• Tidak ada hasil yang ditemukan

JKK, Tahun 2014, Volum 3(2), halaman ISSN UJI FOTOSTABILITAS KAOLINIT-NORBIXIN BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRA UV-VIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JKK, Tahun 2014, Volum 3(2), halaman ISSN UJI FOTOSTABILITAS KAOLINIT-NORBIXIN BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRA UV-VIS"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

13

UJI FOTOSTABILITAS KAOLINIT-NORBIXIN BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRA UV-VIS Robbi Ridwansyah1*, Nelly Wahyuni1, Andi Hairil Alimuddin1

1Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, UniversitasTanjungpura, Jln. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi 78124, Pontianak

*email: ridwansyah.robby@yahoo.co.id ABSTRAK

Norbixin mampu menyerap energi UV dan dapat menghasilkan energi yang tinggi. Adanya ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur kimia norbixin mengakibatkan norbixin mudah terdegradasi sehingga dapat mengurangi fotostabilitasnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji fotostabilitas norbixin dan kaolinit-norbixin. Tahapan penelitian meliputi aktivasi kaolinit dengan larutan asam klorida, sintesis norbixin dari biji kesumba, imobilisasi norbixin pada kaolinit teraktivasi dan uji fotostabilitas norbixin dan kaolinit-norbixin. Imobilisasi pigmen norbixin pada kaolinit teraktivasi dianalisis menggunakan spektrum inframerah (IR). Produk hasil sintesis norbixin dikarakterisasi menggunakan spektra UV-Vis. Produk norbixin yang dikarakterisasi dengan spektra UV-Vis menunjukan adanya serapan khas norbixin yang berada pada panjang gelombang 453 nm dan 481 nm. Spektra IR menunjukan bahwa proses imobilisasi norbixin dengan kaolinit telah berhasil dilakukan ditandai dengan adanya serapan diena konjugasi C=C, serapan ikatan C=H alkena dan serapan pita OH karboksilat norbixin. Uji fotostabilitas menunjukkan bahwa norbixin memiliki konstanta laju degradasi sebesar 0,01 jam-1 dan memenuhi orde reaksi satu.

Absorbansi kaolinit-norbixin setelah diiradiasi selama 12 jam pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan norbixin. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa imobilisasi pigmen norbixin pada kaolinit teraktivasi asam klorida mampu meningkatkan fotostabilitas pigmen norbixin.

Kata Kunci: Norbixin, fotostabilitas, imobilisasi, kaolinit teraktivasi, orde reaksi PENDAHULUAN

Kesumba (Bixa orellana) merupakan salah satu tumbuhan yang banyak terdapat di daerah tropis seperti Indonesia. Selaput biji kesumba mengandung pigmen utama bixin, suatu ester monometil karboksilat yang bersifat non polar. Selain bixin, pigmen lain yang dapat ditemukan pada selaput biji kesumba yaitu norbixin yaitu suatu asam dikarboksilat yang bersifat polar (Sharma et al., 2012). Norbixin merupakan senyawa kimia yang mampu menyerap energi UV dan mampu menghasilkan energi yang tinggi karena senyawa ini memiliki ikatan rangkap konjugasi. Namun, adanya ikatan rangkap konjugasi juga mengakibatkan norbixin mudah terdegradasi sehingga dapat mengurangi fotostabilitasnya.

Sasri (2012) telah melakukan imobilisasi pigmen bixin dengan material kaolinit alam teraktivasi asam klorida, dari penelitian tersebut diperoleh informasi bahwa terikatnya bixin pada kaolinit teraktivasi asam klorida dapat meningkatkan fotostabilitas bixin. Pada penelitian ini akan dilakukan imobilisasi pigmen norbixin pada kaolinit yang diawali oleh aktivasi kaolinit dengan larutan asam klorida. Aktivasi dengan asam klorida ini bertujuan untuk memperbesar daerah antarlapis kaolinit sehingga mampu memerangkap molekul

pigmen lebih banyak (Sasri 2012). Pada proses aktivasi ini terjadi pelepasan alumunium (dealuminasi) pada kaolin. Norbixin terimobilisasi dengan kaolinit melalui ikatan hidrogen antara gugus hidroksil (-OH) dan gugus karbonil (-C=O) pada struktur kimia norbixin dengan gugus silikat (-SiO) pada struktur kimia kaolinit. Ikatan ini dapat terjadi baik pada antar lapis maupun pada permukaan kaolinit.

