• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSUMSI PANGAN SUMBER IODIUM DAN GARAM DAPUR SERTA STATUS IODIUM SISWA SEKOLAH DASAR DI WILAYAH BARAT KABUPATEN BOGOR WITTRESNA JULIANTY S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSUMSI PANGAN SUMBER IODIUM DAN GARAM DAPUR SERTA STATUS IODIUM SISWA SEKOLAH DASAR DI WILAYAH BARAT KABUPATEN BOGOR WITTRESNA JULIANTY S"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

KONSUMSI PANGAN SUMBER IODIUM DAN GARAM

DAPUR SERTA STATUS IODIUM SISWA SEKOLAH

DASAR DI WILAYAH BARAT KABUPATEN BOGOR

WITTRESNA JULIANTY S

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan Garam Dapur serta Status Iodium Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Barat Kabupeten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bnetuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang ditebitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016 Wittresna Julianty S NIM I14120030

(4)
(5)

ABSTRAK

WITTRESNA JULIANTY S. Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan Garam Dapur serta Status Iodium Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Barat Kabupeten Bogor. Dibimbing oleh LEILY AMALIA FURKON.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsumsi pangan sumber iodium serta hubungannya dengan status iodium pada anak sekolah dasar. Desain penelitian ini berupa cross sectional study dengan subjek sebanyak 91 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pangan sumber iodium yang sering dikonsumsi subjek adalah telur ayam goreng, ikan, dan susu kental manis dengan rata-rata konsumsi sehari 41.05±46.59 gram. Rata-rata asupan iodium dari garam subjek sebanyak 126.27±106.66 µg sehari. Rata-rata asupan iodium total sehari subjek sebanyak 173.26±111.60µg, dengan sebagian besar tingkat kecukupan iodium subjek termasuk kategori cukup (78.02%). Status gizi subjek sebagian besar termasuk kategori normal, baik TB/U (68.13%) maupun IMT/U (89.01%). Median nilai analisis kadar Urinary Iodine Excretion (UIE) yang menunjukkan status iodium subjek dikategorikan cukup yaitu 199µg/L. Hasil uji Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan baik antara konsumsi iodium dari garam dengan status iodium subjek, maupun antara tingkat kecukupan iodium dengan status iodium (p<0.05).

Kata kunci: anak sekolah dasar, asupan iodium, garam, status iodium

ABSTRACT

WITTRESNA JULIANTY S. Food Consumption of Iodine Source and Household Salt with Iodine Status on Elementary Student in West Area of Bogor District. Supervised by LEILY AMALIA FURKON.

The objectives of this study were to analyze food consumption of iodine source and its correlation with iodine status. The design of this study was a cross sectional study with 91 students as a subject. The result showed that the iodine source that often consumed by subjects were egg, fish, and milk with average of 41.05±46.59 gram per day. The average of iodine intake from household salt was 126.27±106.66 µg per day. The average of total iodine consumption was 173.26±111.60 µg per day, with daily adequacy of iodine was categorized as adequate (78.03%). Nutritional status of subject both HAZ (68.13%) and BAZ (89.01%) was normal. The median of Urinary Iodine Excretion (UIE) was enough categorized in 199 µg/L. Spearman test results both for iodine intake from household salt and iodine daily adequacy had a significant correlation with iodine status of subject (p<0.05).

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

KONSUMSI PANGAN SUMBER IODIUM DAN GARAM

DAPUR SERTA STATUS IODIUM SISWA SEKOLAH

DASAR DI WILAYAH BARAT KABUPATEN BOGOR

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2016

(8)
(9)
(10)

Judul Skripsi : Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan Garam Dapur serta Status Iodium Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Nama : Wittresna Julianty S

NIM : I14120030

Disetujui oleh

Leily Amalia Furkon, S.TP, M.Si Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2016 ini adalah iodium, dengan judul Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan Garam Dapur serta Status Iodium Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Barat Kabupaten Bogor. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Leily Amalia Furkon, S.TP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, dosen pembimbing akademik dan ketua tim penelitian Promosi Gizi atas waktu, bimbingan, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr.Ir. Lilik Kustiyah, M.Si selaku moderator seminar dan dosen penguji atas waktu dan masukannya dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Keluarga tercinta: Sumisno (Ayah), Yani Riani (Ibu), Rabbil Dwi A

(Adik), Trianisa Juniar (Adik), Emih (Nenek), dan keluarga besar lainnya atas kasih sayang, dukungan, dan doa yang tiada hentinya kepada penulis di setiap waktu.

4. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi atas beasiswa Bidik Misi yang diberikan selama 8 semester.

5. Ibu dan Bapak kepala sekolah SDN Nanggung 1, SDN Cibodas 2, SDN Bojong Sempu 2, dan SDN Jasinga 7 atas dukungan dan kerjasama selama proses pengambilan data.

6. Teman-teman seperjuangan AKG49 khususnya Rahmita, Aldiza, Eka, Dewi Hapsari, Utari, Shofi, Dwikani, dan Alberigo atas bantuan, dukungan, semangat, dan motivasinya.

7. Teman-teman HIMAGIZI khususnya divisi Peduli Pangan dan Gizi 2013-2015 atas bantuan, dukungan, semangat, dan motivasinya.

8. Rekan-rekan tim penelitian Promosi Gizi yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan, semangat, dan motivasinya.

9. Seluruh dosen, tenaga kependidikan Departemen Gizi Masyarakat, seluruh teman-teman, kakak dan adik tingkat yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu atas kebersamaan dan semangat yang diberikan.

Penulis mohon maaf atas segala kekurangan ataupun kekhilafan yang penulis lakukan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dengan pahala dan kebaikan yang lebih besar. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2016

(13)
(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan 2 Hipotesis 3 Manfaat 3 KERANGKA PEMIKIRAN 4 METODE 6

Desain, Lokasi dan Waktu 6

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7

Pengolahan dan Analisis Data 8

Definisi Operasional 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Karakteristik Subjek 11

Karakteristik Ekonomi Keluarga Subjek 13

Pengetahuan Gizi Subjek 13

Status Gizi Subjek 14

Konsumsi Pangan Sumber Iodium 15

Tingkat Penggunaan Garam Dapur 17

Asupan dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Subjek 18

Status Iodium Subjek 20

Hubungan Antar Variabel 21

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23 Saran 24 DAFTAR PUSTAKA 24 LAMPIRAN 26 RIWAYAT HIDUP 28

DAFTAR TABEL

1 Jenis data, variabel, dan cara pengumpulan data 7

2 Pengkategorian jenis data 10

3 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik individu 12 4 Sebaran subjek berdasarkan pendapatan perkapita keluarga 13 5 Sebaran subjek berdasarkan tingkat pengetahuan gizi 14 6 Sebaran subjek berdasarkan status gizi (TB/U dan IMT/U) 15

(15)

7 Rata-rata frekuensi dan jumlah konsumsi pangan sumber iodium per

hari 16

8 Sebaran asupan iodium subjek berdasarkan FFQ 16 9 Sebaran subjek berdasarkan penggunaan garam beriodium 17 10 Sebaram subjek berdasarkan asupan iodium dari garam 18 11 Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan zat gizi subjek dalam sehari 18 12 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi 19 13 Sebaran subjek berdasarkan status iodium urin dari Urinary Iodine

Excretion (UIE) 21

14 Hubungan status gizi (TB/U) dan status iodium subjek 23

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran konsumsi pangan sumber iodium dan garam dapur serta status iodium siswa sekolah dasar di wilayah barat Kabupaten

Bogor 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji korelasi Spearman hubungan konsumsi iodium dari garam dan

tingkat kecukupan iodium 26

2 Uji korelasi Spearman hubungan konsumsi iodium dari garam dan

status iodium 27

3 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat kecukupan gizi dan status

gizi (TB/U) 27

4 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat kecukupan iodium dan status

iodium 27

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kekurangan zat gizi mikro masih menjadi masalah utama bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Iodium merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan untuk melakukan sintesis hormon tiroid yang berperan penting dalam regulasi sel selama siklus kehidupan. Kekurangan iodium dapat menyebabkan hypothyroidism selama periode perkembangan otak dan dapat menyebabkan dampak kegagalan pembentukan fungsi dan struktur otak yang permanen (Zimmermann 2008).Menurut Departemen Kesehatan RI (2004), iodium adalah mineral yang terdapat di alam baik di tanah maupun air dan merupakan zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk membentuk hormon tiroksin. Hormon tiroid, yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) sangat penting dalam menentukan perkembangan fisik dan mental yang normal pada hewan dan manusia, dalam pembentukan dan perkembangan otak, serta pengaturan temperatur tubuh. Iodium secara alami dapat diperoleh dari konsumsi berbagai jenis pangan yang kandungannya berbeda-beda dan dapat dipengaruhi oleh jenis tanah, air, dan juga pakan ternak. Sumber iodium lain dapat diperoleh dari garam dan air yang difortifikasi dengan iodium (Jayana 2013).

