.5. Drainase Zona Penimbunan Sampah

Drainase di TPA berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan dengan tujuan memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah. Air hujan merupakan faktor utama terhadap debit leachate yang dihasilkan. Semakin kecil rembesan air hujan yang masuk ke timbunan sampah, maka semakin kecil debit leachate yang dihasilkan sehingga dapat memperkecil kebutuhan unit pengolahan lindi. Secara teknis drainase TPA dimaksudkan untuk menahan aliran limpasan air hujan dari luar TPA agar tidak masuk ke dalam area timbunan sampah. Drainase penahan dibangun di sekeliling blok atau zona penimbunan. Selain itu, drainase pada lahan yang telah ditutup tanah dapat berfungsi sebagai penangkap aliran limpasan air hujan yang jatuh diatas timbunan sampah, sehingga permukaan tanah penutup harus dijaga kemiringannya mengarah pada saluran drainase. Saluran drainase pada TPA Wuran dibuat mengelilingi sel sampah dan jalan operasional dalam area TPA (mengelilingi tanggul zona dan area lokasi TPA).

2.3.6. Buffer Zone TPA Wuran

Kawasan penyangga berfungsi sebagai penahan gangguan yang diakibatkan oleh kegiatan TPA. Kawasan penyangga merupakan area penerus dan mengelilingi lahan TPA. Penghijauan lahan TPA Wuran diperlukan untuk peningkatan estetika lingkungan dan Buffer Zone. Buffer zone memiliki fungsi yaitu :

 Daerah resapan untuk mengurangi aliran air permukaan kedalam lahan dan sebagai penghalang pandangan langsung kearah landfill dari lingkungan sekitarnya.

 Mengurangi kecepatan angin.

 Mengurangi pengaruh bau dari landfill terhadap lingkungan sekitarnya.

 Pembatas pada pembagian tata guna lahan dan tapak lokasi setelah pagar batas. Jenis tanaman untuk Buffer Zone dipilih dari jenis tanaman keras dengan daun lebat dan relatif tinggi yang sesuai dan dapat tumbuh dengan baik di sekitar lokasi TPA, serta tanaman berdaun kecil dan lebat memiliki daya isap CO2. Beberapa jenis tanaman yang

mampu menyerap gas beracun dengan berbagai kapasitas rendah hingga sedang seperti Puring, Lidah Mertua, Sri Rejeki, Monstera, dan Pandan Bali. Jenis tanaman penghalang angin seperti Bambu dan Beringin dapat mengurangi bau sampah yang keluar dari TPA, dan memiliki kemampuan untuk menyerap debu. Jenis tanaman perdu seperti pohon teh – tehan, Kembang Anak Nakal (Durant repens), dan tanaman Dolar (Ficus pumila) dapat meredam suara. Contoh pemanfaatan jenis tanaman untuk Buffer Zone disajikan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Contoh Pemanfaatan Jenis Tanaman untuk Buffer Zone

No. Manfaat Jenis Tanaman

1. Penyerap CO2 dan

penghasil O2

Damar (Agathis alba), Kupu – Kupu (Bauhinea purpurea), Lamtoro Gung (Leucena leucocephala), Akasia (Acacia

auriculiformis), Beringin (Ficus benyamina), Puring, Lidah

Mertua, Sri Rejeki, Monstera, dan Pandan Bali. 2. Penyerap atau penepis

bau

Cempaka (Michelia champaka), Pandan (Pandanus op), Kemuning (Murraya paniculata), Tanjung (Mimosops elengi), Beringin (Ficus benyamina), Bambu, Pohon Teh-tehan, Kembang Anak Nakal (Duran repens), dan Tanaman Dolar (Ficus pumila).

3. Penyerap partikel limbah Damar (Agathis alba), Mahoni Daun Lebar (Swietenia

macrophylla), Jamuju (Podocarpus imbricatus), Pala (Myristica fragrans), Asam Landi (Pithecelebium dulca), Johar (Cassia

(25)

siamea), Glodogan (Polyalthea longifolia), Keben (Baringtonia asiatica), dan Tanjung (Mimosrops elengi).

