• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2018"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Kalimantan

Barat Yang Sehat

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

DINAS KESEHATAN

JALAN D. ABDUL HADI NO. 7 PONTIANAK 78121

TEP. (0561) 734458 & 761505

Tahun 2019

PROFIL KESEHATAN

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TAHUN 2018

(2)

KATA

PENGANTAR

Puji dan syukur karni panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan buku profil kesehatan Provinsi Kalimantan Barat tahun 2418.

Buku ini merupakan salah satu produk Sistem lnformasi Kesehatan

dan berisikan data-data yang merupakan hasil pembangunan kesehatan di

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018,

Buku

ini

diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan untuk proses pengambilan keputusan dan sebagai bahan monitoring dan evaluasi

kegiatan dalam rangka peningkatan kinerja sehingga berdampak pada

peningkatan status kesehatan masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat.

Kami

menyadari

bahwa karena

keterbatasan

kanni,

maka

kualitaslmutu, kelengkapan dan akurasi data yang disajikan dalam buku

profil

ini

masih

jauh dari yang

diharapkan,

oleh

karenanya untuk

peningkatan kualitas

data

dan

inforrnasi profil kesehatan, diharapkan

komitmen semua pihak dapat melakukan manajemen pengelolaan data sesuai ketentuan yang berlaku.

Demikianlah yang kami sampaikan dan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga tersusunnya buku profil kesehatan tahun 2018 ini,

kami mengucapkan banyak terima kasih.

Pontianak, DI Juli 2019 ; KESEHATAN ANTAN BARAT, Muda 199803 1 047

(3)

ii DAFTAR ISI Kata Pengantar ... i Daftar isi ... ii Daftar tabel ... v Dafar Gambar ... vi Bab I : PENDAHULUAN ... 1

Bab II : GAMBARAN UMUM PROVINSI 2.1. Letak Wilayah ... 3

2.2. Luas Wilayah ... 3

2.3. Topografi ... 4

2.4. Sungai dan Danau ... 4

2.5. Gunung-Gunung ... 5

2.6. Pulau-Pulau ... 5

2.7. Penggunaan Tanah ... 6

2.8. Iklim 2.8.1. Angin dan Udara ... 6

2.8.2. Curah Hujan dan Hari Hujan ... 6

2.9. Wilayah Administrasi dan Pemerintahan ... 7

2.10. Kependudukan ... 7

Bab III : PEMBANGUNAN KESEHATAN DAERAH 3.1. Visi Pembangunan Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat ... 10

3.2. Misi Pembangunan Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat ... 12

3.3. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD ………. 13

3.4. Sasaran Dan Indikator Kinerja Sasaran ……….. 14

3.4.1. Tujuan Pertama ………...……….. 15 3.4.2. Tujuan Kedua ... 16 3.4.3. Tujuan Ketiga ... 19 3.4.4. Tujuan Keempat ... 19 3.4.5. Tujuan Kelima ... 19 3.4.6. Tujuan Keenam ... 20 3.4.7. Tujuan Ketujuh ... 21 3.4.8. Tujuan Kedelapan ... 22 3.4.9. Tujuan Kesembilan ... 23 3.4.10. Tujuan Kesepuluh ... 23

(4)

iii

Bab IV : PENCAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

4.1. DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT 4.1.1. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)

4.1.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB) ... 26

4.1.1.2. Angka Kematian Ibu (AKI) ... 28

4.1.1.3. Angka Kematian Balita (AKABA)... 30

4.1.1.4. Angka Harapan Hidup ... 31

4.1.1.5 Indeks Pembangunan Manusia ... 32

4.1.2. MORBIDITAS 4.1.2.1. Malaria ... 33

4.1.2.2. TB Paru ... 35

4.1.2.3. HIV/AIDS ... 36

4.1.2.4. Acute Flaccid Paralyysis (AFP) …... 37

4.1.2.5. DBD ... 38

4.1.3. STATUS GIZI 4.1.3.1. Gizi Buruk ... 39

4.1.3.2. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ... 41

4.1.4. POLA PENYAKIT (10 BESAR PENYAKIT) ………... 43

4.2. KEADAAN LINGKUNGAN 4.2.1. Rumah Sehat ...44

4.2.2. Tempat-Tempat Umum Sehat ... 45

4.3. PERILAKU MASYARAKAT 4.3.1. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)... 45

4.3.2. Posyandu...46 4.4. PELAYANAN KESEHATAN 4.4.1. Pelayanan Antenatal (K1 – K4) ... 48 4.4.2. Pertolongan Persalinan... 51 4.4.3. Pelayanan KB... 53 4.4.4. Pelayanan Imunisasi... 54 4.5. Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat... 55

(5)

iv

Bab V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

5.1.1. Sarana Kesehatan

5.1.1. Tenaga Kesehatan... 60

5.1.2. Sarana Pelayanan Kesehatan... 61

5.1.3. Akreditasi Puskesmas... 62

5.1.4. Akreditasi Rumah Sakit... 63

(6)

v

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 2.1. : Jumlah kecamatan dan Desa / Kelurahan menurut

Kabupaten / Kota Tahun 2018 ………. 7

Tabel 2.2. : Penduduk menurut Status Daerah dan Kepadatan

menurut Kabupaten / Kota Tahun 2018……….. 8

Tabel 4.1.

Tabel 4.2 :

:

10 Besar Penyakit Berdasarkan STP Kabupaten / Kota Se-Kalimantan Barat Tahun 2018 ………..

Peringkat IPKM Tahun 2018 Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat

43

58

Tabel 5.1. : Jumlah Tenaga Kesehatan menurut Jenis Provinsi

Kalimantan Barat Tahun 2018...……….. 60

Tabel 5.2. : Jumlah Puskesmas Menurut Kabupaten / Kota dan

jenisnya di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018... 62

Tabel 5.3. : Jumlah Puskesmas Terakreditasi menurut Kabupaten /

Kota di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018... 63

Tabel 5.4. : Jumlah Rumah Sakit Terakreditasi menurut Kabupaten /

(7)

vi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Gambar 4.1. Gambar 4.2. Gambar 4.3. Gambar 4.4. Gambar 4.5. Gambar 4.6. Gambar 4.7. Gambar 4.8. Gambar 4.9. Gambar 4.10. Gambar 4.11. Gambar 4.12. Gambar 4.13. Gambar 4.14. Gambar 4.15. Gambar 4.16. Gambar 4.17. : : : : : : : : : : : : : : : : : :

Piramida penduduk Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 ... Angka Kematian Bayi Provinsi Kalimantan Barat Kalbar Tahun 1994 s.d 2012………..

Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional Periode Tahun 1994 s.d 2012……… Kasus kematian Ibu di Provinsi Kalimantan Barat Berdasarkan Kasus yang Tercatat Tahun 2018….………. Angka Kematian Balita Prov.Kalbar Tahun 1994 s.d 2012 ... Angka Harapan Hidup Penduduk Kalimantan Barat Tahun 2014 s.d 2018 ... Angka Harapan Hidup Penduduk Kalimantan Barat Menurut Kabupaten / Kota Tahun 2018...……… Jumlah Kasus Malaria Positif Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2010 s.d 2018………...……… Angka Kesakitan (Annual Parasite Incidence) Malaria per 100.000 penduduk Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 s.d 2018……… Persentase Kesembuhan Pengobatan TB Paru Tahun 2014 s.d 2018 ……….. Distribusi Kasus HIV AIDS Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2018 ………. Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP) Tahun 2014 s.d 2018 ……… Kasus DBD Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2018 ….………. Kasus DBD di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 s.d 2018.………. Kasus Gizi Buruk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018………. ………. Persentase Bayi dan BBLR Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 s.d 2018... Persentase Rumah Sehat Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 s.d 2017.... Persentase Rumah Tangga Ber PHBS Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 – 2018 ... Hal 9 27 28 29 30 31 32 34 34 35 36 37 38 39 41 42 44 46

(8)

vii Gambar 4.18. Gambar 4.19. Gambar 4.20. Gambar 4.21. Gambar 4.22. Gambar 4.23. Gambar 4.24. Gambar 4.25. Gambar 4.26. : : : : : : : : :

Persentase Posyandu Aktif ( Purnama + Mandiri ) Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2018 …..……….………. Cakupan K1 dan K4 Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 s.d 2018…………. Cakupan K1 dan K4 Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2018………... ……. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 s.d 2018 ……….………..……… Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2018 ………..…………..……….……… Cakupan Universal Child Immunization (UCI) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 ... Index Pembangunan Manusia Kalimantan Barat Tahun 2014 s.d 2018... Skor Indeks pembangunan Kesehatan Masyarakat ( IPKM ) Per Kab/Kota, Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 dan 2018……….. Sub indeks IPKM Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 dan 2018………..

