• Tidak ada hasil yang ditemukan

PKM PELATIHAN PROSES MENCIPTA TARI BAGI GURU MGMP SENI BUDAYA DI DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PKM PELATIHAN PROSES MENCIPTA TARI BAGI GURU MGMP SENI BUDAYA DI DENPASAR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1805

Ni Wayan Mudiasih1, Ni Wayan Iriani2, Saptono3

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Kota Denpasar memiliki 8 Sekolah Me-nengah Atas Negeri yaitu SMAN 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 Denpasar, Denpasar. Para guru mata pelajaran Seni Budaya di setiap sekolah ini te-lah tergabung dalam kelompok yang bernama Musyawarah Gu-ru Mata Pelajaran (MGMP) Seni Budaya. Hasil analisis situasi ditemukan bahwa para guru mengharuskan siswanya men-cipta tarian dengan iringan yang sudah ada. Penciptaan Tari menjadi muatan mata pelajar-an seni budaya khususnya bidpelajar-ang tari dengpelajar-an

bentuk penciptaan tari berupa kreasi baru, kon-temporer. Masing-masing siswa harus mampu menciptakan dan menampilkan karya Mencipta sebuah tarian pada siswa tingkat SMA menjadi keharusan, karena pada kurikulum yang ber-laku, siswa wajib membuat sebuah tarian baru, tanpa mempertimbangkan latar belakang siswa memiliki keterampilan mencipta atau tidak. Belakangan ini, mencipta tari dengan bentuk kreasi baru, kontemporer, dan modern sudah menjadi ketentuan tuntutan guru, ketidak mam-puan siswa mencipta, akibatnya banyak siswa mencari guru di luar yang dapat dibayar untuk

PKM PELATIHAN PROSES MENCIPTA TARI

BAGI GURU MGMP SENI BUDAYA DI DENPASAR

1Program Studi Pendidikan Sendratasik; 2Program Studi Seni Karawitan; 3Fakultas Seni Pertunjukan

Institut Seni Indensia Denpasar Email:wyn.mudiasih@gmail.com

Not all high school teachers of cultural arts know and understand the theory and practice of dance creation, so that when many students are given the task of creating dance, they have to find a coach outside of school and pay for it. This phenomenon requires a solution, so that the teacher is also capable. For this reason, through teacher group partners who are members of the Subject Teacher Meeting (MGMP) of Cultural Arts, theoretical training and practice of the process of creating dance with a simple method are needed. To facilitate the process of creating dance, the selected teacher in Denpasar (there are only 8 SMA, meaning 8 teacher participants). Initial teacher training is given on theory, then practice in creating creative / contemporary dance. The theory of creation is used which has been commonly developed by Alma Hawkins in the stages of Exploration, Improvisation, and Forming. The appropriate method uses (imitation experiments, mathematics, character) and transitions linked elements of dance (space, time and energy). Teacher partners are trained to be directly involved in creating dance and then provide training to students so that they are able to create dance

Keywords: training, creating, dance, and MGMP.

Guru seni budaya di SMA tidak semuanya tahu dan memahami teori maupun praktek penciptaan tari, sehingga banyak siswanya ketika diberikan tugas mencipta tari, dia harus mencari pelatih di luar sekolah dan membayarnya. Fenomena ini diperlukan solusinya, agar gurunya juga mampu. Untuk itu melalui mitra kelompok guru yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Seni Budaya diperlukan pelatihan teori dan praktek proses mencipta tari dengan metode sederhana. Untuk memudahkan proses mencipta tari, guru yang dipilih di Denpasar (hanya terdadapat 8 SMA, berarti 8 peserta guru). Pelatihan awal guru diberikan tentang teori, baru praktek mencipta tari kreasi/kontemporer. Teori penciptaan digunakan yang sudah lazim dikembangkan oleh Alma Hawkins dengan tahapan Exploration, Improvisation, dan Forming. Metode yang tepat menggunakan (eksperimen imitasi, matematika, karakter) dan transisi dihubungkan unsur tari (ruang, waktu dan tenaga). Mitra guru dilatih langsung terlibat mencipta tari dan selanjutnya memberikan pelatihan kepada peserta didik hingga mampu mencipta tari.

(2)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1806 membuatkan tarian, disamping mencari bentuk

tarian ciptaan baru yang bisa dipelajari baik gerak maupun temanya. Di sisi lain, para guru seni budaya terbatas pengetahuannya dalam mencipta sebuah tarian, hal ini dapat diketahui dari ketidak mampuannya guru memberikan materi mencipta baik dari metode maupun bentuk-bentuk penciptaan tari.

