• Tidak ada hasil yang ditemukan

bab 2 BUAH MENGKUDU.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "bab 2 BUAH MENGKUDU.pdf"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

4 4 Mengkudu, Bahasa Jawa:

Mengkudu, Bahasa Jawa:  pace pace,, kemudukemudu,, kudu,kudu,  Aceh  Aceh keumeudeekeumeudee,,

Sunda

Sunda cangkuducangkudu, Madura, Madura kodhuk kodhuk , Bali, Bali tibahtibah, Sumatra, Sumatra Paramai,Paramai, NiasNias Makudu,

Makudu,  tergolong dalam famili  tergolong dalam famili Rubiaceae.Rubiaceae. Morinda citrifoliaMorinda citrifolia adalahadalah

mengkudu yang paling di kenal masyarakat luas. Nama lain untuk tanaman mengkudu yang paling di kenal masyarakat luas. Nama lain untuk tanaman ini adalah Noni

ini adalah Noni (bahasa Hawaii)(bahasa Hawaii), Nono, Nono (bahasa Tahiti)(bahasa Tahiti), Nonu, Nonu (bahasa(bahasa Tonga)

Tonga), ungcoikan, ungcoikan (bahasa Myanmar)(bahasa Myanmar)  dan Ach  dan Ach (bahasa Hindi)(bahasa Hindi). Mengkudu. Mengkudu merupakan tanaman tropis tinggi pohon bias mencapai 4-6 m (15-20 kaki), merupakan tanaman tropis tinggi pohon bias mencapai 4-6 m (15-20 kaki), karena penampilannya selalu hijau sepanjang tahun, ia tergolong tumbuhan karena penampilannya selalu hijau sepanjang tahun, ia tergolong tumbuhan

ever green

ever green. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel polygonal (persegi. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel polygonal (persegi

banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna merah banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna merah hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Daging buah tersusun dari hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk pyramid, berwarna coklat merah. Mengkudu buah-buah batu berbentuk pyramid, berwarna coklat merah. Mengkudu dikenal sebagai bahan pengobatan yang sangat popular di kawasan Asia dikenal sebagai bahan pengobatan yang sangat popular di kawasan Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik, dan Karibia. Semua bagian mengkudu Tenggara, Kepulauan Pasifik, dan Karibia. Semua bagian mengkudu digunakan secara luas untuk pengobatan (Bangun dan Sarwono, 2002).

digunakan secara luas untuk pengobatan (Bangun dan Sarwono, 2002).

Bahan baku untuk memproduksi jus buah mengkudu adalah buah Bahan baku untuk memproduksi jus buah mengkudu adalah buah mengkudu yang segar.

mengkudu yang segar. Bahan baku buah mengkudu tidak tergantung padaBahan baku buah mengkudu tidak tergantung pada musim sehingga dapat memperoleh bahan baku setiap waktu. Selain musim sehingga dapat memperoleh bahan baku setiap waktu. Selain ketersedian bahan baku, grading merupakan salah satu aspek penunjang ketersedian bahan baku, grading merupakan salah satu aspek penunjang proses produksi yang menentukan kualitas produksi. Penggolangan mutu proses produksi yang menentukan kualitas produksi. Penggolangan mutu buah mengkudu dapat dilihat pada Tabel 01 (Muarosungailolo, 2009).

(2)

Tabel 01. Penggolongan Mutu Buah Mengkudu

No Mutu Ciri-ciri

1. A Mulus, kulit masih utuh, bagian buah masih keras, Hijaunya maksimal 5% sedangkan putih kekuningan 95%, berat buah 3 buah/Kg

2. B Mulus, warna hijau maksimal 10% atau kulit telah putih semuanya dan bagian buah tidak lunak, berat buah 3 -10 buah/Kg.

3. C Hijau di atas 10% atau masih muda, bolong, bengkok, pecah, dan telah mengalami pematangan, berat buah lebih dari 10 buah/Kg.