47 49 50 51 52 55 56 57 59

(9)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

1

B A B I

P E N D A H U L U A N

Penyusunan buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 merupakan hasil dari salah satu mata rantai pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan di Provinsi Kalimantan Barat dalam rangka menyediakan berbagai data & informasi di bidang kesehatan. Data dan informasi kesehatan tersebut akan menjadi faktor pendukung di dalam sistem manajemen pembangunan kesehatan, dalam proses perencanaan maupun pelaksanaan berbagai upaya kesehatan akan menjadi berdaya guna dan berhasil guna sebagaimana termaktub dalam Rencana Strategis (Renstra) dinas kesehatan provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 – 2018.

Sistem Informasi Kesehatan merupakan bagian fungsional dari Sistem Kesehatan secara keseluruhan. Oleh karena itu penerbitan buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat sekarang ini lebih dikaitkan dengan sistem kesehatan yang diarahkan pada pencapaian Visi Kalimantan Barat yakni ” Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Kalimantan Barat yang Sehat . Artinya, Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 ini disusun agar dapat menjadi salah satu sarana untuk menilai pencapaian Pembangunan Kesehatan di Provinsi Kalimantan Barat dalam rangka mencapai Visi tersebut.

Profil adalah dokumen yang berisi tentang data dan informasi dari sistem manajemen data/informasi sebuah organisasi, mulai dari pengumpulan, pengolahan, analisis, penyajian dan penyebarluasan informasi. Untuk fungsi manajemen dan pengambilan keputusan sebuah organisasi memerlukan dukungan data/informasi.

Dalam penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 ini kami menggunakan berbagai sumber data antara lain :

 Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018.

 Data dari berbagai sektor/Instansi terkait.

 Data dari berbagai bidang di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.

Walaupun dengan berbagai keterbatasan data dan informasi yang dapat kami sajikan, akhirnya buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 ini dapat diselesaikan. Apa yang kami tampilkan pada buku Profil Kesehatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang

(10)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

2

berbagai perubahan maupun perbaikan pada program Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Barat khususnya sektor kesehatan secara menyeluruh. Untuk memenuhi kebutuhan berbagai data dan informasi guna menunjang manajemen program kesehatan pada semua tingkat administrasi. Untuk itu segala upaya dan perbaikan terhadap isi buku profil ini telah kami coba laksanakan baik terhadap kualitas maupun kuantitas dan juga dalam hal menganalisa data-data yang ada.

Penyusunan Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 ini mengalami keterlambatan jika disesuaikan dengan waktu yang seharusnya, dimana buku profil ini seharusny sudah tersedia pada bulan April. Hal ini disebabkan karena proses Verifikasi dan validasi data kesehatan yang dilakukan secara bertahap baik dengan dinas kesehatan kabupaten/kota maupun dengan pengelola program di lingkungan dinas kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Proses validasi data yang dilakukan lebih dari satu kali untuk mendapatkan data kesehatan yang berkualitas.

Guna memberikan gambaran yang lebih baik tentang situasi kesehatan di Provinsi Kalimantan Barat maka buku Profil Kesehatan ini kami susun dengan sistimatika sebagai berikut :

 Kata Pengantar  Daftar Isi

 Daftar Tabel

 Bab I : Pendahuluan

 Bab II : Gambaran umum Provinsi

 Bab III : Pembangunan Kesehatan Daerah  Bab IV : Pencapaian Pembangunan Kesehatan  Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan

 Bab VI : Penutup  Lampiran tabel-tabel

(11)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

3

BAB II

GAMBARAN UMUM PROVINSI

2.1. Letak Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di antara garis 2° 08' LU serta 3° 02' LS serta di antara 108° 30' BT dan 114° 10' BT pada peta bumi. Berdasarkan letak geografis yang spesifik ini, maka daerah Kalimantan Barat tepat dilalui oleh garis Khatulistiwa (garis lintang 0°) tepatnya di atas Kota Pontianak. Karena pengaruh letak ini pula, maka Kalimantan Barat adalah salah satu daerah tropik dengan suhu udara cukup tinggi serta diiringi kelembaban yang tinggi.

Ciri-ciri spesifik lainnya adalah bahwa wilayah Kalimantan Barat termasuk salah satu Provinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara asing, yaitu dengan Negara Bagian Serawak, Malaysia Timur. Bahkan dengan posisi ini, maka daerah Kalimantan Barat kini merupakan satu-satunya Provinsi di Indonesia yang secara resmi telah mempunyai akses jalan darat untuk masuk dan keluar dari negara asing. Hal ini dapat terjadi karena antara Kalimantan Barat dan Sarawak telah terbuka jalan darat antar negara Pontianak – Entikong – Kuching (Sarawak, Malaysia) sepanjang sekitar 400 km dan dapat ditempuh sekitar enam sampai delapan jam perjalanan.

Batas-batas wilayah selengkapnya daerah Provinsi Kalimantan Barat adalah :

Utara : Sarawak (Negara Malaysia)

Selatan : Laut Jawa & Provinsi Kalimantan Tengah Timur : Provinsi Kalimantan Timur

Barat : Laut Natuna dan Selat Karimata

Sebelah utara Provinsi Kalimantan Barat terdapat empat kabupaten yang langsung berhadapan dengan negara jiran yaitu; Sambas, Sanggau, Sintang dan Kapuas Hulu, yang membujur sepanjang Pegunungan Kalingkang – Kapuas Hulu.

2.2. Luas Wilayah

Sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah merupakan daratan berdataran rendah dengan luas sekitar 146.807 km2 atau 7,53 persen dari luas Indonesia atau 1,13 kali luas pulau Jawa. Wilayah ini membentang

(12)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

4

lurus dari Utara ke Selatan sepanjang lebih dari 600 km dan sekitar 850 km dari Barat ke Timur.

Dilihat dari besarnya wilayah, maka Kalimantan Barat termasuk Provinsi terbesar keempat setelah pertama Provinsi Papua (319.036 km2), kedua Kalimantan Timur (204.534 km2) dan ketiga Kalimantan Tengah (153.564 km2).

Dilihat dari luas menurut Kabupaten/Kota, maka yang terbesar adalah Kabupaten Ketapang (31.240,74 km2 atau 21,28 persen) kemudian diikuti Kapuas Hulu (29.842 km2 atau 20,33 persen), dan Kabupaten Sintang (21.635 km atau 14,74 persen), sedangkan sisanya tersebar pada 11 (sebelas) kabupaten/kota lainnya.

2.3. Topografi

Secara umum, daratan Kalimantan Barat merupakan dataran rendah dan mempunyai ratusan sungai yang aman bila dilayari, sedikit berbukit yang menghampar dari Barat ke Timur sepanjang “Lembah Kapuas” serta Laut Natuna/Selat Karimata. Sebagian daerah daratan ini berawa-rawa bercampur gambut dan hutan mangrove. Dilihat dari tekstur tanahnya maka, wilayah daratan ini diapit oleh dua jajaran pegunungan yaitu, Pegunungan Kalingkang/Kabupaten Kapuas Hulu di bagian Utara dan Pegunungan Schwaner di Selatan sepanjang perbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah.

