• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeliharaan TPA dimaksudkan untuk menjaga agar setiap prasarana dan sarana yang ada pada TPA Wuran selalu dalam kondisi siap operasi. Seperti halnya program pemeliharaan lazimnya maka sesuai tahapannya perlu diutamakan kegiatan pemeliharaan

yang bersifat preventif untuk mencegah terjadinya kerusakan dengan melaksanakan pemeliharaan rutin. Pemeliharan korektif dimaksudkan untuk segera melaksanakan perbaikan kerusakan-kerusakan kecil agar tidak berkembang menjadi besar dan kompleks. Pemeliharaan TPA Wuran meliputi sebagai berikut:

1) Pemeliharaan Alat Bermesin (Alat Berat, dan Pompa)

Alat berat dan peralatan bermesin seperti pompa air lindi sangat vital bagi operasi TPA sehingga kehandalan dan unjuk kerjanya harus dipelihara dengan prioritas tinggi. Kegiatan perawatan seperti penggantian minyak pelumas baik mesin maupun transmisi harus diperhatikan sesuai ketentuan pemeliharaannya. Demikian pula dengan pemeliharaan komponen seperti baterai, filter-filter dan lain-lain.

2) Pemeliharaan Jalan

Pemeliharaan jalan TPA umumnya dijumpai pada ruas jalan masuk dimana kondisi jalan bergelombang maupun berlubang yang disebabkan oleh beratnya beban trick sampah yang melintasinya. Jalan yang bergelombang menyebabkan kendaraan tidak dapat melintasinya dengan lancar sehingga terjadi penurunan kecepatan yang berarti menurunnya efisiensi pengangkutan, disamping lebih cepat ausnya beberapa komponen seperti kopling, rem dan lain-lain. Bagian lain yang juga sering mengalami kerusakan dan kesulitan adalah jalan kerja dimana kondisi ajalan temporer tersebut meiliki faktor kestabilan yang rendah, khusunya bila dibangunan di atas sel sampah. Jalan kerja di banyak TPA juga memilki faktor kesulitas lebih tinggi pada saat hari hujan. Jaln yang licin menyebabkan truck sampah sulit bergerak dan harus dibantu oleh alat berat, sehingga secara keseluruhan menyebabkan waktu operasi pengangkutan di TPA menjadi lebih panjang dan pemanfaatan alat berat unrtuk hal yang btidak efisien. Oleh karena itu perlu diperhatikan untuk memperbaiki kerusakan jalan sesegera mungkin sebelum menjadi parah. Pengurugan dengan sirtu umumnya sangat efektif memperbaiki jalan yang begelombang dan berlubang.

3) Pemeliharaan Lapisan Penutup

Lapisan penutup TPA perlun dijaga kondisinya agar tetap berfungsi dengan baik. Perubahan temperatur dan kelembaban udara dapat menyebabkan timbulnya retakan permukaan tanah yang memungkinkan terjadinya aliran gas keluar dari TPA ataupun mempercepat rembesan air pada saat hari hujan. Untuk itu retakan yang terjadi perlu segera ditutup dengan tanah sejenis.

Proses penurunan permukaan tanh juga sering tidak berlangsung seragam sehingga ada bagian yang menonjol maupun melengkung ke bawah. Ketidakteraturan permukaan inin perlu diratakan dengan memperhatikan kemiringan ke arah saluran drainase. Penanaman rumput dalam hal ini doanjurkan unytuk mengurangi efek retakan tanah melalui jaringan akar yang dimiliki. Pemeriksaan kondisi permukaan TPA perlu dilakukan minimal sebulan sekali atau beberap hari setelah terjadi hujan lebat untuk meastikan tidak terjadinya perubahn drastis pada permukaan tanah penutup akibat erosi air hujan.

4) Pemeliharaan Drainase

Pemeliharaan saluran drainase secara umum sangat mudah dilakukan. Pemeriksaan rutin setiap minggu khusunya pada musim hujan perlu dilakukan untuk menjaga tidak terjadi kerusakan saluran yang serius. Saluran drainas perlu dipelihara dari tanaman rumput atau semak yang mudah sekali tumbuh akibat tertinggalnya endapan tanah hasil erosi tanah penutup TPA di dasar saluran. Lapisan semen yang retak atau pecah perlu segera diperbaiki agar tidak mudah lepas oleh erosi air, sementara saluran tanah yang berubah profilnya akibat erosi perlu segera dikembalikan ke dimensi semula agar dapat berfungsi mengalirkan air dengan baik.