Pada penelitian ini juga dilakukan uji fotostabilitas norbixin dan norbixin yang diimobilisasi dengan kaolinit teraktivasi larutan asam klorida. Uji fotostabilitas dilakukan dengan menyinari pigmen yang terimobilisasi tersebut dengan sumber sinar UV C. Karakteristik fotostabilitas norbixin dan produk imobilisasi kaolinit-norbixin yang dihasilkan, diamati melalui perubahan spektra UV-Vis sebelum diiradiasi dengan setelah diiradiasi.

Penelitian mengenai uji fotostabilitas norbixin dan norbixin terimobilisasi kaolinit terhadap iradiasi sinar UV C belum ditemukan. Melalui penelitian ini akan dilakukan studi uji fotostabilitas norbixin dengan meninjau laju penurunan konsentrasi norbixin akibat iradiasi sinar UV C melalui pengamatan spektra UV-Vis dan perbedaan absorbansi norbixin dan kaolinit-norbixin sebelum diiradiasi dan setelah diiradiasi dengan sumber sinar UV C.

(2)

14 METODOLOGI PENELITIAN

Alat dan Bahan Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan gelas standar, kolom kromatografi, plat KLT silika gel 60 F254 (Merck), Chamber KLT, lampu ultraviolet (UV C Philips 5 Watt), neraca analitik, Stirring hot plate, magnetic strirer, ayakan 100 dan 140 mesh, oven (Memmert), rotary evaporator, shaker, spektrofotometer UV-Vis (Varian Cary 50) dan Spektrofotometer Inframerah (Shimadzu).

Bahan

Sampel berupa biji kesumba yang diperoleh dari Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat dan kaolinit yang diperoleh dari Desa Capkala, Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Bahan-bahan yang digunakan adalah asam klorida (HCl), aseton (CH3COCH3), etanol (CH3CH2OH), n-heksan, kalium hidroksida (KOH), parafilm, pH universal, silika gel Si-60dan gas N2.

CARA KERJA Preparasi Kaolinit

Preparasi kaolinit mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Sasri (2012). Sampel kaolinit dicuci dengan akuades sebanyak 3 kali. Selanjutnya dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama 15 menit. Diambil endapan halusnya. Kaolinit basah selanjutnya dikeringkan pada temperatur 80 oC untuk menghilangkan airnya. Kemudian dihaluskan dan diayak dengan ukuran 100 mesh.

Aktivasi Kaolinit dengan Asam Klorida (HCl) Aktivasi kaolinit mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Sasri (2012). Disiapkan 50 gr kaolinit hasil preparasi dan ditambah 400 mL HCl 8 M. Campuran diaduk dan dipanaskan menggunakan teknik refluksi. Disaring dan dicuci dengan akuades hingga netral. Setelah netral, kaolinit dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 80 oC untuk menghilangkan airnya. Sampel kaolinit kering kemudian dihaluskan dan diayak dengan ukuran 140 mesh.

Sintesis Norbixin dari Pigmen Biji Kesumba Sintesis norbixin mengacu kepada JECFA (2006) dengan sedikit modifikasi. Sebanyak 100 g sampel biji kesumba dilarutkan dalam 200 mL larutan KOH 0,5 % dan diaduk dengan magnetic stirrer selama 30 menit. Kemudian ditambahkan HCl untuk memperoleh endapan norbixin. Endapan yang diperoleh kemudian disaring dan dikeringkan menggunakan gas N2. Selanjutnya

dilakukan kromatografi kolom untuk memperoleh pigmen norbixin murni. Fraksi yang diperoleh diamati spektra absorpsinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan menggunakan pelarut KOH 0,5 %.

Imobilisasi Pigmen Norbixin pada Kaolinit Teraktivasi

Imobilisasi pigmen norbixin pada kaolinit teraktivasi mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Sasri (2012). Dibuat sebanyak 50 mL larutan norbixin dalam etanol 0,323 mmol/L (Absorbansi 1) dan ditambahkan sedikit demi sedikit kaolinit teraktivasi dengan massa 4 gr dan diaduk selama 24 jam. Setelah itu pelarutnya dikeringkan dengan gas N2.. Produk imobilisasi dikarakterisasi dengan spektrofotometer IR.