Dilihat dari tekstur tanahnya maka, sebagian besar daerah Kalimantan Barat terdiri dari jenis tanah PMK (podsolet merah kuning), yang meliputi areal sekitar 9,2 juta hektar atau 63,8 persen dari luas daerah yang 14,7 juta hektar. Berikutnya, tanah OGH (orgosol, gley dan humus) dan tanah Aluvial sekitar 3,3 juta hektar atau 22,17 persen yang terhampar di seluruh Kabupaten/Kota, namun sebagian besar terdapat di kabupaten daerah pantai.

2.4. Sungai dan Danau

Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki Provinsi “Seribu Sungai”. Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan.

Sungai besar utama adalah Sungai Kapuas, yang juga merupakan sungai terpanjang di Indonesia (1.086 km), yang mana sepanjang 942 km dapat dilayari. Sungai-sungai besar lainnya antara lain : Sungai Melawi

(13)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

5

(dapat dilayari 471 km), Sungai Pawan (197 km), Sungai Kendawangan (128 km), Sungai Jelai (135 km), Sungai Sekadau (117 km), Sungai Sambas (233 km), Sungai Landak (178 km), dan lainnya.

Jika sungai-sungai sangat menonjol jumlahnya di Kalimantan Barat, maka sebaliknya yang terjadi dengan danau. Dari danau-danau yang ada hanya dua yang cukup berarti. Kedua danau ini adalah Danau Sentarum dan Danau Luar I yang berada di Kabupaten Kapuas Hulu.

Danau Sentarum mempunyai luas 117.500 hektar yang kadang-kadang nyaris kering di musim kemarau, serta Danau Luar I yang mempunyai luas sekitar 5.400 hektar. Kedua danau ini mempunyai potensi yang baik sebagai objek wisata.

2.5. Gunung-gunung

Dipengaruhi oleh dataran rendah yang amat luas, maka ketinggian gunung-gunung relatif rendah serta non aktif. Gunung yang paling tinggi adalah gunung Baturaya di Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang yang mempunyai ketinggian 2.278 meter dari permukaan laut, jauh lebih rendah dibanding G. Semeru (Jatim,3.676 meter) atau G. Kerinci (Jambi, 3.805 meter).

Gunung Lawit yang berlokasi di Kapuas Hulu, Kec. Embaloh Hulu dan lebih dahulu dikenal di Kalimantan Barat, ternyata hanya menempati tertinggi ketiga karena mempunyai tinggi 1.767 meter, sedangkan tertinggi kedua adalah Gunung Batusambung (Kec. Ambalau) dengan ketinggian mencapai 1.770 meter.

2.6. Pulau-pulau

Walaupun sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau, Sumatera.

Pulau-pulau besarnya seperti Pulau Karimata, Pulau Maya dan Pulau Panebangan di Kabupaten Kayong Utara, serta Pulau Bawal dan Pulau Gelam di perairan Selat Karimata, Kabupaten Ketapang. Pulau besar lainnya antara lain adalah Pulau Laut, Pulau Betangin Tengah, Pulau Butung, Pulau Nyamuk dan Pulau Karunia di Kabupaten Pontianak.

Sebagian kepulauan ini, terutama di wilayah Kabupaten Ketapang merupakan Taman Nasional serta wilayah perlindungan atau konservasi.

(14)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

6

2.7. Penggunaan Tanah

Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (67,967%) dan padang/semak belukar/alang-alang (25,49%), hutan lebat (41,54%), dan hutan sejenis (0,94%). Adapun areal hutan terluas terletak di Kabupaten Kapuas Hulu seluas 2.636.785 ha, kemudian diikuti oleh Kabupaten Ketapang yaitu seluas 1.92.057 ha. Sementara itu areal perkebunan mencapai 2.640.199 ha atau 17,89%.

Dari 14,68 ribu ha luas Kalimantan Barat, areal untuk pemukiman hanya berkisar 0,31 persen. Adapun areal pemukiman terluas berada di Kabupaten Sintang diikuti kemudian oleh Kabupaten Sambas dan Kabupaten Ketapang.

2.8. I k l i m

2.8.1. Angin dan Udara

Faktor yang merupakan ciri umum bagi suatu daerah dataran rendah di daerah tropis adalah suhu udara yang relatif panas atau tinggi, sedangkan khusus daerah Kalimantan Barat suhu yang tinggi ini diikuti pula dengan kelembaban udara yang tinggi. Berdasarkan catatan empiris dari Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak yang meliputi Stasiun Meteorologi (SM) Supadio Pontianak, SM Pangsuma Putussibau, SM Paloh Sambas, SM Susilo Sintang, SM Nanga Pinoh Melawi dan Stasiun Klimatologi Siantan Kabupaten Pontianak, umumnya suhu udara di daerah Kalbar cukup normal namun bervariasi, yaitu rata-rata sekitar 25,90C sampai dengan 28,40C.

Selama tahun 2017, temperatur udara di Kalimantan Barat maksimum mencapai 34,10C. yang terjadi di stasiun Meteorologi Pontianak pada bulan Agustus 2017. Sementara temperatur minimum tercatat 22,80C yang terjadi di 6 tasiun meteorologi Kabupaten Kapuas Hulu Pada Bulan Februari 2017.

Pada umumnya, kecepatan angin di Kalimantan Barat dari beberapa stasiun meteorologi, sepanjang bulan ditahun 2016, secara rata-rata 1 hingga 8 knot/jam, sedangkan maksimum tercatat sebesar 15 knot/jam terjadi di stasiun Klimatologi Kabupaten Mempawahpada bulan Januari 2017.

2.8.2. Curah Hujan dan Hari Hujan

Pada tahun 2017, rata-rata curah hujan bulanan tertinggi terjadi di Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak pada bulan Mei 705 mm dan terendah terjadi di Stasiun Meteorologi Rahadi Usman Kabupaten Ketapang yaitu pada bulan Agustus 2018 sekitar 34,3 mm. Banyaknya hari hujan tertinggi tercatat di Stasiun Metereologi Supadio Pontianak bulan Januari dan Mei sebanyak 28 hari dan jumlah hari hujan terendah terjadi pada Agustus

(15)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

7

2017 di Stasiun Klimatologi Siantan dan Metereologi Paloh Sambas sebanyak 4 (empat) hari.

2.9. Wilayah Administratif dan Pemerintahan. Tabel : 2.1.

Jumlah Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2018

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018

Pada tahun 2018 berdasarkan Data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari 14 (empat belas) kabupaten/kota yaitu dua belas kabupaten dan 2 (dua) kota. Empat belas Kabupaten/kota ini terbagi dalam 178 kecamatan dengan 2.136 desa/kelurahan. Rincian jumlah kecamatan dan Desa/Kelurahan dapat terlihat pada Tabel 2.1.

2.10. Kependudukan

Penduduk Provinsi Kalimantan Barat tahun 2018 diperkirakan berjumlah sekitar 5.001.664 jiwa (angka proyeksi BPS), dimana sekitar 2.544.860jiwa berjenis kelamin laki-laki, dan 2.456.804 jiwa adalah perempuan. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar 146.807 Km2, sehingga jika dilihat dari luas wilayah dan jumlah penduduk, maka kepadatan penduduk di Kalimantan Barat adalah sekitar 34 Jiwa per Km2.