Buah mengkudu mengandung berbagai senyawa yang penting bagi kesehatan. Hasil penelitian membuktikan bahwa buah mengkudu mengandung senyawa metabolit sekunder yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, selain kandungan nutrisinya yang juga beragam seperti vitamin A, C, niasin, tiamin dan riboflavin, serta mineral seperti zat besi, kalsium, natrium, dan kalium. Beberapa jenis senyawa fitokimia dalam buah mengkudu adalah terpen, acubin, lasperuloside, alizarin, zat-zat antrakuinon, asam askorbat, asam kaproat, asam kaprilat, zat-zat skopoletin, damnakantal, dan alkaloid. Kandungan nutrisi dalam 100 g buah mengkudu dapat dilihat pada Tabel 02 (Anon 1997 dalam Antara dan Pohan 2001).

(3)

Tabel 02. Kandungan nutrisi dalam 100 g buah mengkudu.

Jenis Nutrisi Jumlah

Kalori (kal) 167 Vitamin A (IU) 395,83 Vitamin C (mg) 175 Niasin (mg) 2,50 Tiamin (mg) 0,70 Riboflavin (mg) 0,33 Besi (mg) 9,17 Kalsium (mg) 325 Natrium (mg) 335 Kalium (mg) 1,12 Protein (g) 0,75 Lemak (g) 1,50 Karbohidrat (g) 51,67 B. Jus Buah

Sari buah mengkudu adalah ekstrak cairan dari buah mengkudu matang yang masih mengandung zat-zat aktif yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Zat itu dapat merangsang sistem kekebalan tubuh, mengatur fungsi sel, dan memperbaiki sel-sel rusak maupun abnormal. Jus mengkudu asli berwarna cokelat kemerahan. Jika warnanya telah berubah hitam pekat, jus tersebut telah kehilangan aktivitas bioligisnya dan tidak bermanfaat lagi. Proses pengolahan jus mengkudu menggunakan suhu kurang dari 490C. Pengolahan di atas 490C akan membuat zat-zat yang terkandung dalam mengkudu menjadi rusak. Secara umum pengolahan jus mengkudu yaitu sebagai berikut: (Bangun dan Sarwono, 2002).

1. Disediakan buah mengkudu yang sudah cukup tua (mengkal atau setengah matang) dengan kondisi buah masih keras.

2. Bersihkan dan cuci mengkudu dengan air, lalu tiriskan. 3. Buah mengkudu dibelah menjadi beberapa bagian.

(4)

4. Daging buah mengkudu dihancurkan dengan cara diblender.

5. Buah mengkudu yang telah menjadi bubur disaring sehingga diperoleh sari buah (jus) mengkudu murni yang berwarna cokelat kemerahan.

6. Sari buah mengkudu ditampung pada wadah khusus, misalnya baskom plastik.

7. Bau buah mengkudu bisa membuat orang muntah, karenanya bau itu harus dihilangkan. Cara menghilangkan baunya sebagai berikut:

a. Ditambahkan 1-2 sendok makan gula merah atau 1 sendok makan madu untuk setiap 1 liter sari buah mengkudu.

b. Sari buah mengkudu disimpan dalam wadah seperti gelas atau botol bermulut besar, tutup dengan kain bersih atau plastik.

c. Dibiarkan selama 2-7 hari pada suhu kamar (suhu normal). Selama itu, sari buah mengkudu mengalami proses fermentasi. Proses fermentasi yang terjadi adalah fermentasi nonalkoholik yang berlangsung secara aerob. Selama proses fermentasi ini senyawa-senyawa kimia penyebab bau busuk akan terurai, kemudian hilang. Meskipun menghilangkan bau, fermentasi tidak mempengaruhi khasiat senyawa yang terkandung di dalam mengkudu.

8. Setelah itu, sari buah mengkudu bisa dikemas atau langsung dikomsumsi.

9. Dari 8-14 kg buah mengkudu segar yang bermutu bagus, setelah diproses, dapat dihasilkan 1 liter sari buah mengkudu.

Produk sirup buah biasanya mengandung bahan-bahan pengawet kimia seperti blerang dioksida, asam benzoate atau asam sorbet (atau garam-garamnya) dan kadang-kadang gliserol, disamping gula dan

(5)

asam. Penguapan dari suatu sari buah yang kuat (pH 2,5-4) cenderung untuk membawa bahan ini relatif aman dari kerusakan mikroorganisme (Buckleet al., 1987).

