• Tidak ada hasil yang ditemukan

Merancang Kegiatan Promosi Kesehatan Dengan Menilai Keterampilan Manajerial Mahasiswa Melalui Performance Based Assessment

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Merancang Kegiatan Promosi Kesehatan Dengan Menilai Keterampilan Manajerial Mahasiswa Melalui Performance Based Assessment"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Merancang Kegiatan Promosi Kesehatan Dengan Menilai Keterampilan Manajerial Mahasiswa Melalui

Performance Based Assessment

Herman Kurniawan

Bagian Promosi Kesehatan FKIK UNTAD Abstrak

Promosi kesehatan merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan, walaupun saat ini keterampilan tersebut belum menjadi sebuah kompetensi kritis di hampir semua institusi pendidikan tenaga kesehatan. Kendala utama yang sering dihadapi dalam menilai mahasiswa terkait keterampilan ini adalah metode yang digunakan. Keterbatasan waktu yang dimiliki sering kali tidak memungkinkan pengajar untuk dapat menilai secara objektif. Sehingga dengan menggunakan metode penilaian performance based assessment, pengajar dapat menyajikan kasus yang memiliki otentisitas yang hampir sama dengan kondisi yang nyata di lapangan sehingga mahasiswa dapat melatih keterampilannya dalam merancang kegiatan promosi kesehatan. Sedangkan untuk instrumen penilaiannya, pengajar dapat menggunakan rating scale dengan item-item penilaian yang memuat setiap komponen keterampilan manajerial promosi kesehatan, yang dimulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, aktualisasi kegiatan, pengawasan dan pengendalian, serta evaluasi dan pelaporan.

Kata kunci: keterampilan manajerial, perancangan, promosi kesehatan,

(2)

Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 61-71 Artikel VIII

PENDAHULUAN

“Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health. It is a positive concept emphasising personal, social, political, and institutional resources, as well as physical capaties”. Selanjutnya

dijelaskan pula bahwa promosi kesehatan mewakili proses sosial dan politik secara komprehensif, bukan hanya dalam bentuk

tindakan memperkuat

keterampilan dan kemampuan secara individual saja, tetapi juga

tindakan yang dapat

memunculkan adanya perubahan kondisi sosial, lingkungan, dan

ekonomi sehingga

memungkinkan orang untuk

meningkatkan status

kesehatannya baik secara

individu maupun

kelompok/masyarakat.

Dalam Ottawa Charter for

Health Promotion tersebut juga

mengidentifikasi tiga strategi dasar yang diperlukan dalam promosi kesehatan, yaitu: 1)

advokasi untuk kesehatan, dalam

rangka menciptakan kondisi yang sesuai dalam meningkatkan status kesehatan, 2) mendukung setiap orang untuk mencapai potensi kesehatan mereka secara maksimal, dan 3) mediasi antara

berbagai unsur dalam

masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka tak dapat dipungkiri bahwa promosi

kesehatan merupakan salah satu jenis keterampilan (skill) yang harus dimiliki oleh seorang

tenaga kesehatan. Selama

menjalani proses pendidikan seorang calon tenaga kesehatan

diajarkan untuk mampu

memperkenalkan dan

mengajarkan nilai-nilai kesehatan secara positif baik kepada individu, kelompok, maupun masyarakat dalam lingkup yang lebih luas.

Walaupun di sebagian institisi pendidikan kesehatan keterampilan ini belum menjadi sebuah kompetensi kritis, akan tetapi bidang kerja seorang

tenaga kesehatan banyak

bersentuhan dengan ruang publik dan masalah-masalah sosial di masyarakat sehingga kompetensi ini nantinya akan sangat menunjang dalam profesinya nanti.

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya dalam

Ottawa Charter for Health Promotion, bahwa ada tiga

strategi dasar dalam melakukan

promosi kesehatan yaitu

advokasi, dukungan, dan mediasi

sehingga banyak segi

keterampilan yang diperlukan oleh seorang calon tenaga

kesehatan, salah satu

diantaranya adalah keterampilan manajerial yaitu keterampilan untuk mengelola suatu kegiatan promosi kesehatan mulai dari melakukan identifikasi masalah hingga melakukan evaluasi serta menyusun laporan kegiatan.

