• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Organisasi, Independensi, Kompetensi, Gaya Kepemimpinan, dan Profesionalisme Terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Budaya Organisasi, Independensi, Kompetensi, Gaya Kepemimpinan, dan Profesionalisme Terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, INDEPENDENSI, KOMPETENSI, GAYA KEPEMIMPINAN, DAN PROFESIONALISME TERHADAP KINERJA

AUDITOR

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta)

Diajukan Untuk Penyusunan Skripsi Jenjang Strata I pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh:

PUTERI SHOLIHAH B 200 140 042

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, INDEPENDENSI, KOMPETENSI, GAYA KEPEMIMPINAN, DAN PROFESIONALISME TERHADAP KINERJA

AUDITOR

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi, independensi, kompetensi, gaya kepemimpinan, dan profesionalisme terhadap kinerja auditor. Penelitian ini di lakukan pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling. jumlah sampel yang terkumpul sebanyak 42 auditor. Analisis data menggunakan regresi linear berganda dengan menggunakan program SPSS versi 19.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel budaya organisasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja auditor, sedangkan untuk independensi, kompetensi, dan profesionalisme tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Kata Kunci: kinerja auditor, budaya organisasi, independensi, kompetensi, gaya kepemimpinan, profesionalisme

Abstract

The purposes of this research is to analyze the organizational culture, independence, competence, leadership style, and professionalism. This research was conducted at the public accounting firm in Surakarta and Yogyakarta.The technique of determination of the sample used in this research is convenience sampling. The number of collected as many as 42 auditors. The analysis technique used multiple linear regression using SPSS version 19.0.The results of this study show that the organizational culture and leadership style is influence on the auditor performance, while the role of independence, competence, and professionalism is not influence on the auditor performance.

Keywords: auditor performance, organizational culture, independence, competence, leadhership style, professionalism

1. PENDAHULUAN

Audit atas laporan keuangan perusahaan yang dilakukan oleh pihak ketiga sangat diperlukan untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan, sehingga memperoleh laporan keuangan yang dapat dipercaya oleh manajemen dan pihak berkepentingan lainnya yang kemudian digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Salah satu kebijakan yang sering ditempuh oleh perusahaan adalah

(6)

dengan melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan dimana pihak independen yaitu akuntan publik sebagai pihak ketiga.

Profesi Akuntan Publik merupakan profesi yang dipercaya oleh masyarakat. Masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas serta tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan dari profesi akuntan publik. Mulyadi (2009:121) mengemukakan profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, seorang akuntan publik yang profesional dapat dilihat dari hasil kinerja auditor. Seorang auditor harus memiliki sikap yang jujur atau independen dalam melaporkan hasil audit terhadap laporan keuangan untuk menghasilkan kinerja yang memuaskan.

Menurut Widodo (2008) kinerja dari masing-masing individu perorangan dan kinerja organisasi memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan sebuah organisasi tidak bisa lepas dari sumber daya yang dimiliki dari organisasi tersebut. Aspek yang sangat penting dalam suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) salah satunya adalah sumber daya manusia dari KAP tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja KAP sangat ditentukan oleh kinerja auditornya.

Kinerja auditor menurut Trisnaningsih (2007) merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu didasar pada ketentuan yang telah ditetapkan. Penelitian mengenai kinerja auditor penting bagi KAP dan auditor agar mereka dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja auditor dan selanjutnya dapat meningkatkan kinerja auditor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seorang auditor antara lain budaya organisasi, independensi, kompetensi, gaya kepemimpinan, dan profesionalisme.

