Merancang Kegiatan Promosi Kesehatan Dengan Menilai Keterampilan Manajerial Mahasiswa Melalui
Performance Based Assessment
Herman Kurniawan
Bagian Promosi Kesehatan FKIK UNTAD Abstrak
Promosi kesehatan merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan, walaupun saat ini keterampilan tersebut belum menjadi sebuah kompetensi kritis di hampir semua institusi pendidikan tenaga kesehatan. Kendala utama yang sering dihadapi dalam menilai mahasiswa terkait keterampilan ini adalah metode yang digunakan. Keterbatasan waktu yang dimiliki sering kali tidak memungkinkan pengajar untuk dapat menilai secara objektif. Sehingga dengan menggunakan metode penilaian performance based assessment, pengajar dapat menyajikan kasus yang memiliki otentisitas yang hampir sama dengan kondisi yang nyata di lapangan sehingga mahasiswa dapat melatih keterampilannya dalam merancang kegiatan promosi kesehatan. Sedangkan untuk instrumen penilaiannya, pengajar dapat menggunakan rating scale dengan item-item penilaian yang memuat setiap komponen keterampilan manajerial promosi kesehatan, yang dimulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, aktualisasi kegiatan, pengawasan dan pengendalian, serta evaluasi dan pelaporan.
Kata kunci: keterampilan manajerial, perancangan, promosi kesehatan,
Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 61-71 Artikel VIII
PENDAHULUAN
“Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health. It is a positive concept emphasising personal, social, political, and institutional resources, as well as physical capaties”. Selanjutnya
dijelaskan pula bahwa promosi kesehatan mewakili proses sosial dan politik secara komprehensif, bukan hanya dalam bentuk
tindakan memperkuat
keterampilan dan kemampuan secara individual saja, tetapi juga
tindakan yang dapat
memunculkan adanya perubahan kondisi sosial, lingkungan, dan
ekonomi sehingga
memungkinkan orang untuk
meningkatkan status
kesehatannya baik secara
individu maupun
kelompok/masyarakat.
Dalam Ottawa Charter for
Health Promotion tersebut juga
mengidentifikasi tiga strategi dasar yang diperlukan dalam promosi kesehatan, yaitu: 1)
advokasi untuk kesehatan, dalam
rangka menciptakan kondisi yang sesuai dalam meningkatkan status kesehatan, 2) mendukung setiap orang untuk mencapai potensi kesehatan mereka secara maksimal, dan 3) mediasi antara
berbagai unsur dalam
masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka tak dapat dipungkiri bahwa promosi
kesehatan merupakan salah satu jenis keterampilan (skill) yang harus dimiliki oleh seorang
tenaga kesehatan. Selama
menjalani proses pendidikan seorang calon tenaga kesehatan
diajarkan untuk mampu
memperkenalkan dan
mengajarkan nilai-nilai kesehatan secara positif baik kepada individu, kelompok, maupun masyarakat dalam lingkup yang lebih luas.
Walaupun di sebagian institisi pendidikan kesehatan keterampilan ini belum menjadi sebuah kompetensi kritis, akan tetapi bidang kerja seorang
tenaga kesehatan banyak
bersentuhan dengan ruang publik dan masalah-masalah sosial di masyarakat sehingga kompetensi ini nantinya akan sangat menunjang dalam profesinya nanti.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya dalam
Ottawa Charter for Health Promotion, bahwa ada tiga
strategi dasar dalam melakukan
promosi kesehatan yaitu
advokasi, dukungan, dan mediasi
sehingga banyak segi
keterampilan yang diperlukan oleh seorang calon tenaga
kesehatan, salah satu
diantaranya adalah keterampilan manajerial yaitu keterampilan untuk mengelola suatu kegiatan promosi kesehatan mulai dari melakukan identifikasi masalah hingga melakukan evaluasi serta menyusun laporan kegiatan.
Pertanyaannya kemudian
adalah, bagaimana kita
mengetahui bahwa seorang calon tenaga kesehatan tersebut benar-benar telah mampu untuk menerapkan keterampilan terkait promosi kesehatan tersebut?. Masih sulit bagi pengajar untuk mengukur sampai sejauh mana
pencapaian keterampilan
manajerial tersebut, kecuali bila mahasiswa telah melakukan kegiatan yang bersifat aplikatif di lapangan. Namun hal ini baru bisa terjadi apabila mahasiswa telah berada di tahun terakhir dari masa studinya atau apabila ada keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan - kegiatan yang bersifat ekstrakurikuler semacam bakti sosial, walaupun dengan cara tersebut penilaian kemampuan individual secara objektif masih sulit untuk dilakukan.