(3)

Pertanyaannya kemudian

adalah, bagaimana kita

mengetahui bahwa seorang calon tenaga kesehatan tersebut benar-benar telah mampu untuk menerapkan keterampilan terkait promosi kesehatan tersebut?. Masih sulit bagi pengajar untuk mengukur sampai sejauh mana

pencapaian keterampilan

manajerial tersebut, kecuali bila mahasiswa telah melakukan kegiatan yang bersifat aplikatif di lapangan. Namun hal ini baru bisa terjadi apabila mahasiswa telah berada di tahun terakhir dari masa studinya atau apabila ada keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan - kegiatan yang bersifat ekstrakurikuler semacam bakti sosial, walaupun dengan cara tersebut penilaian kemampuan individual secara objektif masih sulit untuk dilakukan.

PEMBAHASAN

Untuk menilai kompetensi mahasiswa terkait keterampilan

(skill) manajerial tidaklah

sederhana, penilaian tersebut harus bersifat objektif karena akan berpengaruh pada mutu lulusan tenaga kesehatan yang

nantinya akan terjun ke

masyarakat. Sebagaimana kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan penilaian mahasiswa

(student assessment) merupakan

suatu tahapan dalam pendidikan

yang dijalankan untuk

mengevaluasi pencapaian belajar mahasiswa yang dilakukan baik sebelum, sedang atau sesudah proses belajar dilakukan.

Tahapan ini ditujukan untuk, menentukan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk

dicapai, mengukur

perkembangan mahasiswa dari waktu ke waktu, mengidentifikasi

kesulitan yang dihadapi

mahasiswa, memberikan

feedback, mengevaluasi

keefektifan proses belajar, memotivasi mahasiswa, standard

setting, dan melakukan quality

control di masyarakat.2

Dalam

konsep lain, penilaian

(assessment) merupakan suatu

proses pengumpulan informasi yang digunakan untuk membuat

keputusan terkait dengan

mahasiswa, kurikulum, dan program, serta kebijakan dalam pendidikan.3

Untuk menentukan

metode penilaian yang sesuai maka ada beberapa tahap yang harus dilalui.3 tahapan tersebut meliputi:

1. Menentukan target belajar yang ingin dicapai,

2. Memastikan bahwa teknik penilaian tersebut sesuai dengan target belajar yang ingin dicapai,

3. Memastikan bahwa teknik penilaian yang dipilih sesuai

dengan kebutuhan

mahasiswa,

4. Jika memungkinkan, dapat

menggunakan indikator

performa yang beragam

untuk setiap target belajar, dan

5. Memastikan bila ingin

(4)

Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 63-71 Artikel VIII

penilaian akan mudah diukur. Dalam menentukan proses metode penilaian yang sesuai meliputi:4

1. Mengidentifikasi tujuan instruksional,

2. Mengukur kebutuhan belajar mahasiswa,

3. Menyediakan arahan/instruksi yang relevan,

4. Mengukur sesuai learning

outcome yang ingin dicapai,

dan

5. Penggunaan hasil penilaian. Dengan melalui tahapan

dalam proses tersebut,

diharapkan penilaian tersebut akan memenuhi pronsip-prinsip :

1. Kejelasan dalam

menspesifikasikan hal-hal

apa saja yang secara

prioritas ingin dinilai,

2. Sebuah prosedur penilaian seharusnya dipilih karena

alasan kesesuaiannya

dengan karakteristik item atau performa yang ingin diukur,

3. Penilaian secara

komprehensif membutuhkan prosedur yang beragam,

4. Penggunaan prosedur

penilaian yang tepat

memerlukan penentuan

batasan.

5. Penilaian bukan berarti "sampai di situ saja” tetapi merupakan suatu awal yang penting dalam rantai proses pendidikan.

Berdasarkan pemaparan diatas terlihat bahwa hal pertama yang paling penting dalam

menentukan metode penilaian

yang sesuai adalah

mengidentifikasi tujuan belajar

(learning objective) yang ingin

dicapai. Spesifikasi dalam hal

tersebut akan membantu

pengajar untuk dapat

menentukan cara yang sesuai

untuk mengukur kemampuan

mahasiswa sehingga dalam

penerapannya terdapat relevansi antara item-item pengukuran dengan learning objective tersebut. Dalam kaitannya dengan penilaian keterampilan manajerial promosi kesehatan keterampilan manajerial yang ingin dicapai sebagai learning

objective meliputi keterampilan

mahasiswa dalam menyusun

perencanaan, melakukan

pengorganisasian kegiatan,

melaksanakan kegiatan,

pengawasan dan pengendalian, serta evaluasi dan pelaporan.

