• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lapisan dasar kedap air berfungsi untuk mencegah terjadinya pencemaran lindi terhadap air tanah. Untuk itu maka konstruksi dasar TPA harus cukup kedap, baik dengan menggunakan lapisan dasar geomembrane/geotextile maupun lapisan tanah lempung dengan kepadatan dan permeabilitas yang memadai (<10-6 cm/det).

2) Jaringan Pengumpul Lindi

Pipa jaringan pengumpul lindi di dasar TPA berfungsi untuk mengalirkan lindi yang terbentuk dari timbunan sampah ke kolam penampung lindi. Jaringan pengumpul lindi dapat berupa pipa PVC berlubang yang dilindungi oleh gravel. Saluran pengumpul leachate terdiri dari saluran pengumpul sekunder dan primer. Kriteria saluran pengumpul, pengaliran lindi dan diameter pipa sebagai berikut.

 Kriteria saluran pengumpul sekunder

 Dipasang memanjang di tengah blok atau zona penimbunan.

 Saluran pengumpul sekunder menerima aliran dari dasar lahan dengan kemiringan minimal 1,5 % yang nantinya digunakan untuk cabang pipa pengumpul.

 Kemiringan sebesar 1,5 % digunakan untuk pipa pengumpul utama.  Saluran pengumpul terdiri dari rangkaian pipa HDPE.

 Kriteria saluran pengumpul primer

 Menggunakan pipa HDPE berlubang di sekelilingnya.

 Pipa menuju ke bak pengumpul lindi tidak berlubang di sekelilingnya.

 Saluran primer dapat dihubungkan dengan bagian hilir saluran sekunder oleh bak kontrol yang berfungsi sebagai ventilasi yang dikombinasikan dengan pengumpul gas vertikal.

 Syarat pengaliran lindi  Gravitasi

 Kecepatan pengaliran 0,6 – 3 m/detik

 Kedalaman air dalam saluran/pipa (d/D) maksimal 30%, dimana d = tinggi air dan D = diameter pipa.

 Rencana diameter perpipaan lindi

 Pipa sekunder menggunakan pipa dengan diameter 8 inchi.  Pipa primer menggunakan pipa dengan diameter 12 inchi. 3) Bangunan Pengolah Lindi (IPL)

Instalasi atau kolam pengolahan lindi berfungsi untuk menurunkan kadar pencemar lindi sampai sesuai dengan ketentuan standar efluen yang berlaku. Mengingat karakteristik lindi didominasi oleh komponen organik dengan nilai BOD rata-rata 2.000 - 10.000 ppm (Qasim, 1994), maka pengolahan lindi yang disarankan minimal dengan proses pengolahan biologi (secondary treatment).

Secara umum proses pengolahan lindi secara sederhana terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :

 Pengumpulan lindi, dilakukan di kolam pengumpul.

 Proses anaerobik, dilakukan di kolam anaerob (kedalaman > 2 m). Proses ini diharapkan dapat menurunkan BOD sampai 60 %.

 Proses fakultatif yang merupakan proses peralihan dari anaerobik, dilakukan di kolam fakultatif. Proses ini diharapkan dapat menurunkan BOD sampai 70 %.  Proses maturasi atau stabilisasi, dilakukan di kolam maturasi dengan efisiensi

proses 80 %

 Land treatment, dilakukan dengan membuat lahan yang berfungsi sebagai saringan biologi yang terdiri dari ijuk, pasir, tanah dan tanaman yang dapat menyerap bahan polutan.

Lindi hanya dihasilkan dari curah hujan yang berhasil meresap masuk ke dalam timbunan sampah (perkolasi). Beberapa sumber lain seperti air hasil dekomposisi sampah, infiltrasi muka air tanah, dan aliran air permukaan lainnya dapat di abaikan. Data curah hujan Kabupaten Barito Timur yang digunakan untuk mengitung kebutuhan kolam pengelolaan lindi disajikan pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Curah Hujan Kabupaten Barito Timur

Bulan Curah Hujan (mm)

Januari 404,3 Februari 252,4 Maret 405,1 April 253,6 Mei 116,7 Juni 198,4 Juli 66,8 Agustus 13,9 September - Oktober 69,1 Nopember 433,6 Desember 204,2 Total 2.418,1

Alternative sistem pengolahan dalam pengelolan air lindi yang di gunakan dan kreteria teknis perencanaan yang digunakan sebagaimana Tabel 2.6., Tabel 2.7., Tabel 2.8., Tabel 2.9., Tabel 2.10.

