• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

3.2. Prakiraan Dampak

Bagian 3

Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan dan

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

serta Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

3.1. Identifikasi Dampak

Kegiatan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur ini diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik langsung maupun tidak langsung dan dapat bersifat positif maupun negatif. Penentuan dampak lingkungan yang mungkin akan timbul menggunakan Keputusan Kepala Bapedal No. 056 tahun 1994, dengan kriteria sebagai berikut :

1) Jumlah manusia yang terkena dampak, yang diukur dan dibandingkan dengan jumlah manusia yang menerima manfaat.

2) Luas wilayah persebaran dampak yang diukur dan dibandingkan dengan luasnya batas kegiatan, batas kegiatan dan batas regional.

3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung. Intensitas dampak diukur terhadap daya toleransi dari lingkungan yang terkena dampak, persyaratan baku mutu atau besar/kecilnya pengaruh terhadap populasi. Sedangkan lamanya dampak berlangsung diukur dan dibandingkan dengan lamanya waktu prakonstruksi, konstruksi dan masa operasi.

4) Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, selain komponen lingkungan yang terkena dampak langsung.

5) Sifat kumulatif dampak, yang menunjukkan cepat/lambatnya pengaruh dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan.

6) Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak, yang diukur dengan tingkat kemudahan pengendalian atau pemulihan dampak.

3.2. Prakiraan Dampak

Prakiraan dampak yang terjadi pada Kegiatan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur ini dikaji mulai dari tahap pra konstruksi sampai tahap pasca operasi. Analisa perkiraan dampak dilakukan dengan tujuan memberikan gambaran bagaimana suatu komponen atau parameter lingkungan yang akan berubah akibat adanya suatu aktivitas/kegiatan manusia. Metode perkiraan dampak yang digunakan adalah pendekatan yang bersifat formal maupun non formal dengan menggunakan kriteria atau standar baku mutu lingkungan.

Komponen lingkungan yang terkena dampak dari kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur ini meliputi komponen lingkungan fisik–kimia, biologi, sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat. Untuk lebih jelasnya tahapan kegiatan yang menimbulkan dampak dan komponen lingkungan yang terkena dampak dapat diuraikan sebagai berikut:

3.2.1. Tahap Prakonstruksi

A. Penyusunan Studi Kelayakan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran

Studi kelayakan TPA Wuran telah dilaksnakan penyusnan Laporan DED TPA dan TPS 3R dengan Pekerjaan “Penyusunan PTMP Dan DED TPA, DED TPS 3R Kabupaten barito Timur” Tahun 2017 oleh PT. Kokoh Estetika Konsultan. Dalam dokumen Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) dan DED TPA, DED TPS 3R Kabupten Barito Timur tersebut telah diatur secara lengkap mengenai pengelolaan persampahan di Kabupaten Barito Timur, termasuk kajian kebutuhan lahan, kajian kebutuhan sarana pengangkut sampah (truk dan gerobak pengangkut), kajian jalur pengangkutan dari daerah pelayanan, dan kajian kelembagaan pengelola nantinya.

B. Sosialisasi Rencana Kegiatan

Kegiatan sosialisasi Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Barito Timur untuk menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan kepada masyarakat yang berada disekitar lokasi kegiatan.

Lokasi kegiatan sosialisasi telah dilaksanakan di GPU Kantor Kecamatan Karusen Janang pada hari Kamis tanggal Lima Belas bulan November tahun Dua Ribu Delapan Belas yang dihadiri oleh Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Seksi dan Pelaksana pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur; Camat Karusen Janang, Kapospol, Babinsa Kecamatan Karusen Janang; Kepala Desa Wuran dan Sekretaris Desa Dayup; Ketua BPD Desa Dayu; Tokoh Masyarakat; Tokoh Adat; Tokoh Agama; serta masyarakat Desa Dayu. (Berita Acara dan Notulensi Hasil Sosialisasi terlampir). Kegiatan sosialisasi rencana pembangunan TPA Wuran akan memunculkan berbagai sikap dan persepsi dari masyarakat sekitar lokasi kegiatan.

Tujuan utama dari kegiatan sosialisasi rencana kegiatan ini adalah untuk melakukan mapping terhadap tanggapan, harapan serta sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, sekaligus memberikan informasi secara tepat kepada masyarakat tentang dampak-dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran. Sosialisasi adalah upaya memasyarakatkan setiap kegiatan pembangunan TPA Wuran dan manfaatnya serta dampaknya bagi masyarakat sekitar. Melalui sosialisasi diharapkan bahwa kegiatan pembangunan TPA Wuran dapat diterima serta didukung oleh segenap lapisan masyarakat dan pemerintah desa maupun kecamatan.

C. Persiapan Lahan

Lahan yang digunakan untuk kegiatan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran berlokasi di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur dengan luas 97.518 m2 atau 9,75 Hektar yang merupakan lahan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Timur. Lokasi lahan TPA Wuran telah ditetapkan oleh Keputusan Bupati Barito Timur Nomor 38 Tahun 2018 Tentang Penetapan Lokasi Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Wuran Di Desa Dayu Kecamatan Karusen Janang Kabupaten Barito Timur, Propinsi Kalimantan Tengah; dengan luas keseluruhan sebesar 22,6 hektar.

Persiapan lahan dilakukan sebelum kegiatan konstruksi dan operasional TPA Wuran, agar kegiatan pembuangan sampah berikutnya dapat berjalan dengan lancar pada TPA Wuran. Sebagai bagian dari persiapan lahan maka perlu dilakukan pemancangan batas-batas kegiatan konstruksi sesuai dengan siteplant yang disiapkan. Beberapa kegiatan penyiapan lahan, meliputi:

3-3 1) Membersihkan permukaan tanah dari vegetasi atau tumbuhan penutup dan material

lainnya yang dapat mengganggu rencana kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Wuran.

