• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTER UMBI DAN NUTRISI TUJUH GENOTIP UBI KAYU (Manihot esculenta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTER UMBI DAN NUTRISI TUJUH GENOTIP UBI KAYU (Manihot esculenta)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

101

KARAKTER UMBI DAN NUTRISI TUJUH GENOTIP UBI KAYU (Manihot esculenta)

N. Sri Hartati, Hani Fitriani, Supatmi, Enny Sudarmonowati*)

ABSTRACT

Cassava is one of important sources of carbohydrate and potential to developed as an alternative food diversification. Morfological and nutritional value characterization of cassava’s tuber including β-caroten, protein, Fe and Zn, has been conducted on seven genotypes of cassava. The seven genotypes tested were Adira 1, Adira 4, FEC 25, Mentega 1, Mentega 2, Ubi Kuning and Roti. Tuber of characteristic of seven genotypes showed variation in term of colors of the outer skin, inner tuber’s skin and flesh, root shapes, average tuber weight per plant, length and diameter of the tuber. There was a positive correlation between diamater and weight tuber per plant. Nutritonal content of seven cassava genotypes tested were varied with value ranges 0,011-0,026 ppm, 1,19-2,6%, 34,46-133,07 ppm and 6,63-18,95 ppm for β-caroten, protein, Fe and Zn respectively. The tuber with higer β-caroten content up to 0,011 ppm possessed yellow flesh color. Based on nutritional value data it was found that Mentega 2 containing highest β-caroten, protein, Fe, and Zn.than the others genotypes.

Keywords: Cassava (Manihot esculenta), tuber characteristics, β-caroten, protein, Fe, Zn.

PENDAHULUAN

Ubi kayu merupakan tanaman semusim dari famili Euphorbiaceae. Tanaman ini berasal Brazil dan menyebar hampir ke seluruh dunia terutama negara-negara di Asia dan Afrika. Ubi kayu berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Budidaya ubi kayu di Indonesia cukup luas tersebar di beberapa sentra ubi kayu yaitu Sumatra Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, D I Y, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan dengan total luas lahan mencapai 42.362 Ha. Di Indonesia, ubi kayu menempati urutan ke empat sebagai komoditas dengan urutan produksi tertinggi setelah padi, sawit dan karet.

(2)

Indonesia merupakan produsen ubi kayu terbesar ke empat di dunia setelah Nigeria, Brazil dan Thailand. Umbinya dapat menghasilkan karbohidrat lebih tinggi 40% dibanding beras dan 25% dibanding jagung. Tanaman ubi kayu memiliki keuntungan secara agronomi seperti toleran terhadap pH tanah, kadar hara rendah, serta hama dan penyakit.

Sebagai bahan pangan, ubi kayu dikonsumsi langsung maupun sebagai bahan baku pada berbagai industri makanan. Walaupun ubi kayu merupakan sumber karbohidrat yang potensial, rendahnya kandungan nutrisi seperti protein, β-karoten dan mineral dari varietas ubi kayu yang banyak digunakan saat ini menjadi salah satu kelemahan penggunaan ubi kayu sebagai bahan pangan berkualitas. Agar diversifikasi pangan dengan memanfaatkan sumber daya lokal umbi-umbian seperti ubi kayu dapat memenuhi kebutuhan gizi pangan dan gizi masyarakat, diperlukan perbaikan sifat berkaitan dengan nutrisi seperti kandungan β-karoten dan mineral. Manusia membutuhkan nutrien seperti vitamin, mineral dan protein dengan kadar tertentu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta kesehatan jangka panjang yang optimal. Defisiensi zat besi, Seng (Zn) dan vitamin A telah diketahui mempengaruhi perkembangan dan fugsi otak, menurunkan kemampuan sistem imun tubuh, mempengaruhi pengaturan suhu dan perkembangan psikomotorik tubuh. Penderita defisiensi Zn diseluruh dunia diperkirakan mencapai lebih dari 25% populasi masyarakat dunia dan sebagian besar ada di negara berkembang.

Diantara komponen nutrisi pangan yang penting adalah β-karoten sebagai prekursor vitamin A. Vitamin A sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, kesehatan kulit, membran mukosa dan kesehatan mata yaitu berhubungan dengan penglihatan. Berdasarkan hal tersebut maka akan sangat menguntungkan jika tersedia bahan pangan dalam hal ini ubi kayu yang memiliki β- karoten tinggi.