4. Penyimpan air dan

mengurangi koefisien laju limpasan air

Nangka (Artocarpus integra), Albizia (Paraserianthes

falcaratia), Semai Akasia (Acacia vilosa), Mahoni (Swietenia mahagoni), Jati (Tectona grandis), Kihujan (Samanea sama),

dan Lambro (Leucena glauca)

Daerah penyangga dapat berfungsi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pemerosesan akhir sampah terhadap lingkungan sekitarnya. Daerah penyangga ini dapat berupa jalur hijau atau pagar tanaman di sekeliling TPA dengan ketentuan sebagai berikut:

 Jenis tanaman adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan tanaman perdu yang mudah tumbuh dan rimbun.

 Kerapatan tanaman adalah 2 – 5 meter untuk tanaman keras.  Lebar jalur hijau minimal.

Perencanaan daerah penghijauan perlu mempertimbangkan letak dan jarak kegiatan masyarakat sekitarnya (permukiman, jalan raya dan lainnya). Buffer zone pada TPA Wuran direncanakan mengelilingi area TPA dan merupakan area hutan alami. Dengan adanya peraturan zonasi area TPA, maka terdapat 3 zona, yaitu :

1) Zona Inti,

2) Zona Penyangga, 3) Zona Budidaya Terbatas

2.3.7. Kebutuhan Alat Berat

Pemilihan alat berat untuk dioperasikan pada TPA ditentukan terutama oleh kemampuan multiguna dari alat berat. Pertimbangan kondisi tanah, topografi, iklim dan jumlah serta karakteristik sampah harus diperhatikann selain keterbatasan pendanaan. Jumlah timbulan sampah yang terangkut ke TPA sebesar 65 m3/hari atau TPA Wuran

memiliki kapasitas operasional dari 60 – 180 m3/hari. Dengan demikian kebutuhan alat

berat untuk operasional TPA Wuran (Laporan DED TPA dan TPS 3R Tahun 2017) adalah : 1) Hydraulic excavator dengan kapasitas daya 153 Hp.

2) Track Type Tractor/Bulldozer dengan kapasitas daya 125 Hp. 3) Track Type Loader dengan kapasitas daya 148 Hp.

4) Landfill Compaktor dengan kapasitas daya 353.

2.4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan 2.4.1. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan Dengan Tata Ruang

Kesesuaian lokasi ditinjau berdasarkan beberapa ketentuan yang telah ada dan berlaku yang mengatur tentang tata ruang wilayah dengan hasil analisis sebagai berikut : 1) Berdasarkan Peta Lokasi Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran terletak di Desa Dayu

Kecamatan Karusen Janang Kabuapten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah.

2) Berdasarkan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Kalimantan Tengah berdasarkan SK Menhut 529 Tahun 2012, Lokasi Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran seluruhnya berada pada Areal Penggunaan Lainnya (APL).

(26)

3) Berdasarkan Penetapan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain (Revisi XIV), Lokasi kegiatan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran tidak termasuk dalam kawasan moratorium.

Kesesuaian lokasi rencana Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran juga mengacu kepada rencana tata ruang dan wilayah Kabupaten Barito Timur tahun 2014, serta didukung oleh Peraturan Daerah Kabupaten Barito Timur Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Barito Timur Tahun 2013 – 2018. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Kalimantan Tengah dan Penetapan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain (Revisi XIV) dapat dilihat pada Gambar 2.7. dan 2.8. berikut.

2.4.2. Penjelasan Mengenai Penetapan Lokasi TPA Wuran

Penetapan lokasi TPA Wuran didasari atau ditetapkan melalui Keputusan Bupati Barito Timur Nomor 38 Tahun 2018 tentang Penetapan Lokasi Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas keseluruhan 22,6 Hektar yang berlokasi di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang. Luas lokasi yang dimanfaatkan untuk saat ini yang terdapat dalam penyusunan dokumen UKL-UPL ini berdasarkan gambar ukur hasil pengukuran oleh BPN Barito Timur adalah 97.518 m2 atau 9,7518 Hektar. (SK Penetapan Lokasi dan

(27)

Gambar 2.7. Peta Kesesuaian Lokasi Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito Timur

(28)

Gambar 2.8. Peta Kesesuaian Lokasi Dengan Peta Indikatif Penundaan Izin Baru (PIPIB Revisi XIV) Kabupaten Barito Timur

(29)