Ada enam keterampilan

manajerial inti yang harus dimiliki dalam promosi kesehatan atau yang lebih dikenal dengan Core

Skill in Health Promotion Project

(CSHPP) meliputi: 1)

keterampilan untuk

menginformasikan kepada kader kesehatan masyarakat tentang temuan hasil evaluasi, 2)

mengakses respon kader

kesehatan di masyarakat tentang

data kesehatan, 3)

mengidentifikasi strategi

pengelolaan kegiatan untuk mendukung dan memfasilitasi

promosi kesehatan, 4)

(5)

strategi yang sesuai, 5) melaksanakan strategi promosi kesehatan, 6) serta melakukan

monitoring dan evaluasi

keefektifan dari penerepan strategi tersebut dalam kerangka organisasi.5

Dalam penyusunan

kemampuan yang lebih terperinci, maka keterampilan manajerial promosi kesehatan yang ingin

dicapai mencakup sebagai

berikut:6

a. Keterampilan menyusun

perencanaan meliputi :

 Mampu melakukan analisis situasi dan identifikasi masalah

 Mampu menentukan tujuan kegiatan

 Mampu menentukan

prioritas kegiatan

 Mampu melakukan analisis kekuatan dan kelemahan (analisis SWOT)

 Mampu menuangkan

rencana kegiatan dalam

bentuk pembuatan

Rencana Kerja

Operasional atau Plan of

Action (POA)

b. Keterampilan

pengorganisasian kegiatan meliputi:

 Mampu menyusun struktur organisasi kegiatan

 Mampu menganalisis jalur koordinasi baik secara internal maupun eksternal organisasi

 Mampu melakukan analisis

job description

 Mampu melakukan analisis

staffing

c. Keterampilan

mengaktualisasikan kegiatan meliputi:

 Mampu mendeskripsikan metode promosi kesehatan yang digunakan

 Mampu mendeskripsikan bentuk komunikasi yang digunakan baik dengan staf maupun dengan audience

 Mampu menentukan

strategi promosi kesehatan yang akan digunakan

d. Keterampilan melakukan

pengawasan dan

pengendalian Meliputi:

 Mampu menyusun bentuk-bentuk pengawasan dan

pengendalian yang

digunakan

 Mampu menyusun item-item yang diawasi dan

dikendalikan sesuai

perencanaan

e. Keterampilan mengevaluasi

dan menyusun laporan

kegiatan meliputi:

 Mampu menyusun bentuk -bentuk evaluasi yang digunakan

 Mampu menyusun item -item yang di evaluasi

 Mampu mengukur

persentasi kegiatan

promosi kesehatan

(Ragpie Program Matrix)

 Mampu menyusun laporan kegiatan promosi

kesehatan secara sistematis.

(6)

Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 63-71 Artikel VIII

antara learning objective dengan metode penilaian yang dipakai, dapat berpatokan pada piramida penilaian Miller.7sebagaimana yang tampak pada Gambar 1 dibawah ini:

Gambar 1 Piramida Penilaian

Untuk mengukur

keterampilan promosi kesehatan

sebagaimana disebutkan

sebelumnya, bukan hanya

sampai pada batas knows dan

knows how saja, akan tetapi

sudah mencapai tahap

menunjukkan cara (shows how) dan melakukan (does), sehingga bentuk penilaian yang sesuai adalah dengan penilaian dalam bentuk aplikasi langsung baik dengan langsung turun ke lapangan atau praktek di

kelas/laboratorium dengan

menggunakan kasus tertentu.

Adapun instrumen

penilaian yang dipakai sesuai

dengan level tujuan dan

kompetensi yang ingin dicapai

adalah sebagaimana dalam

Tabel 1 berikut ini:7

Tabel 1

Kategori Instrumen Penilaian dan Contohnya

Assesment Category Representative instruments Written Assesments Essay

Short Answer Questions Completion Question Multiple Choise Questions (MCQs)

Extended Matching Items (EMIs)

Modified Essay Questions (MEQs)

Patient Management Problems (PMPs)

Progress Test Dissertation Report Clinical/Practical Assesments Long Cases

Practical Examinations Spot Examination

Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Objective Structured Practical Examination (OSPE) Objective Structured Long Examinationn Record (OSLER) Group Objective Structured Clinical Examination (GOSCE) Observation Tutor’s report