β-karoten adalah salah satu dari kelompok karotenoid yang berfungsi sebagai prekursor vitamin A. Meskipun β-karoten jumlahnya banyak dan memiliki banyak fungsi dalam tubuh manusia, tetapi defisiensi vitamin A masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Permasalahan tersebut antara lain kematian janin atau diare dan demam setelah melahirkan pada wanita. Hal tersebut diperburuk dengan

(3)

103

rendahnya asupan energi yang rendah di beberapa negara berkembang (Siqueira et al., 2007). Oleh karena itu, diperlukan asupan β-karoten yang tinggi guna mengatasi permasalahan tersebut.

Masyarakat di negara-negara maju dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan dari berbagai jenis bahan pangan. Akan tetapi, masih banyak negara yang masih tergantung pada bahan pangan pokok yang rendah nutrisi seperti padi dan ubi kayu. Prospek aplikasi pemuliaan konvensional, bioteknologi dan pemupukan dengan mikronutrien dapat meningkatkan kualitas mikronutrien bahan pangan pokok yang disebut biofortifikasi. Biofortifikasi menawarkan penggunaan modifikasi teknik budidaya yang potensial untuk diaplikasikan di negara yang memiliki resiko tinggi terhdap defisiensi mikronutrien (Hotz &Mclafferty, 2007).

Oleh karena itu, penelitian mengenai biofortifikasi bahan pangan pokok untuk meningkatkan kandungan gizi seperti vitamin, mineral dan protein berkembang pesat. Beberapa pendekatan telah dilakukan seperti manipulasi jalur biosintesis untuk meningkatkan level ekspresi enzim terkait dengan akumulasi vitamin, protein dan penyerapan mineral dari tanah. Rekayasa metabolik untuk meningkatkan akumulasi karotenoid telah dilakukan pada kentang (Li & Van Eck, 2007). Bioavailabity

mikronutrien dalam bahan pangan terutama umbi-umbian akan sangat membantu meningkatkan minat penggunaan umbi-umbian sebagai bahan pangan pokok ataupun mengurangi resiko malnutrisi.

Selain melalui pendekatan molekuler, seleksi sumer daya genetik tanaman yang memiliki kandungan nutrisi unggul juga telah banyak dilakukan pada beberapa tanaman seperti Dioscorea (Sulistiyono & Marpaung, 2004). Telah dilakukan kajian mengenai keragaman kandungan karotenoid (likopen, α-karoten, β-karoten) pada ubi kayu asal Indonesia (Priadi dkk., 2008), Brazil (Nasar dkk., 2007; Nasar dkk., 2009) dan Uganda (Esuma dkk., 2012). Akumulasi mikro elemen seperti Ca, K, Fe, Mn, Se and Al telah dilakukan pada labu kuning (Cucurbita pepo) (Danilcenko dkk,, 2011).

Evaluasi terhadap sumber daya genetik ubi kayu untuk memperoleh genotip ubi kayu potensial yang memiliki cukup kandungan nutrisi yang baik akan sangat bermanfaat bagi ketersedian sumber bahan pangan berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakter umbi dan kandungan nutrisi ubi kayu untuk terkait dengan

(4)

seleksi bibit ubi kayu bernutrisi unggul untuk mendukung penyediaan bahan pangan berkualitas.

METODE PENELITIAN

Bahan tanaman yang digunakan adalah umbi dari 7 klon ubi kayu yaitu Roti, Adira 1, Adira 4, Mentega 1, Mentega 2, Ubi kuning (Gambar 1.), FEC 25 yang ditanam di kebun koleksi Plasma Nutfah Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI. Mentega 1, Mentega 2, Ubi kuning dan Roti merupakan genotip lokal yang berasal dari beberapa daerah yaitu Tasikmalaya (Mentega 1 dan Mentega 2), Nusa Tenggara Timur (Ubi Kuning) dan Bogor (Roti). FEC 25 merupakan varian kultur jaringan yang berasal dari varietas Adira 4. Adira 1 dan Adira 4. merupakan varietas unggul nasional yang digunakan sebagai pembanding karena memiliki daya hasil tinggi.

Pengamatan morfologi umbi dilakukan secara terhadap umbi tujuh genotip ubi kayu yang dipanen pada umur 9 bulan. Pengamatan morfologi umbi dilakukan terhadap warna kulit luar, kulit dalam, daging umbi dan bentuk umbi. Selain itu ditentukan pula rata-rata berat dan jumlah umbi per pohon, panjang dan diameter umbi. Karakterisasi morfologi umbi mengikuti standard panduan pengujian individual kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan ubi kayu (Deptan, 2007).

