• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan operasional utama Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) mencakup dari pemilahan/pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, adalah: 1) Pemilahan/Pewadahan

Kriteria lokasi dan penempatan wadah serta persyaratan wadah perlu diperhatikan dalam pewadahan sampah. Kriteria lokasi dan penempatan wadah sampah sebagai berikut:

a) Kriteria lokasi dan penempatan wadah adalah:

 Wadah individual ditempatkan di: halaman muka; halaman belakang untuk sumber sampah dari restoran;

 Wadah komunal ditempatkan: Sedekat mungkin dengan sumber sampah;  Tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya;

 Di luar jalur lalu-lintas, pada suatu lokasi yang mudah pengoperasiannya;  Di ujung gang kecil;

 Di sekitar taman dan pusat keramaian (untuk sampah pejalan kaki);  Jarak antara wadah dan pejalan kaki minimal 100 meter.

b) Persyaratan wadah adalah:

 Tidak mudah rusak dan kedap air;

 Ekonomis, mudah diperoleh/dibuat oleh masyarat;  Mudah dikosongkan;

 Sesuai dengan fungsi sebagai alat penyimpanan sementara;  Sesuai dengan desain pola pengumpulan;

 Mempunyai kapasitas untuk menampung sampah 1 hari;  Penyeragaman alat dapat membantu kelancaran operasional;

 Kemudahan dalam mekanisme pengisian dan pengosongan serta pembersian/pencucian.

2) Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah merupakan salah satu proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan sampah dari masing-masing sumber untukkemudian diangkut ke TPS atau ke pengolahan sampah kawasan atau langsung ke TPA tanpa melalui proses pemindahan. Target dari sistem pengumpulan adalah tercapainya tingkat sanitasi lingkungan dari gangguan sampah melalui pembentukan sistem pengumpulan yang menjamin rutinitas dan stabilitas pelayanan. Sistem pengumpulan yang dibangun disesuaikan dengan kondisi fisik geografi, ekonomi, fasilitas jalan dan kondisi lainnya agar dapat berlangsung secara efektif dan efesien. Salah satu sarana penting dalam pengelolaan sampah adalah sarana pengumpulan dalam pengelolaan persampahan, dari pewadahan rumah tangga/institusi ke TPS atau langsung ke TPST 3R. Kendaraan yang digunakan adalah gerobak sampah dengan kapasitas pengangkutan 0.75m3.

Kebutuhan gerobak sampah dan motor sampah sampai dengan tahun 2020 adalah 389 unit, menyebar keseluruh kecamatan, dan diproyeksikan akan meningkatkan sampai dengan 502 unit pada tahun 2036 seiring dengan pertumbuhan timbulan sampah pada Kabupaten Barito Timur. Dalam pola pengelolaan seperti yang diusulkan konsultan dibutuhkan suatu landasan dimana sampah yang terkumpul dapat dengan mudah dibongkar muat. Salah satu alternative landasan adalah bak container. Dimensi container yang digunakan adalah 6 m3. Sehingga dibeberapa lokasi yang diusulkan pengelolaan persampahan dengan menggunakan container. Kebutuhan kontainer sampai akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2036 adalah 23 unit yang menyebar keseluruh kecamatan. Transfer depo memiliki peranan penting dalam konsep pengelolaan persampahan yang diusulkan, dimana sampah yang berasal dari kawasan permukiman, perdagangan dan jasa dapat dikumpulkan terlebih dahulu untuk kemudian dipilah sebelum diangkut oleh truk sampah menuju ke TPST 3R atau TPA. Diharapkan disekitar lokasi Transfer Depo terdapat lahan yang dapat dimanfaatkan guna usaha daur ulang dan komposting (TPST 3R). Kebutuhan TPST 3R kapasitas 10m3/hari sampai dengan tahun 2036 adalah 502 unit. Yang menyebar keseluruh kecamatan Kabupaten Barito Timur.