Hal ini terjadi pada kurun waku yang cukup lama. Kelemahan guru dalam bidang ini, disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: kurang-nya guru-guru mendapatkan workshop tentang pelatihan atau Pembinaan mencipta tari baik teori maupun praktek dan juga kurangnya me-dia yang dapat digunakan untuk membantu baik berupa video pembelajaran mencipta tari maupun Modul. Untuk dapat memudahkan sis-wa SMA mencipta tari, guru-guru seni budaya se kota Denpasar perlu diberikan berupa pela-tihan tentang mencipta tari kreasi baru. Metode yang tepat digunakan adalah metode eksperi-men imitasi, matematika, karakter dan transisi yang dihubungkan dengan unsur tari seperti: ruang, waktu dan tenaga, fosse dan motif ge-rak, jenis-desain gege-rak, arah hadap, level, de-sain lantai, kwalitas gerak, serta elemen kom-posisi kelompok.

METODE

Metode eksperimen yang diterapkan yakni metode eksperimen imitasi, metode eks-perimen matematik, metode ekseks-perimen karak-ter. Mitra (Guru) belajar untuk mencipta tari kreasi baru, sudah barang tentu sebelumnya akan diberikan pemahaman tentang teori men-cipta tari terlebih dahulu. Setelah Mitra mema-hami teori barulah kemudian belajar mencipta. Teori yang diberikan tersebut berkaitan dengan metode mencipta, seperti metode eksperimen imitasi, metode eksperimen matematik, metode eksperimen karakter. Setelah itu Mitra baru mencoba mengajarkan kepada siswanya. Mitra juga memberikan pelatihan yang sama kepada siswa tentang pemahaman teori penciptaan hingga praktik. Hasilnya berupa karya dari gu-ru yang akan didokumentasikan. Hal ini

seba-gai bukti bahwa keberhasilan transfer ilmu da-pat dibuktikan. Dalam mencipta disesuaikan dengan takaran bagi siswa SMA agar jangan membebani siswa kenyataannya bahwa, siswa mencari pembina di luar sekolah dan harus membayarnya. Siswa juga mencari gampang-nya dengan membuat sebuah tarian mengacu dari hasil melihat bentuk-bentuk tari kreasi me-lalui youtube, telivisi, dan media elektronik la-innya. Jelas melalui media tersebut siswa ber-hasil membuat karya tari, baik gerakan mau-pun musiknya mudah dipelajari, namun tidak diketahui pasti bagaimana metode yang digu-nakan. Persoalannya, Guru sebagai Mitra harus diberikan pemahaman dengan pelatihan berupa teori dan praktik mencipta tari. Berdasarkan analisis situasi, Mitra memerlukan pelatihan, mencipta tari agar fenomena kesulitan, kesu-sahan para siswa ketika mencipta tari dapat ter-atasi. Dengan demikian kegiatan pengabdian masyarakat berupa pelatihan proses mencipta tari bagi guru-guru seni budaya dalam MGMP sangat diperlukan.

Para Guru Seni Budaya yang tergabung dalam kelompok MGMP Seni Budaya se Kota Denpasar juga harus menyiapkan fasilitas yang ada untuk segala aktivitas dan kegitan kelom-pok tersebut guna kemajuan dan pengembang-an kompetensi Guru.

Guru-guru seni budaya dituntut untuk menguasai materi seni tari, musik dan seni ru-pa, khususnya pada mata pelajaran Seni Buda-ya Buda-yang salah satunBuda-ya (koreografi) Buda-yang isian-nya adalah mencipta sebuah tarian baru, baik tari kreasi baru, kontemporer. Kenyataan yang ada tidak semua guru seni budaya terampil dalam mencipta, karena mereka juga didasari dari ilmu seni yang berbeda-beda. Untuk itu bagi guru-guru seni budaya dalam naungan MGMP perlu sebuah pelatihan dalam menga-jarkan mencipta tari bagi siswanya. Hal ini agar materi koreografi/mencipta tari menjadi sebuah materi yang menyenangkan, bukan materi yang ditakuti dan dibenci. Berdasarkan uraian masalah di atas, maka solusi yang dita-warkan melalui kegiatan Program Pengabdian Masyarakat (PKM) ini dikategorikan

(3)

berdasar-Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1807 kan pemecahan masalahnya meliputi: aspek

pelatihan keterampilan mencipta tari, aspek ke-terampilan implementasikan metode mencipta. Berikut model pelaksanaan Pengabdian pada

Masyarakat dengan Mitra MGMP Seni Budaya se-Kota Denpasar dengan Pelatihan Mencipta Tari.

