Burnout Ditinjau dari
Locus of Control Internal dan Eksternal
Eka Danta Jaya G, Ihsan Rahmat
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kecenderungan Burnout ditinjau dari tipe
Pusat Kendali yang dimiliki oleh individu. Pusat Kendali tersebut adalah Internal dan Eksternal. Selanjutnya dikatakan bahwa Burnout menimbulkan gangguan-gangguan klinis pada individu seperti perasaan lelah dari sisi emosi, sinisme dan ketidakefektifan dalam bekerja. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dimana data diperoleh dari Skala Burnout dan Skala Pusat Kendali (Internal dan Eksternal). Subyek penelitian berjumlah 105 orang yang merupakan pegawai Non Edukatif pada Biro Rektor Universitas Sumatera Utara. Analisis statistik dengan menggunakan uji t menunjukkan adanya perbedaan kecenderungan Burnout ditinjau dari tipe Pusat Kendali Internal dan Eksternal (t Pusat Kendali Internal = 11.062 and t Pusat Kendali Eksternal = 27.618; p < 0.01). Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu dengan Pusat Kendali Eksternal cenderung memiliki burnout lebih tinggi dibandingkan orang-orang dengan Pusat Kendali Internal.
Kata kunci: Burnout, Pusat Kendali Internal, Pusat Kendali Eksternal
Abstract: The purpose of this study is to investigate the differences in Burnout level between Locus of
Control External and Locus of Control Internal. Further more, burnout makes a clinical disorder toward people for example: exhaustion, cynicisme and ineffectiveness. The study was a field research which data collected trough Scale of Burnout and Scale of Locus of Control (Internal and External). The subject were 105 employees of Biro Rektor University of North Sumatera who work as non educative staff T-test statistical analysis indicate there was a difference in burnout level between the employee who has locus of control internal and locus of control external (t Locus of Control Internal = 11.062 and t Locus of Control External = 27.618; p < 0.01). This result indicate that people who has locus of control external tend to being burnout than people who has locus of control internal.
Key words: Burnout, Locus of Control Internal, Locus of Control Eksternal.
PENDAHULUAN
Produktivitas mengacu pada kuantitas dan kualitas dari tampilan kerja (performance) seseorang pada suatu waktu tertentu.1 Salah satu
faktor penentu produktivitas kerja adalah faktor tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang memegang peranan penting dalam pembentukan nilai tambah suatu kegiatan ekonomi. Untuk melihat gambaran tentang seberapa besar nilai tambah yang diberikan oleh tenaga kerja pada suatu kegiatan ekonomi dapat dilihat dengan menghitung produktivitas tenaga. Hal-hal yang harus diperhatikan pada tenaga kerja adalah masalah motivasi, pengabdian, disiplin, etos kerja, produktivitas dan masa depannya, juga masalah
hubungan industrial yang serasi dan harmonis dalam suasana keterbukaan. 2
Selain itu, dalam produktivitas kerja perlu adanya faktor-faktor pendukung yaitu : kemauan kerja yang tinggi, kemauan kerja yang sesuai dengan isi kerja, lingkungan kerja yang nyaman, penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum, jaminan sosial yang memadai, kondisi kerja manusiawi dan hubungan kerja yang harmonis2 . Lingkungan
sosial dimana individu bekerja membentuk bagaimana individu berinteraksi satu sama lainnya dan bagaimana mereka melakukan pekerjaannya. Ketika tempat kerja tidak sesuai dengan sisi kemanusiaan dari pekerjaan tersebut, maka resiko dari burnout akan muncul 3.
Menurut Cherniss burnout merupakan
perubahan sikap dan perilaku dalam bentuk reaksi menarik diri secara psikologis dari pekerjaan, seperti menjaga jarak atau bersikap sinis dengan klien, membolos, sering terlambat, dan keinginan pindah kerja yang kuat. Sedangkan Pines dan Aronson memandang
burnout adalah tahap-tahap kelelahan
emosional, fisik dan mental disebabkan keterlibatan yang lama dalam situasi yang menuntut secara emosional. 4.
Maslach seorang psikolog sosial yang meneliti para pekerja di bidang human service mendefinisikan burnout adalah sebagai suatu sindrom tentang exhaustion emotional, cynicism (depersonalisasi), dan Ineffectiveness (Low
Personal Accomplishment) 5.
