• Tidak ada hasil yang ditemukan

Problema kemasyarakatan: buku daras

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Problema kemasyarakatan: buku daras"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU DARAS

PROBLEMA KEMASYARAKATAN

Oleh :

Dr. ABD. SYAKUR, M.Ag

NIP: 196607042003021001

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

INSTITUT AGAMA ISALAM NEGERI

SUNAN AMPEL

SURABAYA

2013

(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id   v  

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Tulisan Arab-Indonesia dalam penulisan Buku Perkuliahan di Lingkungan IAIN Sunan Ampel adalah sebagai berikut.

No Arab Indonesia Arab Indonesia

1. ا ' ط t} 2. ب b ظ z} 3. ت t ع ‘ 4. ث th غ gh 5. ج j ف f 6. ح h} ق q 7. خ kh ك k 8. د d ل l 9. ذ dh م m 10. ر r ن n 11. ز z و w 12. س s ه h 13. ش sh ء ' 14. ص s} ي y 15. ض d}

Untuk menunjukkan bunyi huruf hidup tunggal (monoftong) yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan tanda harakat, maka transliterasinya dalam tulisan latin dilambangkan dengan huruf a untuk harakat fathah, huruf i untuk harakat kasrah, dan huruf u untuk harakat dammah.

Bunyi huruf hidup rangkap (diftong) bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dengan huruf, seperti ﻭﺍ ditransliterasikan dengan menggabung dua huruf “au” dan ﻱﺍ ditransliterasikan dengan “ay”.

Bunyi panjang (madd) ditransliterasikan dengan cara menuliskan tanda macron/ coretan horizontal atas huruf, a>, i>, dan u>. Untuk kata yang

(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 

vi

 

berakhiran ta’ marbu>t}ah dan berfungsi sebagai sifat (modifier) atau mud}a>f ilayh ditranslitasikan dengan “ah”, sedang yang berfungsi sebagai mud}a>f ditranslitrasikan dengan “at”.

(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id   iii   

PRAKATA

Penulis, dalam kesempatan ini, mengucap syukur Alhamdulillah

atas selesainya penyusunan buku ini; Shalawat dan salam sejahtera semoga terlimpahkan atas Nabi Muhammad Saw. yang telah memberi teladan bagi segenap umatnya.

Selanjutnya, perlu diketahui, bahwa buku ini merupakan ramuan dari beberapa materi kuliah dengan berbagai hasil diskusi di kelas selama sekitar sepuluh (10) tahun penulis mengampu matakuliah problema kemasyarakatan dan patologi sosial. Ketika IAIN Sunan Ampel bekerjasama dengan IDB dalam program pengembangan buku ajar, maka penulis mengajukan permohonan bantuan penulisan buku ini, dan akhirnya diterima. Dengan demikian, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih pada IDB yang telah memberikan bantuan pendanaan, terutama untuk penyediaan buku-buku referensi; juga pihak IAIN Sunan Ampel yang memfasilitasi penulisan ini, semoga semuanya menjadi amal bai yang sangat bermanfaat.

Buku ini berisi materi pokok mata kuliah problematika sosial-kemasyarakatan yang disusun berdasarkan kurikulum dan silabi Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya di lingkungan jurusan Bimbingan dan Konseling Islam (BKI).

Matakuliah tersebut diberikan untuk mahasiswa-wi jurusan BKI dalam berbagai minat studi, yaitu; bimbingan konseling keluarga, bimbingan konseling keagamaan, dan bimbingan karir, sebagai bekal bagi mereka untuk dapat memahami kondisi sosial yang patologis yang menjadi topik dalam mengkaji masalah sosial kemasyarakatan, terutama terkait dengan upaya melakukan treatment dan pemecahannya.

Dalam jurusan BKI, matakuliah problema kemasyarakatan dan patologi sosial menyajikan seperangkat konsep, rumus, teori, serta analisis tentang masalah sosial-kemasyarakatan, penyimpangan dan berbagai penyakit sosial yang tentu saja sebagai bekal bagi mahasiswa-wi untuk dapat menemukan akar persoalan dari problematika sosial tersebut, sehingga mampu mereka tangani melalui studi ilmiah-akademik sesuai dengan kompetensi dan kemampuan akademik mereka.

Adapun topik-topik dasar materi buku daras ini adalah meliputi; pengertian problematika sosial, sejarah masalah sosial hingga kelahiran (ilmu) patologi sosial, tentang perubahan sosial (social changes), tentang

masalah sosial (social problems), teori-teori masalah sosial, pengertian

disorganisasi sosial, teori-teori disorganisasi sosial, pengertian penyimpangan, teori-teori penyimpangan, jenis- jenis penyimpangan sosial/sociopathologies, gejala atau fenomena patologi sosial seperti

(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 

iv   

perjudian, korupsi, kriminalitas, pelacuran, gangguan mental dan gangguan jiwa, kenakalan remaja), serta relasi antara dakwah dan fenomena patologi sosial.

Penulis menyadari kemungkinan terdapatnya kekurangan dalam buku ini, sehingga saran konstruktif dari para pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan buku ini untuk selanjutnya.

Akhirnya, semoga buku ini menjadi amal baik penulis di sisi Allah Swt. dan bermanfaat bagi semua pembacanya, Amiin.

Surabaya, Desember 2013 Penulis

Dr. Abd. Syukur, M.Ag

(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

SATUAN ACARA PERKULIAHAN PROBLEMA KEMASYARAKATAN

A. Identitas Matakuliah

Nama Matakuliah : Problema Kemasyarakatan

Dosen : Dr. Abd. Syakur, M.Ag

Bobot : 2 SKS

Jur/Prodi : BKI

Fakultas : Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

Standar Kompetensi :Matakuliah ini dirancang untuk memberikan kompetensi kepada mahasiswa-wi Bimbingan Konseling Islam (BKI) agar memahami konsep masyarakat

yang problematik/sakit (masyarakat patologis), faktor-faktor timbulnya problem sosial, serta menguasai teori-teori untuk mengidentifikasi gejala-gejala

patologi sosial tersebut untuk dapat melakukan

treatment

.

Urgensi Matakuliah :Matakuliah ini menjadi signifikan bagi mahasiswa-wi BKI (calon konselor) sebagai bekal dalam memahami dan mengidentifikasi masalah-masalah sosial

Kemasyarakatan serta penyakit sosial-kemasyarakatan sehingga dapat menetapkan langkah-langkah

treatment

dan cara-cara konseling secara tepat.

B. Pokok Bahasan

1) Konsep dasar Problema Kemasyarakatan:

-Pengertian Problema Sosial Kemasyarakatan dan Patologi Sosial -Sejarah kelahiran disiplin problema sosial dan patologi sosial -Obyek studi Problema Kemasyarakatan dan Patologi Sosial -Sifat kajian/ studi dan metode studi Problema kemasyarakatanl

-Manfaat dan tujuan mengkaji Problema sosial dan Patologi Sosial bagi Mahasiswa-mahasiswi BKI 2) -Konsep masyarakat ideal dan masyarakat non-ideal

-Unsur-unsur atau komponen-komponen masyarakat ideal -Terminologi masyarakat ideal

-Konsep masyarakat non ideal/ problematic-p atologis.

-analisis komparatif antara masyarakat ideal dan non-ideal (dianalisis juga antara konsep social order dan social disorder).

3) -Tentang perubahan social (social change) dan Masalah sosial

-pengertian, faktor-faktor, dan pola-pola perubahan sosial -dampak sosiologis dari perubahan sosial

-pengertian masalah sosial (social problems), sifat dan ciri-cirinya.

