• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agar Lulusan Kesmas Terserap Dunia Kerja, Perlu Penyesuaian Kurikulum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Agar Lulusan Kesmas Terserap Dunia Kerja, Perlu Penyesuaian Kurikulum"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Agar Lulusan Kesmas Terserap

Dunia

Kerja,

Perlu

Penyesuaian Kurikulum

UNAIR NEWS – Penyelenggaraan pendidikan tinggi kesehatan di

masyarakat terus berproses. Di era global seperti sekarang, maka perlu adanya jaminan dari perguruan tinggi agar lulusannya dapat terserap dan diakui pasar kerja maupun masyarakat. Oleh karena itu, maka perlu adanya penyesuaian kurikulum pendidikan tinggi kesehatan masyarakat.

Pemikiran ini ditangkap dalam lokakarya nasional ‘Pendidikan Kesehatan Masyarakat di Indonesia Masa yang Akan Datang’. Lokakarya yang diselenggarakan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR bekerjasama dengan Asosiasi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPTKMI) dan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia ini dilaksanakan di Hotel Swiss-Bellinn pada Sabtu (27/2), dan dihadiri oleh anggota AIPTKMI dan IAKMI.

Menurut Dekan FKM UNAIR, Prof. Dr. Tri Martiana, dr., MS, menuturkan bahwa penyesuaian kurikulum pendidikan kesehatan masyarakat (kesmas) diperlukan untuk menghadapi tantangan lulusan ilmu kesmas.

(2)

Suasana lokakarya nasional ‘Pendidikan Kesehatan Masyarakat di Indonesia Masa yang Akan Datang’. (Foto: UNAIR NEWS)

“Pada ilmu kesmas, ada banyak peminatan misalnya sanitasi, kesehatan lingkungan, dan K-3 (kesehatan dan keselamatan kerja). Kalau dulu kita lebih memikirkan S-1, sekarang kita memikirkan yang S-2. Misalnya, ada sarjana kebidanan yang ingin melanjutkan S-2 dengan peminatan kesehatan ibu dan anak. Peminatan itu adanya di S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat. Namun, tidak semua (kampus) memiliki peminatan atau prodi tersebut. Maka, inilah yang perlu disesuaikan,” tutur Dekan FKM UNAIR. U n t u k p e n y e s u a i a n k u r i k u l u m i t u , t a k s e m u a k a m p u s penyelenggara pendidikan kesmas memiliki kemampuan yang sama. Maka dari itu, pengajar di FKM UNAIR turut mendampingi kampus yang memerlukan penyesuaian itu. Salah satu bentuknya adalah penyelenggaraan lokakarya ini.

Bagaimana dengan pengembangan peminatan menuju prodi? Menurut Prof. Tri, ada banyak syarat yang harus dipenuhi sebelum menentukan prodi. Kampus harus memenuhi syarat seperti jumlah

(3)

dosen, fasilitas praktikum, dan ruang perkuliahan. Di FKM UNAIR sendiri, masih ada beberapa hal yang perlu disesuaikan sebelum peminatan itu menjadi prodi diantaranya adalah rasio dosen dengan mahasiswa. (*)

Penulis: Defrina Sukma S

Peringati Hari Gizi Nasional,

Sivitas Gizi UNAIR Adakan

Baksos

UNAIR NEWS – Sivitas akademika Ilmu Gizi FKM UNAIR mengadakan

kegiatan bakti sosial di Mulyorejo Surabaya Jum’at (12/2). Kegiatan ini adalah lanjutan dari acara seminar nasional yang diadakan oleh Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR dan PERGIZI.

Bakti sosial ini terdiri dari tiga kegiatan. Yaitu, penyuluhan makanan pendamping air susu ibu (MPASI), pengukuran tumbuh dan kembang anak, dan pemeriksaan kesehatan. Seluruh kegiatan bakti sosial ini dilaksanakan secara gratis. Sekitar 30 batita (bayi tiga tahun) beserta ibu masing-masing hadir.

Koordinator Program Studi Ilmu Gizi FKM UNAIR Lailatul Muniroh, S.KM., M.Kes, mengatakan, kegiatan bakti sosial ini dilaksanakan agar keberadaan UNAIR bisa lebih bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Pada acara ini, setiap batita mendapat menu kudapan berupa makaroni schotel dan puding buah. Setiap ibu bisa menyajikan menu-menu tersebut secara rutin.

