• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOMUNIKATIF BERMEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN MAHARAH KALAM KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOMUNIKATIF BERMEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN MAHARAH KALAM KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 MALANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOMUNIKATIF

BERMEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN

MAHARAH KALAM

KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI

2 MALANG

Nuha Mariyatul Qibthiyah Universitas Negeri Malang

nuhagontor@gmail.com

ABSTRAK: Penguasaan bahasa asing tidak terlepas dari 4 macam kemahiran berbahasa yaitu mendengar, menulis, membaca dan berbicara. Dalam pelaksanaannya, penguasaan bahasa asing pada zaman sekarang tidak hanya terfokus pada kemampuan memahami isi dari suatu bacaan untuk peserta didik sendiri. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana peserta didik dapat menyampaikan apa maksud dari suatu bacaan tersebut kepada orang lain. Terdapat berbagai macam metode yang diterapkan dalam pembelajaran bahasa Arab di Indonesia. Salah satunya adalah metode komunikatif. Menurut Effendy (2017) metode komunikatif memiliki landasan teoritis yang kuat yaitu hakekat dan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi sosial. Penguasaan kemahiran dan penerapan metode tersebut akan berjalan lebih lancar dengan adanya media. Dewasa ini, minat generasi muda menurun drastis terhadap kultur bangsanya sendiri. Terlebih minat terhadap media wayang. Padahal, wayang telah diakui UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity (Karya-karya Agung Lisan dan Tak Benda Warisan Manusia). Wayang juga sarat akan nilai luhur bagi peradaban manusia dan baik untuk dijadikan rujukan pengembangan karakter bangsa. Maka, dengan berlatar belakang hal tersebut di atas, penelitian ini difokuskan pada penerapan metode komunikatif bermedia wayang untuk meningkatkan maharah kalam kelas X MAN 2 Kota Malang. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui penerapan metode komunikatif dengan media wayang dalam pembelajaran kalam, (2) Mengetahui hasil pembelajaran kalam metode komunikatif dengan media wayang di kelas X MAN 2 Kota Malang.

KATA KUNCI: kemahiran berbicara, metode komunikatif, media wayang, kelas X MAN 2 Malang

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dibandingkan dengan pembelajaran bahasa asing lainnya. Misalnya bahasa Inggris, Jerman, Jepang, Mandarin, dan bahasa asing lainnya (Ainin, 2013). Dewasa ini, pembelajaran bahasa Arab di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga dan sekolah-sekolah keagamaan. Namun, pembelajaran bahasa Arab ini sudah banyak dilakukan oleh sekolah-sekolah umum dengan metode yang bermacam-macam. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan pembelajaran bahasa Arab telah memiliki kedudukan penting dalam proses pembelajaran di Indonesia.

(2)

Terdapat berbagai macam metode yang diterapkan dalam pembelajaran bahasa Arab di Indonesia. Salah satunya adalah metode komunikatif. Menurut Effendy (2017) metode komunikatif memiliki landasan teoritis yang kuat yaitu hakekat dan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi sosial. Metode komunikatif juga didasarkan atas asumsi bahwa setiap manusia memiliki kemampuan bawaan yang disebut dengan “alat pemerolehan bahasa” (language acquisition device).

Penguasaan bahasa asing tidak terlepas dari 4 macam kemahiran berbahasa yaitu mendengar, menulis, membaca dan berbicara. Dalam pelaksanaannya, penguasaan bahasa asing pada zaman sekarang tidak hanya terfokus pada kemampuan memahami isi dari suatu bacaan untuk pelajar sendiri. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana pelajar dapat menyampaikan apa maksud dari suatu bacaan tersebut kepada orang lain. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Effendy (2017) bahwa kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk dapat menciptakan komunikasi timbal balik pada saat itu juga dalam bentuk dialog antara dua orang atau lebih dengan saling bertukar peran.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dimulai pada tanggal 29 Juli 2019 sampai 9 September 2019 di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang, ditemukan terdapat banyak permasalahan pembelajaran bahasa Arab pada mata pelajaran kalam atau berbicara. Terdapat 2 faktor penyebab permasalahan pembelajaran Bahasa Arab, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor penyebab dari diri peserta didik. Hal tersebut di antaranya adalah latar belakang pendidikan peserta didik yang sebelumnya tidak pernah mempelajari mata pelajaran Bahasa Arab, kurang menguasai mufrodat, minimnya pengalaman dalam belajar Bahasa Arab, motivasi belajar Bahasa Arab siswa kurang, peserta didik yang sulit untuk mengungkapkan materi, pemilihan intonasi ketika berbicara, dan yang paling mendasar adalah para pelajar masih malu dan takut berbahasa Arab karena banyaknya qaidah secara nahwiyyah dan shorfiyyah.

