• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS), DAN RASIO-RASIO KEUANGAN TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) (Studi Komparatif pada perusahaan PMA dan PMDN di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2003-2005)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS), DAN RASIO-RASIO KEUANGAN TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) (Studi Komparatif pada perusahaan PMA dan PMDN di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2003-2005)"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN,

INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS), DAN

RASIO-RASIO KEUANGAN TERHADAP

DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR)

(Studi Komparatif pada perusahaan PMA dan PMDN di Bursa Efek

Jakarta Periode Tahun 2003-2005)

TESIS

Disusun Oleh: SUWENDRA KUMAR

NIM C4A006229

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(2)

SERTIFIKASI

Saya, Suwendra Kumar, yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa tesis yang saya ajukan ini adalah hasil karya saya sendiri yang belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar pada program Magister Manajemen ini ataupun pada program lainnya. Karya ini adalah milik saya, karena itu pertanggungjawabannya sepenuhnya berada di pundak saya

(3)

PENGESAHAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa tesis berjudul:

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN,

INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS), DAN

RASIO-RASIO KEUANGAN TERHADAP

DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR)

(Studi Komparatif pada perusahaan PMA dan PMDN di Bursa Efek

Jakarta Periode Tahun 2003-2005)

yang disusun oleh Suwendra Kumar, NIM C4A006229 telah disetujui dan dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal 30 November 2007

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Prof. Dr. H Arifin Sabeni, MCom, Hons, Akt Drs. Mulyo Haryanto, MS

Semarang, 30 November 2007 Universitas Diponegoro Program Pasca Sarjana Program Studi Magister Manajemen

Ketua Program

(4)

ABSTRACT

This study is performed to examine the effect of Insider ownership, Institutional ownership, IOS, ROA, and DER, toward Dividend Payout Ratio (DPR) in companies that is listed in BEJ. The objective of this study is to scale and analyze the effect of the company financial ratios performance (Insider ownership, Institutional ownership, IOS, ROA, and DER) toward DPR in companies that is listed in BEJ over period 2003-2005.

Sampling technique used here is purposive sampling on criterion (1) the company that trade their stocks in Bursa Efek Jakarta; (2) the company having insider ownership per December 2003-2005; and (3) the company that continually share their dividend per December 2003-2005. The data is obtained based on Indonesian Capital Market Directory (ICMD 2006) publication. It is gained sample amount of 40 companies from 272 non financial companies those are listed in BEJ. The analysis technique used here is multiple regression with the least square difference and hypothesis test using t-statistic to examine partial regression coefficient and f-statistic to examine the mean of mutual effect with level of significance 5%. In addition, classical assumption is also performed including normality test, multicolinearity test, heteroscedasticity test and autocorrelation test. While to examine the difference determining Insider ownership, Institutional ownership, IOS, ROA, and DER toward DPR in Multinational Company and Domestic Corporation companies those are listed in BEJ using Chow Test regression analysis

During 2003-2005 period show as deviation has not founded this indicate clasiccal assumption that the available data has fulfill the condition to use multi linier regression model. In domestic corporation company, empirical evidence show ROA to have influence toward DPR at level of significance less than 5%, Managerial ownership, institutional ownership, IOS, dan DER have not influence toward DPR at level of significance more than 5%, While, in Multinational Company empirical evidence show managerial ownership, IOS, ROA, dan DER to have influence toward DPR at level of significance less than 5%.

Keywords: Insider ownership, Institutional ownership, IOS, ROA, and DER, and Dividend Payout Ratio (DPR)

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel Kepemilikan saham manajemen, kepemilikan saham institusi, IOS, ROA dan DER, terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan yang listed di BEJ periode 2003-2005.

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria: (1) perusahaan yang selalu menyajikan laporan keuangan per Desember 2003-2005, (2) perusahaan yang sahamnya ikut dimiliki manajemen per Desember 2003-2005 dan (3) perusahaan yang secara kontinyu membagikan dividen per Desember 2003-2005. Data diperoleh berdasarkan publikasi Indonesian Capital Market Directory (ICMD 2006). Diperoleh jumlah sampel sebanyak 40 perusahaan dari 272 perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEJ. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil dan uji hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial serta f-statistik untuk menguji keberartian pengaruh secara bersama-sama dengan level of significance 5%. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Sedangkan untuk menguji perbedaan pengaruh Kepemilikan saham manajemen, kepemilikan saham institusi, IOS, ROA dan DER terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan PMA dan PMDN di BEJ digunakan uji analisis regressi Chow Test

Selama periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan hasil penelitian tidak ditemukan ditemukan adanya penyimpangan asumsi klasik, hal ini menunjukkan bahwa data yang tersedia telah memenuhi syarat untuk menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Dari hasil analisis pada perusahaan PMA menunjukkan bahwa hanya data ROA secara parsial signifikan terhadap DPR di BEJ periode 2003-2005 pada level of significance kurang dari 5%, sedangkan kepemilikan saham manajemen, kepemilikan saham institusi, IOS, dan DER tidak signifikan terhadap DPR dengan level of significance lebih besar dari 5%. Sementara pada perusahaan PMA variabel independen (kepemilikan saham manajemen, IOS, ROA, dan DER) berpengaruh terhadap DPR.

Kata Kunci: Kepemilikan saham manajemen, kepemilikan saham institusi, IOS, ROA dan DER, dan Dividend Payout Ratio (DPR)

(6)

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya, Khususnya dalam penyusunan laporan penelitian ini. Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan-persyaratan guna memperoleh derajad sarjana S-2 Magister Manajemen pada Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Penulis menyadari bahwa baik dalam pengungkapan, penyajian dan pemilihan kata-kata maupun pembahasan materi tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan saran, kritik dan segala bentuk pengarahan dari semua pihak untuk perbaikan tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini, khususnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H Arifin Sabeni, MCom, Hons, Akt, selaku dosen pembimbing utama yang telah mencurahkan perhatian dan tenaga serta dorongan kepada penulis hingga selesainya tesis ini.

2. Bapak Drs. Mulyo Haryanto, MS, selaku dosen pembimbing anggota yang telah membantu dan memberikan saran-saran serta perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

3. Para staff pengajar Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro yang telah memberikan ilmu manajemen melalui suatu kegiatan belajar mengajar dengan dasar pemikiran analitis dan pengetahuan yang lebih baik.

(7)

4. Para staff administrasi Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro yang telah banyak membantu dan mempermudah penulis dalam menyelesaikan studi di Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro.

5. Orang tua yang saya hormati, yang telah memberikan segala cinta dan perhatiannya yang begitu besar sehingga penulis merasa terdorong untuk menyelesaikan cita-cita dan memenuhi harapan keluarga.

6. Teman-teman kuliah, yang telah memberikan sebuah persahabatan dan kerjasama yang baik selama menjadi mahasiswa di Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang

Hanya doa yang dapat penulis panjatkan semoga Allah SWT berkenan membalas semua kebaikan Bapak, Ibu, Saudara dan teman-teman sekalian. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Semarang, 30 November 2007

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Sertifikasi ... ii

Halaman Pengesahan Tesis ... iii

Abstract ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 12

1.3. Tujuan Penelitian ... 13

1.4. Kegunaan Penelitian ... 14

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL 2.1. Telaah Pustaka dan Pengembangan Hipotesis ... 15

2.2. Penelitian Terdahulu ... 34

2.3. Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu ... 40

2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 41

2.5. Definisi Operasional Variabel ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data ... 45

3.2. Populasi dan Sampel ... 45

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 47

(9)

3.5. Uji Asumsi Klasik ... 48

3.6. Pengujian Hipotesis ... 51

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Deskriptif ... 54

4.2. Pembahasan dan Hasil Analisis ... 56

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1. Simpulan ... 71

5.2. Implikasi Teoritis ... 72

5.2. Implikasi Kebijakan ... 73

5.3. Keterbatasan Penelitian ... 74

5.4. Agenda Penelitian Mendatang ... 75

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk mengurangi kemungkinan resiko dan ketidakpastian yang akan terjadi, investor memerlukan berbagai macam informasi, baik informasi yang diperoleh dari kinerja perusahaan maupun informasi lain yang relevan seperti kondisi

ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 1999 mewajibkan bagi setiap perusahaan (terutama perusahaan publik) wajib menyajikan laporan keuangan, baik laporan keuangan interim/ quarter (unaudit) maupun laporan keuangan tahunan/ annual (audited). Laporan keuangan tahunan (yang telah di audit) antara lain dipublikasikan oleh Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang memuat laporan neraca dan laporan laba rugi, serta catatan yang berhubungan dengan laporan keuangan tersebut. Berdasarkan laporan keuangan, investor dapat mengetahui kinerja perusahaan dalam kemampuannya untuk menghasilkan profitabilitas dan besarnya pendapatan dividen perlembar saham (dividend per share).(Robert Ang,1997).

Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dalam hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil, karena dengan stabilitas deviden dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan sehingga mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan. Di sisi lain, perusahaan yang akan membagikan dividen dihadapkan pada berbagai macam pertimbangan antara lain: perlunya menahan sebagian laba untuk re-investasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan rasio pembayaran dividen dan faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan deviden (Brigham,2005). Husnan (1989) menyatakan bahwa perusahaan dalam mengelola keuangannya selalu dihadapkan pada tiga permasalahan penting yang saling berkaitan. Ketiga permasalahan tersebut adalah keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada para pemegang saham. Keputusan-keputusan tersebut akan mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan yang tercermin dari harga pasar perusahaan.

Alasan penelitian ini menggunakan dividend payout ratio (DPR) sebagai variabel dependen dikarenakan DPR pada hakikatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagai

(11)

bagian dari laba ditahan. Miller dan Modigliani (1961) dalam Saxena (1999), telah mengembangkan irrelevantdividend, yang selanjutnya disusul dengan beberapa studi yang membahas tentang pembayaran dividen dan berbagai variasi dalam kebijakan pembayaran dividen dengan memfokuskan pada ketidaksempurnaan pasar. Brigham (2005) juga mengatakan bahwa manajer percaya bahwa investor lebih menyukai perusahaan yang mengikuti dividend payout ratio yang stabil. Alasan penggunaan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi, invesment opportunity set (IOS), return on asset (ROA) dan debt equity ratio (DER) sebagai variabel independen dikarenakan adanya research gap dari beberapa penelitian terdahulu. Berdasarkan hasil penelitian berikut menunjukkan beberapa research gap untuk beberapa variabel yang berpengaruh terhadap DPR yaitu: (1)

kepemilikan manajerialdinyatakan berpengaruh negatif terhadap DPR (Jensen et al., 1992; Chen dan Steiner, 1999; Syukriy Abdullah, 2001; Mahadwartha dan Hartono, 2002; Amidu dan Abor, 2006), namun kontradiktif dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Hatta (2002); dan Ismiyanti dan Hanafi (2003) yang tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan atas kepemilikan manajerial terhadap DPR, (2) Kepemilikan institusi dinyatakan tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR (Hatta, 2002) sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan, (3) IOS dinyatakan berpengaruh signifikan positif terhadap DPR (Mahadwartha dan Hartono, 2002), namun kontradiktif dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismiyanti dan Hanafi (2003) yang menunjukkan adanya pengaruh negatif IOS terhadap DPR, dan (4) Return on asset (ROA) dinyatakan tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR (Jensen et al., 1992; dan Sunarto dan Kartika, 2003), namun kontradiktif dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahidahwati (2002) dan Amidu dan Abor (2006) yang menunjukkan adanya pengaruh positif ROA terhadap DPR sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan, dan (5) Debt equity ratio (DER) dinyatakan berpengaruh positif terhadap DPR (Jensen et al., 1992; dan Wahidahwati, 2002), namun kontradiktif dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chang dan Rhee (1990) yang menunjukkan adanya pengaruh negatif DER terhadap DPR. Data perusahaan yang membagikan dividen pada perusahaan PMA dan PMDN dapat dijelaskan pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 sebagai berikut:

Tabel 1.1:

Data Rata-rata Perusahaan Yang Membagikan Dividen Perusahaan PMA Periode 2003-2005 Variabel 2003 2004 2005 Kepemilikan Manajerial (%) 1,11 1,10 1,10 Kepemilikan Institusi (%) 76,50 78,32 81,18 IOS (%) 0,68 1,01 1,09 ROA (%) 6,66 11,80 9,89 Debt to Equity (%) 0,55 0,47 0,65 Dividend Payout (%) 93,19 21,29 24,52 Sumber: ICMD 2006 Tabel 1.2:

(12)

Data Rata-rata Perusahaan Yang Membagikan Dividen Perusahaan PMDN Periode 2003-2005 Variabel 2003 2004 2005 Kepemilikan Manajerial (%) 9,33 9,12 8,73 Kepemilikan Institusi (%) 64,27 60,91 60,75 IOS (%) 1,12 3,39 1,40 ROA (%) 5,16 6,19 5,87 Debt to Equity (%) 1,17 1,12 1,10 Dividend Payout (%) 20,58 23,01 24,42 Sumber: ICMD 2006

Penelitian ini menggunakan sampel pada perusahaan yang go publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2005, dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut sudah mengumumkan laporan keuangannya secara terbuka. Berdasarkan perusahaan yang go publik di Bursa Efek Jakarta periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 ada sejumlah 41 perusahaan PMA yang listing di BEJ atau 12,42% dan sejumlah 289 perusahaan PMDN yang listing di BEJ atau 87,58%. Dari 41 perusahaan PMA yang listing di BEJ ada sejumlah 13 perusahaan yang membagikan dividen atau sebesar 31,70% dan dari 289

perusahaan PMDN ada sejumlah 39 perusahaan PMDN yang membagikan dividen atau sebesar 13,49%. Melihat kenyataan tersebut perusahaan PMA secara

prosentase lebih banyak yang membagikan dividen daripada perusahaan PMDN padahal secara populasi perusahaan PMDN lebih banyak jumlahnya. Melihat adanya fenomena tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dan bagaimana perbedaannya pada perusahaan PMA dan PMDN (Husnan, 2001)

Tabel 1.3:

Perusahaan PMA dan PMDN No Status

Kepemilikan

Jumlah perusahaan yang Listing (%)

Jumlah perusahaan Yang Membagi Dividen (%)

1 PMA 41 (12,42%) 5 (12,20%)

2 PMDN 289 (87,58%) 35 (12,11%)

Sumber: ICMD 2006

Kebijakan dividen merupakan keputusan untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada para pemegang saham. Kebijakan ini bermula dari bagaimana perlakuan manajemen terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan yang pada umumnya sebagian dari penghasilan bersih setelah pajak (EAT)

dibagikan kepada para investor dalam bentuk dividen dan sebagian lagi

diinvestasikan kembali ke perusahaan dalam bentuk laba ditahan. Laba ditahan merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para investor. Perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan bersangkutan di satu pihak dan juga dapat

(13)

membayarkan dividen kepada para investor di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan (Riyanto, 1995).

Husnan (1989) menyatakan bahwa perusahaan lebih suka menahan keuntungan daripada membagikan dalam bentuk dividen, sedangkan investor lebih menyukai pembayaran dividen saat ini daripada menundanya untuk direalisir dalam bentuk capital gain. Oleh karena adanya kepentingan yang berbeda antara pihak perusahaan dengan investor, maka perusahaan harus dapat mengambil suatu kebijakan dividen yang membawa manfaat khususnya bagi peningkatan kemakmuran para pemegang saham.