3) Pengangkutan Sampah

Saat ini sistem pengangkutan sampah di Kabupaten Barito Timur dilakukan dengan pola pengangkutan individual dan komunal. Terutama sampah dari masyarakat diambil oleh petugas kebersihan tiap hari. Sampah yang telah dikumpulkan di pewadahan-pewadahan depan kawasan pasar, perdagangan, dan jasa, di TPS-TPS sekitar permukiman dan perkantoran, dan Stasiun peralihan dimuat dan kemungkinan diangkut menuju TPA oleh kendaraan Dump Truck dan Arm-Roll. Keadaan Dump Truck fan Arm Roll dengan rata-rata ritasi masing-masing unit 2 rit/hari. Sampai dengan tahun 2016 adalah 29 unit.

4) Penimbangan Sampah

Penimbangan sampah dilakukan sebelum truk bermuatan sampah memasuki TPA. Truk akan ditimbang dijembatan timbang, kemudian dicatat berat truk, no plat truk, sopir truk, dan jam masuk TPA. Sehingga jumlah sampah perhari yang masuk ke TPA dapat dihitung. 5) Persiapan Lahan TPA

Sebelum lahan TPA diisi dengan sampah maka perlu dilakukan penyiapan lahan dan pengecekan lahan agar kegiatan pembuangan berikutnuya dapat berjalan dengan lancar. Beberapa kegiatan penyiapan lahan, adalah :

 Penutupan lapisan kedap air dengan lapisan gravel yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan atas lapisan kedap air tersebut akibat operasi alat berat di atasnya.

 Persediaan tanah penutup perlu disiapkan didekat lahan yang akan dioperasikan untuk membantu kelancaran penutupan tanah. Peletakaan tanah harus memperhatikan kemampuan operasi alat berat.

6) Tahap Operasi Pembuangan

Kegiatan operasi pembuangan sampah secara berurutan meliputi:

a) Penerimaan sampah di pos pengendalian, dimana sampah diperika, dicatat, serta dilakukan penimbangan berat sampah dan ddiberi informasi mengenai lokasi pembuangan.

b) Pengangkutan sampah dari pos penerimaan ke lokasi sel yang dioperasikan dilakukan sesuai rute yang diperintahkan. Pembongkaran sampah dilakukan di titik bongkar yang telah ditentukan dengan manuver kendaraan sesuai petunjuk pengawas.

c) Perataan sampah oleh alat berat yang dilakukan lapis demi lapis afgar vtercapai kepadatan optimum yang diinginkan. Dengan proses pemadatan yang baik dapat diharapkan kepadatan sampah sampai meningkat hampir dua kali lipat.

d) Pemadatan sampah oleh alat berat untuk mendapatkan timbunan sampah yang cukup padat (3-5 kali lintasan) sehingga stabilitas permukaannya dapat diharapkan untuk menyangga lapisan berikutnya.

e) Penutupan sampah dengan tanah untuk mendapatkan kondisi operasi sanitary landfill.

7) Pengaturan Lahan

Pengaturan lahan TPA untuk dapat dimanfaatkan secara efisien, adalah meliputi: a. Pengaturan Sel

Sel merupakan bagian dari TPA yang digunakan untuk menampung sampah satu periode operasi pendek sebelum ditutup dengan tanah. Pada sistem sanitay landfill, periode operasi terpendek adalah harian yang berarti bahwa satu sel adalah bagian dari lahan yang digunakan untuk menampung sampah selama satu hari. Untuk pengaturan sel perlu diperhatikan beberapa faktor :

 Lebar sel 1,5 meter lebar blade alat berat dan agar manuver alat berat lebih efisien.

 Ketebalan sel 1,5 meter (ketebalan terlalu besar akan menurunkan stabilitas permukaan, sementara terlalu tipis akan menyebabkan pemborosan tanah penutup).

 Panjang sel dihitung berdasarkan volume sampah padat dibagi dengan lebar dan tebal sel.