(4)

Terlihat tenang, saat salah satu panitia memeriksa pernapasan dari si balita (Foto: UNAIR NEWS)

“Orang dari kalangan ekonomi lemah juga bisa membuatnya. Di sisi lain, menu ini bisa disubstitusi dengan persediaan makanan di rumah. Kreativitas dan kemauan ibu untuk membuat menu MPASI perlu terus dikembangkan,” tutur pengajar pada Departemen Gizi bidang Penyakit Metabolik.

Riana, salah satu kader Posyandu di kelurahan setempat, mengatakan bahwa dirinya mengaku senang dengan adanya acara tersebut. Dia juga bercerita bahwa keadaan gizi anak-anak di Mulyorejo cukup variatif. Sebagian diantaranya berstatus gizi baik, dan sebagian lagi berstatus gizi kurang. Riana juga menuturkan bahwa pihak Posyandu setempat rutin mengadakan acara serupa selama dua minggu sekali.

(5)

Tak henti-hentinya menangis melihat sang ibu mengukur tensi darahnya (Foto:UNAIR NEWS)

“Di sini ada banyak sekali ibu yang bekerja di luar rumah. Sehingga, anak-anaknya banyak yang dititipkan. Masalahnya, kalau dititipkan itu asupan gizinya belum tentu terjamin. Oleh karena itu, kami terbantu dengan acara penyuluhan yang diselenggarakan oleh UNAIR ini,” tutur Riana.

Binti, salah satu ibu yang hadir terlihat antusias. “Saya akan coba mempraktikkan apa yang sudah disampaikan tadi terkait menu MPASI di rumah,” terang Binti.(*)

Penulis: Defrina Sukma Satiti Editor: Rio F. Rachman

(6)

UNAIR dan PERGIZI Pangan

Selenggarakan Seminar Gizi

UNAIR NEWS – Dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional

tahun 2016, Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga bekerjasama dengan PERGIZI Pangan Indonesia menyelenggarakan seminar tentang gizi seimbang. Bertempat di Aula Kahuripan, Kampus C UNAIR, seminar ini dihadiri oleh 322 peserta yang terdiri dari mahasiswa, karyawan dinas kesehatan tingkat provinsi, puskesmas, serta awak media dan blogger, pada Sabtu (6/2).

Seminar ini menghadirkan empat pembicara dari unsur akademis dan pemerintah, yaitu Prof. Hardinsyah selaku Ketua Umum PERGIZI Pangan Indonesia, Ir. Edy Purwanto Tertiyus, MMA dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Edi Suroso, S.KM selaku penanggung jawab bahian seksi gizi Dinkesprov Jatim, dan Dr. dr. Sri Adiningsih MS, MCN dari Departemen Gizi FKM UNAIR.

Dalam pemaparannya, untuk mendukung perbaikan gizi anak, Prof. Hardinsyah mengatakan kepada perwakilan PKK yang hadir untuk selalu kreatif dalam pengolahan makanan, terutama buah dan sayuran.

“Bila anak tak suka buah dan sayuran, maka ibu-ibu harus kreatif dalam mengolah makanan. Buah atau sayur itu harus dicampurkan ke dalam jenis makanan yang disukai si anak. Misalnya, wortel dicampur dengan tepung dan digoreng,” tutur Prof. Hardinsyah selaku Ketua Pergizi Pangan Indonesia.

Untuk menjamin ketersediaan keanekaragaman kebutuhan pangan di Indonesia, Edi selaku perwakilan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim, mengatakan bahwa pihaknya kini sedang rutin melakukan sosialisasi pembuatan karang kitri dan rumah pangan lestari.

(7)

Pada program ini, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim mengimbau warga untuk menanam tanaman pangan di sekitar pekarangan rumah. Sedangkan, untuk pengembangan kawasan rumah pangan lestari, pihak Badan Ketahanan Pangan membantu warga dengan penyediaan polybag.

“Sampai saat ini, sudah ada 2.000 karang kitri. Kita berupaya seluruh desa di Jatim akan mendapatkan karang kitri ini sehingga ketahanan pangan terjaga. Bahkan program ini sudah menghasilkan nilai tambah bagi masyarakat. Ada beberapa rumah tangga yang ikutan menjual lombok dan sayur-sayuran karena kelebihan,” tutur Edi.

Terkait dengan pesan promosi kesehatan tentang gizi seimbang, pakar ilmu gizi dari FKM UNAIR Sri Adiningsih mengatakan bahwa selama ini, konsep tumpeng yang menggambarkan gizi seimbang masih memiliki beberapa kekurangan. Menurut Dini, sapaan akrabnya, dengan banyaknya contoh gambar makanan dalam konsep tumpeng, turut memicu persepsi masyarakat bahwa makanan bergizi itu mahal.