Gambar Model pelaksanaan Pengabdian pada Masyarakat dengan Mitra MGMP Seni Budaya se-Kota Denpasar dengan Pelatihan Mencipta Tari

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaannnya pelatihan proses men-cipta tari dengan metode eksperimen (imitasi, matematika, dan karakter). Melalui metode ini, banyak hal yang dapat dieksperimenkan, yakni ketika mencipta tari dapat mengunakan metode eksperimen imitasi yaitu cara menirukan ge-rak-gerak binatang misalnya gerakan kodok, kera, kadal. Demikian pula siswa mengguna-kan metode matematika yakni dengan cara me-makai angka-angka, dan metode karakter, sis-wa akan dapat mengangkat sebuah karakter tokoh-tokoh kepahlawanan, punakawan, raja-raja. Para Mitra membuat sebuah tarian akan mengangkat tema-tema garapan yang beragam. Penggunaan metode penciptaan tari ini, secara estetis siswa akan lebih mudah memilih musik sebagai pengiringnya, sehingga terjalin satu kesatuan yang utuh dalam penciptaan tari.

Pengalaman mencipta tari dengan metode yang jelas, diyakini siswa tidak susah payah untuk mencari guru di luar dan membayarnya. Di samping itu, upaya untuk mencipta tari baik dalam bentuk kreasi baru, kontemporer mau-pun modern lebih menarik, mudah dan lebih terbuka, sehingga setelah ilmu ini ditransfer kepada siswa, siswa kemudian mampu mencip-ta mencip-tari.

Jenis kegiatan ini termasuk dalam kate-gori pemberdayaan masyarakat melalui Pro-gram Kemitraan Masyarakat (PKM). Guna memberdayakan masyarakat dilakukan penyu-luhan dan pembinaan serta tindakan langsung ke lapangan dengan memberikan pelatihan teori dan praktik dalam mencipta tari kreasi bagi Guru MGMP se-Kota Denpasar untuk mem-berikan pembelajaran koreografi pada Mata Pelajaran Seni Budaya dengan materi mencipta tari kreasi.

PKM

Pelatihan/Pembinaan

MITRA

MGMP SENI BUDAYA

Teori dan Praktek Mencipta Tari

Eksplorasi

Guru Mentransfer Teori dan Praktek

Mencipta Tari

Siswa Mempraktekkan Hasil Ciptaan Tari

(4)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1808 Masalah utama yang dihadapi masyara-kat

bahwa setiap sekolah dalam mata pelajaran Seni Budaya para guru mengharuskan siswa-nya menciptakan tarian dalam bentuk kreasi baru, kontemporer, maupun modern dengan iringan yang sudah ada. Penciptaan Tari Kreasi baru menjadi muatan mata pelajaran seni buda-ya khususnbuda-ya bidang tari. Penciptaan tari beru-pa kreasi baru, kontemporer. Masing-masing siswa harus mampu menciptakan dan menam-pilkan. Siswa ditugaskan untuk mencipta tari kreasi baru dan diharapkan kreativitasnya ba-gus, namun siswa tidak diajarkan teknik men-cipta terlebih dahulu. Siswa belum diberikan pemahaman ke ranah penciptaan yang sesuai takaran bagi siswa SMA yang dihindari jangan sampai membebankan siswanya.

Mangacu pada pokok permasalahan ter-sebut, maka solusi yang ditawarkan kepada mi-tra Guru MGMP se-Kota Denpasar adalah memberikan pelatihan dan pembinaan menge-nai teori dan praktik mencipta tari kreasi. Metode yang digunakan untuk melaksanakan pengabdian ini adalah metode pemberdayaan yang dilakukan melalui empat tahapan yaitu (1) Sosialisasi; (2) Koordinasi; (3) Pembinaan; (4) Pendampingan praktek lapangan; dan (5) Pere-kaman hasil karya tari siswa sebagai model bagi siswa SMA se-Kota Denpasar; (6) Evaluasi program; dan (7) Keberlanjutan program. Sebu-ah proses penciptaan karya tari, masing-masing koreografer memiliki cara yang berbeda-beda. Meskipun metode yang digunakan hampir seba-gian besar memiliki kesamaan seperti metode penciptaan yang dikemukakan oleh Alma M. Hawkins yang tertuang dalam buku, Creating

Trough Dance, yang diterjemahkan oleh Y.

Sumandio Hadi berjudul Mencipta Lewat Tari.