Budaya organisasi menurut Hanna dan Firnanti (2013) adalah gabungan atau integritas dari falsafah, ideologi, nilai-nilai, kepercayaan, asumsi, harapan-harapan, sikap dan norma. Hatidah (2010) menyatakan bahwa budaya organisasi dalam perusahaaan merupakan alat yang digunakan untuk mempersatukan setiap individu dalam melakukan aktivitas secara bersama-sama. Hasil penelitian sebelumnya

(7)

seperti Hanna dan Firnanti (2013), Arumsari dan Budiartha (2016) menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang menyatakan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Artinya auditor seharusnya berada dalam posisi yang tidak memihak siapapun karena auditor melaksanakan pekerjaanya untuk kepentingan umum. Menurut Mulyadi (2002) independensi dapat diartikan juga sebagai adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Hasil penelitian sebelumnya seperti Putra dan Ariyanto (2012), Putri dan Suputra (2013), Arumsari dan Budiartha (2016) menunjukkan bahwa independensi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Tetapi hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widhi dan Setyawati (2015) yang menyatakan bahwa independensi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Kompetensi menurut Ayuningtyas (2012) adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar yaitu dengan memiliki pengetahuan dalam memahami objek yang diaudit, kemampuan untuk menganalisa permasalahan serta bekerja sama dalam tim. Hasil penelitian sebelumnya seperti Sujana (2012), Ariani dan Badera (2015) menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Menurut Luthan (2002:575) gaya kepemimpinan (leadership style) adalah cara pimpinan untuk mempengaruhi orang lain atau bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau melakukan kehendak pimpinan untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenangi. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat berpengaruh terhadap kinerja bawahannya, di samping itu diperlukan juga adanya pemberian pembelajaran terhadap bawahannya untuk mendapatkan kinerja yang baik. Hasil penelitian sebelumnya seperti Hanna dan Firnanti (2013), Arumsari dan Budiartha (2016) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja auditor. Tetapi hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widhi dan Setyawati (2015)

(8)

yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Menurut Kalbers dan Fogarty (1995:72) profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Hasil penelitian sebelumnya seperti Putra dan Ariyanto (2012), Putri dan Suputra (2013), Arumsari dan Budiartha (2016) menunjukkan bahwa profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Arumsari dan Budiartha (2016), Widhi dan Setyawati (2015). Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel yang digunakan dalam penelitian yang dilakukuan oleh Arumsari dan Budiartha (2016) adalah profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan. Kemudian untuk Widhi dan Setyawati (2015) meneliti hubungan antara independensi, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi,

dan good governance. Sedangkan dalam penelitian ini mengambil empat variabel

independen yaitu budaya organisasi, independensi, gaya kepemimpinan, dan profesionalisme. Kemudian menambah satu variabel independen yaitu kompetensi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh budaya organisasi, independensi, kompetensi, gaya kepemimpinan dan profesionalisme terhadap kinerja auditor.

1.1Kajian Literatur 1.1.1 Teori Kepribadian

Menurut Ikhsan dan Ishak (2008) kepribadian mengacu pada bagian karakteristis psikologi dalam diri seseorang yang menentukan bagaimana orang tesebut merespons lingkungannya. Kepribadian adalah inti sari dari perbedaan individu. Kepribadian cenderung bersifat konsisten dan kronis. Konsep kepribadian dan pengetahuan tentang komponennya adalah penting karena memungkinkan untuk memprediksikan perilaku. Kepribadian, bagaimanapun juga, dapat berubah. Suatu peristiwa hidup utama, misalnya, dapat menyebabkan suatu perubahan di dalam kepribadian. Para akuntan perilaku dapat menghadapi efektivitas orang-orang jika mereka memahami bagaimana kepribadian dikembangkan dan bagaimana kepribadian tersebut dapat diubah.

(9)

1.1.2 Kinerja Auditor

Menurut Trisnaningsih (2007) Kinerja (prestasi kerja) dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar), dimana kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan kuantitas adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, dan ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu yang telah direncanakan. Mulyadi (2002) kinerja auditor adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.

1.1.3. Budaya Organisasi

Menurut Robbins (2003:305) budaya organisasi mengacu ke suatu sistem makna yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain. Menurut Yuskar (2011) budaya organisasi merupakan pola pemikiran, perasaan, dan tindakan dari suatu kelompok sosial yang membedakan dengan kelompok sosial lainnya.