Tabel 2.6. Kriteria Teknis Perencanaan IPL

No Unit Proses Td (waktu detensi) Kedalaman (m)

1 Anaerobik 30 4

2 Fakultatif 20 2

3 Maturasi 10 1

4 Wetland 4 1

Sumber: Laporan Akhir Penyusunan PTMP dan DED TPA, DED TPS 3R Kabupaten Barito Timur, 2017.

Tabel 2.7. Perencanaan Kebutuhan Bangunan IPL pada Tahap Pertama TPA DIKETAHUI :

CH (Curah Hujan Setahun) 2418.1 mm/tahun LUPS (Luas Sel Landfil) 0,95 Ha

Perhitungan

Unit Pengelolaan Formula Luas

(m2)

Asumsi

Anerobic tank 1.232x10-1xCHx Lups 394 Td= 30 hari, h=4m Fakultative tank 1.643x10-1xCHx Lups 525 Td= 20 hari, h=2m Aerobic tank 1.643x10-1xCHx Lups 525 Td= 10 hari, h=1m Adsorbtion/wetland tank 3.583x10-1xCHx Lups 114

Total 4.876x10-1xCHx Lups 1124

Lebar Panjang Jumlah Kompartemen Panjang Kompartemen

10 39 8 5

10 52 10 5

10 52 10 5

5 23 20

Sumber: Laporan Akhir Penyusunan PTMP dan DED TPA, DED TPS 3R Kabupaten Barito Timur, 2017.

Tabel 2.8. Perencanaan Kebutuhan Bangunan IPL pada Tahap Kedua TPA DIKETAHUI :

CH (Curah Hujan Setahun) 2418.1 mm/tahun LUPS (Luas Sel Landfil) 1,32 Ha

Perhitungan

Unit Pengelolaan Formula Luas (m2) Asumsi

Anerobic tank 1.232 x 10-1 x CH x Lups 534 Td= 30 hari, h=4m Fakultative tank 1.643 x 10-1 x CH x Lups 745 Td= 20 hari, h=2m Aerobic tank 1.643 x 10-1 x CH x Lups 745 Td= 10 hari, h=1m Adsorbtion/wetland tank 3.583 x 10-2 x CH x Lups 114

Total 4.876 x 10-1 x CH x Lups 1558

Lebar Panjang Jumlah Kompartemen Panjang Kompartemen

10 53 11 5

10 75 15 5

10 75 15 5

5 23 25

Sumber: Laporan Akhir Penyusunan PTMP dan DED TPA, DED TPS 3R Kabupaten Barito Timur, 2017.

Tabel 2.9. Perencanaan Kebutuhan Bangunan IPL pada Tahap Ketiga TPA DIKETAHUI :

CH (Curah Hujan Setahun) 2418.1 mm/tahun LUPS (Luas Sel Landfil) 1.59 Ha

Perhitungan

Anerobic tank 1.232 x 10-1 x CH x Lups 745 Td= 30 hari, h=4m Fakultative tank 1.643 x 10-1 x CH x Lups 987 Td= 20 hari, h=2m Aerobic tank 1.643 x 10-1 x CH x Lups 987 Td= 10 hari, h=1m Adsorbtion/wetland tank 3.583 x 10-2 x CH x Lups 138

Total 4.876 x 10-1 x CH x Lups 1.874

Lebar Panjang Jumlah Kompartemen Panjang Kompartemen

10 75 15 5

10 99 20 5

10 99 20 5

5 28 30

Sumber: Laporan Akhir Penyusunan PTMP dan DED TPA, DED TPS 3R Kabupaten Barito Timur, 2017.

Tabel 2.10. Perencanaan Kebutuhan Bangunan IPL pada Tahap Keempat TPA

Sumber: Laporan Akhir Penyusunan PTMP dan DED TPA, DED TPS 3R Kabupaten Barito Timur, 2017.