Adapun tahapan-tahapan yang ditawarkan yaitu tahap penjajagan (Exploration), tahap percoba-an (Improvisation), dan tahap pembentukan

(Forming) (Hawkins, 1990:23). Dalam dunia

ranah penciptaan biasanya penata juga me-ngaitkan antara ketiga metode tersebut dengan tahapan-tahapan kreatif yang juga dikemukakan oleh Hawkins dalam buku Moving from Within

(Bergerak Menurut Kata Hati), yang

diter-jemahkan oleh I Wayan Dibia. Proses kreatif yang ditawarkan oleh buku ini terdiri dari lima tahapan yaitu: 1) merasakan; 2) menghayati; 3) Mengkhayalkan; 4) mengejawantahkan; 5) memberi bentuk (Hawkins, 2003:11). Beberapa metode tersebut sangat tepat diaplikasikan ke-pada orang yang secara mengkhusus mendalami bidang penciptaan tari seperti siswa SMK Ju-rusan Seni Tari (SMK N 3 Sukawati, SMKN 5 Denpasar, SMK N 1 Sukasada Buleleng dan SMK N 4 Kubu Bangli) dunia pendidikannya mengkhusus ke seni tari dan penciptaan tari de-ngan kelas koreografi, pementasan umun (PU) sampai ujian keahlian kompetensi (UKK), dan bukan untuk Mahasiswa PS. Pendidikan Seni Pertunjukan FSP. ISI Denpasar biasa yang sangat awam di bidang penciptaan tari. Dengan demikian sangat perlu dibuatkan sebuah model pembelajaran baru yang nantinya dapat memu-dahkan penciptaan tari serta menumbuhkan kreativitas siswa. Adapun model pembelajaran penciptaan tari kreasi baru ini dengan menggu-nakan metode eksperimen imitasi, matematik, karakter dan transisi dengan dibalut permainan ruang, waktu dan tenaga. Harapannya siswa da-pat berkreativitas sendiri dengan daya imaji-nasinya tanpa hasil dari manipulasi. Siswa di-tantang untuk mencipta tari kreasi sendiri de-ngan menggunakan metode eksperimen dan gu-ru seni budaya juga hagu-rus mampu mengim-plementasikan dan menjelaskan metode men-cipta tari ini kesiswasiswanya.

Adapun metode yang digunakan yakni. 1. Metode Eksperimen Imitasi.

Imitasi atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan indera sebagai penerima rangsang dan pemasangan kemampuan per- sepsi untuk mengolah informasi dari rang-sang dengan kemampuan aksi untuk mela-kukan gerakan motorik, proses ini melibat-kan kemampuan kognisi tahap tinggi karena tidak hanya melibatkan bahasa namun juga pemahaman terhadap pemikiran orang lain (http://badry7.blogspot.com/

(5)

2013/10/pengertian-imitasi-sugesti-Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1809 identifikasi.html#ixzz3xEUmtSeJ). Imitasi

juga dapat diartikan sebagai proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, hewan, tumbuhan, sikap penampilan orang, gaya hidupnya atau aktivitas, bahkan apa-apa yang dimilikinya. Imitasi pertama kali muncul di lingkungan keluarga, kemu-dian lingkungan tetangga dan lingkungan masyarakat. Imitasi merupakan proses so-sial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidup, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain (Gerungan. 1996: 36). Dalam metode ini siswa diajak untuk semakin liar dalam berpikir, berimajinasi se-kreatif mungkin dalam membentuk fose-fose yang nantinya dirangkai menjadi jalinan gerak yang indah yang diproses langsung oleh siswa tersebut. Metode ini masing-masing siswa diajak untuk berimajinasi menirukan sebuah objek tertentu baik yang dilihat maupun yang di-pikirkan oleh siswa tersebut. Satu kelom-pok misalnya terdiri dari delapan siswa (ti-dak diperhitungkan siswa pria maupun wa-nita) bisa saja diacak dan dicampur. Dengan delapan siswa berati kelompok itu memiliki delapan peniruan objek yang nantinya be-rupa fose. Setelah fose-fose tersebut mun-cul, setiap siswa harus menghafalkan fose-fose siswa yang lainnya bertujuan untuk mengasah ingatan dari siswa tersebut. Sete-lah dihafalkan fose tersebut bisa digerakkan secara berulang-ulang, bergantian, selang-seling, dirampakkan dan bisa juga divariasi-kan sesuai keinginan siswa tersebut.