Kadar nutrisi diidentifikasi pada umbi segar 7 genotip ubi kayu yang dipanen pada umur 9 bulan. Analisis kadar β-karoten, Fe dan Zn dilakukan dengan metoda spektrofotometri, sedangkan kadar protein dilakukan dengan metode Kjehldal.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Morfologi dan berat umbi

Karakterisasi morfologi umbi 7 genotip ubi kayu menunjukkan adanya variasi yaitu 3 variasi warna kulit luar (coklat terang, coklat gelap, krem), 2 variasi warna kulit dalam (krem dan pink), 2 variasi warna daging umbi (kuning dan putih) dan 3 variasi bentuk umbi (kerucut, kerucut silindris dan silindris) (Tabel 1). Dua genotip memiliki keunikan (berbeda dengan genotip lain yang diuji) dalam hal warna kulit luar umbi yaitu berwarna krem (Mentega 2) dan warna kulit dalam umbi yaitu pink (Adira 4) (Tabel 1, Gambar 2). Kisaran rata-rata berat umbi/pohon adalah 0.85 kg –

(5)

105

2.67 kg. Genotip yang memiliki rata-rata berat umbi tertinggi adalah Adira 4 (2.67 kg) dan urutan kedua adalah Mentega 2 (2.37 kg). Kisaran jumlah umbi/pohon juga menunjukkan variasi antara 1 – 7 buah umbi. Kisaran rata-rata panjang umbi adalah 16.85 cm – 25.78 cm sedangkan kisaran rata-rata diameter umbi adalah 39.44 mm – 57.35 mm. Dua genotip yang memiliki rata-rata diameter umbi terbesar (Adira 4 dan Mentega 2), memiliki rata-rata berat umbi/pohon yang tinggi pula. Dengan demikian terdapat korelasi positif antara dimater umbi dan berat umbi/pohon. Namun demikian perlu dilakukan pengatan lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak untuk menentukan derajat korelasi antara karakter morfologi (jumlah, panjang dan diameter umbi) terhadap berat umbi/pohon. Pengamatan serupa telah dilaporkan untuk tanaman Dioscorea spp, bahwa terdapat korelasi positif antara diameter dan berat umbi (Sulistyono & Marpaung, 2004).

Tabel 1. Morfologi kisaran berat umbi dan jumlah umbi per pohon 7 genotip ubi kayu No Genotip Warna Kulit luar Warna kulit dalam Warna daging umbi Bentuk umbi Rata-rata berat umbi/ pohon (kg) Kisaran jumlah umbi Rata-rata panjang umbi (cm) Rata-rata diameter umbi (mm) 1 Adira 1 coklat terang

krem kuning kerucut 2.20 5 - 7 19.33 47.34 2 Adira 4 coklat

gelap

pink putih kerucut silindris

2.67 1 - 7 21.03 57.35 3 FEC 25 coklat

terang

krem kuning kerucut 1.37 5 - 6 21.59 43.30 4 Mentega

1

coklat terang

krem kuning silindris 1.25 2 - 6 16.85 40.84 5 Mentega

2

Krem krem kuning kerucut 2.37 5 - 6 21.95 51.32 6 Ubi

Kuning

coklat terang

krem kuning silindris 1.49 3 -7 25.78 39.44 7 Roti coklat

gelap

(6)

Gambar 1. Tegakan 7 genotip ubi kayu. 1. Mentega 1, 2. Mentega 2, 3. Ubi Kuning, 4. FEC 25, 5. Adira 1, 6. Adira 4, 7. Roti.

Gambar 2. Bentuk umbi tujuh genotip ubi kayu. 1. Mentega 1, 2. Mentega 2, 3. FEC 25, 4. Adira 1, 5. Ubi Kuning, 6. Adira 1V, 7. Roti.

1

2

3

4

5

6

7

(7)

107

Gambar 3. Warna daging umbi 7 genotip ubi kayu

2. Analisis kadar β-karoten, protein, Zn dan Fe

Pengukuran kandungan nutrisi 7 genotip ubi kayu yang diuji menunjukkan variasi. Kisaran kadar β-karoten, protein, Fe dan Zn berturut-turut adalah (0.011 – 0.026 ppm), (1.19 – 2.6%), (34.46 – 133.07 ppm) dan (6.63 – 18.95 ppm) (Gambar 4). Genotip FEC 25 yang merupakan varian in vitro memiliki kadar β-karoten lebih tinggi (0.022 ppm) dibanding genotip asalnya yaitu Adira 4 (0.009 ppm). Mentega 2 memilki kadar β- karoten tertinggi yaitu (0.026 ppm). Selain kadar β-karotennya tinggi, Mentega 2 juga memiliki kadar protein (2.6%), Zn (18.95 ppm) dan Fe (133.07 ppm) yang tertinggi (Gambar 4).