-Analisis sosial (Ansos), identifikasi, dan ruang lingkup masalah sosial 4) Konsep disorganisasi sosial

(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

-Faktor-faktor penyebab timbulnya disorganisasi sosial -Gambaran skematik dan pola-pola disorganisasi sosial

-Macam-macam disorganisasi social dan gejala-gejala yang mengiringi disorganisasi sosial 5) Konsep deviasi / penyimpangan sosial

-Termonologi deviasi (deviasi-deferensiasi) adjustment-maladjustment -Faktor-faktor deviasi penyimpangan

-Bentuk-bentuk/ jenis-jenis penyimpangan 6) Teori-teori Patologi Sosial:

-Teori partisipasi sosial -Teori interaksi sosial

-Teori tingkah laku sosial menyimpang (behavior sociopathictheory)

7) Gejala-gejala/ Kasus-kasus Patologi sosial:

Juvenile delinquency/ Kasusu Kenakalan Remaja

8) Gejala Patologi Sosial: Korupsi

9) Dakwah Islam dalam Menangani Kasus-kasus Patologi Sosial

C. Uraian Kegiatan Belajar-Mengajar

 

Kompetensi

Dasar

Indikator

Materi

Pengalaman Belajar

Penilaian

Waktu

Referensi

Menjelaskan

konsep

dasar

Patologi Sosial

Mahasiswa-wi mampu:

-Menjelaskan

pengertian

Problema

Kemasyarakatan

dan

Patologi Sosial

Menjelaskan obyek studi

Problema

Kemasyarakatan

dan

Patologi Sosial

-Menjelaskan sifat studi

dan

metode

studi

Problema

Kemasyarakatan

-Menerangkan

fase-fase

-Pengertian

Problema

Kemasyarakatan

dan

Patologi Sosial

-Obyek studi Problema

Kemasyarakatan

dan

Patologi Sosial

-Sifat kajian/ studi dan

metode studi PATOS

-Sejarah

munculnya

PATOS

-Manfaat

studi

dan

-Mahasiswa-mahasiswi menggali

informasi tentang pengertian

Problema Kemasyarakatan dan

Patologi Sosial baik secara

etimologi maupun terminologi

-Menjelaskan obyek studi

-Menguraikan sifat studi dan

metode mempelajarinya

-Mendeskripsikan

fase-fase

munculnya disiplin Problema

Kemasyarakatan dan Patologi

Sosial mulai dari fase masalah

sosial,

disorganisasi

sosial,

hingga fase terbentuknya

teori--Tes

kognitif dan

resitasi/

penugasan

membaca

45 menit x

3

(tiga)

pertemuan

1. Kartini Kartono,

Patologi

Sosial,

PT. Radja Grafindo

2. D. Ujono,

Patologi Sosial,

PT. Radja Grafindo

3. ST. Fembriarto,

Patologi

Sosial,

PT. Radja Grafindo

Persada

4. B. Simanjuntak,

Patologi

Sosial,

PT. Tarsito, Bandung

5.

Sapari

Imam

Asy’ari,

Patologi Sosial,

Al Ikhlash,

Surabaya

6.

REL.

Faris,

Social

(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

munculnya

disiplin

Problematika

Kemasyarakatan

dan

Patologi Sosial

-Menjelaskan manfaat dan

tujuan studi Problema

Kemasyarakatan

dan

Patologi

Sosial

bagi

mahasiswa-mahasiswi

jurusan BKI

tujuan

mempelajari

Problema

Kemasyarakatan

dan

Patologi Sosial bagi

Mahasiswa-mahasiswi

BKI

teori patologi sosial

-Mendiskusikan bersama tentang

manfaat

dan

tujuan

studi

Problema Kemasyarakatan dan

Patologi Sosial bagi Mhsw. BKI

7. Howard S. Becker, terj.

Soerjono

Soekanto,

Sosiologi Penyimpangan

8. Earl Rubington &Martin S.

Weinberg,

the Study of

Social Problems,

9. Bruce J. Cohen,

Sosiologi,

bab

X:

Perilaku

Menyimpang

10. Soegiyono,

Lembaga Sosial

dan Sosiatri

11. Soetomo,

Masalah Sosial

12.

Abd.

Syakur,

Diktat

Patologi Sosial.

Menjelaskan dan

mengkomparasikan

masyarakat ideal/

ideal society

dan

non- ideal society

Mahasiswa-wi mampu:

-Menjelaskan

konsep

masyarakat ideal

-Menjelaskan unsur-unsur

masyarakat ideal

-Menjelaskan

kualifikasi

dan kriteria masyarakat

ideal

-Menerangkan--berdasar

konsep masyarakat ideal--

tentang masyarakat non

ideal/ masyarakat yang

sakit/ patologis.

-Konsep dan pengertian

masyarakat ideal

-Unsur-unsur

atau

komponen-komponen

masyarakat ideal

- kualifikasi masyarakat

ideal

-Terminologi masyarakat

ideal

-Konsep masyarakat non

ideal/ patologis.

-komparasi

antara

masyarakat ideal dan

non-ideal

-Mahasiswa-mahasiswi

menganalisis dan mendiskusikan

konsep

dan

pengertian

masyarakat ideal

-Menemukan dan mendata

unsur-unsur

atau

komponene

masyarakat ideal

-Mendiskusikan

bersama

kualifikasi

dan

persyaratan

masyarakat ideal

-Membahas

terminologi

masyarakat ideal -- non ideal;

normal-- abnormal.

Tes

performans

2

pertemuan

Menjelaskan

proses

sosial

timbulnya

gejala

penyakit sosial

Mahasiswa-wi mampu:

-menjelaskan

pengertian

perubahan sosial (

social

change)

-Menjelaskan faktor-faktor

-Pengertian

perubahan

sosial(

social change)

-faktor-faktor dan

pola-pola perubahan sosial

-dampak sosiologis dari

-Mahasiswa-mahasiswi

mengkonseptualisasikan

perubahan sosial sebagai gejala

alamiah-ilmiah sosiologis

-Faktor-faktor

dan

pola-pola

-Tes

kognitif dan

afektif, serta

diskusi

2

pertemuan

(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dan pola-pola perubahan

sosial

-Menjelaskan

dampak

sosiologis

perubahan

sosial

-Menjelaskan

pengertian

masalah sosial (

social

problems

)

sebagai

dampak

negatif

dari

perubahan sosial

-Menerangkan

ruang

lingkup

dan

bentuk-bentuk masalah sosial

perubahan sosial

-pengertian

masalah

sosial (

social problems

)

-sifat

dan

ciri-ciri

masalah sosial, serta

ruang lingkup masalah

sosial

perubahan sosial seperti konsep

evolusi dan revolusi

-Mendiskusikan

dampak

sosiologis perubahan sosial

-Membahas secara

brainstorming

tentang masalah sosial,

unsur-unsur, serta ruang lingkup

masalah sosial

-Mendiskusikan ruang lingkup

masalah sosial

Menjelaskan

kondisi dan gejala

sosial yang sakit

secara organik

Mahasiswa-wi mampu:

-Menjelaskan

pengertian

disorganisasi sosial

-Menjelaskan faktor-faktor

timbulnya disorganisasi

sosial

-Menerangkan

pola-pola

dan

menggambarkan

bentuk-bentuk skematik

disorganisasi sosial

-Menjelaskan gejala-gejala

pengiring

disorganisasi

sosial

-Konsep

disorganisasi

sosial

-Faktor-faktor penyebab

timbulnya disorganisasi

sosial

-Gambaran skematik dan

pola-pola disorganisasi

sosial

-Gejala-gejala

yang

mengiringi

disorganisasi sosial

-Mahasiswa-mahasiswii

mendiskusikan

konsep

disorganisasi

sosial,

menyebutkan

faktor-faktor

penyebabnya

-Menskemakan/ menggambarkan

pola-pola disorganisasi sosial

serta membahas tentang

gejala-gejala pengiring disorganisasi

sosial

Tes

Performansi,

dan

observasi

2

Pertemuan

Menjelaskan

konsep

deviasi

(penyimpangan)

sosial

Mahasiswa-wi mampu:

-Menjelaskan

arti

Penyimpangan sosial

-Menyebutkan

sinonim

deviasi

(deviasi-deferensiasi)

adjustment-maladjustment

- Konsep deviasi

-Termonologi deviasi

(deviasi-deferensiasi)

adjustment-maladjustment

-Faktor-faktor

penyimpangan

-Mahasiswa-mahasiswi

mendiskusikan tentang konsep

penyimpangan, sinonim deviasi

(normal-upnormal);

adjustment-maladjustment

-Mahasiswa-mahasiswi

menyebutkan faktor-faktor dan

Tes

Performansi,

observasi,

dan diskusi

2

pertemuan

(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

-Menjelaskan faktor-faktor

penyimpangan

-Menerangkan

bentuk-bentuk/

jenis-jenis

penyimpangan

-Bentuk-bentuk/

jenis-jenis penyimpangan

bentuk-bentuk

dan memperhatikan situasi social

penyimpangan

sekitar

mereka

untuk

didiskusikannya.