Minuman sari buah memiliki spesifikasi tertentu menurut SNI. Hal-hal yang diujikan meliputi keadaan sari buah, bilangan formal, BTM, cemaran Logam, cemaran arsen dan cemaran mikroba. Syarat Mutu minuman sari buah menurut SNI 01-3719-1995 dapat dilihat pada Tabel 03 (Badan Standarisasi Nasional-BSN, 1995).

Tabel 03. Spesifikasi Persyaratan mutu N

o.

Jenis Uji Satuan Persyaratan

1. Keadaan 1.1 Aroma 1.2 Rasa -Normal Normal 2. Bilangan formal Ml NaOH 0,1 N/100 ml Min 7 3. BTM Pemanis Buatan Pewarna Tambahan Pengawet

-Sesuai dengan SNI 01-0222-1995

Sesuai dengan SNI 01-0222-1995 -Sesuai dengan SNI 01-0222-1995 Sesuai dengan SNI 01-0222-1995 4. Cemaran Logam 4.1 Tembaga (Cu) 4.2 Timbal (Pb) 4.3 Timah (Sn) 4.4 Raksa (Hg) 4.5 Seng (Zn) Mg/kg Mg/kg Mg/kg Mg/kg Mg/kg Maks. 5,0 Maks. 0,3 Maks. 40,0/250* Maks. 0,03 Maks. 5,0

5. Cemaran Arsen (As) Mg/kg Maks. 0,2

6. Cemaran Mikroba

6.1 Angka lempeng total

6.2 Bakteri bentuk coli 6.3 Escherichia coli 6.4 Staphylococcus auereus 6.5 Salmonella 6.6 Kapang 6.7 Khamir Koloni/ml  APM/ml  APM/ml Koloni/ml Koloni/25ml Koloni/ml Koloni/ml Maks. 2x102 Maks. 20 <3 0 Negatif Maks. 50 Maks. 50 Sumber: SNI 01-3719-1995.

(6)

C. Kandungan dan Khasiat Mengkudu

Menurut hasil penelitian, selain mengandung zat-zat nutrisi, mengkudu mengandung zat aktif, seperti terpenoid, antibakteri, scolopetin, anti kanker, xeronine dan proxeronine, pewarna alami dan asam (Bangun dan Sarwono, 2002).

1. Xeronine dan Proxeronine. Salah satu alkaloid penting yang terdapat di dalam buah mengkudu adalah xeronine. Buah mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine, tapi banyak mengandung bahan pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine dalam jumlah besar. Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya. Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein yang tidak aktif, mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif. Xeronine dari mengkudu bekerja secara kontradiktif. Pada penderita tekanan darah tinggi, xeronin menurunkan tekanan darah menjadi normal. Pada penderita tekanan darah rendah, mengkudu meningkatkan tekanan darah. Dengan kata lain, sari buah mengkudu berfungsi sebagai adaptogen, penyeimbang fungsi sel-sel tubuh.

2. Terpenoid. Zat ini membantu dalam proses sintesis organic dan pemulihan sel-sel tubuh.

3. Scolopetin. Senyawa scolopetin sangat efektif sebagai unsur anti peradangan dan anti-alergi. Scolopetin pada mengkudu adalah sejenis fitonutrien yang dapat mengikat serotonin, yaitu zat kimiawi yang penting di dalam tubuh manusia. Scolopetin berfungsi memperlebar saluran pembuluh darah yang mengalami penyempitan dan melancarkan peredaran darah sehingga jantung tidak perlu bekerja terlalu keras untuk

(7)

memompa darah. Dengan demikian tekanan darah menjadi normal. Meskipun demikian, scolopetin yang terdapat dalam buah mengkudu dapat berinteraksi sinergis dengan nutraceuticals  (makanan yang

berfungsi untuk pengobatan) lain untuk mengatur tekanan darah tinggi menjadi normal, tetapi tidak menurukan tekanan darah rendah yang sudah normal.

4. Zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling efektif melawan sel-sel abnormal.

5.  Asam. Asam askorbat yang terdapat di dalam buah mengkudu merupakan sumber vitamin C dan antioksidan yang hebat. Antioksidan bermanfaat menetrasir radikal bebas, yaitu partikel-partiker bebahaya yang terbentuk sebagai hasil samping proses metabolisme yang dapat merusak materi genetic dan sistem kekebalan tubuh. Mengkudu juga mengandung asam kaproat, asam kaprik, dan asam kaprilat. Asam kaproat dan asam kaprik inilah yang menyebabkan bau busuk yang tajam ketika buah mengkudu masak, sedangkan asam kaprilat membuat rasa buah tidak enak. Asam kaproat dan asam kaprik ini termasuk golongan asam lemak bebas.

6. Zat anti bakteri. Jurnal Pasific Scien  melaporkan bahwa mengkudu

mengandung bahan anti-bakteri yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah pencernaan jantung dan gangguan jantung. Senyawa antarakuinon yang banyak terdapat pada mengkudu dapat melawan bakteri Staphylococcus  yang menyebabkan infeksi pada jantung dan

bakteri Shigella  yang menyebabkan disentri. Zat aktif yang terkandung

(8)

Pseudomonas aeruginosa, Protens morganii, Stapholococcus aereus, Bacillus subtilis, dan Esccherichia coli.  Zat anti kanker ini juga dapat mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti Salmonellamontivideo, S. scotmuelleri, S. typhi, dan Shigella dusenteriae, S. flexnerii, S.  paradysenteriae, serta Stapholococcus aereus.

D. Jahe(Zingiber officinale) 

Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan. Tumbuhan penghangat badan ini dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan pada bentuk, ukuran, serta warna rimpangnya, yaitu: Jahe putih kecil, Jahe putih besar, dan Jahe merah (Alisha, 2011).

Kandungan kimia jahe dalam 100 gr adalah 8.6% prtotein, 6.4% lemak, 5.9% serat, 66.5% karbohidrat, 5.7% abu, kalsium 0.1%, fosfor 0.15%, besi 0.011%, sodium 0.03%, potassium 1.4%, vitamin A 175 IU/100 g, vitamin B1 0.05 mg/100 g, vitamin B2 0.13 mg/100 g, niasin 1.9 %, vitamin C 12 mg/100 g dan minyak atsiri 1-3%. Sifat khas jahe disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresinnya menyebabkan rasa pedas. Minyak atsiri dapat diperoleh atau diisolasi dengan destilasi uap dari rhizoma jahe kering. Ekstrak minyak jahe berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai kuning, berbau harum tetapi tidak memiliki komponen pembentuk rasa pedas. Komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingiberol. Oleoresin jahe banyak mengandung komponen pembentuk rasa pedas yang tidak menguap. Komponen dalam oleoresin jahe

(9)

terdiri atas gingerol dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri dan resin. Pemberi rasa pedas dalam jahe yang utama adalah zingerol. Sejak dulu Jahe dipergunakan sebagai obat, atau bumbu dapur dan aneka keperluan lainnya. Jahe dapat merangsang kelenjar pencernaan, baik untuk membangkitkan nafsu makan dan pencernaan. Hal ini dimungkinkan karena terangsangnya selaput lendir perut besar dan usus oleh minyak asiri yang dikeluarkan rimpang jahe. Minyak jahe berisi gingerol yang berbau harum khas jahe, berkhasiat mencegah dan mengobati mual dan muntah, misalnya karena mabuk kendaraan atau pada wanita yang hamil muda. Juga rasanya yang tajam merangsang nafsu makan, memperkuat otot usus, membantu mengeluarkan gas usus serta membantu fungsi jantung. Dalam pengobatan tradisional Asia, jahe dipakai untuk mengobati influenza, batuk, diare dan penyakit radang sendi tulang seperti artritis. Jahe juga dipakai untuk meningkatkan pembersihan tubuh melalui keringat (Koswara, 2005).