PEMBAHASAN
Untuk menilai kompetensi mahasiswa terkait keterampilan
(skill) manajerial tidaklah
sederhana, penilaian tersebut harus bersifat objektif karena akan berpengaruh pada mutu lulusan tenaga kesehatan yang
nantinya akan terjun ke
masyarakat. Sebagaimana kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan penilaian mahasiswa
(student assessment) merupakan
suatu tahapan dalam pendidikan
yang dijalankan untuk
mengevaluasi pencapaian belajar mahasiswa yang dilakukan baik sebelum, sedang atau sesudah proses belajar dilakukan.
Tahapan ini ditujukan untuk, menentukan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk
dicapai, mengukur
perkembangan mahasiswa dari waktu ke waktu, mengidentifikasi
kesulitan yang dihadapi
mahasiswa, memberikan
feedback, mengevaluasi
keefektifan proses belajar, memotivasi mahasiswa, standard
setting, dan melakukan quality
control di masyarakat.2
Dalam
konsep lain, penilaian
(assessment) merupakan suatu
proses pengumpulan informasi yang digunakan untuk membuat
keputusan terkait dengan
mahasiswa, kurikulum, dan program, serta kebijakan dalam pendidikan.3
Untuk menentukan
metode penilaian yang sesuai maka ada beberapa tahap yang harus dilalui.3 tahapan tersebut meliputi:
1. Menentukan target belajar yang ingin dicapai,
2. Memastikan bahwa teknik penilaian tersebut sesuai dengan target belajar yang ingin dicapai,
3. Memastikan bahwa teknik penilaian yang dipilih sesuai
dengan kebutuhan
mahasiswa,
4. Jika memungkinkan, dapat
menggunakan indikator
performa yang beragam
untuk setiap target belajar, dan
5. Memastikan bila ingin
Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 63-71 Artikel VIII
penilaian akan mudah diukur. Dalam menentukan proses metode penilaian yang sesuai meliputi:4
1. Mengidentifikasi tujuan instruksional,
2. Mengukur kebutuhan belajar mahasiswa,
3. Menyediakan arahan/instruksi yang relevan,
4. Mengukur sesuai learning
outcome yang ingin dicapai,
dan
5. Penggunaan hasil penilaian. Dengan melalui tahapan
dalam proses tersebut,
diharapkan penilaian tersebut akan memenuhi pronsip-prinsip :
1. Kejelasan dalam
menspesifikasikan hal-hal
apa saja yang secara
prioritas ingin dinilai,
2. Sebuah prosedur penilaian seharusnya dipilih karena
alasan kesesuaiannya
dengan karakteristik item atau performa yang ingin diukur,
3. Penilaian secara
komprehensif membutuhkan prosedur yang beragam,
4. Penggunaan prosedur
penilaian yang tepat
memerlukan penentuan
batasan.
5. Penilaian bukan berarti "sampai di situ saja” tetapi merupakan suatu awal yang penting dalam rantai proses pendidikan.
Berdasarkan pemaparan diatas terlihat bahwa hal pertama yang paling penting dalam
menentukan metode penilaian
yang sesuai adalah
mengidentifikasi tujuan belajar
(learning objective) yang ingin
dicapai. Spesifikasi dalam hal
tersebut akan membantu
pengajar untuk dapat
menentukan cara yang sesuai
untuk mengukur kemampuan
mahasiswa sehingga dalam
penerapannya terdapat relevansi antara item-item pengukuran dengan learning objective tersebut. Dalam kaitannya dengan penilaian keterampilan manajerial promosi kesehatan keterampilan manajerial yang ingin dicapai sebagai learning
objective meliputi keterampilan
mahasiswa dalam menyusun
perencanaan, melakukan
pengorganisasian kegiatan,
melaksanakan kegiatan,
pengawasan dan pengendalian, serta evaluasi dan pelaporan.