2.5. Komponen Rencana Kegiatan Yang Dapat Menimbulkan Dampak 2.5.1. Tahap Prakonstruksi

A. Penyusunan Studi Kelayakan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran

Studi kelayakan TPA Wuran telah dilaksanakan penyusnan Laporan DED TPA dan TPS 3R dengan Pekerjaan “Penyusunan PTMP Dan DED TPA, DED TPS 3R Kabupaten Barito Timur” Tahun 2017 oleh PT. Kokoh Estetika Konsultan. Dalam dokumen Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) dan DED TPA, DED TPS 3R Kabupten Barito Timur tersebut telah diatur secara lengkap mengenai pengelolaan persampahan di Kabupaten Barito Timur, termasuk kajian kebutuhan lahan, kajian kebutuhan sarana pengangkut sampah (truk dan gerobak pengangkut), kajian jalur pengangkutan dari daerah pelayanan, dan kajian kelembagaan pengelola nantinya.

B. Sosialisasi Rencana Kegiatan

Kegiatan sosialisasi Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Barito Timur untuk menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan kepada masyarakat yang berada disekitar lokasi kegiatan.

Lokasi kegiatan sosialisasi telah dilaksanakan di GPU Kantor Kecamatan Karusen Janang pada hari Kamis tanggal Lima Belas bulan November tahun Dua Ribu Delapan Belas yang dihadiri oleh Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Seksi dan Pelaksana pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur; Camat Karusen Janang, Kapospol, Babinsa Kecamatan Karusen Janang; Kepala Desa Wuran dan Sekretaris Desa Dayup; Ketua BPD Desa Dayu; Tokoh Masyarakat; Tokoh Adat; Tokoh Agama; serta masyarakat Desa Dayu. (Berita Acara dan Notulensi Hasil Sosialisasi terlampir). Kegiatan sosialisasi rencana pembangunan TPA Wuran akan memunculkan berbagai sikap dan persepsi dari masyarakat sekitar lokasi kegiatan.

Tujuan utama dari kegiatan sosialisasi rencana kegiatan ini adalah untuk melakukan mapping terhadap tanggapan, harapan serta sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, sekaligus memberikan informasi secara tepat kepada masyarakat tentang dampak-dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran. Sosialisasi adalah upaya memasyarakatkan setiap kegiatan pembangunan TPA Wuran dan manfaatnya serta dampaknya bagi masyarakat sekitar. Melalui sosialisasi diharapkan bahwa kegiatan pembangunan TPA Wuran dapat diterima serta didukung oleh segenap lapisan masyarakat dan pemerintah desa maupun kecamatan.

C. Persiapan Lahan

Lahan yang digunakan untuk kegiatan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran berlokasi di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur dengan luas 97.518 m2 atau 9,75 Hektar merupakan lahan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Barito

Timur. Lokasi lahan TPA Wuran telah ditetapkan oleh Keputusan Bupati Barito Timur Nomor 38 Tahun 2018 Tentang Penetapan Lokasi Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur, Propinsi Kalimantan Tengah; dengan luas keseluruhan sebesar 22,6 hektar.

Persiapan lahan dilakukan sebelum kegiatan konstruksi dan operasional TPA Wuran agar kegiatan pembuangan berikutnya dapat berjalan dengan lancar. Beberapa kegiatan penyiapan lahan tersebut akan meliputi:

(30)

1) Penutupan lapisan kedap air dengan lapisan tanah setempat yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan atas lapisan tersebut akibat operasi alat berat di atasnya. Umumnya diperlukan lapisan tanah setebal 50 cm yang dipadatkan diatas lapisan kedap air tersebut.

2) Persediaan tanah penutup perlu disiapkan di dekat lahan yang akan dioperasikan untuk membantu kelancaran penutupan sampah, terutama operasional dilakukan secara sanitary landfill. Pelatakan tanah harus memperhatikan kemampuan operasi alat berat yang ada.

2.5.2. Tahap Konstruksi A. Penerimaan Tenaga Kerja

Rekruitmen tenaga kerja konstruksi dilakukan pada saat akan dimulainya pekerjaan konstruksi. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan konstruksi pembangunan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran direncanakan sesuai dengan rencana pembangunan fasilitas pendukung operasional TPA Wuran, yaitu: Jalan operasional; Pos pengendalian operasional; Jembatan timbang; Kantor; Gudang; Instalasi Pengolahan Limbah (IPL); Workshop; Saluran drainase; Perpipaan lindi dan gas; Baffer zone; dan Taman/cuci truk, serta bangunan fasilitas penunjang lainnya.