E. Pemanis

1)

Pemanis Alami

Pemanis alami adalah bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari bahan-bahan nabati maupun hewani. Macam-macam pemanis alami yaitu sukrosa, glukosa, fruktosa, dan lain-lain: (Simatupang, 2009).

a. Sukrosa

Sukrosa atau sakarosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Secara komersial gula pasir yang 99% terdiri atas sukrosa. Dibuat dari kedua vahan makanan tersebut melalui proses penyulingan. Gula merah yang banyak digunakan di Indonesia dibuat dari tebu, kelapa

(10)

atau enau, melalui proses penyulingan tidak sempurna. Gula Merah merupakan pemanis dengan warna coklat. Gula merah merupakan pemanis kedua yang banyak digunakan setelah gula pasir. Kebanyakan gula jenis ini digunakan untuk makanan tradisional, misalnya pada bubur, dodol, kue apem, dan gulali. Fungsi gula merah yaitu memberikan aroma, rasa manis, memberi warna coklat, dan sebagai pengawet.

b. Glukosa

Glukosa, dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup  jagung, sari pohon, dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu. c. Fruktosa

Fruktosa, dinamakan juga levulosa atau gula buah, adalah gula paling manis. Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa, C6H12O6, namun strukturnya berbeda. Susunan atom dalam

fruktosda merangsang jonjot kecapan pada lidah sehingga menimbulkan rasa manis.

2)

Pemanis Buatan

Pemanis buatan adalah senyawa hasil sintetis laboratorium yang merupakan bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan. Pemanis buatan tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Sebagaimana pemanis alami, pemanis buatan juga mudah larut dalam air. Beberapa pemanis buatan yang beredar di pasaran di antaranya adalah  Aspartam, sakarin, siklamat dan lain-lain (Simatupang, 2009).

(11)

3)

Struktur Pemanis Alami dan Pemanis Buatan

Berikut adalah tabel struktur dari masing-masing jenis

pemanis, yaitu contoh struktur pemanis alami dami dan buatan

(Simatupang, 2009).

.

Tabel 04. Struktur pemanis alami dan pemanis buatan

No Jenis Nama Struktur

1 Pemanis Alami Sukrosa

Glukosa

Fruktosa

2 Pemanis Buatan Aspartam

Sakarin

Siklamat

F. Arang Aktif

 Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar,  juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan

(12)

 jika terhadap arang tersebut dilakukan aktivasi dengan aktif faktor bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif (Sembiring dan Sinaga, 2003).

 Arang aktif dapat juga menyerap sebagian bau yang tidak dikehendaki dan mengurangi jumlah peroksida sehingga memperbaiki mutu. Daya pemucat arang lebih baik daripada activated clay , karena arang aktif

dapat menyerap zat warna. Daya adsorbsi arang aktif disebabkan karena arang mempunyai pori-pori dalam jumlah besar. Adsorbsi akan terjadi karena adanya perbedaan energi potensial antara permukaan arang dan zat yang diserap (Ketaren, 1986).

Luas permukaan arang aktif berkisar antara 300-3500 m2/g dan ini berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan arang aktif mempunyai sifat sebagai adsorben. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume poripori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-100% terhadap berat arang aktif. Arang aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu arang aktif sebagai pemucat dan sebagai penyerap uap.  Arang aktif sebagai pemucat, biasanya berbentuk powderyang sangat halus,

diameter pori mencapai 1000 Å, digunakan dalam fase cair, berfungsi untuk memindahkan zat-zat pengganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat pengganggu dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri baju. Diperoleh dari serbuk-serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah. Arang aktif

(13)

sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau pellet yang sangat keras diameter pori berkisar antara 10-200Å, tipe pori lebih halus, digunakan dalam fase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut, katalis, pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang mempunyai struktur keras. Proses pembuatan arang aktif terdiri dari tiga tahap yaitu dehidrasi, karbonisasi dan aktivasi yaitu sebagai berikut: (Sembiring dan Sinaga, 2003).

a. Dehidrasi: proses penghilangan air.

Bahan baku dipanaskan sampai temperatur 170 °C.

b. Karbonisasi: pemecahan bahan-bahan organik menjadi karbon.

Temperatur di atas 170°C akan menghasilkan CO, CO2 dan asam asetat.

Pada temperatur 275°C, dekomposisi menghasilkan tar, metanol dan hasil sampingan lainnya. Pembentukan karbon terjadi pada temperatur 400 . 600°C.

c. Aktivasi: dekomposisi tar dan perluasan pori-pori.

Dapat dilakukan dengan uap atau CO2 sebagai aktivator.

Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu sifat adsorben, sifat serapan, temperature, pH dan waktu kontak. Sifat serapan dijelaskan lebih lanjut mengenai factor-faktor daya adsorbs arang aktif, sebagai berikut: (Sembiring dan Sinaga, 2003).