Checklists Rating Scales Patient report Portfolio and Other Records of

Performance

Logbooks Portfolios Procedural Logs Peer and Self-Assessment Peer report

Self-report

Untuk menilai

keterampilan manajerial

mahasiswa dalam tahapan

melakukan sendiri (does)

memang akan sangat efektif apabila mahasiswa langsung

mengaplikasikannya dalam

bentuk praktek langsung di lapangan dengan terjun ke

masyarakat, akan tetapi

sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya adalah pada

sebagian besar institusi

pendidikan hal itu baru dapat dilihat apabila mahasiswa telah

berada pada tahun akhir

perkuliahan atau manakala mereka terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti bakti sosial. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan tersendiri bagi pengajar

(7)

untuk menilai keterampilan tersebut secara objektif. Maka sebagai jalan keluar adalah dengan menggunakan metode

Performance Based Assessment

(PBA). Melalui metode PBA ini,

pengajar dapat/menilai

kemampuan manajerial

mahasiswa secara objektif dengan memberikan kepada

mereka contoh kasus atau

skenario yang sudah dirancang sebelumnya sehingga mendekati kondisi nyata yang ada di masyarakat. Bentuk-bentuk PBA

yang digunakan pun bisa

beragam baik melalui essay test,

oral presentation, case

management, atau laporan

(report).

PBA sesuai untuk aplikasi

pengajaran kasus-kasus

berstruktur sederhana seperti

identifikasi masalah,

pengumpulan data,

pengorganisasian, integrasi, dan evaluasi informasi.4 PBA juga dapat diterapkan untuk mata ajar yang memiliki learning outcomes dalam bentuk kreasi benda (tulisan atau lukisan), atau oral maupun performa secara fisik (misalnya presentasi dan penggunaan instrumen).

Untuk menilai

keterampilan manajerial tersebut, mahasiswa dapat diberikan kasus atau skenario dalam bentuk yang se-otentik mungkin sehingga mendekati kondisi nyata. Kasus tersebut bisa dalam berbagai setting di mas

yarakat baik individu, kelompok, maupun masyarakat luas. Kasus-kasus kesehatan yang ditampilkan bisa dalam bentuk tertulis (written) maupun dengan memperlihatkan video, kemudian berdasarkan kasus tersebut mahasiswa diminta untuk mengelola sebuah kegiatan promosi kesehatan mulai dari merencanakan sampai dengan tahap terakhir penyusunan laporan. Seluruh tahapan yang dilakukan oleh mahasiswa dapat dibuat dalam bentuk tertulis dengan merincikan setiap aspek pengelolaan, kemudian hasil tersebut dipresentasikan di kelas. Sedangkan untuk instrumen penilaian bagi pengajar itu sendiri dapat menggunakan rating scale

atau checklist dengan

menyertakan item-item

keterampilan manajerial promosi kesehatan sebagai kriteria ukurnya.

(8)

Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 61-71 Artikel VIII

Instrumen penilaian dengan menggunakan rating scale :

Petunjuk: berilah tanda cek ( √ ) pada salah satu kolom skala

5 = sangat baik 4 = baik

3 = cukup 2 = kurang

1 = sangat kurang

No. Keterampilan Skala Catatan

1 2 3 4 5

1 Menyusun perencanaan

a. Mampu melakukan analisis situasi dan identifikasi masalah

b. Mampu menentukan tujuan kegiatan c. Mampu menentukan prioritas kegiatan d. Mampu melakukan analisis kekuatan dan

kelemahan (analisis SWOT)

e. Mampu menuangkan rencana kegiatan dalam bentuk pembuatan Rencana Kerja Operasional atau Plan of Action (POA) Total = ...

2 Pengorganisasian kegiatan :

a. Mampu menyusun struktur organisasi kegiatan

b. Mampu menganalisis jalur koordinasi baik secara intern maupun ekstern organisasi c. Mampu melakukan analisis job

description

d. Mampu melakukan analisis staffing Total = ...

3 Aktualisasi kegiatan :

a. Mampu mendeskripsikan metode promosi kesehatan yang digunakan

b. Mampu mendeskripsikan bentuk komunikasi yang digunakan baik dengan staf maupun dengan audience

c. Mampu menentukan strategi promosi kesehatan yang akan digunakan Total = ...