Kebutuhan tanah urug per hari pada tahun pertama adalah 7,74 m3. Batas sel harus dibuat jelas dengan pemasangan patok-patok dan tali agar operasi penimbunan sampah dapat berjalan dengan lancar.

b. Pengaturan Blok

Blok operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk penimbunan sampah selama periode operasi menengah misalnya 1 atau 2 bulan. Karenannya luas blok akan sama dengan luas sel dikalikan perbandingan perode operasi menengah dan pendek. Sebagai contoh bila sel harian berukuran lebar 4 m dan panjang 7,74 m dan satu blok operasi satu bulan maka blok operasi bulanan akan mencapai 30 x 30,98 m2 = 929,28 m2.

c. Pengaturan Zona

Zona operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk jangka waktu panjang misal 5 tahun, sehingga luas zona operasi akan sama dengan luas blok operasi dikalikan dengan peerbandingan periode operasi panjang dan menengah. Zona di TPA Wuran terdiri dari 4 zona, zona 1 dipakai terlebih dahulu. Sedangkan zona 2 dipakai setelah zona 1 telah penuh sesuai dengan perhitungan.

8) Persiapan Sel Pembuangan

Sel pembuangan yang telah ditentukan ukuran panjang, lebar dan tebalnya perlu dilengkapi dengan patok-patok yang jelas. Hal ini dimaksudkan untuk membantu

petugas/operator dalam melaksanakan kegiatan pembuangan sehingga sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Beberapa pengaturan perlu disusun dengan rapi, diantaranya:

 Peletakan tanah penutup

 Letak titik pembongkaran sampah dari truck.  Manuver kendaraan saat pembongkaran. 9) Pembongkaran Sampah

Letak titik pembongkaran harus diatur dan diinformasikan secara jelas kepada pengemudi truck agar membuang sampah pada titik yang benar sehingga proses berikutnya dapat dilaksanakan dengan efisien. Titik pembongkaran umunya diletakkan di tepi sel yang sedang dioperasikan dan berdekatan dengan jalan kerja sehingga kendaraan truck dapat dengan mudah mencapainya. Jumlah titik bongkar pada setiap sel ditentukan oleh beberapa faktor:

 Lebar sel

 Waktu bongkar rata-rata.

 Frekuensi kedatangtan truck pada jam puncak. 10) Perataan dan Pemadatan Sampah

Sel pembuangan Perataan dan pemadatan sampah dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi pemanfaatan lahan yang efisien dan stabilitas permukaan TPA yang baik. Kepadatan sampah yang tinggi di TPA akan ememrlukan volume lebih kecil sehingga daya tampung TPA beertambah, sementara permukaan yang stabil akan sangat mendukung penimbunan lapis berikutnya. Pekerjaan perataan dan pemadatan sampah sebaiknya dilakukan dengan memeprhatikan efisiensi operasi alat berat. Pada TPA dengan frekuensi kedatangan truck, maka perataan dan pemadatan sampah dapat dilakukan secara periodik, misalnya pagi dan siang. Perataan dan pemadatan sampah dilakukan dengan memperhatikan kriteria pemadatan yang baik, yaitu:

 Perataan dilakukan lapis demi lapis/

 Setiap lapis diratakan sampai setebal 50 cm dengan cara mengatur ketinggian blade alat berat.

 Pemadatan sampah yang telah rata dilakukan dengan menggilas sampah tersebut 3-5 kali.

 Perataan dan pemadatan dilakukan sampai ketebalam sampah mencapai ketebalan rencana.

11) Penutupan Tanah

Penutupan sampah di TPA Wuran dengan tanah mempunyai fungsi sebagai berikut:  Untuk memotong siklus hidup lalat, khususnya dari telur menjadi lalat.  Mencegah perkembangiakan tikus.

 Mencegah munculnya vektor penyakit.

 Mengurangi rembesan air hujan yang akan membentuk leachate.  Mengurangi bau.

 Menambah kestabilan permukaan.  Meningkatkan estetika lingkungan.

Frekuensi penutupan sampah dengan tanah disesuaikan dengan metode/teknologi yang diterapkan. Penutupan sel sampah pada sisten sanitary landfill dilakukan setiap hari, sementara pada controll landfill dianjurkan 3 hari sekali. Ketebalan tanah penutup yang perlu dilakukan, adalah:

 Untuk penutup sel (penutup harian) adalah dengan lapisan tanah padat setebal 15