• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dan Dukungan Sosial Orang Tua Dengan Kejenuhan Belajar Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dan Dukungan Sosial Orang Tua Dengan Kejenuhan Belajar Siswa"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II Program Studi Magister Psikologi

Oleh:

KURNIA FITROTIN S300110008

PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)

iii H

(5)

1

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara motivasi berprestasi dan dukungan sosial orangtua dengan kejenuhan belajar siswa. Sampel penelitian berjumlah 103 siswa yang terdiri dari kelas X, XI dan XII MA Al-Islam Jamsaren Surakarta yang dipilih dengan menggunakan cluster random sampling. Alat ukur penelitian menggunakan skala motivasi berprestasi, skala dukungan sosial orangtua, dan skala kejenuhan belajar. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil analisis data menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan dukungan sosial orangtua dengan kejenuhan belajar siswa. Hasil analisis korelasi menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan kejenuhan belajar siswa dan ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dengan kejenuhan belajar siswa. Sumbangan efektif motivasi berprestasi dan dukungan sosial orangtua terhadap kejenuhan belajar sebesar 57,2% sehingga terdapat 42,8% faktor lain yang mempengaruhi kejenuhan belajar siswa. Subjek penelitian memiliki tingkat kejenuhan belajar dan motivasi berprestasi yang tergolong sedang, serta dukungan sosial orangtua yang tergolong tinggi. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap kejenuhan belajar dibandingkan dukungan sosial orangtua.

Kata kunci : motivasi berprestasi, dukungan sosial orangtua, kejenuhan belajar siswa

Abstract

This study aims to test empirically the relationship between achievement motivation and social support parents with the burnout student learning. These samples included 103 students consisting of class X, XI and XII MA Al-Islam Jamsaren Surakarta selected using random cluster sampling. Research measuring instrument using a scale of achievement motivation, parental social support scale, and scale burnout learning. Data were analyzed using linear regression analysis. The results of data analysis showed no significant relationship between achievement motivation and social support parents with the burnout of student learning. Results of correlation analysis showed there was a significant negative correlation between achievement motivation and burnout student learning and there is a significant negative relationship between social support parents with the burnout of student learning. Effective contribution to achievement motivation and social support for parents to learn saturation of 57.2% to 42.8% are other factors that affect of burnout student learning. The research subjects have burnout levels of learning and achievement motivation were classified as moderate, and social support of parents is high. The results of this study conclude that

(6)

2

achievement motivation has a strong predictor of learning saturation. While social support parents have no predictors on the saturation of learning.

Keywords: achievement motivation, parental social support, burnout student learning

1. PENDAHULUAN

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman baru. Perubahan tingkah laku tersebut terjadi akibat interaksi dengan situasi yang ada bukan terjadi dengan sendirinya karena kedewasaan seseorang (Iskandar, 2009). Dalam kegiatan belajar, stres seringkali muncul pada diri siswa, yang berasal dari pelajaran yang diterima di kelas, tugas yang diberikan, atau tekanan psikologis lainnya yang dapat menimbulkan kelelahan emosional, kecenderungan berkurangnya reaksi emosional dan fisik (desensitization), dan rasa berprestasi rendah. Hal ini apabila dibiarkan, dapat memicu munculnya kejenuhan belajar.

Kejenuhan yang dialami siswa dapat menyebabkan usaha belajar yang dilakukan sia-sia yang disebabkan suatu akal yang tidak bekerja sebagaimana mestinya dalam memproses item-item informasi atau pengalaman yang baru diperoleh. Faktor yang dapat menyebabkan siswa mengalami kejenuhan dalam belajar, seperti apabila siswa telah kehilangan motivasi dan konsolidasi yang merupakan salah satu tingkat keterampilan yang selanjutnya, maka siswa tersebut telah mengalami kejenuhan yang berasal dari luar yaitu siswa berada pada situasi kompetitif yang ketat dan menuntut kerja intelek yang berat (Muhibbin, 2005).

