• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Fiqh, Syariah, dan Hukum Islam.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengertian Fiqh, Syariah, dan Hukum Islam.pdf"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketika kita lebih mendalami akan pemahaman kita terhadap agama, utamanya yang berkaitan dengan tindakan para mukallifin (orang-orang yang terbebani hukum taklif), kata syari’ah, fikih, dan hukum islam merupakan kata-kata yang begitu sering kita jumpai dalam setiap pembahasannya. Tidak jarang kita menggunakan kata-kata tersebut dalam satu arti, tanpa membedakannya, bahkan seringkali malah menyamakan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini tidak lain karena penilaian kita yang memganggap kata-kata tetsebut merupakan sinonim.

Melihat realita yang telah umum tersebut, kami (penulis) memiliki keinginan untuk mengungkapkan bahwa, apa sebenarnya pengertian dari masing-msing kata tersebut? Apakah memang benar kata-kata itu merupakan sinonim, tanpa adanya perbedaan antara yang satu dengan yang lain?

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, pasti ada rasa ingin tahu, paling tidak ada beberapa pertanyaan yang timbul dalam benak penulis, yaitu:

1. Bagaimanakah pengertian Syari’ah, Fikih, dan Hukum Islam? 2. Apa sajakah perbedaan antara Syari’ah, Fikih, dan Hukum Islam?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Syari’ah, Fikih, dan Hukum

Islam itu.

(2)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fikih, Syariah, dan Hukum Islam

Pengertian fikih atau ilmu fikih sangat berkaitan dengan syariah, karena fikih itu pada hakikatnya adalah jabaran praktis dari syariah.1 Karenanya, sebelum membahasa tentang arti fikih, terlebih dahulu perlu dibahas arti dan hakikat syariah.

1. Pengertian Syariah

Syariah menurut bahasa memiliki beberapa makna, antaranya adalah دراولا (al-warid) yang berarti jalan, ia bermakna pula ءاملا وحن yaitu tempat keluarnya (mata) air.2 Al-Raghib menyatakan syariah adalah

metode atau jalan yang jelas dan terang misalnya ucapaan اجهن هل تعرش (aku mensyariatkan padanya sebuah jalan). Manna' Khalil Al-Qathan berkata “Syariat pada asalnya menurut bahasa adalah sumber air yang digunakan untuk minum, kemudian digunakan oleh orang-orang Arab dengan arti jalan yang lurus (al-shirath al-mustaqim) yang demikian itu karena tempat keluarnya air adalah sumber kehidupan dan keselamatan/kesehatan badan, demikian juga arah dari jalan yang lurus yang mengarahkan manusia kepada kebaikan, padanya ada kehidupan jiwa dan pengoptimalan akal mereka.3

Kata syariah banyak terdapat di dalam Al-Qur'an, misalnya firman Allah SWT dalam QS Al-Jatsiyah : 18

لَعَج َّمثُ

َنوممَل عَ يَلا َنيِذَّلا َءآَو هَأ عِبَّتَ تَلاَو اَه عِبَّتاَف ِر مَلأ ا َنِّم ٍةَعيِرَش ىَلَع َكاَن

Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatusyariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan

1. Amir Syarifuddin, Ushul Fikih, Juz 1, hal. 1.

2 Ibnu Mandzur, Lisan Al-‘Arab Juz VII, hal. 86

3 Manna' Khalil Al-Qatan, At-Tasyri' Wa Al-Fikihi fi Al-Islam Tarikhan wa Manhajan, Mesir : Maktabah Wahbah, 2001, hal. 13.

(3)

janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.

Makna syariah pada ayat ini adalah peraturan atau cara beragama. Sedangkan dalam QS Asy-Syura ayat 13 bermakna memberikan tata cara beragama :

َلِإ آَن يَح وَأ يِذَّلاَو اًحومن ِهِب ىَّصَواَم ِنيِّدلا َنِّم ممكَل َعَرَش

َميِهاَر بِإ ِهِب اَن يَّصَواَمَو َك ي

ِه يَلِإ ممهومع دَتاَم َينِكِر شمم لا ىَلَع َرم بَك ِهيِف اومقَّرَفَ تَ تَلاَو َنيِّدلا اومميِقَأ نَأ ىَسيِعَو ىَسوممَو

مبيِنمي نَم ِه يَلِإ يِد هَ يَو مءآَشَي نَم ِه يَلِإ ِبَِت َيَ مللها

Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).