LUAS WILAYAH (km2) 1 2 3 4 5 6 7 1 Kab. Sambas 6.395 19 193 0 193 2 Kab. Bengkayang 5.397 17 122 2 124 3 Kab. Landak 9.909 13 156 0 156 4 Kab. Mempawah 1.367 9 60 7 67 5 Kab. Sanggau 12.858 15 163 6 169 6 Kab. Ketapang 31.241 20 253 9 262 7 Kab. Sintang 21.635 14 391 16 407

8 Kab. Kapuas Hulu 29.842 23 282 4 286

9 Kab. Sekadau 5.444 7 87 0 87

10 Kab. Melawi 10.644 11 169 0 169

11 Kab. Kayong Utara 4.568 6 43 0 43

12 Kab. Kubu Raya 6.895 9 118 0 118

13 Kota Pontianak 108 6 0 29 29 14 Kota Singkawang 504 9 0 26 26 146.807 178 2037 99 2.136 KELURAHAN DESA + KELURAHAN JUMLAH NO KABUPATEN/KOTA KECAMATAN JUMLAH DESA

(16)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

8

Tabel : 2.2

Jumlah Penduduk Menurut Daerah Dan Kepadatan Per Kabupaten/Kota Tahun 2018

Sumber : - Kepmenkes RI Nomor HK.02.02/Menkes/117/2015

Dilihat dari tabel 2.2. Persebaran penduduk Kalimantan Barat tidak merata antar wilayah kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, maupun antar wilayah kawasan pantai bukan pantai atau perkotaan dan pedesaan. Seperti daerah pesisir yang mencakup Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kubu Raya, Kota Pontianak, dan Kota Singkawang yang dihuni oleh lebih dari 50% total penduduk Kalimantan Barat dengan kepadatan rata-rata mencapai 54,6 jiwa per Km2. Sebaliknya enam kabupaten lain (bukan pantai) selain kota pontianak secara rata-rata tingkat kepadatan penduduknya relatif lebih jarang. Kabupaten Kapuas Hulu dengan luas wilayah 29.842 km2 atau sekitar 20,33% dari luas wilayah Kalimantan Barat hanya dihuni rata-rata 9 (delapan) jiwa per kilometer persegi.

Kota Pontianak dengan luas wilayah paling kecil diantara Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat yaitu sekitar 107,80 km2 memiliki jumlah penduduk paling besar mencapai 637.723 jiwa atau sekitar 12,75% dari total Penduduk Kalimantan Barat. Dengan demikian Kota Pontianak merupakan kota terpadat penduduknya yaitu 5.905 Jiwa per Km2.. LUAS WILAYAH (km2) 1 Kab. Sambas 6.395 261.313 271.296 532.609 83 2 Kab. Bengkayang 5.397 130.277 121.043 251.320 47 3 Kab. Landak 9.909 193.929 178.680 372.609 38 4 Kab. Mempawah 1.367 132.163 129.136 261.299 191 5 Kab. Sanggau 12.858 239.490 224.505 463.995 36 6 Kab. Ketapang 31.241 260.789 243.219 504.008 16 7 Kab. Sintang 21.635 212.484 200.885 413.369 19

8 Kab. Kapuas Hulu 29.842 131.615 127.369 258.984 9

9 Kab. Sekadau 5.444 102.708 96.868 199.576 37

10 Kab. Melawi 10.644 104.706 100.592 205.298 19

11 Kab. Kayong Utara 4.568 56.387 54.512 110.899 24

12 Kab. Kubu Raya 6.895 289.105 281.809 570.914 83

13 Kota Pontianak 108 318.112 319.611 637.723 5.905 14 Kota Singkawang 504 111.782 107.279 219.061 435 146.807 2.544.860 2.456.804 5.001.664 34 JUMLAH JUMLAH PENDUDUK TOTAL PEREMPUAN LAKI-LAKI KEPADATAN PENDUDUK NO KABUPATEN/KOTA

(17)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

9

Gambar : 2.1

Piramida Penduduk Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

Sumber : - Kepmenkes RI Nomor HK.02.02/Menkes/117/2015

Komposisi penduduk Kalimantan Barat, dari 5.001.664 jiwa pendudu. 50,90 % atau 2.544.860 jiwa adalah laki-laki, dan 49,10% atau 2.456.804 jiwa adalah perempuan. Rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk adalah sebesar 104 artinya dalam setiap 204 penduduk terdapat 104 jiwa penduduk laki-laki dan 100 jiwa penduduk perempuan. Dilihat dari ratio penduduk berdasarkan kabupaten/kota, hampir seluruh kabupaten/kota di wilayah Kalimantan Barat (kecuali Kabupaten Sambas dan Kota Pontianak) memiliki ratio lebih dari 100, yang berarti jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari penduduk perempuan, untuk lengkapnya dapat dilihat pada lampiran profil kesehatan tabel 2.

(18)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

10

B A B III

PEMBANGUNAN KESEHATAN DAERAH

3.1 VISI

a. Pernyataan Visi

Visi menggambarkan arah yang jelas dan cara pandang jauh ke depan tentang kondisi pembangunan kesehatan masa depan yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan barat dalam 5 (lima) tahun mendatang.

Dalam mengantisipasi tantangan kedepan menuju kondisi yang diinginkan, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat secara terus menerus mengembangkan peluang dan inovasi agar tetap eksis dan unggul dengan senantiasa mengupayakan perubahan ke arah perbaikan. Perubahan tersebut harus disusun dalam tahapan yang terencana, konsisten dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil (outcomes).

Untuk memenuhi harapan diatas, maka Visi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat adalah :

Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Kalimantan Barat yang Sehat

b. Penjelasan Makna

Didalam pernyataan Visi tersebut, terdapat kata –kata kunci sebagai berikut:

Masyarakat Kalimantan Barat yang Sehat yang diharapkan adalah masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mecegah risiko penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu. Sehat dalam hal ini mengandung arti dalam perspektif luas, tidak sebatas pada kondisi fisikal yang prima, melainkan juga sehat rohani, mental, intelektual dan sosial. Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Kalimantan Barat mengandung makna bahwa masyarakat Kalbar mempunyai kemampuan untuk mewujudkan kesehatannya dimana setiap penduduknya mampu memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya dengan pembiayaan secara mandiri.

(19)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

11

Kemandirian masyarakat untuk hidup sehat juga tidak terlepas dengan keluarga, yang merupakan unit terkecil dari masyarakat. Di dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat, keluarga merupakan sumber informasi dalam perawatan di rumah dan pengobatan sendiri. Diharapkan dalam keluarga menunjukkan kemandiriannya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada anggota keluarganya dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.

Sesuai amanat pada Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan nasional pasal 6: Pelaksanaan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) ditekankan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat, profesionalisme sumber daya manusia kesehatan serta upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Pelaksanaan SKN harus memperhatikan :

a. Cakupan pelayanan kesehatan berkualitas, adil dan merata,

b. Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat,

c. Kebijakan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan dan melindungi kesehatan masyarakat,

d. Kepemimpinan dan profesionalisme dalam pembangunan kesehatan,

e. Inovasi atau terobosan ilmu pengetahuan dan teknologi yang etis dan terbukti bermanfaat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas termasuk penguatan sistem rujukan,

f. Pendekatan secara global dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan yang sistematis, berkelanjutan, tertib dan responsif gender dan hak anak,

g. Dinamika keluarga dan kependudukan,

h. Keinginan masyarakat,

i. Epidemiologi penyakit,

j. Perubahan ekologi dan lingkungan,

k. Globalisasi, demokratisasi dan desentralisasi dengan semangat persatuan dan kesatuan nasional serta kemitraan dan kerjasama lintas sektor.

Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang dapat dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

(20)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

12

3.2 MISI

Misi SKPD adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi SKPD. Pernyataan Misi mengandung pernyataan yang mencerminkan pandangan organisasi tentang kemampuan dirinya. Pernyataan misi merupakan hal yang sangat penting untuk mengarahkan kegiatan Dinas Kesehatan untuk lebih eksis dan dapat mengikuti efek global otonomi daerah.

Misi ditetapkan untuk mengarahkan operasionalisasi Dinas Kesehatan sehingga terus eksis dan mengikuti perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi, yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Misi yang ditetapkan diharapkan seluruh pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders)

mengetahui peran dan program-program serta hasil yang akan diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat dimasa mendatang.

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, dalam penetapan misinya, telah mempertimbangkan tugas pokok dan fungsi, keinginan dan harapan pelanggan dan stakeholders, serta permasalahan yang akan dihadapi/ditangani sehubungan dengan perubahan lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal. Karena itu, misi yang telah ditetapkan memungkinkan untuk dilakukan perubahan dan penyesuaian sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan yang signifikan.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka Dinas Kesehatan dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi, menetapkan Misi sebagai berikut :

1.