“Gambar tumpeng itu sulit diterima masyarakat karena mahal. Mereka berpikir bahwa semua makanan pada gambar itu harus tersaji dalam sekali makan,” kata dr. Dini.

Dini juga menyayangkan karena gambar air minum tidak ada dalam konsep tumpeng itu. Menurutnya, itu bisa mempengaruhi pola pikir masyarakat bahwa air minum kurang penting bagi tubuh. Penulis: Defrina Sukma S.

(8)

Tut Wuri Handayani, Prinsip

Dharmawanita Persatuan UNAIR

UNAIR NEWS – Jumat, (5/2), bertempat di Aula Soemarto Fakultas

Kesehatan Masyarakat (FKM) digelar Rapat Kerja (raker) I Dharma Wanita Persatuan Universitas Airlangga. Raker ini sebagai bagian dari program tahunan dharma wanita, yang akan menjalankan berbagai kegiatan dalam kurun waktu satu tahun ke depan. Dari 45 anggota dharma wanita pusat, hadir sebanyak 38 anggota. Program kerja yang direncanakan meliputi bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya.

Triyani Purnamawati Nasih selaku Ketua Dharma Wanita menuturkan secara garis besar tidak banyak perubahan pada program kerja Dharma Wanita tahun ini.

“Karena orientasi kita lebih banyak sulaturahmi dan berkumpul agar selalu dekat. Kegiatan pokok yang selalu dilakukan diantaranya raker, peringatan hari kartini, pembagian sembako gratis kepada pegawai golongan 1 dan 2 di UNAIR, dan juga warga di sekitar UNAIR. Ada bebearpa kelurahan yang ditunjuk,” tutur triyani.

“Harapan ke depan Dharma Wanita sebagai supporting system. Kalau ibu-ibu silaturahminya bagus, bisa menghasilkan sesuatu yang maksimal. Tut wuri handayani,” tutur triyani Nasih.

Sementara itu, program kerja dalam bidang pendidikan yang disampaikan oleh Nyoman Anita Damayanti (Dr., drg., MS.) meliputi bidang pendidikan formal dan nonformal. Dalam bidang formal, program kerja yang dibentuk yaitu mengadakan kunjungan kepada Taman bermain Anak Ceria Fakultas Psikologi UNAIR.

“Kunjungan ini dimaksudkan untuk memberikan penguatan kepada para pengasuh, agar Taman bermain Anak Ceria di Fakultas Psikologi UNAIR bisa dijadikan contoh bagi yang lain,” papar Nyoman.

(9)

Dalam bentuk bimbingan belajar yang tidak formal. Program ini nantinya juga akan mengajak para mahasiswa sebagai volunteer. Program kerja yang akan direalisasikan dalam waktu dekat adalah peringatan hari kartini yang jatuh pada bulan April. Kegiatan pada peringatan tersebut meliputi talkshow dan bazar. Talkshow yang akan mengundang pakar ahli dibidangnya tersebut mengambil tema “Melindungi Anak dari Kekerasan”. Kegiatan ini nantinya juga mengundang perwakilan dari masing-masing fakultas di UNAIR dan beberapa unit serta badan di lingkungan UNAIR.

Setelah raker selesai, Nyoman yang merupakan penggagas Gerakan Peduli Ibu Hamil dan Anak Sehat (GELIAT) UNAIR menyampaikan materi sosialisasi seputar GELIAT UNAIR. Dari pemaparannya tersebut ia berharap para anggota Dharma Wanita ikut mensosialisasikan GELIAT UNAIR kepada para ibu-ibu muda serta suami.

Nyoman juga mencanangkan program pemberian pendidikan berupa baca tulis kepada anak-anak di sekitar lingkungan UNAIR yang tidak mengenyam bangku sekolah. Meskipun secara formal program tersebut belum tertulis, namun Nyoman mengaku akan memulai program tersebut dalam lingkup kecil.

Hasil raker akan disampaikan kepada rektor UNAIR, untuk dijadikan bahan laporan dan saran, jika memang diperlukan. Laporan hasil kegiatan Dharma Wanita selama 1 tahun nantinya juga akan menjadi bahan untuk dilaporkan ke pemerintah provinsi.

Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Defrina Sukma S.