1. Sifat Adsorben

 Arang aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing-masing berikatan secara kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif

(14)

bersifat non polar. Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang penting diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan agar menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Jumlah atau dosis arang aktif yang digunakan, juga diperhatikan.

2. Sifat Serapan

Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari sturktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan. Arang aktif dapat menyerap asam lemak bebas yang terbentuk oleh proses hidrolisa dan oksidasi.

3. Temperatur

Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk menyelidiki temperatur pada saat berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan umum yang bisa diberikan mengenai temperatur yang digunakan dalam adsorpsi. Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas termal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik

(15)

didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar atau bila memungkinkan pada temperatur yang lebih kecil.

4. pH (Derajat Keasaman)

Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu dengan penambahan asam-asam minreal. Ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.

5. Waktu Kontak

Bila arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang yang digunakan. Selain ditentukan oleh dosis arang aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel arang aktif untuk bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan yang mempunyai viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama.

G. Zeolit

Zeolit adalah senyawa alumino-silikat berhidrat dengan kation natrium, kalium, dan barium.Zeolit memiliki struktur molekul yang unik, yaitu atom silikon dikelilingi 4 atom oksigen sehingga membentuk semacam  jaringan dengan pola yang teratur.Secara kimia zeolit dapat ditulis dengan

rumus empirik M2/nO.Al2O3.ySiO2.wH2O, y adalah 2 atau lebih besar, n

adalah valensi kation, dan w melambangkan air yang terkandung di dalamnya. Strukutur zeolit adalah kompleks, yaitu polimer. Zeolit sebagai

(16)

katalis hanya mempengaruhi laju reaksi tanpa mempengaruhi kesetimbangan reaksi karena mampu menaikkan perbedaan lintasan molekuler dari reaksi yang terjadi. Katalis berpori dengan pori-pori yang sangat kecil akan memuat molekul-molekul kecil tetapi mencegah molekul besar masuk. Zeolit dapat menjadi katalis dengan tingkat transisi selektifitas atau dengan pengeluaran reaktan pada dasar diameter molekul. Zeolit mampu menjadi katalis asam dan dapat digunakan sebagai pendukung logam aktif atau sebagai reagen, serta dapat digunakan dalam katalis oksida. Zeolit juga sering disebut sebagai molecular sieve/molecular mesh (saringan molekular) karena

memiliki pori-pori berukuran molekular sehingga mampu memisahkan atau menyaring molekul dengan ukuran tertentu (Sembiring dan Sinaga, 2003).

H. Fermentasi

Proses fermentasi yang terjadi pada jus mengkudu adalah fermentasi nonalkoholik yang berlangsung secara aerob. Selama proses fermentasi ini senyawa-senyawa kimia penyebab bau busuk akan terurai, kemudian hilang. Meskipun menghilangkan bau, fermentasi tidak mempengaruhi khasiat senyawa yang terkandung di dalam mengkudu (Bangun dan Sarwono, 2002). Fermentasi nonalkoholik atau fermentasi asam laktat adalah pengubahan bahan baku berbentuk hancuran tanaman (dari daun atau buah) yang dilakukan asam laktat. Asam laktat yang dihasilkan dengan cara tersebut akan menurunkan nilai pH dari lingkungan pertumbuhannya dan menimbulkan rasa asam. Mikoroorganisme yang berperan pada fermentasi asam laktat dikenal dua kelompok yaitu homofermentatif dan heterofermentatif (Buckleet al., 1987).

(17)

Perubahan karakteristik fisik dan sensori pada jus mengkudu disebabkan oleh aktivitas enzimatis dan mikrobiologis. Aktivitas mikrobiologis menurunkan tingkat kekeruhan jus mengkudu selama fermentasi. Karakteristik fisik yang berubah selama fermentasi adalah pH dan total asam.  Aktvitas mikrobiologis akan menurunkan pH dan meningkatkan jumlah total

asam pada jus mengkudu (Titrajaya, dkk., 2003).

Total asam merupakan salah satu parameter dalam menentukan produk olahan asam. Kenaikan kadar total asam pada bahan pangan yang dihasilkan sejalan dengan menurunnya nilai pH (Widodo, 2008).