1.1.4. Independensi

Menurut Christiawan (2002) independensi memiliki arti bahwa seorang akuntan publik harus jujur tidak hanya terhadap manajemen dan pemilik perusahaan, tetapi terhadap kreditur dan pihak lain yang dimana mereka meletakkan keyakinan pekerjaan mereka pada akuntan publik. Menurut Halim (2008:46) independensi merupakan suatu cerminan sikap dari seorang auditor untuk tidak memilih pihak siapapun dalam melakukan audit.

1.1.5. Kompetensi

Mangkunegara (2005:113) mengemukakan bahwa kompetensi merupakan faktor mendasar yang dimiliki seseorang yang mempunyai kemampuan lebih, yang membuatnya berbeda dengan seseorang yang mempunyai kemampuan rata-rata atau biasa saja. Sedarmayanti (2007:126) mengemukakan bahwa kompetensi adalah karakteristik mendasar yang dimiliki seseorang yang berpengaruh langsung terhadap, atau dapat memprediksikan kinerja yang sangat baik.

(10)

1.1.6. Gaya Kepemimpinan

Luthan (2002) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan cara pemimpin untuk mempengaruhi orang atau bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau melakukan kehendak pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenangi. Menurut Sedarmayanti (2007) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seorang manajer pada saat ia mempengaruhi perilaku bawahannya.

1.1.7.Profesionalisme

Menurut Hudiwinarsih (2010) sikap profesional sering dinyatakan dalam literatur, profesionalisme berarti bahwa orang bekerja secara profesional. Menurut Siagian (2009:163) profesionalisme adalah keandalan dan keahlian dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi, waktu yang tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh pelanggan.

1.2. Pengembangan Hipotesis

H1: Budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor. H2: Independensi berpengaruh terhadap kinerja auditor. H3: Kompetensi berpengaruh terhadap kinerja auditor.

H4: Gaya Kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja auditor. H5: Profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja auditor. 1.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

PROFESIONALISME INDEPENDENSI KOMPETENSI GAYA KEPEMIMPINAN KINERJA AUDITOR BUDAYA ORGANISASI

(11)

2. METODE PENELITIAN

2.1. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Populasi Menurut Sugiyono (2010:72) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruhauditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik Surakarta dan Yogyakarta. Sampel menurut Sugiyono (2010:73) adalah bagian dari jumlah dan karakter yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang diambil adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surakarta dan Yogyakartasejumlah 42 auditor. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik

convenience sampling. Teknik convenience sampling menurut Jogiyanto (2008)

merupakan bentuk sampel sederhana yang dilakukan dengan memilih sampel bebas sesuai kebutuhan penelitian.

2.2. Definisi Operasional dan Pengukurannya 2.2.1. Kinerja Auditor

Kinerja auditor adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan (Mulyadi, 2002). Indikator kinerja auditor yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian (Larkin, 1990 dalam Trisnaningsih, 2007), yaitu: (1) Kemampuan, (2) Komitmen profesi, (3) Motivasi, (4) Kepuasan kerja.

2.2.2. Budaya Organisasi

Menurut Robbins (2003:305) budaya organisasi mengacu ke suatu sistem makna yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain. Indikator budaya organisasi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian (Hofstede, 1990 dalam Trisnaningsih, 2007) terdiri dari 4 elemen budaya organisasi yang berorientasi pada orang dan 4 elemen budaya organisasi yang berorientasi pada pekerjaan.

(12)

2.2.3. Independensi

Menurut Halim (2008:46) independensi merupakan suatu cerminan sikap dari seorang auditor untuk tidak memilih pihak siapapun dalam melakukan audit. Indikator independensi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian (Mautz dan Sharaf, 1961:206 dalam Trisnaningsih, 2007), antara lain:(1) Independensi penyusunan program, (2) Independensi investigasi, (3) Independensi pelaporan

2.2.4. Kompetensi

Mangkunegara (2005:113) mengemukakan bahwa kompetensi merupakan faktor mendasar yang dimiliki seseorang yang mempunyai kemampuan lebih, yang membuatnya berbeda dengan seseorang yang mempunyai kemampuan rata-rata atau biasa saja. Indikator kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian (Arini, 2017) antara lain:(1) Melaporkan semua kesalahan klien, (2) Berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan lapangan, (3) Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit, (4) Tidak mudah percaya kepada klien, (5) Bersikap hati-hati dalam dalam pengambilan keputusan, (6) Pemenuhan akan kualifikasi personal.