Kejenuhan belajar antara lain dialami oleh siswa MA Al-Islam Jamsaren Surakarta. Berdasakan data BP/BK MA Al-Islam Jamsaren tahun pelajaran 2014/2015, problematika kejenuhan belajar ditunjukkan dengan ketidaksiapan siswa dalam mengikuti belajar, merasa dikejar – kejar waktu dalam mengerjakan tugas belajar, merasa terbebani dengan banyaknya tugas belajar, ragu terhadap yang dipelajari, mengalihkan diri dari kegiatan belajar, kehilangan semangat belajar dan kurangnya percaya diri.

(7)

3

Dampak lainnya yang dirasakan siswa akibat kejenuhan belajar, antara lain menjadi suka marah-marah, sering susah tidur, tidak peduli dengan tugas-tugas sekolah, tidak peduli dengan nilai, mudah bosan dengan kegiatan belajar, menjadi mudah tersinggung, sering gelisah, menjadi mudah sakit, sering merasa gagal dan merasa rendah diri.

Adapun faktor penyebab terjadinya kejenuhan belajar pada mereka antara lain: jam belajar yang padat (pukul setengah 7 pagi hingga 4 sore), kesulitan mencari sumber belajar, kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar, tidak memahami materi yang diberikan guru, banyak biaya untuk mengerjakan tugas sekolah, sulit menolak ajakan teman ketika sedang belajar, ada masalah pribadi dengan guru, ada masalah pribadi dengan teman, banyak masalah keluarga, banyak masalah dalam pergaulan, kesulitan dalam membuat tugas belajar, dan kesulitan membagi waktu belajar dengan kesibukan di luar belajar (Data dokumentasi BP/BK, 2014).

Kejenuhan belajar dapat terjadi karena siswa kehilangan motivasi dalam belajar. Motivasi merupakan dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006). Adanya motivasi, mendorong semangat belajar dan sebaliknya kurangnya motivasi akan melemahkan semangat belajar. Robert dan M.Gagner (dalam Lamudji, 2005), menyebutkan bahwa untuk membuat pembelajaran berpengaruh positif pada siswa dan tidak menimbulkan kejenuhan, dapat dilakukan dengan pemberian motivasi. Untuk membangkitkan motivasi dalam diri peserta didiknya agar semakin aktif belajar, perlu dibangun guru melalui dua jenis motivasi, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi berprestasi adalah salah satu motivasi intrinsik yang memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan belajar. Yang dimaksud motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan, sebagaimana diungkapkan oleh Djaali (2006) bahwa siswa dengan

(8)

4

tingkat motivasi berprestasi tinggi, cenderung untuk menjadi lebih pintar sewaktu mereka dewasa.

Motivasi berprestasi mendorong individu untuk berusaha meraih hasil yang terbaik dalam suatu tugas (Uno, 2010). Motivasi berprestasi juga membuat individu berusaha mencapai prestasi dari kegiatan yang dilakukan dan berusaha mengatasi segala hambatan yang menghalangi usaha pencapaian prestasi tersebut (Jamaris, 2013).

Selain motivasi berprestasi, dukungan sosial orang tua juga berpengaruh dalam munculnya kejenuhan belajar. Orang tua yang tidak peduli turut berperan menimbulkan kejenuhan belajar (Agustin, 2009). Siswa yang memiliki dukungan sosial yang tinggi memiliki kemampuan untuk mengelola stress dengan baik (Salamani, 2002).

Dukungan sosial orang tua meliputi ayah dan ibu adalah pemberi dukungan pertama ketika belajar di rumah, baik dalam hal memperhatikan kebutuhan sekolah, menyediakan peralatan dan fasilitas pendidikan, dan lain-lain. Namun kenyataannya tingkat kedisiplinan belajar tiap siswa berbeda-beda hal ini disebabkan karena pengaruh lingkungan yang kurang mendidik dari lingkungan keluarga yang kurang disiplin dalam belajar. Lingkungan yang kurang mendidik mengindikasikan bahwa keteladanan orang tua dalam sikap dan perilaku terhadap anak kurang, serta hubungan antara orang tua dengan anak tidak hangat. Berdasarkan kajian Abu Bakar (2011) keprihatinan orangtua semakin pudar disebabkan terlalu sibuk kerja sehingga mereka tidak menyadari bahwa anak memerlukan perhatian yang cukup.