Ada enam keterampilan
manajerial inti yang harus dimiliki dalam promosi kesehatan atau yang lebih dikenal dengan Core
Skill in Health Promotion Project
(CSHPP) meliputi: 1)
keterampilan untuk
menginformasikan kepada kader kesehatan masyarakat tentang temuan hasil evaluasi, 2)
mengakses respon kader
kesehatan di masyarakat tentang
data kesehatan, 3)
mengidentifikasi strategi
pengelolaan kegiatan untuk mendukung dan memfasilitasi
promosi kesehatan, 4)
strategi yang sesuai, 5) melaksanakan strategi promosi kesehatan, 6) serta melakukan
monitoring dan evaluasi
keefektifan dari penerepan strategi tersebut dalam kerangka organisasi.5
Dalam penyusunan
kemampuan yang lebih terperinci, maka keterampilan manajerial promosi kesehatan yang ingin
dicapai mencakup sebagai
berikut:6
a. Keterampilan menyusun
perencanaan meliputi :
Mampu melakukan analisis situasi dan identifikasi masalah
Mampu menentukan tujuan kegiatan
Mampu menentukan
prioritas kegiatan
Mampu melakukan analisis kekuatan dan kelemahan (analisis SWOT)
Mampu menuangkan
rencana kegiatan dalam
bentuk pembuatan
Rencana Kerja
Operasional atau Plan of
Action (POA)
b. Keterampilan
pengorganisasian kegiatan meliputi:
Mampu menyusun struktur organisasi kegiatan
Mampu menganalisis jalur koordinasi baik secara internal maupun eksternal organisasi
Mampu melakukan analisis
job description
Mampu melakukan analisis
staffing
c. Keterampilan
mengaktualisasikan kegiatan meliputi:
Mampu mendeskripsikan metode promosi kesehatan yang digunakan
Mampu mendeskripsikan bentuk komunikasi yang digunakan baik dengan staf maupun dengan audience
Mampu menentukan
strategi promosi kesehatan yang akan digunakan
d. Keterampilan melakukan
pengawasan dan
pengendalian Meliputi:
Mampu menyusun bentuk-bentuk pengawasan dan
pengendalian yang
digunakan
Mampu menyusun item-item yang diawasi dan
dikendalikan sesuai
perencanaan
e. Keterampilan mengevaluasi
dan menyusun laporan
kegiatan meliputi:
Mampu menyusun bentuk -bentuk evaluasi yang digunakan
Mampu menyusun item -item yang di evaluasi
Mampu mengukur
persentasi kegiatan
promosi kesehatan
(Ragpie Program Matrix)
Mampu menyusun laporan kegiatan promosi
kesehatan secara sistematis.
Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 63-71 Artikel VIII
antara learning objective dengan metode penilaian yang dipakai, dapat berpatokan pada piramida penilaian Miller.7sebagaimana yang tampak pada Gambar 1 dibawah ini:
Gambar 1 Piramida Penilaian
Untuk mengukur
keterampilan promosi kesehatan
sebagaimana disebutkan
sebelumnya, bukan hanya
sampai pada batas knows dan
knows how saja, akan tetapi
sudah mencapai tahap
menunjukkan cara (shows how) dan melakukan (does), sehingga bentuk penilaian yang sesuai adalah dengan penilaian dalam bentuk aplikasi langsung baik dengan langsung turun ke lapangan atau praktek di
kelas/laboratorium dengan
menggunakan kasus tertentu.
Adapun instrumen
penilaian yang dipakai sesuai
dengan level tujuan dan
kompetensi yang ingin dicapai
adalah sebagaimana dalam
Tabel 1 berikut ini:7
Tabel 1
Kategori Instrumen Penilaian dan Contohnya
Assesment Category Representative instruments Written Assesments Essay
Short Answer Questions Completion Question Multiple Choise Questions (MCQs)
Extended Matching Items (EMIs)
Modified Essay Questions (MEQs)
Patient Management Problems (PMPs)
Progress Test Dissertation Report Clinical/Practical Assesments Long Cases
Practical Examinations Spot Examination
Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Objective Structured Practical Examination (OSPE) Objective Structured Long Examinationn Record (OSLER) Group Objective Structured Clinical Examination (GOSCE) Observation Tutor’s report
Checklists Rating Scales Patient report Portfolio and Other Records of
Performance
Logbooks Portfolios Procedural Logs Peer and Self-Assessment Peer report
Self-report
Untuk menilai
keterampilan manajerial
mahasiswa dalam tahapan
melakukan sendiri (does)
memang akan sangat efektif apabila mahasiswa langsung
mengaplikasikannya dalam
bentuk praktek langsung di lapangan dengan terjun ke
masyarakat, akan tetapi
sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya adalah pada
sebagian besar institusi
pendidikan hal itu baru dapat dilihat apabila mahasiswa telah
berada pada tahun akhir
perkuliahan atau manakala mereka terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti bakti sosial. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan tersendiri bagi pengajar
untuk menilai keterampilan tersebut secara objektif. Maka sebagai jalan keluar adalah dengan menggunakan metode
Performance Based Assessment
(PBA). Melalui metode PBA ini,
pengajar dapat/menilai
kemampuan manajerial
mahasiswa secara objektif dengan memberikan kepada
mereka contoh kasus atau
skenario yang sudah dirancang sebelumnya sehingga mendekati kondisi nyata yang ada di masyarakat. Bentuk-bentuk PBA
yang digunakan pun bisa
beragam baik melalui essay test,
oral presentation, case
management, atau laporan
(report).
