• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori Pasar Efisien merupakan salah satu teori keuangan yang penting. Teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori Pasar Efisien merupakan salah satu teori keuangan yang penting. Teori"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pasar Efisien

Teori Pasar Efisien merupakan salah satu teori keuangan yang penting. Teori ini dikemukakan oleh Eugene F. Fama pada tahun 1970. Fama mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan pasar efisien adalah apabila harga saham perusahaan mencerminkan keseluruhan informasi yang tersedia.

Konsep pasar yang efisien lebih ditekankan pada aspek informasi, artinya pasar yang efisien adalah pasar dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Konsep tersebut menyiratkan adanya suatu proses penyesuaian harga sekuritas menuju harga keseimbangan yang baru, sebagai respons atas informasi baru yang masuk ke pasar (Tandelilin, 2001:112).

Sejumlah besar penelitian empiris (induktif) memperlihatkan bahwa harga-harga sekuritas yang diperdagangkan secara publik bereaksi secara cepat dan tidak bias (rapidly and unbiased) terhadap informasi baru. Oleh karena itu, harga pasar sekuritas diasumsikan mencerminkan sepenuhnya semua informasi yang tersedia bagi publik (Bastian, 2006 : 212). Yang perlu diperhatikan bahwa harga terbentuk melalui proses transaksi atau bertemunya penawaran dan permintaan yang secara otomatis akan meningkatkan frekuensi perdagangan saham atau bisa dikatakan bahwa perubahan harga saham akan diikuti dengan peningkatan frekuensi perdagangan.

Empat kondisi yang diperlukan agar suatu pasar efisien secara informasional menurut Tandelilin (2001:113) adalah (1) ada banyak investor yang rasional dan

(2)

berusaha untuk memaksimalkan profit, (2) semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang sama dengan cara yang murah dan mudah, (3) informasi yang terjadi bersifat random, (4) investor bereaksi secara cepat terhadap informasi baru, sehingga harga sekuritas akan berubah sesuai dengan perubahan nilai sebenarnya akibat informasi tersebut. Jelas sekali keempat kondisi tersebut tidak terdapat pada dunia nyata.

Oleh karena itu perlu dibedakan antara pasar yang perfectly informationally efficient dan economically informationally efficient. Pasar yang perfectly efficient, yakni yang memenuhi keempat kondisi di atas, harga selalu merefleksikan semua informasi yang diketahui, harga akan menyesuaikan diri dengan informasi baru secara cepat dan excess return hanya dapat diperoleh karena keberuntungan. Pada pasar yang economically efficient, harga tidak menyesuaikan diri dengan informasi baru secara cepat namun excess return tetap tidak dapat diperoleh setelah keuntungan dikurangi dengan biaya informasi dan transaksi.

Menurut Fama (1970) bentuk pasar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yang dikenal sebagai hipotesis pasar efisien. Ketiga bentuk pasar tersebut adalah : 1. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah (Weak Form)

Dalam hipotesis ini, harga saham diasumsikan mencerminkan semua informasi yang terkandung dalam sejarah masa lalu tentang harga sekuritas yang bersangkutan. Artinya, harga yang terbentuk atas suatu saham, misalnya merupakan cerminan dari pergerakan saham yang bersangkutan di masa lalu. 2. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Setengah Kuat (Semi Strong Form)

(3)

Menurut hipotesis ini, harga mencerminkan semua informasi public yang relevan. Di samping merupakan cerminan harga saham historis, harga yang tercipta juga terjadi karena informasi yang ada di pasar, termasuk di dalamnya adalah laporan keuangan dan informasi tambahan sebagaimana diwajibkan oleh peraturan akuntansi. Menurut konsep ini, investor tidak akan mampu untuk memperoleh abnormal return dengan menggunakan strategi yang dibangun berdasarkan informasi yang tersedia di publik.

3. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Kuat (Strong Form)

Pasar efisien bentuk kuat menyatakan bahwa harga yang terjadi mencerminkan semua informasi yang ada, baik informasi publik maupun informasi pribadi (private information). Dalam konteks pasar efisien bentuk kuat tidak ada seorangpun baik individu maupun institusi dapat memperoleh abnormal return, untuk suatu periode tertentu, dengan menggunakan informasi yang tersedia di publik dalam konteks kelebihan informasi, termasuk di dalamnya informasi yang hanya dapat diakses oleh orang-orang tertentu.

Hipotesis pasar efisien secara potensial memiliki implikasi penting terhadap akuntansi dan keuangan, sebagai contoh, informasi dengan cepat tercermin dalam harga sekuritas sehingga mendorong pengungkapan (disclosure) informasi keuangan (Bastian, 2006:212).

2.2 Teori Keagenan

Teori keagenan merupakan cabang dari ilmu ekonomi yang akrab dengan implikasi perilaku dari mempercayakan pengambilan keputusan kepada pihak ketiga (Dunn, 2010:7). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan teori

(4)

keagenan sebagai kontrak antara satu orang atau lebih (principal) yang menggunakan orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama mereka termasuk mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Teori keagenan mengasumsikan bahwa prinsipal menginginkan pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas investasi yang mereka tanamkan, salah satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang mereka miliki.

Masalah keagenan sering terjadi prinsipal dan agen. Masalah ini dapat diatasi dengan beberapa cara, dengan mendesain suatu penghargaan (reward) yang memotivasi agen agar bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal. Cara lain adalah dengan mengawasi tindakan dari agen, dan itu adalah ketika informasi keuangan ditampilkan. Jika prinsipal memiliki akses kepada laporan keuangan yang informatif, mereka dapat menilai prestasi dari agen (Dunn, 2010:8).

Prinsipal menilai prestasi agen berdasarkan kemampuannya memperbesar laba untuk dialokasikan pada pembagian deviden. Semakin tinggi laba, harga saham dan semakin besar deviden, maka agen dianggap berhasil dan memiliki kinerja yang baik sehingga layak mendapat insentif yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan bagi manajer untuk melaporkan kondisi keuangan dengan cara-cara tertentu dalam rangka memaksimalkan utilitas mereka, dalam hal ini hubungannya dengan pemilik, kreditur, maupun pemerintah.

Praktik IFR bisa dijadikan alat bagi agen untuk menyampaikan informasi sebagaimana yang dikehendaki dalam kontrak keagenan. Alasan yang mendasari perlunya praktek pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen perusahaan

(5)

kepada shareholder dijamin dalam hubungan antara prinsipal dan agen. Laporan keuangan merupakan sarana akuntabilitas manajemen kepada pemilik. Sehingga sebagai wujud pertanggungjawaban, agen akan berusaha memenuhi seluruh keinginan prinsipal, dalam hal ini adalah pengungkapan sukarela yang lebih luas (Dunn, 2010:8).

2.3 Teori Sinyal

Teori Sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar harga saham meningkat, ia ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor. Manajer bisa melakukan pengungkapan informasi lebih, sebagai sinyal yang lebih credible (Hanafi, 2005:316).

Pengaruh pemberian sinyal berasumsi bahwa terdapat asimetri (ketidakseimbangan) informasi antara pihak manajemen dan para pemegang saham. Oleh karena itu, perusahaan dapat mengungkapkan informasi keuangan yang berhubungan dengan profitabilitas dan risiko perusahaan yang terkandung didalamnya, sehingga memudahkan pemegang saham dalam menilai prospek perusahaan kedepannya (Horne dan Machowicz, 2007 : 253).

Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya, yang akan digunakan untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis, termasuk laporan arus kas karena laporan arus kas merupakan bagian dari laporan keuangan.