Menjelaskan dan

menerapkan

teori-teori

patologi

sosial

sebagai

pendekatan dalam

upaya melakukan

treatment

patologi

sosial

Mahasiswa-wi mampu:

-Menjelaskan

teori

partisipasi sosial

-Menjelaskan

teori

interaksi sosial

-Menjelaskan teori tingkah

laku sosial menyimpang

(

behavior sociopathic

)

-Teori partisipasi sosial

-Teori interaksi sosial

-Teori

tingkah

laku

sosial

menyimpang

(

behavior sociopathic

)

-Mahasiswa-mahasiswi

mendiskusikan teori partisipasi

sosial, interaksi sosial, dan

tingkah

laku

sosial

yang

menyimpang

-Mahasiswa-mahasiswi berupaya

mengaplikasikan(simulative)

teori-teori

tersebut

untuk

memecahkan gejala dan

bentuk-bentuk

patologi

sosial

(

treatment

)

Tes

Performansi,

dan diskusi

3

pertemuan

Menjelaskan

gejala-gejala/

kasus2 PATOS

Mahasiswa-wi

mampu

menjelaskan:

1.

Juvenile delinquency

2.

Prostitusi

dan

penyimpangan seksual

3

. pelecehan dan kekerasan

seksual.

4. Kejahatan narkoba

5. Korupsi

6. inseminasi

7.Pornografi

8.radikalisme

9.Trafikking

10. Sadism

11.Kebosanan hidup (eks

veteran).

12. Dll.

1.

Juvenile delinquency

2.

Prostitusi

dan

penyimpangan seksual

3

.

pelecehan

dan

kekerasan seksual.

4. Kejahatan narkoba

5. Korupsi

6. inseminasi

7.Pornografi

8.radikalisme

9.Trafikking

10. Sadism

11.Kebosanan hidup (eks

veteran).

Mahasiswa melakukan kajian

empiris-sosial melihat realitas

social terkait dengan gejala2 atau

kasus2 PATOS. Ini menjadi

sebuah

tugas

akhir

yang

dilaporkan dan didiskusikan di

kelas

Tes

Performansi,

dan diskusi

3

pertemuan

(11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id   1  

Paket 1

KONSEP DASAR PROBLEMA

KEMASYARAKATAN

Pendahuluan

Dengan paket ini, perkuliahan difokuskan pada pemahaman tentang dasar-dasar konseptual mengenai problema sosial-kemasyarakatan. Oleh sebab itu, point-point yang dibahas adalah meliputi pengertian problema sosial, dinamika sosial, dan masalah sosial, serta kaitan antara dakwah dan ilmu tentang problema sosial.

Paket 1 ini akan menjadi entrypoint bagi paket-paket selanjutnya yang

lebih fokus lagi pada pemahaman teori-teori dan langkah-langkah menangani berbagai problema sosial dan gejala-gejala patologi sosial. Oleh sebab itu, yang paling dasar dalam paket ini adalah bahwa mahasiswa harus memahami definisi problema sosial dan patologi sosial, obyek studi, dan metode pengkajiannya agar dapat mengembangkan disiplin ilmu problema sosial ini melalui berbagai aktifitas survei dan penelitian ilmiah. Dalam konteks ini, mahasiswa diberi tugas untuk membaca literatur tentang definisi problema sosial dan patologi sosial, termasuk mendalami materi yang tersaji dalam paket satu (1) ini, dan juga melakukan brainstorming terkait dengan

pemahaman realitas sosial-kemasyarakatan berkenaan dengan konsep problema sosial tersebut agar pemahaman dan wawasan mahasiswa dapat lebih konkret lagi dan empirik-sosiologis.

Mata kuliah ini, sebagaimana materi yang dibahas dalam sesi paket 1 ini, adalah bersifat empirik-obyektif yang menuntut pemahaman mengenai realitas sosial dari mahasiswa sehingga penugasan-penugasan kepada mereka, agar aktif mengamati kehidupan sosial-kemasyaratan di sekitarnya dalam bentuk survei-survei, tidak dapat ditiadakan. Oleh karena itu, dalam proses perkuliahan, dibutuhkan peralatan-peralatan dan sarana memadai seperti LCD dan Laptop yang menyediakan point-point seputar topik kajian, serta penampilan-penampilan gambar dalam slide untuk memudahkan pemahaman mahasiswa agar dapat lebih konkret lagi. Selain itu, perlu disediakan juga kertas plano dan spidol sebagai media pembelajaran untuk menuangkan hasil-hasil diskusi ataupun brainstorming mahasiswa untuk

(13)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 

2  

Rencana Pelaksanaan Perkuliahan (RPP)

Kompetensi Dasar

Mahasiswa mendeskripsikan konsep dasar problema sosial-kemasyarakatan dan patologi sosial.

Indikator

Setelah perkuliahan berakhir diharapkan mahasiswa-wi dapat: 1. menjelaskan pengertian problema kemasyarakatan dan patologi sosial 2. menjelaskan obyek studi dan sifat studi problema sosial

3.

menerangkan

kaitan antara

dakwah dan ilmu problema sosial-kemasyarakatan.

Waktu

2x50 menit

Materi Pokok

1. Pengertian problema sosial dan patologi sosial

2. Sifat studi, obyek studi, serta metode studi problema sosial 3. Kaitan antara dakwah dengan ilmu tentang problema social

Kegiatan Perkuliahan Kegiatan awal (15menit)

1. Brainstorming, tukar wawasan, serta mengamati slide tentang terma

masalah sosial dengan tayangan gambar-gambar tentang realitas sosial.

2. Penjelasan urgensi masalah sosial

Kegiatan inti (70 menit)

1. Mengelompokkan mahasiswa-wi menjadi empat (4) group.

2. Masing-masing group mendiskusikan tema dan sub tema tentang, yaitu:

Group ke 1 tentang pengertian masalah sosial Group ke 2 tentang pengertian patologi sosial

Group ke 3 tentang obyek studi, sifat studi, dan metode studi masalah sosial

Group ke 4 tentang konsep relasi dakwah dan sosial-kemasyarakatan.

(14)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 

3  

4. Setiap selesai presentasi satu kelompok diadakan diskusi dan Tanya-jawab.

5. Pemantapan dan penguatan hasil diskusi oleh dosen pengampu. 6. Pemberian kesempatan kepada seluruh peserta kelas untuk

mengklarifikasi hasil diskusi atau menanyakan hal yang belum terbahas dalam diskusi.

Kegiatan Penutup(10menit)

1. Penyimpulan hasil perkuliahan

2. Memberikan semangat belajar lebih lanjut dan mendalami materi 3. Refleksi hasil perkuliahan oleh mahasiswa/wi.

Kegiatan Tindak Lanjut (5menit)

1. Memberikan tugas latihan

2. Mempersiapkan perkuliahan berikutnya.

Lembar Kegiatan

Membuat peta konsep (mindmap) tentang masalah sosial dan patologi

sosial.

Tujuan

Agar mahasiswa-wi dapat membangun pemahaman yang sistematis tentang masalah sosial melalui kreatifitas pengungkapan ide, dan dari ide-ide yang parsial dari beberapa mahasiswa-wi tersebut terkonstruk konsep yang utuh dan menjadi definisi yang adekuat tentang masalah sosial dalam suatu

mindmaping. Bahan dan Alat

Kertas plano, Spidol berwarna, dan Solasi penempel, LCD, laptop.