Makna syariah yang serupa disebutkan dalam QS Al-Syura ayat 21 Allah ta’ala berfirman :

َىِضمقَل ِل صَف لا مةَمِلَك َلا وَلَو مللها ِهِب نَذ أَي َلَاَم ِنيِّدلا َنِّم ممَلَ اومعَرَش امؤآَكَرمش ممَلَ مَأ

مُمميِلَأ ٌباَذَع ممَلَ َينِمِلاَّظلا َّنِإَو ممهَ ن يَ ب

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.

Dari beberapa ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa kata syariah bermakna peraturan, agama dan tata cara ibadah. Pengertian

(4)

ini telah mengarah kepada makna secara istilah, karena khitab dari ayat-ayat tersebut adalah orang-orang yang beriman agar mereka dapat merealisasikan syariat tersebut.

Secara istilah “syariat” adalah “Seperangkat norma yang mengatur masalah-masalah bagaimana tata cara beribadah kepada Allah SWT, serta bermuamalah dengan sesama manusia”. Al-Fairuz Abady menyebutkan bahwa syariat adalah apa-apa yang disyariatkan Allah kepada para hambaNya.4 Ibnu Mandzur menyatakan bahwa syariah adalah :

ةاكزلاو جلحاو ةلاصلاو موصلاك هب رَمَأو نيِّدلا نم للها َّنس ام مةع رِّشلاو مةعيرشلاو

ِّبلا لامعَأ رئاسو

Segala sesuatu yang ditetapkan Allah dari dien(agama) dan diperintahkanya seperti puasa, shalat, haji, zakat dan amal kebaikan lainnya.5

Definisi ini seperti yang disebutkan oleh Manna' Al-Qathan yang menyebutkan bahwa syariat secara istilah adalah “Setiap sesuatu yang datang dari Allah SWT yang disampaikan oleh utusan/RasulNya kepada para hambaNya, dan Dia adalah pembuat syariat yang awal, hukumNya dinamakan syar'an.6 Senada dengan pengertian ini Mahmud Syalthut mendefinisikannya dengan "Sebuah nama untuk tata peraturan dan hukum yang diturunkan oleh Allah SWT dalam bentuk ushulnya dan menjadi kewajiban setiap muslim sebagai pedoman dalam berhubungan dengan Allah dan antar sesama manusia."7

Para intelektual muslim Indonesia memberikan definisi dari syariah dengan beraneka ragam, misalnya Hasbi Ash-Shidieqy mendefinisikannya dengan “Segala yang disyariatkan Allah untuk kaum muslimin, baik ditetapkan oleh Al-Qur'an ataupun sunnah Rasul yang

4 Al-Fairuz Abady, Al-Qamus Al-Muhith, hal. 732.

5 Ibnu Mandzur, Lisan Al-‘Arab, Juz 5, hal. 86. 6 Manna' Khalil Al-Qathan, Op. Cit, hal. 14.

(5)

berupa sabda, perbuatan, ataupuntaqrirnya”.8 Sedangkan M. Ali Hasan

menyatakan bahwa syari'ah adalah : Hukum-hukum yang disyariatkan oleh Allah bagi hamba-hambaNya (manusia) yang dibawa oleh para nabi, baik menyangkut cara mengerjakannya yang disebutfar'iyah amaliyah (cabang-cabang amaliyah) dan untuk itulah fikih dibuat, atau yang menyangkut petunjuk beri'tiqad yang disebut ashliyah i'tiqadiyah(pokok keyakinan), dan untuk itu para ulama menciptakan ilmu kalam (ilmu tauhid). Dalam bagian lain disebutkan bahwa syariah adalah “Semua yang disyariatkan Allah untuk kaum muslimin baik melalui Al-Qur'an maupun melalui sunnah rasul.9