5) Pemeliharaan Fasilitas Penanganan Lindi

Kolam penampung dan pengolah lindi seringkali mengalami pendangkalan sibat endapan suspensi. Hal ini akan menyebabkan semakin kecilnya volume efektif kolam yang berarti semakin berkurangnya waktu tinggal, yang akan berakibat pada rendahnya efisiensi pengolahan yang berlangsung. Untuk itu, perlu diperhatikan agar kedalaman efektif kolam dapat dijaga. Lumpur endapan yang mulai tinggi melampuai dasar efektif kolam harus segera dikeluarkan dan dbersihkan. Alat berat excavator sangat efektif dalam pengeluaran lumpur ini. Penggunaan mesin penyedot lumpur dapat dilakukan untuk ukuran kolam yang besar atau tidak terjangkau oleh excavator. Lumpur yang terkumpul yang selanjutnya dapat dibiarkan mengering dan dimanfaatkan sebagi tanah penutup sampah. F. Pengawasan dan Pengendalian TPA

Kegiatan dan pengendalian TPA Wuran, meliputi sebagai berikut: 1) Pengawasan Kegiatan Pembuangan

a) Tujuan Pengawasan dan Pengendalian

Pengawasan dan pengendalian TPA dimaksudkan untuk meyakinkan vbahwa setiap kegiatan yang ada di TPA dilaksanakan dengan rencana dan standar yang telah ditentukan.

b) Tata Cara Pengawasan dan Pengendalian

Pengawasan dilakukan dengan kegiatan pemeriksaan/pengecekan yang meliputi :  Pemeriksaan kedatangan sampah

 Pengecakan rute pembuangan  Pengecekan operasi pembuangan  Pengecekan unjuk kerja fasilitas.

Pengendalian TPA meliputi aktivitas untuk mengarahakan operasional pembuangan dan unjuk kerja setiaf fasilitas sesuai fungsinya, seperti :

 Pemberian petunjuk operasi pembuangan bila petugas lapangan/operator melaksanakan tidak sesuai dengan rencana.

 Pemeriksaan kualitas pengolahan lindi dan pemberian pentunjuk cara pengoperasian yang baik.

2) Pendataan dan Palaporan a) Pendataan TPA

Data-data TPA yang diperlukan mencakup:

 Data kedatangan kendaraan pengangkut sampah dan volume sampah yang diperlukan untuk mengetahui kapasitas pembuangan harian.

 Data kondisi instalasi pengolahan lindi khususnya kualitas parameter pencemar untuk mengetahuin efisiensi pengolahan lindi dan potensi pencemaran yang masih ada.

 Data operasi dan pemeliharaan alat berat yang merupakan data unjuk kerja alat berat dan pemantauan pemeliharaannya.

b) Pelaporan

Data-data diatas perlu dirangkum dengan baik menjadi suatu laporan yang dengan mudah memberikan gambran mengenai kondisi pengoperasian dan pemeliharaan TPA kepada para pengambil keputusan maupun perencana vbagi pengembangan TPA lebih lanjut.

3) Pengendalian TPA

a). Pengendalian Vektor Penyakit

Perkambangan lalat dapat terjadi dengan cepat yang umumnya disebabkan oleh terlambatnya penutupan sampah dengan tanah sehingga etersedia cukup waktu bagi telur lalt untuk berkembang menjadi larva dan lalat dewasa. Karenanya perlu diperhatikan dengan seksama batasan waktu yang paling lama untuk penutupan tanah. Semakin pendek periode penutupan tanah akn semakin kecil pula kemungkinan perkembangan lalat. Dalam hal lalat telah berkembang banyak, dapat dilakukan penyemprotaninsektisida dengan menggunakan mistblower. Tersedianya pepohonan dalm hal ini sangat membantu pencegahan penyebaran lalat ke lingkungan luar TPA.

