• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Yang Diajar Dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dengan Tipe Number Heads Together (NHT) Kelas XI Madrasah Aliyah Al-Jam’iyatul Was

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Yang Diajar Dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dengan Tipe Number Heads Together (NHT) Kelas XI Madrasah Aliyah Al-Jam’iyatul Was"

Copied!
220
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG

DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK

PAIR SHARE (TPS) DENGAN TIPE NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) KELAS XI MADRASAH ALIYAH AL-JAM’IYATUL

WASHLIYAH TEMBUNG TAHUN PEMBELAJARAN

2019-2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

OLEH

DESI RAHMAYANI NIM 35154201

Program Studi Pendidikan Matematika

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ii

limpahan anugrah dan rahmat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana yang diharapkan. Tidak lupa pula shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa risalah islam berupa ajaran yang haq lagi sempurna bagi manusia dan merupakan contoh tauladan dalam kehidupan manusia menuju jalan yang diridhoi Allah SWT.

Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang diajar Menggunakan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Thimk Pair Share (TPS) dengan Tipe Number Heads Together (NHT) kelas XI MIA MA Al-jam’iyatul Washliyah Tembung Tahun Pembelajaran 2019-2020”. Disusun dalam rangka memenuhi tugas-tugas dan melengkapi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara Medan.

Penulis telah berupaya dengan segala upaya yang dilakukan dalam menyelasikan skripsi ini. Namun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembacanya.

(3)

iii

diterima akhirnya semuanya dapat diatasi dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan dan motivasi baik dalam bentuk moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Teristimewa penulis sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua penulis yang luar biasa yaitu Ayahanda tercinta H. Keliwon dan Ibunda tercinta Hj. Wagini yang keduanya sangat luar biasa atas semua nasehat dalam segala hal serta do’a yang tulus dan limpahan kasih dan saying yang tiada henti selalu tercurahkan untuk kesuksesan penulis dalam segala kecukupan yang diberikan senantiasa memberi dorongan secara moril maupun materil sehingga penulis mampu menghadapi segala kesulitan dan hambatan yang ada dan pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Serta untuk semua pihak juga penulis dengan sepenuh hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. KH. Saidurrahman, M.Ag selaku Rektor UIN Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Dr. H. Amiruddin Siahaan, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Dr. Indra Jaya, M.Pd selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Matematika UIN Sumatera Utara Medan.

4. Ibu Siti Maysarah, M.Pd selaku Sekertaris Jurusan Program Studi Pendidikan Matematika UIN Sumatera Utara Medan.

(4)

iv

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Fauziah Nasution, M.Psi selaku Dosen pembimbing Skripsi II yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Asrul, M.Si selaku Dosen Penassehat Akademik yang senantiasa memberikan nasihat dan saran kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. 8. Bapak/ Ibu dosen serta staf pegawai Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Sumatera Utara Medan yang telah memberikan pelayanan, bantuan, bimbingan maupun mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan.

9. Kepada pihak MA Al-jam’iyatul Washliyah Tembung terutama Ibu Zuraidah, S.H selaku kepala sekolah MA Al-jam’iyatul Washliyah Tembung, Ibu Husnayani, S.H selaku guru matematika kelas XI, para staf dan juga siswa/I kelas XI MA Al-washliyah tembung yang telah berpartisipasi dan banyak membantu selama penelitian berlangsung sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

10. Saudara-saudariku kandung, abang dan kakak tersayang Suratmikal –Suratno –Suratman –Suyanto –Sarimin, A.Md -Praka Solihin yang senantiasa memberikan motivasi, semangat dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

(5)

v kepada saya selama penyusunan skripsi ini.

12. Keponakan kesayanganku Fitri Rahmadani dan Ari Sandy yang telah banyak memberikan dorongan dan semangatnya kepada penulis, sehingga penulis terus termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Sahabat-sahabat Kos Suka Selamat 1B, yaitu Rizka Chairani, S.Pd, Putri anju, S.Sos, Baridah Nur Nasution, Reysa Fiska Aulia, S.Pd, Pramay Sella, S.Pd, Hafni Hasibuan, S.Pd, Ariza Ayurinda yang memberikan masukan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Teman dalam seperjuanganku, sahabat tersayangku yaitu Lili Herlina Hrp, Maya Khairani Nst, Putri Sakinah Najwa, Aghnaita Mashyura, Safrina Rizkia Nst, Halimatussa’diah Lubis yang memberikan masukan dan semangat dalam perkuliahan dan skripsi ini.

15. Teman-teman SMA yaitu Putri Anju Situmorang, Siti Rahma, Chindy Claudia Siregar, Arif Bahari, Andi Syahputra, Ira Hidayati, Siti Fatimah, Dewi Rahmawati, Rita Novita Pjt, Pingky Novianti yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

16. Seluruh teman-teman Pendidikan Matematika Khususnya PMM-3 stambuk 2015, seluruh teman-teman KKN 105 Pantai Labu Baru, dan teman-teman PPL 3 MTs Al-washliyah Tembung yang senantiasa menemani dalam suka maupun duka perkuliahan dan berjuang bersama untuk menuntut ilmu.

(6)

vi

pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempunaan skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.

Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan sari semua pihak baik itu bantuan secara moril maupun materil, memberikan semangat dan motivasi kepada penulis sehingga penelitian dapat diselesaikan skripsi ini dengan sebagaimana mestinya tanpa adanya bantuan dari semua pihak mungkin skripsi ini tidak dapat diselesaikan secara maksimal. Semoga kita mendapatkan balasan dari Allah SWT atas perbuatan yang kita lakukan.