Adanya dukungan sosial orang tua saat siswa menghadapi kesulitan atau membutuhkan bantuan terutama kesulitan berkaitan dengan sekolah memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi akademik siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik adalah motivasi berprestasi, artinya semakin tinggi dukungan sosial orang tua maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi dan berpengaruh meningkatkan prestasi yang diraih. Dukungan yang diberikan

(9)

5

keluarga akan menjadi kekuatan dan motivasi bagi anak-anak untuk belajar (Abu Bakar, 2011).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara motivasi berprestasi dan dukungan sosial orangtua dengan kejenuhan belajar siswa?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan secara empiris hubungan antara motivasi berprestasi dengan kejenuhan belajar siswa, menguji dan membuktikan secara empiris dukungan sosial orangtua dengan kejenuhan belajar siswa, serta menguji dan membuktikan secara empiris hubungan antara motivasi berprestasi dan dukungan sosial orangtua dengan kejenuhan belajar siswa.

2. METODE

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MA Al-islam Jamsaren Surakarta tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 228 siswa. Sampel yang digunakan sebanyak 105 siswa. Tekhnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cluster random sampling. Hal ini dimaksudkan agar setiap kelas memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah menggunakan metode angket skala, yang terdiri dari skala kejenuhan belajar, skala motivasi berprestasi, dan skala dukungan sosial orang tua.

2.1 Skala kejenuhan belajar

Penyusunan skala kejenuhan belajar merupakan adaptasi dan modifikasi dari Masclach Burnout Inventory Student Survey (MBI-SS) yang disusun oleh Diaz (2007) berdasarkan aspek – aspek kejenuhan belajar yakni keletihan emosional, sinis, dan depersonalisasi. Reliabilitas skala sebesar 0.907, terdiri dari 33 item dan setiap item diberi pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Keempat pilihan jawaban tersebut diberi bobot 4, 3, 2, 1.

2.2 Skala motivasi berprestasi

Penyusunan skala motivasi berprestasi merupakan adaptasi dan modifikasi dari teori Schunk (2008). Adapun aspek – aspek motivasi berprestasi

(10)

6

dalam setting akademik yang diungkap adalah antara lain : Choice, Persistance, dan Effort. Reliabilitas skala sebesar 0,830, terdiri dari 28 item dan setiap item diberi pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Keempat pilihan jawaban tersebut diberi bobot 4, 3, 2, 1.

2.3 Skala dukungan sosial orangtua

Penyusunan skala dukungan sosial orangtua dimodifikasi dan diadaptasi dari teori House yang disusun oleh Arifianti (2013) yang mengungkap tentang emosional support, instrumental support, informatif support, apraisal support. Reliabilitas skala sebesar 0,931, terdiri dari 40 item dan setiap item diberi pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Keempat pilihan jawaban tersebut diberi bobot 4, 3, 2, 1.

Sebelum digunakan sebagai alat ukur penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yang meliputi uji normalitas, uji linieritas dan uji multikolinieritas. Hasil uji normalitas, menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa nilai signifikasi sebesar 0,302. Hasil uji linieritas, variable motivasi berprestasi terhadap kejenuhan belajar sebesar 0,460 dan variable dukungan sosial orangtua terhadap kejenuhan belajar sebesar 0,564, sehingga mempunyai korelasi linier. Hasil uji multikolineritas menunjukkan hasil semua variabel dalam penelitian memiliki nilai VIF > 0,1 dan nilai tolerance < 10, jadi tidak terjadi multikolinearitas antara variabel dependen dan independen.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi berganda dan dengan bantuan Program SPSS For Windows 15.0.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1.Hasil

3.1.1. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, diperoleh nilai koefisien korelasi R sebesar 0,757; Fregresi sebesar 66,906 dengan p = 0,000

(11)

7

motivasi berprestasi dan dukungan sosial orangtua dengan kejenuhan belajar siswa. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan “ada hubungan antara motivasi berprestasi dan dukungan social orangtua dengan kejenuhan belajar siswa” dapat diterima.