2. Metode Eksperimen Matematik.

Metode Matematik menurut Wisnu HP ada-lah metode berhitung, mengacak hitungan untuk mempermudah menciptakan sebuah bentuk koreografi (Wawancara dengan Mas Wisnu HP, Seniman Tari dari Ponorogo, tanggal, 17 Januari 2017). Matematik juga identik dengan angka-angka, urutan, rumus, susunan, nilai dan masih banyak lagi. Tan-pa disangka matematik (berhitung) daTan-pat digunakan dan dipadukan dalam mencipta

tari. Metode berhitung ini memang sering kali digunakan dalam penciptaan tari dari dulu khususnya dalam tari Jawa. Hitungan yang digunakan yakni hitungan dari satu sampai delapan saja, sebab mencari tepat-nya gerakan dan pastepat-nya dengan iringan yakni delapan ketukan, seperti pola iringan tari di Bali biasanya hitungan gong tersebut pada hitungan delapan. Hitungan satu sam-pai delapan ini bisa ajeg bisa juga mengalun dan cepat lambat tergantung keinginan dari penata tari tersebut, metode matematika penulis mengungkapkan dalam ranah pen-ciptaan tari yang dipadukan menggunakan hitungan, paling sederhana misalkan 1x8 hitungan yang dipadukan dengan metode imitasi. Setiap 1x2 terdapat 1 fose, berati 1x8 terdapat 4 fose dan begitu seterusnya. Fose ini bersumber dari peniruan metode imitasi tersebut. Metode ini juga merupakan metode gabungan dari mata pelajaran mate-matika dengan mata pelajaran seni budaya. Siswa dalam metode ini diharapkan lebih kritis, tidak hanya berimajinasi merangkai gerak dan berfose saja tapi juga dituntut un-tuk bermain hitung-hitungan, seperti dalam durasi 1-3 menit gerakan memerlukan bera-pa x 8 hitungan? Yakni 15 sambera-pai 45x8, dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa metode ini mengasah otak kiri dan otak kanan siswa dan sangat bermanfaat.

Dalam buku Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia, dijelaskan bahwa karakter adalah

sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian. Jadi dalam ra-nah penciptaan tari dan koregrafi beserta mo-del pembelajaraan baru yang diciptakan ini memang sangat erat sekali berhubungan de-ngan yang namanya karakter.

Karakter dalam konteks ini adalah ber-gerak sesuai karakter diri, kadang kala bisa berkarakter keras juga bisa bergerak berkarak-ter lembut kembali kepada individu masing-masing siswa tersebut. Dalam penciptaan tari kreasi yang digarap langsung oleh siswa ini

(6)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1810 akan banyak bermunculan variasi, karena

se-tiap siswa memiliki karakternya masing-masing yang berbeda, disisi lain untuk mengkompak-kan tarianya, siswa harus juga mengikuti karakter siswa lain atau karakter sebuah objek yang ditirukan oleh kelompok tari tersebut. Dalam metode ini penghayatan dan daya kha-yalan sangat penting sekali dalam mengikuti karakter sebuah objek yang ditirukan agar se-suai dan mudah dimengerti saat guru atau penonton yang mengapresiasi gerakan karakter tersebut.

Tujuan dari mengisikan metode karakter ini tiada lain untuk menstilirkan atau memper-indah gerakan yang bersumber dari fose imitasi tadi yang sudah dirangkai menggunakan hitu-ngan atau metode matematik dan diimbangi gerakan berkarakter untuk memperindah sua-sana gerakan dan indah bila dilihat dan diton-ton. Di bawah ini merupakan gambar siswa yang melakukan sebuah karakter dari imitasi.

Gambar: 1. Siswa mencoba ekspresi menirukan gerakan burung pipit

3. Metode Eksperimen Transisi

Transisi merupakan peralihan dari bagi-an satu ke bagian dua atau gerak satu ke gerak berikutnya. Transisi sebagai salah satu metode untuk menyambungkan, satu gerakan dengan gerakan yang lainya, transisi sendiri dapat ber-macam-macam tergantung kreativitas seorang koreografer untuk menciptakannya, contoh da-ri gerakan A menuju gerakan B seorang koreo-grafer bisa memakai transisi berlari, jalan, berputar, jatuh, tertawa dan tentunya masih ba-nyak lagi. Dalam metode ini transisi dimaksud adalah perpindahan dari satu fose ke fose yang lainnya, dari satu posisi ke posisi lainya untuk menghilangkan kejenuhan dalam bergerak.

Transisi bisa dilakukan secara berjalan, berlari, meloncat, menggelinding sesuai keinginan dari siswa tersebut.