(6)

2.4 IFR (Internet Financial Reporting)

Internet Financial Reporting adalah pencantuman informasi keuangan perusahaan melalui internet atau website (Lai et al., 2009). Fitriana (2009) mengungkapkan bahwa Internet Financial Reporting dinilai memberikan berbagai keuntungan, yakni :

1. Menawarkan solusi biaya rendah (bagi kedua belah pihak). Bagi investor, memberikan kemudahan dalam mengakses informasi perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan, dapat mengurangi biaya untuk mencetak serta mengirim informasi perusahaan kepada investor Menawarkan ketepatan waktu dalam penyebaran serta akses informasi sehingga informasi lebih relevan karena tepat waktu.

2. Sebagai media komunikasi massa untuk laporan perusahaan. Informasi dapat diakses oleh pengguna yang lebih luas daripada media komunikasi yang lama. Tidak ada batasan wilayah sehingga dapat mengembangkan jumlah investor potensial.

3. Menawarkan informasi keuangan dalam berbagi format yang memudahkan dan bisa diunduh (Hanifa dan Rashid; 2005 dalam Fitriana, 2009). Adobe Acrobat format dalam portable document format (PDF) biasanya merupakan format yang paling umum digunakan . Selain itu format yang digunakan adalah HTML (Hypertext Markup Language), Excel, XBRL.

4. Memungkinkan pemakai berinteraksi dengan perusahaan untuk bertanya atau memesan informasi tertentu dengan cara yang jauh lebih mudah dan murah dibanding mengirim surat atau telepon ke perusahaan.

(7)

Berbagai format yang dapat digunakan dalam mempresentasikan laporan keuangan melalui internet antara lain :

1. Portable Document Format (PDF)

Merupakan sebuah format file yang dikembangkan oleh Adobe Corporation untuk membuat dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk mewakili dokumen yang asli. Semua elemen dalam dokumen asli disimpan sebagai gambaran elektronik.

2. Hypertext Markup Language

HTML merupakan standar yang biasa digunakan untuk mempresentasikan informasi melalui internet.

3. Graphics Interchange Format (GIF)

GIF adalah sebuah format file berbentuk grafik, dengan meringkas mengenai gambaran informasi tanpa mengurangi informasi tersebut, yang dapat dibaca oleh kebanyakan pengguna.

4. Joint Photographic Expert Group (JPEG)

Sebuah format grafik yang digunakan untuk meringkas foto agar mempunyai ukuran yang dapat digunakan dalam website.

5. Microsoft Excel Spreadsheet

Sebuah aplikasi komputer yang berupa spreadsheet dengan menyimpan, memperlihatkan dan memanipulasi data yang disusun dalam kolom dan lajur. 6. Microsoft Word

Ms. Word merupakan aplikasi program computer yang paling banyak digunakan dalam IFR.

(8)

7. Zip Files

WinZip adalah program windows yang mengizinkan para pengguna untuk menyimpan dan meringkas dokumen informasi sehingga mereka dapat menyimpan dan mendistribusikan informasi tersebut dengan lebih efisien.

The Steering Committee of the Business Reporting Research Project (FASB, 2000), menyediakan beberapa motif perusahaan dalam meyajikan informasi melalui internet :

1. Mengurangi biaya cetak dan posting laporan tahunan (annual report). 2. Akses yang lebih luas daripada praktek tradisional.

3. Memberikan informasi yang terkini.

4. Mempercepat waktu dalam distribusi informasi.

5. Menjalin komunikasi dengan konsumen yang tidak teridentifikasi sebelumnya. 6. Menambah praktek pengungkapan tradisional.

7. Meningkatkan jumlah dan data yang diungkapkan.

8. Memperbaiki akses pada investor potensial untuk perusahaan kecil. 2.5 Pengungkapan Laporan Keuangan

2.5.1 Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Bastian (2006 : 57) laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi, yaitu aktivitas pengumpulan dan pengolahan data keuangan untuk disajikan dalam bentuk laporan laporan keuangan atau ikhtisar-ikhtisar lainnya yang dapat digunakan untuk membantu pemakainya dalam membuat atau mengambil suatu keputusan.