(10)

FKM UNAIR Gelar Lokakarya

Strategi Pengendalian Biaya

Rumah Sakit di Era JKN

UNAIR NEWS – Manajemen sebuah rumah sakit berpengaruh terhadap

tingkat efisiensi dalam pengelolaan rumah sakit yang bersangkutan. Program Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR mengadakan lokakarya bertajuk “Strategi Pengendalian Biaya (Cost Containment) Rumah Sakit di Era Jaminan Kesehatan Nasional” pada 23-24 Januari 2016 bertempat di Hotel Novotel Surabaya.

Hadir pemateri dalam lokakarya tersebut Widodo J.P., dr., M.S., M.PH., Dr. PH (Dosen FKM UNAIR), Drs. Widartoyo, AK, MM, M.Si, CPA (Akuntan Publik dan Pengurus Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) ), serta Hargo Wahyuono, S.E. Ak., M.Si (Praktisi R.S. dan Dosen FKM UNAIR).

Lokakarya ini dihadiri oleh perwakilan direktur dan dokter dari 42 rumah sakit milik pemerintah maupun swasta, 4 Klinik, 2 Dinas Kesehatan di Jawa Timur, dan mahasiswa S2 Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) FKM. Lokakarya membahas pola dan strategi dalam pengendalian biaya di rumah sakit.

Berbagai materi yang disampaikan diantaranya mengenai penataan pelayanan pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), pentingnya strategi pengendalian biaya, kebijakan strategis cost containment serta simulasi penggunaan Efficiency Measurement System (EMS), dan Root Cause Analysis (RCA) oleh masing-masing pemateri.

Tujuan diadakannya lokakarya ini yaitu memberikan pemahaman tentang pengendalian biaya, bukan hanya untuk rumah sakit, namun juga untuk klinik, puskesmas, dan instansi lainnya pada era JKN. Berkaitan dengan tingkat efisiensi, rumah sakit harus selalu mengadakan survey kepuasan dengan memantau aset dan

(11)

tenaga ahli yang berada di instanti terkait secara berkala. “Rumah sakit harus selalu melakukan survey dalam hal kepuasan serta dalam pengendalian biaya pada era JKN, untuk menuju efisiensi atau cost containment. Terdapat lima dimensi yang harus diperhatikan seperti cost awareness, cost management, cost monitoring, dan cost appearance,” papar Widodo.

Monitoring secara berkala ini berguna untuk memanfaatkan aset secara maksimal, memicu kemampuan bersaing dengan lebih mengefisienkan output dan input sebagai modal awal menuju keunggulan kompetitif, serta bisa meningkatkan kesejahteraan pegawai dengan diperolehnya pendapatan yang lebih besar daripada pengeluaran.

Relevansinya, sebuah pemanfaatan dan pengelolaan aset yang efisien dalam mencapai keunggulan kompetitif harus memiliki sasaran dalam upaya meningkatkan kesejahteraan organisasi. Sehingga, target yang diperoleh pada akhirnya akan menciptakan Organization Citizenship Behaviour (OCB) di semua lini.

“Salah satu alasan yang menyebabkan ketidakefektifan sebuah rumah sakit contohnya seperti sering terjadinya banyak penumpukan barang dengan beban yang biasanya dibebankan pada masa lalu, akhirnya dibebankan kembali di masa sekarang. Penumpukan itulah yang nantinya sering kita sebut dengan opportunity cost,” tambah seorang akuntan publik dan pengurus PERSI.

Selama berjalannya lokakarya di ruang Brawijaya, peserta juga diberikan pelatihan pengolahan data dengan aplikasi Efficiency Measurement System (EMS). Dengan aplikasi inilah para peserta dapat secara langsung melihat model perhitungan perbandingan tingkat efisiensi antar unit kerja berdasarkan data multioutput dan multiinput.

Keseriusan terlihat dari wajah para peserta seminar pada saat dimulainya input data ke masing-masing software yang disediakan. Tampak pula panitia yang senantiasa memantau

(12)

kesulitan para peserta lokakarya dengan mendatanginya satu per satu.(*)

Penulis: Disih Sugianti Editor: Binti Q. Masruroh

Penanganan Demam Berdarah

Butuh Peran Lintas Sektoral

UNAIR NEWS – Jumlah kasus demam berdarah di Indonesia memang

selalu tinggi. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melansir jumlah penderita DBD pada tahun 2014 mencapai 71.668 orang di 34 provinsi. Jumlah itu memang menurun jika dibandingkan pada tahun 2013 yang berada pada angka 112.511 orang di 34 provinsi.