Langkah Kegiatan

1. Memilih seorang pemandu kerja kelompok dan penulis konsep hasil kerja 2. Mendiskusikan materi yang telah ditentukan dengan anggota kelompok 3. Menulis hasil diskusi dalam bentuk peta konsep

4. Menempelkan hasil kerja kelompok di papan tulis/dinding kelas 5. Memilih satu anggota kelompok untuk presentasi

6. Mempresentasikan hasil kerja kelompok secara bergiliran dengan waktu masing-masing lima (5) menit.

7. Memberikan tanggapan dan klarifikasi terhadap presentasi yang selesai dilakukan.

Uraian Materi

(15)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 

4  

Pengertian dan Terminologi Problema Kemasyarakatan

Masyarakat—dalam istilah ilmiahnya disebut dengan society ataupun community—menjadi obyek studi yang sangat penting dalam ilmu dakwah,

karena ia merupakan arena interaksi manusia, dan di tengah masyarakatlah manusia menjadi eksis. Demikian juga, agama tidak akan dapat aktual seandainya tidak ada masyarakat. Dakwah Islam adalah bertujuan agar; Pertama, tercipta manusia-manusia yang baik secara pribadi; dan kedua, tercipta pergaulan kehidupan antara pribadi yang baik, rukun, dan harmonis. Atas dasar inilah, ilmu mengenai kemasyarakatan menjadi penting untuk dikaji. Namun, kajian penting dalam perkuliahan problema sosial ini difokuskan pada masalah-masalah yang dihadapi masyarakat serta penyakit-penyakit yang mengancamnya, dan bahkan yang berpotensi mematikan masyarakat tersebut. Oleh sebab itu, yang menjadi subject matter dalam

perkuliahan problema sosial ini adalah tentang penyakit-penyakit kemasyarakatan yang secara intens ditelaah secara anatomik dalam disiplin keilmuan patologi sosial.

Secara etimologis, patologi (pathology), terdiri dari kata Pathos yang

berarti penyakit, dan logos yang berarti pembicaraan serius tentang sesuatu

yang pada akhirnya membuahkan ilmu.1 Dengan demikian, patologi berarti

pembicaraan serius dan ilmiah tentang suatu penyakit. Kata patologi memang mengandung konsep fisio-biologis yang secara lebih awal dan popular dipakai dalam disiplin medikal-kedokteran, misalnya, kajian tentang fungsi-fungsi organ tubuh yang mengalami gangguan dikarenakan adanya disfungsi jaringan kelenjar dalam tubuh, dan sejenisnya. Jadi, dengan demikian, kajian tentang suatu jenis penyakit tertentu yang mengganggu fungsi - fungsi organ tubuh itu dalam cabang ilmu kedokteran disebut

patologi. Namun demikian, terma tersebut selanjutnya meluas

pemakaiannya dalam disiplin ilmu yang lain seperti sosiologi dan psikologi. Selanjutnya, kata ‘sosial dapat diartikan dengan masyarakat (society)

yang secara terminologis berarti organisasi manusia yang menjalin pergaulan hidup bersama untuk dapat saling memenuhi kebutuhan bersama secara harmonis.2 Dengan demikian, patologi sosial berarti pembicaraan

atau studi ilmiah tentang penyakit masyarakat, yaitu hal-hal yang dapat mengganggu keharmonisan dan ketentraman masyarakat, bahkan dapat melenyapkan eksistensi masyarakat tersebut.

Secara terminologis, terdapat banyak pengertian tentang patologi sosial sebagaimana dinyatakan oleh para ahli. Namun dari dari redaksi yang       

1 Poespoprodjo, Logika Scientifika; Pengantar Dialektika Ilmu, (Bandung: Pustaka Grafika, 1999), 27.

(16)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 

5  

bervariasi tersebut tetap memiliki esensi konseptual yang sama. Vembriarto, misalnya, mengemukakan dua pengertian; Pertama. Patologi sosial adalah

sebuah disiplin ilmu yang membicarakan tentang disorganisasi sosial dan penyimpangan sosial (social maladjustment) yang meliputi sebab-sebab

terjadinya kondisi dimana anggota masyarakat tidak mampu menyesuaikan diri di tengah lingkungannya, tentang extensi, dan usaha-usaha perbaikan atau treatment yang dapat mengurangi gangguan sosial tersebut, seperti

kemiskinan, pengangguran, problem manula (manusia usia lanjut),

feeblemindedness, insanity, perceraian keluarga, kejahatan dan kenakalan

remaja, prostitusi, dan lain-lain. Kedua, bahwa patologi sosial adalah

kondisi sosial atau masyarakat yang sakit, atau kondisi masyarakat yang abnormal.3 Dengan makna kedua ini, maka ungkapan “masyarakat

patologis” dapat dipahami sebagai masyarakat yang sakit atau abnormal. Pengertian pertama memiliki konotasi bahwa patologi sosial merupakan suatu disiplin ilmu independent yang memiliki obyek studi tentang disintegrasi sosial, sosial disorder, dan social maladjustment. Terkait

dengan pengertian pertama ini, maka Sapari Imam Asy’ari menjelaskan, bahwa lapangan studi patologi sosial adalah problema kemasyarakatan yang timbul sebagai hasil interaksi manusia yang tidak mencapai taraf kesempurnaan, sehingga menimbulkan rusaknya nilai-nilai sosial yang disebabkan adanya tingkah laku sosial yang menyimpang / salah.4

Sedangkan pengertian yang kedua memberi konotasi bahwa patologi sosial merupakan kualitas sosial yang tidak stabil, disharmonis, dan mengalami gangguan yang berakibat pada resahnya anggota masyarakat dan tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya. Pengertian kedua ini tampaknya seirama dengan pendapat Gillin and Gillin, bahwa patologi sosial merupakan bentuk maladjustment yang serius di antara berbagai unsur

dalam keseluruhan konfigurasi kebudayaan sedemikian rupa, sehingga kondisinya membahayakan kelangsungan hidup suatu kelompok sosial, atau secara serius menghambat pemuasan kebutuhan-kebutuhan asasi anggota-anggota kelompok masyarakat itu yang mengakibatkan hancurnya ikatan sosial mereka.5

Dua aras pengertian seperti di atas tampaknya dipergunakan secara bersamaan oleh para ahli dan mendapat landasan logika pemakaiannya secara kuat. Dengan demikian, dapat dimengerti, bahwa patologi sosial       

3 St. Vembriarto, Pathology Sosial, (Jakarta: Yayasan Pendidikan PARAMITA Yogyakarta, 1984), 1

4 Sapari Imam Asy’ari, Patologi Sosial, (Surabaya: Penerbit Usaha Nasional Surabaya- Indonesia), 11.

5 Earl Rubington, Martin S. Weinberg, The Studi of Social Problems,(New York: Oxford University Press), 17

(17)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 

6  

dalam konteks tertentu dapat dipahami sebagai sebuah disiplin ilmu tentang kondisi sosial yang tidak normal dan disintegratif. Sedangkan dalam konteks yang lain juga dapat berarti sebuah kondisi masyarakat yang problematis tersebut, atau kualitas sosial yang tidak ideal atau tidak diinginkan yang mencerminkan kecemasan serius dari warganya.

Konsep Dinamika Sosial: dari Problema Sosial hingga Patologi Sosial

Secara defacto, masyarakat telah eksis seiring dengan kehidupan

manusia itu sendiri, dan manusia dikenal sebagai makhluk yang berinstink sosial, artinya, selalu ingin mewujudkan kehidupan bersama dalam sebuah organisasi hidup. Para filosuf kuno dari Yunani tidak melewatkan perhatiannya terhadap masyarakat, sehingga dalam karya-karya filsafatnya banyak dijumpai term-term mengenai realitas masyarakat ini. Di era moderenlah yang dirintis sejak zaman pencerahan/ renaissance subject

matter masyarakat ini mendapat perhatian serius sehingga lahir sebuah disiplin sosiologi.

Dalam disiplin sosiologi digambarkan bahwa masyarakat adalah dinamis karena masyarakat itu mencerminkan ide, cita-cita, dan harapan manusia dalam hidupnya. Dinamisitas masyarakat mencerminkan sebuah normalitas masyarakat itu sendiri. Namun demikian, dalam konteks dinamika tersebut masyarakat menampakkan diri sebagai sebuah entitas yang berkembang karena faktor-faktor internal berupa ideal-ideal anggota masyarakat untuk meningkatkan perikehidupannya, dan juga karena faktor eksternal berupa tantangan-tantangan yang harus dihadapi. Di era modern, misalnya dimana ilmu pengetahuan berkembang pesat yang membuahkan teknologi maka kebutuhan manusia semakin bervariasi yang semuanya menuntut pola-pola kehidupan baru yang lebih baik, sementara aspek-aspek sosial yang lain belum siap, misalnya, maka dapat dipastikan akan melahirkan problematika yang juga selalu berkembang. Oleh sebab itu, maka dinamika sosial yang merupakan sebuah konsep tentang perubahan cara-cara berinteraksi, berkomunikasi, serta pola-pola kehidupan manusia dalam kelompoknya adalah tidak dapat dihindari. Atas dasar ini pula maka dinamika sosial berdampak negatif melahirkan problem-problem sosial, disamping juga berdampak positif yaitu terwujudkan pola-pola kehidupan interaksional yang lebih baik lagi.