b). Pencegahan Kebakaran/Asap

Kebakaran/asap terjadi karena gas metan terlepas tanpa kendali dan bertemu dengan sumber api. Terlepasnya gas metan sangat ditentukan oleh kondisi dan kualitas tanah penutup. Sampah yang tidak tertutup tanah sangat rawan terhadap bahaya kebakaran karena gas tersebar diseluruh permukaan TPA. Untuk mencegah kasus ini perlu diperhatikan pemeliharaan lapisan tanah penutup TPA.

c). Pencegahan Pencemaran Air

Pencegahan oencemaran air disekitar TPA dilakukan untuk menjaga agar lindi yang dihasilkan terbentuk sesdikit mungkin dan dengan mencegah rembesan air hujan melalui konstruksi dari TPA. Hal ini dapat dilakukan :

 Drainase dan tanah penutup yang baik.

 Terkumpul pada kolam pengumpul dengan lancar.

 Diolah dengan baik pada kolam pengolahan yang kualaitasnya secara periodik diperiksa.

d). Pengendalian Gas

Sampah yang ditutup dengan tanah akan mengalami penguraian secara anaerobik dan menghasilkan gas CO2 dan Metan. Karena gas Metan lebih ringan dari gas CO2, maka akan menempati ruang bagian atas ketika terjadi penumpukan gas. Dengan demikian, jika terjadi kebocoran gas metan yang lebih dulu keluar. Untuk mengurangi kebocoran gas metan yang dapat mengakibatkan ledakan, maka dalam perencanaan awal dibuat sistem pengendalian gas, yaitu dengan memasang pipa-pipa ventilasi. Tanpa adanya ventilasi yang memadai, akan dapat menyebabkan tingginya akumulasi gas di timbunan sampah sehingga sangat mudah terbakar. Gas yang mengalir dan keluar dari pipa gas untuk sementara ini tidak diolah menjadi biogas, sehingga gas yang keluar dari pipa ventilasi akan dibakar.

e). Kompensasi

Kompensasi kepada masyarakat sekitar lokasi TPA Wuran sebagai akibat dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pemrosesan akhir sampah. Dampak negatif yang dapat muncul dari kegiatan pemerosesan akhir sampah yaitu:

a) Pencemaran air; b) Pencemaran udara; c) Pencemaran tanah; d) Longsor;

e) Kebakaran;

f) Ledakan gas metan; dan/atau

Kompensasi yang dapat diberikan yaitu berupa : a) Relokasi penduduk;

b) Pemulihan lingkungan;

c) Biaya kesehatan dan pengobatan;

d) Penyediaan fasilitas sanitasi dan kesehatan.

Kompensasi kepada masyarakat yang akan dijalankan dapat pula mengacu kepada peraturan – peraturan yang berlaku.

2.5.4. Tahap Pasca Operasional

Pemanfaatan lahan bekas TPA Wuran bertujuan kembalinya pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW Kabupaten, dan kembalinya sikap positif dan persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan fasilitas dan lahan TPA Wuran oleh pihak lain atau Pemerintah Daerah setempat. Lahan bekas TPA dapat digunakan antara lain sebagai berikut:

 Lahan penghijaun  Taman

 Cagar alam  Taman botani

 Lahan pertanian dengan mempertahankan tanah lapisan penutup atas atau top soil minimum 60 cm dan dikelola dengan baik.

Kegiatan pemantauan terhadap kualitas air tanah dilakukan secara rutin dan berkala mengingat potensi pencemaran sampah dapat terjadi setelah dilakukan penutupan lapisan atas. Kegiatan lain yang dilakukan pasca operasional TPA yaitu :

 Inspeksi rutin.

 Kegiatan revegetasi dan pemeliharaan lapisan penutup.  Penanaman dan pemeliharaan tanaman tanaman di TPA.  Pemeliharaan dan kontrol leachate dan gas.

 Pembersihan dan pemeliharaan saluran drainase.  Pemantauan penurunan lapisan dan stabilitas lereng.  Pemantauan kualitas lingkungan.

3-1

Bagian 3