Menurut data WHO (2001), tercatat 130 negara di dunia mengalami masalah GAKI (Gangguan Akibat Kurang Iodium), termasuk Indonesia, dengan total populasi 2.2 milyar orang dan beresiko mengalami kerusakan otak. Hasil pemetaan GAKI secara nasional menunjukkan adanya penurunan prevalensi GAKI pada anak SD yaitu dari 27.7% pada tahun 1990 menjadi 9.8% pada tahun 1998, namun pada tahun 2003 kembali meningkat menjadi 11.1% sehingga secara umum GAKI masih dianggap sebagai masalah karena prevalensi kejadiannya masih diatas 5% yang merupakan ambang batas masalah kesehatan masyarakat di Indonesia (Bappenas 2004).

Pemerintah Indonesia sudah menerapkan kebijakan fortifikasi pada garam sejak tahun 1975 untuk mengurangi kekurangan iodium. Selain itu, pada tahun 2005 pemerintah menerapkan program Universal Salt Iodization (USI) dengan target cakupan garam iodium rumah tangga 90%. Akan tetapi program ini masih kurang sukses. Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa hanya 77.1% secara nasional, 68.6% di Jawa Barat, dan 62.1% di Kabupaten Bogor rumah tangga yang mengonsumsi garam dengan cukup iodium. Pencapaian ini masih jauh dari harapan untuk mengatasi GAKI di Indonesia.

Selain rendahnya iodium pada garam, terdapat faktor lain yang memungkinkan dapat mengakibatkan timbulnya GAKI yaitu tingkat konsumsi pangan, status gizi dan adanya zat goitrogenik pada makanan. Berdasarkan AUSNUT 2011-13 AHS Food Nutrient Database kelompok pangan dengan kandungan iodium yang tinggi adalah ikan (seafood), produk susu, dan garam yang fortifikasi. Konsumsi pangan tinggi iodium dapat meningkatkan asupan iodium yang akan mempengaruhi status iodium individu (Umesh Kapil & Preeti Singh 2003). Asupan iodium individu dapat berasal dari konsumsi makanan dan minuman sehari serta konsumsi garam, akan tetapi iodium yang berasal dari minuman pada umumnya jarang dikonsumsi. Asupan iodium sehari yang cukup

(17)

2

bagi anak usia sekolah adalah 120-150 µg (AKG 2013). WHO (2003) menyatakan bahwa untuk memenuhi kecukupan iodium sebaiknya konsumsi garam cukup iodium (kandungan iodium >30 ppm) tidak lebih dari 5 gram/kap/hari .

Status iodium merupakan gambaran keadaan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan iodium tubuh. Status iodium biasa ditentukan menggunakan nilai Urinary Iodine Excretion (UIE). Analisis nilai UIE merupakan metode biokimia yang paling sering digunakan untuk menilai status iodium, yaitu penilaian berdasarkan ekskresi iodium melalui urin baik dengan metode pengumpulan urin selama 24 jam maupun metode pengumpulan urin sewaktu. UIE merefleksikan asupan iodium harian karena umumnya kelebihan iodium dikeluarkan melalui urin dan hanya sedikit iodium yang dikeluarkan melalui feses. Menurut Nath et al. (1992) dalam Gibson (2005), lebih dari 90% kelebihan iodium dikeluarkan melalui urin.

Anak siswa sekolah dasar merupakan kelompok umur yang rentan terhadap kejadian GAKI yang akan berdampak pada proses pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu anak-anak seringkali kurang peduli terhadap pentingnya asupan iodium dalam jumlah yang cukup. Hal ini tidak terlepas dari pengetahuan dan kesadaran anak tentang pentingnya pemenuhan asupan iodium dari makanan dan garam beriodium. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas serta mengingat pentingnya peran iodium bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, peneliti tertarik menganalisis kebiasaan konsumsi pangan sumber iodium dan status iodium pada siswa sekolah dasar di wilayah barat Kabupaten Bogor.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian adalah :

1. Bagaimana pola konsumsi pangan sumber iodium dan tingkat konsumsi garam dapur pada subjek?

2. Bagaimana status iodium urin subjek? 3. Bagaimana status gizi subjek?

4. Bagaimana konsumsi pangan sumber iodium subjek?

5. Bagaimana hubungan antara tingkat kecukupan iodium dengan status iodium subjek dan status gizi subjek?

6. Bagaimana hubungan antara konsumsi garam dapur dan status iodium subjek?

7. Bagaimana hubungan status gizi dengan status iodium subjek?

Tujuan

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis konsumsi pangan sumber iodium serta hubungannya dengan status iodium pada siswa sekolah dasar di wilayah barat Kabupaten Bogor. Adapun yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik individu subjek (jenis kelamin, umur, uang saku) dan pengetahuan gizi subjek.

(18)

3 2. Menganalisis status gizi antropometri subjek.

3. Menganalisis status iodium subjek.

4. Menganalisis konsumsi pangan sumber (makanan dan garam) iodium pada subjek.

5. Menganalisis konsumsi pangan dan tingkat kecukupan iodium dan zat gizi lain pada subjek.

6. Menganalisis hubungan antara konsumsi garam beriodium dengan status iodium subjek.

7. Menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan iodium dan status iodium subjek dan status gizi subjek.

8. Menganalisis hubungan status iodium dengan status gizi subjek.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara konsumsi garam beriodium yang digunakan rumah tangga dengan status iodium subjek.

2. Terdapat hubungan antara tingkat kecukupan iodium dengan status iodium subjek.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran dan informasi bagi masyarakat dan pemerintah setempat tentang pentingnya memperhatikan konsumsi pangan sumber iodium dan penggunaan garam beriodium dalam rumah tangga serta pengaruhnya terhadap status iodium yang dapat mempengaruhi GAKI. Secara umum penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi banyak pihak yang berkepentingan dalam program perbaikan gizi masyarakat di Indonesia.

(19)

4

KERANGKA PEMIKIRAN

Konsumsi pangan subjek dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik ekonomi keluarga, karakteristik individu, dan pengetahuan gizi. Karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, dan uang saku, dapat menentukan preferensi untuk memilih makanan yang membentuk pola konsumsi pangan, termasuk konsumsi pangan sumber iodium. Demikian juga dengan karateristik sosial ekonomi serta pengetahuan gizi. Kondisi sosial ekonomi dapat mempengaruhi pemilihan makanan yang akan dikonsumsi serta penggunaan garam dalam rumah tangga.

Menurut Sulistyoningsih (2011), pendapatan keluarga akan menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih makanan yang baik. Selain konsumsi pangan, karakteristik ekonomi keluarga juga bisa mempengaruhi pengetahuan gizi yang berdampak pada konsumsi pangan. Pengetahuan gizi dapat mendukung praktik gizi yang akan menentukan jenis makanan apa yang akan dikonsumsi. Konsumsi pangan yang baik akan berbanding lurus dengan asupan zat gizi yang memadai dan akan memperbaiki pemenuhan kecukupan gizi.

Konsumsi pangan yang dianalisis terdiri atas konsumsi pangan sumber iodium dan konsumsi pangan sehari. Pola konsumsi pangan yang telah terbentuk dengan baik dengan dukungan faktor-faktor seperti karakteristik ekonomi keluarga, karakteristik individu, dan pengetahuan gizi akan memberikan pengaruh pada tingkat kecukupan zat gizi seperti energi, protein, lemak, karbohidrat, iodium, selenium, dan zat gizi lainnya. Konsumsi pangan sumber iodium subjek diperoleh dari FFQ yang menilai kebiasaan pangan subjek, sedangkan konsumsi pangan sehari subjek yang diperoleh dari recall 2x24 jam akan melihat asupan zat gizi subjek secara keseluruhan dalam satu hari.

Asupan dan tingkat kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat yang berasal dari konsumsi pangan akan mempengaruhi status gizi baik berdasarkan IMT/U maupun TB/U. Antara status gizi IMT/U dan juga TB/U terdapat keterkaitan yang saling mempengaruhi. Asupan dan tingkat kecukupan iodium dan selenium berasal dari konsumsi pangan sehari dan garam. Tingkat kecukupan iodium akan berpengaruh pada status gizi TB/U dan status iodium. Asupan iodium dari garam sendiri juga dapat mempengaruhi status iodium. Sama halnya dengan status gizi (TB/U) memiliki keterkaitan dengan status iodium, karena dengan status gizi yang baik seseorang cenderung memiliki pola makan yang sudah terbentuk dengan baik sehingga memiliki kebiasaan konsumsi yang baik dan berbanding lurus dengan baiknya status iodium. Status gizi (TB/U) memberikan gambaran pemenuhan gizi di masa lampau.