Diawali dengan berimitasi menirukan sesuatu yang diinginkan siswa, setelah itu di-padukan dengan metode hitungan atau mate-matik 1x8 dan ditambah lagi 1x8 sampai ba-nyak bermunculan fose yang nanti bisa sampai 10x8 fose itu dirangkai sehingga menjadi satu jalinan gerak fose. Setiap perpindahan transisi dari satu fose ke fose yang lainya selalu diim-bangi dengan karakter masing-masing siswa yang berbeda-beda. Transisi yang digunakan tidak terlepas dari imitasi yang diciptakan sis-wa, misalnya imitasi monyet adalah fose mo-nyet, karakternya seperti monyet yang identik agresif dengan transisi meloncat.

Pelatihan ini menggunakan metode yang sama namun dengan model yang berbeda, se-perti metode imitasi, menirukan gerak-gerak dan karakter dari flora dan fauna misalnya menirukan gerak kera, kijang, burung, burung Goak, burung merak dan pohon pisang. Peni-ruan aktivitas manusia sehari-hari misalnya pelayan, menelpon, dan situasi vandemi. Se-mua imitasi tersebut khayalan dan pengamatan siswa tersebut dalam berimajinasi menirukan sebuah bentuk yang dirangkai menggunakan hitungan 1x8 selama 3 menit durasi tarian, menggunakan karakter sebagai penguat dan memperindah gerakan yang diisikan transisi dari setiap fose imitasi tersebut serta dirangkai sehingga membentuk sebuah karya tari kreasi yang indah. Metode ini tidak hanya dapat membentuk tari kreasi saja tapi juga mampu membentuk tarian kontemporer dan sesuai ke-inginan dari siswa tersebut yang juga tidak ter-lepas dari unsur-unsur estetika yakni wujud, bobot dan penampilan dalam hasil penciptaan tari kreasi ini.

Wujud dalam ilmu estetika mencakup keindahan visual yang kongkrit dan kenyataan tidak nampak secara kongkrit, tetapi secara abstrak wujud itu dapat dibayangkan. Bobot adalah isi dari suatu barang kesenian bukan hanya apa yang semata-mata dilihat di dalam-nya, tetapi meliputi juga apa yang dirasakan

(7)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1811 dan apa yang dihayati dari isi itu. Bobot di sini

terdiri dari tiga aspek utama, yaitu suasana, gagasan dan pesan. Penampilan dimaksudkan cara penyajian, cara seni itu disuguhkan kepa-da yang menyaksikan, sang pengamat, pemba-ca, penonton atau khalayak ramai pada umum-nya.

Wujud hasilnya berupa sebuah bentuk tari kreasi dan kontemporer yang diciptakan langsung oleh siswa tanpa adanya manipulasi lagi. Bobot yang digunakan ada beberapa pe-san yang disampaikan oleh siswa melalui pen-ciptaan tari kreasi ini. Terakhir penampilan adalah hasil akhir dalam evaluasi berupa tam-pilan di studio dan direkam dalam bentuk video. Cara siswa dalam menyuguhkan tari kreasi ciptaannya dapat menggunakan empat metode eksperimen dengan model pembelajar-an penciptapembelajar-an tari kreasi baru ini. Setelah metode ini berhasil, model pembelajaran ini di-rekam dan dibuatkan DVD pelatihan untuk be-berapa sekolah SMA Negeri di Denpasar khu-susnya kepada guru seni budaya agar dapat diimplentasikan kepada siswanya dalam tugas seni budaya mencipta tari untuk kreativitas sis-wa.

Dari hasil uji metode dan model pembe-lajaran dengan metode eksperimen ini dapat dilihat hasilnya, meskipun masih belum sem-purna, namun penciptaan tari kreasi baru dan kontemporer dapat bermaanfaat dan dapat dikembangkan. Metode eksperimen tersebut dapat digunakan seterusnya oleh guru seni bu-daya dalam mata pelajaran seni bubu-daya.

Gambar 2: Pola Gerak dengan 2 hitungan oleh para guru MGMP

Kondisi sosial masyarakat dunia saat ini, sedang menghadapi Pandemi (Covid 19),

na-mun Proses mencipta tari bagi guru MGMP seni budaya tingkat SMAN sangat diperlukan, sehingga mereka ketika mengharuskan para siswanya untuk membuat sebuah garapan tari kreasi baru maupun kontemporer memiliki konsep yang jelas dan tepat sasaran. Menurut Jacueline Smith dengan judul buku Komposisi tari “Sebuah Petunjuk praktis bagi Guru” ter-jemahan Ben Suharto, (1985), memaparkan bahwa murid/siswa belajar menari dengan membuat langkah-langkah tertentu dirangkai untuk kemudian dibentuk menjadi sebuah ga-rapan tari. Meskipun diadakan workshop bagi siswa dalam menggarap baik tari kreasi mau-pun Kontemporer, akan tetapi tidak ada seko-lah yang melatih koreografer dalam bidang Pelatihan proses mencipta Tari (Kreasi dan Kontemporer). Setiap murid/siswa pada klas 11, wajib mendapatkan materi mencipta tari.