Secara etimologis syariah berarti “jalan yang harus diikuti.” Kata syariah muncul dalam beberapa ayat Qur’an, seperti dalm surah Al-Maidah:48, asy-Syura: 13, yang mengandung arti “ jalan yang jelas yang membawa kepada kemenangan.”(Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin, Ushul Fikih. Hal. 1). Dalam hal ini agama yang ditetapkan oleh Allah disebut syariah, dalam artian lughawi karena umart isla selalu melaluinya dalam kehidupannya. 2. Pengertian Fikih

هيرغ هيلع نيب ام وه )ةغل لصلااف(

.رادلجا لصاك

10

Fikih secara etimologi berarti pemahaman yang mendalam dan membutuhkan pengerahan potensi akal.11 Sedangkan secara terminologi fikih merupakan bagian darisyari’ah Islamiyah, yaitu pengetahuan tentang hukum syari’ah Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat (mukallaf) dan diambil dari dalil yang terinci. Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin

8 Hasbi Ash-Shidieqy, Pengantar Hukum Islam, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra , 2001.

hal. 18.

9 M. Ali Hasan, Perbandingan Madzhab, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 1995, hal. 5.

10 Abdul hamid hakim, Al-Bayan. hal 3-4 11 Rachmat Syafe’I, Ilmu Ushul Fikih. hal. 18

(6)

mengatakan fikih adalah ilmu tentang hukum-hukum syar’I yang bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dengan dalil-dalil yang tafsili.12

Penggunaan kata “syariah” dalam definisi tersebut menjelaskan bahwa fikih itu menyangkut ketentuan yang bersifat syar’I, yaitu sesuatu yang berasal dari kehendak Allah. Kata “amaliah” yang terdapat dalam definisi diatas menjelaskan bahwa fikih itu hanya menyangkut tindak tanduk manusia yang bersifat lahiriah. Dengan demikian hal-hal yang bersifat bukan amaliah seperti masalah keimanan atau “aqidah” tidak termasuk dalam lingkungan fikih dalam uraian ini. penggunaan kata “digali dan ditemukan” mengandung arti bahwa fikih itu adalah hasil penggalian, penemuan, penganalisisan, dan penentuan ketetapan tentang hukum. Fikih itu adalah hasil penemuan mujtahid dalam hal yang tdak dijelaskan oleh nash.

Dari penjelasan diata dapat kita tarik benang merah, bahwa fikih dan syariah memiliki hubungan yang erat. Semua tindakan manusia di dunia dalam mencapai kehidupan yang baik itu harus tunduk kepada kehendak Allah dan Rasulullah. Kehendak Allah dan Rasul itu sebagian terdapat secara tertulis dalam kitab-Nya yang disebut syari’ah. Untuk mengetahui semua kehendak-Nya tentang amaliah manusia itu, harus ada pemahaman yang mendalam tentang syari’ah, sehingga amaliah syari’ah dapat diterapkan dalam kondisi dan situasi apapun dan bagaimanapun. Hasilnya itu dituangkan dalam ketentuan yang terinci. Ketentuan yang terinci tentang amaliah manusia mukalaf13 yang diramu dan

12 Amir Syarifuddin, Op. Cit, hal. 3

13 Mukallaf adalah muslim yang dikenai kewajiban atau perintah dan menjauhi

larangan agama (pribadi muslim yang sudah dapat dikenai hukum). Seseorang berstatus mukallaf bila ia telah dewasa dan tidak mengalami gangguan jiwa maupun akal. Sedangkan mujtahid adalah ialah orang-orang yang berijtihad hanya pada beberapa masalah saja, jadi tidak dalam arti keseluruhan, namun mereka tidak mengikuti satu madzhab. Misalnya, Hazairin berijtihad tentang hukum kewarisan Islam, Mahmus Junus berijtihad tentang hukum perkawinan, A. Hasan Bangil berijtihad tentang hukum kewarisan dan hukum lainnya, Prof. Dr. H. M. Rasyidi berijtihad tentang filsafat Islam. Wikipedia, mukallaf. Mujtahid.