Motivasi berprestasi berkorelasi negatif dengan kejenuhan belajar, hal ini ditunjukkan dengan hasil r = -0,754 dengan taraf signifikasi 0.000 (p < 0,05). Artinya, semakin tinggi motivasi berprestasi yang dimiliki siswa, maka semakin rendah pula kejenuhan belajar yang dialami siswa, begitupula sebaliknya. Hasil ini juga sekaligus menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi “ada hubungan antara motivasi berprestasi dengan kejenuhan belajar siswa” dapat diterima.

Skala dukungan sosial orangtua juga berkorelasi negatif terhadap kejenuhan belajar, ditunjukkan dengan hasil r = -0,470 dengan taraf signifikasi 0.000 (p < 0,05). Artinya, semakin tinggi dukungan sosial orangtua, maka semakin rendah kejenuhan belajar siswa, begitupula sebaliknya. Hasil ini juga sekaligus menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi “ada hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan kejenuhan belajar siswa” dapat diterima.

3.1.2. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui besarnya sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat, yang ditunjukkan dengan dengan besarnya nilai R2. Berdasarkan perhitungan tabel analisis koefisien determinasi didapat nilai R2 = 0,572 (57,2%). Hal ini menunjukkan bahwa peranan atau sumbangan efektif dari motivasi berprestasi dan dukungan sosial orangtua terhadap kejenuhan belajar adalah sebesar 57,2%. Sedangkan sisanya (42,8%) dapat dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar variabel motivasi berprestasi dan dukungan sosial. Sumbangan efektif masing – masing variabel bebas, variabel motivasi berprestasi terhadap kejenuhan belajar sebesar 53,4% dan variabel dukungan sosial orangtua terhadap kejenuhan belajar siswa sebesar 3,8%.

(12)

8

Berdasarkan kriteria kategorik, skala kejenuhan belajar dengan mean hipotetiknya adalah 82,5 dan memiliki mean empirik 72,26 serta berada pada rentang skor 66 – 99, hal ini dimaksudkan bahwa kejenuhan belajar dalam kategori sedang. Skala motivasi berprestasi memiliki mean hipotetik 70, mean empirik 79,09 dan berada pada rentang skor 56 – 84, hal ini dimaksudkan bahwa motivasi berprestasi dalam kategori sedang. Sedangkan skala dukungan sosial orangtua memiliki mean hipotetik 100, mean empirik 124,53 dan rentang skor pada 120 – 140, hal ini dimaksudkan bahwa dukungan sosial oraangtua dalam kategori tinggi.

3.2.Pembahasan

Dari hasil analisis, diketahui bahwa motivasi berprestasi berkorelasi secara negatif secara sangat signifikan dengan kejenuhan belajar siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Miller (2000) mengemukakan bahwa kejenuhan belajar berkorelasi negatif terhadap pembelajaran, kebiasaan yang membangun dan keberhasilan memecahkan masalah. Pembelajaran dalam hal ini adalah motivasi berprestasi dan pencapaian terhadap suatu hal. Dikuatkan pula oleh pendapat Atkinson dan Raynor (dalam Santrock, 2003) yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, memiliki harapan untuk sukses yang lebih besar daripada ketakutan akan kegagalan, serta tekun pada setiap usahanya ketika menghadapi tugas dan keadaan yang sulit.