Komposisi kepemilikan dari perusahaan-perusahaan yang telah go public dan tercatat di Bursa Efek Jakarta berbeda dengan komposisi perusahaan yang belum go public. Perbedaan yang sangat nyata adalah bahwa pada perusahaan yang telah go public terdapat komposisi kepemilikan yang dimiliki oleh masyarakat umum(publik), sedangkan pada perusahaan yang tertutup hal tersebut belum tentu ada. Adanya komposisi kepemilikan yang dimiliki oleh publik ini tentu menimbulkan implikasi bagi perusahaan. Pemegang saham dari kalangan publik ini akan meminta imbal hasil dari investasi yang dilakukan pada suatu perusahaan dalam bentuk dividen. Sementara itu pihak internal dalam perusahaan akan merasa keberatan apabila nilai dividen yang diberikan kepada pemegang saham memiliki jumlah yang besar, karena pihak internal dapat memiliki keinginan untuk menggunakan keuntungan yang diperoleh untuk memperluas kegiatan operasinya (benturan kepentingan ini seringkali) dibahas dalam teori keagenan (agency theory).

(14)

Berdasarkan teori keagenan, diketahui bahwa kepentingan manajer selaku pengelola perusahaan akan dapat berbeda dengan kepentingan pemegang saham (Elloumi dan Gueyie, 2001). Manajer dapat mengambil tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan keuntungan pribadi, berlawanan dengan upaya untuk memaksimalkan harga saham yang menjadi tujuan dari pemegang saham. Tingkat asimetri informasi akan cenderung relative tinggi pada perusahaan dengan tingkat kesempatan investasi yang baik. Manajer memiliki informasi tentang nilai proyek di masa mendatang dan tindakan mereka tidaklah dapat diawasi dengan detail oleh pemegang saham. Sehingga biaya agensi antara manajer dengan pemegang saham akan meningkat, pada perusahaan dengan kesempatan investasi yang tinggi. Pemegang saham perusahaan tersebut akan sangat mungkin bergantung kepada insentif guna memotivasi manajer untuk melakukan kepentingannya, hal ini tentu akan berdampak pada pembagian deviden perusahaan. Sehingga seringkali pembahasan mengenai dividen haruslah mengacu pada kerangka teori keagenan.

Teori keagenan (agency theory) telah menjadi basis penelitian yang kuat dalam disiplin keuangan dan akuntansi (Syukri Abdullah, 2001). Dalam kajian tentang keuangan perusahaan, penekanan pada kebijakan manajemen yang berkaitan dengan kemakmuran manajer dan kemakmuran pemilik perusahaan, seperti kebijakan struktur modal, kebijakan dividend an kepemilikan manajerial merupakan topik yang diteliti secara luas dan mendalam untuk melihat bagaimana pola konflik kepentingan di antara manajer dan pemilik perusahaan.

Aplikasi teori keagenan (agency theory) semakin nyata dan jelas dalam kajian tentang perusahaan yang telah memanfaatkan sumber dana dari pasar modal. Teori asimetri informasi yang menyatakan adanya perbedaan kepemilikan

(15)

informasi antara manajer dengan investor (dimana manajer memiliki informasi yang lebih lengkap daripada investor), memberi pemahaman dan bukti empiris bahwa terdapat biaya dalam hubungan antara manajer (pihak internal) dan investor (Syukriy Abdullah, 2001) menjelaskan bagaimana biaya tersebut terjadi berdasarkan teori ekonomi yang memandang hubungan diantara kedua belah pihak sebagai suatu pemberian wewenang oleh pemilik kepada manajer untuk bertindak dalam garis kepentingan pemilik.

Masalah keagenan yang terjadi disebabkan adanya kemungkinan manajemen bertindak tidak sesuai dengan keinginan principal, karena manajemen berkeinginan untuk meningkatkan kemakmurannya. Selain itu manajemen juga dapat memilih struktur modal perusahaan, struktur kepemilikan dan kebijakan dividen yang menurunkan biaya keagenan (agency cost) yang terjadi dalam konflik kepentingan tersebut.

Teori keagenan memberikan beberapa cara untuk mengurangi biaya keagenan, yang tiga di antaranya diteliti oleh Crutchley dan Hansen (1999), yakni :

1. Dengan meningkatkan kepemilikan atas saham biasa perusahaan, berarti semakin mendekatkan kepentingan manajer dengan kepentingan investor publik / eksternal (Syukriy Abdullah, 2001).

2. Menaikkan dividen (Rozeff, 1982). Pembayaran dividen yang lebih besar akan meningkatkan kemungkinan untuk memperbesar modal dari hutang. Penambahan modal dari pemodal eksternal baik melalui Initial Public Offering (IPO) ataupun right issue akan meningkatkan monitoring atau pengawasan dari pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal seperti Bapepam, penjamin emisi dan investor. Monitoring ini mendorong manajer

(16)

untuk bekerja lebih baik sehingga lebih mendekati kepentingan pemegang saham.

3. Dengan menggunakan pembiayaan dari hutang (Jensen dan Meekling, 1976 dalam Syukriy Abdullah, 2001). Penggunaan hutang yang lebih besar menurunkan biaya dari modal sendiri sehingga mengurangi konflik manajer dengan pemegang saham. Namun pembiayaan dengan hutang menimbulkan konflik antara investor dan kreditur yang menambah biaya keagenan. Hutang perusahaan yang semakin besar berarti memperbesar resiko kebangkrutan yang ditanggung oleh pemegang saham, sehingga pemegang saham cenderung mendorong manajer untuk melakukan investasi yang memilki imbal hasil yang lebih tinggi.

Ketiga cara yang melibatkan kepemilikan manajerial, kebijakan dividen dan kebijakan hutang tersebut telah memperoleh perhatian para peneliti, sehingga terdapat beberapa penelitian yang melakukan kajian mengenai hubungan maupun pengaruh dari kepemilikan manajerial, kebijakan dividen dan kebijakan hutang satu sama lain. Di Indonesia, penelitian mengenai hal tersebut telah dilakukan oleh Syukriy Abdullah (2001), P.A. Mahadwartha dan Jogiyanto Hartono (2002), Wahidahwati (2002), dan Fitri Ismiyanti dan M.Hanafi (2003).

Syukriy Abdullah (2001) melakukan kajian mengenai pengaruh dari kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, laba dan pertumbuhan perusahaan terhadap dividen payout ratio dari perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta selama periode 1994-1996 yang dipilih secara purposive. Hasil penelitian Syukriy Abdullah (2001) adalah bahwa kepemilikan manajerial dan tingkat pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap dividend

(17)

payout ratio. Artinya bila kepemilikan saham yang dimiliki manajemen meningkat, maka manajer akan semakin berhati-hati dalam menjalankan aktivitas operasionalnya, hal tersebut dapat menurunkan dividen dengan asumsi perusahaan sedang melakukan ekspansi usaha.

Hatta (2002) menguji pengaruh antara pertumbuhan asset, insider ownership, free cash flow dan Ukuran perusahaan terhadap Dividen Payout Ratio (DPR), dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hanya pertumbuhan asset yang berpengaruh signifikan terhadap DPR pada perusahaan manufaktur yang listed di BEJ periode 1993-1999, sementara ketiga variabel lainnya yaitu insider ownership, free cash flow dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.

P.A. Mahadwartha dan Jogiyanto Hartono (2002) meneliti tentang pengaruh investment opportunity set, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan dan kebijakan hutang terhadap dividend payout ratio dari perusahaan-perusahaan sektor manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta pada periode 1990-2000. Hasil penelitian P.A. Mahadwartha dan Jogiyanto Hartono (2002) adalah bahwa kebijakan hutang, investment opportunity set memiliki pengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Sedangkan kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap dividend payout ratio.

Wahidahwati (2002) melakukan penelitian yang salah satunya mengkaji tentang variabel-variabel yang mempengaruhi dividend payout ratio. Variabel bebas yang diteliti adalah kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, resiko, ukuran perusahaan, pengeluaran modal, ROA dan tingkat pertumbuhan dari perusahaan-perusahaan sektor manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta pada periode

(18)

1993-1996. Hasil penelitian Wahidahwati (2002) adalah bahwa hanya variabel pengeluaran modal dan ROA yang mempengaruhi dividend payout ratio. Pengaruh pengeluaran modal terhadap dividend payout ratio adalah negatif, sementara pengaruh ROA terhadap dividend payout ratio adalah positif.