(9)

“Financial statement attempt to portray the operating performance and financial health of a business firm during a recent period of time. Financial analysis study these financial statements both to evaluate a firm’s success in the past conducting its activities and to project its likely future performance.”

Laporan keuangan suatu organisasi secara umum terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan catatan atas laporan keuangan, dan laporan arus kas (Kasmir, 2013 : 67).

2.5.2 Kegunaan dan Tujuan Laporan Keuangan Adapun kegunaan dari laporan keuangan adalah :

1. Informasi akuntansi sebagai alat komunikasi antara manajemen dengan pemegang saham atau dengan para pemangku kepentingan.

2. Sebagai alat pertanggungjawaban para pengelola (manajemen)sebagai agent yang ditunjuk oleh pemilik perusahaan (principals) atas usahanya atau tindakannya dalam suatu periode tertentu.

3. Laporan keuangan sebagai data untuk melakukan perencanaan

4. Laporan keuangan mencerminkan kinerja usaha suatu organisasi dalam periode tertentu.

5. Mencerminkan posisi keuangan suatu perusahaan.

6. Sebagai dasar atau rujukan dalam pengambilan keputusan keuangan dan non-keuangan.

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) melalui Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam Mursyidi (2010) menguraikan karakteristik kualitatif laporan keuangan

(10)

merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok :

1. Dapat dipahami. Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.

2. Relevan. Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu.

3. Keandalan. Agar bermanfaat, infornasi harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal, jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4. Dapat dibandingkan. Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

FASB menetapkan tujuan pelaporan keuangan yang dapat diringkas sebagai berikut :

(11)

1. Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi investor dan kreditor (sekarang maupun potensial) dan pemakai lain dalam membuat keputusan investasi, kredit dan lainnya secara rasional.

2. Menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditor (sekarang maupun potensial) dan pemakai lain dalam mengevaluasi jumlah, saat, dan ketidakpastian penerimaan kas di masa datang yang berasal dari dividen atau bunga dan penerimaan dari penjualan, penebusan, atau pelunasan surat berharga atau pinjaman (loans). Karena aliran kas bagi investor dan kreditor berkaitan dengan aliran kas perusahaan, pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat membantu investor, kreditor, dan lainnya dalam mengevaluasi jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kas perusahaan yang bersangkutan di masa datang.

3. Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber ekonomik suatu perusahaan (badan usaha), klaim terhadap sumber ekonomik (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber ekonomik kepada pihak lain yang berhak dan pemilik ekuitas), dan pengaruh transaksi-transaksi, kejadian-kejadia, dan kondisi-kondisi yang mempengaruhi komposisi dan jumlah sumber ekonomik perusahaan tersebut serta klaim atas sumber-sumber ekonomik tersebut.

2.5.3 Jenis Pengungkapan Laporan Keuangan 2.5.3.1 Pengungkapan Sukarela

Perusahaan berhak untuk memberikan informasi tambahan yang bersifat sukarela untuk mempermudah para pemakai laporan keuangan dalam mengambil

(12)

keputusan. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan diluar apa yang telah diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas (Suwardjono, 2005). Luas pengungkapan sukarela tergantung pada kebijakan perusahaan. Kebijakan perusahaan yang satu akan berbeda dengan kebijakan perusahaan lain. Pengungkapan sukarela diperbolehkan asalkan tidak bertentangan dengan item- item dalam mandatory disclosure.

Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang saham, khususnya apabila informasi tersebut merupakan berita gembira (good news). Manajemen juga akan menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitas dan kemajuan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan (Suwardjono, 2005). Terdapat banyak perkembangan penelitian empiris terkait dengan Internet Financial Reporting (IFR) yang merefleksikan perkembangan bentuk pengungkapan informasi perusahaan.

Penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela bermanfaat bagi perusahaan. Leftwich et al. (1981) dalam Hargyantoro (2010) menunjukkan bahwa pengungkapan informasi sukarela yang signifikan, baik keuangan maupun non-keuangan, akan menambah nilai dari informasi yang diungkapkan kepada publik. Lima manfaat pengungkapan sukarela meliputi: (1) memperbaiki reputasi perusahaan, (2) menyajikan informasi yang dapat menghasilkan keputusan investasi yang lebih baik bagi investor, (3) memperbaiki akuntabilitas, (4) memperbaiki prediksi risiko yang dilakukan oleh investor, dan (5) menyajikan kewajaran harga saham yang lebih baik.

(13)

Praktek pengungkapan informasi keuangan dalam website perusahaan (Internet Financial Reporting- IFR) merupakan salah satu contoh bentuk pengungkapan sukarela.

2.5.3.2 Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)

Menurut keputusan ketua Bapepam No. Kep-38/ PM/ 1996 tanggal 17 Januari 1996, perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik berkewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan yang memuat Ikhtisar Data Keuangan Penting, Analisis dan Pembahasan Umum oleh Manajemen, Laporan Keuangan yang telah diaudit dan Laporan Manajemen. Laporan keuangan yang disampaikan harus disusun sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan peraturan Bapepam dalam bidang akuntansi serta harus diaudit oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai IFR cukup banyak dilakukan oleh para peneliti. Ettredge et al. mencoba meneliti pengaruh Ukuran perusahaan, reputasi perusahaan terhadap penyajian informasi sukarela. Mereka mengambil sampel dari Association for Investment Management and Research (AIMR) sebanyak 220 perusahaan, dan ada 193 yang memiliki Website perusahaan. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa ukuran dan reputasi perusahaan berpengaruh terhadap penyajian informasi secara sukarela.

(14)

Lodhia et al. (2004) melakukan penelitian mengenai pelaporan perusahaan melalui internet pada perusahaan di Australia. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa walaupun di Australia pelaporan perusahaan melalui internet sedang berkembang tapi perusahaan - perusahaan tersebut tidak secara maksimal menggunakan internet untuk mengungkapkan informasi keuangan pada pemegang saham.

Ezat dan El-Masry (2008) menguji pengaruh corporate governance terhadap timeliness IFR. Hasilnya, terdapat hubungan yang positif antara ketepatan waktu IFR dengan ukuran perusahaan, sektor industri, likuiditas, struktur kepemilikan, komposisi dewan direksi dan ukuran dewan direksi.

Lai et al., (2009) yang mencoba menghubungkan antara IFR dengan saham. Lai menemukan bahwa perusahaan yang menerapkan IFR dan perusahaan dengan tingkat pengungkapan informasi yang tinggi cenderung mempunyai abnormal return yang lebih besar dan harga saham yang bergerak lebih cepat.

Di Indonesia, penelitian mengenai IFR sudah cukup banyak dilakukan. Lestari dan Chariri (2005), Sari (2011), Kusumawardani (2011), melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi praktik IFR di perusahaan. Lestari dan Chariri (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, reputasi auditor dan umur listing perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik IFR.

Hasil penelitian Sari (2011) adalah bahwa ukuran perusahaan pada sektor perbankan berpengaruh positif terhadap IFR, dan kinerja keuangan serta ketersediaan internet mempengaruhi IFR secara tidak langsung. Sedangkan

(15)

penelitian Kusumawardani (2011) menemukan dari variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, jenis industri, leverage, reputasi auditor, umur listing, public ownership, dan foreign ownership yang berpengaruh positif terhadap probabilitas perusahaan dalam menerapkan IFR hanyalah variabel profitabilitas dan public ownership.