John Mark Froiland, etc (2009) juga menyatakan bahwa siswa secara intrinsik termotivasi belajar lebih banyak, menunjukkan perilaku yang lebih baik, lebih bahagia dan bercita-cita untuk berkontribusi pada perbaikan masyarakat. Motivasi juga berfungsi sebagai pendorong yang mempengaruhi sikap apa yang harus dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajarnya, serta mendorong siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kegiatan belajar yang dilakukan.

Begitupula dukungan sosial orangtua yang berkorelasi negatif secara sangat signifikan dengan kejenuhan belajar, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari (2007) yang menyatakan bahwa orangtua yang tidak

(13)

9

peduli turut berperan menimbulkan kejenuhan belajar. Hasil penelitian dari Levitt, Webber dan Grucci (Natilawati, 2013) juga menyatakan bahwa dukungan dari keluarga terutama orangtua merupakan dukungan pertama yang diterima seseorang karena orangtua dan anggota keluarga adalah orang-orang yang berada di lingkungan paling dekat dengan diri individu dan memiliki kemungkinan yang besar untuk memberikan bantuan. Dukungan sosial keluarga sangat dibutuhkan dan menentukan keberhasilan dalam menuntut ilmu.

Taylor (1995) juga mengungkapkan bahwa dukungan orangtua dapat mencegah munculnya masalah akibat tekanan yang dihadapi anak. Seseorang yang mendapatkan dukungan yang tinggi, lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibandingkan yang tidak memperoleh dukungan. Senada dengan pernyataan Agustin (2009) bahwa orang tua yang tidak peduli, kurangnya apresiasi keluarga terhadap prestasi siswa, turut berperan menimbulkan kejenuhan belajar. Dengan adanya perhatian dan dukungan dari orang tua, siswa akan lebih giat belajar karena ia tahu bahwa bukan dirinya sendiri saja yang berkeinginan untuk maju, tetapi orang tua juga memiliki peran dalam memotivasi anaknya untuk berprestasi. Konseling kognitif dapat membantu mengatasi kejenuhan belajar.

Dengan demikian, dapat diprediksi bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi dan dukungan sosial orangtua, maka semakin rendah kejenuhan belajar yang dialami siswa, dan sebaliknya.

Hasil penelitian menunjukkan sumbangan efektif variabel motivasi berprestasi dan dukungan sosial orangtua terhadap kejenuhan belajar siswa sebesar 57,2% yang ditunjukkan oleh koefisien determinasi (R2 = 0,572). Hal ini berarti masih terdapat 42,8% variabel lain yang mempengaruhi kejenuhan belajar siswa diluar motivasi berprestasi dan dukungan sosial orangtua. Hal ini dapat dilihatr dari faktor – faktor yang mempengaruhi kejenuhan belajar menurut Agustin (2009) yang menyatakan bahwa kemampuan yang rendah dalam mengendalikan emosi juga merupakan salah satu karakteristik kepribadian yang menimbulkan kejenuhan belajar. Selain faktor kepribadian, kejenuhan belajar

(14)

10

dapat terjadi karena faktor lingkungan belajar, seperti tugas yang berat, jam belajar yang padat, tanggung jawab yang diterima, pekerjaan rutin dan tidak rutin, serta pekerjaan administrasi lainnya yang melampui kapasitas dan kemampuan individu.

Sumbangan efektif motivasi berprestasi terhadap kejenuhan belajar sebesar 53,4% dan sumbangan efektif dukungan sosial orangtua terhadap kejenuhan belajar sebesar 3,8%. Walaupun dukungan sosial orangtua memberikan pengaruh yang kecil terhadap kejenuhan belajar, dukungan sosial orangtua tetap diperlukan dalam kegiatan belajar siswa. Orang tua yang melibatkan diri ke dalam pendidikan anak mereka, mempunyai anak yang memperoleh pencapaian lebih tinggi daripada orang tua lain (Slavin, 2011). Peran orang tua sangat penting dalam perkembangan pendidikan anak. Siswa yang memiliki dukungan sosial yang tinggi memiliki kemampuan untuk mengelola stress dengan baik (Salamani, 2002). Kategorisasi motivasi berprestasi tergolong sedang, dukungan sosial orangtua tergolong tinggi dan kejenuhan belajar tergolong sedang.