4) Pipa Gas

Pipa gas berfungsi untuk mengalirkan gas dari timbunan sampah yang terbentuk karena proses dekomposisi sampah oleh aktivitas mikroorganisme. Tanpa adanya ventilasi yang memadai, akan dapat menyebabkan tingginya akumulasi gas di timbunan sampah sehingga sangat mudah terbakar. Gas yang mengalir dan keluar dari pipa gas sebaiknya diolah sebagai biogas (di negara maju, gas dari landfill dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik). Tetapi apabila tidak dilakukan pengolahan gas TPA, maka gas yang keluar dari pipa vent harus dibakar, hal tersebut untuk menghindari terjadinya dampak negatif terhadap pencemaran udara berupa efek rumah kaca (green house effect). Pemasangan pipa gas berupa pipa PVC berlubang (vertikal) yang dilindungi oleh casing yang diisi kerikil, harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan ketinggian lapisan sel sampah. Letak pipa gas agar berada pada jalur jaringan pipa lindi.

Kriteria teknis ventilasi gas yang berfungsi untuk mengalirkan dan mengurangi akumulasi tekanan gas sebagai berikut:

 Pipa ventilasi gas dipasang dari dasar TPA secara bertahap pada setiap lapisan sampah dan dapat terhubung dengan pipa pengumpul leachate.

 Pipa ventilasi gas berupa pipa PVC diameter 150 mm (Ø lubang maksimum 1,5 cm) dan berlubang yang dikelilingi oleh saluran bronjong berdiameter 400 mm dan diisi batu pecah diameter 50 – 100 mm.

 Ketinggian pipa ventilasi tergantung pada rencana tinggi timbunan sampah yang pada akhir timbunan pipa ventilasi harus ditambah dengan pipa besi diameter 150 mm.

DIKETAHUI :

CH (Curah Hujan Setahun) 2418.1 mm/tahun LUPS (Luas Sel Landfil) 1.91 Ha

Perhitungan

Unit Pengelolaan Formula Luas (m2) Asumsi

Anerobic tank 1.232 x 10-1 x CH x Lups 850 Td= 30 hari, h=4m Fakultative tank 1.643 x 10-1 x CH x Lups 1.150 Td= 20 hari, h=2m Aerobic tank 1.643 x 10-1 x CH x Lups 1.150 Td= 10 hari, h=1m Adsorbtion/wetland tank 3.583 x 10-2 x CH x Lups 165

Total 4.876 x 10-1 x CH x Lups 2.250

Lebar Panjang Jumlah Kompartemen Panjang Kompartemen

10 85 17 5

10 115 23 5

10 115 23 5

 Gas yang keluar dari ujung pipa besi harus dibakar atau dimanfaatkan sebagai energi alternatif.

 Jarak antar pipa ventilasi gas 50 – 100 m. 5) Green Barrier

Untuk mengantisipasi penyebaran bau dan populasi lalat yang tinggi, maka perlu dibuat green barrier berupa area pepohonan disekeliling TPA. Tebal green barrier kurang lebih 5 m (canopi). Pohon yang cepat tumbuh dan rimbun untuk memenuhi kebutuhan ini antara lain jenis tanamam bambu dan taman sakura.

6) Sumur Uji atau Sumur Pantau

Sumur uji atau sumur pantau akan dibuat di beberapa titik di lokasi TPA yang diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran terhadap air tanah yang disebabkan oleh adanya rembesan lindi dari dasar TPA (dasar TPA tidak kedap, adanya retakan lapisan tanah, adanya kebocoran geomembran).

2.5.3. Tahap Operasional A. Penerimaan Tenaga Kerja

Penerimaan tenaga kerja untuk pengoperasian Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) membutuhkan yang terampil dan ahli, serta diperlukan yang berpengalaman untuk beberapa posisi tertentu. Tenaga kerja yang dibutuhkan pada tahap operasional adalah: 1) Operator alat berat 4 orang bertugas untuk memadatkan dan memindahkan sampah di

TPA agar tersedia ruang bagi tempat sampah yang baru. 2) Pencatat Truk pengangkut sampah yang masuk TPA 2 orang. 3) Staf Kantor pengelola TPA 5 orang.

4) Pengawas lapangan 3 orang. 5) Pengelola IPL 4 orang.

6) Petugas cleaning service 2 orang.

7) Petugas pemeliharaan buffer zone, saluran drainase, dan pipa gas 6 orang. 8) Petugas jaga/security TPA 2 orang.

Tenaga kerja pada bagian komposting sebagai berikut : 1) Tenaga pemilah sampah 4 orang.

2) Tenaga perajang sampah 2 orang. 3) Tenaga pengomposan 2 orang.

4) Tenaga pengayak dan pengemas 1 orang. 5) Administrasi 1 orang.