Singkatnya status iodium pada anak dapat dipengaruhi oleh asupan iodium yang berasal dari makanan dan penggunaan garam beriodium dalam rumah tangga. Asupan iodium ini akan mempengaruhi tingkat kecukupan iodium yang dapat dilihat dari Urinary Iodine Excretion (UIE) yang merepresentasikan status iodium subjek. Pola konsumsi pangan subjek ini dilihat dari jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh subjek dalam sehari. Penggunaan garam beriodium dilihat dari konsumsi garam beriodium yang biasa dipakai untuk memasak dalam rumah tangga yang kemudian dianalisis kandungan iodium garamnya secara

(20)

5 kuantitatif. Secara keseluruhan kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

= Variabel diteliti = Variabel tidak diteliti = Hubungan yang dianalisis = Hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pemikiran konsumsi pangan sumber iodium dan garam dapur serta status iodium siswa sekolah dasar di wilayah barat Kabupaten Bogor Kosumsi pangan  Konsumsi pangan sumber iodium  Konsumsi pangan sehari Tingkat kecukupan iodium, selenium

Kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat Karekteristik ekonomi keluarga Karakteristik contoh  Jenis kelamin  Umur

 Uang saku Pengetahuan gizi

siswa Asupan iodium

garam dan selenium

Status iodium (eksreksi iodium urin, EIU) Status gizi (TB/U dan IMT/U)

(21)

6

METODE

Desain, Lokasi dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pengumpulan data dan informasi dilakukan sekaligus pada suatu saat (point time approach) dan peneliti tidak memberikan intervesi apapun kepada subjek. Penelitian dilaksanakan di empat SD Negeri di empat kecamatan, di wilayah barat Kabupaten Bogor, Jawa Barat yaitu SDN Cibodas 2 Kecamatan Rumpin, SDN Bojong Sempu 2 Kecamatan Parung, SDN Nanggung 1 Kecamatan Nanggung, dan SDN Jasinga 7 Kecamatan Jasinga. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari hingga April 2016. Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan penelitian berjudul “Promosi Gizi untuk Meningkatkan Status Iodium Anak di Daerah Endemik GAKI di Wilayah Jawa Barat”. Penelitian sudah mendapatkan persetujuan komisi etik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro dengan nomor sertifikat 271/EC/FKM/2015.

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SD kelas 5 beserta orang tuanya, di SDN Cibodas 2 Kecamatan Rumpin, SDN Bojong Sempu 2 Kecamatan Parung, SDN Nanggung 1 Kecamatan Nanggung, dan SDN Jasinga 7 Kecamatan Jasinga, di wilayah barat Kabupten Bogor. Subjek dipilih secara purposive sampling terhadap semua siswa dan siswi keempat sekolah dasar di empat kecamatan tersebut. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa SD kelas 5.

2. Bersedia menjadi responden penelitian. 3. Di dalam satu keluarga hanya satu responden.

Perhitungan jumlah subjek minimal berdasarkan pada rumus untuk Cross Sectional Study menurut Lameshow et al (1997) yaitu:

𝑛 =

Dimana:

n = Besar sampel

z(1-α/2) = Tingkat signifikansi pada 95% (α = 0.05) =1.96

P = Prevalensi (cakupan) konsumsi garam beriodium rumah tangga di Kabupeten Bogor 62.1% (Riskesdas 2013)

d = presisi/ tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0.1) Berdasarkan rumus tersebut dengan signifikansi 95% (α = 0.05), prevalensi garam beriodium di Kabupeten Bogor 62.1% dan presisi 0.1 maka didapatkan jumlah minimal subyek yaitu sebanyak 91 siswa. Jumlah tersebut ditingkatkan menjadi 95 siswa dengan tujuan untuk meningkatkan ketepatan penelitian dan memperkirakan adanya drop out.

(22)

7

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer yang terdiri atas karakteristik subjek (umur, jenis kelamin, uang saku, status ekonomi keluarga), antropometri (tinggi dan berat badan), konsumsi pangan (Food Frequency Questionare dan food recall 2x24 jam), dan kadar iodium urin. Data karateristik subjek dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner yang telah diujicobakan sebelumnya. Data berat badan didapatkan dengan cara penimbangan menggunakan timbangan berat badan digital sedangkan data tinggi badan dilakukan dengan cara pengukuran menggunakan microtoise. Data status iodium didapatkan dari hasil analisis Urinary Iodine Excretion (UIE).

Kuesioner wawancara dimodifikasi dari Paramita (2013) yang disesuaikan dengan kebutuhan data pada penelitian ini serta telah diujicobakan sebelumnya. Nilai Urinary Iodine Excretion (UIE) diperoleh dengan mengumpulkan urin subjek. Sampel urin ini dianalisis lanjut untuk menentukan level iodium dan status iodium urin pada subjek. Urin dikumpulkan dengan metode pengumpulan sewaktu (on spot). Metode sewaktu dilakukan kepada semua subjek. Sampel urin kemudian disimpan dalam wadah kecil, disegel, dan diberi label sesuai dengan identitas/kode subjek. Sampel urin ini dikumpulkan pada waktu pagi hari. Urin yang sudah terkumpul dianalisis di Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan GAKI, Magelang – Jawa Tengah. Tabel 1 berikut ini merupakan daftar jenis dan cara pengumpulan data berdasarkan variabel yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 1 Jenis data, variabel, dan cara pengumpulan data

No. Jenis Data Variabel Cara Pengumpulan Data

1. Karakteristik ekonomi keluarga  Pendapatan keluarga subjek Wawancara terstruktur menggunakan kuesioner 2. Karakteristik subjek  Jenis kelamin

 Umur  Uang saku

Wawancara terstruktur menggunakan kuesioner 3. Pengetahuan gizi  Pengetahuan gizi

siswa

Wawancara terstruktur menggunakan kuesioner 4. Kebiasaan makan  Jenis dan jumlah

konsumsi pangan sumber iodium  Asupan dalam sehari  Konsumsi dan kandungan iodium garam

 Wawancara menggunakan kuesioner metode Semi

Quantitative - Food Frequency Questionare (SQ-FFQ) dan recall 2x24 jam  Metode titrimetri (kuantitatif) 5 Antropometri  Berat badan

 Tinggi badan

Pengukuran langsung

menggunakan timbangan injak dan microtoise

6 Status iodium  Kadar iodium urin Pengumpulan sampel urin sewaktu di pagi hari

(23)

8

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pengeditan (editing), pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data. Tahapan pengeditan dilakukan dengan cara pengecekan kelengkapan data, tahapan pengkodean (coding) dilakukan dengan cara menyusun code-book sebagai panduan pemasukan data dan pengolahan data. Data kemudian dimasukkan (entry) ke dalam tabel yang sudah ada. Setelah itu dilakukan pengecekan ulang (cleaning) untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam pemasukan data. Tahap terakhir adalah analisis data yang diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2010 dan Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 16.0.

Analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif, uji normalitas, dan uji korelasi Spearman. Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan cara analisis sebaran berdasarkan kategori data yang dilakukan terhadap data karakteristik subjek, pengetahuan gizi, status gizi, dan konsumsi pangan. Analisis korelasi dilakukan terhadap variabel asupan iodium dari garam, tingkat kecukupan iodium, dan status gizi dengan status iodium, serta antara variabel asupan iodium dari garam dan status gizi (TB/U) dengan tingkat kecukupan iodium. Analisis dilakukan dengan uji non-parametrik Spearman karena data tidak menyebar normal (p<0.05) berdasarkan uji normalitas Kolmogorov Smirnov.

Data pengetahuan gizi siswa ditentukan dengan memberikan poin pada setiap pertanyaan yang diajukan. Pengkategorian pengetahuan gizi mengacu pada Khomsan (2000) yaitu jika mendapat poin lebih dari 80 maka pengetahuan subjek termasuk ke dalam kategori baik. Apabila mendapat poin 60–80 maka pengetahuan gizi subjek termasuk ke dalam kategori sedang dan jika kurang dari 60 maka pengetahuan gizi subjek termasuk ke dalam kategori kurang.

Data pendapatan per kapita diperoleh dari penjumlahan pendapatan yang diperoleh oleh semua anggota keluarga yang sudah bekerja dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Pendapatan per kapita yang didapat digolongkan menjadi tiga tingkatan berdasarkan Puspitawati (2010) yaitu, termasuk keluarga miskin jika pendapatan per kapita <1 Garis Kemiskinan (GK), hampir miskin jika pendapatan per kapita 1GK–2GK dan menengah ke atas jika pendapatan per kapita >2GK. Data Garis Kemiskinan yang digunakan pada penelitian ini adalah Garis

Kemiskinan untuk Kabupaten Bogor bulan September tahun 2013 yaitu Rp 271 970,- (BPS 2013).

Data konsumsi pangan diperoleh dari hasil pengumpulan secara food recall 2x24 jam dan Semi Quantitative - Food Frequency Questionare (SQ-FFQ). Data konsumsi pangan dari metode food recall digunakan untuk menilai asupan zat gizi subjek dalam sehari, sedangkan metode SQ-FFQ digunakan untuk menilai kebiasaan konsumsi pangan sumber iodium subjek. Data konsumsi pangan dari metode food recall kemudian dikonversikan kedalam data asupan energi (kkal), protein (g), lemak (g), karbohidrat (g), iodium (μg), dan selenium (μg). Sedangkan data konsumsi pangan dari metode Semi Quantitative - Food Frequency Questionare (SQ-FFQ) dikonversi menjadi kebiasaan pangan sumber iodium dalam bentuk frekuensi makan pangan sumber iodium dalam sehari dan dihitung kandungan zat gizi mikro iodium (μg) dan selenium (μg).