Sebagaimana dijelaskan oleh Kartini Kartono, bahwa dua abad sebelum abad ke 19 dan 20, patologi sosial belum lahir sebagai sebuah disiplin ilmu, karena belum memiliki sebuah style spesifik dalam melakukan studi. Pada

saat itu, para sosiolog yang concern dalam bidang penyimpangan sosial,

(18)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 

7  

bius, perjudian dan lain-lain masih memandangnya dengan spektrum normatif sebagai penyakit masyarakat yang harus diberantas dan dibasmi, serta dienyahkan dari muka bumi.6 Induk patologi sosial adalah disiplin

sosiologi yang kemudian melakukan telaah terhadap penyakit sosial itu dengan bantuan psikologi, terutama kriminologi, hukum dan etika.

Selanjutnya, memasuki abad ke 19 dan 20, para pemerhati penyakit masyarakat seperti di atas menyepakati pemakaian istilah ilmiah dengan terma sociopathology atau patologi sosial. Dengan demikian, maka lambat

laun ilmu tersebut semakin membentuk dirinya sebagai sebuah disiplin yang mencoba membatasi ruang lingkup kajian, menemukan pola kajian, membangun teori, serta menetapkan teknik analisisnya sendiri. Dengan latar belakang pertumbuhan seperti itu, maka patologi sosial menampilkan diri sebagai disiplin ilmu yang longgar dari sisi penyebutannya, sehingga dari sisi kualitas sosial, patologi sosial dapat juga disebut dengan disorganisasi sosial, disintegrasi sosial, masyarakat yang abnormal dan lain-lain yang pada intinya adalah merupakan esensi dari istilah patologi sosial itu sendiri.

Oleh karena ilmu ini lahir dari sosiologi, maka tentu saja pola studi yang dipakainya pun identik dengan sosiologi. Demikian juga obyek yang ditelaah adalah merupakan wilayah obyek material studi sosiologi, yaitu tentang organisasi sosial, sistem, dan struktur sosial, tetapi dari aspek-aspek negatifnya.

Dalam menuju kesempurnaannya, menurut Vembriarto, disiplin ilmu ini berkembang dengan menapaki tiga fase; yaitu fase masalah sosial, fase disorganisasi sosial, dan fase sistematik.7

Pada fase pertama, patologi sosial memiliki concern pada persoalan

sosial yang meliputi; masalah pengangguran, masalah pelacuran, masalah kejahatan, masalah kemiskinan, masalah pertumbuhan penduduk dan sejenisnya.8 Selanjutnya, pada fase kedua, tampaknya muncul koreksi pada

fase pertama karena hanya menekankan pada segi akibatnya saja, tanpa menilik pada faktor-faktor penyebabnya, ataupun akibat yang ditimbulkan lagi, sehingga muncul upaya untuk mengarahkan telaah pada segi disorganisasi sosial. Dengan demikian, ada perluasan wacana yang menjadi wilayah pengkajian patologi sosial ini dimana semula hanya pada event-event parsial sebagaimana pada masalah sosial di atas yang lebih

      

6 Kartini kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: PT Raja Garafindo, Persada, 2001),1

7 St. Vembriarto, Pathologi Sosial, (Yogyakarta: Yayasan Pendidikan PARAMITA, 1984), 4 - 6.

8 Dalam suatu kajian yang berbeda,Patologi Sosial dijadikan sebagai sebuah spectrum dari persoalan sosial atau social problems, bukan sebagai disiplin independen sebagaimana yang dilakukan Earl Rubington dalam bukunya Social Problems di atas. Pola sejenis juga dilakukanoleh Soetomo dalam bukunya Masalah Sosial dan Pembangunan

(19)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 

8  

mengedepankan perspektif normatif dalam melihat fenomena sosial. Sedangkan pada tahap disorganisasi sosial ini, patologi sosial lebih luas lagi di dalam melihat fenomena, tidak hanya pada segi sebabnya saja, tetapi melihat juga akibat sosial dari fenomena di atas. Namun demikian, fase kedua inipun, masih memiliki keterbatasan, karena di dalam melihat fenomena sosial masih menggunakan perspektif normatif sebagai tolok ukurnya.

Fase ketiga, fase sistematis, yaitu merupakan penyempurnaan dari fase kesatu dan kedua. Pada fase ini, patologi sosial menjadi sebuah disiplin ilmu yang sudah memiliki kerangka metodologi yang sistematis, memiliki bermacam-macam teori yang dapat menjadi landasan analisis terhadap bidang kaji patologi sosial. Diantara sebagian teori tersebut adalah teori partisipasi sosial, teori interaksi sosial, dan teori tingkah laku sosial menyimpang (sociopathic behavior)9

Kedudukan Ilmu Problema Sosial dan Patologi Sosial dalam Ilmu Dakwah

Secaraetimologis, katadakwah berasal dari kata bahasa Arab, da’wah, yang merupakan bentuk isim masdar yang dapat dibentuk menjadi kata

kerja yad’ū yang terbiasa dimaknai dengan “memanggil untuk mengajak”.

Di dalam al Qur’an, kata ini dipergunakan sebagai bentuk perintah agar manusia yang beriman mengajak manusia lain untuk mau menerima kebenaran ajaran agama Allah dengan metode yang terbaik.10 Selanjutnya,

perintah ini pada akhirnya dilaksanakan oleh Rasul Muhammad saw., para sahabat, dan para ulama dengan mengembangkan berbagai metode dan pendekatan yang ilmiah, sehingga dapat menjadi sebuah disiplin ilmu keislaman tersendiri.

Adapun secara terminologis, dakwah berkedudukan sebagai sebuah disiplin ilmu dengan pengertian yang beragam, di antaranya adalah;

1. Dalam buku hidāyat al mursyadin, Syaikh Ali Mahfudz mengartikan

dakwahdengan hatstsu al nas ‘ala al khair wa al huda, wa al amr bi al ma'ruf wa al nahy ‘an al munkar liyafuza bi sa'adat al ‘ajil wa ajil.

Artinya; dakwah adalah menyeru manusia untuk berbuat baik dan berprilaku lurus dengan menganjurkan melakukan hal-hal yang bagus dan mencegah perbuatan tercela agar manusia mencapai kebahagiaan jangka pendek dan jangka jauh (di akhirat).

2. Menurut Abu Bakar Atjeh, dakwah yaitu perintah mengadakan seruan       

9 Vembriarto, Pathology Sosial, 4.

(20)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 

9  

kepada semua manusia untuk kembali dan hidup di sepanjang jalan ajaran Allah SWT. yang benar dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik.

3 Thoha Yahya Umar mengartikan dakwah sebagai upaya mengajak manusia dengan cara bijaksana menuju jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

4 Arifin M.Ed mendefinisikan dakwah dengan “kegiatan mengajak, baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik sebagai individu maupun kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap ajakan agama sebagai messege yang disampaikan kepadanya

dengan tanpa adanya unsur- unsur paksaan.11

Definisi-definisi yang bervariasi di atas memilik makna prinsipil yang sama yaitu; Pertama, bahwa yang menjadi obyek dan sekaligus subyek

dakwah adalah manusia. Kedua, dakwah dilakukan secara sadar, bertujuan

mengajak manusia agar menerima kebenaran ilahi atas dasar kesadaran pula.

Ketiga, dakwah dilakukan dengan metode yang bijaksana dan pendekatan

yang manusiawi. Jadi, dakwah bertujuan menciptakan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Kebahagiaan tersebut akan terwujud, jika dan, ketika manusia berada dalam perilaku yang benar dan jalan yang lurus.

Sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri, ilmu dakwah mengalami perkembangan paradigmatik seiring dengan perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Sebagai ilmu yang menggunakan seperangkat ilmu bantu dan skill, dakwah aktual juga sebagai sebuah seni yang membutuhkan keterampilan metodologis. Oleh karena itu, bidang garap, pola praktikum, dan tujuan dakwah pun berkembang pula.

Di era kontemporer seperti sekarang ini, seiring dengan issu keterbelakangan, kemiskinan dan sejenisnya, yang menjadi faktor ketimpangan sosial, trend dakwah mengarah pada paradigma pemberdayaan

sosial. Seiring dengan ini maka dakwah transformatif menjadi sebuah pilihan utama dakwah. Corak dakwah yang demikian bertujuan menciptakan pencerahan kemanusiaan, membebaskan mereka dari keterpurukan, serta membuat kehidupan manusia menjadi adil dan harmonis. Tujuan seperti itu memang menjadi utama sebagai perintah dakwah itu sendiri sebagaimana frasa ayat litukhrija an nas min al zulumat ila al nur.Artinya:”…….agar

engkau, Muhammad (dalam menerima risalam Islam itu) bertugas       

11 Totok Sumantoro, Psikologi Dakwah: Dengan Aspek-aspek Kejiwaan yang Qur ’ani (Jakarta: Penerbit Amzah, 2001), 18.

(21)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 

10  

mengeluarkan manusia dari kegelapan hidup menuju kecerahan kehidupan”. Demikian juga seiring dengan spesifikasi profesi dakwah, sebagaimana dalam konteks penyembuhan manusia-manusia yang berpribadi bermasalah yang dapat menjadi penyakit sosial bagi masyarakatnya, maka aksi dakwah mengambil concern pada pemberian bantuan dan petunjuk agar seseorang

berpribadi normal dan sehat sehingga melahirkan disiplin ilmu bimbingan dan konseling dan hal ini menunjukkan adanya pembidangan ilmu dakwah yang semakin rinci. Dakwah di bidang bimbingan dan konseling ini pada akhirnya mendorong dimunculkannya jurusan bimbingan dan konseling Islam di lingkungan fakultas Dakwah.

Tegasnya, dalam konteks berdakwah, ilmu tentang problema dan patologi sosial berkedudukan sebagai ilmu bantu dalam menganalisis persoalan-persoalan sosial-kemasyarakatan. Disiplin ini membantu seorang pendakwah dapat memahami dan menemukan problem-problem sosial yang menjadi penyebab dari ketidakharmonisan hidup manusia, sehingga untuk selanjutnya, dapatlah dirancang suatu treatment dan pemecahannya yang

tepat.

Ilmu problema dan patologi sosial itu juga sangat urgen dipergunakan sebagai pendekatan dalam memahami kelainan-kelainan/penyimpangan sosial kemasyarakatan baik yang disebabkan oleh individu/persona sosial maupun faktor-faktor sosial yang membahayakan dan mengancam kehidupan sosial. Dalam kaitan ini, maka jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI) yang jelas-jelas memberikan kompetensi kepada mahasiswa-mahasiswi dalam bidang konseling individu dan sosial sangat tepat menyediakan matakuliah problema dan patologi sosial ini sebagai ilmu dasar yang harus dikuasai.

Dengan alur pemikiran seperti itu, dapat diketahui bahwa ilmu problema dan patologi sosial berfungsi sebagai alat bantu bagi mahasiswa fakultas dakwah pada umumnya, dan bagi mahasiswa-wi BKI pada khususnya, sebagai alat bantu untuk memahami persoalan sosial dengan berbagai teori dan pendekatan ilmiahnya. Kemudian dari penemuan persoalan-persoalan seperti itu pada akhirnya dapat disusun teknik dan pendekatan-pendekatan yang relevan dalam upaya men-treatment-nya

(menanganinya secara ilmiah-profesional).

Latihan

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:

(22)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 

11  

2. Jelaskan berdasar beberapa pendapat para ahli tentang pengertian patologi sosial!

3. Bagaimana penjelasan Saudara bahwa masalah sosial berakibat terhadap timbulnya patologi sosial?

4. Bagaimana definisi yang tepat tentang dakwah Islamiyah?

5. Saudara dimohon menjelaskan sekilas tentang unsur-unsur dakwah, dan metode-metodenya!

6. Apa hubungan ilmu problema sosial dan patologi sosial dengan dakwah Islamiyah, terutama terkait dengan jurusan BKI?

REFERENSI

Asy’ari, Sapari Imam. Patologi Sosial. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional

Surabaya- Indonesia. 2004.

Kartono, Kartini. Patologi Sosial. Jakarta: PT Raja Garafindo, Persada,

2001.

Poespoprodjo, Logika Scientifika; Pengantar Dialektika Ilmu. Bandung:

Pustaka Grafika, 1999.

Rubington, Earl. Weinberg, Martin S. The Studi of Sosial Problem. New

York: Oxford University Press. 1995.

Shadilly, Hassan. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta: Rineka

Cipta. 1993.

Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan,Yogyakarta; Pustaka Jaya,

1995.

Sumantoro, Totok. Psikologi Dakwah: Dengan Aspek-aspek Kejiwaan yang Qur ’ani. Jakarta: Penerbit Amzah, 2001

.

Vembriarto, St. Pathology Sosial. Jakarta: Yayasan Pendidikan PARAMITA

(23)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 

12  

(24)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Paket 2

Perubahan Sosial (

Social Changes

)

Pendahuluan

Pada paket ini, perkuliahan diarahkan pada pembahasan mengenai konsep perubahan sosial, dan hal-hal terkait dengan impak atau dampaknya. Ini dimaksudkan agar mahasiswa-wi memahami bahwa sosial atau masyarakat itu mengalami sebuah proses dan dinamika, sehingga memberikan kesadaran bahwa masyarakat itu pada intinya mengalami kemiripan dengan kehidupan. Artinya, sebagaimana masyarakat itu merupakan entitas yang hidup tentu membutuhkan perawatan dan usaha-usaha memenuhi kebutuhannya, serta mempertahankan eksistensinya agar tidak lenyap dan bahkan menjadi berkembang. Karena itu, penting bagi mahasiswa-wi untuk memahaminya. Materi paket ini sangat penting karena menjadi entrypoint bagi pemahaman tentang materi paket-paket berikutnya.

Dalam paket ini, konsep-konsep yang dikaji meliputi; perubahan sosial (social changes), ruang lingkup perubahan sosial, faktor-faktor perubahan

sosial, pola-pola atau bentuk-bentuk perubahan sosial. Konsep-konsep tersebut diharapkan memberikan wawasan bagi mahasiwa-wi agar dapat memahami karakteristik sosial dan dapat mengantisipasi perubahan yang akan terjadi. Dalam proses perkuliahan, dosen memberikan tayangan slide mengenai perubahan sosial dan efek-efeknya, terutama di masyarakat urban untuk memberikan kesan kongkret mengenai sosial dalam tataran empiriknya sehingga mahasiswa dapat mudah bersentuhan dengan masyarakat secara nyata.

Mengingat tujuan perkuliahan paket ini adalah untuk mengajak mahasiswa-wi lebih dekat dengan masyarakat setelah memahami secara konseptual, maka media pembelajaran sangat penting adanya, yaitu berupa LCD dan Laptop, papan tulis dan juga layar slideshow, spidol, dan kertas

plano beserta solasi untuk menampilkan hasil brainstorming dan mindmapping.

(25)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14 Kompetensi dasar

Mahasiswa-mahasiswa mendeskripsikan perubahan sosial

Indikator

Setelah perkuliahan berakhir diharapkan mahasiswa-wi dapat: 1. menjelaskan makna perubahan sosial

2. menjelaskan lingkup dan factor-faktor perubahan social 3. menerangkan proses perubahan social dan teori-teorinya.

Waktu

2x50 menit

Materi Pokok

1. Makna Perubahan Sosial

2. Lingkup dan Faktor-faktor perubahan Sosial 3. Proses Perubahan Sosial dan Teori-teorinya

Kegiatan perkuliahan Kegiatan Awal (15 menit)

1. Brainstorming, tukar wawasan, serta mengamati slide tentang terma

perubahan sosial dengan tayangan gambar-gambar tentang realitas sosial.