Beberapa mikroorganisme tidak dapat tumbuh selain dalam keadaan optimal kecuali bila disediakan nutrisi yang mencukupi. Bahan pangan pada umumnya cukup bergizi dan tidak nampak secara jelas adanya mikroorganisme spesifik sehubungan dengan tersedianya vitamin.Pada produk buah-buahan dimana secara keseluruhan cenderung untuk kekurangan vitamin dan terutama mudah dirusak oleh mikroorganime yang dapat mensintesa vitamin (Buckle et al., 1987).

I. Uji Organoleptik (Analisis Sensori)

Pengujian sensori atau pengujian dengan indra atau dikenal juga dengan pengujian organoleptik sudah ada sejak manusia mulai menggunakan indranya untuk menilai kualitas dan keamanan suatu makanan dan minuman. Pada produk pangan analisis sensori sangat penting, meskipun nilai gizinya sangat tinggi dan higienis, jika rasanya tidak enak maka nilai gizi dapat dapat tidak termanfaatkan karena tidak sesorangpun yang mengkomsumsinya. Pengujian sensori melibatkan manusia sebagai alat penentu hasil atau data yang diperoleh yang dinamakan Panelis. Panelis

(18)

terdiri dari panelis ahili (3-5 orang), panelis terlatih (15-25 orang), panel tidak terlatih (25 orang), panel konsumen (30-100 orang) panelis anak-anak (umur 3-10 tahun). Atribut sensori adalah karakteristik mutu suatu produk yang akan diuji, misalnya aroma, flavor, rasa, warna, kerenyahan, dan lain-lain (Setyaningsih, dkk., 2010).

Secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dalam penentuan mutu bahan pangan. Suatu bahan yang dinilai bergizi, enak dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya. Penerimaan warna suatu bahan berbeda-beda tergantung dari faktor alam, geografis, dan aspek sosial masyarakat penerima (Winarno, 2004).

Bau atau aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk diklasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu besar. Agar menghasilkan bau, zat harus bersifat menguap. Dua atau lebih bau dapat bercampur untuk saling menguatkan atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

Rasa berbeda dengan bau dan lebih banyak melibatkan panca indra lidah. Pengindraan cecapan dapat dibagi menjadi empat cecapan utama yaitu asin, asam, manis dan pahit. Rasa makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-kuncup cecapan yang terletak pada papilla yaitu bagian noda merah jingga pada lidah (Winarno, 2004).

Gambar

Tabel 01. Penggolongan Mutu Buah Mengkudu
Tabel 02. Kandungan nutrisi dalam 100 g buah mengkudu.
Tabel 03. Spesifikasi Persyaratan mutu N
Tabel 04. Struktur pemanis alami dan pemanis buatan

Referensi

Dokumen terkait

Karena yang menjadi penyebab timbulnya kejang adalah kenaikan suhu tubuh akibat infeksi seperti di telinga, saluran pernapasan, tonsil maka  pemeriksaan seperti angka

Dapat digunakan sebagai masukan bagi guru fisika dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas dengan menggunakan model pembelajaram inkuiri terbimbing untuk menarik minat

Hal ini cukup mudah dan dapat digunakan untuk identifikasi bila senyawa tersebut berasal dari tanaman yang kandungan senyawa kimianya telah banyak diketahui sehingga dengan

(1) Penilaian Barang Milik Daerah berupa tanah dan / atau bangunan dalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukan oleh Tim Internal yang ditetapkan oleh Kepala

menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, serta dapat menjawab kebutuhan mereka, bermutu, serta dapat menjawab kebutuhan mereka, oleh karena itu upaya peningkatan

dengan adanya Desa Gemba Raya telah menghimpun kawasan- kawasan desa yang awalnya terpencar menjadi terpusat ke dalam masing-masing desa. Dengan kondisi kawasan-kawasan

Dari uraian yang telah dikemukakan, novel Rahasia Meede layak untuk dikaji melalui studi poskolonial karena novel tersebut menyatakan ketegangan- ketegangan yang terjadi antara

Teori kedua menjelaskan bahwa infeksi HIV dikaitkan dengan peningkatan sirkulasi sitokin proinflamasi dan makrofag yang teraktivasi, dan akibat kebocoran sawar darah saraf