• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK MENOPANG PEREKONOMIAN RAKYAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK MENOPANG PEREKONOMIAN RAKYAT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ii

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

FAKULTAS AGROINDUSTRI

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN

BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK MENOPANG

PEREKONOMIAN RAKYAT

Yogyakarta, 12 Sepetember 2012

Tim Penyunting:

Ch. Wariyah

F.Didiet Heru Swasono

Bambang Nugroho

Wisnu Adi Yulianto

Sri Hartati Candra Dewi

Sonita Rosningsih

Wafit Dinarto

Fx. Suwarta

Agus Slamet

Fakultas Agroindustri

Universitas Mercu Buana Yogyakarta

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Seminar Nasional Fakultas Agroindustri bekerjasama dengan Pusat Studi Ketahanan Pangan, Universitas Mercu Buana Yogyakarta tahun 2012, diselenggarakan di Gedung Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Penyelenggaraan Seminar Nasional ini mengambil tema “Membangun Ketahanan Pangan Berbasis Kearifan Lokal Untuk Menopang Perekonomian Rakyat”. Adapun tujuan Seminar ini adalah :

1. Mengetahui arah kebijakan dan strategi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.

2. Mengetahui implementasi, kendala dan masalah dari pembangunan ketahanan pangan nasional.

3. Mengkomunikasikan dan menyebarluaskan informasi, pengetahuan, dan teknologi hasil-hasil penelitian, telaah pustaka dan praktek kegiatan yang berkaitan dengan usaha mewujudkan ketahanan pangan berbasis kearifan lokal meliputi aspek produksi, konsumsi, distribusi, dan sosial budaya.

Seminar Nasional ini diselenggarakan selama satu hari, yang dibagi menjadi : Sesi Presentasi Keynote Speech (Badan Ketahanan Pangan, Kementrian Pertanian RI), Sesi Presentasi Makalah Utama (Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY, Perguruan Tinggi dan Kelompok Tani/LSM), dan Sesi Presentasi Makalah dan atau Poster Penunjang berasal dari berbagai lembaga terkait ( Perguruan Tinggi maupun Lembaga/Balai Penelitian Pertanian), yang terbagi dalam 3 bidang kajian yaitu :

1. Kebijakan Pemerintah dalam pengembangan agroindustri berbasis pangan lokal dan sosial ekonomi kerakyatan.

2. Sarana produksi dan teknologi budidaya berbasis sumberdaya lokal. 3. Pengembangan produk pangan berbasis sumberdaya lokal.

Peserta Seminar Nasional terdiri dari Dosen/Peneliti/Mahasiswa/Guru SMK Pertanian, Birokrat yang terkait dengan sektor pertanian, Pengusaha yang terkait dengan sektor pertanian, Asosiasi profesi : PATPI, PERAGI, PERIPI, ISPI, APTA, MAFI, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Petani/Kelompok Tani.

Dari hasil seminar ini diharapkan mampu memberikan wawasan tentang usaha-usaha yang harus dilakukan dalam membangun ketahanan pangan berbasis kearifan lokal untuk menopang perekonomian rakyat.

Ketua Panitia,

(4)

Prosiding Semnas FAI 2012 ISBN: 978-602-18810-0-2

xi

BKIII-14

PENGARUH KONSENTRASI VIRGIN COCONUT OIL DAN LESITIN TERHADAP SIFAT– SIFAT EDIBLE FILM KOMPOSIT GELATIN CEKER AYAM TIPE A (Influence of Virgin Coconut Oil and Lecithin Concentrations on Composite

Edible Films of Type A Gelatin Chicken Claw Characteristics)

Maria Ulfah1)*

1)*Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Stiper (INSTIPER) Yogyakarta ...221-225

BKIII-15

KARAKTERISTIK YOGURT SUSU KECIPIR YANG DIFERMENTASI PADA

SUHU DAN WAKTU YANG BERBEDA (Characteristics of Winged Bean Milk Yogurt is

Fermented in a Different Temperature and Time)

Kurniawan (1), Siti Tamaroh(2) dan Agus Slamet(2) (1), Mahasiswa Program Studi THP, Fakultas Agroindustri,