(24)

9 Asupan energi dan zat gizi sehari dari food recall jam dihitung berdasarkan asupan gizi dari semua jenis makanan yang dikonsumsi dalam sehari, secara rata-rata dari pengumpulan data 2 hari (2x24jam). Asupan energi dan zat gizi dari masing-masing pangan dihitung dengan mengalikan jumlah konsumsi makanan (dalam gram) dengan kandungan gizi makanan yang terdapat dalam DKBM. Data asupan zat gizi tersebut kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG 2013) untuk mendapatkan data tingkat kecukupan gizi (TKG).

Data asupan iodium didapat dari penjumlahan asupan iodium yang berasal dari pangan-pangan sumber iodium dan garam beriodium. Asupan iodium diperoleh dengan melakukan pendekatan melalui rata-rata jenis dan jumlah pangan sumber iodium yang dikonsumsi sehari dalam satu ukuran takaran saji dikali dengan kandungan iodium dari bahan pangan yang mengacu pada AUSNUT 2011-13 AHS Food Nutrient Database. Hasilnya kemudian digolongkan ke dalam tiga kategori berdasarkan angka kecukupan iodium sehari kelompok umur subjek.

Data konsumsi pangan dari metode SQ-FFQ terdiri atas 16 jenis pangan sumber iodium yang kemudian dikonversikan menjadi kebiasaan asupan zat gizi mikro iodium (μg) dan selenium (μg) dalam bentuk frekuensi makan per hari. Frekuensi makan pangan sumber iodium dihitung berdasarkan rata-rata frekuensi makan masing-masing jenis pangan sumber iodium (16 jenis).

Berdasarkan rata-rata frekuensi makan pangan sumber iodium dalam sehari kemudian dihitung asupan zat gizi iodium (μg) dan selenium (μg) dari ke-16 jenis pangan sumber iodium dengan mengkalikan rata-rata frekuensi makan per hari, jumlah konsumsi makanan (dalam gram) dengan kandungan gizi (iodium dan selenium) bahan pangan yang mengacu pada AUSNUT 2011-13 AHS Food Nutrient Database.

Status gizi subjek dihitung berdasarkan data umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan subjek dengan parameter tinggi badan menurut umur (TB/U) dan indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) menggunakan software WHO Anthroplus 2007. Selain itu sampel garam diuji kandungan iodiumnya secara kuantitatif berdasarkan kandungan KIO3 dalam garam. Metode yang

digunakan dalam menganalisis kandungan KIO3 dalam garam adalah metode

titrimetri. Hasil analisis yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) yaitu rumah tangga dinyatakan mengonsumsi garam yang mengandung cukup iodium (>30 ppm KIO3).

Status iodium didapat dari interpretasi data hasil pengujian Urinary Iodine Excretion (UIE) di laboratorium. Interpretasi ini dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dengan median ekskresi iodium dalam urin yang dikategorikan menjadi enam status iodium.

Berikut adalah tabel pengkategorian jenis data dalam varabel-variabel data contoh yang digunakan dalam penelitian ini.

(25)

10

Tabel 2 Pengkategorian jenis data

No. Jenis Data Kategori

1. Karakteristik ekonomi keluarga (Puspitawati 2010)  Miskin (<Rp 271 970)  Hampir Miskin (Rp 271 970-543 940  Menengah ke atas (>Rp 543 940) 2. Pengetahuan gizi siswa

(Khomsan 2000)  Kurang: skor <60  Sedang : skor60-80  Baik : skor >80 3. Konsumsi Makan a. Asupan iodium (Gibney et al 2008)  Kurang < 120 µg/hr  Cukup 120-240 µg/hr  Lebih >240 µg/hr b. Tingkat kecukupan

energi dan protein (Depkes 1996)

 Defisit berat (<70% AKG)  Defisit sedang (70-79% AKG)  Defisit ringan (80-89% AKG)  Normal (90-119% AKG)  Kelebihan (≥120% AKG) c. Tingkat kecukupan

lemak

(Kemenkes 2014)

 Kurang (<20% energi dari lemak)  Cukup (20-30% energi dari lemak)  Berlebih (>30% energi dari lemak) d. Tingkat kecukupan

karbohidrat (Kemenkes 2014)

 Kurang (<45% energi dari karbohidrat)  Cukup (45-65% energi dari karbohidrat)  Berlebih (>65% energi dari karbohidrat) e. Tingkat kecukupan Iodium (Gibson 2005)  Cukup ≥77  Kurang <77 f. Tingkat kecukupan selenium (Gibson 2005)  Cukup ≥77  Kurang <77 4. Karakteristik subjek  Kurang <Rp 2 774

 Sedang Rp 2 774-7 182  Tinggi Rp 7 182 5 Penilaian antropometri TB/U (WHO 2007)  Sangat pendek<-3 SD  Pendek -3 ≤ z < -2  Normal -2 ≤ z ≤ +2 Penilaian antropometri IMT/U (WHO 2007)  Sangat kurus <-3 SD  Kurus -3 ≤ z < -2  Normal -2 ≤ z ≤ +1  Gemuk +1 < z ≤ +2  Obesitas >+2 6 Penilaian status iodium

urin subjek (Gibney et al 2008)  Defisit berat < 20 µg/L  Defisit sedang 20-49 µg/L  Defisit ringan 50-99 µg/L  Cukup 100-199 µg/L

 Lebih dari cukup 200-299 µg/L  Berlebih >300 µg/L

(26)

11

Definisi Operasional

Subjek adalah siswa SD kelas 5 di SDN Cibodas 2, SDN Nanggung 1, SDN

Bojong Sempu 2, dan SDN Jasinga 7, Kabupaten Bogor.

Karakteristik Ekonomi Keluarga Subjek adalah karakteristik ekonomi yang

dimiliki keluarga subjek berupa pendapatan keluarga yang mempengaruhi dalam pemilihan makanan sumber iodium dan penggunaan garam.

Pendapatan keluarga adalah penghasilan yang diterima oleh keluarga diperoleh

dari total penghasilan dari anggota keluarga yang bekerja.

Penggunaan garam adalah garam yang digunakan dalam keluarga yang

kemudian dianalisis kandungan iodium garamnya secara kuantitatif.

Pengetahuan gizi siswa adalah pengetahuan siswa terkait kandungan dan fungsi

zat gizi dalam makanan secara umum dan pangan sumber iodium.

Jenis Konsumsi Pangan adalah bermacam-macam jenis bahan pangan yang

dikonsumsi subjek.

Jumlah konsumsi pangan adalah total keseluruhan konsumsi pangan yang

dikonsumsi subjek dalam satu hari .

Konsumsi garam beriodium adalah konsumsi garam yang mengandung iodium

dalam satu hari.

Garam beriodium adalah garam dengan kandungan iodium sesuai anjuran SNI

yaitu 30-80 ppm dalam bentuk KIO3.

Asupan iodium adalah asupan iodium subjek yang berasal dari makanan dan

garam.

Tingkat kecukupan energi adalah persentase asupan energi subjek yang

dibandingkan dengan AKG energi (WNPG 2013).

Tingkat kecukupan iodium adalah persentase asupan iodium subjek yang

berasal dari makanan dan garam yang dibandingkan dengan AKG 2013.

Pangan sumber iodium adalah pangan selain garam yang mempunyai

kandungan iodium dan memenuhi minimal 10% AKG.

Status Iodium adalah interpretasi median nilai ekskresi iodium urin dari suatu

kelompok di suatu wilayah yang dikategorikan menjad 6 kategori: defisiensi tingkat berat, defisiensi tingkat sedang, defisiensi tingkat ringan, cukup, lebih dari cukup dan berlebih.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Subjek

Subjek dalam penelitian ini merupakan empat sekolah dasar di empat kecamatan di Kabupaten Bogor yaitu SDN Nanggung 01 Kecamatan Nanggung, SDN Jasinga 07 Kecamatan Jasinga, SDN Cibodas 02 Kecamatan Rumpin, dan SDN Bojong Sempu 02 Kecamatan Parung. Subjek merupakan siswa/i SD kelas 5 dan jumlah keseluruhan subjek adalah 91 anak. Pada awal pengambilan data subjek didapatkan 95 orang subjek yang menjadi subjek penelitian akan tetapi terdapat drop out subjek sebanyak 4 orang dikarenakan tidak hadir ketika pengambilan urin dan terdapat subjek yang memiliki orang tua yang sama. Karakteristik subjek yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari usia, jenis

(27)

12

kelamin, uang jajan, dan uang transport sehari. Karakteristik subjek secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik individu Karakteristik contoh Jumlah (n) Persentase (%) Usia 10 tahun 2 2.20 11 tahun 51 56.04 12 tahun 33 36.26 13 tahun 4 4.40 14 tahun 1 1.10 Total 91 100.00 Rata-rata ± SD 11.46±0.672 Jenis Kelamin Laki-laki 45 49.45 Perempuan 46 50.55 Total 94 100.00

Uang jajan per hari

Rendah <Rp.2774 5 5.49 Sedang Rp 2774-7182 78 85.71 Tinggi >Rp 7182 8 8.79 Total 91 100.00 Rata-rata ± SD 4 978±2 216 Uang Transport Ya 23 25.27 Tidak 68 74.73 Total 91 100.00

Tabel 3 menujukkan sebaran usia subjek cukup lebar, yaitu antara 10 dan 14 tahun. Sebagian besar contoh berusia 11 tahun dengan persentasi sebesar 56.04%. Masa sekolah atau masa kanak-kanak kedua berada pada rentang usia 10-12 tahun (Devi 2012). Berdasarkan jenis kelamin subjek antara perempuan dan laki-laki hampir seimbang dengan jumlah subjek laki-laki sebesar 49.45% dan perempuan 50.55%.

