• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekstrak Buah Legundi (Vitex trifolia Linn.) Dapat Menghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ekstrak Buah Legundi (Vitex trifolia Linn.) Dapat Menghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Ekstrak buah legundi (

Vitex trifolia

Linn.) dapat menghambat

pertumbuhan bakteri

Staphylococcus

aureus

Dewi Fatmawati, Nurul Mahmudati, Sri Wahyuni, Abdulkadir

Rahardjanto, Diani Fatmawati

Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Malang

Penulis koresponden

Dewi Fatmawati

Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Malang Email:

dewifatmawati213@gmail.com

ABSTRAK

Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.) sebagai antibakteri adalah konsentrasi ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.) dan jenis pelarut. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen murni dengan pendekatan kuantitatif. Rancangan penelitian pada penelitian ini adalah The posttest-only control group design dengan rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan konsentrasi dan jenis pelarut terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus serta interaksi keduanya terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hasil uji two – way ANOVA menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan metanol buah legundi (Vitex trifolia Linn.) dengan konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% telah menunjukkan pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Uji Duncan menunjukkan bahwa interaksi terbaik antara perbedaan konsentrasi ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.) dan jenis pelarut adalah pada ekstrak etanol buah legundi (Vitex trifolia Linn.) dengan konsentrasi 50%.

Kata kunci:

Antibakteri, Staphylococcus aureus, Vitex trifolia Linn.

Copyright © 2020 Universitas Muhammadiyah Malang

PENDAHULUAN

Staphylococcuss aureus merupakan

salah satu bakteri jenis gram positif yang diperkirakan sebanyak 20-75% dapat ditemukan pada tangan, muka, rambut, vagina dan saluran permukaan atas. Yuliani, Indrayudha, dan Rahmi (2011)

menyebutkan bahwa Staphylococcuss

aureus adalah penyebab utama penyakit

pada kulit, persendian, tulang, saluran pernafasan, endovaskuler, dan penyakit infeksi.

Penyakit infeksi merupakan salah satu penyebab kematian di dunia terutama di daerah tropis, seperti Indonesia (Salni, Marisa, dan Mukti, 2011). Menurut Triana (2014), penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara berkembang termasuk di Indonesia. Sebesar 13 juta orang

diseluruh dunia setiap tahunnya mati karena penyakit infeksi ini (Salni et al., 2011). Santosaningsih et al (2011),

menyebutkan bahwa kasus infeksi

nosokomial di Amerika Serikat yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus adalah sebanyak 13% (260.000 dari 2 juta kasus). Selain itu di Perancis kasus infeksi kulit dan jaringan lunak yang disebabkan

oleh Staphylococcus aureus adalah

sebanyak 77%.

Resistensi antimikroba telah menjadi suatu tantangan global bagi kesehatan masyarakat. Perkembangan resistensi mikroba semakin meningkat karena

penggunaan dan penyalahgunaan

antimikroba pada manusia dan hewan sehingga beberapa cara pencegahan dan pengobatan berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur

(2)

menjadi tidak efektif lagi (WHO, 2014). Organisme resisten seperti bakteri, virus dan beberapa parasit dapat hidup meski dengan adanya obat antimikroba seperti antibiotik, antivirus, dan antimalaria sehingga pengobatan standar tidak lagi menjadi begitu efektif lagi sehingga membutuhkan alternatif obat baru (Alamsyah, Widowati, dan Sabdono, 2014; Ghannadi et al., 1994; Siregar, Sabdono, dan Pringgenies, 2012). Salah satu sumber alternatif antibakteri baru dapat diproleh dengan memanfaatkan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai antibakteri adalah buah Legundi

(Vitex trifolia Linn.).

Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas antibakteri buah legundi (Vitex

trifolia Linn.). adalah konsentrasi ekstrak

dan jenis pelarut. Pada penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, konsentrasi yang digunakan adalah 40 mg/ml, 50 mg/ml, 60 mg/ml, 70 mg/ml dan 80 mg/ml. Namun karena kecilnya diameter zona hambat yang terbentuk sehingga konsentrasi ekstrak dinaikkan menjadi 25%, 50%, 75% dan 100%.

Jenis pelarut pengekstraksi juga mempengaruhi jumlah senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak, sesuai konsep

like dissolve like, dimana senyawa yang

bersifat polar akan larut dalam pelarut polar dan senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut non polar (Arifianti et al., 2014).