Penelitian yang mengaitkan IFR dan saham juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Seperti Santiko (2013) yang mengambil sampel perusahaan yang terdaftar di LQ45 menemukan bahwa IFR berpengaruh negatif terhadap frekuensi perdagangan saham, sedangkan tingkat pengungkapan website berpengaruh positif terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan. Hasil ini berbeda dengan penelitian Hargyantoro (2010) yang menemukan bahwa IFR dan tingkat pengungkapan website sama-sama berpengaruh positif terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan.

Penelitian terdahulu diatas dapat diringkas ke dalam tabel, sebagai berikut :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Peneliti (tahun) Variabel yang

Digunakan Hasil

Santiko (2013) IFR, tingkat

pengungkapan informasi website, frekuensi perdagangan saham

IFR tidak berpengaruh sedangkan tingkat pengungkapan informasi website berpengaruh positif terhdap frekuensi perdagangan saham Kusumawardani (2011) Ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, jenis industri, leverage, reputasi auditor, umur listing, public ownership,

Profitabilitas dan public ownership berpengaruh positif terhadap probabilitas perusahaan dalam

(16)

foreign ownership, IFR Sari (2011) Ukuran perusahaan,

kinerja keuangan,

ketersediaan internet, IFR

Ukuran berpengaruh positif terhadap praktik IFR, kinerja keuangan & ketersediaan internet berpengaruh secara tidak langsung

Hargyantoro (2010) IFR, tingkat

pengungkapan informasi website, frekuensi perdagangan saham

IFR dan tingkat

pengungkapan informasi website berpengaruh positif terhadap frekuensi

perdagangan saham perusahaan

Lai et al., (2009) Implikasi IFR terhadap harga saham

Perusahaan yang menerapkan IFR dan perusahaan dengan tingkat pengungkapan informasi yang tinggi cenderung mempunyai abnormal return yang lebih besar dan harga saham yang bergerak lebih cepat.

Ezat dan El-Masry (2008)

Corporate governance dan timeliness IFR.

Terdapat hubungan yang positif antara ketepatan waktu IFR dengan ukuran perusahaan, sektor industri, likuiditas, struktur

kepemilikan, komposisi dewan direksi dan ukuran dewan direksi.

Chariri dan Lestari (2005)

Ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, reputasi auditor, profitabilitas, tipe

industri, umur listing dan IFR

Ukuran perusahaan,

likuiditas, leverage, reputasi auditor, umur listing

berpengaruh terhadap praktek IFR

Lodhia et al. (2004) Pengungkapan informasi keuangan di website

Di Australia pelaporan perusahaan melalui internet sedang berkembang tapi perusahaan- perusahaan tersebut tidak secara maksimal menggunakan internet untuk

mengungkapkan informasi keuangan pada pemegang

(17)

saham. Ettredge et. al.,

(2002)

Ukuran perusahaan, reputasi perusahaan dan penyajian informasi sukarela

Ukuran perusahaan dan reputasi perusahaan berpengaruh terhadap penyajian semua informasi yang bersifat sukarela 2.7. Kerangka Konseptual

a. Hubungan Internet Financial Reporting dengan Frekuesi Perdagangan Saham Internet dipercayakan sebagai media untuk menampilkan dan mengungkapkan berbagai informasi tentang kinerja perusahaan dan keuangan perusahaan yang berguna bagi stakeholder. Media tersebut lazim disebut sebagai Internet Financial Reporting. Internet Financial Reporting merupakan suatu bentuk pengungkapan sukarela yang dipraktekkan oleh berbagai perusahaan. Pengungkapan ini dilakukan perusahan di luar dari apa yang telah diwajibkan oleh badan pengawas keuangan.

Adanya informasi yang ditampilkan perusahaan berupa laporan keuangan dan non keuangan menjadi salah satu faktor bagi pembuat keputusan untuk mengevaluasi kembali keputusannya dan atas dasar itu mengambil tindakan baru. Investor bereaksi dengan cepat terhadap informasi terbaru yang relevan yang masuk ke pasar, dan menyebabkan saham segera melakukan penyesuaian. Sesuai dengan pernyataan Beaver (1968) dalam Lai et al (2009) yaitu harga saham akan bergerak ketika informasi yang berguna memasuki pasar.