Uji Fotostabilitas Norbixin dan Kaolinit-Norbixin

Uji fotostabilitas norbixin dan kaolinit-norbixin mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Sasri (2012). Dibuat 50 mL Norbixin dan suspensi kaolinit-norbixin dengan konsentrasi norbixin 0,323 mmol/L (Absorbansi 1) dalam pelarut etanol. Sumber sinar berasal dari sinar UV C. Suspensi dihomogenisasi dengan cara pengadukan menggunakan magnetic stirrer. Pengamatan dilakukan setiap jam selama 12 jam secara kontinu dengan mengukur absorbansi maksimum masing-masing spektrum menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 350-600 nm. Perubahan spektra absorpsinya sebelum iradiasi dan setelah iradiasi kemudian diamati dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Preparasi dan Aktivasi Kaolinit dengan Larutan Asam Klorida

Preparasi lempung diawali dengan pencucian menggunakan akuades dan sentrifugasi. Kaolinit yang diperoleh kemudian diaktivasi dengan HCl. Tujuan aktivasi pada kaolinit yaitu untuk mengurangi persentase logam Al sehingga ruang antar lapis kaolinit membesar sehingga memudahkan molekul norbixin memasuki ruang antar lapis kaolinit. Spektrum IR dapat memberikan informasi keberhasilan proses aktivasi kaolin dengan menggunakan aktivator asam klorida. Tabel 1 menunjukan serapan gugus fungsional pada kaolinit teraktivasi.

Tabel 1. Daerah serapan gugus-gugus fungsional pada kaolinit teraktivasi

(3)

15 Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa terdapat serapan yang menandakan vibrasi Si-O dan Al-O dalam struktur tetrahedral. Interpretasi selanjutnya yaitu tidak terdapat puncak di daerah serapan 1110,9 cm-1 yang menandakan vibrasi O-Al-OH dan serapan 910,3 cm-1 yang menandakan serapan Al-OH pada struktur oktahedral. Kemudian serapan pada puncak 694,3 cm-1 yang kecil. Kaolin alam yang belum diaktivasi memiliki serapan 694,3 cm-1 yang lebih tinggi dibandingkan dengan kaolin yang telah diaktivasi (Wahyuni, 2010). Interpretasi spektrum IR ini memberikan informasi bahwa proses aktivasi kaolinit telah berhasil dilakukan. Eze (2012) telah mengkaji pengaruh aktivasi asam terhadap sifat fisik dan kimia kaolin. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa aktivasi dengan menggunakan asam klorida dapat melepaskan senyawa-senyawa logam dari permukaan kaolin. Sasri (2012) melakukan aktivasi asam klorida untuk meningkatkan rasio Si/Al, hasil analisis floresensi sinar–X (XRF) menunjukan bahwa terjadi perbedaan rasio Si/Al sebelum dan sesudah proses aktivasi. Persentase rasio Si/Al sebelum aktivasi yaitu 44,4 % sedangkan setelah aktivasi meningkat menjadi 49,1 %. Motlagh (2011) melakukan aktivasi asam dengan menggunakan larutan H2SO4 untuk melepas struktur oktahedral dari lempung jenis bentonit. Pada penelitian ini terjadi pelarutan kation Mg2+, Fe2+, Al3+ dan terjadi dekomposisi struktur oktahedral disebabkan oleh asam yang ditambahkan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa asam klorida merupakan aktivator yang baik untuk proses aktivasi pada kaolinit.

Sintesis Norbixin dari Pigmen Biji Kesumba Tahap sintesis norbixin diawali dengan melarutkan biji kesumba dengan larutan kalium hidroksida (KOH) 0,5 % (Volume 200 mL) sambil dipanaskan dengan suhu 60 oC selama 30 menit. Kemudian dipisahkan biji dengan filtratnya dan ditambahkan asam klorida (HCl) untuk memperoleh endapan norbixin. Pada saat penambahan HCl hingga pH 2, terbentuk endapan merah. Menurut (Ortiz et al., 2010) endapan norbixin dihasilkan pada saat pH 2, dengan demikian dapat diasumsikan bahwa endapan yang terbentuk merupakan norbixin.