Aamiin Aamiin Aamiin ya rabbal’alamin. Walaikumussalam, Wr.Wb

Medan, Oktober 2019 Penulis

Desi Rahmayani NIM: 35154201

(7)

vii ABSTRAK KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... vi DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Batasan masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II LANDASAN TEORITIK ... 14

A. Kerangka Teori ... 14

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 14

2. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 17

3. Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)... 24

4. Strategi Pembelajaran Koopetarif Tipe Number Heads Together (NHT) .. 27

B. Kerangka Berpikir ... 30

C. Penelitian Relevan ... 32

(8)

viii

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

C. Desain Penelitan ... 38

D. Populasi dan Sampel ... 39

E. Definisi Operasional ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 41

G. Instrument Pengumpulan Data ... 41

H. Teknik Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 61

A. Deskripsi Data ... 61

1. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Komunikasi Matematis. ... 61

2. Deskripsi Hasil Penelitian. ... 62

a. Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa yang diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (A1B1) ... 63

b. Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa yang diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together (A2B1) ... 68

c. Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (A1B2) ... 74

(9)

ix

Together (A2B2) ... 79

e. Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah dan KemampuanKomunikasi Matematis Siswa yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (A1) ... 84

f. Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together (A2) ... 88

g. Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dan Tipe Number Heads Together (B1) ... 93

h. Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dan Tipe Number Heads Together (B2) ... 97

B. Uji Persyaratan Analisis ... 101

1. Uji Normalitas ... 101

2. Uji Homogenitas ... 107

C. Hasil Analisis Data/ Pengujian Hipotesis ... 108

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 114

E. Keterbatasan Peneliti ... 119

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 121

A. Kesimpulan... 121

B. Implikasi ... 122

C. Saran ... 123

(10)

x

dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

(A1B1) ... 66 Gambar 4.2 Histogram Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Diajar

dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together (A2B1) ... 72 Gambar 4.3 Histogram Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang

Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (A1B2) ... 77 Gambar 4.4 Histogram Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang

Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together (A2B2) ... 82 Gambar 4.5 Histogram Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (A1) ... 86 Gambar 4.6 Histogram Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together (A2) ... 90 Gambar 4.7 Histogram Kemampuan Pemecahan Masalah Strategi

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dan Tipe

Number Heads Together (B1) ... 95 Gambar 4.8 Histogram Kemampuan Komunikasi Matematis yang Diajar

dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

(11)

xi

Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Number Heads Together ... 29 Tabel 3.1 Desain Penelitian Anava Dua Jalur dengan Taraf 2 x 2 ... 38 Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 43 Tabel 3.3 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis ... 44 Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 45 Tabel 3.5 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa ... 46 Tabel 3.6 Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan

Kemampuan Komunikasi Matematis ... 48 Tabel 3.7 Tingkat Reliabilitas Tes ... 49 Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal ... 51 Tabel 3.9 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Tes Kemaampuan

Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis... 51 Tabel 3.10 Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal ... 52 Tabel 3.11 Hasil Analisis Daya Pembeda Uji Coba Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah dan komunikasi matematis ... 53 Tabel 3.12 Interval Kriteria Skor Kemampuan Pemecahan Masalah ... 54 Tabel 3.13 Interval Kriteria Skor Kemampuan komunikasi matematis ... 54 Tabel 4.1 Data Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa yang diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dan Tipe

Number Heads Together... 62 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Pemacahan Matematis

Siswa yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (A1B1) ... 63

(12)

xii

Tipe Think Pair Share (A1B1) ... 67 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Pemacahan Matematis

Siswa yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together. (A2B1) ... 69 Tabel 4.5 Kategori Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together (A2B1) ... 72 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (A1B2) ... 74 Tabel 4.7 Kategori Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share (A1B2) ... 77 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together (A2B2) ... 79 Tabel 4.9 Kategori Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe

Number Heads Together (A2B2) ... 82 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Pemecahan Masalah dan

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (A1) ... 84 Tabel 4.11 Kategori Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah dan

kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (A1) ... 86 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Pemecahan Masalah dan

(13)

xiii

Tabel 4.13 Kategori Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah dan kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together

(A2) ... 91 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Pemecahan Masalah

Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dan Tipe Number Heads Together (B1) ... 93 Tabel 4.15 Kategori Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Strategi

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dan Tipe

Number Heads Together (B1) ... 95 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Komunikasi Matematis

yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share Dan Tipe Number Heads Together (B2) ... 97 Tabel 4.17 Kategori Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis yang

Diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dan Tipe Number Heads Together (B2) ... 100

(14)

xiv Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen I Lampiran 2 RPP Kelas Eksperimen II

Lampiran 3 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Lampiran 4 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis

Lampiran 5 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Lampiran 6 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Lampiran 7 Lembar Validasi RPP Eksperimen I (Dosen)

Lampiran 8 Lembar Validasi RPP Eksperimen II (Dosen) Lampiran 9 Lembar Validasi Instrumen Tes (Dosen) Lampiran 10 Lembar Validasi RPP Eksperimen I (Guru) Lampiran 11 Lembar Validasi RPP Eksperimen II (Guru) Lampiran 12 Lembar Validasi Instrumen Tes (Guru)

Lampiran 13 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemampuan Komunikasi Matematis

Lampiran 14 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemampuan Komunikasi Matematis

Lampiran 15 Data post-test Kelas Eksperimen I Lampiran 16 Data Post-test Kelas Eksperimen II Lampiran 17 Analisis Validasi Soal

Lampiran 18 Analisis Reliabilitas Soal Lampiran 19 Tingkat Kesukaran Soal Lampiran 20 Daya Beda Soal

Lampiran 21 Uji Normalitas Lampiran 22 Uji Homogenitas

Lampiran 23 Rangkuman Data Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Kelas

(15)

xv

Heads Together(NHT) Lampiran 24 Hasil Uji Anava Lampiran 25 Hasil Uji Tuckey Lampiran 26 Dokumentasi

(16)

NIM : 35.15.4.201

Fak/Jur :Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Matematika

Pembimbing I : Drs. Mahidin, M.Pd

Pembimbing II : Fauziah Nasution, S.Psi, M.Psi

Judul :Perbedaan Kemampuan pemecahan masalah dan Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dan Tipe Number Heads Together (NHT) Kelas XI MA Al-jam’iyatul Washliyah Tembung Tahun Pembelajaran 2019-2020.

Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Kemampuan Komunikasi matematis, Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dan Tipe

Number Heads Together (NHT).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan Number Heads Together di MA Al-washliyah Tembung. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan jenis penelitian quasi eksperiman. Populasinya adalah seluruh siswa/i kelas XI MA Al-washliyah Tembung yang berjumlah 173 siswa. Sampel yang digunakan adalah kelas XI MIA a dan XI MIA B yang masing-masing berjumlah 36 siswa yang ditentukan dengan cara clusterrandom sampling.

Analisis data dilakukan dengan ANAVA dan kemudian dilanjutkan dengan Uji

Tuckey. Hasil temuan ini menunjukkan : 1) terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan tipe

Number Heads Together dengan = 5,977 > pada taraf ( = 3,061; 2) Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

dan tipe Number Heads Together dengan = 3,441 > pada taraf (

= 2,732 dan kemudian dilanjutkan dengan uji tuckey diperoleh ( dan

) > dimana = 7,611 dan = 2,669: 3) Tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan tipe

Number Heads Together dengan = 0,293 < pada taraf ( = 2,732 dan kemudian dilanjutkan dilanjutkan dengan uji tuckey diperoleh <

(17)

Together.