PBA sesuai untuk aplikasi
pengajaran kasus-kasus
berstruktur sederhana seperti
identifikasi masalah,
pengumpulan data,
pengorganisasian, integrasi, dan evaluasi informasi.4 PBA juga dapat diterapkan untuk mata ajar yang memiliki learning outcomes dalam bentuk kreasi benda (tulisan atau lukisan), atau oral maupun performa secara fisik (misalnya presentasi dan penggunaan instrumen).
Untuk menilai
keterampilan manajerial tersebut, mahasiswa dapat diberikan kasus atau skenario dalam bentuk yang se-otentik mungkin sehingga mendekati kondisi nyata. Kasus tersebut bisa dalam berbagai setting di mas
yarakat baik individu, kelompok, maupun masyarakat luas. Kasus-kasus kesehatan yang ditampilkan bisa dalam bentuk tertulis (written) maupun dengan memperlihatkan video, kemudian berdasarkan kasus tersebut mahasiswa diminta untuk mengelola sebuah kegiatan promosi kesehatan mulai dari merencanakan sampai dengan tahap terakhir penyusunan laporan. Seluruh tahapan yang dilakukan oleh mahasiswa dapat dibuat dalam bentuk tertulis dengan merincikan setiap aspek pengelolaan, kemudian hasil tersebut dipresentasikan di kelas. Sedangkan untuk instrumen penilaian bagi pengajar itu sendiri dapat menggunakan rating scale
atau checklist dengan
menyertakan item-item
keterampilan manajerial promosi kesehatan sebagai kriteria ukurnya.
Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 61-71 Artikel VIII
Instrumen penilaian dengan menggunakan rating scale :
Petunjuk: berilah tanda cek ( √ ) pada salah satu kolom skala
5 = sangat baik 4 = baik
3 = cukup 2 = kurang
1 = sangat kurang
No. Keterampilan Skala Catatan
1 2 3 4 5
1 Menyusun perencanaan
a. Mampu melakukan analisis situasi dan identifikasi masalah
b. Mampu menentukan tujuan kegiatan c. Mampu menentukan prioritas kegiatan d. Mampu melakukan analisis kekuatan dan
kelemahan (analisis SWOT)
e. Mampu menuangkan rencana kegiatan dalam bentuk pembuatan Rencana Kerja Operasional atau Plan of Action (POA) Total = ...
2 Pengorganisasian kegiatan :
a. Mampu menyusun struktur organisasi kegiatan
b. Mampu menganalisis jalur koordinasi baik secara intern maupun ekstern organisasi c. Mampu melakukan analisis job
description
d. Mampu melakukan analisis staffing Total = ...
3 Aktualisasi kegiatan :
a. Mampu mendeskripsikan metode promosi kesehatan yang digunakan
b. Mampu mendeskripsikan bentuk komunikasi yang digunakan baik dengan staf maupun dengan audience
c. Mampu menentukan strategi promosi kesehatan yang akan digunakan Total = ...
4 Melakukan pengawasan dan pengendalian :
a. Mampu menyusun bentuk - bentuk pengawasan dan pengendalian yang digunakan
b. Mampu menyusun item - item yang diawasi dan dikendalikan sesuai perencanaan
5 Mengevaluasi dan menyusun laporan kegiatan
a. Mampu menyusun bentuk - bentuk evaluasi yang digunakan
b. Mampu menyusun item - item yang di evaluasi
c. Mampu mengukur persentasi kegiatan promosi kesehatan (Ragpie Program
Matrix)
d. Mampu menyusun laporan kegiatan promosi kesehatan secara sistematis Total = ...
Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 63-71 Artikel VIII
Keterbatasan dalam metode ini tentu saja terkait dengan otentisitas kasus. Bahwa otentisitas dalam metode PBA ini biasanya hanya bersifat perkiraan saja, tetapi yang paling penting adalah bagaimana memberikan konteks masalah secara nyata sehingga dapat lebih melibatkan mahasiswa serta dapat membantu pengajar untuk mengevaluasi apakah mahasiswa tersebut dapat menyelesaikan masalah dalam satu konteks dapat berbuat hal serupa dalam konteks kasus yang lain.4 Selanjutnya dipaparkan bahwa dengan penanganan kasus secara langsung oleh mahasiswa melalui manipulasi objek, pengukuran outcome, dan mengobservasi hasil akan sangat membantu mahasiswa dalam memperoleh keterampilan penuh untuk memenuhi tugas yang lebih "otentik” di kemudian hari.
Beberapa saran yang dapat ditempuh dalam menyusun sebuah PBA yakni:
1. Memfokuskan pada learning
outcomes yang membutuhkan
adanya keterampilan kognitif yang kompleks dan performa mahasiswa,
2. Memilih atau mengembangkan
tugas-tugas yang
merepresentasikan baik konten maupun keterampilan,
3. Meminimalisasikan
ketergantungan performa tugas pada keterampilan yang tidak relevan dengan tujuan dari penilaian tugas,
4. Menyediakan instruksi yang jelas bagi mahasiswa untuk memahami tugas yang harus dilakukannya serta hal-hal apa saja yang diharapkan lewat tugas tersebut, 5. Menyusun petunjuk tugas yang
jelas,
6. Secara jelas mengkomunikasikan kepada mahasiswa harapan dari
performa yang akan dilakukan, dalam arti memberikan kejelasan tentang cara penilaian dan item
-item apa saja yang akan dinilai.
Sedangkan dalam menyusun skoring penilaian dalam PBA, harus memenuhi kriteria reliable, fair, serta
valid. Spesifikasi kriteria penilaian
harus dibangun sejak awal suatu bentuk kasus atau tugas dipilih. Baik pengajar maupun mahasiswa harus mengetahui dan memahami kriteria tersebut. Sebagai catatan, kriteria penilaian akan membantu dalam memperjelas learning objective yang harus dicapai oleh mahasiswa.
KESIMPULAN
Keterampilan manajerial dalam promosi kesehatan sangat penting untuk dimiliki oleh setiap calon tenaga kesehatan, karena bidang tugas yang akan dijalani nantinya akan banyak bersentuhan dengan masalah-masalah kesehatan yang terjadi baik secara individu, kelompok, maupun masyarakat dalam lingkup yang lebih luas. Keterampilan ini belum menjadi kompetensi kritis di sebagian besar institusi pendidikan kesehatan sehingga proporsi pemberiannya masih dalam lingkup waktu yang terbatas. Selain itu, kesulitan yang sering dihadapi oleh pengajar adalah bagaimana melakukan penilaian secara objektif terkait keterampilan tersebut. Dengan metode Performance
Based Assessment (PBA), maka
pengajar dapat mengukur sampai sejauh mana keterampilan kognitif mahasiswa untuk mengelola sebuah kegiatan promosi kesehatan dengan memenuhi tahap-tahap proses pengelolaan, mulai dari menyusun perencanaan hingga penyusunan laporan. Bentuk tugas yang diberikan dalam PBA di setting se-otentik mungkin mendekati kondisi asli di masyarakat sehingga nantinya mahasiswa akan lebih siap dalam menghadapi tugas yang lebih nyata di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
World Health Organisation (WHO), 1990, Health Promotion
Glossary.
Newble, D., & Cannon, R. 2001. A
Handbook for Medical Teacher. Fourth Edition.
Kluwer Academic
Publishers. Dordrecht, The Netherlands.
Nitko, AJ. 1996. Educational
Assessment of Students.
Second Edition. Prentice -Hall. Englewood Cliffs, New Jersey. USA.
Miller, MD; Linn, RL; Gronlund, NE. 2009. Measurement
and Assessment in
Teaching. Tenth Edition.
Pearson Education Inc. New Jersey, USA.
Yeatman, HR; Nove, T.
2000. Reorienting Health Services with Capacity Building: a Case Study of the Core Skills in Health Promotion Project. Paper. England.
Muninjaya, Gde A. A, 2004,
Manajemen Kesehatan
(edisi 2), EGC, Jakarta. Shumway, JM; Harden, RM.
2003. AMEE Guide No. 25 : The Assessment of Learning Outcomes for the Competent and Reflective
Physician. Medical
Teacher. Vol. 25, No. 6, pp.
569-584.Taylor & Francis Ltd.