pertama: Tempat Pelatihan; di Kampus ISI Denpasar. Di Studio Reneng dan Gedung Natya Mandala kedua : Guru SMAN Denpa-sar, yang telah bergabung dalam organisasi MGMP (Musyawarah guru Mata Pelajaran) beserta siswa yang ditunjuk. ketiga : Materi pelatihan : Desain Atas, pola gerak, Motif Gerak,. Pola lantai, arah hadap, kualitas gerak, level, elemen komposisi kelompok Unison (serempak),

Balance (berimbang), Alternate (selang-seling),

canon (bergantian) Broken (terpecah-pecah).

Metode Eksperimen Meliputi:

Metode Eksperimen Imitasi, Eksperimen Ma-tematika, Eksperimen Karakter, Metode ekspe-rimen Transisi. Terakhir Menghasilkan sebuah garapan dalam bentuk kreasi baru maupun kontemporer yang berdurasi kurang lebih 5 menit. Guru seni budaya yang berjumlah 8 orang dengan memiliki latar belakang seni bu-daya berbeda-beda yakni, tari, Karawitan, Dra-ma/teater dan seni rupa. Mereka mendapatkan pelatihan yang sama yaitu pelatihan proses mencipta tari. Pada dasarnya konsep yang di- tawarkan untuk mereka adalah memberikan model pembelajaran dengan menggunakan eksperimen imitasi yakni, proses seseorang untuk menirukan gerakan hewan,

(8)

tumbuh-tum-Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1812 buhan, sentuhan emosional. Pencarian

Peni-ruan ini bisa diawali dengan membentuk fose-fose gerak sekreatif mungkin. Bentuk Kontem-porer: yaitu hasil pelatihan dari SMAN 1 Den-pasar dan SMAN 5 DenDen-pasar sebagai berikut. Sinopsis : garapan dari hasil pelatihan mencip-ta SMAN 1 Denpasar. Realimencip-ta Jelimencip-ta Gadis cantik, manis, menarik dan gemulai dalam ke-nyataan tidak hamya seorang putri. Berba-gai profesi pelayan aka nada gadis cantik. Namun walau hanya seorang pelayan tak dapat

me-nyurutkan senyum dan cerianya.

Hasil pelatihan mencipta tari dari SMAN 1 Denpasar. Guru seni budaya atas nama; Ni Putu Yuna Sri Rejeki, S.Pd. Nama siswa seba-gai penari: Ni Komang Ayu Wulandari, Putu Rasela Reindra Wulandari, Putu Sintia Purnita Swari, Putu Mayara Oceana Putri Cok. Mega Dewi Ambara Putri.

Gambar 3. Menirukan gerak seorang pelayan SMAN 1 Dps.

Hasil Pelatihan dari SMAN 5 Denpasar dengan mengangkat karakter burung Goak memiliki sifat keras dan sombong. Judulnya : Goak-goakan.

SINOPSIS: Ketika kekuasaan menjadi tujuan utama maka disanalah titik terendah seseorang. Mengambil dari filosofi kehidupan nyata, ireng (badeng) berbulu dan bersuara keras adalah pengibaratan dari sosok burung gagak atau Goak yang memiliki kesombongan dan merasa diri paling Aku. Di balik sifat buruk terdapat sifat baik dan keburukan akan musnah apabila diimbangi dengan kebaikan.

Hasil pelatihan Guru Seni Budaya atas nama, Ni Nyoman Tirta Ningsih, S.Pd (SMAN 5 Denpasar) dengan penarinya Kadek Ayu Putri

Pratiwi, Kadek Mira Adnyaswari, Ni Kadek Dinda Ayu Dwita Maharani, I Gede Bagus Cahya Kesuma Putra.

Gambar 4. Menirukan gerak burung Goak SMAN 5 Dps.

Pelaksanaan PKM Pelatihan Proses mencipta tari bagi guru MGMP seni budaya di Denpasar. Pelaksanaannya dimulai dari soialisasi, koordi-nasi, pelatihan, pendampingan bagi siswa hing-ga pembentukan, rekaman video dilakukan dari tanggal 16 Juli sampai 31 Agustus 2020.