Mengetahui,

Pembimbing Skripsi I Drs. Mahidin, M.Pd

(18)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN

MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

DENGAN TIPE NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) KELAS XI MADRASAH ALIYAH AL-

JAM’IYATUL WASHLIYAH TEMBUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2019-2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

OLEH Desi Rahmayani

NIM 35154201

Program Studi Pendidikan Matematika

PEMBIMBING SKRIPSI I PEMBIMBING SKRIPSI II

Dra. Mahidin, M.Pd Fauziah Nasution, S.Psi, M.Psi NIP.195804201994031001 NIP.197509032005012004

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA MEDAN

(19)

Sehubungan dengan berakhirnya perkuliahan maka setiap mahasiswa diwajibkan melaksanakan penelitian, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana, maka dengan ini saya:

Nama : Desi Rahmayani NIM : 35154201

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Staregi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dan Tipe Number Heads Together (NHT) Kelas XI MA Al-jam’iyatul Washliyah Tembung Tahun Pembelajaran 2019-2020”.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya serahkan ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri kecuali kutipan-kutipan dari ringkasan-ringkasan yang semuanya telah saya jelaskan sumbernya. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan maka gelar dan ijazah yang diberikan oleh universitas batal saya terima.

Medan, Oktober 2019 Yang Membuat Pernyataan

Desi Rahmayani NIM. 35154201

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin keberlangsungan hidup bangsa dan negara, karena dengan adanya pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan faktor pendukung dalam perkembangan dan persaingan berbagai bidang.

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada Bab II Pasal 3 yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Salah satu pendidikan yang dianggap penting untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan matematika. Pendidikan metematika mempunyai peranan penting bagi setiap individu untuk melatih kemampuan berpikir logis, kritis, sistematis, kreatif dan kemampuan bekerja sama yang efektif. Cara berpikir seperti ini yang dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika karena matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas antara satu dengan yang lainnya.

Menurut Permendiknas Nomor 20 Tahun 2006 tujuan pembelajaran matematika agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1

(21)

(a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (d) Mengomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.2

Proses belajar matematika seseorang mampu mengkomunikasikan gagasan, kemampuan berkomunikasi menjadi kemampuan yang penting dalam pembelajaran matematika dan bidang ilmu lainnya. Pembelajaran matematika dituntut untuk mampu membaca konsep-konsep matematika yang penuh dengan simbol-simbol, selanjutnya memahami makna yang terkandung dalam simbol itu ke dalam satu konsep yang utuh dan menyusun konsep itu ke dalam bahasa sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Untuk memahami konsep dan benar-benar mengerti dalam menerapkan ilmu pengetahuan, siswa harus berusaha memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi diri sendiri dan selalu bergulat dengan ide-ide dalam penerapan konsep matematis yang dipelajari didukung oleh kemampuan komunikasi dan penyelesaian masalah yang relevan.

Matematika adalah bahasa simbol, dimana setiap orang yang belajar matematika dituntut untuk mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa simbol tersebut. Matematika sebagai bahasa simbol yang

2

(22)

mengandung makna bahwa matematika bersifat universal dan dapat dipahami oleh setiap orang, kapan dan dimana saja.3

Pembelajaran matematika yang diberikan di sekolah harus dapat mengasah siswa agar mereka memiliki kompetensi dasar dalam matematika sesuai dengan tujuan umum pembelajaran matematika. Menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) tahun 2000 menerapkan lima kemampuan matematis dalam pembelajaran matematika. Kelima kemampuan ini merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa setelah belajar matematika, yakni:

Penalaran matematis, representasi matematis, koneksi matematis, komunikasi matematis, dan pemecahan masalah matematis. Kelima kemampuan ini sangat penting dikuasai terkait dengan kebutuhan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, kelima kemampuan matematis tersebut mampu mengembangkan potensi diri untuk bisa mengikuti dan bersaing dalam kehidupan global. Hal ini dikarenakan setiap aktivitas manusia dalam kehidupan selalu berhubungan dengan matematika. Lebih dari itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini pun tidak terlepas dari peran matematika.4

Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Proses pemecahan masalah matematis merupakan salah satu kemampuan dasar matematik yang harus dikuasai siswa sekolah menengah. Pentingnya pemilikan kemampuan tersebut tercermin dari pernyataan Bracan dalam Heris bahwa “Pemecahan masalah matematik merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika bahkan proses pemecahan masalah matematik merupakan jantungnya matematika”. Demikian pula pentingnya kepemilikan kemampuan pemecahan masalah matematis

3

Hasratuddin, (2015), Mengapa Harus Belajar Matematika?, Medan: Perdana Publishing, hal. 114

4

(23)

ini sejalan dengan pendapat dari Cooney dalam Heris mengemukakan bahwa “dalam mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari dan membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi situasi baru”. 5

Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika merupakan tujuan yang harus dicapai. Sebagai tujuan, diharapkan siswa dapat mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan serta kecukupan unsur yang diperlukan, merumuskan masalah dari situasi sehari-hari dalam matematika, menerapkan strategi untuk masalah dan menggunakan matematika secara bermakna. Namun sering kali kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa ini dikarenakan ada kaitannya dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Selain kemampuan pemecahan masalah metematis, kemampuan komunikasi matematis siswa juga dibutuhkan dalam pembelajaran matematika. Kemampuan komunikasi matematis siswa dapat mengorganisasikan berpikir matematis baik secara lisan maupun tulisan, disamping renegoisasi respon antar siswa akan dapat terjadi dalam proses pembelajaran pada akhirnya komunikasi matematis dapat membawa para siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang telah diberikan. Kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika perlu menjadi fokus perhatian. Hal ini dikarenakan melalui komunikasi matematis siswa dapat mengeksplorasi ide-ide matematisnya. Oleh karena itu, siswa perlu dibiasakan memberi argumen

5

Heris Hendriana dan Utari Soemarmo, (2016), Penilaian Pembelajaran Matematika, Bandung: Refika Aditama, hal. 23.

(24)

terhadap setiap jawabannya serta memberikan tanggapan atas jawaban yang berikan orang lain, sehingga apa yang sedang dipelajari menjadi bermakna baginya.