Fitri Ismiyanti dan M.Hanafi (2003) melakukan penelitian yang mengkaji pengaruh kebijakan hutang, kepemilikan manajerial, resiko, kepemilikan institusi, ROA dan aset tetap terhadap kebijakan dividen yang diukur dari dividend payout ratio dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur di Bursa Efek Jakarta antara tahun 1998-2001. Hasil penelitian Fitri Ismiyanti dan M.Hanafi (2003) adalah bahwa resiko dan aset tetap memiliki pengaruh negatif terhadap dividend payout ratio.

Amidu dan Abor (2006) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi devidend payout ratio pada 22 perusahaan yang listed di Ghana Stock Exchange pada periode tahun 1998-2003. Variabel-variabel yang digunakan untuk memprediksi DPR adalah: profitability, cash flow, tax, risk, insider ownership, growth, dan market to book value. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa profitability, cash flow, tax berpengaruh signifikan positif terhadap DPR, sementara risk, insider ownership, growth, dan market to book value berpengaruh signifikan negatif terhadap DPR.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasar analisis laporan keuangan yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam menentukan kebijakan dividen antara perusahaan PMA dan PMDN, dimana perusahaan PMA secara prosentase lebih banyak membagikan dividen (12,10%) dari pada perusahaan PMDN (12,11%) meski perusahaan PMA mempunyai populasi yang lebih kecil (12,42%) daripada perusahaan

(19)

PMDN (87,58%). Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMDN?

2. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusi terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMDN?

3. Bagaimana pengaruh investment opportunity set (IOS) terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMDN?

4. Bagaimana pengaruh return on asset (ROA) terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMDN?

5. Bagaimana pengaruh debt equity ratio (DER) terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMDN?

6. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMA?

7. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusi terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMA?

8. Bagaimana pengaruh investment opportunity set (IOS) terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMA?

9. Bagaimana pengaruh return on asset (ROA) terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMA?

10.Bagaimana pengaruh debt equity ratio (DER) terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMA?

(20)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMDN.

2. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan institusi terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMDN.

3. Untuk menganalisis pengaruh investment opportunity set (IOS) terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMDN.

4. Untuk menganalisis pengaruh return on asset (ROA) terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMDN.

5. Untuk menganalisis pengaruh debt equity ratio (DER) terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMDN.

6. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMA.

7. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan institusi terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMA.

8. Untuk menganalisis pengaruh investment opportunity set (IOS) terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMA.

9. Untuk menganalisis pengaruh return on asset (ROA) terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMA.

10.Untuk menganalisis pengaruh debt equity ratio (DER) terhadap dividend payout ratio pada perusahaan PMA.

1.4. Kegunaan Penelitian

(21)

1. Bagi perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek Jakarta, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap kebijakan dividennya.

2. Bagi investor saham di Bursa Efek Jakarta, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dalam melakukan investasi saham di Bursa Efek Jakarta terutama bagi investor yang memiliki tujuan investasi untuk memperoleh dividen.

3. Bagi peneliti yang tertarik untuk melakukan kajian di bidang yang sama, diharapkan penelitian ini dapat menjadi landasan teoritis dan empiris bagi peneliti selanjutnya.

BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL

(22)

2.1. Telaah Pustaka dan Pengembangan Hipotesis

Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dividend policy dan teori keagenan (agency theory) yang melibatkan investor, manager dan pihak yang memberikan hutang (kreditor) dan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terkait dengan teori keagenan tersebut. Teori keagenan (agency theory) telah menjadi basis penelitian yang kyat dalam disiplin keuangan dan akuntansi (Syukriy Abdullah, 2001). Dalam kajian tentang keuangan preusan, penekanan pada kebijakan manajemen yang berkaitan dengan kemakmuran manager dan kemakmuran pemilik perusahaan, seperti kebijakan struktur modal, kebijakan dividen dan kepemilikan manajerial merupakan topik yang diteliti secara luas dan mendalam untuk melihat bagaimana pola konflik kepentingan di antara manager dan pemilik perusahaan. Oleh sebab itu, terlebih dahulu akan dijabarkan konsep teori keagenan sebelum menjelaskan konsep-konsep yang digunakan. 2.1.1. Teori Kebijakan Deviden (Dividend Policy Theory)

Dividen payout ratio adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan yang akan diinvestasikan kembali (reinvestment) atau ditahan (retained) di dalam perusahaan. Dari pengertian tersebut, dividen payout ratio didasarkan pada rentang pertimbangan antara kepentingan pemegang saham disatu sisi, dan kepentingan perusahaan disisi yang lain.

Secara umum tidak ada aturan umum yang secara universal dapat diterapkan pada keputusan pemegang saham dan manajemen tentang dividen. Hal terbaik yang dapat dikatakan adalah bahwa nilai dividen tergantung pada

(23)

lingkungan pengambil keputusan. Oleh karena lingkungan tersebut berubah sewaktu-waktu, seorang manajer dihadapkan dengan tidak relevannya dividen pada waktu tertentu dan dalam waktu tertentu menjadi sesuatu yang utama atau penting.

Dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai dividen payout ratio, dihasilkan beberapa teori yang sampai saat ini dijadikan sebagai referensi dan literatur untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Pendapat dan teori tersebut digunakan sebagai pedoman dan acuan, teori mana yang relevan dan sesuai dengan kebijakan atau kondisi masing-masing perusahaan dan negara. Berikut ini dijelaskan beberapa teori tentang dividen payout ratio dan asumsi-asumsi yang mendasarinya:

1. Dividen tidak relevan (Modigliani dan Miller, 1961).

Menurut Modigliani dan Miller (MM) (1961), dividen payout ratio tidak mempunyai pengaruh pada harga saham perusahaan atau biaya modalnya. MM menyatakan bahwa dividen payout ratio adalah tidak relevan, selanjutnya harga saham ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Untuk membuktikan teorinya MM mengemukakan berbagai asumsi sebagai berikut : a. tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan,

b. tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi,

c. kebijakan penganggaran modal perusahaan independen terhadap dividen payout ratio,

d. investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang kesempatan investasi di masa yang akan datang,

(24)

e. distribusi pendapatan diantara dividen dan laba ditahan tidak berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor.

2. Bird in the hand Theory (Gordon dan Lintner, 1956).

Salah satu asumsi dari teori MM menyatakan bahwa dividen payout ratio tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. Sementara itu menurut Gordon dan Lintner (1956), tingkat keuntungan yang disyaratkan akan naik apabila pembagian dividen dikurangi karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dividen dari pada kenaikan nilai modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan. MM berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis, investor merasa sama saja apakah menerima dividen saat ini atau menerima capital gain di masa yang akan datang. Dengan kata lain, tingkat keuntungan yang disyaratkan tidak dipengaruhi oleh dividen payout ratio. Pendapat Gordon dan Lintner, (1956) oleh MM diberi nama the bird in the hand fallacy. Gordon dan Lintner beranggapan investor memandang bahwa satu burung di tangan lebih berharga dari pada seribu burung di udara. Sementara ini MM berpendapat bahwa tidak semua investor berkepentingan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama dengan memiliki resiko yang sama, oleh sebab itu tingkat resiko pendapatan mereka di masa yang akan datang bukannya ditentukan oleh dividen payout ratio tetapi ditentukan oleh tingkat resiko investasi baru.

3. Tax Preference Theory (Litzenberger dan Ramaswamy, 1979).

Jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah dari pada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi akan direspon

(25)

positif oleh investor. Tetapi sebaliknya jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain menjadi berkurang. Namun demikian pajak atas capital gain masih lebih baik dibandingkan dengan pajak atas dividen karena pajak atas capital gain baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen. Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antara pajak atas capital gain dan pajak atas dividen. Jadi investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki dividend yield yang tinggi dari pada saham dengan dividend yield yang rendah. Oleh karenanya teori ini menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen.