Uang saku atau uang jajan subjek dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang diterima subjek per hari yang digunakan untuk jajan di sekolah. Uang jajan subjek dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Berdasarkan rata-rata uang jajan dari subjek secara keseluruhan sebagian besar subjek memiliki uang jajan yang termasuk kategori sedang Rp 2 774-7 182 per hari yaitu 85.71%. Rata-rata uang jajan semua subjek sebesar Rp 4 978 ±2 216 per hari Pengelompokan uang transport dibedakan berdasarkan subjek yang mengeluarkan uang transport dan tidak untuk pergi ke sekolah. Hasilnya yaitu sebanyak 74.73% subjek tidak mengeluarkan uang transport untuk pergi ke sekolah. Adanya perbedaan penggunaaan uang transport ini dikarenakan jarak letak rumah subjek yang berbeda-beda; beberapa subjek bertempat tinggal yang jaraknya cukup jauh dari sekolah sehingga menggunakan jasa angkutan umum untuk pergi ke sekolah.

(28)

13

Karakteristik Ekonomi Keluarga Subjek

Karakteristik ekonomi keluarga subjek yang dianalisis pada penelitian diperoleh berdasarkan pendapatan selama satu bulan yang dihasilkan oleh seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Jumlah pendapatan keluarga dapat mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung terhadap kulaitas dan kuantitas makanan yang dibeli. Menurut FKM-UI tahun 2007 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa keluarga dengan pendapatan yang terbatas kemungkinan besar akan kurang dalam memenuhi kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya. Status ekonomi keluarga ditentukan berdasarkan pendapatan per kapita. Tabel 4 menunjukkan pendapatan per kapita keluarga subjek berdasarkan kategori garis kemiskinan.

Tabel 4 Sebaran subjek berdasarkan pendapatan perkapita keluarga Pendapatan per kapita/bulan Jumlah (n) Persentase (%)

Miskin (<Rp 271 970) 0 0.00

Hampir miskin (Rp 271 970-543 940) 4 4.40 Menengah ke atas (>Rp 543 940) 87 95.60

Total 91 100.00

Rata-rata ± SD Rp 2 900 411 ± 4 649 343.45 Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar status ekonomi keluarga subjek berada pada tingkat menengah ke atas dengan pendapatan per kapita>Rp543 940 per bulan yaitu sebesar 95.60%. Selain itu diketahui pula bahwa tidak terdapat subjek yang tergolong kedalam status ekonomi yang miskin. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dari segi pendapatan perkapita tidak terdapat permasalahan yang akan mempengaruhi konsumsi subjek. Menurut Sulistyoningsih tahun 2011 menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas. Rata-rata pendapatan keluarga subjek sebesar Rp 2 900 411± 4 649 343.45 per bulan. Tingginya rata-rata pendapatan keluarga subjek dapat disebabkan oleh adanya beberapa keluarga subjek yang memiliki pendapatan yang sangat tinggi. Penggolongan tersebut berdasarkan pada garis kemiskinan di kabupaten Bogor yaitu apabila pendapatan per kapita <Rp 271 970 per bulan maka keluarga tersebut tergolong miskin (BPS 2013).

Pengetahuan Gizi Subjek

Pengetahuan gizi subjek dalam penelitian ini terdiri dari 20 soal meliputi pengetahuan tentang gizi seimbang, makanan dan zat gizi terutama iodium, sumber zat gizi pada makanan, perilaku hidup bersih dan sehat, garam beriodium, dan akibat dari kekurangan zat gizi tertentu. Nilai pengetahuan gizi yang diperoleh merupakan penjumlahan dari skor jawaban benar dari pertanyaan yang diajukan. Skor yang diperoleh dibandingkan dengan kategori pendidikan gizi dan kemudian dikategorikan baik, sedang, atau kurang. Tabel 5 merupakan tingkat pengetahuan gizi subjek.

(29)

14

Tabel 5 Sebaran subjek berdasarkan tingkat pengetahuan gizi Pengetahuan Gizi Jumlah (n) Persentase (%)

Kurang (<60) 86 94.51

Sedang (60-80) 5 5.49

Baik (>80) 0 0.00

Total 91 100.00

Rata-rata ± SD 42.03 ± 11.38

Tabel 5 menujukkan bahwa sebagian besar pengetahuan gizi subjek berada pada kategori kurang sebesar 94.51%. Sedangkan sisanya berada pada kategori sedang sebesar 5.49%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan gizi subjek terutama mengenai iodium masih kurang. Rata-rata skor pengetahuan gizi subjek 42.03 ± 11.38.

Berdasarkan soal pengetahuan gizi yang diberikan kepada subjek hanya terdapat 6 soal yang berkaitan dengan garam beriodium memiliki persentase dijawab benar lebih dari 50% yaitu terkait dengan materi garam beriodium (52.75%), PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) (69.23%), susunan menu beragam,bergizi, dan berimbang (71.43%), buah sumber vitamin C (74.73%), sarapan (91.21%), dan menjaga berat badan normal (91.21%). Sedangkan untuk pengetahuan gizi dengan persentase dijawab benar paling rendah terkait dengan materi fungsi protein (4.49%) dan fungsi vitamin dan mineral (6.59%). Kurangnya pengetahuan gizi pada subjek dapat disebabkan oleh kurang terpaparnya informasi terkait gizi dan kesehatan.

Status Gizi Subjek

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier 2009). Status gizi dapat pula diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi (Beck 2011). Status gizi yang diteliti dalam penelitian ini adalah status gizi berdasarkan TB/U dan IMT/U. Menurut WHO (2007), pengukuran status gizi pada anak usia 5-19 tahun menggunakan idikator indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U), dan menurut Gibney et al (2008) status gizi pada anak sekolah usia 7-12 tahun dapat pula diukur dengan menggunakan indikator tinggi badan menurtut umur (TB/U). Perhitungan status gizi TB/U dan IMT/U pada subjek menggunakan aplikasi WHO anthroplus dengan data berat badan dan tinggi badan subjek.

Berdasarkan hasil yang didapatkan (Tabel 6) diketahui bahwa status gizi TB/U subjek sebagian besar berada pada kategori normal yaitu sebesar 68.13%. Subjek yang masuk ke dalam kategori pendek sebesar 21.98% dan sangat pendek sebesar 9.89%. Rata-rata status gizi subjek berdasarkan TB/U berada pada kategori normal yaitu -1.64±1,04 (-2 ≤ z ≤ +2). Status gizi berdasarkan TB/U dapat menggambarkan keadaan gizi masa sebelumnya yang berlangsung lama, sehingga dapat menggambarkan status gizi masa lalu. Anak dengan status gizi baik akan memiliki pertambahan tinggi badan yang sesuai dengan usianya, sebaliknya anak dengan status gizi yang kurang baik maka pertambahan tinggi badannya tidak sesuai dengan usianya.

(30)

15 Sebagian besar subjek (84.62%) memiliki status gizi berdasarkan IMT/U normal. Subjek yang termasuk dalam kategori sangat kurus sebesar 1.10%, kurus sebesar 6.59%, gemuk sebesar 4.40% dan obesitas sebesar 3.30%. Rata-rata status gizi subjek berdasarkan IMT/U berada pada rentang normal yaitu -0.66± 1,04 (-2 ≤ z ≤ +2).

Status gizi baik berdasarkan TB/U maupun IMT/U pada subjek menunjukkan rata-rata hasil yang normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa status gizi pada subjek baik meskipun terdapat beberapa anak yang pendek dan juga kurus serta gemuk. Menurut Almatsier (2009) kekurangan atau kelebihan gizi dalam jangka waktu yang panjang akan berakibat buruk pada kesehatan.

Tabel 6 Sebaran subjek berdasarkan status gizi (TB/U dan IMT/U) Status Gizi Jumlah (n) Persentase (%)

TB/U Sangat pendek (< -3 SD) 9 9.89 Pendek (-3 ≤ z ≤ -2) 20 21.98 Normal (-2 ≤ z ≤ +2) 62 68.13 Total 94 100.00 Rata-rata ± SD -1.64 ± 1,04 IMT/U Sangat kurus (< -3 SD) 1 1.10 Kurus (-3 ≤ z < -2) 6 6.59 Normal (-2 ≤ z ≤ +1) 77 84.62 Gemuk(+1 <z ≤ +2) 4 4.40 Obesitas ( >+2 SD) 3 3.30 Total 91 100.00 Rata-rata ± SD -0.66 ± 1.04

Konsumsi Pangan Sumber Iodium

Pangan adalah segala suatu yang berasal dari sumber daya hayati baik yang diolah maupun tidak yang diperuntukan sebagian makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan memperolah sejumlah zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Almatsier (2002) menyatakan bahwa makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh ataupun sebaliknya. Tujuan mengkonsumsi pangan dalam aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh (Cakrawati & Mustika 2012).