2.2.5. Gaya Kepemimpinan

Luthan (2002) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan cara pemimpin untuk mempengaruhi orang atau bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau melakukan kehendak pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenangi. Indikator gaya kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian (Gibson, 1996 dalam Trisnaningsih, 2007) terdiri dari 5 item gaya kepemimpinan konsiderasi dan 4 item gaya kepemimpinan struktur inisiatif.

2.2.6. Profesionalisme

Profesionalisme menurut Dwiyanto (2011:157) adalah paham atau keyakinan bahwa sikap dan tindakan aparatur dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan pelayanan selalu didasarkan pada ilmu pengetahuan dan nilai-nilai profesi aparatur yang mengutamakan kepentingan publik. Indikator

(13)

profesionalisme yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian (Ghassani, 2016), antara lain: (1) Pengabdian pada profesi, (2) Kewajiban sosial, (3) Kemandirian, (4) Keyakinan profesi, (5) Hubungan dengan rekan seprofesi. 2.3. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Model persamaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah :

KA = α + β1 BO + β2 I + β3 K + β4 GK + β5 P + e Dimana:

KA = Kinerja Auditor α = Konstanta

β = Koefisien Regresi BO= Budaya Organisasi I = Independensi

K = Kompetensi

GK= Gaya Kepemimpinan P= Profesionalisme

e = Error

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap KinerjaAuditor

Berdasarkan pengujian hipotesis pertama mendapatkan hasil bahwa variabel budaya organisasi mempunyai nilai thitung sebesar 2,619 sedangkan nilai ttabel 2,028 atau dapat dilihat dari signifikansi 0,013 < α = 0,05 maka H1 diterima, yang berarti budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Budaya organisasi dalam penelitian ini mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor, karena budaya organisasi merupakan pola pemikiran dan tindakan yang mencerminkan nilai-nilai yang diakui serta menjadi pedoman dalam suatu organisasi. Dengan adanya budaya organisasi yang baik maka akan meningkatkan kinerja auditor. Sebaliknya, apabila budaya organisasi buruk maka akan melemahkan dan menurunkan kinerja seorang auditor.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanna dan Firnanti (2013) yang menyatakan bahwa auditor dalam kinerjanya

(14)

dipengaruhi oleh budaya organisasi tempat dia bekerja. Semakin baik dan tinggi nilai budaya organisasi, semakin tinggi pula kinerja yang dicapai oleh seorang auditor. Arumsari dan Budiartha (2016) juga menyatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Namun, hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2007) yang menyatakan bahwa udaya organisasi tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor.

3.2. Pengaruh Independensi Terhadap Kinerja Auditor

Berdasarkan pengujian hipotesis kedua mendapatkan hasil bahwa variabel independensi mempunyai nilai thitung sebesar 0,712 sedangkan nilai ttabel 2,028atau dapat dilihat dari signifikansi 0,481 > α = 0,05 maka H2 ditolak, yang berarti indepedensi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Independensi dalam penelitian ini tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor. Hal ini dikarenakan tidak semua auditor memiliki sikap independen, misalnya dalam penyusunan program dan pemeriksaan masih belum bebas dari campur tangan pimpinan, pihak lain, dan kepentingan pribadi. Auditor mungkin seringkali menerima imbalan dari kien atas jasanya. Semakin rendah independensi seorang auditor maka semakin rendah pula kinerja auditor yang dihasilkan. Sebaliknya, semakin tinggi independensi seorang auditor maka semakin tinggi pula kinerja auditor.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widhi dan Setyawati (2015) yang menyatakan bahwa auditor yang memiliki independensi yang rendah maka dia akan terpengaruh dan mudah dikendalikan oleh pihak lain dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpai saat pemeriksaan dan dalam merumuskan serta menyatakan pendapatnya. Namun, hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Ariyanto (2012), Putri dan Suputra (2013), Arumsari dan Budiartha (2016) yang menyatakan ahwa independensi berpengaruh terhadap kinerja auditor.