Terbinanya Keluarga Sehat, Mandiri dan Sadar Gizi Yang Ditunjang Oleh Perilaku Hidup Bersih Sehat

Membuat Masyarakat Kalimantan Barat Yang Sehat dan Mandiri Di Bidang Kesehatan dengan Pencegahan Penyakit serta

Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Meningkatkan Upaya Pelayanan Kesehatan, Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Yang Optimal, Bermutu dan Terjangkau

Serta Meningkatnya Upaya Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan

Memantapkan Sumber Daya dan Informasi Kesehatan

Mewujudkan kapasitas Aparatur Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat yang profesional

(21)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

13

3.3. TUJUAN DAN SASARAN JANGKA MENENGAH SKPD

Tujuan adalah pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi, memecahkan masalah dan menangani isu strategis daerah yang dihadapi. Tujuan merupakan target kualitatif organisasi, sehingga pencapaian target ini dapat merupakan ukuran kinerja faktor-faktor kunci keberhasilan organisasi. Tujuan sifatnya lebih konkrit daripada misi dan mengarah pada suatu titik terang pencapaian hasil. Dengan adanya pernyataan tujuan, maka akan jelas bagi organisasi mengenai arah yang akan dituju dalam rangka mempertahankan eksistensi dimasa datang.

Untuk menetapkan tujuan, diperlukan suatu alat bantu berupa metode atau analisis yang dapat memberikan suatu rujukan teoritis dalam menggambarkan situasi dan kondisi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Dari pencermatan lingkungan intern dan ekstern ini akan diperoleh strategi yang akan menentukan faktor-faktor kunci keberhasilan guna memberikan rambu-rambu dalam menetapkan tujuan.

Agar dapat mengukur pencapaian tujuan pada suatu periode tertentu diperlukan adanya indikator kinerja tujuan, yang pada hakekatnya merupakan

benefit atau impacts dari suatu kegiatan. Untuk keperluan ini dibutuhkan adanya Sistem Pengukuran Kinerja yang berlaku untuk di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Suatu instansi pemerintah dalam menetapkan tujuan harus memperhatikan kriteria:

1) Disusun dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami 2) Diselaraskan dengan Visi dan Misi

3) Mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman instansi

4) Menggambarkan hasil yang ingin dicapai

5) Mengakomodasi issue strategis daerah yang dihadapi 6) Mencerminkan “Core Area” dimana organisasi berperan.

Dengan demikian, tujuan merupakan penjabaran secara lebih nyata dari perumusan visi dan misi yang unik dan idealistik.

Adapun tujuan strategis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tujuan strategis untuk mencapai misi: “ Terbinanya Keluarga sehat,

mandiri dan sadar gizi yang ditunjang oleh perilaku hidup bersih sehat ” adalah Meningkatnya jangkauan, mutu upaya kesehatan ibu dan anak serta status gizi masyarakat di Puskesmas dan jaringannya melalui promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.

2. Tujuan strategis untuk mencapai misi: “Membuat masyarakat

(22)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

14

dengan Pencegahan Penyakit serta Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan” adalah Terlaksananya pencegahan penyakit serta tercapainya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan yang sehat dan bermutu.

3. Tujuan Strategis untuk mencapai misi: “ Meningkatkan upaya

Pelayanan Kesehatan, Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan yang Optimal, Bermutu dan Terjangkau serta Meningkatnya upaya Penanggulangan bencana bidang Kesehatan “ adalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya pelayanan kesehatan khusus yang bermutu. b. Meningkatnya penanggulangan bencana bidang kesehatan. c. Meningkatnya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang

bermutu.

d. Meningkatnya penanganan obat & perbekalan kesehatan yang optimal.

4. Tujuan strategis untuk mencapai misi: “ Memantapkan Sumber

Daya dan Informasi Kesehatan ” adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Sumber Daya Kesehatan dalam rangka meningkatkan profesionalisme. b. Meningkatnya pelaksanaan manajemen informasi dan

pengembangan kesehatan.

c. Meningkatnya pengembangan sumber daya pembiayaan dan jaminan kesehatan.

5. Tujuan Strategis untuk mencapai misi: “Mewujudkan kapasitas

aparatur Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat yang profesional” adalah Terciptanya pegawai yang profesional guna memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

3.4. SASARAN DAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan secara terukur yang akan dicapai secara nyata dalam jangka waktu tahunan. Sasaran merupakan bagian internal dalam proses perencanaan strategis Dinas Kesehatan.

Sasaran harus bersifat spesifik, dapat dinilai, terukur, rasional, menantang namun dapat dicapai, orientasi pada hasil dan dapat dicapai dalam periode tertentu. Sasaran Dinas Kesehatan selama 5 (lima) tahun periode 2013 – 2018 juga disertai dengan indikator kinerja sasaran. Indikator kinerja sasaran merupakan ukuran keberhasilan dari suatu sasaran strategis organisasi yang bersifat kuantitatif atau kualitatif dan dijadikan patokan / tolok

(23)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

15

ukur dalam menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan pemerintahan dalam mencapai visi dan misi organisasi.

Berdasarkan pengertian tersebut maka Dinas Kesehatan menetapkan sasaran sebagai berikut :

3.4.1. Tujuan Pertama:

“ Meningkatnya jangkauan dan mutu upaya kesehatan ibu dan anak serta status gizi masyarakat di Puskesmas dan jaringannya, melalui promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat”, dengan sasaran :

1. Meningkatnya status kesehatan ibu di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya :

- Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal (cakupan K4)

- Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (cakupan PN)

- Persentase Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani (PK)

- Persentase Cakupan pelayanan nifas (KF3)

- Persentase Cakupan peserta aktif KB

- Persentase Puskesmas Mampu Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial Terpadu (PKRET).

2. Meningkatnya status kesehatan anak di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya :

- Persentase cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1)

- Persentase kunjungan Neonatal Lengkap (KN lengkap)

- Persentase Cakupan kunjungan neonatus dengan komplikasi yang ditangani

- Persentase Cakupan kunjungan bayi

- Persentase Cakupan pelayanan anak balita

- Persentase Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat

- Persentase Puskesmas Mampu Tata Laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Minimal 4 Puskesmas /Kabupaten/Kota

- Persentase Puskesmas Mampu Tata Laksana Pelayanan Kekerasan Terhadap Anak (KTA) Minimal 2 Puskesmas/ Kabupaten/ Kota.

(24)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

16

3. Meningkatnya status gizi masyarakat di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya :

- Persentase balita yang naik berat badannya (D/S)

- Persentase balita bawah garis merah

- Persentase balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali pertahun

- Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe

- Persentase bayi mendapat ASI eksklusif

- Persentase desa dengan garam beryodium baik

- Persentase Kecamatan bebas rawan gizi

- Persentase Balita Gizi buruk mendapat perawatan

4. Menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya :

- Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat

- Persentase posyandu Aktif

- Persentase Desa siaga aktif

- Persentase upaya kesehatan bersumber daya masyarakat

- Jumlah Kabupaten/Kota yang diadvokasi untuk menerapkan kebijakan publik berwawasan kesehatan

3.4.2. Tujuan Kedua :

“Tercapainya pencegahan dan pengendalian penyakit serta penyehatan lingkungan yang sehat dan bermutu”, dengan sasaran :

5. Meningkatkan Kualitas Penyehatan Lingkungan, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya:

- Persentase penduduk yang memiliki akses air minum berkualitas

- Persentase Desa yang seluruh penduduknya buang air besar di jamban.