Sedangkan faktor eksternal yang muncul adalah pembelajaran bahasa Arab masih membosankan bagi beberapa siswa, kurangnya biah arabiyyah yang terjalin, metode pembelajaran yang monoton, contohnya pada pembelajaran kalam. Sebagian besar, teknik yang digunakan dalam pembelajaran kalam yaitu dengan menghafal teks-teks hiwar yang ada di buku paket. Selain itu, pembelajaran keterampilan berbicara belum mendapat perhatian khusus. Hal ini dikuatkan dengan pelaksanaan mata pelajaran Bahasa Arab ada yang hanya 1 jam pelajaran pada 2 pertemuan. Selain itu, terdapat jam mata pelajaran Bahasa Arab pada siang hari setelah sholat dhuhur yang membuat para siswa banyak yang mengantuk. Menurut guru pengampu pelajaran Bahasa Arab, dari sisi peserta didik pun kurang

(3)

terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik banyak yang mengantuk, kurang memperhatikan, dsb. Hal itu menyebabkan peserta didik kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Cara untuk mempermudah suatu proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan media. Menurut Asrori dkk (2014), media pembelajaran mencakup semua yang dapat menyampaikan pesan/informasi kepada siswa atau segala sesuatu yang dapat menambah kejelasan informasi pada diri siswa meskipun tanpa keberadaan guru. Terdapat berbagai macam media pembelajaran, di antaranya flashcard (kartu kilat), benda otentik, gambar nomemik dan tematik, gambar berangkai, dan sebagainya.

Maka, untuk dapat merealisasikan pembelajaran kalam yang lebih menarik dan meningkatkan perhatian dan partisipasi peserta didik, maka penulis memberikan solusi yaitu pembelajaran kalam menggunakan metode komunikatif dengan media wayang. Hal ini juga dapat menanamkan rasa cinta terhadap budaya Indonesia melalui penggunaan wayang dalam pembelajaran bahasa Arab. Tentunya, maksud dari wayang di sini bukan wayang seperti yang kita ketahui pada umumnya. Wayang yang akan digunakan lebih efektif, kreatif, inovatif serta mudah dalam pembuatan dan penggunaan, namun tidak menghilangkan tujuan pokok dari penggunaan wayang tersebut untuk mendukung pembelajaran bahasa Arab kemahiran kalam.

Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X agama Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang Jl. Bandung No.7 Kecamatan Penanggungan, Kelurahan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65113. Kelas X agama terdiri 18 siswa dan 11 siswi. Dalam pelaksanaannya, guru dibantu oleh satu orang guru Bahasa Arab sebagai mitra untuk membuat perencanaan tindakan sekaligus observer dan seorang observer yang bertugas membantu peneliti merekam proses pembelajaran sekaligus memberi kritik dan saran.