Berdasarkan hasil KLT menggunakan perbandingan eluen aseton dan n-heksan (1 : 2) (v/v), terdapat tiga noda yang dihasilkan. Noda pertama memiliki nilai retention factor (Rf) 0,18 noda kedua memiliki nilai 0,5 dan noda ketiga memiliki nilai 0,68. Menurut JECFA (2006), norbixin memiliki rentang nilai Rf dari 0,45 hingga 0,50. Sehingga dapat diketahui bahwa noda kedua merupakan norbixin. Hasil KLT ini juga dapat memberikan informasi bahwa perlu dilakukan pemisahan komponen tersebut dengan menggunakan kromatografi kolom agar diperoleh pigmen norbixin. Eluat yang memiliki rentang Rf norbixin ditampung dan dihilangkan pelarutnya. Norbixin pekat kemudian dikeringkan dengan menggunakan gas N2. Fraksi norbixin yang diperoleh kemudian diamati spektra absorpsinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Gambar 1).

Gambar 1. Spektra UV-Vis norbixin yang diperoleh dari kromatografi kolom

Berdasarkan analisis spektrofotometer UV-Vis yang dilakukan, diperoleh puncak maksimum absorbansi pada panjang gelombang 453 nm dan 481 nm. Hal ini bersesuaian dengan JECFA (2006) yang menyatakan bahwa norbixin memiliki absorbansi spesifik pada panjang gelombang maksimum 453 nm dan 482 nm pada pelarut KOH 0,5 %. Norbixin yang diperoleh kemudian digunakan untuk proses imobilisasi dengan kaolinit dan diuji fotostabilitasnya.

Imobilisasi Norbixin pada Kaolinit Teraktivasi Asam Klorida

Produk imobilisasi dikarakterisasi menggunakan metode spektrofotometri IR untuk mengetahui serapan gugus fungsi yang terdapat pada kaolinit dan norbixin sebelum proses imobilisasi dan setelah proses imobilisasi. Proses imobilisasi terjadi melalui ikatan antara gugus hidroksil (-OH) dan karbonil (C=O) karboksilat pada struktur kimia norbixin dengan gugus silikat (-SiO) pada struktur kimia kaolinit. Bergaya et al., (2001) melaporkan bahwa gugus Bilangan Gelombang

(cm-1) Vibrasi 1033,85 Si-O dan Al-O

694,3 Si-O-Si

3749,62 OH oktahedral

(4)

16 silanol pada kaolinit dapat berinteraksi secara kimia dengan senyawa organik. Salah satu interaksi kimia yang dapat terjadi antara senyawa organik dan kaolinit yaitu ikatan hidrogen (Paiva et al., 2008).

Yan et al.,(2006) melaporkan bahwa ikatan hidrogen merupakan interaksi yang terjadi pada proses interkalasi antara urea dengan kaolinit. Yariv et al., (2000) juga melaporkan bahwa interaksi yang terjadi pada proses interkalasi antara KCl, KBr dan KI dengan kaolinit merupakan interaksi ikatan hidrogen. Interaksi ikatan hidrogen diduga lebih banyak terjadi pada norbixin yang memiliki dua gugus karboksilat. Tabel 2. Daerah serapan gugus-gugus fungsional kaolinit-norbixin

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa terdapat serapan norbixin setelah proses imobilisasi dilakukan. Hal ini ditandai dengan adanya serapan gugus fungsional karboksilat dan diena konjugasi yang terdapat pada struktur kimia norbixin. Pada spektrum kaolinit teraktivasi, pita OH berada pada daerah serapan 3749,62 dengan intensitas yang rendah sedangkan pita OH yang teramati dari spektrum kaolinit-norbixin memiliki intensitas yang lebih tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi pelebaran pita OH yang menandakan telah terjadi ikatan hidrogen antara kaolinit dan norbixin. Interpretasi selanjutnya yang menyatakan bahwa ikatan hidrogen antara kaolinit dan norbixin telah terbentuk adalah hilangnya serapan pada 3695,62 cm-1 pada kaolinit-norbixin. Serapan ini menunjukan adanya serapan gugus OH bebas pada kaolinit (Prost et al., 1989). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa norbixin telah berinteraksi dengan kaolinit melalui ikatan hidrogen dan menempel pada permukaan kaolinit.