- Persentase keluarga akses jamban memenuhi syarat kesehatan

- Persentase rumah tinggal mengelola sampah

- Persentase rumah tinggal mengelola limbah cair

- Persentase rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan

- Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan

- Persentase Tempat – Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat

kesehatan

- Persentase fasilitas pelayanan kesehatan yang membuang limbah memenuhi syarat kesehatan

(25)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

17

- Persentase pengguna pestisida tidak terpapar pestisida

- Persentase tempat pengelola pestisida memenuhi syarat kesehatan

- Persentase kasus pencemaran udara yang teridentifikasi

- Persentase dokumen Pengelolaan Lingkungan yang dinilai sesuai kriteria aspek kesehatan masyarakat

- Persentase Obyek kesling yang punya potensi sebagai faktor resiko penyebaran penyakit diidentifikasi dan di intervensi

- Persentase Pokja AMPL yang memiliki RENSTRA/ buku putih sanitasi

- Persentase Kab/Kota yang memiliki forum kota sehat

- Persentase petugas sanitasi mampu jadi fasilitator Kesling di masyarakat

- Persentase Puskesmas melakukan pencatatan data dasar dan kegiatan kesehatan lingkungan.

6. Menurunnya angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya:

- Persentase Cakupan imunisasi anak sekolah

- Persentase Cakupan imunisasi rutin terhadap anak bayi: a. Cakupan imunisasi BCG

b. Cakupan imunisasi DPT/HB3 c. Cakupan imunisasi polio 4 d. Cakupan imunisasi campak

- Persentase desa/kelurahan yang mencapai universal child immunization (UCI)

- AFP rate per 100.000 penduduk < 15 tahun

- Persentase Puskesmas yang melakukan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) Kejadian Luar Biasa (KLB)

- Persentase Desa/kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) direspon < 24 jam

- Persentase calon jamaah haji mendapat pemeriksaan kesehatan

- Persentase Puskesmas melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kondisi matra

- Persentase Kab/Kota melaksanakan pengendalian faktor resiko Penyakit Tidak Menular (PTM)

- Persentase Puskesmas yang mempunyai Posbindu aktif melaksanakan pengendalian resiko Penyakit Tidak Menular

- Persentase malaria klinis yang dilakukan pemeriksaan laboratorium

(26)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

18

- Persentase penderita malaria yang ditemukan dan diobati

- Persentase Angka Kematian Malaria

- Persentase kasus baru TB Paru BTA (+) yang ditemukan

- Persentase angka kesembuhan TB paru BTA positif

- Angka penemuan kasus Tuberculosis (CNR)

- Persentase Angka Kematian TB

- Persentase diare yang ditangani

- Persentase Angka kematian diare

- Persentase cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani

- Cakupan penemuan penderita kusta baru

- Prevalensi kusta per 10.000 penduduk

- Cakupan penderita kusta yang ditemukan dan ditangani

- Persentase kecacingan pada anak Sekolah

- Persentase Puskesmas yang melaksanakan surveilance Influenza Like Illness (ILI)

- Penderita DSS (Dengue Shock Syndrom) yang ditemukan di RS dan Puskesmas

- Penderita DBD yang ditemukan dan ditangani

- Persentase Angka Bebas Jentik (ABJ)

- Angka Kesakitan DBD (IR)

- Persentase Angka Kematian DBD (CFR)

- Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan pencegahan penularan Hepatitis sesuai pedoman

- Prevalensi kasus HIV pada usia 15-24 tahun

- Persentase penduduk 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS

- Jumlah Kabupaten/Kota yang melaksanakan pencegahan penularan HIV sesuai pedoman

- Persentase penggunaan kondom pada kelompok hubungan seks beresiko tinggi

- Persentase ODHA yang memenuhi syarat mendapatkan pengobatan Anti Retroviral Treatment (ART)

- Jumlah penderita Infeksi menular seksual (IMS) yang ditemukan dan diobati

- Jumlah orang beresiko tinggi yang mendapatkan testing HIV lengkap

- Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan pencegahan penularan melalui ibu ke anak (PPIA/PTMCT)

(27)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

19

3.4.3. Tujuan Ketiga :

“ Meningkatnya pelayanan kesehatan khusus yang bermutu ”, dengan sasaran :

7. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khusus dengan dukungan/peran serta masyarakat dan stakeholder terkait, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya:

- Persentase Puskesmas yang melaksanakan program pengembangan

- Rasio cabut dan tambal gigi pada sarana pelayanan kesehatan

- Persentase Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah dasar

- Persentase Pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan

- Persentase Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan kerja

- Persentase Puskesmas melaksanakan upaya kesehatan indera

- Persentase Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan olah raga

- Persentase Unit Pelayanan darah yang melaksanakan manajemen pelayanan darah sesuai standar,

- Persentase Akreditasi Laboratorium Klinis

- Persentase Puskesmas Santun Lansia

3.4.4. Tujuan Keempat :

“Meningkatnya penanggulangan bencana bidang kesehatan”, dengan sasaran :

8. Meningkatnya penanggulangan bencana bidang kesehatan yang tepat dan cepat, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya:

- Persentase Dinkes Kab/Kota yang melakukan kegiatan siklus manajemen bencana lengkap

- Persentase Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat sesuai standar

3.4.5. Tujuan Kelima :

“Meningkatnya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang bermutu“, dengan sasaran :

(28)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

20

9. Meningkatnya mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang efektif dan efisien, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya :

- Jumlah Rumah Sakit yang sudah memenuhi standar klasifikasi penetapan kelas RS

- Jumlah RS yang menyelenggarakan 4 (empat) pelayanan kesehatan spesialistik dasar

- Jumlah RS Kab/Kota yang melaksanakan Penanganan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK)

- Jumlah Rumah Sakit yang terakreditasi

- Jumlah Rumah Sakit yang melaksanakan program keselamatan pasien

- Jumlah Puskesmas yang terakreditasi

- Jumlah Puskesmas rawat inap yang mampu Penanganan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED)

- Persentase Puskesmas yang menerapkan standar pelayanan medik dasar

- Jumlah Puskesmas di Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) yang mampu melaksanakan pelayanan Penanggulangan Perawatan Gawat Darurat (PPGD) dan General Emergency Lifes Supports (GELS)

3,4.6. Tujuan Keenam :

“Meningkatnya penanganan obat & perbekalan kesehatan yang optimal “, dengan sasaran :

10. Meningkatnya kualitas penanganan obat, perbekalan kesehatan, alat kesehatan, obat tradisional, pangan, kosmetika dan PKRT, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya :

- Persentase ketersediaan obat-obatan, vaksin dan perbekalan kesehatan

- Persentase obat yang memenuhi standar, cukup dan terjangkau

- Persentase instalasi farmasi Kab/Kota yang sesuai standar

- Ketersediaan obat per kapita per tahun di sarana pelayanan kesehatan dasar

- Persentase penggunaan obat generik di RS dan Puskesmas

- Persentase Pengelolaan Obat Rasional (POR) di sarana pelayanan kesehatan dasar pemerintah

- Persentase Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Pemerintah yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar

- Persentase Puskesmas perawatan yang melaksanakan pelayanan kefarmasian

(29)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

21

- Persentase Sarana Distribusi obat yang memenuhi Persyaratan cara Distribusi Obat

- Persentase Sarana Produksi Kosmetika yang memenuhi syarat Cara produksi kosmetika yang Baik (CPKB)

- Persentase Sarana Distribusi Kosmetika yang memenuhi syarat Cara produksi kosmetika yang Baik (CPKB)

- Persentase Jumlah tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dan Pengawas Keamanan Pangan (DFI)

- Persentase Jumlah IRTP yang di monitoring dan verifikasi penerapan Cara Produksi Pangan Yang Baik

- Persentase Jumlah Sarana Distribusi yang di monitoring dan verifikasi penerapan Cara Distribusi Pangan yang Baik dan cara ritel pangan yang baik

- Persentase sarana distribusi obat yang dilakukan pembinaan pencatatan dan pelaporan NAPZA

- Jumlah produsen makanan dan minuman yang dilakukan pembinaan keamanan pangannya

- Persentase sarana produksi Alkes dan PKRT yang memenuhi persyaratan cara produksi yang baik

- Persentase Sarana Distribusi Alkes dan PKRT yang memenuhi persyaratan cara distribusi alkes yang baik