4 Melakukan pengawasan dan pengendalian :

a. Mampu menyusun bentuk - bentuk pengawasan dan pengendalian yang digunakan

b. Mampu menyusun item - item yang diawasi dan dikendalikan sesuai perencanaan

(9)

5 Mengevaluasi dan menyusun laporan kegiatan

a. Mampu menyusun bentuk - bentuk evaluasi yang digunakan

b. Mampu menyusun item - item yang di evaluasi

c. Mampu mengukur persentasi kegiatan promosi kesehatan (Ragpie Program

Matrix)

d. Mampu menyusun laporan kegiatan promosi kesehatan secara sistematis Total = ...

(10)

Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 63-71 Artikel VIII

Keterbatasan dalam metode ini tentu saja terkait dengan otentisitas kasus. Bahwa otentisitas dalam metode PBA ini biasanya hanya bersifat perkiraan saja, tetapi yang paling penting adalah bagaimana memberikan konteks masalah secara nyata sehingga dapat lebih melibatkan mahasiswa serta dapat membantu pengajar untuk mengevaluasi apakah mahasiswa tersebut dapat menyelesaikan masalah dalam satu konteks dapat berbuat hal serupa dalam konteks kasus yang lain.4 Selanjutnya dipaparkan bahwa dengan penanganan kasus secara langsung oleh mahasiswa melalui manipulasi objek, pengukuran outcome, dan mengobservasi hasil akan sangat membantu mahasiswa dalam memperoleh keterampilan penuh untuk memenuhi tugas yang lebih "otentik” di kemudian hari.

Beberapa saran yang dapat ditempuh dalam menyusun sebuah PBA yakni:

1. Memfokuskan pada learning

outcomes yang membutuhkan

adanya keterampilan kognitif yang kompleks dan performa mahasiswa,

2. Memilih atau mengembangkan

tugas-tugas yang

merepresentasikan baik konten maupun keterampilan,

3. Meminimalisasikan

ketergantungan performa tugas pada keterampilan yang tidak relevan dengan tujuan dari penilaian tugas,

4. Menyediakan instruksi yang jelas bagi mahasiswa untuk memahami tugas yang harus dilakukannya serta hal-hal apa saja yang diharapkan lewat tugas tersebut, 5. Menyusun petunjuk tugas yang

jelas,

6. Secara jelas mengkomunikasikan kepada mahasiswa harapan dari

performa yang akan dilakukan, dalam arti memberikan kejelasan tentang cara penilaian dan item

-item apa saja yang akan dinilai.

Sedangkan dalam menyusun skoring penilaian dalam PBA, harus memenuhi kriteria reliable, fair, serta

valid. Spesifikasi kriteria penilaian

harus dibangun sejak awal suatu bentuk kasus atau tugas dipilih. Baik pengajar maupun mahasiswa harus mengetahui dan memahami kriteria tersebut. Sebagai catatan, kriteria penilaian akan membantu dalam memperjelas learning objective yang harus dicapai oleh mahasiswa.

KESIMPULAN

Keterampilan manajerial dalam promosi kesehatan sangat penting untuk dimiliki oleh setiap calon tenaga kesehatan, karena bidang tugas yang akan dijalani nantinya akan banyak bersentuhan dengan masalah-masalah kesehatan yang terjadi baik secara individu, kelompok, maupun masyarakat dalam lingkup yang lebih luas. Keterampilan ini belum menjadi kompetensi kritis di sebagian besar institusi pendidikan kesehatan sehingga proporsi pemberiannya masih dalam lingkup waktu yang terbatas. Selain itu, kesulitan yang sering dihadapi oleh pengajar adalah bagaimana melakukan penilaian secara objektif terkait keterampilan tersebut. Dengan metode Performance

Based Assessment (PBA), maka

pengajar dapat mengukur sampai sejauh mana keterampilan kognitif mahasiswa untuk mengelola sebuah kegiatan promosi kesehatan dengan memenuhi tahap-tahap proses pengelolaan, mulai dari menyusun perencanaan hingga penyusunan laporan. Bentuk tugas yang diberikan dalam PBA di setting se-otentik mungkin mendekati kondisi asli di masyarakat sehingga nantinya mahasiswa akan lebih siap dalam menghadapi tugas yang lebih nyata di masyarakat.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

World Health Organisation (WHO), 1990, Health Promotion

Glossary.