Universitas Mercu Buana Yogyakarta

(2) Dosen Program Studi THP, Fakultas Agroindustri,

Universitas Mercu Buana Yogyakarta………226-230

BKIII-16

MI BERBAHAN UMBI GARUT YANG DIPERLAKUKAN DENGAN STPP (SODIUM TRIPOLYPHOSPHAT (Noodles Arrowroot Treated with STPP (Sodium Tripolyphosphat)) Winarto (1), Siti Tamaroh(2) dan Agus Slamet(2)

(1), Mahasiswa Program Studi THP, Fakultas Agroindustri,

Universitas Mercu Buana Yogyakarta

(2)Dosen Program Studi THP, Fakultas Agroindustri,

Universitas Mercu Buana Yogyakarta ...231-235

BKIII-18

KARAKTERISTIK BAWANG MERAH (Allium cepa var. Brebes) GORENG DARI BERBAGAI METODE VAKUM DAN KONVENSIONAL

(Characteristics of Onion (Allium cepa var. Brebes) Fried Various Methods of Vaccum and Conventional)

Suratija1)* dan Sri Luwihana2)

1)* BLK (Balai Latihan Kerja) Kab. Kulon Progo, Yogyakarta 2)Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Agroindustri,

Universitas Mercu Buana Yogyakarta ...236-239

BKIII-19

OPTIMASI KADAR AIR DAN LAMA PENGGORENGAN DENGAN MIKROWAVE DALAM PEMBUATAN KACANG RENDAH LEMAK

(Optimation of Moisture Content and Frying Time with Microwave on Low Fat Peanut Processing)

Ch. Lilis Suryani

Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Agroindustri

(5)

Prosiding Semnas FAI 2012 ISBN: 978-602-18810-0-2

231

MI BERBAHAN UMBI GARUT YANG DIPERLAKUKAN DENGAN STPP (SODIUM

TRIPOLYPHOSPHAT)

(Noodles Arrowroot Treated with STPP (Sodium Tripolyphosphat))

Winarto

(1)

, Siti Tamaroh

(2)

dan Agus Slamet

(2)

1)

Mahasiswa Program Studi THP, Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta

2)

Dosen Program Studi THP, Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta

ABSTRACT

Arrowroot tuber (Marantha arundinaceae) has high content of carbohydrates that potentially as source of

carbohydrates for substitute of wheat or rice. Noodles is a form of favored carbohydrate foods that made of

wheat. the aims of this study were to make dry arrowroot starch-rich protein noodles refered to the SNI with

preferable properties. In this study noodles was made of arrowroot flour that enrich with soy protein with a ratio of

arrowroot flour: soy flour 90:10; 85:15 and 80:20 and the addition of STPP concentration of 0.05%, 1.0% and 1 ,

5%. The resulted noodles were determined teh chemical properties (moisture content, ash, protein), the physical

test of texture (deformation) and preference test. The data obtained were statistically analyzed and if any

differences among the sample analysis were continued with DMRT at 5% significantly level.The result showed

that the prefered dried noodles is made from arrowroot flour: soy flour with ratio of 90:10 and the addition of

STPP concentration of 0.05%. The criteria are as follows 7,.85% moisture content, ash 5.28 %, protein 12.52%,

the texture of 2.21 N, and deformation 19.14% and in accordance with SNI except ash content.

Key word : arrowroot, noodle, STPP

PENDAHULUAN

1

Mi merupakan makanan yang umum digunakan di masyarakat sebagai pengganti makanan pokok, misalnya nasi. Cara penyajian yang mudah menjadikan mie banyak digunakan sebagai bahan pengganti makanan pokok atau sebagai makanan selingan. Bahan dasar pembuatan mi adalah tepung terigu yang sebagian besar masih diimport.

Kasus kekurangan kalori protein (KKP) merupakan masalah Indonesia. Tingkat kesehatan yang rendah, kasus kematian tinggi pada anak usia sekolah terutama disebabkan kekurangan kalori protein (FAO, 2003 dalam Theobald, et al. 2005).

Potensi sumber karbohidrat di Indonesia sangat beragam, misalnya umbi-umbian lokal (umbi garut). Umbi garut adalah umbi lokal berkarbohidrat tinggi dan mengandung vitamin dan mineral, tanamannya tidak membutuhkan persyaratan tumbuh khusus.