(7)

diformulasikan sebagai hasil pemahaman terhadap syari’ah itu disebut fikih.14

3. Pengertian Hukum Islam

Kata hukum dalam “Hukum Islam” bukanlah arti hukum dalam bahasa Arab al-hukm akan tetapi makna hukum dalam bahasa Indonesia adalah bermakna syari'ah dalam bahasa Arab. Pendapat ini seperti disebutkan oleh Fathurrahman Djamil yang menyimpulkan : Kata hukum Islam tidak ditemukan sama sekali di dalam Al-Qur'an dan literatur hukum dalam Islam15, yang ada dalam Al-Qur'an adalah kata syari'ah, fikih, hukum Allah dan yang seakar dengannya, kata hukum Islam merupakan terjemahan dari term “Islamic Law” dari literatur barat.16

Maka dalam ruang lingkup hukum Islam digunakan istilah Syariah Islam, yaitu "Seluruh peraturan dan tata cara kehidupan dalam Islam yang diperintahkan oleh Allah SWT yang termaktub di dalam Al-Qur'an dan Al-Sunnah". Hal ini sebagaimana term hukum dalam bahasa Indonesia yaitu “Seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa, baik berupa hukum tertulis ataupun tidak tertulis seperti hukum adat”.17

Pengertian selanjutnya dalam rangkaian hukum Islam adalah kata “Islam”. Kata ini secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu kata ملاسلا

ملسأ – ملسي

-املاسإ (al-salam-aslama-yaslimu-islaman) kata ini mempunyai cabang makna yang sangat banyak, namun semuanya menunjuk kepada

14 Mukallaf adalah muslim yang dikenai kewajiban atau perintah dan menjauhi

larangan agama (pribadi muslim yang sudah dapat dikenai hukum). Seseorang berstatus mukallaf bila ia telah dewasa dan tidak mengalami gangguan jiwa maupun akal. Sedangkan mujtahid adalah ialah orang-orang yang berijtihad hanya pada beberapa masalah saja, jadi tidak dalam arti keseluruhan, namun mereka tidak mengikuti satu madzhab. Misalnya, Hazairin berijtihad tentang hukum kewarisan Islam, Mahmus Junus berijtihad tentang hukum perkawinan, A. Hasan Bangil berijtihad tentang hukum kewarisan dan hukum lainnya, Prof. Dr. H. M. Rasyidi berijtihad tentang filsafat Islam. Wikipedia, mukallaf. Mujtahid.

15 Amir Syarifuddin, Op. Cit, hal. 5

16 Fathurrahman Jamil, Filsafat Hukum Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999. hal. 11. 17 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, hal. 40.

(8)

makna ملسلا (al-salam) yaitu kesejahteraan, kedamaian serta sifat tunduk patuh.18 Dalam Qur'an akar kata ملسأ(aslama) terdapat dalam QS Al-Hujuraat : 14

ِفِ مناَيمِ لْا ِلمخ دَي اَّمَلَو اَن مَل سَأ اوملومق نِكَلَو اومنِم ؤم ت َلَ لمق اَّنَماَء مباَر عَ لأا ِتَلاَق

َر ٌرومفَغ َهَّللا َّنِإ اًئ يَش ممكِلاَم عَأ نِم ممك تِلَي َلا مهَلومسَرَو َهَّللا اومعيِطمت نِإَو ممكِبوملم ق

ٌميِح

Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". Pada ayat ini kata اَنْمَلْسَأ berarti kami tunduk kepada peraturan Allah SWT. Adapun dalam QS Al-Jin : 14, kata ْمَلْسَأ bermakna taat terhadap perintahNya :

اًدَشَر ا وَّرََتَ َكِئَلومأَف َمَل سَأ نَمَف َنومطِساَق لا اَّنِمَو َنوممِل سمم لا اَّنِم اَّنَأَو

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang ta`at dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang ta`at, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.