Kemampuan komunikasi matematis yang rendah akibat dari respon siswa terhadap soal-soal komunikasi matematis umumnya kurang. Selain itu juga, disebabkan karena guru terlalu banyak menerangkan, sehingga suasana di dalam kelas menjadi tenang. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis peserta didik dalam suatu pembelajaran matematika. Supaya mengetahui kemampuan komunikasi matematis peserta didik, guru dapat melacak dan menyelidiki seberapa jauh pemahaman dan cara menyelesaikan masalah serta mengetahui letak kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika kelas XI MIA Madrasah Aliyah Al-jam’iyatul Washliyah Tembung yang bernama Ibu Husna Yani, S.T pada tanggal 8 Februari 2019, beliau menyatakan bahwa pada saat beliau mengajar di dalam kelas, banyak siswa yang kurang berminat belajar matematika, dikarenakan para siswa beranggapan bahwa pembelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit, yang selalu menjadi momok yang menakutkan bagi peserta didik itu sendiri. Selain itu, suasana dan sarana untuk belajar juga kurang mendukung, baik itu dari ruangan kelas, media yang dibutuhkan, buku panduan, dan lain sebagainya yang kurang dilengkapi. Hal ini menjadi salah satu penyebab para peserta didik menjadi malas dan tidak bersemangat untuk mengikuti pembelajaran matematika dan malah asik bercerita dan sibuk dengan hal yang lain.

(25)

Demikian juga yang dipaparkan oleh para peserta didik yang diwawancarai, mereka menganggap bahwa pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang sulit dan membosankan, hal ini yang membuat mereka berpikir untuk menyelesaikan masalah yang telah diberikan. Selain itu cara penyampaian materi pembelajaran juga masih monoton, masih berpusat pada guru (teacher center), hanya menggunakan metode ceramah saja, kurangnya penggunaan variasi model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Tidak hanya itu, pada saat guru memberi soal, soal yang diberikan oleh guru berbeda dengan contoh yang dijelaskan (variasi soal). Oleh karena itu para peserta didik kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Serta guru kurang maksimal dalam menggunakan media pembelajaran. Sehingga membuat para siswa bosan dan kurang berminat untuk mengikuti pembelajaran matematika.

Hasil observasi yang telah dilakukan di dalam kelas mengamati proses pembelajaran matematika, dapat disimpulkan bahwa peserta didik masih kurang dalam kemampuan pemecahan masalah yang dapat dilihat dari cara peserta didik menyelesaikan soal. Peserta didik kesulitan untuk menuliskan komponen-komponen yang diketahui maupun yang ditanya dari soal tersebut. Selain itu peserta didik juga merasa bingung bagaimana langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk menyelesaikan soal yang diberikan, walaupun tidak semua peserta didik seperti itu. Kemudian pada saat menyelesaikan soal yang diberikan peserta didik juga yang kurang teliti dalam mengerjakannya, masih terdapat kesalahan dalam perhitungan dengan arti lain peserta didik tidak melakukan pengecekan kembali setelah selesai mengerjakan soal.

(26)

Kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki peserta didik juga tergolong masih rendah. Ada sebagian peserta didik yang tidak mengerti simbol-simbol dalam matematika dan terdapat sebagian peserta didik masih bingung jika diberi soal dalam bentuk gambar, mereka masih kurang mengerti apa yang ditanya pada soal bergambar dan apa yang ingin dikerjakan. Selain itu, peserta didik tidak berani mengungkapkan ide-ide yang mereka miliki, walaupun ide-ide mereka itu cemerlang dan benar. Namun karena tidak ada keberanian diri, ide-ide mereka tidak tersampaikan.

Penggunaan strategi pembelajan yang tepat akan dapat mengatasi kejenuhan dalam menerima dan memahami pelajaran matematika. Penggunaan strategi pembelajaran yang inovatif, diharapkan siswa dapat memahami konsep dari materi pelajaran yang disajikan. Melalui konsep itu pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Pembelajaran berlangsung alami dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan menikmati alur prosesnya, bukan hanya kegiatan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa (teacher center). Salah satu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat menjadi pembelajaran yang bermakna bagi siswa adalah strategi pembelajaran kooperatif.

Menurut Nurulhayati dalam Rusman Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Melalui sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya, dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri. 6

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran

6

(27)

yang telah ditetapkan. Menurut Nurulhayati dalam Rusman mengemukakan lima unsur dasar cooperative learning, yaitu: “(1) ketergantungan yang positif; (2)

pertanggung jawaban individual; (3) kemampuan bersosialisasi; (4) tatap muka; (5) evaluasi proses kelompok”. 7

Menurut Arends dalam Al Rasyidin, ada tiga tujuan pembelajaran penting yang ingin dicapai melalui pengembangan pembelajaran kooperatif, yaitu “prestasi akademis, penerimaan keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.”8

Untuk hal ini penulis memilih dua tipe pembelajaran yaitu pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Share (TPS) dan Number Head Together (NHT).

Think Pair Share (TPS) adalah salah satu strategi pembelajaran dari strategi pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain. Rentang waktu berpikir dan saling bekerja sama antar peserta didik dalam strategi ini menjadi faktor yang kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan merespon pertanyaan. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ini relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu untuk mengelompokkan siswa. Strategi pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat temannya.

Selain strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terdapat strategi pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT). NHT sering dikenal dengan sebutan “Kepala Bernomor”, maksudnya setiap individu pada

7

Ibid, hal. 204.

8

Al Rasyidin dan Wahyuddin Nur Nasution, (2011), Teori Belajar dan Pembelajaran, Medan: Perdana Publishing, hal. 155.

(28)

masing-masing kelompok diberikan nomor untuk mengerjakan soal atau masalah yang diberikan nantinya.

Sejalan dengan pendapat di atas, Donni mengemukakan pendapat tentang strategi pembelajaran NHT.

strategi pembelajaran NHT merupakan salah satu jenis pembelajaran dari strategi pembelajaran kooperatif yang terdiri dari cukup banyak anggota dalam tiap kelompoknya. Tujuan pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah memperkuat kerjasama antarpeserta didik dan memastikan bahwa semua peserta didik mampu untuk menyelesaikan tugasnya secara mandiri. NHT sangat tepat digunakan untuk mengetahui akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok.9

Kedua tipe strategi pembelajaran ini mengedepankan perlunya siswa mengkomunikasikan atau menjelaskan hasil pemikiran dan saling bekerja sama dan membantu satu sama lain dalam menyelesaikan masalah. Perbedaan dari dua strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS dan NHT tersebut dapat dilihat mulai dari pengertian, sintaks dan jumlah anggota dalam kelompoknya. Tidak hanya itu, kedua strategi pembelajaran kooperatif tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing dalam proses pembelajaran.