2.1.2. Teori Keagenan (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) dalam Adhi A.W.(2002) mengemukakan teori keagenan menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga bisa menyebabkan terjadinya konflik diantara keduanya. Hal tersebut terjadi karena manager cenderung berusaha mengutamakan kepentingan pribadi. Pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer, karena hal tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga akan menurunkan keuntungan yang diterima. Konflik antara manajer dan pemegang saham dapat dikurangi dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat

(26)

mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan munculnya mekanisme tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut agency cost. Agency cost ini dapat berupa agency cost of equity.

Pembayaran dividen akan menjadi alat monitoring sekaligus bonding bagi manajemen (Putu A.M dan Jogiyanto Hartono, 2002). Pembagian dividen ini akan membuat pemegang saham mempunyai tambahan return selain dari capital gain. Dividen ini juga membuat pemegang saham memepunyai kepastian pendapatan dan mengurangi agency cost of equity karena tindakan perquisites misalnya biaya perjalanan dinas dan akomodasi kelas aatu yang dilakukan oleh manajemen terhadap cash flow perusahaan seiring dengan menurunnya biaya monitoring karena pemegang saham yakin bahwa kebijakan manajemen akan menguntungkan dirinya (Crutchley dan Hansen, 1989). Selain . itu perusahaan yang go public berarti telah menjalankan proses penyaringan yang ketat melalui auditor dan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) serta investor publik dari luar perusahaan akan membantu mengawasi manajer demi kepentingan pemilik saham di luar manajemen.

Berdasarkan teori keagenan, diketahui bahwa kepentingan manajer selaku pengelola perusahaan akan dapat berbeda dengan kepentingan pemegang saham (Elloumi dan Gueyie, 2001).Manajer dapat mengambil tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan pribadinya, berlawanan dengan upaya untuk memaksimalkan nilai pasar. Konflik kepentingan yang sangat potensial ini menyebabkan pentingnya suatu mekanisme yag diterapkan guna melindungi kepentingan pemegang saham (Jensen dan Meekling, 1976 dalam Elloumi dan Gueyie, 2001).

(27)

Tingkat asimetri informasi akan cenderung relative tinggi pada perusahaan dengan tingkat kesempatan investasi yang besar. Manajer memiliki informasi tentang nilai proyek di masa mendatang dan tindakan mereka tidaklah dapat diawasi dengan detail oleh pemegang saham. Sehingga biaya agensi antara manajer dengan pemegang saham akan makin meningkat pada perusahaan dengan kesempatan investasi yang tinggi. Pemegang saham perusahaan tersebut akan sangat mungkin bergantung pada insentif guna memotivasi manajer untuk melakukan kepentingannya, hal terebut akan berdampak pada pembagian dividen perusahaan. Sehingga seringkali pembahasan mengenai dividen haruslah mengacu pada kerangka teori keagenan.

2.1.3. Hubungan antara Dividend Payment dan Agency Cost

Dividen dapat digunakan untuk memperkecil masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham (Jensen et al. 1992). Agency theory menurut Jensen dan Meckling (1976) adalah hubungan antara pemberi kerja (prinsipal) dan penerima tugas (agen) untuk melaksanakan pekerjaan. Dalam manajemen keuangan, hubungan keagenan muncul antara pemegang saham dengan manajer, dan antara pemegang saham dengan kreditor. Potensi timbulnya masalah keagenan antara pemegang saham dengan manajer jika manajer memiliki kurang dari 100% saham perusahaan. Karena tidak semua keuntungan akan dapat dinikmati oleh manajer, mereka tidak akan hanya berkonsentrasi pada maksimisasi kemakmuran pemegang saham (Brigham, 1996). Menurut Jensen dan Meckling (1976), perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham sangat rentan terjadi. Penyebabnya karena para pengambil keputusan tidak perlu menanggung resiko akibat adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis, begitu pula jika

(28)

mereka tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan. Resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh para pemilik. Karena tidak menanggung resiko dan tidak mendapat tekanan dari pihak lain dalam mengamankan investasi para pemegang saham, maka pihak manajemen cenderung membuat keputusan yang tidak optimal.

Jensen et al. (1992) menghubungkan interaksi antara dividen payout ratio dan kepemilikan saham manajemen untuk menunjukkan ketidaksimetrisan antara pemilik (insiders) dan investor luar. Jensen, menemukan bahwa keputusan finansial perusahaan dan kepemilikan saham manajemen memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, menurut agency theory, para manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan mereka sendiri, bukan berdasarkan maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan (Jensen dan Meckling, 1976 ). Berdasarkan kajian teori maka factor-faktor yang mempengaruhi DPR adalah: kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi, IOS, ROA, dan DER. Berikut dijelaskan hubungan antara teori yang mendasari dengan variabel yang digunakan:

Tabel 2.1:

Hubungan Antara Teori Yang Mendasari Dengan Variabel Yang Digunakan No Teori Variabel Factor yang berpengaruh 1 Dividend DPR Pajak, IOS, ROA, Informasi Investor

dan Manajemen, Laba ditahan, DER

2 Agency DPR Kepemilikan manajemen,

(29)

2.1.4. Dividend Payout Ratio

Jogiyanto Hartono (1998) menyatakan bahwa dividend payout ratio diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Jadi dividend payout ratio merupakan prosentase laba yang dibagikan kepada pemegang saham umum dari laba yang diperoleh perusahaan. Dividend payout ratio (DPR) dapat dihitung dengan rumus (Robert Ang.,1997) :

DPS

DPR = ………. (2.1.) EPS

Dimana :

DPR : Dividend Payout Ratio DPS : Dividend Per Share EPS : Earning Per Share

Sementara itu Robert Ang (1997) menyatakan bahwa dividend payout ratio merupakan perbandingan antara dividend per share dengan earning per share, jadi secara perspekstif yang dilihat adalah pertumbuhan dividend per share terhadap pertumbuhan earning share. Dividen merupakan salah satu tujuan investor melakukan investasi saham (Robbert Ang, 1997), sehingga apabila besarnya dividen tidak sesuai dengan yang diharapkan maka ia akan cenderung tidak membeli suatu saham atau menjual saham tersebut apabila telah memilikinya.

Kajian mengenai dividend payout ratio diperkenalkan oleh Lintner pada tahun 1956 (Brav et al, 2003). Brav et al.(2003) menyatakan bahwa Lintner mengembangkan suatu pemahaman modern mengenai kebijakan dividen. Dividen payout ratio yang berkurang dapat mencerminkan laba perusahaan yang makin berkurang. Dividend payout ratio seringkali dikaitkan dengan signaling theory

(30)

(Jogiyanto Hartono, 1998). Dividend payout ratio yang berkurang dapat mencerminkan laba perusahaan yang makin berkurang. Akibatnya sinyal buruk akan muncul karena mengindikasikan bahwa perusahaan kekurangan dana. Kondisi ini akan menyebabkan preferensi investor akan suatu saham berkurang karena investor memiliki preferensi yang sangat kuat atas dividen (Brav et al, 2003). Sehingga perusahaan akan selalu berupaya untuk mempertahankan dividend payout ratio meskipun terjadi penurunan jumlah laba yang diperolehnya.

Pentingnya kebijakan dividen terutama yang berkaitan dengan dividend payout ratio juga telah dibahas oleh Miller dan Modigliani (1961) dalam Adaoglu (2000). Miller dan Modigliani (1961) dalam Adaoglu (2000) menyatakan bahwa setiap perubahan dalam kebijakan dividen akan selalu dievaluasi oleh investor sebagai sinyal atas kemampuan masa depan perusahaan.

2.1.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) 2.1.5.1.Kepemilikan Manajerial

Komposisi kepemilikan saham memiliki dampak yang penting pada sistem kendali perusahaan (Adhi A.W., 2002). Kepemilikan saham ini dapat terbagi menjadi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi dan kepemilikan publik. Masing-masing bentuk kepemilikan ini akan memiliki kepentingan dan dampak yang berbeda terhadap dividend payout ratio. Penelitian ini secara khusus akan mengkaji kepemilikan manajerial terhadap dividend payout ratio.