Perbedaan warna daging umbi yang kuning dan putih (Gambar 3) juga berkaitan dengan kadar β-karoten. Genotip Adira 1, FEC 25, Mentega 1 dan Mentega 2 yang memiliki kadar beta karoten (0.018 ppm – 0.026 ppm) warna umbinya kuning, sedangkan genotip Adira 4 dan Roti yang memiliki kadar β-karoten 0.09 ppm – 0.011 pmm warna umbinya putih. Perbedaan prosentase β-karoten antara genotip dengan warna umbi kuning tetapi kadar beta karoten nya lebih rendah dari genotip lainnya yang umbinya berwarna kuning yaitu Mentega 1 (0.018 ppm) dengan Roti yang berwarna putih (0.011 ppm) adalah 38.9%. Namun demikian perlu diteliti lebih lanjut kadar minimal β-karoten yang menyebabkan perbedaan warna umbi. Kisaran kadar β-karoten koleksi Uganda yang juga didentifikasi dengan metoda

Mentega 1 Mentega 2 FEC 25 Adira 1

(8)

spektrofotometri adalah 0.012 – 0.14 ppm (Esuma dkk., 2012). Identifikasi kadar Fe dan Zn pada kentang di Polandia menunjukkan kisaran Fe 46 – 60.87 ppm dan Zn 10.92 – 12.82 ppm (Flis dkk., 2012). Pada jagung yang di budidayakan di Afrika, kisaran kadar Fe dan Zn berturut-turut adalah 13.6 – 159.43 ppm serta 11.6 – 95.62 ppm (Dixon dkk., 2003). Genotip Mentega 2 dapat menyerap Fe dan Zn dengan kadar lebih tinggi dibanding kentang yaitu 133.07 ppm dan 18.95 ppm. Sedangkan pada ubi kayu asal Colombia dan Afrika kisaran kadar Fe dan Zn berturut-turut adalah 6 – 230 ppm dan 2.63 – 37.52 ppm (Dixon dkk., 2003 ; Ch´avez dkk., 2005). Kadar mikronutrien secara umum dipengaruhi pula oleh lokasi tumbuh, sehingga perlu dilakukan percobaan penanaman di lokasi yang berbeda.

Gambar 4. Kadar β-karoten, protein, Fe dan Zn tujuh genotip ubi kayu.

0,023 0,009 0,022 0,018 0,026 0,011 0,019 0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03

Adira 1 Adira 4 FEC 25 Mentega 1 Mentega 2 Roti Ubi Kuning 2,06 1,19 2,19 1,5 2,6 2,13 2,5 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

Adira 1 Adira 4 FEC 25 Mentega 1 Mentega 2 Roti Ubi Kuning 60,7 67,47 68,9 64,78 133,07 34,46 61,2 0 20 40 60 80 100 120 140

Adira 1 Adira 4 FEC 25 Mentega 1 Mentega 2 Roti Ubi Kuning 8,5 10,79 6,63 11,03 18,95 11,18 13,1 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Adira 1 Adira 4 FEC 25 Mentega 1 Mentega 2 Roti Ubi Kuning Zn (ppm) Protein (%) (ppm) Fe (ppm) β-karoten (ppm)

(9)

109

PENUTUP

Genotip FEC 25 memiliki keunggulan dalam hal kadar β-karoten. Mentega 2 memiliki kompisisi nutrisi unggul dibanding 6 genotip lain yang diuji dalam hal β-karoten, protein, Fe dan Zn, selain itu memiliki berat rata-rata umbi/pohon yang lebih tinggi daripada varietas pembanding Adira 1 yang juga memiliki kadar β-karoten tinggi. Dengan demikian genotip Mentega 2 berpotensi untuk digunakan sebagai sumber daya genetik untuk merakit varietas baru ubi yang memiliki kadar nutrisi unggul atau dapat pula langsung digunakan sebagai varietas unggul lokal.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Sdr. Nanang Taryana, Nawawi, Suwinaryani dan Ima Zainudin M.Si atas bantuan teknis di laboratorium dan di lapangan. Topik penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan DIPA Prioritas Nasional LIPI Sub kegiatan Umbi-Umbian tahun Anggaran 2011.