Penelitian ini bertujuan untuk (a) mendeskripsikan penerapan metode komunikatif dengan media wayang dalam pembelajaran kalam, (b) mengetahui hasil pembelajaran kalam metode komunikatif dengan media wayang.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research. Menurut Ainin (2013:41), penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu penelitian untuk memecahkan persoalan praktis di kelas sehingga kualitas pembelajaran semakin meningkat. Ada beberapa ilmuan yang menggunakan istilah penelitian tindakan saja dalam hal ini, salah satunya adalah Arikunto. Menurut Arikunto (2010:129), ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Ia juga menambahkan bahwa inti dari penelitian tindakan ini adalah keaktifan siswa karena dalam pembelajaran siswa yang diutamakan. Dengan adanya penelitian

(4)

tindakan kelas ini, diharapkan hasil yang dicapai dapat lebih meningkat karena adanya unsur kolaboratif antara peneliti dan anggota kelompok sasaran.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui prosedur perencanaan, pelaksanaan, tindakan kelas, observasi, dan refleksi. Berikut gambar tahapan penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini.

Gambar 3.1 Bagan Tahapan Penelitian Tindakan Kelas dalam penelitian ini

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2010) yang menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya), yang digambarkan pada bagan berikut.

(5)

Data penelitian yang digunakan pada penelitian ini ada 2 jenis yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif terdiri dari hasil wawancara, observasi kelas, dan angket. Data kuantitatif terdiri dari portofolio siswa yang terdiri dari hasil pretest dan post test. Menurut Ainin (2015:134) langkah-langkah analisis data sebagai berikut :

1) Pengumpulan data dan pemeriksaan kembali catatan lapangan.

2) Reduksi data, dalam hal ini peneliti memilih dan memilah data yang relevan dan kurang relevan dengan tujuan penelitian. Data yang relevan akan dianalisis, sedangkan data yang kurang relevan akan disisihkan (tidak dianalisis).

3) Penyajian data. Setelah data direduksi, langkah berikutnya adalah penyajian data yang meliputi: (a) identifikasi, (b) klasifikasi, (c) penyusunan. (d) penjelasan data secara sistematis, objektif, dan menyeluruh, dan (e) pemaknaan.

4) Penyimpulan. Peneliti menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan katagori dan makna temuan.

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Penerapan Metode Komunikatif dengan Media Wayang dalam Pembelajaran Kalam

Tindakan siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuan. Pertemuan pertama pada 18 Januari 2020 dan pertemuan kedua 1 Februari 2020. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama dilaksanakan selama 45 menit dan pertemuan kedua 135 menit. Langkah-langkah dalam kegiatan yang akan dilakukan meliputi: (1) perencanaan, (2) pelasanaan, (3) observasi, (4) refleksi kegiatan. Kegiatan pembelajaran pada siklus I, masih ditemukan beberapa kekurangan, seperti: (1) siswa kurang terkondisikan karena sedang mempersiapkan acara, (2) sebagian besar siswa belum memahami langkah-langkah penerapan metode komunikatif dengan media wayang, dan (3) banyak siswa yang tidak mempersiapkan teks percakapan sebagai tugas.

Selain itu, pada pertemuan pertama ditemukan beberapa siswa pindah penjurusan, banyak siswa yang kurang fokus dalam pembelajaran dikarenakan sibuk mempersiapkan kegiatan pentas seni yang akan dilaksanakan. Hal ini juga berdampak pada persiapan teks dialog siswa juga terganggu terbukti dengan banyaknya siswa yang tidak membuat teks dialog. Namun, hal tersebut dapat tertutupi pada pertemuan kedua dengan persiapan dialog yang lebih matang dari siswa.

Tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada 4 Februari 2020 dan pertemuan kedua pada 8 Februari 2020. Pembelajaran pada kedua pertemuan tersebut berlangsung selama pertemuan pertama dilaksanakan selama 45 menit dan pertemuan kedua 135 menit. Siklus II ini merupakan lanjutan dan perbaikan dari siklus I yang masih ditemukan beberapa kekurangan dalam penerapan metode komunikatif dengan media wayang. Perbaikan yang dilakukan peneliti adalah, 1) mengkondisikan siswa dan kelas

(6)

dengan baik sebelum pembelajaran dimulai, 2) mengatur waktu sebaik mungkin agar pembelajaran berjalan lebih efektif, 3) sebelum menerapkan metode komunikatif dengan media wayang, guru menjelaskan secara detail langkah-langkah penerapan metode komunikatif dengan media wayang. Langkah-langkah-langkah kegiatan yang dilakukan meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan (4) refleksi.