Secara empiris Jensen et al. (1992) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Rozeff (1982) mengemukakan bahwa kepemilikan manajerial yang tinggi menyebabkan dividen yang dibayarkan pada pemegang saham (dividend payout ratio) rendah. Penetapan dividen yang

(31)

rendah disebabkan karena manajer memiliki harapan investasi di masa mendatang yang di biayai dari sumber internal. Apapbila sebagian pemegang saham menyukai dividen tinggi maka hal ini akan menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga diperlukan peningkatan dividen. Sebaliknya apabila terjadi kesamaan preferensi antara pemegang saham dan manajer maka tidak diperlukan peningkat dividen.

Pada sisi lain, penambahan dividen memperkuat posisi perusahaan untuk mencari tambahan dana dari pasar modal sehingga kinerja perusahaan dimonitor oleh tim pengawas pasar modal. Pengawasan ini menyebabkan manajer berusaha mempertahankan kulaitas kinerja dan tindakan ini menurunkan konflik keagenan. Selanjutnya Rozeff(1982) menyatakan bahwa kebijakan dividend dan kepemilikan manajerial digunakan sebagai subtitusi untuk mengurangi biaya keagenan. Perusahaan dengan menetapkan presentase kepemilikan manajerial yang besar, akan membayarkan dividen dalam jumlah yang besar sedangkan pada presentase kepemilikan manajerial yang kecil, akan cenderung menetapkan dividen dalam jumlah yang kecil. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H 1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan PMDN

H 6 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan PMA

2.1.5.2.Kepemilikan Institusi

Teori Clientele Effect dari Mondigliani-Miller menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap

(32)

kebijakan dividen perusahaan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa proporsi kepemilikan saham sangat mempengaruhi kebijakan dividen. Karena kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen maka konsentrasi/penyebaran kekuasaan menjadi suatu hal yang relevan. Adanya kepemilikan oleh investor-investor institutional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain dalam bentuk perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja insider (Moh’d et al, 1998).

Hasil penelitian terdahulu yang menghubungkan pengaruh antara kepemilikan saham institusi terhadap kebijakan dividen yang tercermin dalam dividend payout ratio (DPR) dilakukan oleh Hatta (2002), dimana hasil penelitiannya menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara kepemilikan saham institusi (institutional ownership) terhadap DPR. Namun dengan adanya kepemilikan saham institusi yang akan meningkatkan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja insider (Moh’d et al, 1998) akan berdampak pada peningkatan keuntungan perusahaan, hal tersebut akan berdampak pada peningkatan dividend, sehingga kepemilikan institusi yang meningkat akan meningkatkan DPR. Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dirumuskan menjadi hipotesis alternatif kedua dan ketujuh (H2 dan H7) sebagai berikut:

H 2 : Kepemilikan institusi berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan PMDN

H 7 : Kepemilikan institusi berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan PMA

(33)

2.1.5.3.Investment Opportunity Set (IOS)

Munculnya istilah Investment Opportunity Set (IOS) dikemukakan oleh Myers (1977) dalam Imam Subekti dan I.W. Kusuma (2001) yang menguraikan pengertian perusahaan, yaitu sebagai satu kombinasi antara aktiva riil (assets in place) dan opsi investasi masa depan. Menurut Gaver dan Gaver (1993), opsi investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditujukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi ini bersifat tidak dapat diobservasi (unobservable).

Myers (1977) sebagaimana dikutip oleh Adi Prasetyo (2001) memperkenalkan istilah Investment Opportunity Set (IOS) yang menggambarkan tentang luasnya peluang investasi. Dalam hal ini, nilai perusahaan tergantung pada pilihan pembelanjaan (expenditure) perusahaan di masa yang akan dating. Jadi IOS tidak hanya menunjuk pada peluang investasi tradisional seperti eksplorasi mineral, tetapi juga pilihan pembelanjaan lainnya seperti periklanan, yang akan digunakan di masa depan untuk menjamin keberhasilan perusahaan. Sama halnya dengan Gaver dan Gaver (1993), Adi Prasetyo (2001) menyatakan bahwa karena IOS perusahaan terdiri dari proyek-proyek yang memberikan pertumbuhan bagi perusahaan, maka IOS dapat menjadi pemikiran sebagai prospek pertumbuhan bagi perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa IOS merupakan hal yang

(34)

tidak dapat di observasi. Karena itu diperlukan proksi agar dapat menjelaskan keterkaitan dengan variabel-variabel lain.

Imam Subekti dan I.W. Kusuma (2001) dan Tarjo dan Jogiyanto Hartono (2003) mengemukakan bahwa proksi pertumbuhan perusahaan dengan nilai IOS yang telah digunakan oleh para peneliti seperti Gaver dan Gaver (1993), Jones dan Sharna (2001) dan Kallapur dan Trombley (2001) secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan faktor-faktor yang digunakan dalam mengukur nilai-nilai IOS tersebut. Klasifikasi IOS tersebut adalah sebagai berikut :

1. Proksi berdasarkan harga, proksi ini percaya pada gagasan bahwa prospek yang tumbuh dari suatu perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Perusahaan yang tumbuh akan mempunyai nilai pasar yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva riilnya (assets in place).

2. Proksi berdasarkan investasi, proksi ini percaya pada gagasan bahwa satu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara posistif pada nilai IOS suatu perusahaan. Kegiatan investasi ini diharapakan dapat memberikan peluang investasi di masa berikutnya yang semakin besar pada perusahaan yang bersangkutan.

3. Proksi berdasarkan varian, proksi ini percaya pada gagasan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva.

Meskipun terdapat 3 klarifikasi proksi IOS, namun penelitian ini hanya akan menggunakan satu proksi IOS saja yaitu book to market equity (BVE/MVE)

(35)

yang kemudian disempurnakan oleh Smith dan Watts (1992) dan Jogiyanto Hartono (1999) dan Tarjo dan Jogiyanto Hartono (2003) menjadi MVE / BVE yang masuk dalam kategori proksi berdasarkan harga. Berdasarkan penelitian Kallapur dan Trombley (1999), variabel tersebut merupakan proksi yang paling valid digunakan, selain itu variabel tersebut merupakan proksi yang paling banyak digunakan oleh peneliti di bidang keuangan di Amerika Serikat (Gaver dan Gaver, 1993) dan di Indonesia(Fitri Ismiyanti dan M.Hanafi, 2003). Bahkan Kallapur dan Trombley (1999) dalam Elloumi dan Gueyie (2001) menemukan bahwa proksi ini memiliki korelasi sangat tinggi dengan pertumbuhan di masa mendatang. Hal ini konsistensi dengan penelitian sebelumnya. Elloumi dan Gueyie (2001) kemudian menyimpulkan bahwa proksi ini lebih baik dan dapatt mengurangi tingkat kesalahan yang ada.

Tarjo dan Jogiyanto Hartono (2003) menyatakan bahwa rasio market to book value mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Adanya perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku ekuitas menunjukkan kesempatan investasi perusahaan. Rumus MVE / BVE ini adalah sebagai berikut :

MC

MVE / BVE : ... (2.2)

TE

dimana ;

MVE/BVE : Rasio market to book value of equity

MC : Kapitalisasi pasar (lembar saham beredar dikalikan dengan harga)

(36)

TE : Total ekuitas

J.A. Saputro (2002) dalam penelitian menemukan bahwa proksi IOS berkorelasi positif dengan pertumbuhan, sehingga perusahaan yang memiliki nilai IOS tinggi juga memiliki peluang pertumbuhan yang tinggi. Hal yang sama juga ditemukan oleh Elluomi dan Gueyie (2001). Investasi di masa depan akan mempengaruhi nilai perusahaan, sehingga Myers (1977) dalam Fitri Ismiyanti dan M. Hanafi (2003) mengatakan bahwa nilai perusahaan merupakan gabungan dari aktiva dengan investasi masa depannya. Kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS) yang tinggi di masa depan membuat perusahaan dikatakan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Tingkat pertumbuhan yang tinggi di asosiasikan dengan penurunan dividen (Rozeff, 1982). Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang tinggi diharapkan memiliki kesempatan investasi yang tinggi. Untuk meningkatkan pertumbuhan penjualan, perusahaan memerlukan dana yang besar yang dibiayai dari sumber internal. Penurunan pembayaran dividen menyebabkan perusahaan memiliki sumber dana internal untuk keperluan investasi (Myers dan Majluf, 1984). Masing-masing perusahaan mempunyai IOS yang berbeda-beda tergantung dari spesifik aktiva yang dimiliki (Kester, 1986). Dalam kaitannya dengan kebijakan dividen, Fitri Ismiyanti dan M.Hanafi (2003) menyatakan bahwa pengaruh IOS terhadap kebijakan dividen adalah negatif. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H 3 : Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan PMDN