Menurut Garcia, et al. 1997 dalam Hayta, et al. 2003, kedelai mengandung komponen gizi yang lebih tinggi dari biji-bijian lain, diantaranya protein, mineral (Ca, P dan Fe), asam amino (lysin, tryptophan dan threonin). Kedelai merupakan sumber protein dan kalori yang murah bagi manusia (Lusas dan Riaz, 1995).

*Korespondensi penulis :

E-mail : sititamaroh@yahoo.co.id

Berdasarkan hal tersebut umbi garut dapat dibuat menjadi produk diversifikasi sumber karbohidrat kaya protein nabati/kedelai berbentuk mi. Mi apabila dibuat dari bahan selain tepung terigu akan muncul permasalahan, yaitu teksturnya tidak elastis dan mudah patah. Pembentuk tekstur pada mie adalah komponen gluten dan glutenin yang terdapat dengan konsentrasi cukup pada tepung terigu (Utami, 1992). Pembuatan mi dari bahan selain tepung terigu dimungkinkan, asalkan pada bahan pembuatnya ditambahkan komponen yang berfungsi menggantikan gluten atau glutenin.

Sodium Tripolifosfat (STPP), merupakan bahan tambahan makana yang dapat digunakan untuk memperbaiki tekstur dari mi yang dibuat dari bahan dasar non tepung terigu. STPP mempunyai kemampuan untuk terjadinya cross linking (ikatan silang) antara amilosa dan amilopektin melalui ikatan ionic sehingga akan membentuk jaringan yang lebih rapat dan dapat meningkatkan kemampuan untuk mengikat air dan menyebabkan struktur menjadi kokoh.

Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan mi kering berbahan baku tepung umbi diperkaya dengan tepung kedelai yang diperlakukan dengan STTP sebagai pembentuk tekstur. Akan ditentukan seberapa besar perbandingan antara tepung umbi garut dan tepung kedelai yang diperlakukan dengan STPP sehingga dihasilkan mi kering kaya protein yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.

(6)

Prosiding Semnas FAI 2012 ISBN.:….

232

METODE PENELITIAN

Bahan dan alat

Bahan yang digunakan umbi garut dan kedelai yang diperoleh dari petani di Desa Pajangan Kab. Bantul, Yogyakarta.

Bahan kimia yang digunakan diantaranya adalah sebagai berikut HCl, indikator pp, Na0H p.a. Merck, reagen Nelson A (Natrium karbonat anhidrat, K-Na tartarat, Na bikarbonat, Na sulfat hidrat) p.a., Nelson B (Cuprum sulfat, Na-oksida) p.a., Arsenomolybdat (Amm Hepta Molybdat, Nitrogen s u l fa t, N a tr i um a r se no ) p. a. N a2S204 . 5 H20 P . P . Mer c k, K2S O4 p. a .

M er c k , CaSO4.2H20 p.a. Merck, H2SO4 pekat

CuSO4, indikator MR-BCG. Bahan kimia didapatkan

dari laboratorium Kimia dan PHP Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Alat yang digunakan adalah seperangkat alat untuk proses pembuatan mi, cabinet drier, muffle furnace, timbangan sartorius, Zwick test, seperangkat alat gelas.

Cara Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama pembuatan tepung garut, tahap kedua pembuatan tepung kedelai dan tahap ketiga adalah pembuatan mi garut.

Pembuatan tepung garut

Umbi garut disortasi dan dibersihkan dari kulit luar dan dilakukan pencucian. Selanjutnya umbi garut disteam selama10 menit. Setelah dingin diiris tipis-tipis arah melintang dan dikeringkan di dalam cabinet drier bersuhu 50oC sampai kering. Umbi garut kering ditepungkan dan diayak dengan ayakan 40 mesh (Sti Tamaroh, 2009).

Pembuatan tepung kedelai

Kedelai disortasi dan di rendam selama 8 jam, kemudian dihilangkan kulit arinya. Biji kedelai tanpa kulit ari direbus dalam air mendidih selama 10 menit , kemudian ditiriskan dan dikeringkan dengan cabinet drier bersuhu 50oC. Setelah biji kedelai kering ditepungkan dan diayak

berukuran 40 mesh (Edem, et al. 2001).