PEMBAHASAN

Penerapan Metode Komunikatif dengan Media Wayang dalam Pembelajaran Kalam

Pembelajaran kemahiran berbicara (maharatul kalam) dengan menerapkan metode komunikatif dengan media wayang dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan selama 2 siklus, dengan tema yang diajarkan adalah al-Hiwayah (Hobi).. Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan kegiatan pembuka seperti: (1) mengucapkan salam dan menanyakan kabar, (2) mengecek kehadiran siswa, (3) menanyakan seputar materi yang telah dipelajari sebelumnya, (4) mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari atau pengalaman (5) memberikan gambaran secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan agar siswa mempunyai pemetaan tentang kegiatan yang akan diikutinya. Kegiatan pembuka bertujuan untuk memusatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Barnawi dan Arifin (2015:129) bahwa kegiatan membuka pelajaran tidak hanya untuk memusatkan perhatian siswa, tetapi juga untuk membantu siswa mengaitkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru dan mengetahui batas-batasnya.

Selanjutnya pada kegiatan inti, guru membagi kelas menjadi 6 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang dan terdapat seorang siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam mata pelajaran bahasa Arab. Secara umum, penerapan metode komunikatif bermedia wayang dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu tahap awal, diskusi, dan praktek. Tahap awal terdiri dari penyampaian materi berupa mufrodat dan ungkapan-ungkapan yang dapat digunakan siswa dalam percakapan, pengucapan kalimat-kalimat pokok secara perorangan, kelompok, atau klasikal, kemudian pertanyaan diajukan tentang isi dan situasi dalam dialog iu, dilanjutkan pertanyaan serupa tetapi langsung mengenai situasi masing- masing pelajar.

Tahap selanjutnya yaitu diskusi yang dilaksanakan dalam kelompok yang sudah dibagi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah peserta didik menyusun dialog dari mufrodat dan ungkapan-ungkapan yang telah guru berikan sesuai dengan wayang pada kelompok tersebut dan membahas ungkapan-ungkapan komunikatif dalam dialognya. Tahap terakhir yaitu praktek. Peserta didik berlatih percakapan dari dialog yang telah mereka buat di kelompoknya secara bergantian. Dari kegiatan tersebut, siswa menarik kesimpulan tentang percakapan seputar hobi yang mereka pelajari. Setelah semua melaksanakan praktek percakapan, peneliti

(7)

menunjuk beberapa kelompok sebagai sampel dari penampilan para peserta didik sebagai evaluasi kegiatan.

Kegiatan penutup, guru memberikan refleksi terlebih dahulu dengan guru menanyakan perasaan siswa selama proses pembelajaran dengan metode dan permainan yang digunakan guru. Kemudian guru memberikan umpan balik berupa pertanyaan-pertanyaan tentang mufradaat yang sudah dipelajari, hal tersebut bertujuan untuk mempertajam pemahaman siswa dengan materi yang disampaikan guru. Terakhir, guru menutup pelajaran dengan membaca hamdalah bersama dan salam.

Pada pertemuan keempat, guru memberikan angket pasca penerapan pada siswa. dari hasil perhitungan angket tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa merasa antusias, termotivasi dalam belajar bahasa Arab dengan diterapkannya metode pair checks dan permainan mengisi pesan gambar. Selain itu, hasil belajar menulis karangan deskripsi siswa pun meningkat, dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata mulai dari pre-test sampai dengan post-test II.

Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Komunikatif Bermedia Wayang

Penerapan metode komunikatif bermedia wayang ini merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan proses pembelajaran yang aktif dan meningkatkan kemampuan berbicara berbahasa Arab siswa. Sebelum menerapkan metode dengan media wayang tersebut, guru memberikan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum tindakan diberikan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Matsna dan Mahyudin (2012:53) bahwa pre-test dilaksanakan karena dimaksudkan semata-mata untuk mengetahui tingkat kemampuan yang dimiliki siswa pada awal pengajaran yang akan diikutinya. Hasil nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 84,68.