Uji Fotostabilitas Kaolinit-Norbixin

Kemampuan absorpsi dan fotostabilitas pigmen setelah diiradiasi dengan sumber sinar UV C dapat ditunjukan dengan nilai absorbansi pada hasil analisis spektrofotometri UV Vis. Semakin besar nilai absorbansi yang diamati memberikan arti bahwa kemampuan absorpsi sumber sinar UV C oleh pigmen tersebut semakin besar. Perubahan absorbansi sebelum

diiradiasi dan setelah diiradiasi selama 12 jam secara kontinu disajikan pada Tabel 2.

Tabel 3. Absorbansi norbixin dan kaolinit-norbixin. Waktu, t (jam) Absorbansi Norbixin Absorbansi Kaolinit-norbixin 0 1,18 1,462 1 1,174 1,228 2 1,136 1,129 3 1,132 1,023 4 1,146 1,76 5 1,104 1,282 6 1,096 0,988 7 1,09 1,163 8 1,133 0,989 9 1,096 0,937 10 1,052 1,156 11 1,029 1,098 12 1,019 1,229

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai absorbansi antara norbixin dan kaolinit-norbixin sebelum diiradiasi dan setelah diiradiasi. Absorbansi norbixin setelah diiradiasi selama 1 jam sebesar 1,174 sedangkan absorbansi kaolinit-norbixin memiliki nilai absorbansi yang lebih besar yaitu 1,462. Dari tabel tersebut dapat diperoleh informasi bahwa nilai absorbansi kaolinit-norbixin pada umumnya lebih besar daripada nilai absorbansi norbixin. Dengan demikian dapat diketahui bahwa fotostabilitas dan kemampuan absorpsi kaolinit-norbixin lebih tinggi daripada norbixin.

Konstanta penurunan produk atau konstanta laju degradasi (k) norbixin yang telah diiradiasi dengan sinar lampu UV C selama 12 jam secara kontinu juga dikaji. Konstanta laju degradasi dapat diketahui dengan melihat nilai gradien (m) dengan menghubungkan nilai konsentrasi versus waktu pada panjang gelombang maksimum norbixin menggunakan regresi linier. Konstanta laju degradasi norbixin yang diperoleh yaitu sebesar 0,01 jam-1 pada orde reaksi satu dengan nilai koefesien korelasi (R2) sebesar 0,805. Nilai konstanta laju pada orde reaksi satu ini bersesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Sasri (2012) yang melaporkan bahwa konstanta degradasi (k) dari bixin yaitu 0,273 jam-1 dan memenuhi orde reaksi satu. Hasil ini memberikan informasi bahwa konstanta laju penurunan konsentrasi (k) norbixin lebih kecil dibandingkan dengan bixin. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa norbixin memiliki fotostabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan bixin yang sama-sama Bilangan Gelombang (cm-1) Vibrasi 1627,92 diena konjugasi C=C 2939,52 C=H alkena 3417,86 OH karboksilat 3749,62 OH oktahedral

(5)

17 iradiasi selama 12 jam. Hal ini dikarenakan kestabilan norbixin dan bixin yang berbeda.

Kestabilan suatu senyawa dapat dijelaskan melalui pengaruh adanya ikatan hidrogen yang dapat terjadi pada suatu senyawa (Fessenden dan Fessenden, 1986). Senyawa yang dapat mengalami ikatan hidrogen mempunyai kestabilan yang lebih tinggi daripada senyawa yang tidak dapat membentuk ikatan hidrogen. Semakin banyak ikatan hidrogen yang terbentuk maka semakin stabil senyawa tersebut. Bixin memiliki satu gugus karboksilat dan satu gugus ester pada ujung rantai struktur kimianya sedangkan norbixin memiliki dua gugus karboksilat masing-masing diujung rantai struktur kimianya. Ikatan hidrogen dapat terbentuk pada gugus karboksilat melalui atom H dan karbonil. Hal ini menjadikan ikatan hidrogen akan semakin banyak terbentuk pada senyawa norbixin yang memiliki dua gugus karboksilat. Sehingga fotostabilitas norbixin lebih tinggi dibandingkan dengan bixin.