Penelitian yang dilakukan Phani dan Kumar (2014) menyebutkan bahwa ekstrak etanol buah legundi (Vitex trifolia Linn) sebesar 75 mg/ml menghasilkan diameter zona hambat sebesar 7 mm pada bakteri Bacilus subtilis. Penelitian tentang

jenis pelarut yang mempengaruhi

efektivitas ekstrak buah legundi (Vitex

trifolia Linn.) masih minim, sehingga

penting untuk melakukan penelitian ini.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan

adalah eksperimen murni dengan

pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang yang terletak di Jl. Raya Tlogomas No. 246

Malang No. 246 pada bulan Agustus 2019. Rancangan penelitian yang digunakan dalam adalah The Posttest-only control

group design dengan rancangan

percobaan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial.

Sterilisasi Alat

Mencuci semua peralatan yang

dibutuhkan dengan sabun hingga bersih dengan air mengalir. Alat-alat yang akan disterilisasikan dengan menggunakan autoklaf dibungkus menggunakan kertas dan dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu 121oC selama selama 15 menit dengan

tekanan 1 atm. Sedangkan alat-alat yang

tidak dapat disterilisasi dengan

menggunakan autoklaf, disterilisasi dengan cara menyemprotkan alkohol 70%.

Ekstraksi Buah Legundi (Vitex trifolia Linn.)

Pembuatan ekstrak buah Legundi

(Vitex trifolia Linn.) dilakukan degan

metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70% dan metanol 70%. Buah legundi (Vitex trifolia Linn.) sebanyak 1000 gram yang telah diambil

kemudian dicuci bersih dengan

menggunakan air yang mengalir lalu di keringkan hingga tidak mengandung air atau di oven pada suhu 37 – 400 C. Buah

legundi (Vitex trifolia Linn.) yang telah kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender hingga halus. Setelah itu memasukkan serbuk buah legundi yang telah halus (Vitex trifolia

Linn.) ke dalam dua erlenmeyer yang

berbeda dan menuangkan larutan etanol 70% dan metanol 705 pada masing-masing erlenmeyer sampai semua simplisia terendam penuh. Menutup erlenmeyer yang telah berisi rendaman simplisia dengan menggunakan alumunium foil dan menyimpannya selama 3 x 24 jam di ruang tertutup dan gelap untuk kemudian dilakukan proses maserasi. Setelah 3 x 24 jam, saring rendaman simplisia dengan menggunakan kain saring untuk diambil filtratnya. Filtrat atau hasil penyaringan kemudian dievaporasi pada suhu 45 – 500C

dengan menggunakan rotary evaporator.

(3)

adalah 30 menit dan untuk pelarut metanol membutuhkan waktu satu jam.

Pembuatan Larutan Kontrol Positif

Kontrol positif dibuat dengan

menggunakan obat ampicilin. Ampicilin sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 1 ml aquades.

Metode Pengujian

Metode pengujian yang digunakan

adalah metod Kirby-Bauer dengan

menggunakan cakram disk. Paper disk

diambil dengan menggunakan pinset steril dan diteteskan ekstrak etanol dan metanol buah legundi (Vitex trifolia Linn.) yang

telah diencerkan dengan berbagai

konsentrasi dengan menggunakan

mikropipet sebanyak 40 µl. Cawan petri yang telah berisi media NA dipanaskan dengan cara memutar-mutar pada api bunsen. Paper disk yang telah ditetesi dengan ekstrak etanol dan metanol buah legundi (Vitex trifolia Linn.) diletakkan pada media NA. Kemudian menutup cawan petri dan memanaskan dengan cara memutar mutar pada api bunsen serta

melapisi cawan petri dengan

menggunakan plastic wrap dan memberi label. Setelah semua perlakuan selesai kemudian semua cawan petri hasil perlakuan diletakkan ke dalam inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam.

Pengamatan dan Pengukuran

Pengamatan dilakukan setelah 24 jam masa inkubasi. Zona bening yang terbentuk di sekitar paper disk merupakan petunjuk kepekaan bakteri terhadap bahan antibakteri yang diujikan. Zona hambat yang terbentuk kemudian diukur diameter vertikal dan diameter horizontal dengan satuan mm menggunakan jangka sorong dengan rumus: (𝐃𝐕 − 𝐃𝐂) + (𝐃𝐇 − 𝐃𝐂) 𝟐 Keterangan: DV: Diameter vertikal DH: Diameter Horizontal

DC: Diameter paper disk

Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis varian dua jalan (two-way ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh perbedaan konsentrasi dan jenis pelarut ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.)

terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus diperoleh data

sebagaimana tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata diameter zona hambat

Staphylococcus aureus (E= etanol, M = methanol, A = ampicillin) Konsentrasi (%) E M Ekstrak (mm) A Aquades 25% 5,39 6,02 50% 8,33 13,23 75% 9,26 18,57 100% 13,73 15,34 Ampicilin 4,2 4 Aquades 3,51

Data hasil penelitian pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa rerata diameter

zona hambat bakteri Staphylococcus

aureus yang paling besar adalah pada

perlakuan ekstrak metanol 75% yang menghasilkan rerata diameter zona hambat sebesar 18,57 mm, sedangkan hasil rerata diameter zona hambat bakteri

Staphylococcus aureus yang paling kecil

terdapat pada perlakuan kontrol (aquades) dengan rerata diameter zona hambat sebesar 3,51 mm.

Rerata diameter zona hambat yang dihasilkan kemudian di uji normalitas dan homogenitas dengan menggunakan SPSS. Nilai signifikansi uji normalitas adalah 0,20 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa data berdistribusi normal.

Kemudian uji homogenitas menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,951 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data memiliki varian yang sama (homogen).

Setelah uji normalitas dan uji

homogenitas, kemudian dilanjutkan

dengan uji two - way ANOVA. Hasilnya adalah disajikan di Tabel 2.

(4)

Berdasarkan Tabel 2 hasil uji two – way ANOVA didapatkan hasil bahwa nilai signifikansi 0,00 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

rerata pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus berdasarkan jenis

pelarut ekstrak buah legundi (Vitex trifolia

Linn.). Begitu pula dengan hasil

signifikansi konsentrasi (0,00 < 0,05).

Sedangkan untuk jenis

pelarut*konsentrasi memiliki nilai

signifikansi 0,00 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara jenis pelarut dan konsentrasi ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.)

Tabel 2. Hasil uji two- way ANOVA

Nama Sig

Jenis pelarut 0,00 Konsentrasi 0,00 Jenis pelarut *

konsentrasi 0,00

Setelah dilakukan uji two – way ANOVA kemudian dilanjtkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan signifikan antar setiap perlakuan dalam setiap kelompok. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 3 .

Tabel 3. Hasil uji Duncan untuk konsentrasi perlakuan

Perlakuan Rerata terkoreksi 25% 5,70a

50% 10,81b

75% 14,30c

100% 14,54c

Keterangan:

- Perlakuan dengan notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

- Perlakuan dengan notasi yang berbeda

menunjukkan berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa perlakuan yang memiliki notasi berbeda (a, b, c) adalah pada konsentrasi 25%, 50% dan 75%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan konsentrasi terbaik untuk menghambat pertumbuhan

Staphylococcus aureus adalah konsentrasi

ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn) sebanyak 75%.

Pengaruh konsentrasi terbaik terdapat pada perlakuan ekstrak metanol buah legundi (Vitex trifolia Linn.) dengan konsentrasi 75% yang menghasilkan rerata diameter zona hambat paling besar yaitu 18,57 mm. Namun pada konsentrasi 100% ekstrak metanol rerata diameter yang dihasilkan menurun menjadi 15,34 mm. Hal tersebut mungkin disebabkan karena pemberian antibakteri dalam jumlah yang berlebihan akan menyebabkan sel bakteri menjadi kebal dan resisten sehingga diameter zona hambat yang dihasilkan menurun (Salni et al., 2011).

Terbentuknya diameter zona hambat

disekitar paper disk karena adanya

senyawa metabolit sekunder yang

terkandungalam ekstrak buah legundi

(Vitex trifolia Linn.). Senyawa metabolit

sekunder tersebut adalah flavonoid, terpenoid dan alkaloid (Geetha et al., 2004; Lubis dan Hariaji, 2017).

Mekanisme kerja flavonoid sebagai

antibakteri adalah dengan cara

membentuk senyawa kompleks terhadap

protein ekstra seluler sehingga

menyebabkan terdenaturasinya protein sel bakteri dan membuat membran sel mengalami kerusakan (Arlofa, 2015). Selain itu juga dengan menghambat metabolisme energi pada bakteri (Cushnie dan Lamb, 2005). Selain flavonoid, kandungan lainnya yang berperan sebagai antibakteri adalah terpenoid yang mampu merusak membran sel bakteri (Yuharmen, 2002 dalam Sitepu et al., 2012). Senyawa

selanjutnya yang berperan sebagai

antibakteri adalah alkoloid yang memiliki mekanisme kerja dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri dan merubah struktur dan susunan asam amino pada bakteri (Arlofa, 2015; González-lamothe et al., 2009).