Tiga dimensi tentang burnout menurut Maslach, dkk adalah3 :
a) Kelelahan (exhaustion)
Kelelahan adalah penentu utama kualitas dari burnout. Ketika seseorang merasa pekerjaannya terlalu berlebihan dan terlalu berat baik secara emosional ataupun fisik, hal ini dapat menimbulkan perasaan lelah dan kehabisan energi. Kehabisan energi menimbulkan perasaan enggan untuk melakukan pekerjaan baru atau berinteraksi dengan orang lain.
b) Cynicism (depersonalisasi)
Ketika seseorang bersikap sinis, maka sikapnya menjadi dingin, dan menjaga jarak terhadap pekerjaan dan orang-orang yang terlibat dalam pekerjaannya. Individu meminimalkan keterlibatannya dalam pekerjaan dan bahkan kehilangan idealismenya. Cynicism (depersonalisasi) merupakan cara untuk melindungi diri sendiri dari kelelahan dan kekecewaan. Individu merasa lebih aman dengan perilaku acuh tak acuh, khususnya ketika tidak jelasnya masa depan.
Depersonalisasi merupakan usaha untuk membuat jarak antara diri sendiri dan penerima pelayanan dengan cara mengabaikan kualitas yang membuat individu disukai orang. Lebih lanjut Maslach menjelaskan depersonalisasi adalah
coping (proses mengatasi
ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan individu) yang dilakukan individu untuk mengatasi kelelahan emosional. Perilaku tersebut adalah suatu upaya untuk melindungi diri dari tuntutan
emosional yang berlebihan dengan memperlakukan klien sebagai objek.
c) Ineffectiveness (Low Personal
Accomplishment)
Individu merasa tidak efektif ketika kurangnya kecakapan dalam bekerja. Setiap ada pekerjaan baru dilihat sebagai beban yang berlebihan. Sehingga akan menimbulkan kehilangan kepercayaan terhadap kemampuannya untuk membuat sesuatu.
Hubungan low personal
accomplishment dengan kedua aspek
sebelumnya sangat kompleks. Dalam kondisi tertentu low personal
accomplishment dapat dihasilkan sebagai
fungsi dari kelelahan atau cynicism atau kombinasi dari keduanya.
Dari hasil penelitian sebelumnya maka terdapat dua faktor yang mempengaruhi munculnya burnout,3 yaitu: (1) Faktor
situasional termasuk didalamnya karakteristik pekerjaan, jenis pekerjaan dan karakteristik organisasi; dan (2) Faktor individual terdiri dari karakteristik demografis, karakteristik kepribadian dan sikap terhadap pekerjaan. Faktor individual dari burnout didalamnya juga dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian dimana karakteristik kepribadian tersebut salah satunya adalah locus of control.
Konsep locus of control pertama kali
dikemukakan oleh Jullian Rotter pada tahun 19666 dimana teori ini merupakan
perkembangan dari Teori Belajar Sosial. Rotter menyatakan salah satu faktor individual yang mengendalikan peristiwa kehidupan seseorang adalah locus of control yang ada pada dirinya.
Locus of control juga memberikan gambaran
pada keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya. Ditambahkan pula bahwa
locus of control adalah suatu cara dimana
individu memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan yang terjadi di dalam kontrol atau di luar kontrol dirinya. 7
Locus of control dibedakan atas dua, yaitu locus of control internal dan locus of control eksternal.8. Menurut Rotter locus of control internal adalah cara dimana seseorang yakin
kontrol terhadap peristiwa berasal dari kemampuannya. Selain itu individu yang memiliki locus of control internal memahami bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung pada seberapa banyak usaha yang mereka lakukan. Locus of control internal merupakan keyakinan seseorang bahwa kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh kemampuannya
sendiri. Rotter kemudian menambahkan pula bahwa individu yang memiliki locus of control
internal memahami bahwa hasil yang mereka
peroleh tergantung pada seberapa banyak usaha yang mereka lakukan. 8
Di sisi lain, setiap individu memiliki perbedaan dalam mempersepsi kontrol yang ada dalam dirinya. Beberapa orang yakin bahwa kontrol atas dirinya ada di pihak luar. Orang yang percaya bahwa hasil yang mereka dapat disebabkan faktor dari luar dirinya memiliki
locus of control eksternal. Rotter menganggap
bahwa apa yang mereka perbuat dan apa hasil yang mereka peroleh tergantung dari luar dirinya. Keberuntungan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan dan kebahagiaan. 9
Penelitian oleh Adali dan Priami mengungkapkan bahwa faktor situasional mempengaruhi munculnya burnout pada pekerja. Disamping faktor situasional terdapat juga faktor individual yang mempengaruhi
burnout, salah satunya yaitu pengaruh tipe
kepribadian. Pada beberapa penelitian ditunjukkan adanya pengaruh tipe kepribadian terhadap kecendrungan burnout. Hal inilah yang mendasari mengapa burnout juga dianggap memiliki perbedaan ditinjau dari locus of
control, karena seperti yang telah dikemukakan, locus of control muncul dari dalam diri individu
yang membentuk kepribadiannya. 10
Dari pernyataan di atas maka hipotesa yang diajukan di dalam penelitian ini adalah “ada perbedaan burnout ditinjau dari locus of
control”. Dimana tingkat burnout berbeda antara locus of control internal dengan locus of control eksternal.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kuantitatif inferensial komparatif. Data yang diperoleh bersifat cross sectional dengan pengambilan langsung pada subjek penelitian Subjek penelitian dianggap memiliki fenomena yang dimaksud sehingga penelitian ini bersifat ex post facto. Dikarenakan penelitian ini bersifat kuantitatif, maka kekuatan-kekuatan fenomena yang diperoleh bersifat empirik dan sangat dipengaruhi oleh keakuratan alat ukur.