3.3. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Auditor

Berdasarkan pengujian hipotesis ketiga mendapatkan hasil bahwa variabel kompetensi mempunyai nilai thitung sebesar -0,654 sedangkan nilai ttabel2,028atau

(15)

dapat dilihat dari signifikansi 0,517 > α = 0,05 maka H3 ditolak, yang berarti kompetensi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Kompetensi dalam penelitian ini tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor. Hal ini dikarenakan auditor tidak menggunakan pengetahuan dan keahliannya secara optimal. Kompetensi auditor merupakan kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Sehingga auditor yang tidak memiliki keahlian khusus akan menghasilkan kinerja yang kurang maksimal. Auditor mungkin seringkali tidak melaporkan semua kesalahan klien sesuai kenyataan, kurang cermat dan teliti dalam mengambil keputusan, kurangnya komitmen dalam menyelesaikan tugas dan kurang berpengalamannya seorang auditor juga dapat mempengaruhi kinerja yang dihasilkan oleh seorang auditor.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh salju et al. (2014) yang menyatakan bahwa kompetensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor. Namun, hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujana (2012) dan Arisani dan Baadera (2015) yang menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kinerja auditor. 3.4. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Auditor

Berdasarkan pengujian hipotesis keempat mendapatkan hasil bahwa variabel gaya kepemimpinan mempunyai nilai thitung sebesar 2,417 sedangkan nilai ttabel 2,028atau dapat dilihat dari signifikansi 0,021 < α = 0,05 maka H4 diterima, yang berarti gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Gaya kepemimpinan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor, karena gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh pimpinan untuk mempengaruhi perilaku bawahannya. Hal tersebut seperti hubungan antara pimpinan dan bawahan yang dekat, harmonis, adanya rasa kekeluargaan, adanya komunikasi dan rasa saling percaya. Dengan adanya gaya kepemimpinan yang baik dalam suatu organisasi maka kinerja yang dihasilkan auditor akan semakin baik pula. Sebaliknya, semakin rendah gaya kepemimpinan maka semakin rendah pula kinerja auditor.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanna dan Firnanti (2013) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan seorang

(16)

pimpinan mempengaruhi auditor dalam melaksanakan tugasnya menjadi lebih baik, hingga dapat meningkatkan kinerja auditor. Begitu juga dengan Arumsari dan Budiartha (2016) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja auditor. Namun, hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widhi dan Setyawati (2015) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.

3.5. Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja Auditor

Berdasarkan pengujian hipotesis kelima mendapatkan hasil bahwa variabel profesionalisme mempunyai nilai thitung sebesar 1,483 sedangkan nilai ttabel 2,028atau dapat dilihat dari signifikansi 0,147 > α = 0,05 maka H5 ditolak, yang berarti profesionalisme tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Profesionalisme dalam penelitian ini tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor. Hal ini dikarenakan profesionalisme berhubungan dengan pelaporan laporan audit yang tepat waktu. Apabila auditor tidak tepat waktu dalam melaporkan laporan audit maka dapat dikatakan auditor tersebut tidak profesional. Auditor mungkin seringkali belum bebas dari campur tangan atau bantuan dari pihak lain, memprioritaskan hubungan kekeluargaan dalam pekerjaan, dan tidak memegang teguh sikap profesional. Semakin rendah profesionalisme seorang auditor maka semakin rendah pula kinerja auditor. Sebaliknya, semakin tinggi profesionalisme seorang auditor maka semakin tinggi pula kinerja auditor.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Ariyanto (2012) yang menyatakan bahwa profesionalisme tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Namun, penelitian inii tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arumsari dan Budiartha (2016), Putri dan Suputra (2013) yang menyatakan bahwa profeesionalisme berpengaruh terhadap kinerja auditor. 4. PENUTUP

4.1. Simpulan

1. Variabel budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor. 2. Variabel independensi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. 3. Variabel kompetensi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. 4. Variabel gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja auditor.