Tenaga kerja yang dibutuhkan pada tahap konstruksi pembangunan diperkirakan berjumlah 36 orang yang terdiri dari 6 tenaga kerja terampil, pengawas, ahli mekanik dan listrik dan (30) tenaga kerja buruh. Kebutuhan tenaga kerja ini akan diprioritaskan bagi tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang dibutuhkan.

B. Mobilisasi alat dan Bahan Material

Mobilisasi alat dan material kegiatan rencana pembangunan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran melalui jalan darat yaitu jalan Negara dan melewati perkampungan Desa Dayu, kegiatan ini menimbulkan dampak negatif, seperti: Terjadinya gangguan dan kemacetan lalu lintas jalan menuju perkampungan. Jalan menuju lokasi kegiatan pembangunan TPA Wuran yang merupakan lalu lintas orang dan barang yang digunakan oleh penduduk setempat, sehingga kegiatan mobilisasi peralatan dan material berpotensi untuk menimbulkan kejadian kecelakaan.

Peralatan yang akan digunakan ke lokasi kegiatan adalah berupa peralatan bangunan sebelumnya dan pembangunan TPA beserta bangunan pendukungnya lainnya. Alat berat yang digunakan di TPA umumnya berupa: bulldozer, excavator dan loader. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dalam operasionalnya. Bulldozer sangat efisien dalam operasi perataan dan pemadatan tetapi kurang dalam kemampuan penggalian. Excavator sangat efisien dalam operasi penggalian tetapi kurang dalam perataan sampah. Sementara loader sangat efisien dalam pemindahan baik tanah maupun sampah tetapi kurang dalam kemampuan pemadatan. Untuk TPA dapat memiliki bulldozer atau excavator, sementara TPA yang besar umumnya memiliki ketiga jenis alat berat tersebut. Pengadaan material bangunan seperti pasir, batu dan kerikil akan didatangkan dari sekitar lokasi proyek. Untuk material-material yang tidak tersedia secara lokal akan didatangkan dari daerah lain sesuai dengan kebutuhan proyek.

Sebagai dampak turunan dari berubahnya komponen lingkungan di atas adalah dampak terhadap persepsi dan sikap masyarakat. Persepsi dan sikap masyarakat, berupa terbentuknya sikap dan persepsi masyarakat yang berpotensi menimbulkan protes dan menggangu kelangsungan kegiatan. Komponen kesehatan masyarakat, berupa

(31)

meningkatnya kasus penyakit pada saluran pernapasan akibat dari debu dan kebisingan kendaraan pengangkut alat dan material menuju lokasi pembangunan TPA Wuran yang berlebihan bagi masyarakat dan pengguna jalan darat.

C. Konstruksi Fasilitas Umum

Pekerjaan struktur meliputi pekerjaan jalan dan bangunan-bangunan utama dan bangunan penunjang operasional TPA Wuran, yaitu:

1) Jalan

Konstruksi jalan TPA terdiri atas jalan masuk dan jalan operasi. Jalan masuk dibuat dengan perkerasan beton atau hotmix yang dapat dilalui truk sampah dari 2 arah dengan lebar jalan 8 m, sedangkan jalan oeprasi dibuat dengan perkerasan aspal biasa.

Jumlah timbunan sampah yang terangkut ke TPA Wuran sebesar 58 m3/hari atau

kapasitas operasional dibawah 200 m3/hari. Berdasarkan tabel spesifikasi teknis

jalan operasional TPA, maka kebutuhan jenis dan spesifikasi teknis jalan operasional TPA Wuran sebagai berikut:

 Apabila jalan operasional TPA Wuran menggunakan Aspal, maka tebal lapisan permukaan adalah 60 mm.

 Apabila jalan operasional TPA Wuran menggunakan Beton K300, maka tebal lapisan permukaan adalah 320 mm.

 Apabila jalan operasional TPA Wuran menggunakan Beton K350, maka tebal lapisan permukaan adalag 310 mm.

 Apabila jalan operasional TPA Wuran menggunakan Beton K400, maka tebal lapisan permukaan adalag 310 mm.