Semakin banyak informasi yang tersedia dan semakin cepat informasi itu tersedia akan mempemudah investor dalam mengevaluasi portofolio saham yang dimiliki. Informasi tersebut akan membuat investor memeriksa kembali penilaian mereka terhadap nilai saham dan membuat keputusan untuk menjual, memegang

(18)

saham atau membeli saham baru. Lebih lanjut tindakan investor akan tercermin pada pergerakan saham di bursa. Perusahaan yang menerapkan IFR bisa dikatakan memiliki harga saham yang responsive sehingga mempunyai frekuensi perdagangan yang lebih tinggi dibanding perusahaan non-IFR. Hal ini dikarenakan informasi yang berguna bagi investor dapatdipublikasikan dengan lebih cepat dan lengkap.

b. Hubungan Tingkat Pengungkapan Website dengan Frekuensi Perdagangan Saham

Kebanyakan investor melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi yang didapat investor mengenai perusahaan. Untuk mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak luar dan meningkatkan nilai perusahaan, perusahaan dapat memberikan sinyal kepada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya. Hal ini sejalan dengan Teori Sinyal yang menyatakan adanya dorongan bagi perusahaan memberikan informasi bagi pihak luar guna mengurangi asimetri informasi.

Beaver (1968) dalam Lai et al (2009) menyatakan bahwa sebuah manfaat yang besar bagi perusahaan untuk mengungkapkan informasi sebanyak mungkin sehingga investor mampu membedakan mana perusahaan yang baik dan yang buruk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ashbaugh et al (1999) dalam Hargyantoro (2010), yaitu elemen penting IFR adalah derajat atau kuantitas pengungkapan. Semakin tinggi tingkat pengungkapan informasi dalam kuantitas atau transparansi, maka semakin besar dampak dari pengungkapan pada keputusan investor. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengungkapan informasi melalui website perusahaan yang meningkat secara

(19)

terus-menerus membantu investor mendapatkan informasi terpercaya yang nantinya berdampak pada tindakan investor terhadap saham perusahaan yang membuat harga saham lebih cepat bergerak dan secara otomatis meningkatkan frekuensi perdagangan saham.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual yang menegaskan pengaruh Internet Financial Reporting dan tingkat pengungkapan informasi Website ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.8 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Internet Financial Reporting berpengaruh positif terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan.

2. Tingkat pengungkapan informasi website berpengaruh positif terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan.

IFR (Internet Financial Reporting) (X1)

Frekuensi Perdagangan Saham (Y)

Tingkat Pengungkapan Informasi Website (X2)

(20)

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini pasien dengan pola pengobatan kombinasi sebanyak 43 pasien menunjukkan pencapaian tekanan darah sistolik maupun diastolik sebesar 43 pasien

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, hanya atas petunjuk, rahmat, nikmat, dan pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Pada saat transformator memberikan keluaran sisi positif dari gelombang AC maka dioda dalam keadaan forward bias sehingga sisi positif dari gelombang AC tersebut

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui data yang didapatkan dalam sasaran yakni mengidentifikasi tingkat, bentuk dan proses partisipasi masyarakat dalam

Tidak adanya hubungan antara keterikatan teman sebaya dengan perilaku konsumsi rokok remaja kemungkinan dapat dijelaskan dengan tingginya persentase keterikatan

Dengan demikian dapat dipahami bahwa sebuah pengelolaan zakat sesuai dengan adanya landasan dasar Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 pasal 56 seperti yang telah

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Sebaliknya individu yang memiliki tingkat pe- ngetahuan tentang agama yang rendah akan melakukan perilaku seks bebas tanpa berpikir panjang terlebih dahulu sehingga