- Persentase produk alkes dan PKRT yang memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan manfaat

- Persentase jumlah sarana yang menyampaikan pelaporan melalui Sistem Pelaporan narkotika dan psikotropika (website)

- Persentase Sekolah yang mendapatkan penyuluhan mengenai dampak penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif

- Persentase Sarana Produksi obat Tradisonal yang memenuhi syarat Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)

- Persentase Sarana Distribusi obat tradisional yang memenuhi syarat (CDOTB)

3.4.7. Tujuan Ketujuh:

“Meningkatnya Kuantitas dan Kualitas Sumber Daya Kesehatan dalam rangka meningkatkan profesionalisme”, dengan sasaran :

11. Meningkatnya jumlah dan jenis tenaga kesehatan, menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pelatihan, seminar dan bentuk-bentuk kegiatan peningkatan keterampilan tenaga kesehatan, memfasilitasi kegiatan organisasi profesi dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya :

(30)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

22

- Peningkatan jumlah dan jenis tenaga kesehatan di Provinsi Kalimantan Barat (13 jenis nakes):

 Dr. Spesialis  Dr. Umum  Dr. Gigi  Perawat  Bidan  Perawat Gigi  Apoteker  Asisten Apoteker  Kesehatan Masyarakat  Sanitarian  Gizi  Fisioterapi  Keteknisian Medis

- Terselenggaranya kegiatan-kegiatan, pelatihan-pelatihan, seminar dan kegiatan peningkatan keterampilan bagi tenaga kesehatan strategis Provinsi Kalimantan Barat.

12. Meningkatnya Kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan pengelola, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya :

- Persentase tenaga kesehatan yang profesional dan memenuhi standar kompetensi

- Persentase aparatur kesehatan yang telah mengikuti pelatihan teknis, fungsional dan pelatihan manajemen

- Meningkatnya persentase puskesmas yang memiliki tenaga dokter

- Meningkatnya persentase rumah sakit yang memiliki tenaga dokter spesialis

- Meningkatnya Jumlah tenaga strategis pada Daerah terpencil perbatasan dan kepulauan (DTPK)

3.4.8. Tujuan Kedelapan:

“ Meningkatnya pelaksanaan manajemen informasi dan pengembangan kesehatan”, dengan sasaran :

13. Meningkatnya pelaksanaan dan kesinambungan Sistem Informasi Kesehatan (SIK), sehingga memperoleh data yang berkualitas, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya :

(31)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

23

- Persentase tersusunnya profil kesehatan Provinsi dan 14 Kabupaten/Kota per tahun

- Persentase tersedianya data yang berkualitas, akurat dan tepat waktu

- Persentase tersedianya SDM yang memiliki kapasitas di Bidang IT (teknologi informasi)

- Persentase Optimalisasi pemanfaatan Sistem Informasi Kesehatan

14. Meningkatkan pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya :

- Jumlah SDM yang memiliki kapasitas untuk penelitian dan pengembangan kesehatan

- Persentase penelitian dan pengembangan kesehatan yang dilaksanakan, disosialisasikan dan dimanfaatkan hasil penelitiannya.

3.4.9. Tujuan Kesembilan:

“ Meningkatnya pengembangan sumber daya pembiayaan dan jaminan kesehatan ”, dengan sasaran :

15. Meningkatnya pelaksanaan pengembangan sumber daya pembiayaan dan jaminan kesehatan, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya :

- Jumlah data Provincial Health Account (PHA) yang tersedia setiap tahun

- Jumlah data District Health Account (DHA) yang tersedia setiap tahun

- Persentase penduduk yang memiliki jaminan kesehatan

- Persentase penduduk miskin yang memiliki jaminan kesehatan

3.4.10. Tujuan Kesepuluh :

“ Terciptanya pegawai yang profesional guna memberikan pelayanan prima kepada masyarakat”, dengan sasaran :

16. Meningkatkan pegawai yang profesional dengan didukung oleh rencana kerja, penganggaran, sarana dan prasarana yang efektif dan efisien serta memadai, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya:

- Persentase pengelolaan pembayaran gaji PNS tepat jumlah, waktu dan sasaran

(32)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

24

- Persentase pelayanan administrasi kantor secara cepat dan tepat sesuai dengan ketentuan yang berlaku

- Persentase tertatanya administrasi kepegawaian, dengan rincian indikator sebagai berikut :

 Penyelesaian proses kenaikan pangkat

 Penyelesaian proses gaji berkala

 Penyelesaian proses Cuti PNS

 Penyelesaian proses usul pensiun PNS

 Penyelesaian proses usul penghargaan satya lencana

- Persentase sarana dan prasarana gedung yang berfungsi

- Persentase tingkat pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana gedung.

- Persentase sarana dan prasarana mobilitas yang berfungsi.

- Persentase tingkat pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana mobilitas.

- Persentase sarana dan prasarana alat kantor dan rumah tangga yang berfungsi.

- Persentase tingkat pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana alat kantor dan rumah tangga.

- Persentase tingkat ketertiban dan kedisiplinan PNS

- Persentase peningkatan kapasitas sumber daya aparatur dengan rincian indikator sebagai berikut :

 Persentase tersusunnya Dokumen Analisis jabatan

 Persentase tersusunnya Standar Operasional Prosedur (SOP)

 Persentase tenaga fungsional yang dilakukan penilaian angka kredit jabatan fungsional

 Persentase Fasilitasi pelatihan peningkatan keterampilan dan kemampuan PNS

- Persentase pejabat struktural yang telah mengikuti diklatpim.

- Persentase dokumen perencanaan dan anggaran SKPD yang disusun

- Persentase dokumen laporan kinerja yang disusun

- Persentase laporan keuangan SKPD sesuai Standar Akutansi Pemerintah (SAP) yang disusun

- Persentase laporan inventarisasi aset yang disusun

- Jumlah dokumen perencanaan , anggaran, kebijakan dan evaluasi pembangunan kesehatan yang tersosialisasikan

(33)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

25

- Persentase penyelesaian proses penempatan tenaga kesehatan PTT :

a. Dokter PTT b. Dokter Gigi PTT c. Bidan PTT

- Persentase penyelesaian proses selesai masa bakti tenaga kesehatan PTT:

d. Dokter PTT e. Dokter Gigi PTT

- Persentase Pelaksanaan Penilaian tenaga puskesmas teladan

17. Meningkatkan pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan dan pemakaian kekayaan daerah sesuai dengan ketentuan, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya:

- Persentase tingkat pemakaian kekayaan daerah di Dinkes Prov. Kalbar dan UPT dengan rincian indikator sebagai berikut :

a. Persentase jumlah hari pemanfaatan aula di Dinkes Prov. Kalbar

b. Jumlah pemeriksaan laboratorium kesehatan di Unit laboratorium Kesehatan (Ulabkes) Pontianak

c. Persentase jumlah hari pemanfaatan ruang dan fasilitas lainnya di Unit Pelatihan Kesehatan (Upelkes) Pontianak

2.

2.

- Persentase tingkat pelayanan kesehatan di UP4 Pontianak

- Persentase kunjungan PNSD, Keluarga PNSD dan Pensiunan PNSD di lingkungan Pemprov. Kalbar ke Poliklinik Pemprov

- Jumlah calon peserta didik tiap tahunnya di Akper Sintang

- Persentase kontribusi PAD dari pelayanan Dinas Kesehatan Prov. Kalbar dan UPT terhadap PAD Provinsi Kalimantan Barat

(34)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

26

BAB IV

PENCAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Mengacu kepada sistimatika dari uraian Visi, Misi Kalimantan Barat Sehat yang tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Periode 2013 – 2018, pada bab ini akan menyajikan gambaran tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Barat. Uraian pada bab ini meliputi gambaran tentang derajat kesehatan masyarakat, keadaan lingkungan, keadaan perilaku masyarakat dan keadaan pelayanan kesehatan.