Melalui penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS dan NHT diharapkan dapat membangkitkan keterkaitan siswa terhadap materi matematika dan membuat siswa lebih aktif, mendorong kerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu materi ataupun dalam menyelesaikan soal permasalahan pada materi itu. Sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan komunikasi matematis siswa. Namun diantara kedua tipe strategi

9

Donni Juni Priansa, (2017), Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran, Bandung: CV. Pustaka Setia, hal. 335

(29)

pembelajaran ini, akan diteliti manakah strategi pembelajaran kooperatif yang lebih efektif sehingga dapat diterapkan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajar Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dengan Tipe Number Head Together (NHT) Kelas XI MIA Madrasah Aliyah Al-jam’iyatul Washliyah Tembung Tahun Pembelajaran 2019-2020”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran matematika cenderung berpusat pada guru

2. Siswa masih merasa kesulitan memahami soal dan menuliskan komponen yang ditanya dan diketahui dari soal.

3. Siswa kurang mampu untuk menentukan langkah penyelesaian dan kurang teliti dalam menyelesaikan permasalahan.

4. Kemampuan pemecahan masalah yang masih rendah.

5. Siswa kurang mampu menghubungkan simbol atau notasi matematika dalam bahasa yang digunakan sehari-hari.

(30)

6. Siswa kurang mampu membaca dan memahami gambar atau grafik pada soal matematika.

7. Siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran dan kurang berpartisipasi dalam mengungkapkan ide-ide yang mereka punya dalam proses pembelajaran.

8. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa. C. Batasan Masalah

Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan baik dan lebih terarah maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan tipe Number Head Together (NHT) kelas XI MIA Madrasah Aliyah Al-jam’iyatul Washliyah Tembung Tahun Pembelajaran 2019-2020.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah terurai di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Number Heads Together (NHT) kelas XI MIA Madrasah Aliyah Al-jam’iyatul Washliyah Tembung Tahun Pembelajaran 2019-2020?

2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think

(31)

Pair Share (TPS) dan tipe Number Heads Together (NHT) kelas XI MIA Madrasah Aliyah Al-jam’iyatul Washliyah Tembung Tahun Pembelajaran 2019-2020?

3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Number Head Together (NHT) kelas XI MIA Madrasah Aliyah Al-jam’iyatul Washliyah Tembung Tahun Pembelajaran 2019-2020?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitan ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Number Heads Together (NHT) kelas XI MIA Madrasah Aliyah Al-jam’iyatul Washliyah Tembung Tahun Pembelajaran 2019-2020.

2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Number Heads Together (NHT) kelas XI MIA Madrasah Aliyah Al-jam’iyatul Washliyah Tembung Tahun Pembelajaran 2019-2020.

3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) dan tipe Number Head Together (NHT) kelas XI MIA Madrasah Aliyah Al-jam’iyatul Washliyah Tembung Tahun Pembelajaran 2019-2020.

(32)

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka yang menjadi manfaat penelitan ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teori hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan berharga dalam upaya mengembangkan konsep dan model pembelajaran atau strategi belajar mengajar dalam mata pelajaran matematika.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru, melalui penelitian ini diharapkan semakin menambah pengetahuan dalam pembelajaran matematika dan sebagai masukan dalam model pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran matematika.

b. Bagi Siswa, melalui penelitian ini diharapkan menimbulkan rasa senang dan motivasi dalam belajar matematika sehingga meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dan kemampuan pemecahan masalah siswa. c. Bagi peneliti, memberi gambaran atau informasi tentang perbedaan

kemampuan komunikasi matematis siswa dan kemampuan pemecahan masalah yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Number Heads Together (NHT).

d. Bagi Peneliti Lanjutan, melalui penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pengembangan diri peneliti dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian yang berkaitan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Number Heads Together (NHT).

(33)

14 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kerangka Teori

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis a. Hakikat Kemampuan Pemecahan Masalah

Stenberg dan Ben-Zeev dalam Hasratuddin menyatakan pemecahan masalah adalah:

Suatu proses kognitif yang membuka peluang memecahkan masalah untuk bergerak dari suatu keadaan yang tidak diketahui bagaimana pemecahannya ke suatu keadaan tetapi tidak mengetahui bagaimana cara memecahkannya. Sedangkan menurut Nakin dalam Hasratuddin, pemecahan masalah adalah proses menggunakan langkah-langkah (heuristik) tertentu untuk menemukan solusi atau masalah. Pemecahan masalah matematis adalah serangkaian proses yang ditempuh siswa untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang diberikan.10

Kemampuan pemecahan masalah banyak menunjang kreatifitas seseorang, yaitu kemampuan menciptakan ide baru, baik yang bersifat asli ciptaannya sendiri maupun merupakan suatu modifikasi (perubahan) dari berbagai ide yang telah ada sebelumnya. Belajar pemecahan masalah dapat berlangsung dalam proses belajar yang berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial, ilmu kealaman, maupum dalam matematika.

Pandangan Al-Qur’an terhadap pemecahan masalah antara lain dapat dilihat dalam surah Ali Imran ayat 159 yang berbunyi:

ا ًّظَف َجيُل موَلَو ۡۖممُه

َل َجِلِ ِ هللَّٱ َوِّن ٖثَ محَۡر اَهِتَـ

ُؿمعٱَـ ۡۖ َكِلموَح موِن

ْاوُّضَفى َلَ ِبملَقملٱ َظيِلَؽ

ُّبِ ُيُ َ هللَّٱ هنِإ ِِۚ هللَّٱ

َ َعَل م هكََّوَتَف َجمنَزَغ اَذِإَـ ِِۖرممَ ملۡٱ ِفِ ممُهمرِواَشَو ممُهَل مرِفمؾَتمسٱَو ممُهميَع

َينِ ِّكَّوَتُه

م

لٱ

١٥٩

10

Hasratuddin, (2015), Mengapa Harus Belajar Matematika, Medan: Perdana Publishing, hal. 66.

(34)

Artinya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah

lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakkal.”11

Ayat tersebut menjelaskan bahwa petunjuk sikap yang diperintahkan untuk dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi umatnya khususnya ketika sedang bermusyawarah. Walaupun secara redaksional perintah tersebut disematkan kepada Nabi Muhammad SAW, namun pesan yang terdapat pada ayat tersebut bisa berlaku umum bagi tiap muslim yang melakukan musyawarah.