2. Penjelasan perubahan sosial

Kegiatan inti (70 menit)

1. Mengelompokkan mahasiswa-wi menjadi empat (4) group.

2. Masing-masing group mendiskusikan tema dan sub tema tentang, yaitu:

Group ke 1 tentang perubahan sosial dan ruang lingkupnya Group ke 2 tentang faktor-faktor Perubahan sosial

Group ke 3 tentang pola-pola atau bentuk-bentuk perubahan sosial Group ke 4 tentang teori-teori perubahan sosial

3. Mempresentasikan hasil diskusi tiap kelompok ke depan kelas. 4. Setiap selesai presentasi satu kelompok diadakan diskusi dan

Tanya-jawab.

5. Pemantapan dan penguatan hasil diskusi oleh dosen pengampu. 6. Pemberian kesempatan kepada seluruh peserta kelas untuk

mengklarifikasi hasil diskusi atau menanyakan hal yang belum terbahas dalam diskusi.

(26)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15 Kegiatan Penutup (10menit)

1. Penyimpulan hasil perkuliahan

2. Memberikan semangat belajar lebih lanjut dan mendalami materi 3. Refleksi hasil perkuliahan oleh mahasiswa/wi.

Kegiatan Tindak Lanjut (5menit)

1. Memberikan tugas latihan

2. Mempersiapkan perkuliahan berikutnya.

Lembar Kegiatan

Membuat peta konsep (mindmap) tentang perubahan sosial,

factor-faktor, dan efek-efeknya.

Tujuan

Agar mahasiswa-wi dapat mendeskripsikan pemahaman yang sistematis tentang perubahan social, factor-faktor, pola-pola, serta efek-efeknya melalui kreatifitas pengungkapan ide, dan dari ide-ide yang parsial dari beberapa mahasiswa-wi tersebut terkonstruk konsep yang utuh dan menjadi definisi yang adekuat tentang perubahan sosial dalam suatu mindmaping.

Bahan dan Alat

Kertas plano, Spidol berwarna, dan Solasi penempel, LCD, Laptop.

Langkah Kegiatan

1. Memilih seorang pemandu kerja kelompok dan penulis konsep hasil kerja 2. Mendiskusikan materi yang telah ditentukan dengan anggota kelompok 3. Menulis hasil diskusi dalam bentuk peta konsep

4. Menempelkan hasil kerja kelompok di papan tulis/dinding kelas 5. Memilih satu anggota kelompok untuk presentasi

6. Mempresentasikan hasil kerja kelompok secara bergiliran dengan waktu masing-masing lima (5) menit.

7. Memberikan tanggapan dan klarifikasi terhadap presentasi yang selesai dilakukan.

Uraian Materi

Perubahan Sosial (Social Changes)

Makna Perubahan Sosial

Kehidupan masyarakat tidak dapat terlepas dari gerak dan dinamika kehidupan, karena hal itu sudah menjadi watak dasar sosial itu sendiri. Gerak tersebut dapat mengarah maju dan dapat pula mundur ke belakang yang disebut dengan terma perubahan sosial atau sosial changes.

(27)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16 dari dalam masyarakat itu sendiri / internal, maupun dari luar sistem sosial tersebut/ eksternal. Faktor-faktor perubahan itu sangat bervariasi sehingga intensitas dan pola perubahannya pun sangat bervariasi pula. Ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Dengan demikian dapatlah dimaklumi, bahwa perubahan sosial merupakan sesuatu yang natural dalam kehidupan sosial, dan tidak dapat dipungkiri adanya. Hanya saja, manusia akan berbeda-beda dalam menyikapi perubahan itu.

Pandangan klasik seperti yang diwakili kaum agamawan, Lao-tse, Kong-hucu, Kristen klasik dan pertengahan, dan lain-lain menyikapi, bahwa perubahan merupakan suatu fenomena kemerosotan dan pengotoran. Dikatakan, bahwa kehidupan periode permulaan adalah merupakan gambaran kehidupan keemasan, era ideal dan sulit diraih kembali pada zaman akhir. Ketika terdapat perubahan di sana-sini yang mengalihkan dari kemurnian ajaran dan nilai yang tinggi itu maka berarti kondisi buruk dan kemerosotanlah yang terjadi. Oleh karena ini, maka perubahan sosial ditangkap oleh mereka, khususnya oleh Lao-tse dan Kong-hucu, sebagai sebuah kemunduran.1 Pemahaman seperti itu pada umumnya ada pada

masyarakat yang masih sederhana, dan sikap konservatif yang masih sangat kuat. Di kalangan kaum muslim juga terdapat perbedaan sikap tentang perubahan kehidupan ini. Menurut kalangan romantisme, bahwa kehidupan sekarang ini sudah jauh menyimpang dari idealisme Islam awal, periode emas Rasulullah Muhammad saw.. Kelompok yang menyatakan pandangan seperti perubahan itu, misalnya adalah kelompok salaf, jamaah tabligh dan lain-lain. Kelompok tersebut mendakwahkan keistimewaan zaman awal Islam dan mengajak kaum muslimin untuk memegangi sunnah Rasul. Embrio ideologi salafiyah seperti itu menyebar dalam berbagai komunitas muslim dan memasuki berbagai arena pemikiran yang meliputi politik, sosial, hukum dan dain-lain. Di antara indikator ideologi salafiyah itu adalah munculnya berbagai kelompok aliran Islam yang berupaya menutup gerak reformasi pemahaman keagamaan, baik dalam bidang hukum, sosio-kultural dan teologi dengan menggemakan konsep ijtihad telah tertutup.

Pandangan modern, baik yang berakar dari pandangan keagamaan maupun sekuler, menegaskan, bahwa perubahan sosial itu sungguh merupakan keharusan, sebab hal itu menjadi sarana mencapai kemajuan yang berarti bertambahnya kebahagiaan hidup, kemerdekaan berpikir dan terlepasnya umat manusia dari ketakutan, kegelapan dan kemiskinan. Pandangan ini berasumsi, bahwa kemajuan itu terkait dengan penemuan baru yang dapat dipergunakan untuk kemaslahatan hidup manusia.2

1 Hasan Shadily, Sosiologi untuk Masayarakat Indonesia, (Jakarta ; PT. Rineka Cipta, 1993), 231

(28)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17 Dari kalangan agamawan juga terdapat aliran yang sangat respektif terhadap perubahan. Aliran tersebut muncul dengan berbagai bentuk gerakan ijtihad dan reformasi pemahaman / tafsir keagamaan yang bertujuan agar agama bukan menjadi sebuah falsafah hidup yang beku dan bertentangan dengan kemajuan-kemajuan peradaban yang positif. Sebaliknya, perubahan pemahaman mampu memberi inspirasi kebahagiaan dan kemaslahatan yang semakin nyata yang memang itulah tujuan datangnya agama itu sendiri. Kelompok ini membuang sikap konservatif yang menghalangi terwujudnya kemajuan-kemajuan kehidupan.