Foto pelaksanaan kegiatan PKM sebagai berikut.

SIMPULAN

Kegiatan pengabdian kemitraan masya-rakat yang kami lakukan kepada guru-guru SMAN tergabung dalam organisasi MGMP seni budaya, pelaksanaannya di mulai dari tanggal 9 Juli 2020 sampai dengan 5 September 2020. Selama kami memberikan materi pengabdian para guru MGMP seni budaya sangat disiplin, antusias dan sangat responsip dalam mengikuti pelatihan proses mencipta tari dengan sasaran materi yang kami persiapkan adalah memberi-kan metode penciptaan yang belum dimiliki yakni, ketika memberikan materi kepada siswa-nya baik secara teori maupun praktek.

(9)

Disam-Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1813 ping itu kami juga memberikan secara langsung

cara mencari ide ciptaan dari media maya. Pem-berian materi ini sejalan dengan kebijakan pe-merintah dalam gerakan evolusi industry 4.0. Dengan adanya penambahan materi IPTEK dalam pengabdian ini diharapkan guru-guru yang tertidur oleh perkembangan teknologi dapat bangun dan bangkit untuk mengikuti de-rasnya perkembangan teknologi. Hasil pengab-dian yang kami lakukan berupa laporan lengkap dengan dokumentasi, berupa poto-poto sejum-lah kegiatan yang tesejum-lah kami lakukan dan berupa video kegiatan dari proses penuangan materi pelatihan hingga bentuk garapan yang dihasilkan oleh masing-masing sekolah beserta sejumlah siswa yang dipilih oleh gurunya. DAFTAR RUJUKAN

Chaya, I Nyoman. (2005). Pemaknaan dalam Kehidupan Kreativitas Tari dalam Jurnal Seni Budaya Mudra Vol. 16 No. 1. Den-pasar: Institut Seni Indonesia Denpasar.

Hawkins, Alma M. (1990). Mencipta Lewat Tari (terjemahan Y. Sumandiyo Hadi). Yogyakarta : Institut Seni Indonesia. Hawkins, Alma M. (2003). Bergerak Menurut

Kata Hati (terjemahan I Wayan Dibia).

Jakarta: Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Smith, Jacqueline. (1985). Komposisi Tari:

Se-buah Petunjuk Praktis bagi Guru

(diter-jemahkan oleh Ben Suharto). Yogyakarta : Ikalasati.

Tilem Pastika, I Gede. (2014). Skrip Karya: Tari Kontemporer “Lalilalu”. Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar.

Pranata, Adi. I Komang (2016). Skripsi: Model Pembelajaran penciptan Tari Kreasi baru meningkatkan Kreativitas siswa Di bidang Seni Tari. Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar.

Sumber lain:

http://badry7.blogspot.com/2013/10/pengertian-imitasi-sugesti-identifikasi.

html#ixzz3xEUmtSeJ. Ditulis oleh : Nasful Badry Kategori: Kumpulan Makalah-makalah.

Gambar

Gambar Model pelaksanaan Pengabdian pada Masyarakat dengan Mitra MGMP Seni Budaya   se-Kota Denpasar dengan Pelatihan Mencipta Tari
Gambar 2: Pola Gerak  dengan 2 hitungan oleh  para guru MGMP
Foto pelaksanaan kegiatan PKM sebagai  berikut.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan peringatan bahwa ulama kaum muslimin, mereka mewajibkan hijrah bagi kaum muslimin dari negeri mereka yang telah dikuasai oleh kaum kafir, hanya apabila kaum muslimin tidak

Berdasarkan hasil evaluasi dengan Berita Acara Evaluasi Dokumen Kualifikasi Nomor : Pan.027/01/03/PT/TP/2013 Tanggal 01 Mei 2013 dan Berita Acara Pembuktian Kualifikasi

Pentingnya microteaching dalam membentuk calon guru profesional yang apabila tidak dilakukan secara efektif, akan menimbulkan kekhawatiran terhadap merosotnya mutu pembelajaran

Sedangkan pendekatan yang menekankan pada komponen mendefinisikan sistem sebagai kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan

Pada Bulan April 2017 NTP-R sebesar 96,59 atau mengalami kenaikan sebesar 0,98 persen dibanding bulan lalu yang disebabkan karena laju kenaikan pada indeks harga yang diterima

Peraturan pemerintah tahun 1982 tentang perlindungan upah dalam pasal 1: “ Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pekerjaan kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau

” Barang siapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan barang siapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah

“ Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik, Praktik Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Resiko Keuangan terhadap Tindakan Perataan