Seperti diketahui bahwa pigmen norbixin terdiri dari ikatan rangkap C=C terkonjugasi yang mampu menyerap energi cahaya, selain C=C, gugus OH dan C=O adalah gugus yang juga berperan dalam penyerapan energi cahaya. Proses penyerapan energi cahaya ini menyebabkan elektron akan tereksitasi ketingkat yang lebih tinggi dan menyebabkan terjadinya promosi elektron (Fessenden dan Fessenden, 1986). Ketika molekul norbixin (dye) menyerap energi cahaya (foton) elektron-elektron dari level HOMO (Highest Occupied Molecular Orbital) dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi, LUMO (Lowest Unoccupied Molecular Orbital) pada keadaan triplet. Material kaolinit bertindak sebagai akseptor atau penerima elektron yang ditransfer dari norbixin yang tereksitasi (Norbixin*).

Norbixin mengabsorpsi sebuah foton sehingga elektron tereksitasi dari level HOMO ke LUMO pada molekul norbixin. Norbixin yang tereksitasi (Norbixin*) kemudian mengalirkan elektron melalui ikatan OH dan C=O pada gugus karboksil norbixin dan Si-O pada kaolinit. Terhentinya aliran elektron akan menyebabkan degradasi pada molekul pigmen. Oleh karena itu laju penurunan degradasi norbixin lebih besar daripada kaolinit-norbixin. Hal ini berbeda dengan produk imobilisasi kaolinit-norbixin yang memiliki fotostabilitas yang lebih baik daripada norbixin. Peran kaolinit adalah sebagai material pengemban yang mampu memperpanjang aliran elektron dari molekul norbixin yang mengabsorpsi sinar UV C.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kaolinit dapat berperan

sebagai material pengemban yang mampu meningkatkan fotostabilitas pigmen yang diembankannya. Kemampuan absorpsi dan fotostabilitas kaolinit-norbixin yang tinggi ini memberikan arti bahwa kaolinit-norbixin dapat menyimpan lebih lama energi yang diserapnya. Menurut Ortiz et al., (2010) dye yang digunakan pada dye-sensitized solar cell (DSSC) harus memiliki kemampuan absorpsi dan fotostabilitas yang tinggi. Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa kaolinit-norbixin berpotensi digunakan sebagai dye pada DSSC.

SIMPULAN

Puncak maksimum absorbansi norbixin yang disintesis dari biji kesumba berada pada panjang gelombang 453 nm dan 481 nm. Berdasarkan data spektra IR dapat dinyatakan bahwa telah terjadi imobilisasi norbixin dengan kaolinit teraktivasi yang ditandai dengan terdapatnya serapan diena konjugasi C=C, serapan ikatan C-H alkena, serapan pita OH karboksilat pada struktur norbixin dan melebarnya serapan pada pita OH. Konstanta laju degradasi norbixin akibat iradiasi sinar UV C selama 12 jam secara kontinu sebesar 0,01 jam -1 pada orde reaksi satu. Serta nilai absorbansi norbixin yang diimobilisasi dengan kaolinit setelah diiradiasi selama 12 jam pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan norbixin yang tidak diimobilisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Bergaya, F., Lagaly, G., 2001, Surface modifications of clay minerals, J.Appl. Clay Sci. 19 : 1–3.

Eze, K, Nwadiogbu, J.O and Nwankwere, E, 2012. Effect of Acid Treatments on the Physicochemical Properties of Kaolin Clay, J. Appl. Sci. Res., 2:792-794.

Fessenden, R.J dan Fessenden, J.S., 1986, Kimia Organik, Alih Bahasa : Aloysius Pudjaatmaka, Edisi ke-3, Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

JECFA, 2006, Annatto Extracts (Alkali-Processed Norbixin, Acid Precipitated), World Health Organization, Rome.