Iodium adalah salah satu zat gizi mikro yang tergolong ke dalam mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Iodium dibutuhkan oleh kelenjar normal tiroid untuk pertumbuhan dan perkembangan. Bahkan kekurangan iodium ringan dapat berdampak pada kecacatan pendengaran dan penurunan IQ pada anak (Remer et al. 2006). Menurut Departemen Kesehatan RI (2004), iodium adalah mineral yang terdapat di alam baik di tanah maupun air dan merupakan zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk membentuk hormon tiroksin.

Menurut Jayana (2013) Iodium secara alami dapat diperoleh dari konsumsi berbagai jenis pangan atau sumber iodium lain seperti garam dan air yang

(31)

16

difortifikasi dengan iodium. Penelitian ini merangkum pangan sumber iodium yang sering dikonsumsi oleh subjek menjadi 16 jenis pangan sumber iodium.Susu sapi cair dalam penelitian ini dimaksudkan kepada susu kotak cair ataupun susu murni, sedangkan susu bubuk merupakan susu bubuk kemasan yang komersial di pasaran. Berikut Tabel 7 merupakan frekuensi makan pangan sumber iodium subjek dalam satu hari beserta kandungan iodium dan selenium yang diperoleh dari AUSNUT 2011-13 AHS Food nutrient database.

Tabel 7 Rata-rata frekuensi dan jumlah konsumsi pangan sumber iodium per hari Jenis Pangan

Kandungan Iodium (µg/100 g)

Frekuensi (hari) Konsumsi/hari (gram)

Nasi goreng dengan telur 57.64 1.17 198.90

Roti tawar 33.86 0.92 44.09 Roti manis 28.77 1.14 60.93 Buncis 0.09 0.53 20.82 Ikan 26.17 1.92 52.73 Kerang 6.83 0.20 27.10 Kepiting 0.41 0.02 7.17 Sarden 2.62 0.51 15.19

Telur ayam rebus 29.72 0.90 46.87

Telur bebek rebus 0.33 0.01 5.02

Telur ayam goring 0.60 2.06 52.74

Kuning telur rebus 5.39 0.23 3.57

Susu sapi cair 12.48 0.30 53.85

Susu bubuk 2.11 0.25 2.92

Susu kental manis 13.76 1.76 36.64

Yoghurt 3.28 0.34 28.19

Rata-rata±SD 14.00±16.68 0.77±0.68 41.05±46.59

Rata-rata konsumsi pangan sumber iodium subjek sebesar 41.05±46.59 gram setiap harinya. Jenis pangan sumber iodium yang paling sering dikonsumsi adalah telur ayam goreng yaitu 2.06 kali dalam satu hari. Selain itu jenis pangan sumber iodium yang sering dikonsumsi dalam sehari yaitu ikan sebanyak 1.92 kali, susu kental manis 1.76 kali, dan nasi goreng telur 1.17 kali. Jenis pangan tersebut paling sering dikonsumsi dibandingkan dengan jenis pangan sumber iodium lainnya seperti kerang, kepiting, atau telur bebek rebus. Tingginya konsumsi beberapa jenis pangan sumber iodium karena ketersediaan pangan tersebut banyak dipasaran dan juga karena faktor kesukaan dari subjek.

Berdasarkan FFQ selain didapatkan kebiasaan makan subjek, dapat pula diketahui asupan iodium dari pangan sumber iodium yang biasa dikonsumsi subjek. Asupan iodium subjek dari data FFQ merupakan asupan iodium yang berasal dari pangan saja. Berikut tabel 8 merupakan asupan iodium subjek dari pangan sumber iodium yang biasa dikonsumsi.

Tabel 8 Sebaran asupan iodium subjek berdasarkan FFQ Asupan iodium/hari Jumlah (n) Persentase (%)

Kurang (<120 µg) 38 41.76

Cukup (120-240 µg) 23 25.27

Lebih (>240 µg) 30 32.97

Total 91 100.00

(32)

17 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa asupan iodium subjek dari pangan sumber iodium yang biasa dikonsumsi sebagian besar tergolong kurang yaitu 41.78%. Subjek yang tergolong cukup asupan iodium sebanyak 25.27%. Rata-rata asupan iodium dari pangan sumber iodium yang biasa dikonsumsi subjek adalah 224.07±229.56µg sehari, dan tergolong cukup. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil FFQ konsumsi pangan sumber iodium subjek dalam sehari sebagian besar belum dapat memenuhi angka kecukupan iodium yang dianjurkan. Akan tetapi berdasarkan rata-rata asupan iodium dari hasil FFQ sudah cukup yaitu 224.07 ± 229.56. Hal tersebut sama dengan hasil data recall 2x24 jam rata-rata asupan iodium termasuk kedalam kategori cukup yaitu 173.26±111.60 µg (Gibney et al. 2008). Anjuran asupan iodium untuk memenuhi kecukupan harian anak usia 10-14 tahun adalah 120-150 µg sehari (WNPG 2013).

Tingkat Penggunaan Garam Dapur

Selain dari makanan, sumber iodium lain adalah garam dan air yang difortifikasi dengan iodium (Jayana 2013). Menurut SUSENAS (2009) konsumsi garam masyarakat Indonesia adalah 5.7 gram/kap/hari hal ini melebihi anjuran dari WHO (2003) yang menganjurkan konsumsi garam kurang dari 5 gram/kap/hari untuk hidup sehat. Penggunaan garam iodium dalam rumah tangga dilakukan dengan mengambil sampel garam dapur yang digunakan kemudian sampel garam dianalisis secara kuantitatif. Garam yang dianalisis terdiri dari garam halus dengan 12 merk pasar dan garam bata dengan 8 merk pasar.Berikut Tabel 9 merupakan penggunaan garam beriodium subjek yang dikategorikan berdasarkan kandungan iodium dalam garam.

Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan penggunaan garam beriodium Kandungan iodium (KIO3) Jumlah (n) Persentase (%)

Kurang (<30 ppm) 71 78.02

Cukup (30-80 ppm) 20 21.98

Total 91 100.00

Rata-rata ± SD 22.46 ± 18.81

Hasil analisis garam dapur yang digunakan menunjukaan hanya sebanyak 21.98% garam rumah tangga yang cukup iodium, dan sebanyak 78.02% memiliki kandungan iodium <30 ppm yang termasuk kategori kurang. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kandungan iodium garam dapur yang digunakan subjek masih belum memenuhi anjuran >30ppm. Rata-rata kandungan iodium garam dapur subjek adalah 22.46±18.81 ppm. Rata-rata tersebut juga menunjukkan bahwa garam yang digunakan di rumah tangga subjek masih dibawah anjuran.

Berdasarkan kandungan iodium garam rumah tangga yang diperoleh melalui analisis secara kuantitatif dengan menggunakan metode titrimetri di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan GAKI, Magelang, Jawa Tengah, kemudian dilakukan konversi terhadap konsumsi iodium 5.7 gram/kap/hari yang berasal dari garam berdasarkan data SUSENAS (2009). Berikut tabel 10 merupakan sebaran asupan iodium sebjek dari garam.

(33)

18

Tabel 10 Sebaram subjek berdasarkan asupan iodium dari garam Asupan iodium garam/hari Jumlah (n) Persentase (%)

<120 µg 59 64.84

120-240 µg 22 24.18

>240 µg 10 10.99

Total 91 100.00

Rata-rata ± SD (µg) 126.27 ± 106.66

Berdasarkan rata-rata konsumsi masyarakat Indonesia 5.7 gram/kap/hari dikalikan dengan kandungan iodium garam hasil analisis kuantitatif dan diperoleh rata-rata asupan iodium dari garam 126.27± 106.66 µg/kap/hari. Asupan iodium dari garam subjek ini menyumbang 72.9% dari asupan iodium sehari subjek. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa asupan iodium dari garam subjek dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan iodium dalam sehari subjek walaupun konsumsi garam tergolong dalam kategori lebih dari anjuran tetapi kandungan iodium garam yang dikonsumsi subjek sebagian besar masih <30 ppm.

Asupan dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Subjek

Konsumsi pangan merupakan data yang terkait dengan jumlah dan jenis makanan yang dimakan. Data konsumsi pangan ini berisi tentang apa dan berapa yang dimakan oleh seseorang atau kelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu (Hardinsyah & Martianto 1992). Asupan zat gizi subjek diperoleh dengan mengkonversi konsumsi pangan subjek yang diperoleh dengan metode recall 2x24 jam ke dalam kandungan zat gizi dalam hal ini meliputi energi, protein, lemak, karbohidrat, iodium dan selenium. Berikut Tabel 11 adalah rata-rata asupan dan tingkat kecukupan subjek.