Pada perlakuan kontrol negatif berupa aquades diketahui bahwa rerata diameter zona hambat yang dihasilkan adalah 3,51 mm. Seharusnya pada perlakuan tersebut tidak ditemukan adanya zona hambat. Namun zona hambat yang terbentuk bisa saja kemungkinan disebabkan karena adanya kontaminasi antara aquades dengan zat lainnya.

(5)

Perbandingan perlakuan dengan ekstrak etanol dan ekstrak metanol buah legundi (Vitex trifolia Linn.) ditunjukkan oleh Gambar 1.

Gambar 1. Diagram garis perbandingan rerata diameter zona hambat Staphylococcus aureus

dengan ekstrak etanol dan metanol buah legundi

Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa rerata diameter zona hambat

bakteri Staphylococcus aureus pada

perlakuan ekstrak metanol lebih besar dibandingkan pada perlakuan ekstrak etanol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan paling baik untuk menghambat

bakteri Staphylococcus aureus adalah

dengan menggunakan ekstrak metanol. Pelarut metanol memiliki tingkat polaritas yang tinggi sehingga bisa melarutkan komponen polar dan non polar (Natheer, Sekar, Amutharaj, Rahman, & Khan, 2012). Pelarut metanol merupakan

jenis pelarut yang sifatnya dapat

mengisolasi lebih banyak metabolit sekunder dari tanaman seperti tanin, polifenol, terpenoid, saponin, lakton,

flavon dan fenon (Kannathasan,

Senthilkumar, & Venkatesalu, 2011). Selain itu pelarut metanol dapat menarik alkaloid, steroid, saponin, dan flavonoid dari tanaman (Thompson, 1985 dalam Astarina et al., 2013). Dibandingkan dengan pelarut etanol, metanol memiliki tingkat polaritas yang lebih tinggi karena konstanta dielektrik pelarut metanol

adalah 33,60 sedangkan konstanta

dielektrik etanol adalah 24,3 (Ariyani et al., 2008; Septiana dan Asnani, 2012). Semakin besar konstanta dielektrik yang dimiliki suatu pelarut, maka pelarut

tersebut bersifat semakin polar. Daya larut yang tinggi berkaitan erat dengan kepolaran yang dimiliki oleh suatu pelarut dan kepolaran senyawa yang akan diekstraksi. Senyawa polar akan larut dalam pelarut polar dan senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar (Ariyani et al., 2008).

Adapun interaksi terbaik antara perbedaan konsentrasi dan jenis pelarut ditentukan dengan menggunakan uji Duncan. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil uji Duncan interaksi terbaik antara pengaruh perbedaan konsentrasi dan jenis pelarut ekstrak Vitex trifolia Linn. terhadap pertumbuhan

Staphylococcus aureus

Perlakuan Rerata terkoreksi

Aquades 3,51a Ampicilin 4,24b Ekstrak etanol 25% 7,83c Ekstrak etanol 50% 9,39d Ekstrak etanol 75% 9,63d Ekstrak etanol 100% 10,59d Ekstrak metanol 25% 11,54d Ekstrak metanol 50% 12,39d Ekstrak metanol 75% 12,80d Ekstrak metanol 100% 16,47d Keterangan:

- Perlakuan dengan notasi yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata

- Perlakuan dengan notasi yang berbeda

menunjukkan berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa interaksi terbaik yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus adalah ekstrak

etanol dengan konsentrasi 50%. Pada konsentrasi tersebut rerata diameter zona

hambat bakteri Staphylococcus aureus

yang dihasilkan adalah sebesar 8,33 mm. Meskipun rerata tertinggi diameter zona

hambat bakteri Staphylococcus aureus

terdapat pada perlakuan ekstrak metanol 75% yang menghasilkan rerata luas 18,57 mm tapi dengan konsentrasi ekstrak etanol 50% rerata diameter zona hambat bakteri

Staphylococcus aureus sudah berbeda

secara signifikan dibandingkan dengan perlakuan lainnya. 0 5 10 15 20 25% 50% 75% 100% Re ra ta d ia me te r zo n a h amb at ( mm)

Konsentrasi ekstrak buah legundi

(6)

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari

penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Perbedaan konsentrasi ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus. (2) Perbedaan

jenis pelarut ekstrak buah legundi (Vitex

trifolia Linn.) memiliki pengaruh terhadap

pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus. (3) Terdapat pengaruh interaksi

perbedaan konsentrasi dan jenis pelarut ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.)

terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, H. K., Widowati, I., & Sabdono, A. (2014). Aktivitas antibakteri

ekstrak rumput laut Sargassum

cinereum (J. G Agardh) dari perairan

Pulau Panjang Jepara terhadap

bakteri Escherichia coli dan

Staphylococcus epidermidis.Journal

of Marine Research, 3(2), 69–78.