Motlagh, K.M.M,, Youzbashi, A.A and Rigi, A.Z., 2011, Effect of Acid Activation on Structural and Bleaching Properties of a Bentonite, Iranian J. of Materials Sci. Eng., 8, No. 4. Ortiz, N.M.G., Maldonado, I.A.V., Espadas,

A.R.P., Rejo’n, G.J.M., Barrios, J.A.A and Oskam, G., 2010, Dye-sensitized solar cells with natural dyes extracted from achiote seeds. J. Solar Energy Materials & Solar Cells. 94 : 40–44.

(6)

18 Paiva, B.L., Morales, R.A., Francisco R and

Diaz, V., 2008, Organoclays: Properties, preparation and applications. J. Appl. Clay Sci. 42 : 8–24.

Prost, R., Dameme, A., Huard, E,; Driard, J and Leydecker, J.P, 1989, Infrared Study of Structural Oh In Kaolinite, Dickite, Nacrite, and Poorly Crystalline Kaolinite At 5 To 600 K, J. Clays and Clay Minerals, Vol. 37, No. 5 : 464-468

Sasri, R., 2012, Imobilisasi dan Karakterisasi Fotostabilitas Pigmen Bixin pada Kaolinit Teraktivasi Asam Klorida (HCL), Universitas Tanjungpura, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Pontianak, (Skripsi). Sharma P., Bora, M.M., Borthakur, S., Rao and

Dutta, N.N., 2012, Separation of Norbixin from Bixa orellana Seed Raw Dye by Aliquat-336, J. Env. Progress & Sustainable Energy, 10.1002/ep.

Wahyuni, N, 2010. Modifikasi Kaolin dengan Surfaktan Benzalkonium Klorida dan Karakterisasinya Menggunakan Spektrofotometer Infra Merah. J.Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 : 1 – 14.

Yan, C.J., Chen, J.Y., Zhang, C.Z and Han, L.X, 2005, Kaolinite Urea Intercalation Composites, American Ceramic Society Bulletin. December 2005 : 9301

Yariv, S., Lapides, I., Nasser, A., Lahav, N,; Brodsky, I and Michaelian, K.H, 2000, Infrared Study Of The Intercalation of Potassium Halides in Kaolinite, J. Clays and Clay Minerals, Vol. 48, No. 1: 10-18

Gambar

Gambar  1.  Spektra  UV-Vis  norbixin  yang  diperoleh dari kromatografi kolom
Tabel  3.  Absorbansi  norbixin  dan  kaolinit- kaolinit-norbixin.  Waktu, t  (jam)  Absorbansi Norbixin  Absorbansi  Kaolinit-norbixin  0  1,18  1,462  1  1,174  1,228  2  1,136  1,129  3  1,132  1,023  4  1,146  1,76  5  1,104  1,282  6  1,096  0,988  7

Referensi

Dokumen terkait

penelitian mengenai galur hasil persilang- an tanaman kedelai yang bertujuan (1) Mengkaji keragaan galur-galur kedelai hasil persilangan varietas Tanggamus x

Objek penelitian adalah segala sesuatu permasalahan yang dianggap penting berdasarkan penilaian atau kriteria tertentu dan memiliki informasi yang dibutuhkan dalam

NX-AIR Warehouse Sheet Metal O-3 Membuatan Case LV Box Busbar O-2 Pembuatan Komponen KPA VCB O-1 Pembuatan VCB VCB P-1 Field Test (P) O-4 Mengemas Produk Packaging...

Selanjutnya penjelasan Lindayanti (2014), pada bahagian tulisannya yang mengulas tentang konflik Jambi dan Johor yang menjelaskan bahwa dalam berbagai pertempuran

Berdasarkan analisi situasi yang telah dijabarkan diatas maka penting dilakukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan pengendalian penyakit jamur akar putih (JAP)

Dan kegiatan perkuliahannya diakhiri dengan melakukan penelitian yang dijadikan Tugas Akhir dengan judul “Pengaruh Jumlah Lapisan pada Proses Pelapisan Aluminium

mendengar perkataan korban tersebut terdakwa hanya diam, akan tetapi korban tetap ribut namun orang yang ada ditempat tersebut tidak ada yang menanggapi korban, kemudian

Masyarakat menanam sayuran sudah dilakukan dengan cara mudah. Proses menanam dan tumbuh memiliki banyak cara. Dalam pertumbuhan sayuran, hal yang perlu diperhatikan sangat