Sinonim dari kata tunduk dan taat adalah berserah diri, hal ini seperti disebutkan dalam QS Az-Zumar :54

َّمثُ مباَذَع لا مممكَيِت أَي نَأ ِل بَ ق نِم مهَل اوممِل سَأَو ممكِّبَر َلَِإ اومبيِنَأَو

َنومرَص نم ت َلا

Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, danberserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).

Selain itu masih banyak sekali ayat-ayat yang menggunakan lafadz aslama seperti dalam QS Ash-Shafaat 103, An-Naml 44, Al-Haj

(9)

34, Al-An'am 14, Al-Maidah 44, An-Nisaa 125, Ali Imran 83 dan 20 serta Al-Baqarah ayat 131 dan 112.19

Akar kata aslama juga terdapat dalam sebuah hadits yang shahih dari riwayat Abdullah bin Amr bin Al-'Ash, Rasulullah bersabda :

هديو هناسل نم نوملسلما ملس نم ملسلما

Seorang muslim itu adalah seseorang yang kaum muslimin lainnya selamat dari ucapan lidah dan gangguan tangannya.”20

Sedangkan pengertian Islam menurut istilah adalah:

بلاو ةعاطلاب هل دايقنلااو ديحوتلاب لله ملاستسلْا

هلهأو كرشلا نم ةءا

Penyerahan diri kepada Allah SWT serta tunduk dengan penuh ketaatan serta berlepas diri dari syirik dan para pelakunya."21

Secara umum dapat dikatakan bahwa Islam adalah “Rangkaian ibadah kepada Allah SWT dengan apa-apa yang disyariatkanNya, ia berlaku sejak Nabi pertama di utus hingga hari kiamat, sebagaimana disebutkan dalam QS Al-Baqarah ayat 128 :

َةَم كِ لحاَو َباَتِك لا مممهممِّلَعم يَو َكِتاَياَء مِه يَلَع اومل تَ ي ممه نِّم ًلاومسَر مِهيِف ثَع باَو اَنَّ بَر

ِّكَزم يَو

مميِكَ لحا مزيِزَع لا َتنَأ َكَّنِإ مِهي

Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

19 Fadhlurrahman, Indeks Al-Qur’an, Bandung : Pustaka Hikmah, lLihat dalam software Holy

Qur'an.

20 HR Bukhari. Lihat Fath Al-Bary Juz 10 hal. 446. lihat pula Lisan Al-Arab Ibnu Mandzur hal.

345. dan Maktabah Syamilah.

21 Muhammad bin Shalih Utsaimin, Syarh Ats-Tsalastah Ushul, Mesir : Dar Ibn

(10)

Sedangkan Islam dalam arti khusus adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam bagi seluruh umat manusia.22 Pengertian yang lebih

komprehensif disebutkan oleh Mahmud Syalthut dalam Al-Islam, Aqidah wa Syari'ah, ia mendefinisikan Islam dengan “Dienullah (Agama Allah) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam yang berisi pokok pengajaran pada bidang ushul(dasar/pokok) maupun syariat, dan Nabi diperintahkan untuk menyampaikan kepada seluruh manusia dan menda'wahkannya.23

Dari sini dapat dipahami bahwa hukum Islam adalah hukum yang berdasarkan kepada nilai-nilai yang terkandung dalam Islam. Mengenai hal ini M. Daud Ali mengatakan “Hukum Islam adalah seperangkat tingkah laku yang mengatur tentang hubungan seorang manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya yang berasal dari Allah SWT”.24 Adapun Hasbi Ash-Shidieqy menyatakan bahwa hukum Islam adalah “Hukum-hukum yang bersifat umum dan kulli yang dapat diterapkan dalam perkembangan hukum Islam menurut kondisi dan situasi masyarakat dan masa.25

4. Perbedaan antara Syari’ah, Fikih, dan Hukum Islam

Dari pengertian syari'ah dan fikih yang telah dibahas sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki karakter masing-masing. Dilihat dari sumbernya maka syariah bersumber dari Allah SWT yaitu berupa Al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam. Sedangkan fikih bersumber dari para ulama dan ahli fikih yang telah menggali hukum-hukum yang berasal dari Al-Qur'an dan Hadist. Sementara dari segi obyeknya maka syariah objeknya meliputi bukan saja

22 Ibid, hal. 15.

23 Mahmud Syalthut, Al-Islam Aqidah Wa-Syari'ah, hal. 7.

24 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, hal. 40.