DAFTAR PUSTAKA

Ch´avez A, S´anchez T, Jaramillo G, Bedoya J, Echeverry J, Bola˜nos E, Ceballos H, Iglesias C. 2005.Variation of quality traits in cassava roots evaluated in landraces and improved clones. Euphytica 143: 125–133

Danilcenko H, Jariene E, Gajewski M, Cerniauskiene J, Kulaitiene J, Sawicka B, Aleknaviciene P. 2011. Accumulation of elements in some organically grown alternativehorticultural crops in Lithuania. Acta Sci. Pol., Hortorum Cultus 10(2): 23-31.

Deptan. 2007. Panduan pengujian individual kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan. Ubi kayu. 22 hlm.

Dixon B, Kling J, Menkir A, Dixon A. 2000. Genetic variation in total carotene, iron, and zinc contents of maize and cassava genotypes. Food and Nutrition Bulletin. 21(4): 419 - 422

Esuma W, Wanjala B, Nzuki I, Harvey J, Baguma Y. 2012. Genetic Diversity of Provitamin A Cassava in Uganda.Journal of Plant Studies 1(1): 197 – 207. Flis B, Guzowska E, Mańkowski D. 2012. Correlations among Yield, Taste, Tuber

Characteristics and Mineral Contents of Potato Cultivars Grown at Different Growing Conditions. Journal of Agricultural Science. 4(7): 197 – 207.

Hotz C & and McClafferty B. 2007. From harvest to health: Challenges for developing biofortified staple foods and determining their impact on micronutrient status. Food and Nutrition Bulletin 28(2): 271 – 279.

Li L & Van Eck J. 2007. Metabolic engineering of carotenoid accumulation by creating a metabolic sink. Transgenic Res. 16:581–585.

(10)

Nassar N. 2007. Cassva genetic resources: wild species and indigenous cultivar and their utilization for breeding of the crop. Proceedings First International Meeting on Cassava breeding, biotechnology and Ecology. Brasilia 11 – 15 November 2006.

Nassar N, Fernandes P, Melani R, Pires Júnior O. 2009. Amarelinha do Amapá: a carotenoid-rich cassava cultivar. Genetics and Molecular Research 8 (3): 1051-1055.

Priadi D, Permana D, Dona S, Hartati S, Sudarmonowati E. 2009. Selection of Indonesia cassava (Manihot esculenta Crantz) genotypes as source of β-carotene. Biodiversitas. 10(1): 6-11

Siqueira, E. M. A., S. F.Arruda, R. M. Vargas, & Elizabeth M. T.S. 2007. Β-carotene from cassava (Manihot esculenta Crantz) leaves improve vitamin A status in rats.

Comparative Biochemistry and Physiology, Part C 146 :235–240.

Sulistiyono E & Marpaung J. 2004. Studi Karakter Umbi dan Kandungan Nutrisi

Gambar

Tabel 1.  Morfologi  kisaran  berat  umbi  dan  jumlah  umbi  per  pohon  7  genotip  ubi  kayu  No  Genotip  Warna  Kulit  luar  Warna kulit  dalam   Warna daging umbi  Bentuk umbi  Rata-rata  berat  umbi/  pohon  (kg)   Kisaran jumlah umbi  Rata-rata  pa
Gambar 1.   Tegakan 7 genotip ubi kayu. 1. Mentega 1, 2.  Mentega 2, 3. Ubi Kuning,  4
Gambar 3.   Warna daging umbi 7 genotip ubi kayu
Gambar 4. Kadar β-karoten, protein, Fe dan Zn tujuh genotip ubi kayu.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah terbentuknya model klasifikasi data lama studi mahasiswa STMIK Indonesia yang nantinya dapat digunakan untuk prediksi jumlah mahasiswa lulus

Mengingat pentingnya masalah pelaksanaan store atmosphere dalam Mal yang meliputi Exterior display, General interior, Store layout dan Interior display serta

Berdasarkan Latar belakang yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Kemampuan Siswa dalam Memahami Bahan Ajar Muatan Lokal Sejarah

Seperti yang diungkapkan oleh Resmini & Djuanda (2007, hlm. 255) “Permainan bahasa mempunyai tujuan ganda, yaitu untuk memperoleh kegembiraan sebagai fungsi bermain,

Hal ini juga dibuktikan dari data Profil Kesehatan Indonesia 2010 yang menunjukkan bahwa penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi peringkat ketiga dari 10 penyakit

Tradisi ini juga mempunyai manfaat yang cukup banyak untuk kedua belah pihak pengantin dalam kehidupan kedepannya, antara lain adalah sebagai perwujudan cinta

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang profesionalisme dan motivasi kerja

teliti. Berdasarkan hasil tes awal sebelum tindakan pada Siklus 1 sebagai terlihat pada tabel-tabel dan grafik tersebut, selanjutnya dilaksanakan tindakan kelas