Pembuatan Mi Kering Umbi Garut

Pada pembuatan mi kering umbi garut pada penelitian ini dibuat formulasi (perbandingan berat/berat bahan) sebagai berikut, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Formulasi pembuatan mi kering Tepung garut (g) Tepung kedelai (g) STPP (%) 90 90 90 85 85 85 10 10 10 15 15 15 0,50 1,00 1,50 0,50 1,00 1,50 80 80 80 20 20 20 0,50 1,00 1,50 Formulasi tepung campuran sesuai Tabel 1. Selanjutnya di tambah air sebanyak 75 ml dan diuleni sampai tercampur merata dan kenyal. Adonan yang sudah tercampur merata dicetak dengan cetakan mi dan disteam selama 10 menit. Adonan yang sudah tercetak dikeringkan dengan cabinet drier bersuhu 50oC sampai kering.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap, terdiri dari 2 faktor perlakuan, yaitu faktor pertama proporsi tepung yang digunakan (Tepung garut : Tepung kedelai = 90:10; 85:15 dan 80:20) dan faktor kedua adalah konsentrasi STPP (0,5%, 1,0% dan 1,5%).

Data yang diperoleh diuji statistik dan apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji “Duncant New Multiple Range Test” (DMRT) pada derajat kepercayaan 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Kimia Mi Umbi Garut

Hasil uji kimia mi umbi garut dapat dilihat Pada Tabel 2.

Kadar Air

Hasil uji kadar air mi kering umbi garut dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Tabel 2. Menunjukkan tidak ada perbedaan perlakuan pada kadar air mi kering yang diperlakukan pada penelitian ini. Menurut SNI kadar airmi kering maksimal 10%. Sehingga dapat disimpulkan kadar air mi kering umbi garut kaya protein sesuai dengan SNI.

Tabel 2. Hasil Uji Kadar Air dan Kadar Abu Mi Kering Umbi Garut

TG :TK STPP Kadar

air Kadar abu 90:10 90:10 90:10 0,5 1 1,5 7,85 7,81 8,17 5,28 5,75 5,67 85:15 85:15 85:15 80:20 80:20 80:20 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 8,86 7,95 8,06 7,66 7,63 7,93 5,61 5,54 5,65 5,87 5,84 5,63 Kadar abu

Hasil uji kadar abu mi kering dapat dilihat pada Tabel 2. Kadar abu mi kering umbi garut menunjukkan tidak berbeda antar perlakuan. Kadar abu mi kering maksimal menurut SNI adalah 3%. Kadar abu hasil penelitian lebih

(7)

Prosiding Semnas FAI 2012 ISBN: 978-602-18810-0-2

233

besar dari SNI. Kadar abu memberikan gambaran adanya bahan anorganik yang terapat pada sampel. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada proses pembuatan mi kering dengan penambahan STPP akan meningkatkan kadar abu mi yang dihasilkan.

Kadar Protein

Hasil uji kadar protein mi umbi garut apat dilihat pada Tabel 3. Kadar protein mi kering tidak dipengaruhi oleh perlakuan substitusi STPP. Tetapi dipengaruhi oleh perlakuan substitusi tepung kedelai. Semakin banyak penambahan tepung kedelai, maka semakin besar kadar protein mi kering umbi garut.

Tabel 3. Hasil Uji Kadar Protein Mi Kering Umbi Garut Perlakuan TG:TK STPP Rata-rata 0,5% 1% 1,5% 90:10 12,52 14,50 16,40 14,47a 85:15 18,48 19,51 21,29 19,76b 80:20 22,71 22,16 22,73 22,53b Rata-rata 17,90 21,47 20,14

Kadar protein mi kering minimal menurut SNI adalah 11%. Kadar protein mi kering umbi garut pada penelitian ini lebih besar dari SNI. Hal ini dapat terjadi karena adanya substitusi tepung kedelai. Kedelai merupakan sumber protein nabati yang biasa digunakan pada konsumsi sehari-hari.

Hasil Uji Fisik Mi Kering Umbi Garut

Hasil uji fisik mi garut dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa penambahan STPP konsentrasi 1,5% menghasilkan tekstur yang lebih keras dibandingkan dengan penambahan konsentrasi STPP 0,5% dan 1%.

Hasil uji deformasi mikering menunjukkan tidak berbeda antar perlakuan.