(17)

5. Variabel profesionalisme tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. 4.2. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta.

2. Penelitian ini mengunakan kuesioner dalam mendapatkan jawaban dari responden, sehingga penulis tidak dapat memantau secara langsung atas jawaban dari responden tersebut. Kemungkinan jawaban responden tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dikarenakan kondisi-kondisi tertentu dari masing-masing responden tersebut.

3. Dalam penelitian ini hanya menggunakan lima variabel independen antara lain budaya organisasi, independensi, kompetensi, gaya kepemimpinan, dan profesionalisme untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta. Sehingga masih banyak faktor atau variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini

4.3. Saran

1. Peneliti selanjutnya diharapkan memperluas wilayah penelitian, misalnya KAP di Jawa Tengah.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memantau dalam pengisian kuesioner, sehingga hasil pengisian kuesioner sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk memperluas variabel independen yang diteliti misalnya motivasi, komitmen dan lingkungan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

AAA Financial Accounting Standard Committee. 2000. Commentary: SEC Auditor

Independece Requirements, Accounting Horizons, December 15(4) : h: 373-386.

Ariani, Komang Gunayanti dan I Nyoman Dewa Bandera. 2015. Pengaruh Integritas, Obyektifitas, Kerahasiaan, dan Kompetensi Pada Kinerja Auditor Inspektorat Kota

Denpasar. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.1 (2015) : 182- 198.

Arini, Hana Nur. 2017. Pengaruh Independensi, Kompetensi, Pengalaman Audit, Risiko Audit, Time Budget Pressure Terhadap Kinerja Auditor Studi pada KAP di

Surakarta dan Semarang. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Adi Unggul

(18)

Arumsari, Adelia Lukyta dan I Ketut Budiartha. 2016. Pengaruh Profesionalisme Auditor, Independensi Auditor, Etika Profesi, Budaya Organisasi, dan Gaya

Kepemimpinan Terhadap Kinerja Auditor. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana 5.8 (2016): 2297-2304.

Aprianti, D. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Keahlian Profesional Terhadap Kualitas Audit dengan Etika sebagai Variabel Moderasi Studi Kasus

pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Selatan. Skripsi diterbitkan.

(Online).

Ayuningtyas, Harvita Yulian. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifititas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi

Kasus Pada Auditor Inspektorat Kota/Kabupaten Di Jawa Tengah). Skripsi

diterbitkan. (Online).

Asih, Rika Dewi. 2006. Pengaruh Interaksi Locus Of Control Auditor dan Struktur

Audit Terhadap Kinerja Auditor Studi pada KAP di Kota Surabaya dan Malang.

Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi, September, Vol. 3, No. 2, hlm. 121-143.

Christiawan, Y.J. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Journal Directory:Kumpulan Jurnal Akuntansi dan KeuanganUnika Petra. Vol. 4 / No. 2.

Ghassani, Maziyyah Izzah. 2016. Pengaruh Profesionalisme, Akuntabilitas, Integritas, dan Objektivitas Terhadap Kinerja Auditor Studi pada KAP di Surakarta, DIY,

dan Semarang. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Adi Unggul Bhirawa

(STIE-AUB).

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul. 2008. Auditing (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan).Jilid 1.Edisi Keempat.Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Hanna, Elizabeth dan Friska Firnanti. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kinerja Auditor. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.1 (2015) : 182- 198.

Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia : Pengadaan,

Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai.

Jakarta : Grasindo.

Hudiwinarsih, Gunasti. 2010. Auditors’Experience , Competency, And Their Independency As The Influencial Factors In Professionalism.Journal of Economics, Business and Accountancy Ventura Volume 13 ( 3 ).h:253264.

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Jakarta: Salemba Empat.

Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE UGM.

Kalbers, Lawrence P dan Timothy J Fogarty. 1995. Profesionalism and Its

Consequences: A Study Of Internal Auditor. Auditing: A Journal of Practice and

(19)

Luthans, Fred. 2002.Organizational Behavior. ninth Edition. McGraw-Hill. Inc., New York.