Newble, D., & Cannon, R. 2001. A

Handbook for Medical Teacher. Fourth Edition.

Kluwer Academic

Publishers. Dordrecht, The Netherlands.

Nitko, AJ. 1996. Educational

Assessment of Students.

Second Edition. Prentice -Hall. Englewood Cliffs, New Jersey. USA.

Miller, MD; Linn, RL; Gronlund, NE. 2009. Measurement

and Assessment in

Teaching. Tenth Edition.

Pearson Education Inc. New Jersey, USA.

Yeatman, HR; Nove, T.

2000. Reorienting Health Services with Capacity Building: a Case Study of the Core Skills in Health Promotion Project. Paper. England.

Muninjaya, Gde A. A, 2004,

Manajemen Kesehatan

(edisi 2), EGC, Jakarta. Shumway, JM; Harden, RM.

2003. AMEE Guide No. 25 : The Assessment of Learning Outcomes for the Competent and Reflective

Physician. Medical

Teacher. Vol. 25, No. 6, pp.

569-584.Taylor & Francis Ltd.

Gambar

Gambar 1 Piramida Penilaian

Referensi

Dokumen terkait

Promosi dan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah didukung oleh tenaga kesehatan profesional melalui peningkatan kemampuan secara terus menerus ( ). Faktor risiko

Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan

Dalam perancangan promosi museum kesehatan yang bisa menjadi narasumber adalah penjaga museum kesehatan, kepala museum, pengunjung yang datang mengunjungi museum,

Promosi perpustakaan menjadi salah satu cara untuk mempekenalkan koleksi dan layanan yang dimiliki suatu perpustakaan agar masyarakat mengetahui koleksi dan layanan tersebut dan

Sebagai tenaga kesehatan, tentunya kita "uga memiliki tanggung "a3ab sendiri untuk men*apai tu"uan #(5s tersebut khususnya dalam kasus pen*egahan insidensi

Pelatihan ini diharapkan memberikan manfaat langsung kepada peserta pelatihan yaitu dapat meningkatkan pengetahuan tentang media promosi kesehatan, meningkatkan keterampilan dalam

Sejarah Inovasi Promosi Kesehatan Digital Di Indonesia... Buku ini adalah ringkasan sejarah inovasi promosi kesehatan digital di Indonesia, yang menggambarkan 5 era perkembangan teknologi inovasi promosi kesehatan digital di Indonesia dari masa ke masa... Fondasi Digital AI Indonesia menuju Indonesia Emas 2045 . Piagam Ottawa 1986 merupakan perjanjian internasional yang ditandatangani pada Konferensi Internasional Pertama tentang Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada, oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). . Piagam Ottawa 1986 menjadi dasar dalam pemahaman dan praktik promosi kesehatan dunia. Akan tetapi seiring perkembangan zaman, Profesi Dokter yang bersifat kuratif telah ikut mendukung Inovasi Promosi Kesehatan Digital Indonesia. . Karena Digital bersifat terbuka, maka siapa saja boleh terlibat didalamnya. Akan tetapi ranah keilmuan Promosi Kesehatan tetaplah Preventif dan Promotif sesuai Amanah Piagam Ottawa

SEJARAH INOVASI PROMOSI KESEHATAN DIGITAL INDONESIA HISTORY OF DIGITAL HEALTH PROMOTION INNOVATION IN INDONESIA Sejarah Inovasi Promosi Kesehatan Digital Di Indonesia... Buku ini adalah ringkasan sejarah inovasi promosi kesehatan digital di Indonesia, yang menggambarkan 5 era perkembangan teknologi inovasi promosi kesehatan digital di Indonesia dari masa ke masa... Fondasi Digital AI Indonesia menuju Indonesia Emas 2045 . Piagam Ottawa 1986 merupakan perjanjian internasional yang ditandatangani pada Konferensi Internasional Pertama tentang Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada, oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). . Piagam Ottawa 1986 menjadi dasar dalam pemahaman dan praktik promosi kesehatan dunia. Akan tetapi seiring perkembangan zaman, Profesi Dokter yang bersifat kuratif telah ikut mendukung Inovasi Promosi Kesehatan Digital Indonesia. . Karena Digital bersifat terbuka, maka siapa saja boleh terlibat didalamnya. Akan tetapi ranah keilmuan Promosi Kesehatan tetaplah Preventif dan Promotif sesuai Amanah Piagam Ottawa