Arifianti, L., Oktarina, R. D., & Kusumawati, I. (2014). Pengaruh jenis pelarut pengektraksi terhadap kadar sinensetin dalam ekstrak daun

Ortosiphon stamineus Benth.

E-Journal Planta Husada, 2(1), 3–6.

Retrieved from

http://www.journal.unair.ac.id/down

load-fullpapers-ph44bbad3916full.pdf

Ariyani, F., Setiawan, L. E., & Soetaredjo, F. E. (2008). Ekstraksi minyak atsiri

dari tanaman sereh dengan

menggunakan pelarut metanol,

aseton, dan N-Heksan. Widya Teknik,

7(2), 124–133. Retrieved from

https://media.neliti.com/media/publ ications/231949-ekstraksi-minyak-

atsiri-dari-tanaman-ser-029adfb0.pdf

Arlofa, N. (2015). Uji kandungan senyawa fitokimia kulit durian sebagai bahan

aktif pembuatan sabun. Jurnal

Chemtech, 1(1), 18–22. Retrieved

from

https://journal.uii.ac.id/JKKI/article /view/543/467

Astarina, N. W. G., Astuti, K. W., & Warditiani, N. K. (2013). Skrining

fitokimia ekstrak metanol rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb).

Jurnal Frmasi Udayana, 2(4), 2–7.

Retrieved from

https://ojs.unud.ac.id/index.php/jfu /article/view/7399/5649

Cushnie, T., & Lamb, A. J. (2005). Antimicrobial activity of flavonoids.

International Journal of

Antimicrobial Agents, (26), 343–356.

https://doi.org/10.1016/j.ijantimicag .2005.09.002

Geetha, G., Doss, A., & Doss, P. A. (2004). Antimicrobial potential of Vitex trifolia Linn. Ancient Science of Life,

23(4), 30–32. Retrieved from

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ articles/PMC3330983/pdf/ASL-23-30.pdf

Ghannadi, A., Bagherinejad, M. R., Abedi, D., Jalali, M., Absalan, B., & Sadeghi, N. (1994). Antibacterial activity and composition of essential oils from

Pelargonium graveolens L’Her and

Vitex agnus-castus L Ghannadi.

Iranian Journal of Microbiology,

4(4), 171–176. Retrieved from

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ articles/PMC3507305/pdf/IJM-4-171.pdf

González-lamothe, R., Mitchell, G.,

Gattuso, M., Diarra, M. S., Malaouin, F., & Bouarab, K. (2009). Plant antimicrobial agents and their effects on plant and human pathogens. International Journal of Molecular

Sciences, 10(8), 3400–3419.

https://doi.org/10.3390/ijms100834 00

Kannathasan, K., Senthilkumar, A., & Venkatesalu, V. (2011). In vitro antibacterial potential of some Vitex species against human pathogenic bacteria. Asian Pacific Journal of

Tropical Medicine, 4(8), 645–648.

https://doi.org/10.1016/S1995-7645(11)60164-8

Lubis, H. M. L., & Hariaji, I. (2017). Ekstrak buah legundi (Vitex trifolia) mampu menghambat pembelahan dan pertumbuhan sel tumor kulit tikus, 17(1), 1–6. Retrieved from http://journal.umy.ac.id/index.php/ mm/article/view/3676/pdf_17

(7)

Natheer, S. E., Sekar, C., Amutharaj, P., Rahman, M. S. A., & Khan, K. F. (2012). Evaluation of antibacterial activity of Morinda citrifolia, Vitex

trifolia and Chromolaena odorata.

African Journal of Pharmacy and

Pharmacology, 6(11), 783–788.

https://doi.org/10.5897/AJPP11.435 Phani, K., & Kumar, A. R. (2014).