Dari uraian di atas, menjadi jelas, bahwa perubahan sosial merupakan proses wajar dan akan berlangsung terus menerus.3 Menurut Shadilly,

perubahan tersebut disebabkan karena manusia memiliki nafsu membangun, yakni dorongan untuk menciptakan kondisi kehidupan yang lebih baik lagi.4

Para pakar sosiologi bervariasi dalam mendefinisikan perubahan sosial tersebut. Samuel Koenig berpendapat, bahwa perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan manusia.5

Bruce J. Cohen mengatakan bahwa perubahan sosial adalah suatu perubahan struktur sosial dan perubahan pada organisasi sosial. Pendapat lain seperti Roucek dan warren, mengatakan bahwa perubahan sosial itu

juga terjadi pada aspek proses sosial dan struktur masyarakat.6

Maclver (1973: 272) melengkapi, bahwa perubahan sosial terdapat juga dalam bidang hubungan sosial (social relationship) atau sebagai perubahan

terhadap keseimbangan hubungan sosial (equilibrium).7

Definisi-definisi di atas pada prinsipnya adalah sama bahwa perubahan sosial merupakan proses variasi pola kehidupan masyarakat menuju cara-cara baru dan modifikasi-modifikasi yang meliputi aspek struktur sosial, sistem sosial, dan organisasi sosial. Dengan demikian, ruang lingkup perubahan sosial itu meliputi segi-segi budaya, baik materiil maupun immaterial. Oleh karena itu, dalam melihat perubahan sosial, tidak dapat terpisahkan dengan perubahan budaya, karena tidak ada masyarakat yang tanpa budaya. Sesungguhnya, sistem dan proses sosial dalam ranah nilai-nilai dan pola relasi sosial, serta sikap pergaulan dalam masyarakat itu

3 Muhammad Basrowi, dan Soenyono, Memahami Sosiologi,(Surabaya: Lutfansah Mediatama, 2004), 193.

4 Shadilly, Sosiologi …, 232

5 Samuel Koenig, Man and Society, The Basic Teaching of Sociology, (New York ; Barnes and Noble Inc., 1975), 197

6 Periksa, Abdul Syani, Sosiolcgi Skematika, Teori dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), 208.

7 Robert M. Mclven, Charles page, Society ; An Introductory Analysis, (New York: Rinehart and Company, 1975), 186

(29)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18 merupakan sebuah segi dari budaya itu sendiri.

Lingkup dan Faktor-faktor Perubahan Sosial

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diketahui pula, bahwa lingkup perubahan sosial itu mencakup pula segi perubahan budaya. Sebagai contoh, yaitu perubahan dari segi kelembagaan sosial--dalam hal ini pendidikan-- bahwa persoalan kelembagaan pendidikan itu pada dasarnya sangat kompleks. Ada yang baru dalam tataran perubahan norma dan nilai-nilai, dan belum mencapai tataran perilaku sebagai hasil belajar. Dengan demikian, menjadi jelas, bahwa perubahan sosial itu memiliki ranah yang luas.

Perubahan sosial itu terjadi karena anggota masyarakat pada suatu saat merasa tidak puas terhadap realitas kehidupan yang melingkupinya. Norma- norma masyarakat, lembaga-lembaga sosial, dan sistem kehidupan yang lama dirasa telah tidak tepat lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia saat ini.8

Menurut Selo Soemarjan, perubahan sosial itu terjadi disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu berasal dari dalam sistem kehidupan masyarakat itu sendiri, misalnya, perkembangan ilmu pengetahuan masyarakat dengan memahami teknologi yang canggih yang berakibat pada berubahnya cara hidup, pertumbuhan jumlah penduduk yang positif yang pada umumnya disebabkan urbanisasi, sehingga menyebabkan berubahnya lembaga-lembaga sosial dan struktur sosial, konflik atau pertentangan yang terjadi baik menyangkut persoalan norma, politik, etika, agama, dan lain-lain. Pertentangan sosial itu akan memacu warga masyarakat untuk mencari jalan keluar mengatasi situasi agar lebih baik lagi dengan mewujudkan perubahan- perubahan cara hidup yang baru.9

Adapun faktor eksternal yaitu yang berasal dari luar sistem kehidupan masyarakat yang meliputi (1) pengaruh kebudayaan masyarakat luar dan (2) invasi musuh atau peperangan. Pengaruh dari kebudayaan asing terjadi karena adanya interaksi langsung maupun tak langsung, satu arah maupun dua arah (dialogis) dengan kebudayaan lain sehingga mendorong kebudayaan setempat memiliki unsur-unsur baru yang menyebabkan munculnya cara hidup yang baru pula. Sedangkan peperangan yang terjadi antara satu komunitas dengan yang lainnya dapat menimbulkan berbagai dampak negatif berupa hancurnya sarana kehidupan dan infrastruktur yang relatif sudah berjalan lancar, sehingga menyebabkan merosotnya pola kehidupan yang sudah baik untuk selanjutnya akan diciptakan pola-pola

8 B. Simanjuntak, Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial,(Jakarta: Rineka Cipta, 1983), 103.

(30)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19 baru yang lebih baik lagi.10

Proses Perubahan Sosial dan Teori-teorinya

Perubahan sosial itu pada umumnya mengikuti tiga tahapan, yaitu: 1) Pertama, adalah terjadinya invensi, yaitu proses dimana ide-ide baru

diciptakan dan dikembangkan.

2) Kedua, yaitu tahapan difusi, yakni proses penyebaran atau proses pengkomunikasian ide-ide ke dalam sistem sosial).

3) Ketiga, yaitu tahap konsekuensi, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi.11

Dari aspek sifat perubahan, terdapat dua bentuk perubahan sosial, yaitu perubahan secara evolusif dan perubahan yang revolusif. Dari dua corak perubahan itu muncul beberapa teori masing-masing. Basrowi, dalam bukunya, “memahami sosiologi”, mengutip Bohannan yang menegaskan, bahwa perubahan evolusi adalah perubahan yang lama dengan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat.12 Perubahan ini

berjalan secara alami, tanpa adanya perencanan dan rekayasa sebelumnya. Hal ini disebabkan masyarakat yang secara spontan menginginkan penyesuaian-penyesuaian cara hidupnya sesuai dengan kondisi dan situasi baru yang muncul sebagai bentuk pertumbuhan sosial.

Terdapat tiga macam teori perubahan evolusi, yaitu teori unilinear, unilinear theory of evolution, teori universal, universal theory of evolution,

dan teori multilane, multilined theory of evolution.

Tokoh teori unilinier di antaranya adalah August Comte dan Herbert

Spencer. Dalam pandangan teori ini, bahwasannya perubahan kehidupan masyarakat manusia itu berjalan secara bertahap, mulai dari hal yang kecil sederhana sampai pada bentuk yang kompleks yang pada akhirnya mencapai kesempurnaan kondisi sosial tersebut. Teori ini senada dengan teori siklus,

cyclical theory, yang ditawarkan oleh Vilfredo, bahwa masyarakat manusia

dan kebudayaannya berkembang dengan menapaki tahapan-tahapan yang berpola melingkar, teratur dan berulang. Kemudian, tokoh teori evolusi universal ini di antaranya juga adalah Herbert Spencer. Menurutnya, perkembangan sosial itu tidak harus mengikuti pola yang teratur dan tetap, baik linear maupun siklus. Tetapi, menurut teori ini, perkembangan masyarakat, walaupun lambat, dapat bersifat radikal dan menyeluruh. Misalnya, adalah dapat berubah dari pola yang homogen menjadi masyarakat yang heterogen.

Adapun teori multilined menegaskan bahwa perkembangan masyarakat

10 Ibid., 112.

11 Rogers dan Shoemaker, dalam Muhammad Basrowi, Memahami Sosiologi …, 203 12 Muhammad Basrowi dan Soenyono, Memahami Sosiologi, 204

Referensi

Dokumen terkait

Dewasa ini orang mengenal barang-barang dan jasa yang beraneka ragam macamnya untuk memenuhi kebutuhannya. Barang-barang dan jasa-jasa diproduksi untuk memenuhi kebutuhan

Masyarakat berpendapatan rendah yang belum mempunyai kemampuan untuk memiliki rumah memenuhi kebutuhannya dengan menyewa. Selain itu, pemenuhan kebutuhan perumahan juga

Menurut Kartosapoetra (1994) penyuluh pertanian memiliki fungsi memberikan jalan kepada para petani untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya, fungsi penyuluh demikian menimbulkan

Menurut Kartosapoetra (1994) penyuluh pertanian memiliki fungsi memberikan jalan kepada para petani untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya, fungsi penyuluh demikian menimbulkan

Ketidak mampuan masyarakat untuk memiliki kesempatan, untuk menciptakan peluang dan untuk memilih kesempatan/peluang itu dengan bebas guna mencapai functioning yang

Interaksi menjadi kebutuhan pokok manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan orang lain disekitarnya, namun karena interaksi dianggap hal yang sudah dilakukan

Kemudian ada beberapa aspek kebutuhan berprestasi dalam diri individu yaitu bertanggung jawab dan kurang suka mendapat bantuan dari orang lain, mencapai

Dengan mencapai tujuan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman yang komprehensif tentang kebutuhan khusus pada anak dalam konteks pendidikan jasmani adaptif, serta