(37)

H 8 : Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan PMA

2.1.5.4. Return On Assets (ROA)

ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan seberapa efektifnya perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan / laba bagi perusahaan (Clara E.S.., 2001). Hal yang senada juga dinyatakan oleh Robbert Ang (1997) yang menyebutkan bahwa ratio ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting di antara rasio rentabilitas yang ada. ROA kadang-kadang disebut juga ROI (return on investment). Nilai ROA dapat diukur dengan rumus (Robbert Ang, 1997) : NIAT ROA : ... (2.3) TA dimana ;

ROA : Return On Assets NIAT : Net Income After Tax TE : Total Assets

Nilai ROA yang tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan berbanding asset yang relative tinggi. Investor akan menyukai perusahaan dengan nilai ROA yang tinggi, karena perusahaan dengan nilai ROA yang tinggi mampu menghasilkan tingkat keuntungan lebih besar

(38)

dibandingkan perusahaan dengan ROA rendah. Solberg dan Zorn (1992) dalam Wahidahwati (2002) menemukan bahwa profitabilitas yang lebih tinggi bisa diperkirakan menghasilkan dividen yang lebih tinggi.

Jensen et al. (1992) menyatakan bahwa semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi pula cash flow dalam perusahaan, dan diharapkan perusahaan akan membayar dividen yang lebih tinggi. Pada kondisi tertentu kebijakan perusahaan berubah sehingga peningkatan profitabilitas di ikuti dengan peningkatan pembayaran dividen sehingga profitabilitas tidak sepenuhnya mencerminkan penentuan pembayaran dividen. Pengaruh ROA terhadap kebijakan dividen adalah positif (Fitri Ismiyanti dan Hanafi, 2003). Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H 4: ROA berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan PMDN

H 9: ROA berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan PMA

2.1.5.5.Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) terhadap total shareholders’e equity yang dimiliki perusahaan (Robbert Ang, 1997). Debt to equity ratio (DER) dapat digunakan sebagai proksi rasio solvabilitas (Syahib Natarsyah, 2000). Yogo Purnomo (1998) menyatakan bahwa DER menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas

(39)

perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Robbert Ang (1997) menyatakan bahwa DER dapat dihitung dengan rumus :

TD

DER : ... (2.4) TE

dimana ;

DER : Debt to Equity Ratio TD : Total Debt

TE : Total Equity

Semakin besar DER menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Syukriy Abdullah (2001) mengemukakan bahwa pembayaran dividen yang lebih besar meningkatkan kesempatan untuk memperbesar modal dari sumber ekternal. Sumber modal eksternal ini salah satunya adalah melalui hutang.

Perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah besar maka untuk membiayai investasinya diperlukan tambahan dana melalui leverage sehingga hubungan antara kebijakan dividen dengan leverage adalah searah (Putu A.M dan Jogiyanto Hartono (2002). Kas internal perusahaan digunakan untuk membayar dividen sehingga diperlukan tambahan dana eksternal melalui hutang. Pendapat ini senada dengan pendapatan Miller dan Rock (1985) yang berpendapat bahwa dividen yang tinggi merupakan sinyal yang akan meningkatkan profitabilitas perusahaan di masa depan.

Manajemen memberikan sinyal positif melalui pembagian dividen, sehingga investor mengetahui bahwa terdapat peluang investasi di masa depan

(40)

yang menjanjikan bagi nilai perusahaan (Jogiyanto Hartono, 1998). Selain itu dividen yang tinggi berarti bahwa perusahaan akan lebih banyak menggunakan hutang untuk membiayai investasinya. Scera empiris ditemukan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen (Jogiyanto Hartono, 2000 ; P.A. Mahadwartha dan Jogiyanto Hartono, 2002). Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H 5 : Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan PMDN

H 10 : Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan PMA

2.2. Penelitian Terdahulu

Jensen et al (1992) menguji pengaruh insider ownership, dan kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang (ratio) hutang pada perusahaan publik dari berbagai sektor di Amerika Serikat. Penelitian Jensen et al.(1992) menyatakan bahwa rasio hutang merupakan fungsi dari insider ownership, dividen, resiko bisnis, profitabilitas, riset dan pengembangan dan aset tetap. Teknik analisis adalah teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini yaitu terdapat hubungan negative antara insider ownership dengan kebijakan hutang. Hasil ini mengindikasikan bahwa dengan peningkatan insider ownership, maka akan mensejajarkan kepentingan pemegang saham dan manajer, sehingga kepemilikan manajerial bisa menggantikan peranan hutang dalam mengurangi agency cost. Penelitian Jensen et al.(1992) juga menemukan bahwa peningkatan insider ownership mneyebabkan penurunan dividend payout ratio.

(41)

Chen dan Steiner (1999) melakukan pengujian secara simultan non linear antara kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, kebijakan dividen dan risk taking dengan menggunakan metode analisis 2 SLS pada perusahaan-perusahaan yang tercatat di New York Stock Exchange dari berbagai sector. Hasil yang diperoleh adalah bahwa kepemilikan manajerial berhubungan dengan resikp secara non linear, dimana pada saat resiko rendah, peningkatan resikonya menyebabkan manajer meningkatkan kepemilikan sahamnya, tetapi pada saat resiko pada tingkat tertentu, maka manajer mempunyai sifat risk averse yang cenderung akan menurunkan tingkat kepemilikan sahamnya. Pengambilan resiko (risk taking) berhubungan positif dengan kepemilikan manjerial, ini mengindikasikan bahwa kepemilikan manajerial dapat mengurangi konflik antara , manajemen dengan pemegang saham luar, tetapi memperburuk hubungan dengan debtholder dan shareholder. Kepemilikan manajerial mempunyai hubungan negative dengan hutang dan dividen. Hasil ini mengindikasikan bahwa hutang dan dividen sebagai monitoring agent yang dapat mengurangi agency cost.

Kedua penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat ini secara umum memperoleh hasil yang konsisten dimana kepemilikan manajerial berhubungan negatif dengan dividen. Konsistensi ini dapat terjadi karena kedua penelitan menggunakan sample yang tersebar di berbagai sektor. Namun tidak diketahui apakah penelitian-penelitian tersebut melakukan uji normalitas atau tidak. Sedangkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan di Indonesia dibahas sebagai berikut ini.

Syukriy Abdullah (2001) melakukan kajian mengenai pengaruh dari kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, laba dan pertumbuhan perusahaan

(42)

terhadap dividend payout ratio. Peneliti Syukriy Abdullah (2001) menggunakan sample dari perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bura Efek Jakarta selama periode 1994-1996 yang dipilih secara purposive tanpa melihat bahwa saham perusahaan aktif diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta atau tidak. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan 3SLS. Hasil penelitian Syukriy Abdullah (2001) adalah bahwa kepemilikan manajerial dan tingkat pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap dividend payout ratio.

P.A. Mahadwartha dan Jogiyanto Hartono (2002) meneliti tentang pengaruh investment opportunity set (IOS), kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan dan kebijakan hutang terhadap dividend payout ratio. Sampel pada penelitian P.A. Mahadwartha dan Jogiyanto Hartono (2002) adalah perusahaan-perusahaan sektor manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta pada periode 1990-2000. Teknik analisis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan mengabaikan normalitas data. Hasil penelitian P.A. Mahadwartha dan Jogiyanto Hartono (2002) adalah bahwa kebijakan hutang, investment opportunity set (IOS) memiliki pengaruh positif terhadap dividend payot ratio. Sedangkan kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap dividend payout ratio.