Tabel 11 Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan zat gizi subjek dalam sehari Zat gizi Rata-rata asupan ± SD Rata-rata tingkat

kecukupan ± SD Energi (kkal) (%) 1631±647.88 79.00±31.66 Protein (gram) (%) 38.50±19.18 76.41±38.46 Lemak (gram) (%) 54.12±38.41 23.60±16.86 Karbohidrat (gram) (%) 305.04±445.83 59.15±87.03 Iodium total (µg) (%) 173.26±111.60 143.47±93.63 Iodium garam (µg) (%) 126.27 ± 106.66 104.67±89.24 Iodium makanan (µg) (%) 46.99 ± 28.40 38.8±23.74 Selenium (µg) (%) 45.21±26.09 222.76±131.27

Berdasarkan asupan yang diperoleh dapat diukur tingkat kecukupannya dengan membandingkan asupan aktual terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang kemudian disesuaikan berdasarkan karakteristik jenis kelamin dan usia subjek. Hasil persentasi tingkat kecukupan yang diperoleh subjek kemudian digolongkan kedalam beberapa kategori. Tingkat kecukupan zat gizi dalam hal ini meliputi tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, tingkat kecukupan karbohidrat, tingkat kecukupan iodium, dan tingkat kecukupan selenium. Berikut Tabel 12 adalah tingkat kecukupan zat gizi subjek.

(34)

19 Tabel 12 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi

Tingkat kecukupan gizi Energi Protein

N % n % Defisit berat 42 46.15 47 51.65 Defisit sedang 8 8.79 7 7.69 Defisit ringan 8 8.79 6 6.59 Normal 12 13.19 7 7.69 Lebih 21 23.08 24 26.37 Total 91 100.00 91 100.00

Tingkat kecukupan gizi Lemak Karbohidrat

n % n %

Kurang 47 51.65 44 48.35

Normal 22 24.18 32 35.16

Lebih 22 24.18 15 16.48

Total 91 100.00 91 100.00

Tingkat kecukupan gizi Iodium Selenium

n % n %

Kurang 20 21.98 6 6.59

Cukup 71 78.02 85 93.41

Total 91 100 91 100.00

Tabel 12 menunjukkan bahwa tingkat kecukupan zat gizi makro subjek yang terdiri dari energi, protein, lemak, karbohidrat, serta kecukupan zat gizi mikro subjek yaitu iodium dan selenium. Tingkat kecukupan energi subjek sebagian besar tergolong defisit berat yaitu sebesar 46.15%. Akan tetapi meskipun sebagian besar tingkat kecukupan energi subjek termasuk kategori defisit berat, terdapat cukup banyak subjek dengan tingkat kecukupan energi yang lebih yaitu sebesar 23.08%. Hal ini sama dengan tingkat kecukupan protein subjek yang sebagian besar defisit berat yaitu sebesar 51.65%, dan terdapat pula subjek dengan kategori lebih sebesar 26.337%. Subjek dengan tingkat kecukupan energi dan protein yang normal sebanyak 13.19% dan 7.69% masing-masing. Tabel 11 menunjukkan rata-rata asupan energi subjek dalam sehari adalah 1631±647.88kkal, sedangkan untuk asupan protein adalah 38.50±19.18 gram. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa asupan energi dan protein ini masih dibawah anjuran (AKG 2013) kecukupan energi untuk anak usia 10-14 tahun yaitu 2050-2400 kkal sehari, dan protein sebesar 50-60 gram sehari.

Menurut Devi (2012), kekurangan energi pada anak sekolah akan menghambat semua aktivitas jasmani, berpikir, serta aktivitas yang terjadi di dalam tubuh sendiri. Jika hal tersebut terus berlanjut, maka anak akan tampak kurus karena persediaan lemak tubuhnya akan terpakai sebagai sumber energi. Sedangkan kekurangan protein pada anak sekolah dapat mnyebabkan terganggunya pertumbuhan mengingat peran protein yang berperan sebagai agen pembangun dan pengatur dalam tubuh.

Tingkat kecukupan lemak dan karbohidrat dihitung berdasarkan acuan Kemenkes (2014) yang menyatakan tingkat kecukupan lemak cukup apabila energi dari konsumsi lemak menymbang 20-30%, sedangkan untuk karbohidrat sebesar 45-65%. Berdasarkan hal tersebut dapat terlihat dari Tabel 12 yang menunjukkan tingkat kecukupan lemak subjek sebagian besar termasuk kategori kurang yaitu sebesar 51.65% dengan rata-rata asupan (Tabel 11) 54.12±38.41

(35)

20

gram. Sama halnnya dengan tingkat kecukupan karbohidrat subjek sebagian besar termasuk kategori kurang yaitu sebesar 48.35% dengan rata-rata asupan (Tabel 11) 305.04±445.83 gram. Akan tetapi cukup banyak subjek dengan tingkat kecukupan lemak dan karbohidrat yang termasuk kategori normal yaitu masing-masing 24.18% dan 35.16%.

Menurut Devi (2012), jika anak sekolah kekurangan lemak dalam jangka waktu yang lama, maka akan menyebabkan persediaan lemak dalam tubuh berkurang dan tubuh menjadi kurus. Kekurangan lemak jenis tertentu seperti asam lemak omega 6 dan asam lemak omega 3 dapat menyebabkan pertumbuhan menurun, penurunan kemampuan kognitif, dan menurunnya perkembangan kognitif. Menurut Muchtadi (2009) kekurangan karbohidrat dan lemak tersebut dapat berdampak pada kurangnya persediaan energi dalam tubuh karena salah satu fungsi karbohidrat dan lemak sebagai penyedia energi.

Tingkat kecukupan zat gizi mikro seperti iodium dan selenium contoh dikategorikan cukup apabila ≥77% AKG dan kurang apabila <77% AKG (Gibson 2005). Menurut AKG 2013 kecukupan iodium untuk usia 10-14 tahun adalah 120-150 µg sehari sedangkan selenium adalah 20-30 µg sehari. Asupan iodium sehari subjek berasal dari makanan yang dikonsumsi dan garam.

Tabel 12 menunjukkan tingkat kecukupan iodium dan selenium subjek sebagian besar termasuk kategori cukup yaitu masing-masing 78.02% dan 93.41%. Asupan iodium subjek seperti tercantum dalam Tabel 11 berasal dari makanan dan garam dengan asupan iodium terbanyak berasal dari garam yaitu 126.27± 106.66µg sedangkan asupan iodium dari makanan hanya sekitar 46.99 ± 28.40 µg. Rata-rata asupan iodium total sehari subjek sebanyak 173.26±111.60 µg sedangkan untuk selenium sebanyak 45.21±26.09 µg. Tingginya rata-rata asupan iodium hingga 173.26±111.60 µg dapat disebabkan oleh tingginya konsumsi garam subjek dalam sehari denagn sumbangan asupan iodium mencapai 72.9% dari asupan iodium total. Menurut Gibson (2005) asupan iodium dan asupan selenium subjek sebagian besar sudah tergolong cukup memenuhi kecukupan sehari karena asupannya sudah ≥77%.

Status Iodium Subjek

Status iodium merupakan gambaran keadaan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan iodium tubuh. Status iodium biasa ditentukan menggunakan nilai Urinary Iodine Excretion (UIE). Analisis nilai UIE merupakan metode biokimia yang paling sering digunakan untuk menilai status iodium untuk menentukan ekskresi iodium melalui urin baik 24 jam maupun urin sewaktu. Urinary Iodine Excretion (UIE) merefleksikan konsumsi iodium harian karena lebih dari 90% kelebihan asupan iodium dikeluarkan melalui urin dan hanya sedikit iodium yang dikeluarkan melalui feses (Nath et al. 1992 dalam Gibson 2005). Status iodium subjek dalam penelitian ini dinilai dengan menggunakan metode analisis iodium urin sewaktu. Metode analisis sewaktu merupakan metode pangambilan urin pada satu titik waktu tertentu dan biasanya dilakukan pada waktu pagi hari. Seperti halnya dalam penelitian ini pengambilan urin subjek diambil pada waktu waktu pagi hari. Berikut Tabel 13 merupakan status iodium urin subjek dari hasil UIE.

(36)

21 Tabel 13 Sebaran subjek berdasarkan status iodium urin dari Urinary Iodine

Excretion (UIE)

Status iodium Jumlah (n) Persentase (%)

GAKI Berat (<20 µg/L) 0 0.00 GAKI Sedang (20-49 µg/L) 1 1.10 GAKI Ringan (50-99 µg/L) 5 5.49 Tidak Defisiensi (>100 µg/L) 84 93.41 Total 94 100.00 Rata-rata ± SD 182 ± 56.44 µg/L Median 199 µg/L

Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa sebagian besar status iodium subjek berdasarkan hasil Urinary Iodine Excretion (UIE) termasuk kedalam kategori tidak defisiensi sebanyak 93.41%. Rata-rata kandungan iodium dalam urin subjek adalah 182±56.44 µg/L. Tingginya kandungan iodium dalam urin subjek dapat disebabkan oleh tingginya asupan iodium subjek yang pada penelitian ini kontribusi terbanyaknya dari garam. Hasil analisis UIE dilihat nilai mediannya untuk mengetahui secara keseluruhan status iodium subjek. Nilai median UIE dari keseluruhan subjek adalah 199 µg/L. Hasil median tersebut menunjukkan bahwa status iodium urin subjek termasuk kedalam kategori cukup (Gibney el al. 2008).