Variabel Penelitian
1. Variabel Locus of Control a) Internal
b) Eksternal 2. Variabel Burnout
Pengukuran Variabel
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Skala Locus of Control a. Locus of Control Internal
Skala locus of control internal digunakan untuk mengungkap data tentang locus of control internal, skala
locus of control internal terdiri dari 3
aspek yaitu (1) Kemampuan; (2) Minat; dan (3) Usaha. Terdiri dari 33 item dan nilai reliabilitas 0.881.
b) Locus of Control Eksternal
Skala locus of control eksternal digunakan untuk mengungkap data tentang locus of control eksternal, skala
locus of control eksternal terdiri dari 4
aspek yaitu (1) Nasib; (2) Keberuntungan; (3) Sosial Ekonomi; dan (4) Pengaruh Orang Lain. Terdiri dari 33 item dan nilai reliabilitas 0.973. 2. Skala Burnout
Skala burnout digunakan untuk
mengungkap data tentang burnout. Skala
burnout terdiri dari dimensi (1). Kelelahan
(exhaustion); (2). Cynicism
(depersonalisasi); dan Ineffectiveness (Low
Personal Accomplishment).Terdiri dari 60
item dengan nilai reliabilitas 0.983.
Skala Locus of control internal, locus of control eksternal dan burnout memuat dua
kategori pernyataan yakni pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable yang masing-masing pernyataan menyediakan empat alternatif jawaban mulai dari pilihan jawaban Sangat Sesuai sampai jawaban Tidak Sesuai.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah karyawan tetap Biro Rektor USU Medan yaitu pada Biro Kemahasiswaan, Biro Pendidikan dan Biro Administrasi Umum dan Keuangan. Metode pengambilan subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non
probability purposive sampling dengan
ciri-cirinya antara lain: (1). Berusia 40 tahun ke bawah; dan (2). Minimal telah bekerja selama 1 tahun. Adapun jumlah subjek penelitian yang direncanakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 105 orang dimana 45 orang untuk uji coba alat ukur dan sebanyak 60 orang untuk penelitian.
HASIL PENELITIAN
1. Kategorisasi Locus of Control Internal dan Eksternal
Tabel 1.
Kategorisasi locus of control
Locus of control internal X ≥ 98 Locus of control eksternal X ≥ 91
Berdasarkan kategorisasi locus of control dengan subjek penelitian 60 orang diperoleh 24 sampel yang representatif yaitu 11 subjek yang memiliki locus of control internal dan 14 subjek yang memiliki locus of control
eksternal. Sedangkan sebanyak 35 orang
dalam kriteria tidak tergolongkan.
Tabel 2.
Penggolongan Sampel berdasarkan Locus of
Control
Locus of control N Persentasi
Locus of control internal 11 18 %
Locus of control eksternal 14 23 %
Tak tergolongkan 35 59 %
Jumlah 60 100 %
2. Burnout
Mean Empirik dan Mean Hipotetik
Skala burnout terdiri dari 60 aitem dengan 4 pilihan jawaban yang bergerak dari 1 sampai 4. Diperoleh mean hipotetik sebesar 150 dengan S.Dev sebesar 30. Sementara mean empirik diperoleh sebesar 141.75 dengan S.Dev sebesar 32.43. Kesimpulannya mean hipotetik lebih besar dari mean empirik, dapat dikatakan sampel yang digunakan memiliki nilai burnout yang lebih kecil daripada mean hipotetik, artinya
burnout karyawan Biro Rektor USU di
bawah burnout pada umumnya.