2) Penutupan lapisan kedap air dengan lapisan gravel dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan atas lapisan tersebut akibat operasi alat berat di atasnya. Umumnya diperlukan lapisan tanah setebal 50 cm yang dipadatkan diatas lapisan kedap air.

3) Persediaan tanah penutup perlu disiapkan didekat lahan yang akan dioperasikan untuk membantu kelancaran penutupan sampah; terutama operasional dilakukan secara sanitary landfill. Pelatakan tanah harus memperhatikan kemampuan operasi alat berat.

3.2.2. Tahap Konstruksi A. Penerimaan Tenaga Kerja

Rekruitmen tenaga kerja konstruksi dilakukan pada saat akan dimulainya pekerjaan konstruksi. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan konstruksi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Wuran direncanakan sesuai dengan rencana pembangunan fasilitas pendukung operasional TPA Wuran.

Kegiatan penerimaan tenaga kerja menimbulkan dampak terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat, sosial budaya masyarakat, sikap dan persepsi masyarakat. Dampak penerimaan terhadap komponen lingkungan sosial ekonomi adalah terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat terutama bagi penduduk yang terekrut sebagai tenaga kerja. Dampak lain dari keberadaan tenaga kerja disekitar lokasi kegiatan (aktifitas sosial ekonomi tenaga kerja) adalah terbukanya peluang kerja dan usaha di masyarakat yaitu membuka warung untuk mendukung keberadaan tenaga kerja, sehingga memacu roda ekonomi desa yang pada akhirnya menambah pendapatan masyarakat sekitar.

Keberadaan tenaga kerja juga berdampak langsung terhadap komponen kesehatan masyarakat, berupa potensi terjadinya penularan penyakit terhadap calon tenaga kerja atau antara tenaga kerja dengan penduduk sekitar. Keseluruhan dampak tersebut adalah terhadap sikap dan persepsi masyarakat, terutama bagi penduduk yang terakomodir menjadi tenaga kerja di kegiatan ini.

B. Mobilisasi alat dan Bahan Material

Mobilisasi alat dan material pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Wuran melalui jalan darat yaitu jalan Negara dan melewati perkampungan Desa Dayu, kegiatan ini menimbulkan dampak negatif, seperti: Terjadinya gangguan dan kemacetan lalu lintas jalan menuju perkampungan. Jalan menuju lokasi kegiatan pembangunan TPA Wuran yang merupakan lalu lintas orang dan barang yang digunakan oleh penduduk setempat, sehingga kegiatan mobilisasi peralatan dan material berpotensi untuk menimbulkan kejadian kecelakaan.

Sebagai dampak turunan dari berubahnya komponen lingkungan di atas adalah dampak terhadap persepsi dan sikap masyarakat. Persepsi dan sikap masyarakat, berupa terbentuknya sikap dan persepsi masyarakat yang berpotensi menimbulkan protes dan menggangu kelangsungan kegiatan. Komponen kesehatan masyarakat, berupa meningkatnya kasus penyakit pada saluran pernapasan atau ISPA akibat dari debu dan kebisingan kendaraan pengangkut alat dan material menuju lokasi pembangunan TPA Wuran yang berlebihan bagi masyarakat dan pengguna jalan darat.

C. Konstruksi Fasilitas Umum

Konstruksi fasilitas umum pada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Wuran meliputi pekerjaan jalan dan bangunan-bangunan utama dan bangunan penunjang operasional TPA Wuran, yaitu: jalan; pos jaga; kantor; gudang; jembatan timbang; bangunan IPL; bangunan B3; bangunan komposting; workshop; drainase; tempat cuci truk; dan bangunan penunjang lainnya. Pekerjaan diprediksi akan menimbulkan dampak terhadap komponen: 1) Kebisingan, berupa terjadinya peningkatan intensitas suara (bising) akibat dari

operasional alat berat. Satu unit alat berat menghasilkan intensitas kebisingan 80 dB pada jarak 2 meter, prediksi sebaran kebisingan dapat dihitung menggunakan formula L2 = L1 – 10 log (d2/d1)2 sehingga di jarak 20 meter pada pemukiman yang paling dekat dengan lokasi kegiatan kebisingannya adalah L2 = 80 – 10 log (20/2)2 = 60 dB. Kegiatan ini berlangsung secara sementara pada tahap konstruksi, jarak permukiman terdekat adalah sekitar 5 km.

2) Kualitas udara, berupa penyebaran debu ke lingkungan sekitar proyek pembangunan, karena sebagian jenis pekerjaan berupa konstruksi beton (pekerjaan floor hardener lantai beton) yang dalam pekerjaannya memerlukan material semen dan pasir yang mudah terbang menjadi debu. Peningkatan kadar debu ini di lokasi proyek dapat mencapai 1.000 µg/m3 (analogi dengan kegiatan sejenis) serta disversi ke lingkungan sekitar sampai melebihi baku mutu lingkungan (230,0 µg/m3). Kadar debu tersebut juga merupakan pajanan bagi tenaga kerja.

3) Keselamatan kerja, berupa terjadinya kecelakaan kerja dari operasional alat berat dan alat angkut di lokasi kegiatan.

4) Persepsi dan sikap masyarakat, berupa terbentuknya sikap dan persepsi masyarakat yang berpotensi menimbulkan protes dan menggangu kelangsungan kegiatan sebagai dampak turunan dari berubahnya kualitas lingkungan.

5) Selain itu dampak terhadap potensi terjadinya kecelakaan kerja sangat besar pada tahapan kegiatan ini, seperti tertimpa, terjatuh, terpotong, terjepit dan potensi kecelakaan kerja lainnya termasuk bahaya kebakaran.