Wahidahwati (2002) melakukan penelitian yang salah satunya mengkaji tentang variabel-variabel yang mempengaruhi dividend payout ratio. Variabel bebas yang diteliti adalah kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, resiko, ukuran perusahaan, pengeluaran modal, ROA dan tingkat pertumbuhan. Sampel dalam penelitian Wahidahwati (2002) adalah perusahaan-perusahaan sektor manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta pada periode 1993-1996. Teknik analisis

(43)

dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan mengabaikan normalitas data. Hasil penelitian Wahidahwati (2002) adalah bahwa hanya variabel pengeluaran dan ROA yang mempunyai dividend payout ratio. Pengaruh pengeluaran modal terhadap dividend payout ratio adalah negatif sementara pengaruh ROA terhadap dividend payout ratio adalah positif.

Fitri Ismiyanti dan M.Hanafi (2003) melakukan penelitian yang mengkaji pengaruh kebijakan hutang, kepemilikan manajerial, resiko, kepemilikan institusi, ROA dan aset tetap terhadap kebijakan dividen yang diukur dari dividend payout ratio. Sampel penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur di Bursa Efek Jakarta antara tahun 1998-2001. Teknik analisis yanag digunakan adalah teknik analisis regresi berganda dengan mengabaikan normalitas data. Hasil penelitian Fitri Ismiyanti dan M.Hanafi (2003) adalah bahwa resiko dan aset tetap memiliki pengaruh negatif terhadap diviend payout ratio, sedangkan kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio.

Amidu dan Abor (2006) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi devidend payout ratio pada 22 perusahaan yang listed di Ghana Stock Exchange pada periode tahun 1998-2003. Variabel-variabel yang digunakan untuk memprediksi DPR adalah: profitability, cash flow, tax, risk, insider ownership, growth, dan market to book value. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa profitability, cash flow, tax berpengaruh signifikan positif terhadap DPR, sementara risk, insider ownership, growth, dan market to book value berpengaruh signifikan negatif terhadap DPR. Ringkasan dari kedua penelitian tersebut dapat di lihat pada table 2.1 berikut ini :

(44)

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Peneliti Variabel dan Sektor

yang diteliti Teknik Analisa Hasil Penelitian 1. Jensen et al. (1992)

Insider ownership, dan kebijakan dividen dan kebijakan hutang(rasio) hutang, perusahaan di berbagai sektor di Amerika Serikat

Regresi

Berganda Terdapat pengaruh negatif insider ownership terhadap kebijakan hutang. Peningkat insider ownership menyebabkan penurunan dividend payout ratio 2. Chen dan Steiner (1999) Kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, kebijakan dividen dan risk

taking, perusahaan

berbagai sector yang tercatat di NYSE 2SLS (2 statistical leas square) analisis regressi bertingkat dua Kepemilikan manajerial mempunyai hubungan negatif dengan hutang dan dividend

3. Syukriy Abdullah (2001)

Kepetmilikan manajerial, kebijakn hutang, laba dan pertumbuhan perusahaan dan dividend payout ratio. Perusahaan berbagai sektor di BEJ yang diambil secara proposive tanpa kriteria aktif

3SLS (statistical leas square) analisis regressi bertingkat tiga Kepemilikan manjerial dan tingkat pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap dividend payout ratio

(45)

4. P.A. Mahadwartha dan Jogiyanto Hartono (2002)

Investment oppotunity set (IOS), kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan dan kebijakan

hutang dan dividend layout ratio. Perusahaan sector manufaktur yang tercatat di BEJ

Regresi Berganda

Kebijakan hutang, investment oppotunity set (IOS) memiliki pengaruh positif terhadap dividend

payout ratio. Sedangkan kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh negative terhadap dividend payout ratio

No. Peneliti Variabel dan Sektor yang diteliti Teknik Analisa Hasil Penelitian 5. Wahidahwati (2002) Kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, resiko, ukuran perusahaan, pengeluaran modal, ROA dan tingkat pertumbuhan serta dividend payout ratio. Peruahaan sektor manufaktur yang tercatat di BEJ

Regresi Berganda

Pengaruh pengeluaran modal terhadap dividend payout ratio adalah negative sementara pengaruh ROA terhadap dividend payout ratio adalah posistif 6. Fitri Ismiyanti dan M.Hanafi (2003) Kebijakan hutang, kepemilikan manajerial, resiko, kepemilikan institusi, ROA dan aset tetap terhadap kebijakan dividen yang diukur dari dividend payout ratio. Perusahaan manufaktur yang tercatat di BEJ

Regresi Berganda

Resiko dan aset tetap memiliki pengaruh negative terhadap dividend payout ratio, sedangkan kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio

7 Amidu dan

Abor (2006)

Menguji faktor-faktor yang mempengaruhi devidend payout ratio di Ghana Stock Exchange

tahun 1998-2003. Variabel-variabel yang digunakan adalah: profitability, cash flow, tax, risk, insider ownership, growth, dan market to book v

Regresi Berganda

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa profitability, cash flow, tax berpengaruh

signifikan positif terhadap DPR, sementara risk, insider

ownership, growth, dan market to book value berpengaruh signifikan negatif terhadap DPR

(46)

Penelitian-penelitian terdahulu mengenai variabel yang mempengaruhi kebijakan dividen (dividend payout ratio) yang telah dilakukan di Bursa Efek Jakarta kebanyakan tidak melakukan uji normalitas data dan hanya melakukan kajian pada satu sektor manufaktur, sehingga hasil penelitian-penelitian tersebut secara khusus hanya berlaku pada sektor manufaktur tersebut., padahal total transaksi saham perusahaan pada sektor manufaktur hanya mencakup 30% hingga 40% dari total transaksi saham yang ada di Bursa Efek Jakarta. Hal ini menimbulkan research gap yang membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai variabel yang mempengaruhi kebijakan dividen (dividend payout ratio) yang dilakukan pada sektor selain manufaktur ataupun secara keseluruhan sebagaimana disarankan oleh Fitri Ismiyanti dan M.Hanafi (2003).

Oleh sebeb itu penelitian ini akan melakukan kajian mengenai variabel yang mempengaruhi kebijakan dividen (dividend payout ratio) dengan menggunakan sample seluruh saham yang ada di Bursa Efek Jakarta dan tidak melibatkan saham yang tidak aktif. Hal ini dilakukan agar penelitian ini dapat memberikan hasil yang bersifat general dan tidak terbatas pada sektor tertentu saja.

2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis

Variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi, investment opportunity set (IOS), ROA dan debt to equity ratio pada penellitian ini diperkirakan memiliki pengaruh terhadap dividend payout ratio. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut :

(47)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Toritis

H1 H6 H2 H7 H3 H H8 H4 H9 H10 H5 Sumber : Dikembangkan untuk tesis ini

Kepemilikan

Manajerial

In

Gambar

Gambar 4.3  Hasil Uji Durbin Watson

Referensi

Dokumen terkait

dilengakapi dengan LKM dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa pada matakuliah genetika dasar.. Kegialan penelitian n~cndukung pengernbar~gan illnu serla

Distribusi Hasil Analisis Multivariabel yang Tidak Memiliki Pengaruh terhadap perumusan Pemodelan Pencegahan Kejadian Luar Biasa Hepatitis A Di SMA Negeri Plus

Unsur utama dari pengembangan ekonomi kreatif tentunya adalah sumber daya manusia kreatif. Oleh karena itu, pembinaan sumber daya manusia menjadi para penemu dan pencetus ide

Pengertian Kualitas Jasa (Wijaya,2011) adalah ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Dengan kata

Benar-berar telah melaksanakan penelitian di Desa Tegalrejo Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang mulai tanggal 9 November-8 Desember 2009 dengan penyusunan skripsi

Dari analisis data hasil penelitian, didapatkan penerapan teknik Catatan: TS dalam pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII

[r]

Tari untuk anak usia dini dapat berupa gerak berirama yang ritmis dan indah sesuai dengan karakteristik perkembangan anak usia dini, kegiatannya bersifat kreatif dan konstruktif