Menurut M. Atoillah Isfandiari, dr., M.Kes, pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Indonesia sebagai negara tropis secara otomatis merupakan tempat ideal untuk perkembangbiakan vektor DBD yakni Aedes aegypti. Jika jumlah vektor virus semakin banyak, maka persebaran virus akan semakin mudah.

Faktor kedua yang mempengaruhi terjadinya kasus DBD adalah global warming (pemanasan global). Sebelum fenomena perubahan iklim terjadi, kasus DBD akan meningkat pada musim pancaroba. Pada musim pancaroba, hujan jarang terjadi namun ada genangan-g e n a n genangan-g a n a i r y a n genangan-g a k a n d i j a d i k a n s e b a genangan-g a i t e m p a t perkembangbiakan vektor.

“Dengan adanya global warming atau perubahan iklim, maka kasus DBD tidak lagi memuncak pada bulan-bulan tertentu. Bisa terjadi sepanjang tahun walaupun ada variasi kasus, tapi

(13)

hampir sepanjang tahun bisa terjadi kasus DBD,” tutur Atoillah.

Faktor ketiga adalah kesadaran masyarakat untuk membersihkan tempat-tempat perkembangbiakan Aedes aegypti seperti bak air. Pencegahan berkembangbiaknya nyamuk DBD, menurut Atoillah, kurang efektif apabila dengan pengasapan (fogging). Sebab, larvasida tidak bisa mati hanya dengan pengasapan.

Selain itu, Atoillah juga menyampaikan bahwa kelompok yang rentan terkena penyakit DBD juga bergeser dari anak-anak ke kelompok dewasa. Pernyataan ini disampaikan berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh tim obat anti-dengue Institute of Tropical Disease (ITD) UNAIR pada tahun 2011-2013. Pada penelitian ITD UNAIR tahun 2013, presentase penderita DBD dari kalangan dewasa sekitar 30%.

Dampak pemanasan global juga membuat daerah-daerah rawan DBD bergeser. Bila sebelumnya daerah rawan DBD adalah daerah pesisir karena suhunya yang tinggi, sekarang DBD juga bergeser ke dataran tinggi. Di Jawa Timur, juga tak ada daerah yang bebas dari DBD, termasuk daerah dataran tinggi seperti Malang. Sekretaris Pusat Layanan Kesehatan (PLK) UNAIR itu juga menyampaikan apresiasinya kepada salah satu peserta pemilukada serentak Surabaya yang membentuk gerakan pemberantasan sarang nyamuk. Bagi Atoillah, gerakan itu cukup berkontribusi terhadap penurunan kasus DBD di Surabaya pada awal tahun 2016 ini.

“Itu seharusnya menjadi program rutin. Faktanya, pada awal tahun ini Surabaya relatif aman kasus DBD dibandingkan daerah lain,” tuturnya.

Pemberantasan vektor DBD membutuhkan peran lintas sektoral. Pemerintah, swasta, dan masyarakat perlu bersinergi untuk memberantas vektor DBD.

(14)

terus mengalir, seperti shower di luar negeri, saya kira akan dapat membantu perilaku masyarakat terkait penyimpanan air. Kita juga tidak henti-hentinya mengedukasi masyarakat dengan program 3M. Dan yang paling penting adalah kebersihan masyarakat karena itu adalah salah satu faktor mengapa 3M tidak berjalan optimal. Selain itu, saya kira perlu adanya regulasi tentang sampah rumah tangga,” tutur Atoillah.(*)

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat, kesempatan, dan kemudahan-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Opong Sumiati [et.al], Materi Pokok Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), h.. yang mendukung dipakai oleh siswa dan guru

Mewakili prodi yang diakreditasi, Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UNAIR Corie Indria Prasasti, S.KM., M.Kes, mengungkapkan, dengan adanya akreditasi AUN ini

Badak jawa (Rhinoceros sondaicus, Desmarest 1822) merupakan spesies yang paling langka diantara lima spesies badak yang ada di dunia. Pada saat ini penyebaran badak jawa di

purposive sampling dengan jumlah sampel 74 siswa TK Negeri Pembina Sragen. Instrumen yang digunakan adalah checklist mencuci tangan. Teknik analisis data

Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin meneliti pengaruh faktor lingkungan dan karakteristik ibu terhadap tindakan penanganan diare pada Balita di Kelurahan Kota Bangun

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) merespon permasalahan ini dengan mengadakan seminar online seri 7 bertajuk ‘Peran Ketahanan Kesehatan Keluarga,

“Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat FIKES UHAMKA menjadi salah satu Institusi pendidikan tinggi kesehatan masyarakat yang menghasilkan lulusan unggul di tingkat