Kemudian dilaksanakan siklus I dan siklus II dengan menerapkan metode komunikatif bermedia wayang dalam pembelajaran bahasa Arab dan guru memberikan post-test untuk mengetahui perkembangan kemampuan menulis dan menyusun deskripsi siswa. Menurut Matsna dan Mahyudin (2012:53) bahwa post-test itu dititikberatkan pada tingkat kemajuan berbahasa yang telah dicapai siswa pada akhir progam pengajaran dibandingkan dengan kemampuan awalnya (berdasarkan pre-test). Hasil post-test I menunjukkan peningkatan dari hasil pre-test sebelumnya, yaitu rata-rata nilai siswa adalah 85,57, sedangkan pada pelaksanaan post-test II rata-rata nilai siswa meningkat dari rata-rata hasil nilai post-test I, yaitu 86,64.

Sedangkan dari sisi lain, berdasarkan observasi dari observer, sistem pembelajaran pada siklus II lebih terstruktur, baik dari pengkondisian kelas, manajemen waktu pembelajaran, pemahaman siswa pada metode yang diterapkan guru guna mendorong hasil belajar berbicara berbahasa Arab siswa, dan juga kesiapan siswa dalam mempersiapkan materi dialog bersama teman sekelompok. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode komunikatif bermedia wayang

(8)

efektif dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran bahasa Arab dan pada hasil belajar berbicara berbahasa Arab siswa kelas X agama.

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa dalam mempelajari bahasa Arab. Berdasarkan temuan dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi pada kelas X MAN 2 Kota Malang adalah 83% siswa berpendapat bahwa keterbatasan mufrodat menjadi faktor utama dalam keberhasilan berbicara, kurangnya praktik berbicara yang dilakukan para peserta didik, lingkungan yang kurang mendukung untuk berbahasa Arab, dan variasi metode dan media yang digunakan guru dalam proses pembelajaran masih kurang. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode komunikatif dengan media wayang dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas X MAN 2 Kota Malang. Hal tersebut dibuktikan dari hasil pre-test, post-test I dan post-test II yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Walaupun pada siklus I masih ditemukan beberapa kekurangan yaitu, 1) pengkondisian kelas yang kurang maksimal, 2) alokasi waktu yang kurang teratur, 3) sebagian besar siswa kurang memahami alur atau langkah-langkah penerapan metode komunikatif dengan media wayang. Kekurangan tersebut dapat diperbaiki pada siklus II dengan 1) guru mengkondisikan siswa dan kelas terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai, 2) pengalokasian waktu yang teratur oleh guru, sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan efisien sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan, 3) sebelum kegiatan diskusi dimulai guru menjelaskan secara detail setiap langkah yang akan diterapkan.

Penerapan metode komunikatif dengan media wayang untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa MAN 2 Kota Malang dikatakan berhasil karena beberapa aspek, yaitu 1) metode dan media tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, yaitu suasana kelas yang menyenangkan dan meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Arab, sehingga berpengaruh juga pada hasil latihan-latihan berbicara yang dilakukan dalam proses pembelajaran, 2) penerapan metode komunikatif dengan media wayang yang sesuai dengan langkah-langkah dari metode dan media tersebut, 3) siswa memahami alur penerapan metode dan permainan, sehingga siswa mampu menerapkan metode dan media tersebut secara benar sesuai langkah-langkah dari metode dan media tersebut, 4) pengkondisian waktu yang baik, sehingga memadai untuk menerapkan metode dan media tersebut dalam pembelajaran.

Dari hasil nilai rata-rata siswa pada pre-test (sebelum diterapkan metode komunikatif dengan media wayang) adalah 84,68, setelah dilaksanakan post-test I rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 85,57. Kemudian dilaksanakan lagi post-test II pada siklus II dan diperoleh peningkatan rata-rata nilai siswa menjadi 86,64. Sedangkan dari hasil observasi kegiatan guru pada siklus I diperoleh rata-rata sebesar 93,33%, dan pada siklus II meningkat menjadi 96,88%. Selanjutnya dari

(10)

hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I diperoleh rata-rata sebesar 86,5%, dan pada siklus II mengalami peningkatan rata-rata sebesar 95,31%.