Ayat Al-Qur’an lainnya juga banyak membahas tentang pemecahan masalah, salah satunya terdapat dalam surah Al-Insyirah Ayat 5-8 yang berbunyi:

اً مسُۡي ِ مسُۡػ

م

لٱ َعَن هنِإَـ

٥

اٗ مسُۡي ِ مسُۡػ

م

لٱ َعَن هنِإ

٦

مب َصىٱَـ َجمؽَرَـ اَذِإَـ

٧

َكِّبَر ٰ

لَوَإِ

َ

بَؽمرٱَـ

٨

Artinya: “(5) Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (6)

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (7) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (8) Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”12

Menurut Ghoffar ayat ini menggambarkan bahwa:

Bersama kesulitan itu terdapat kemudahan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kesulitan itu dapat diketahui pada dua keaadan, di mana kalimatnya

11

Departemen Agama RI, (2014), Al-Qur’an dan Terjemah, Bandung: Sygma, hal. 71.

12

(35)

dalam bentuk mufrad (tunggal). Sedangkan kemudahan (al-yusr) dalam bentuk

nakirah (tidak ada ketentuannya) sehingga bilangannya bertambah banyak. Sehingga jika engkau telah selesai mengurus berbagai kepentingan dunia dan semua kesibukannya serta telah memutus semua jaringannya, maka bersungguh-sungguhlah untuk semangat, dengan hati yang kosong lagi tulus, serta niat karena Allah.13

Kaitan ayat di atas dengan pembelajaran matematika adalah jika ingin mendapatkan hasil yang baik (kenikmatan), siswa harus diberikan suatu masalah untuk diselesaikan. Masalah disini bukan dibuat untuk menyengsarakan siswa akan tetapi melatih siswa agar berhasil dalam belajar. Oleh karena itu kegiatan memecahkan masalah merupakan kegiatan yang harus ada dalam setiap kegiatan pembelajaran matematika.

Pemecahan masalah dalam matematika melibatkan metode dan cara penyelesaian yang tidak standar dan tidak diketahui terlebih dahulu. Untuk mencari penyelesaiannya para siswa harus memanfaatkan pengetahuannya sehingga mereka akan sering mengembangkan pemahaman matematika yang baru. Penyelesaian masalah bukan hanya tujuan akhir dan belajar matematika, melainkan sebagai bagian terbesar dari aktivitas ini. Siswa memiliki kesempatan sesering mungkin untuk memformulasikan, menyentuh dan menyelesaikan masalah-masalah kompleks yang bermakna dan harus mendorong siswa untuk berani merefleksikan pikiran mereka.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah matematis adalah usaha yang dilakukan oleh individu (siswa) dalam mencari penyelesaian atau solusi dari pertanyaan atau soal matematika yang berkaitan dengan keseharian siswa.

13

M. Abdul Ghoffar, (2003), Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2, Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’I, hal. 497-498.

(36)

b. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Adapun indikator kemampuan pemecahan masalah matematis yaitu (1) Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan; (2) Merumuskan masalah matematis atau menyusun model matematis; (3) Menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah; (4) Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil penyelesaian masalah.14

2. Kemampuan Komunikasi Matematis

a. Hakikat Kemampuan Komunikasi Matematis

Setiap siswa harus belajar matematika dengan alasan bahwa matematika merupakan alat komunikasi yang sangat kuat, sistematis dan tepat karena matematika sangat erat dengan kehidupan sehari-hari. Melalui komunikasi siswa dapat meningkatkan kosa kata, mengembangkan kemampuan berbicara, menulis ide-ide secara sistematis, dan memiliki kemampuan belajar yang lebih baik.

NCTM menyatakan bahwa standard komunikasi matematis adalah penekanan pengajaran pengajaran matematika pada kemampuan siswa dalam hal :

a) Mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan berfikir matematis (mathematical thinking) mereka melalui komunikasi,

b) Mengkomunikasikan mathematical thinking mereka secara koheren (tersusun secara logis) dan jelas kepada teman-temannya, guru dan orang lain.

c) Menganalisis dan mengevaluasi berpikir matematis (mathematical thinking) dan strategi yang dipakai orang lain.

14

Wahyudin Zarkasyi, (2015), Penelitian Pendidikan Matematika, Bandung: PT Refika Aditama, hal. 85.

(37)

d) Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara benar.15

Menurut Martunis melalui “kemampuan komunikasi matematis siswa dapat mengorganisasikan kemampuan berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan, disamping respon antar siswa akan dapat terjadi dalam proses pembelajaran. Pada akhirnya komunikasi matematis dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang konsep matematika yang telah telah dipelajari.”16

Pendapat lain dikemukakan oleh Tinungki menyatakan bahwa “pentingnya pembelajaran matematika tidak terlepas dari perannya dalam segala aspek kehidupan. Mengkomunikasikan ide-ide dengan menggunakan bahasa matematika bahkan lebih praktis, sistematis, dan efisien, untuk mengatasi kesulitan siswa yang memiliki pemahaman yang cukup tentang materi matematika, komunikasi yang baik harus dibangun dalam proses pembelajaran.”17

Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima pesan dengan maksud untuk memengaruhi penerima pesan. Konsep di atas paling tidak ada dua hal yang memaknai komunikasi. Pertama, komunikasi adalah suatu proses, yakni aktivitas untuk mencapai tujuan komunikasi itu sendiri. Kedua, dalam proses komunikasi selamanya melibatkan tiga komponen penting, yakni sumber pesan, yaitu orang yang akan menyampaikan atau mengkomunikasikan sesuatu, pesan itu sendiri atau segala sesuatu yang ingin

15

Hasratuddin, (2015), Mengapa Harus Belajar Matematika?, Medan: Perdana Publishing, hal. 115

16

Arianti Dara dan Humuntal, Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan tipe Nmber Heads

Togethet (NHT), 2017, diakses tanggal 11 februari 2019

17

Nuraini dan Edy Surya, perbandingan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar

(38)

disampaikan atau materi komunikasi dan penerima pesan, yaitu orang yang akan menerima informasi. Ketiga komponen itu merupakan komponen dasar dalam proses komunikasi.