4. PENUTUP 4.1.Kesimpulan

Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan:

a. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan dukungan sosial orangtua dengan kejenuhan belajar siswa.

b. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan kejenuhan belajar siswa. Sehingga semakin tinggi motivasi berprestasi maka semakin rendah tingkat kejenuhan belajar siswa. Sebaliknya, semakin rendah motivasi berprestasi yang dimiliki maka semakin tinggi kejenuhan belajar yang dimiliki siswa.

c. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dengan kejenuhan belajar siswa. Semakin tinggi dukungan sosial orangtua

(15)

11

maka semakin rendah kejenuhan belajar siswa. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial orangtua maka semakin tinggi kejenuhan belajar siswa. d. Motivasi berprestasi dan dukungan sosial orangtua memberikan kontribusi

sebesar 57,2% terhadap kejenuhan belajar. Hal ini berarti masih terdapat 42,8% faktor lain yang mempengaruhi kejenuhan belajar siswa.

e. Motivasi berprestasi memiliki pengaruh yang kuat, yaitu sebesar 53,4% terhadap kejenuhan belajar. Sedangkan dukungan sosial orangtua hanya berpengaruh sebesar 3,8% terhadap kejenuhan belajar.

f. Subjek penelitian memiliki tingkat kejenuhan belajar dan motivasi berprestasi yang tergolong sedang, serta dukungan sosial orangtua yang tergolong tinggi. 4.2.Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis dapat memberikan saran:

a. Bagi siswa, agar tidak memaksakan belajar saat kondisi fisik sedang lelah, cukup istirahat, mengubah jadwal atau metode belajar, mengubah fisik ruang belajar di rumah, selalu mengingat kembali cita-citanya apabila sedang jenuh dalam belajar sehingga dapat menumbuhkan kembali motivasi dalam diri. b. Kepada pihak sekolah, supaya menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan, menyampaikan pelajaran dengan metode yang bervariasi dan menyenangkan, sesekali mengubah fisik ruang belajar, melakukan aktifitas rekreasi secara berkala, memberikan motivasi dan stimulasi baru kepada siswa.

c. Kepada orangtua diharapkan untuk terlibat dalam kegiatan belajar di rumah, menanyakan kesulitan yang dihadapi saat belajar, berbincang - bincang tentang perasaan dan apa yang dialami anak selama di sekolah.

d. Kepada peneliti selanjutnya, dapat memperhatikan faktor lain yang mempengaruhi kejenuhan belajar untuk dijadikan variabel dalam penelitiannya, seperti: pengendalian emosi, lingkungan belajar, kepribadian, hubungan dengan teman maupun guru, dan tugas yang diterima siswa. Apabila hendak menggunakan alat ukur orangtua, sebaiknya diperjelas antara ayah atau ibu.

(16)

12 DAFTAR PUSTAKA

Abu bakar, Z., Kamaruddin I.M & Yang M.T, (2006). Hubungan Antara Minat Pelajar dan Sikap Ibu Bapa Dengan Prestasi Matematik Terbaik Pelajar. Journal Of Educational Psychology And Counseling. Vol 1, 25-43. Malaysia.

Agustin, M. (2009) Model Konseling Kognitif-Perilaku untuk Menangani Kejenuhan Belajar Mahasiswa (Studi Pengembangan Model Konseling pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Akademik 2008/2009). Disertasi pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan. Cutrona, C.E, et al. (1994). Peceived parental social support and academic

achievement: an attachment theory perspective. Journal of Personality and Social Psychology. 66, 2, 369-378

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Djaali. 2006. Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah B. Uno. (2013). Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hawari, D. (2007). Alquran Sebagai Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental. Jakarta : Dana Bhakti Yasa.