Saran

Setelah dilakukannya penelitian ini, terdapat beberapa saran yang diharapkan membangun dan meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Arab di MAN 2 Kota Malang diantaranya, 1) bagi siswa, sebaiknya meningkatkan konsentrasi dan latihan berbicara berbahasa Arab di dalam maupun luar kelas sebagai salah satu cara untuk dapat mempelajari kosa kata baru secara mandiri, 2) bagi guru yaitu, sebaiknya guru lebih menambah metode dan media dalam pembelajaran bahasa Arab. Selain itu guru dapat menerapkan metode komunikatif dan dikombinasikan dengan media lainnya. 3) bagi peneliti lain, yaitu diharapkan dapat melakukan penelitian sejenis dengan menerapkan metode komunikatif yang dikombinasikan dengan media wayang atau media lain sebagai perbandingan.

DAFTAR RUJUKAN

Abidah, Nudya Kuntum Khoirel. 2017. “ملاكلا ةراهم ميلعت لئاسوك ةيناويحلا ةيمدلا ريوطت”. Fakultas Sastra. Universitas Negeri Malang. Malang.

Ainin, Mohammad. 2013. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Malang : Bintang Sejahtera Press.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asrori, Imam dan Ahsanuddin, Moh. 2014. Media Pembelajaran Bahasa Arab dari Kartu Sederhana sampai Web Penjelajah Dunia. Malang: CV. Bintang Sejahtera

Effendy, Ahmad Fuad. 2017. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat Indonesia.

Ni’ami, Irman. 2016. “Penerapan metode komunikatif untuk meningkatkan kemampuan maharah kalam bagi siswa kelas X C Madrasah Aliyah Nurussabah di Lombok”. Fakultas Sastra. Universitas Negeri Malang. Malang.

Sri Rahayu, Indah. 2019. “Penerapan metode pair checks dengan permainan mengisi pesan gambar untuk meningkatkan kemampuan menulis deskriptif Arab MTsN 2 Kota Malang”. Fakultas Sastra. Universitas Negeri Malang. Malang.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 000912 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013

Gambar

Gambar  3.1 Bagan Tahapan  Penelitian  Tindakan  Kelas dalam  penelitian  ini

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa penelitian yang mengimplementasikan Remap Coople dengan berbagai pembelajaran kooperatif pernah dilakukan oleh Pangestuti (2014) dengan Remap Teams

Jadi dapat disimpukan bahwa semakin tinggi sebuah brand image sebuah perusahaan tidak dapat meningkatkan loyalitas pelanggan, artinya bahwa merek GO-JEK di mata

Hasil penelitian yang didapat menjelaskan bahwa pemecahan soal matematika open ended oleh siswa SMP dengan gaya belajar sensing menunjukkan kemampuan berpikir kreatif yang

Dalam konteks penafsiran, hermeneutika menekankan juga bahwa penafsir mempunyai otoritas untuk berhubungan langsung dengan teks, dan karena penafsir mempunyai

Interaksi perlakuan konsentrasi IAA dan lama perendaman berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang, tetapi berpengaruh sangat nyata pada kecepatan benih berkecambah,

Kajian Pemakaian Kode Bahasa Masyarakat Dwibahasawan Di Pangandaran Kabupaten Ciamis Dan Alternatif Model Pembelajaranya Yang Berbasis Multikultural.. Universitas Pendidikan Indonesia

Pengaruh Media Pottray Terhadap Pertumbuhan Bibit Tebu (Saccharum officinarum L.) Asal Bahan Tanam Bud Chip.. Fakultas Pertanian,

PENGARUH WORD OF MOUTH TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN NUSANTARA DI KEBUN RAYA BOGOR.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu