• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

E. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Tenaga Kerja Konstruksi

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) setelah seluruh kegiatan konstruksi fasilitas umum dan perlindungan lingkungan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Wuran telah selesai dan berakhir sesuai dengan masa pekerjaan atau masa kontrak selesai, maka kontraktor akan melakukan pengurangan fasilitas dan tenaga kerja, sehingga secara sederhana akan dilakukan pengurangan dan penanganan tenaga kerja. Penanganan tenaga kerja merupakan kondisi yang tidak dapat dihindari pada saat berakhirnya kegiatan konstruksi.

Tenaga kerja yang memiliki keterampilan atau keahlian khusus dapat dialihkan ke proyek – proyek lainnya. Pemberian pelatihan – pelatihan khusus kepada tenaga kerja lokal dan non-skill di bidang lainnya dapat dilakukan agar memberikan kesempatan untuk dapat berusaha sendiri atau bekerja pada sektor lainnya sesuai dengan kondisi daerah setempat dikemudian hari. Pemutusan hubungan kerja ini berdampak terhadap:

1) Komponen lingkungan sosial ekonomi, berupa menurunnya tingkat pendapatan masyarakat terutama bagi penduduk yang tadinya terlibat sebagai tenaga kerja di proyek ini.

2) Sikap dan persepsi masyarakat, berupa terbentuknya sikap dan persepsi masyarakat yang kurang baik terhadap kontraktor, terutama bila cara-cara PHK yang diambil tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

3.2.3. Tahap Operasional A. Penerimaan Tenaga Kerja

Penerimaan tenaga kerja pada tahap operasi akan memprioritas masyarakat disekitar wilayah kegiatan pengoperasian TPA Wuran. Proses penerimaan tenaga kerja dilaksanakan oleh pemrakarsa dengan memperhatikan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan. Pekerja yang akan dilibatkan dalam pengoperasian TPA Wuran direncanakan berjumlah 36 orang yang bekerja sebagai operator alat berat, staff kantor; pengawas lapangan; pengelola IPL; cleaning service; petugas pemeliharaan buffer zone, IPL, saluran drainase, dan saluran pipa gas; serta petugas jaga/security.

Kegiatan penerimaan tenaga kerja tersebut dapat berdampak pada tersedianya kesempatan kerja yang dapat berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat, sedangkan dampak pada keresahan masyarakat (kecemburuan sosial) kurang signifikan, karena lokasi kegiatan berada jauh dari pemukiman penduduk.

B. Kegiatan Operasional Utama

Kegiatan operasional utama di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Wuran adalah penerimaan dan pengangkutan sampah di pos pengendalian; pembongkaran sampah di titik bongkar; perataan dan pemadatan sampah oleh alat berat; dan penutupan sampah oleh alat berat. Pemutusan hubungan kerja ini berdampak terhadap:

1) Terjadinya gangguan dan kemacetan lalu lintas bahkan potensi terjadinya kecelakaan lalu lintas. Dampak ini sangat terasa saat truk – truk pengangkut sampah memasuki lokas TPA Wuran.

Lokasi penempatan sarana prasarana pengumpulan sampah yang biasanya berdekatan demngan sumber potensial seperti pasar, pertokoan dan lain-lain serta kegiatan bongkar muat sampah berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus lalu lintas. Arus lalu lintas angkutan sampah terutama pada lokasi tertentu seperti transfer station atau TPA berpotensi menjadi gerakan kendaraan beraty yang dapat mengganggu lalu lintas lain, terutama bila tidak dilakukan upaya-upaya khusus untuk mengantisipasinya. Arus kendaraan pengangkut sampah masuk dan keluar dari lokasi pengolahan akan berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas disekitarnya terutama berupa kemacetan pada jam-jam kedatangan. Pada TPA dengan frekuensi kedatangan truck yang tinggi sering menimbulkan kemacetan pada jam-jam puncak. 2) Terjadinya komplain oleh masyarakat yang bermukim disepanjang jalan yang dilalui

oleh truk sampah karena bau sampah apabila bak truk tidak dtutup. Dan dampak terhadap komponen lingkungan di atas berpotensi menyebabkan dampak turunan berupa sikap dan persepsi negatif terhadap operasional TPA Wuran.

3) Keselamatan kerja, berupa terjadinya kecelakaan kerja dari operasional alat berat selama kegiatan perataan; pemadatan sampah dan penutupan sampah.

4) Pencemaran Air. Kualitas air tanah dangkal dan air permukaan; terjadi akibat dari kemungkinan kebocoran perpipaan lindi dan instalasi pengolahan limbah terutama pada musim penghujan, sehingga merembes ke lingkungan sekitar dan masuk ke sumber air penduduk. Perubahan kualitas air juga dimungkinkan akibat dari adanya aliran air dari drainase yang ada di dalam TPA.

Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan leachate terutama pada saat turun hujan. Aliran leachate ke saluran atau tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi pengolahan dapat menampung sampah dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga potensi leachate yang dihasilkan cukup potensial untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah disekitarnya. Leachate yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA yang mencemari tanah dibawahnya. Pencemaran leachate juga dapat terjadi akibat eflen pengolaghan yang belum memenuhi syarat untuk dibuang ke badan air penerima. Karakteristik pencemar leachate yang sangat besar akan sangat mempengaruhi kondisi badan air penerima terutama air permukaan yang dengan mudah mengalami kekurangan oksigen terlartu sehingga mematikan biota yang ada.

5) Pencemaran Tanah.

Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik seperti di lahan kososng atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan yang juga mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3), sehingga berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap manusia damn lingkungan sekitarnya.

6) Penurunan kualitas udara, yaitu meningkatnya kebauan yang tidak sedap diakibatkan oleh penumpukan sampah – sampah yang belum ditimbun.

Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau tidak sedap yang memebrikan efek buruk bagi kawasan di sekitarnya terutama pemukiman. Pembakaran sampah seringkali terjadi sehingga menyebabkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya. Sarana pengangkutan yang tidak tertutup berpotensi menimbulkan masalah bau disepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat bercecerannya air leachate dari bak kendaraan.

3-7 Pada TPA terjadi pelepasan zat (partikel dan gas) ke udara dari hasil pengolahan atau pemerosesan sampah yang tidak sempurna, diantaranya berupa partikulat, Sox, Nox, hidrokarbon, HCl, dan dioksin. Proses dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4, H2S, yang secara langsung akan mencemari udara serta mendorong terjadinya emisi gas rumah kaca yang mengakibatkan pemananasan global (global warming), disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia disekitarnya seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).

Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalm lokasi pengolahan berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi pencemaran berupa sap bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi syarat teknis. Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul akibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik. Produksi gas metan yang cukup besar dalam tumpukan sampah menyebabkan api sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan sangat mengganggu daerah sekitarnya.

7) Kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat/truck timbul dari mesin kendaraan, bunyi rem, gerakan bongkar muat hidrolik yang dapat mengganggu daerah sekitarnya. Di instalasi pengolahan kebisingan timbul akibat lalu lintas kendaraan truck sampah disamping akibat bunyi mesin pengolahan (terutama bila menggunakan mesin pencacah sampah atau shredder). Kebisngan di sekitar lokasi TPA timbul akibat lalu lintas kendaraan pengangkut sampah menuju dan meninggalkan TPA, disamping operasi alat berat.

8) Perkembangan Vektor Penyakit

Wadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektor penyakit terutama lalat dan tikus. Hal ini disbebakan dalam wadah sampah terdapat sisia makanan Tempat Penampungan Sementara/Container juga merupakan t5empat berkembangnyha vektor tersebut karena alasan yang sama. Hal tersebut sekalugus akan menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya. Vektor penyakit terutama lalat sangat potensial berkembangbiak di lokasi TPA. Hal ini terutama disebabkan oleh frekuensi penutupan sampah yamng tidak dilakukan sesuai ketentuan sehingga siklus hidup lalt dari telur menjadi larva lalat berlangsung sebelum penutupan dilaksanakan. Gangguan akibat lalat umumunya dapat ditemuai sampai radius 1 km dari lokasi TPA. Dampak terhadap komponen lingkungan di atas berpotensi menyebabkan dampak turunan terhadap perubahan kondisi sosial berupa adanya keresahan masyarakat yang diimplementasikannya dengan sikap dan persepsi negatif terhadap jalan proyek yang berpotensi mengancam kelangsungan operasional TPA Wuran.

3.2.4. Tahap Pasca Operasional A. Pemutusan Hubungan Kerja

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) setelah kegiatan operasional TPA Wuran berakhir. Diperkirakan umur pakai TPA Wuran adalah 20 tahun. Pemutusan hubungan kerja akan diumumkan terlebih dahulu dan akan dilakukan pengurangan dan penanganan tenaga kerja secara bertahap. Penanganan tenaga kerja merupakan kondisi yang tidak dapat dihindari pada saat berakhirnya kegiatan operasional TPA Wuran.

Tenaga kerja yang memiliki keterampilan dapat direkrut kembali sebagai petugas yang bekerja di lokasi bekas TPA setelah perencanaan pemanfaatan lahan bekas TPA ditetapkan. Pemutusan hubungan kerja ini berdampak terhadap:

1) Komponen lingkungan sosial ekonomi, berupa menurunnya tingkat pendapatan masyarakat terutama bagi penduduk yang tadinya terlibat sebagai tenaga kerja di TPA Wuran.

2) Sikap dan persepsi masyarakat, berupa terbentuknya sikap dan persepsi masyarakat yang kurang baik, terutama bila cara-cara PHK yang diambil tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.