Anak-anak usia sekolah rentan terhadap defisiensi iodium. Pada usia ini anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga perhatian terhadap tingkat kecukupannya terhadap zat gizi terutama iodium yang berperan penting dalam proses tumbuh kembang memerlukan perhatian khusus. Seperti yang kita ketahui pula GAKI dapat berpengaruh terhadap penurunan daya tahan tubuh melawan penyakit, tingkat kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ), produktivitas rendah, bahkan cacat fisik maupun mental serta gangguan pertumbuhan (Riskesdas 2013).

Hubungan Antar Variabel

Konsumsi Iodium dari Garam Dapur dan Tingkat Kecukupan Iodium

Hasil uji korelasi Spearman untuk konsumsi iodium dari garam dengan tingkat kecukupan iodium menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.05). Hubungan antara konsumsi iodium dari garam dapur dan tingkat kecukupan iodium tersebut menunjukkan hubungan yang positif yang berarti peningkatan konsumsi iodium dari garam dapat mempengaruhi peningkatan tingkat kecukupan iodium. Hal ini sejalan dengan penelitian Umesh Kapil dan Preeti Singh (2003), yang menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi garam yang mengandung cukup iodium dapat membantu memenuhi tingkat kecukupan iodium harian seseorang.

Konsumsi Iodium dari Garam Dapur dan Status Iodium

Hasil uji korelasi Spearman untuk konsumsi iodium dari garam dengan Urinary Iodine Excretion (UIE) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.05). Hubungan antara konsumsi iodium dari garam dapur dan Urinary Iodine Excretion (UIE) tersebut menunjukkan hubungan yang positif yang berarti peningkatan asupan iodium dari garam dapat mempengaruhi peningkatan Urinary

(37)

22

Iodine Excretion (UIE). Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dengan mengkonsumsi pangan sumber iodium dalam hal ini garam yang mengandung iodium dapat mempengaruhi status iodium subjek yang dilihat dari nilai eksresi iodium urinnya. Hal ini sejalan dengan penelitian Umesh Kapil dan Preeti Singh (2003), yang menunjukkan adanya penurunan prevalensi GAKI dengan adanya program fortifikasi iodium pada garam. Penilaian prevalensi GAKI tersebut dilihat dari nilai eksresi iodium urin pada subjek yang merupakan subjek penelitian. Oleh karena itu konsumsi iodium dari garam dapat mempengaruhi status iodium.

Tingkat Kecukupan Iodium dan Status Gizi (TB/U)

Hasil uji korelasi Spearman untuk tingkat kecukupan iodium dengan status gizi (TB/U) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.05). Tingkat kecukupan iodium yang digunakan dalam uji korelasi spearman ini merupakan bentuk kategorik yaitu kategori tingkat kecukupan iodium subjek. Hubungan antara tingkat kecukupan iodium dengan status gizi (TB/U) tersebut menunjukkan hubungan yang positif yang berarti peningkatan tingkat kecukupan iodium dapat mempengaruhi meningkatnya status gizi (TB/U) menjadi lebih baik. Dengan demikian, dapat diketahui terpenuhinya kecukupan iodium berhubungan dengan status gizi (TB/U) subjek yang menjadi lebih baik, karena subjek dengan tingkat kecukupan iodium yang cukup memiliki status gizi (TB/U) yang baik.

Menurut Remer et al. (2006), iodium merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh terutama berperan dalam pembentukan hormon tiroid yang berperan terutama dalam pertumbuhan dan perkembangan serta peningkatan fungsi otak. Kurangnya asupan iodium dalam jangka panjang dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan yang salah satunya ditandai oleh stunting atau pendek. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan antara tercukupinya tingkat kecukupan iodium dengan status gizi (TB/U). Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa selain asupan iodium dalam memperbaiki status gizi (TB/U) harus tetap memperhatikan asupan zat gizi lain yang berperan dalam pertumbuhan tulang seperti kalsium, zat besi, vitamin A, dan lain-lain (Jayana 2013).

Tingkat Kecukupan Iodium dan Status Iodium

Hasil uji korelasi Spearman untuk tingkat kecukupan iodium dengan status iodium urin dariUrinary Iodine Excretion (UIE) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.05). Hubungan antara tingkat kecukupan iodium dengan status iodium urin tersebut menunjukkan hubungan yang positif yang berarti peningkatan tingkat kecukupan iodium dapat mempengaruhi meningkatnya status iodium urin menjadi lebih baik. Dengan demikian, dapat diketahui terpenuhinya kecukupan iodium dapat mempengaruhi peningkatan status iodium urin subjek, karena subjek dengan tingkat kecukupan iodium yang cukup memiliki status iodium yang baik. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan terpenuhinya kecukupan iodium seseorang akan mempengaruhi kadar eksresi iodium urin (Umesh Kapil dan Preeti Singh 2003).

Terpenuhinya tingkat kecukupan iodium subjek berasal dari konsumsi makanan sehari subjek dan juga konsumsi garam yang mengandung iodium subjek yang bisa meningkatkan asupan iodium sehingga tingkat kecukupan iodium subjek meningkat. Selain itu faktor yang mempengaruhi signifikansi

(38)

23 hubungan antara tingkat kecukupan iodium dan status iodium urin adalah tidak adanya gangguan pada asupan selenium subjek.

Status Gizi (TB/U) dan Status Iodium

Hasil uji korelasi Spearman untuk status gizi (TB/U) dengan status iodium urin menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa status gizi (TB/U) atau tinggi badan menurut umur yang baik tidak selalu diikuti dengan status iodium yang baik ataupun sebaliknya. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian Rusnelly (2006) dalam Jayana (2013) yang menunjukkan bahwa status gizi dan kejadian GAKI tidak berpengaruh signifikan. Status gizi (TB/U) merupakan gambaran status gizi dalam jangka waktu yang panjang, status gizi (TB/U) terbentuk dari pola konsumsi dan kecukupan zat gizi di masa lalu, sehingga zat gizi yang berperan tidak hanya satu zat gizi melainkan interaksi antara berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh yang terjadi dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, hasil uji hubungan menghasilkan hubungan yang tidak signifikan antar status gizi (TB/U) dan status iodium urin subjek, karena terpenuhinya salah satu zat gizi tidak dapat mencerminkan baiknya status gizi. Berikut merupakan cross tabel keterkaitan antara status gizi (TB/U) dengan status iodium subjek.

Tabel 14 Hubungan status gizi (TB/U) dan status iodium subjek

Status Gizi (TB/U)

Status Iodium GAKI Sedang (20-49 µg/L) GAKI Ringan (50-99 µg/L) Tidak Defisiensi (>100 µg/L) Total Sangat pendek (< -3 SD) 0 0 9 9 Pendek (-3 ≤ z ≤ -2) 3 0 17 20 Normal (-2 ≤ z ≤ +2) 2 1 59 62 Total 5 1 85 91

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek merupakan siswa SD kelas 5 di empat sekolah Wilayah Barat Kabupaten Bogor yang berusia 10-14 tahun dengan jenis kelamin tersebar merata antara laki-laki dan perempuan, dengan uang jajan sedang (Rp 2 774-7 182) serta pendapatan per kapita keluarga sebagian besar menengah ke atas. Pengetahuan gizi subjek sebagian besar kurang (94.51%). Status gizi TB/U dan IMT/U subjek sebagian besar normal, hanya 9 orang anak yang sangat pendek, dan 1 orang yang sangat kurus. Rata-rata kebiasaan konsumsi pangan sumber iodium sehari subjek sebesar 41.05 gram, dengan telur ayam goreng yang paling sering dikonsumsi. Kandungan iodium yang digunakan keluarga subjek sebagian besar masih kurang dari 30 ppm. Tingkat kecukupan energi dan protein subjek sebagian besar masih defisit berat, sama halnya dengan lemak dan karbohidrat yang sebagian besar masih termasuk kategori kurang, sedangkan untuk tingkat kecukupan iodium dan

Gambar

Gambar 1 Kerangka  pemikiran  konsumsi  pangan  sumber  iodium  dan  garam  dapur  serta  status  iodium  siswa  sekolah  dasar  di  wilayah  barat  Kabupaten Bogor  Kosumsi pangan  Konsumsi  pangan sumber iodium  Konsumsi pangan sehari Tingkat kecukupan
Tabel 1 Jenis data, variabel, dan cara pengumpulan data
Tabel 2 Pengkategorian jenis data
Tabel 3 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik individu
+7

Referensi

Dokumen terkait

PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAWA TENGAH.

File ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan ketika program client dijalankan dengan terlebih dahulu mengisi password untuk menjalankan fungsi ini, sehingga tidak sembarang

Hal ini disebabkan karena sebagian besar wilayah perbatasan Indonesia dengan negara lain berupa perairan laut dimana sumberdaya yang cukup dominan di wilayah tersebut

Metode ini sampai sekarang berkembang menjadi teori bahwa hukuman adalah merupakan metode (meskipun bukan metode yang terbaik) bagi pendidikan anak. Ajaran dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari rendemen dan komposisi proksimat (air, abu, protein, dan lemak) daging belut segar dan setelah proses penggorengan juga

[r]

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu usaha mengumpulkan, menyusun, dan menginterprestasikan data kemudian menelitinya,