2) Jembatan Timbang dan Pos

Jembatan timbang adalah seperangkat alat untuk menimbang kendaraan/truk sampah yang dapat dipasang secara tetap yang digunakan untuk mengetahui berat kendaraan beserta muatannya. Jembatan timbang mampu menahan beban minimal 5 ton, dengan lebar minimal 3,5 m. Jembatan timbang diposisikan pada jalan masuk menuju TPA Wuran yang berdekatan dengan pos jembatan timbang. Pos Jembatan timbang berfungsi untuk pencatatan sampah masuk sebagai dokumentasi data operasional TPA.

3) Pos Jaga Selamat Datang

Pos jaga selamat datang merupakan fasilitas penerimaan dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan setiap orang dan kendaraan yang masuk ke lokasi TPA. Penempatan Pos berdekatan dengan gerbang selamat datang.

4) Kantor Administrasi

Bangunan kantor merupakan tempat kegiatan administratif dalam operasional TPA. 5) Bangunan B3

Bangunan tempat penyimpanan sementara Limbah B3 yang dihasilkan dari workshop seperti oli bekas dan aki bekas, dengan persyaratan minimal sebagai berikut :

 Terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun tidak langsung;  Dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai;

 Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol) sesuai dengan tata cara yang berlaku;

 Menyiapkan peralatan dan sistem pemadam kebakaran;

 Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah bak penampungan dengan kemiringan maksimum 1%.

(32)

6) Workshop

Workshop merupakan bengkel yang diperlukan untuk pemeliharaan alat berat di TPA serta memperbaiki kendaraan yang mengalami kerusakan ringan, sehingga tidak sampai mengganggu operasi pembuangan sampah. Peralatan bengkel disesuaikan dengan jenis kerusakan yang akan ditangani.

7) Drainase

Drainase sebagai pembawa aliran limpasan air hujan dari lokasi TPA agar tidak masuk kedalam area timbunan sampah. Drainase dibuat di kiri dan kanan jalan operasional TPA dan dialirkan terpisah dengan aliran air lindi dari sel sampah. Saluran drainase langsung dialirkan menuju badan air penerima.

8) Tempat Cuci Truk/Lainnya

Sarana air bersih di TPA diperlukan untuk pembersihan kendaraan pengangkut sampah (truck), alat berat, keperluan mandi cuci bagi petugas maupun operator pengangku sampah. Selain itu apabila memungkinkan air bersih juga diperlukan untuk menyiram debu disekitar jalan operasional secara berkala untuk mengurangi polusi udara dari debu.

9) Bangunan Komposting

Bangunan komposting digunakan untuk pengolahan sampah organik menjadi bahan baku kompos. Perencanaan proses pengomposan menggunakan sistem open wind-row aerobik.

10) Bangunan Penunjang lainnya

Bangunan penunjang lainnya untuk mendukung kegiatan operasional TPA Wuran yaitu Mess karyawan, Tempat ibadah, dan Ruang mesin genset.

D. Konstruksi Fasilitas Perlindungan Lingkungan 1) Lapisan Dasar Kedap Air

Lapisan dasar kedap air berfungsi untuk mencegah terjadinya pencemaran lindi terhadap air tanah. Untuk itu maka konstruksi dasar TPA harus cukup kedap, baik dengan menggunakan lapisan dasar geomembrane/geotextile maupun lapisan tanah lempung dengan kepadatan dan permeabilitas yang memadai (<10-6 cm/det).

2) Jaringan Pengumpul Lindi

Pipa jaringan pengumpul lindi di dasar TPA berfungsi untuk mengalirkan lindi yang terbentuk dari timbunan sampah ke kolam penampung lindi. Jaringan pengumpul lindi dapat berupa pipa PVC berlubang yang dilindungi oleh gravel. Saluran pengumpul leachate terdiri dari saluran pengumpul sekunder dan primer. Kriteria saluran pengumpul, pengaliran lindi dan diameter pipa sebagai berikut.

 Kriteria saluran pengumpul sekunder

 Dipasang memanjang di tengah blok atau zona penimbunan.

 Saluran pengumpul sekunder menerima aliran dari dasar lahan dengan kemiringan minimal 1,5 % yang nantinya digunakan untuk cabang pipa pengumpul.