Tabel 4. Hasil Uji Fisik Mi Kering Umbi Garut Perlakuan TG:TK ; STPP Tekstur (N) Deformasi (%) 90:10 ; 0,5% 85:15 ; 0,5% 80:20 ; 0,5% 2,21a 2,19a 3,93b 36,2 25,18 4,19 90:10 ; 1 % 85:15 ; 1 % 80:20 ; 1 % 2,26a 2,90a 5,71b 20,12 36,49 17,64 90:10 ; 1,5% 85:15 ; 1,5% 80:20 ; 1,5% 2,27a 2,90a 5,71b 11,64 16,71 3,60

Hasil Uji Sensoris Mi Kering Umbi Garut

Hasil Uji Sensoris Mi Kering Umbi garut dapat dilihat pada Tabel 5. Skala penilaian panelis pada tingkat kesukaan adalah sebagai berikut : 1 = sangat suka, 2 = suka, 3 = netral, 4= tidak suka dan 5 = sangat tidak suka.

Tabel 5. Hasil Uji Kesukaan Mi Kering Umbi Garut Perlakuan

TG:TK ; STPP

Warna Rasa Aroma Kekerasan Kesukaan

Keseluruhan 90:10 ; 0,5% 85:15 ; 0,5% 80:20 ; 0,5% 2,81a 3,82cd 4,23d 3,56abc 3,83bcde 4,00de 3,34ab 3,93bc 3,60c 3,72ab 3,93bc 3,80abc 3,22ab 3,93cd 3,83cd 90:10 ; 1 % 85:15 ; 1 % 80:20 ; 1 % 3,83cd 3,90cd 3,60bc 3,63abc 4,07e 3,83bcde 3,60ab 3,73b 3,63b 3,90abc 4,23c 3,47ab 3,67c 4,13d 3,83cd 90:10 ; 1,5% 85:15 ; 1,5% 80:20 ; 1,5% 3,27ab 3,67cb 2,87a 3,43ab 3,83bcde 3,30a 3,53ab 3,73b 3,17a 3,63ab 3,93bc 3,43a 3,57ab 3,83cd 3,07a Warna

Warna mi kering umbi garut yang disukai adalah perlakuan perbandingan tepung 90:10, STPP 0,5% dan 80:20, STPP 1,5%. Warna yang disukai ditunjukkan dengan warna yang cenderung terang.

Rasa

Rasa mi kering umbi garut lebih disukai yang disubstitusi dengan tepung kedelai 10%, walaupun pada perlakuan perbandingan tepung 80:20, STPP 1,5% juga disukai. Penambahan tepung kedelai memungkinkan produk mempunyai rasa khas kedelai agak langu, yang menyebabkan panelis tidak menyukainya.

Aroma

Kesukaan panelis terhadap aroma mi kering umbi garut secara umum tidak berbeda. Aroma mi kering tidak dipengaruhi oleh perlakuan pada penelitian ini

Kekerasan

Penilaian kekerasan pada uji kesukaan, sampel yang disajikan adalah mi kering, sehingga kekerasan tidak memberikan gambaran pada kekenyalan mi siap konsumsi.

Kesukaan pada kekerasan mi dapat diasumsikan sama, tidak dipengaruhi oleh perlakuan penelitian

(8)

Prosiding Semnas FAI 2012 ISBN.:….

234

Kesukaan Keseluruhan

Tingkat kesukaan keseluruhan mi kering menunjukkan semakin besar perbandingan tepung umbi garut dan tepung kedelai semakin tidak disukai, demikian juga semakin besar penambahan STPP.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan kesimpulannya adalah:

1. Tepung umbi garut yang disubstitusi dengan tepung kedelai dapat dibuat menjadi mi kering dengan disubstitusi STPP.

2. Mi kering umbi garut yang disukai adalah perlakuan tepung umbi garut : tepung kedelai 90:10 dengan penambahan STPP 0,5%, dengan kriteria sebagai berikut kadar air 7,85 %, kadar abu 5,28 %, kadar protein 12,52 %, tekstur 2,21 N, deformasi 36,2 %. 3. Kriteria mi kering umbi garut sesuai dengan SNI ,kecuali

kadar abu (maksimal kadar abu menurut SNI adalah 5%).