Menurut seorang ahli komunikasi yaitu Harold D. Lasswell merumuskan komunikasi dengan pernyataan dalam bentuk pertanyaan seperti berikut : who, says what, in which channel, to whom, whit what effect. Lasswell pada dasarnya menunjukkan komponen–komponen komunikasi yaitu : “siapa yang berkomunikasi atau biasa dinamakan sumber/komunikator, menyatakan apa (pesan/informasi yang disampaikan), dengan saluran mana (media yang digunakan), dan pada siapa (penerima/komunikator), serta dengan efek apa.”18 Terdapat juga firman Allah dalam Al-qur’an mengenai komunikasi yaitu QS. An Nisa ayat 63 yang berbunyi:

ممِهِسُفى

َ

أ ٓ ِفِ ممُه

هل لُقَو ممُهمظِغَو ممُهميَع مضِرمغَأَـ ممِهِبوُلُق ِفِ اَن ُ هللَّٱ ُمَلمػَي َويِ هلَّٱ َكِئََٰٓلْوُأ

ا

لَموَق

َ

ؼيِلَة

.

(

٦٣

)

Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang

di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha – perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.(QS.An Nisa:63).19

Ayat Al-quran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam berkomunikasi dibutuhkan komunikasi yang baik, tepat sasaran, dan bersifat dua arah. Pentingnya pemilikan komunikasi matematis antara lain dikemukakan Baroody dalam Haris Hendriana dan Utari Soemarno dengan rasional:

a) Matematika adalah bahasa esensial yang tidak hanya sebagai alat berpikir, menemukan rumus, menyelesaikan masalah, atau menyimpulkan saja.

18

Ahmad Susanto, (2013), Teori Belajar Dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 213.

19

(39)

Namun matematika juga memiliki nilai yang tidak terbatas untuk menyatakan ide secara jelas, teliti dan tepat;

b) Belajar matematika adalah jantungnya kegiatan sosial manusia, misalnya dalam pembelajaran matematika interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa, antara bahan pembelajaran matematika dan siswa adalah faktor-faktor penting dalam memajukan potensi siswa.20

Adapun komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan, dan pesan yang dialihkan berisikan tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di lingkungan kelas yaitu guru dan siswa. Cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tertulis. Melalui proses pembelajaran akan selalu terjadi suatu peristiwa saling berhubungan atau komunikasi antara pemberi pesan (guru) yang memiliki sejumlah unsur dan pesan yang ingin disampaikan, serta cara menyampaikan pesan kepada siswa sebagai penerima pesan. Konteks pembelajaran matematika yang berpusat pada siswa, pemberi pesan tidak terbatas oleh guru saja melainkan dapat dilakukan oleh siswa maupun media lain, sedangkan unsur dan pesan yang dimaksud adalah konsep-konsep matematika dan cara menyampaikan pesan dapat dilakukan baik melalui lisan maupun tulisan.

Kemampuan komunikasi matematis menjadi penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan bekerja sama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika, dalam hal ini kemampuan komunikasi dipandang sebagai kemampuan siswa mengkomunikasikan

20

Heris Hendriana dan Utari Soemarmo, (2016), Penilaian Pembelajaran Matematika, Bandung: PT. Reflika Aditama, hal. 29-30

(40)

matematika yang dipelajari sebagai isi pesan yang harus disampaikan. Melalui siswa mengomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya, maka dapat terjadi renegoisasi respon antar siswa, dan peran guru diharapkan hanya sebagai filter dalam proses pembelajaran.

b. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

Beberapa kriteria yang dipakai dalam melihat seberapa besar kemampuan siswa dalam memiliki kemampuan matematis pada pembelajaran matematika adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh NCTM dalam Ahmad Susanto, sebagai berikut:

a) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.

b) Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya.

c) Kemampuan menggunakan istilah, notasi matematika dan strukturstrukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan dan model situasi.21

Adapun menurut Sumarno dalam Ahmad Susanto indikator kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari kemampuan mereka dalam hal-hal berikut :

a) Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika. b) Menjelaskan ide, situais, dan relasi matematika secara lisan dan tulisan

dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar.

c) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa tentang matematika. d) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

e) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.

f) Membuat konjektur, menyusun argument. Merumuskan defenisi, dan generalisasi.

g) Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.22

21

Ahmad Susanto, (2013), Teori Belajar Dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 184

22

(41)

Proses pembelajaran matematika, berkomunikasi dengan menggunakan komunikasi matematis ini perlu ditumbuhkan, sebab salah satu fungsi pelajaran matematika yaitu sebagai cara mengkomunikasikan gagasan secara praktis, sistematis, dan efisien. Komunikasi merupakan bagian penting dari pendidikan matematika. Sebagaimana dikemukakan oleh Asikin dalam Ahmad Susanto, bahwa peran komunikasi dalam pembelajaran matematika, yaitu :

a) Melalui komunikasi, ide matematika dapat dieksploitasi dalam berbagai perspektif, membantu mempertajam cara berpikir siswa, dan mempertajam kemampuan-kemampuan siswa dalam melihat berbagai kaitan materi matematika.

b) Komunikasi alat untuk mengukur kemampuan pemahaman dan merefleksi pemahaman matematika siswa.

c) Melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasikan dan mengonsolidasikan pemikiran matematika mereka.

d) Komunikasi antarsiswa dalam pembelajaran matematika sangat penting untuk pengkonstruksikan pengetahuan matematika. Pengembangan kemampuan pemecahan masalah, peningkatan penalaran, menumbuhkan rasa percaya diri, serta peningkatan keterampilan sosial.

e)

Menulis dan berkomunikasi (writing and talking) dapat menjadi alat yang sangat bermakna untuk membentuk komunitas matematika yang inklusif. 23 Agar komunikasi matematika itu dapat berjalan dan berperan dengan baik, maka diciptakan suasana yang kondusif dalam pembelajaran agar dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi matematis. Siswa sebaiknya diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil yang dapat memungkinkan terjadinya komunikasi multi-arah yaitu komunikasi dengan siswa dalam satu kelompok. Melalui komunikasi yang terjadi di dalam kelompok-kelompok kecil, pemikiran matematis siswa dapat diorganisasikan dan dikonsolidasikan. Pengkomunikasian matematika yang dilakukan siswa pada setiap kali pelajaran

23

(42)

matematika, secara bertahap tentu akan dapat meningkatkan kualitas komunikasi, dalam arti bahwa pengkomunikasian pemikiran matematika siswa tersebut makin cepat, tepat, sistematis, dan efisien.