4.1. DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT

Untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat Provinsi Kalimantan Barat dipergunakan beberapa indikator berdasarkan data-data yang diperoleh dari SDKI, SUSENAS, RISKESDAS, BPS atau data-data terkait lainnya.

Indikator-indikator yang digunakan antara lain meliputi :

4.1.1. MORTALITAS

4.1.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal : adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Dan eksogen atau kematian post neo-natal : adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Angka Kematian Bayi (AKB) di Kalimantan Barat untuk tahun 2012 berdasarkan laporan pendahuluan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 adalah 31 per 1.000 Kelahiran hidup. Sedang untuk Angka Kematian Bayi Nasional adalah 32 per 1.000 Kelahiran Hidup. Hal ini berarti terjadi penurunan angka kematian bayi yang signifikan di provinsi Kalimantan Barat dimana Angka Kematian Bayi di Kalimantan Barat sudah lebih rendah dibandingkan dengan Angka Kematian Bayi Nasional. Berturut-turut AKB di Kalimantan Barat berdasarkan hasil SDKI mulai tahun

(35)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

27

1994 adalah 97 per 1.000 Kelahiran Hidup, Tahun 1997 menjadi 70 per 1.000 KH, Tahun 2002 menjadi 47 per 1.000 KH, turun menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup berdasarkan SDKI Tahun 2007 dan turun menjadi 31 per 1.000 KH berdasarkan laporan pendahuluan SDKI 2012. Sedang untuk hasil sensus pada tahun 2010, angka bayi di Kalimantan Barat adalah 27 per 100.000 KH sedang di tingat nasional adalah sebesar 26 per 100.000 KH.

Gambar 4.1

Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Kalimantan Barat dan Nasional Tahun 1994 – 2012

Sumber : SDKI 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012

Namun demikian jika merujuk pada laporan seksi Kesehatan keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, tercatat kasus kematian bayi yang dilaporkan pada tahun 2018 adalah sebesar 638 kasus dengan 90.913 kelahiran hidup. Sehingga dengan demikan jika dihitung angka kematian bayinya adalah 7 per 1.000 kelahiran hidup (tabel 5 lampiran profil).

Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi (tablet Fe) dan suntikan anti tetanus.

(36)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

28

Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.

4.1.1.2. Angka KematianIbu (AKI)

Informasi mengenai tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.

Mengacu hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian ibu periode dua dasawarsa seperti terlihat pada gambar 4.2. dimana angka kematian menunjukan adanya penurunan dari tahun ke tahun, namun tejadi kenaikan kembali pada periode tahun 2007 – 2012.

Gambar 4.2

Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional Tahun 1994 - 2015

Sumber : SDKI 1994, 1997, 2002, 2007 , SENSUS 2010, SDKI 2012 dan SUPAS 2015 0 100 200 300 400 1994 1997 2002 2007 2010 2012 2015 390 334 307 228 259 359 305 AKI NASIONAL

(37)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

29

Dilihat dari hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, angka kematian ibu Provinsi Kalimantan Barat adalah sebesar 240 per 100.000 Kelahiran Hidup, sedang untuk nasional sebesar 259 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti bahwa angka kematian ibu di Kalimantan Barat telah menunjukan adanya penurunan yang sangat signifikan, dimana dalam dua dasawarsa, pada tahun 2012 angka kematian ibu di Kalimantan Barat berada dibawah angka nasional, baik dibandingkan dengan hasil SDKI maupun hasil Sensus Penduduk.

Sedang, jika dilihat berdasarkan kasus kematian maternal yang terjadi pada tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Barat, tercatat sebanyak 86 kasus kematian ibu. Sehingga jika dihitung angka kematian ibu maternal dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 90.913, maka kematian Ibu maternal di provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2018 adalah sebesar 95 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian Ibu Maternal terbesar ada di kabupaten Kubu Raya, yaitu sebesar 158 per 100.000 Kelahiran Hidup dan terkecil ada di kabupaten Kapuas mempawah, yaitu sebesar 44 Per 100.000 Kelahiran Hidup.

Gambar 4.3

Angka Kematian Ibu di Provinsi Kalimantan Barat Berdasarkan Kasus yang tercatat

Tahun 2018

(38)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

30

4.1.1.3. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah Jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi). AKABA menggambarkan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan.

Gambar 4.4

Angka Kematian Balita Provinsi Kalimantan Barat Tahun 1994 – 2012

Sumber : SDKI 1994; 1997; 2002-2003; 2007; 2012

AKABA Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan hasil SDKI berturut-turut mulai tahun 1994 adalah 93 per 1.000 Kelahiran Hidup, turun menjadi 88,2 per 1.000 Kelahiran Hidup pada tahun 1997, turun menjadi 63 per 1.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2003, turun menjadi 59 per 1.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2007, dan menurun kembali menjadi 37 per 1.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2012. Angka ini lebih rendah dari rata-rata angka kematian balita secara nasional yaitu 40 per 1.000 Kelahiran Hidup.

Jika dilihat kasus kematian Balita yang terjadi pada tahun 2018 berdasarkan laporan seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, tercatat sebanyak 677 kasus. Sehingga jika dihitung berdasarkan kasus yang terjadi dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 90.913, maka kematian Balita di provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2018 adalah sebesar 7,4 per 1.000 kelahiran hidup.

(39)

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018

31

4.1.1.4. Angka Harapan Hidup

Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan angka harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.

Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka harapan hidup saat lahir adalah rata – rata hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada tahun tertentu.

Gambar 4.5

Angka Harapan Hidup Penduduk Kalimantan Barat Tahun 2014- 2018

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat th 2018

Dilihat dari tahun ke tahun, Angka Harapan Hidup di Kalimantan Barat terjadi peningkatan. Angka Harapan Hidup tahun 2014 berdasarkan Data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat adalah

Gambar

Tabel 2.2.  :  Penduduk  menurut  Status  Daerah  dan  Kepadatan
Gambar  4.12.  memperlihatkan  bahwa  kasus  DBD  pada  tahun  2018  terbanyak  ada  di  Kabupaten  Ketapang  yaitu  sebanyak  808  kasus  (25,86%)  dari 3.125 total kasus di Kalimantan Barat, kemudian disusul oleh Kabupaten  Kabupaten Kapuas Hulu sebanyak
TABEL 4 1 2 3 4 5 1 Kab. Sambas 10800 95 10.895 2 Kab. Bengkayang 4938 36 4.974 3 Kab
TABEL 6 &lt; 20  tahun 20-34 tahun ≥35  tahun JUMLAH &lt; 20 tahun 20-34 tahun ≥35  tahun JUMLAH &lt; 20 tahun 20-34 tahun ≥35
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa Aspek Biologi Reproduksi dan Kualitas Habitat Teripang Pasir (Holothuria scabra) Ekonomis yang Dieksploitasi di Perairan Teluk Lampung.. Fakultas

Peta pendaftaran yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari di Kantor Pertanahan haruslah peta dalam satu sistem koordinat tertentu dan format tertentu, sehingga semua

coret yang tidak perlu PENGADILAN NEGERI DI .... telah datang menghadap pada saya: ... Panitera Pengadilan Negeri/Pengadilan Tinggi ... berdasar surat kuasa khusus tertanggal:

Sebagian besar produksi ubi jalar digunakan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri sebagai bahan pangan, dan dalam jumlah yang lebih kecil juga dimanfaatkan sebagai pakan maupun

Langkah pertama yang harus kita lakukan untuk dapat menyatakan cinta kasih Allah adalah dengan menyadari, mengakui dan menyesali keadaan kita yang berdosa.. Tuhan

sendiri menurut Tim Shariate Economics Lecture ( 2006:50) didefinisikan sebagai partnership antara dua belah pihak atau lebih dalam satu proyek, masing – masing pihak

Siagian Penasehat anggota... Kepada bapals

• Ada bahan anak kunci (dari bahan diperiksa) yang cocok dengan kunci yang menentukan respon. Mungkin dibutuhkan berbagai jenis kunci dan anak kunci dengan hasil yang me- rupakan