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] The Association Official Analytical Chemists. 1990. Official Methods of Analysis. Washington DC: AOAC. Anonim. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara

Karya Aksara. Jakarta.

Anonim. 2006. Empat Ratus Dua Puluh Sembilan Anak Alami Gizi Buruk. Harian Kedaulatan Rakyat. Yogyakarta 3 Januari.

Achmad Suryana. 2001. Kebijakan Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Ketahanan Pangan. Kerjasama FTP-UGM dengan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 6 Maret.

Aritonang, D. 2004. Pengaruh Kapur, Suhu Perebusan dan Waktu Perebusan Jagung Putih Pada Pembuatan Beras Jagung dan Tepung Jagung Pra Masak. Jurusan TPHP, FTP, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

E d e m, D . O. , A ya t se , J .O . I . a nd It am , E . H. 2 0 01 . E ff e ct o f So y P ro tei n supplementation on The Nutritive Value of 'Gari' (Farina) from Manihot esculents. Food Chemistry 75, 57 – 62.

Hayta, M., Alpaslan,M. And Cakmakli. 2003. Physicochemical and S ensory Properties of Soymilk-incorporated Bulgur. JFS, Vol. 68, Nr. 9. IwanSetiawan. 2009. Pengaruh Fermentasi Spontan

Terhadap Sifat Fisikokimia Pati Jagung. http://skripsi.unila.ac.id/2009/10/23/pengaruh-fermentasi-spontan-terhadap- sifat-fisikokimia-pati-jagung/

Larmond, E. 1977. Laboratory for Sensory Evaluation of Food. Research Brand Canada Departement of Agriculture.

Lusas, E.W and Rias, M.N. 1995. Soy Protein Product: Processing and Use.J. Nutr 125.

Suriawiria, U. 2003. Tepung Garut, Alternatif Pengganti Tepung Terigu.

Theobald, C.E., Mosha, Maurice, R., Bennink and Perry,K.W.Ng. 2005. Nutritional Quality of

Drum-processed and Extruded Composite

(9)

Prosiding Semnas FAI 2012 ISBN: 978-602-18810-0-2

Gambar

Tabel 1. Formulasi pembuatan mi kering  Tepung garut  (g)  Tepung kedelai (g)  STPP (%)  90  90  90  85  85  85  10 10 10 15 15 15  0,50 1,00 1,50 0,50 1,00 1,50  80 80 80  20 20 20  0,50 1,00 1,50  Formulasi  tepung  campuran  sesuai  Tabel  1
Tabel 3. Hasil Uji Kadar Protein Mi Kering Umbi Garut  Perlakuan  TG:TK                        STPP   Rata-rata  0,5%  1%  1,5%  90:10  12,52  14,50  16,40  14,47a  85:15  18,48  19,51  21,29  19,76b  80:20  22,71  22,16  22,73  22,53b  Rata-rata  17,90  2

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi Kebijakan Manajemen Hibah pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Provinsi Sulawesi Tengah belum efektif, dimana sesuai hasil penelitian yang dilakukan

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Pada siswa kelas IIb SD Negeri 6 Bogar Palopo, diperoleh bahwa rata rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 63,6 termasuk dalam kategori kurang dengan jumlah siswa

45-60%, merupakan daerah bergunung dengan luas area sekitar 18% yang dominan di wilayah Kabupaten Sumedang bagian selatan, bagian timur serta bagian barat yaitu pada

bahwa untuk melaksanakan sebagian tugas bidang pengujian kendaraan bermotor yang sifatnya teknis pada Dinas Perhubungan Kota Tasikmalaya, maka dipandang perlu

Kemudian hasil data yang diperoleh dari analisis matriks perbandingan terhadap Ilham Bahari dan pesaingnya (Zainal Songket, Fikri Songket, dan Mawar Songket) diemukan bahwa

Perancangan identitas visual, packaging dan promosi Sasirangan Banjarbaru mampu membuat brand awareness, sehingga masyarakat luas dapat mengenal Sasirangan Banjarbaru

kualitas, kuantitas, dan persebaran kekayaan alam negara tersebut. Sebaliknya, jenis, kualitas, kuantitas, dan persebaran kekayaan alam suatu negara akan memengaruhi