(11)

batin manusia akan tetapi juga lahiriyah manusia dengan Tuhannya (ibadah). Sedangkan fikih objeknya peraturan manusia yaitu hubungan lahir antara manusia dengan manusia serta manusia dengan makhluk lainnya. Perbedaan selanjutnya adalah mengenai sanksi ketika melanggarnya, syariah sanksinya adalah pembalasan Allah SWT di akhirat, sedangkan fikih Semua norma sanksinya bersifat sekunder yaitu negara sebagai pelaksana sanksinya.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa hukum Islam adalah aturan-aturan yang datang dari Allah SWT melalui perantara para rasul-Nya yang berupa hukum-hukum yang qath’i (syariah) dan juga yang bersifat dzanni yaitu fikih. Dengan kata lain hukum Islam adalah syariat Allah yang bersifat menyeluruh berupa hukum-hukum yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta hukum-huukm yang dihasilkan oleh para ahli hukum Islam dengan menggunakan metode ijtihad (fikih).

(12)

BAB III

PENUTUP

Dari pembahasan yang telah kami uraikan pada bab-bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan, bahwa:

1. Syari’ah merupakan isi yang sebenarnya dari wahyu (al-Qur’an dan al-Sunnah). Sedangkan fikih ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syariat Islam yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci. Hukum Islam adalah aturan-aturan yang datang dari Allah SWT melalui perantara para rasul-Nya yang berupa hukum-hukum yang qath’i (syariah) dan juga yang bersifat dzanni yaitu fikih.

2. Hukum islam lebih umum dari pada kedua kata lainnya, karena apabila berupa hukum-hukum qath’i dinamakan dengan syari’ah. Sedangkan bila berupa hukum yang dzanni maka dinamakan dengan fikih.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul hamid hakim, Al-Bayan, tt.

Amir Syarifuddin, Ushul Fikih, Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2009.

Fadhlurrahman, Indeks Al-Qur’an, Bandung : Pustaka Hikmah, dalam software Holy Qur'an.

Fathurrahman Jamil, Filsafat Hukum Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999.

Hasbi Ash-Shidieqy, Pengantar Hukum Islam, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra , 2001.

Ibnu Mandzur, Lisan Al-‘Arab , tt

Mahmud Syalthut, Al-Islam Aqidah Wa-Syari'ah, tt. Maktabah Syamilah.

Manna' Khalil Al-Qatan, At-Tasyri' Wa Al-Fikihi fi Al-Islam Tarikhan wa Manhajan, Mesir : Maktabah Wahbah, 2001.

Mohammad Daud Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, tt.

Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syarh Ats-Tsalastah Al-Ushul, Mesir: Dar Ibn Al-Jauzy, 2004.

M. Ali Hasan, Perbandingan Madzhab, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 1995.

M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah hukum Islam, Jakarta : PT Bulan Bintang, 1986.

Referensi

Dokumen terkait

Lepas dari khilaf dan segala kekurangan, penulis merasa sangat bersyukur telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Celebrity Endorser (Zaskia Sungkar Terhadap

1) Saya telah membaca lembar informasi pasien ini dan lembar persetujuan pasien dan telah mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, lama penelitian, efek dan resiko yang mungkin

[r]

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis

PT Sinas Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) akan menawarkan Obligasi Berkelanjutan II Smart Tahap III Tahun 2021 dengan jumlah pokok obligasi sebesar Rp 825 miliar.. Seri

stock ) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang digunakan dalam bekerjanya

NU sebagai organisasi keagamaan yang juga berkarakter sosial juga tidak ketinggalan dalam berjuang mempertahankan kedaulatan tanah air, ini terbukti ketika kolonial Belanda

Profile Matching merupakan suatau metode penelitian yang dapat digunakan pada sistem pendukung keputusan, proses penilaian kopentensi dilakukan dengan membandingkan antara