 Kemiringan sebesar 1,5 % digunakan untuk pipa pengumpul utama.  Saluran pengumpul terdiri dari rangkaian pipa HDPE.

 Kriteria saluran pengumpul primer

 Menggunakan pipa HDPE berlubang di sekelilingnya.

 Pipa menuju ke bak pengumpul lindi tidak berlubang di sekelilingnya.

 Saluran primer dapat dihubungkan dengan bagian hilir saluran sekunder oleh bak kontrol yang berfungsi sebagai ventilasi yang dikombinasikan dengan pengumpul gas vertikal.

(33)

 Syarat pengaliran lindi  Gravitasi

 Kecepatan pengaliran 0,6 – 3 m/detik

 Kedalaman air dalam saluran/pipa (d/D) maksimal 30%, dimana d = tinggi air dan D = diameter pipa.

 Rencana diameter perpipaan lindi

 Pipa sekunder menggunakan pipa dengan diameter 8 inchi.  Pipa primer menggunakan pipa dengan diameter 12 inchi. 3) Bangunan Pengolah Lindi (IPL)

Instalasi atau kolam pengolahan lindi berfungsi untuk menurunkan kadar pencemar lindi sampai sesuai dengan ketentuan standar efluen yang berlaku. Mengingat karakteristik lindi didominasi oleh komponen organik dengan nilai BOD rata-rata 2.000 - 10.000 ppm (Qasim, 1994), maka pengolahan lindi yang disarankan minimal dengan proses pengolahan biologi (secondary treatment).

Secara umum proses pengolahan lindi secara sederhana terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :

 Pengumpulan lindi, dilakukan di kolam pengumpul.

 Proses anaerobik, dilakukan di kolam anaerob (kedalaman > 2 m). Proses ini diharapkan dapat menurunkan BOD sampai 60 %.

 Proses fakultatif yang merupakan proses peralihan dari anaerobik, dilakukan di kolam fakultatif. Proses ini diharapkan dapat menurunkan BOD sampai 70 %.  Proses maturasi atau stabilisasi, dilakukan di kolam maturasi dengan efisiensi

proses 80 %

 Land treatment, dilakukan dengan membuat lahan yang berfungsi sebagai saringan biologi yang terdiri dari ijuk, pasir, tanah dan tanaman yang dapat menyerap bahan polutan.

Lindi hanya dihasilkan dari curah hujan yang berhasil meresap masuk ke dalam timbunan sampah (perkolasi). Beberapa sumber lain seperti air hasil dekomposisi sampah, infiltrasi muka air tanah, dan aliran air permukaan lainnya dapat di abaikan. Data curah hujan Kabupaten Barito Timur yang digunakan untuk mengitung kebutuhan kolam pengelolaan lindi disajikan pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Curah Hujan Kabupaten Barito Timur

Bulan Curah Hujan (mm)

Januari 404,3 Februari 252,4 Maret 405,1 April 253,6 Mei 116,7 Juni 198,4 Juli 66,8 Agustus 13,9 September - Oktober 69,1 Nopember 433,6 Desember 204,2 Total 2.418,1

Gambar

Tabel 1.1  Susunan Tenaga Ahli dan Pendukung ..................................................
Tabel 1.1. Susunan Tenaga Ahli dan Pendukung
Tabel 2.1. Perbedaan Sanitary Landfill dan Controlled Landfill
Tabel 2.2. Jumlah Proyeksi Timbulan Sampah yang Akan Terangkut ke TPA Wuran  No.  Tahun  Sampah Per Hari
+7

Referensi

Dokumen terkait

Henni Ompusunggu : Analisa Kandungan Nitrat Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung Di Desa Baru,.. Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui kualitas airtanah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Desa Semali Kecamatan

Salah satu contohnya, para pemungut barang-barang bekas atau pemulung yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Terjun Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ Dampak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Sembung Terhadap Kualitas Air Tanah di Desa Sirnagalih

Ada hubungan antara jendela ruang keluarga &amp; ruang tamu rumah dengan kadar SO (Sulfur dioksida) dalam rumah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan

JURNAL ILMIAH SOCIETY ISSN : 2337 – 4004 Jurnal Volume 3 No.2 Tahun 2023 1 Kondisi Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPA Dalam Lingkungan Sosial Ekonomi dan Kesehatan Studi Kasus