Jacobs, et al. (2003). Student Burnout as a Function Personality, Social Support, and Work Load. Journal of Collage Development. [Online]. Tersedia : www.findarticle.com/p/article/mi.

Klose, Laurie McGarry. (2008) Understanding and Fostering Achievement Motivation. Principial Leadership, v9 n4 p12-16 Dec 2008.

Martini Jamaris. (2013). Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Maslach, C&Leiter, P.M. (1993). The Tructh About Burnout. How to Organizations Cause Personal Stress and What to Do About it. San Francisco : Jorsey-Bass Publishers.

(17)

13

Miller, D. (2000). Dying to Care? Work, Stress and Burnout in HIV/AIDS. New York: Routledge the Taylor & Francis Group.

Muhibbin Syah. (2005). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Purwanto Edy. (2014). Model motivasi trisula : sintesis baru teori motivasi berprestasi. Jurnal Psikologi. volume 41, no.2 Desember 2014.

Ramon diaz. (2007). Hubungan antara burnout dengan motivasi berprestasi akademis pada mahasiswa yang bekerja. Skripsi program studi psikologi Universitas Gunadharma: Tidak diterbitkan.

Retna Febri A. (2013). Hubungan antara dukungan sosial orang tua dan kepercayaan diri dengan kemandirian belajar. (Tesis tidak Dipublikasikan). Sekolah Pasca Sarjana, Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Salamani, (2002). School stress and anxiety interventions. School Psychology Review, 13(2), 162-170.

Salmela-Aro, K., Savolainen, H. & Holopainen,L.(2009). Depressive Symptoms and School Burnout During Adolescence : Evidence from two cross-lagged longitudinal studies. Journal of Psychology, 4, 310-330

Santrock, J.W. (2003). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Schunk, D.H & Pajares, F. (2001). Self-Beliefs And School Success: Self Efficacy, Self Concept, And School Achievement. Retrieved March 22nd 2012, from http://www.uky.edu/~eushe2/Pajares/PajaresSchunk2011.html

Silvar, B. (2001). The syndrome of burnout, self-image, and anxiety with grammar school students. Journal of Psychology. Vol. 10. No.2. PP. 21-32. Board of Education of the Republic of Slovenia.

Sisca, Natilawati. (2013). Hubungan efikasi diri dan dukungan orang tua dengan perilaku koping siswa tidak lulus ujian sekolah. (Tesis tidak Dipublikasikan). Sekolah Pasca Sarjana, Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Relasi antar tabel menggambarkan hubungan antar tabel yang akan digunakan untuk mengolah data agar menghasilkan informasi yang dibutuhkan dengan kunci primer

Penelitian Mondi et al., (2019), juga menjelaskan bahwa efek samping neuropsikiatri adalah alasan utama untuk menghentikan DTG pada pasien ART lini pertama sebesar

57 Margana, Kretek Indonesia, hlm.. Nitisemito dan H.M. Muslich awalnya menawarkan rokok kretek dari mulut ke mulut dengan memanfaatkan jalur distribusi perdagangan kain yang

Ia tidak lagi melihat bahasa sebagai suatu yang benar atau salah secara logis (konstatif) tetapi bahasa sebagai sesuatu yang bersifat performative, walaupun pada akhirnya

Pengertian harapan di sini adalah memegang peran penting dan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kualitas produk (barang dan jasa) dan kepu- asan pelanggan

Pengelompokan kelas didasarkan pada Peraturan Daerah nomor 37 tahun 2012 Tentang penyelenggaraan Pendidikan Inklusi BAB III pasal 5 ayat (2) yang menetapkan bahwa

Hal yang sama juga dilakukan oleh narator yang mendeskripsikan Sawsan seperti hanya menjadi objek dalam pandangan laki-laki agar dapat memberikan kesenangan kepada mereka

Konsumen dikatakan puas apabila kinerja suatu produk tersebut minimala sama dengan harapannya, beberapa indikator yang diadopsi dari penelitian Ali Türkyilmaz