Malthis, Robert L. dan John H. Jackson. 2006. Human Resource Management

(Manajemen Sumber Daya Manusia). Edisi Sepuluh, Terjemahan : Diana

Angelica, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. edisi pertama. cetakan pertama. Bandung : Refika Aditama.

Mulyadi. 2002. Auditing. Buku Kesatu, Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat. Mulyadi. 2009. Auditing. Edisi Keenam, Cetakan Keenam. Jakarta: Salemba Empat. Noor, Ali Muhammad dan Ardiani Ika Sulistyawati. 2008. Kecerdasan Emosional dan

Kinerja Auditor Pada Akuntan Publik. JAKI Vol. 1 No.1 Hal.10-21.

Notoprasetio, Christina Gunaeka. 2012. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Auditor Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan

Publik di Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol 1, No 4 Juli 2012.

Puradiredja, Kanaka dan Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.

Putra, I Gede Bandar Wira dan Sosik Ariyanto. 2012. Pengaruh Independensi, Profesionalisme, Struktur Audit, dan Role Stress Terhadap Kinerja Auditor BPK RI

Perwakilan Provinsi Bali. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.

Putri, Kompiang Martina Dinata dan I.G.D Dharma Suputra. 2013. Pengaruh Independensi, Profesionalisme, dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Pada

Kantor Akuntan Publik di Bali.E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1 (2013):

39-53.

Rai. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Salemba Empat.

Rivai. 2003. Perilaku Organisasi dan Kepemimpinan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Robbins, P. Stephen. 2003. Organization Behaviour : Concept, Controversies,

Aplications. Seventh Edition. Prentice Hall Inc.

Salju et al,. 2014. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kinerja Auditor

Pemerintah Kabupaten Luwu Timur. ISSN 2089-2152 Jurnal Equilibrium Vol.

04 No. 02.

Sedarmayanti. 2007. Good Governance dan Good Corporate Governance. Bagian

Ketiga. CV. Mandar Maju.

Siagian, Sondang P. 2009. Administrasi Pembangunan. Jakarta: Bumi Aksara.

Stuart, Roger dan Philip Lindsay,1997. Beyond The Frame of Management Competency awards a Contextually Embedded Frame work of Managerial Competence in Organizzations, Journal of European Industrial Training,21/1:26‐33. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

(20)

Sujana, Edy. 2012. Pengaruh Kompetensi, Motivasi, Kesesuaian Peran, dan Komitmen

Organisasi Terhadap Kinerja Auditor Internal Inspektorat Pemerintah Kabupaten.

Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika. Volume 2, No 1.

Trianingsih, Sri. 2007. Independensi Auditor Dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor . Jurnal Akuntansi Volume 2 (2).h: 1-56.

Trisnaningsih, S. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemehaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan

Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X,

Makasar.

Widhi, Saputra Nugroho dan Erma Setyawati. 2015. Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi, dan Pemahaman Goog Governance

Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah. Jurnal Manajemen dan Bisnis. Volume 19,

Nomor 1, Juni 2015, hlm 64-79.

Widodo, Joko. 2008. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Malang: Bayu Media. Yuskar dan Selly Devisia. 2011. Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen

Organisasi, Pemahaman Good Governance, Integritas Auditor, Budaya

Organisasi, dan Etos Kerja Terhadap Kinerja Auditor. Fakultas Ekonomi

Referensi

Dokumen terkait

Irawan Wisnu Kuncoro, A 210 070 158. Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012, 77 halaman. Tujuan dari

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 65 ayat (6) dan Pasal 67 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu. (6)

Dalam analisa angkutan sedimen didapatkan perkiraan jumlah angkutan sedimen total yang terdapat di hulu Kali Konto, hasil tersebut kemudian dikorelasikan dengan kapasitas

Secara singkat dapat dikatakan Filsafat adalah refleksi kritis yang radikal. Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti.

In slope stability analysis, it is clear that a three-dimensional 3D situation may become important in cases where the geometry of the slope and slip surface

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan dan

Agar satu gelombang mudah ditentukan maka posisi satu gelombang dicari berdasarkan jarak dari puncak R ke puncak R berikutnya sehingga dari keseluruhan data yang