Tabel 3.
Kategorisasi Burnout
Skor Kategori Jumlah
subjek F ( % )
Tinggi X ≥173 11 18.33 % Sedang 109 < X < 173 40 66.67 % Rendah X ≤ 109 9 15.00 %
Total 60 100.00 %
Dari tabel 3 didapat bahwa subjek yang memiliki burnout tinggi sebanyak 11 orang (18.33 %) dengan kategorisasi X ≥ 173, subjek yang memiliki burnout sedang dengan kategorisasi 109 < X < 173 sebanyak 40 orang (66.67 %) dan subjek yang memiliki burnout rendah sebanyak 9 orang (15 %) dengan kategorisasi X ≤ 109.
Perbedaan Burnout Ditinjau dari Locus of control Tabel 4.
Analisis t-test Burnout Ditinjau locus of control internal dan locus of control eksternal Burnout
Locint
Loceks
t-test for equality of mean
t Df sig. (2-tailed) Mean
Difference 95% Confidence Interval of the Difference lower Upper
11.062 27.618 10 12 0.000 0.000 140.27 161.77 112.02 149.01 168.53 174.53
Dari tabel 4 dapat dilihat t untuk locus of
control internal sebesar 11.062 dengan p < 0.01,
dan t untuk locus of control eksternal sebesar 27.618 dengan p < 0.01. Hasil tersebut berarti sangat signifikan. Jadi dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan antara burnout ditinjau dari locus of control
internal dengan burnout ditinjau dari locus of control eksternal
DISKUSI
Hasil penelitian memperlihatkan adanya perbedaan burnout yang sangat signifikan pada
locus of control internal dan locus of control
eksternal dengan nilai p < 0.01. Dengan
demikian hipotesa yang diajukan diterima. Dari hasil penelitian terlihat bahwa subjek dengan
locus of control eksternal lebih tinggi
burnout-nya daripada subjek dengan locus of control
internal. Hal ini tampak dari skor olahan data
dimana rata-rata yang diperoleh subjek locus of
control eksternal yakni 161.77 dengan nilai
S.Dev 21.12 sedangkan subjek locus of control
internal yakni 140.27 dengan S.Dev 42.05. Hal
ini sesuai dengan teori Solomon dan Oberlander dimana individu yang beranggapan bahwa kegagalan dalam bekerja adalah berasal dari faktor lain di luar dirinya sendiri maka individu
inilah yang memiliki burnout yang rendah dengan kepribadian locus of control eksternal.11
Hasil ini juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti Universitas Tilburg mengenai pengaruh tipe kepribadian terhadap kelelahan di tempat kerja. Menurut mereka mereka kelelahan dalam bekerja (yaitu kelelahan fisik dan mental) akan berbeda dialami antara mereka yang memiliki locus of control eksternal dan locus of control internal.11
Penelitian oleh Adali dan Priami juga mengungkapkan bahwa faktor situasional mempengaruhi munculnya burnout pada pekerja. Disamping faktor situasional terdapat juga faktor individual yang mempengaruhi
burnout, salah satunya yaitu pengaruh tipe
kepribadian. Pada beberapa penelitian ditunjukkan adanya pengaruh tipe kepribadian terhadap kecendrungan burnout misalnya pada
locus of control
12
.
Adanya perbedaan locus of control pada
seseorang ternyata dapat menimbulkan perbedaan sikap, sifat serta ciri-ciri yang lain. Hasil dari penelitian telah membuktikan bahwa orientasi locus of control yang internal ternyata lebih banyak menimbulkan akibat-akibat positif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Leo bahwa status sosial ekonomi, kepercayaan diri, aspirasi, serta harapan pada mereka yang internal ternyata lebih tinggi 11. Pernyataan ini juga sejalan dengan pendapat Pervin bahwa orang-orang internal lebih aktif mencari informasi dan menggunakan untuk mengontrol lingkungan. Demikian pula orang-orang internal lebih suka menentang pengaruh-pengaruh dari luar, sedangkan orang eksternal lebih bersikap
conform terhadap pengaruh-pengaruh tersebut.
12
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada karyawan Biro Rektor USU Medan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan
burnout ditinjau dari locus of control internal
dan locus of control eksternal. Dimana menurut hasil penelitian subjek dengan locus of control
eksternal lebih rentan terhadap burnout dari
pada subyek yang memiliki locus of control
internal. Hal ini berarti individu dengan locus of control eksternal lebih mudah merasa tertekan
dalam bekerja dikarenakan merasa tidak mampu mengkontrol kesuksesannya. Mereka cenderung menganggap bahwa kesuksesan dan prestasi mereka lebih ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri mereka seperti takdir, nasib dan keputusan yang ditentukan orang lain.
Sebaliknya orang-orang dengan locus of control
internal lebih melihat bahwa kesuksesan, usaha
dan kegagalan semata-mata disebabkan dari dalam diri mereka sendiri.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka beberapa saran yang ingin dikemukakan adalah sebagai berikut:
1.
Banyaknya karyawan yang termasuk dalam tipe kepribadian locus of control yang tidak tergolongkan dapat disimpulkan bahwa mereka berada di antara kepribadian locus ofcontrol internal dan locus of control eksternal. Bukan tidak mungkin
orang-orang ini nantinya akan menjadi orang-orang dengan locus of control internal ataupun
locus of control eksternal disebabkan pada
dasarnya locus of control adalah kontinuum yang bergerak dengan aktif dan bukan dua kutub yang saling terpisah.
2.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh Biro Rektor USU dalam menangani burnout yang dialami karyawan. Diantaranya adalah mencari sumber dari terjadinya burnout, memahami kondisi tersebut sebagai sumberburnout untuk kemudian memberikan
penanganan terhadapnya.
3.
Burnout dapat terjadi pada semua orang,baik itu orang yang ber-locus of control
internal maupun ber-locus of control eksternal. Jadi menurut peneliti bahwa
kepala-kepala Biro Rektor USU Medan haruslah mengadakan suatu kegiatan terhadap karyawan dalam rangka untuk mencegah terjadinya burnout.
4.
Merancang sebuah pelatihan dimana pelatihan tersebut dapat meminimalkanburnout. Pelatihan lebih diarahkan ke off site training (pelatihan yang tidak
berhubungan dengan ketrampilan kerja) dimana pelatihan ini mampu mem-bangkitkan kembali motivasi dan sebagai proses pembelajaran bagi karyawan untuk lebih mengenal potensi diri.
KEPUSTAKAAN
1. Berry, Lilly, M. 1998. Psychology at Work (2nd
ed). New York : MC.Graw Hill.
2. Ancok, D. 1998. Membangun Kompetensi Manusia dalam Milenium Ke-3. Jurnal
Psikologika, tahun III No. 6,5-7, Fakultas
Psikologi Universitas Islam Indonesia. 3. Maslach, C., Schaufeli W.B. & Leiter,
M.P. (2001, Mei). Issue : Annual Job
Burnout. www.AnnualReviews.org
[online]. www.findarticles.com.
4. Sutjipto, M. 2001. Apakah Anda
Mengalami Burnout, dalam
www.depdiknas.co.id. 27\8\2004.
5. Schaufeli, M.M. & Buunk, B.B. 1996. Professional Burnout, dalam Schabirac, M.J. & Winnubot. J.A.M. (vol Ed).
Handbook of work and Health Psychology. New York: John Wiley &
Sons.
6. Jung, J. 1978. Understanding Human
Motivation: A Cognitive Approach. New
York: Mc.Millan.
7. Schulz, D., Sindrey. E. 1993. Theories of
Personality (5th ed). California: Books
Publishing Company.
8. Robinsons, P.J, Wrigtsman. M. 2001.
Measure of Personality and Social Psychology Attitudes, vol. 1. California:
Harcourt Brace Jovonovich Publisher. 9. Morgan, C, T., King, R.A., Weisz J.B dan
Schopler, J. 1989. Introduction to
Psychology (7th ed). New Jersey: Mc.Graw
Hill.
10. www.eurekalert.org/puprews.php. 27\08\2004
11. Coop, R.H, and White, K (Editors). 1974.
Psychologycal Concept in The Classroom.
New York. Harper and Row Publishers. 12. Munandar, AS. 1980. Locus Of Control
pada Para Mahasiswa Fakultas Psikologi UI. Panitia Kongres Ilmu Psikologi dan
Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia, 259-265.