Antimicrobial activity of Vitex

leucoxylon, Vitex negundo and Vitex

trifolia. Indian Journal of Research

in Pharmacy and Biotechnology,

5674(April), 2320–2321. Retrieved from

https://www.ijrpb.com/issues/Volu me 2_Issue 2/ijrpb 2(2) 5 phani2 1104-1105.pdf

Pranoto, E. N., Ma’ruf, W. F., &

Pringgenies, D. (2012). Kajian

aktivitas bioaktif ekstrak teripang pasir (Holothuria scabra) terhadap

jamur Candida albicans. Jurnal

Perikanan, 1(2), 1–8. Retrieved from

https://ejournal3.undip.ac.id/index. php/jpbhp/article/view/651/651 Salni, S., Marisa, H., & Mukti, R. W. (2011).

Isolasi senyawa antibakteri dari daun

jengkol (Pithecolobium lobatum

Benth) dan penentuan nilai KHM-nya. Jurnal Penelitian Sains, 14(D),

38–41. Retrieved from

http://ejurnal.mipa.unsri.ac.id/index .php/jps/article/view/125/119

Santosaningsih, D., Zuhriyah, L., & Nurani,

M. (2011). Staphylococcus aureus

pada komunitas lebih resisten

terhadap ampisilin dibandingkan

isolat rumah sakit. Jurnal

Kedokteran Brawijaya, 26(4), 204–

207. Retrieved from

https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/a rticle/view/385/360

Septiana, A. T., & Asnani, A. (2012). Kajian sifat fisikokimia ekstrak rumput laut

coklat (Sargassum duplicatum)

menggunakan berbagai pelarut dan metode ekstraksi. Agrointek, 6(1),

22–28.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10. 21107/agrointek.v6i1.1950

Siregar, A. F., Sabdono, A., & Pringgenies, D. (2012). Potensi antibakteri ekstrak

rumput laut terhadap bakteri

penyakit kulit Pseudomonas

aeruginosa, Staphylococcus

epidermidis, dan Micrococcus luteus.

Journal of Marine Research, 1(2),

152–160. Retrieved from

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Sitepu, I. S., Suada, I. K., & Susrama, I. G. K. (2012). Uji aktivitas antimikroba beberapa ekstrak bumbu dapur

terhadap pertumbuhan jamur

Curvularia lunata (Wakk.) Boed. dan

Aspergillus flavus L. E-Jurnal

Agroekoteknologi Tropika, 1(2), 107–

114. Retrieved from

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JA T/article/view/2179/1378

Triana, D. (2014). Frekuensi β -Lactamase hasil Staphylococcus aureus secara

iodometri di laboratorium

mikrobiologi fakultas kedokteran Universitas Andalas. Jurnal Gradien,

10(2), 992–995. Retrieved from

https://ejournal.unib.ac.id/index.ph p/gradien/article/view/298/258 WHO. (2014). Antimicrobial resistance:

global report on surveillance. France:

WHO Library.

Yuliani, R., Indrayudha, P., & Rahmi, S. S. (2011). Aktivitas antibakteri minyak atsiri daun jeruk purut (Citrus

hystrix) terhadap Staphyococcus

aureus dan Escherichia coli. Jurnal

Farmasi Indonesia, 12(2), 50–54. Retrieved from https://publikasiilmiah.ums.ac.id/x mlui/bitstream/handle/11617/3380/ 2011-12-2-50.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Gambar

Tabel 4. Hasil uji Duncan interaksi terbaik antara

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok kognitif perilaku dapat digunakan untuk menurunkan kecenderungan menarik diri (withdrawl)

In this study, we report the results of the network simulation which implements AODV routing protocol as implemented in a homogeneous MANET network (scenario I)

Perpaduan Pengendalian Secara Hayati dan Kimiawi Hama Ulat Daun Kubis (Plutella xylostella L.; Lepidoptera: Yponomeut- idae) pada Tanaman Kubis.. Disertasi,

Tällöin siihen liitetään tekstissä syyllisyydentuntoa ja pohjimmaisia, tiedostamattomia aggressio-ongelmia: "Usein voi ennenaikaisessa siemensyöksyssä päätellä

Keuntungan terbesar dari sistem ini adalah Anda bisa memperoleh estimasi yang lebih akurat tentang kemungkinan produk tersebut akan sukses, jadi perusahaan-perusahaan dapat

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan penggunaan model pembelajaran Problem Posing menghasilkan prestasi belajar lebih tinggi daripada model pembelajaran

16.. yang bersalah dikarenakan alasan tertentu. Dari pihak masyarakat bagi pihak bengkel sendiri merasa senang karena bengkelnya mendapatkan konsumen, bukan ikut mewujudkan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana representasi unsur stereotipe dalam film The Blind Side dan mengetahui makna dari tanda-tanda yang merepresentasikan stereotipe