Penelitian ini bentuk komunikasi matematis siswa yang diteliti adalah kemampuan komunikasi matematika tertulis karena menulis merupakan salah satu cara untuk membentuk kecakapan komunikasi matematis. Menulis dapat meningkatkan daya ingat mengenai konsep dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan pemikaran mereka. Menulis dapat juga mencakup pengungkapan apa yang sudah dan belum dipahami siswa. Melalui penelitian ini, peneliti mengukur kemempuan komunikasi matematis siswa dengan memilih beberapa indikator yang dikembangkan sebagai berikut:

1) Kemampuan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika dan menyusun model matematika suatu peristiwa, kemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara lengkap dan benar (Ekspresi Matematis).

2) Kemampuan melukiskan atau mempresentasikan benda nyata, gambar, dan diagram dalam bentuk ide atau simbol matematika (Menggambar).

3) Kemampuan Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri (Menulis).

(43)

3. Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) a. Hakikat Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe TPS

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. tipe ini dikembangkan pertama kali oleh Frang Lyman dan Koleganya di Universitas Maryland.

Pada dasarnya, strategi ini merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam tipe ini dapat memberikan lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Melalui strategi pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran.24

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ini merupakan strategi pembelajaran dengan metode berdiskusi kelompok, dan setiap kelompok itu sendiri terdiri dari dua orang atau dengan kata lain berpasangan. TPS merupakan jenis pembelajaran yang dapat melatih siswa berpikir, kreatif dan efektif serta memanfaatkan keuntungan potensi sosialitas yang bagus dari pembelajaran kooperatif.

b. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe TPS Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS ini meliputi: 1) Guru menyampaikan inti materi dan berkompetensi yang ingin dicapai. 2) Peserta didik diminta untuk berfikir tentang materi/ permasalahan yang

disampaikan oleh guru.

24

Imas kurniasih, dkk, (2016), Ragam Pengembangan Model Pembelajran, Jakarta: Kata Pena, hal. 58

(44)

3) Peserta didik diminta untuk berpasangan dengan teman sebelahnya (berkelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing. 4) Guru memimpin hasil pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan

hasil diskusinya.

5) Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada materi pokok permasalahan dan menambahkan materi yang belum diungkapkan para peserta didik.

6) Guru memberi kesimpulan. 7) Penutup.25

Table 2.1

Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Fase Deskripsi

Fase 1

Thinking (berpikir)

Guru mengajukan suatu permasalahan yang merangsang kemampuan berpikir siswa. Siswa memikirkan jawaban dari permasalahan yang diajukan secara mandiri.

Fase 2

Pairing (berpasangan)

Guru mengarahkan siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah dipikirkan.

Fase 3

Sharing (berbagi)

Siswa berbagi pengetahuan yang diperoleh dari hasil diskusi dengan kelompoknya di depan kelas.26

c. Kelebihan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Pembelajaran kooperatif tipe TPS ini digunakan untuk melatih siswa bagaimana mengutarakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain, pembelajaran kooperatif tipe ini memiliki banyak sekali sisi keunggulan, diantaranya:

1) Jenis pembelajaran ini dengan sendirinya memberikan kesempatan yang banyak kepada siswa untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

2) Dapat meningkatkan pertisipasi siswa dalam proses pembelajaran.

3) Antara sesama siswa dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.

25

Istarani, (2015), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Medan : Media Persada, hal. 67-68

26

Wahyudin Zarkasyi, (2018), Penelitian Pendidikan Matematika, Bandung : PT Refika Aditama, hal. 52

(45)

4) Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelasnya.

5) Siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lainnya, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.

6) Pemecahan masalah dapat dilakukan secara langsung, dan siswa dapat memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan lainya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.

7) Siswa terlatih untuk membuat konsep pemecahan masalah.

8) Keaktifan siswa akan meningkat, karena kelompok yang dibentuk tidak gemuk, dan masing-masing siswa dapat dengan leluasa mengeluarkana pendapat mereka.

9) Melalui pembelajaran TPS ini dapat diminimalisir peran sentral guru, sebab semua siswa akan terlibat dengan pemasalahan yang diberikan oleh guru. 10) Hasil belajar lebih mendalam, karena dengan strategi pembelajaran

kooperatif tipe ini siswa dapat diidentifikasi secara bertahap materi yang diberikan, sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.27

d. Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Sedangkan yang menjadi kelemahan dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS ini adalah :

1) Membutuhkan koordinasi yang bersamaan dari berbagai aktivitas. 2) Pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah relative terbatas.

3) Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya. 4) Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai

dengan taraf berfikir anak.

5) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang biasanya dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berpikir memecahkan masalah secara berkelompok, hal ini merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.28

27

Imas Kurniasih, Model Pembelajaran, hal. 59-60.

28

Gambar

Tabel  di  atas  data  kemampuan  pemecahan  masalah  dengan  dengan  strategi  pembelajaran  kooperatif  tipe  Think  Pair  Share  (A 1 B 1 )  diperoleh
Tabel  di  atas  menunjukkan  data  kemampuan  komunikasi  matematis  dengan  strategi  pembelajaran  kooperatif  tipe  Think  Pair  Share  (A 1 B 2 )
Tabel  di  atas  menunjukkan  data  kemampuan  komunikasi  matematis  dengan  strategi pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (A 2 B 2 )
Tabel  di  atas  menunjukkan  kemampuan  pemecahan  masalah  dan  kemampuan  komunikasi  matematis  siswa  yang  diajar  dengan  strategi  pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share diperoleh bahwa: jumlah siswa  yang  memperoleh  nilai  sangat  kurang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran dan evaluasi teknis yang kami lakukan pada proses Seleksi Sederhana untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dan Sertifikasi ISO 9001:2008

Penggunaan Antibiotik Ceftriaxone yang diberikan pada pasien sirosis dengan Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah

Penggunaan sebuah piranti server terdedikasi kurang efisien apabila hanya digunakan untuk sistem operasi tunggal dengan kebutuhan sumberdaya kecil. Mesin

Penelitian sifat pemesinan kayu kelapa sawit terkompregnasi menunjukkan bahwa jenis cacat yang muncul pada masing-masing proses pemesinan adalah serat patah.. (torn

UPZ BAZNAS berfungsi sebagai jembatan antara muzakki (orang yang berhak mengeluarkan zakat) dan mustahiq (orang yang berhak menerima zakat), sama halnya dengan

Dari hasil pengukuran geolistrik untuk air tanah dalam , akifer berada pada kedalaman 38,10 – &gt; 138,40 - 200 meter dengan tahanan jenis vertikal batuan sebenarnya

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dalam rangka menyelesaikan studi dan meraih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hambatan kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan petani padi sawah di daerah penelitian, mengetahui apa faktor internal