PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PECAHAN SISWA KELAS IV SD KANISIUS SOROWAJAN SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh: Monica Latrisariasih
081134112
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PECAHAN SISWA KELAS IV SD KANISIUS SOROWAJAN SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh: Monica Latrisariasih
081134112
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Jangan tunda sampai besuk apa yang
bisa engkau kerjakan hari ini...
Hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok adalah harapan...
Dengan segala kerendahan hati
secara khusus skripsi ini dipersembahkan kepada:
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya yang saya tulis tidak memuat karya
atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan pada daftar
pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Desember 2012
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Monica Latrisariasih
NIM : 081134112
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang
berjudul: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PECAHAN SISWA KELAS IV SD
KANISIUS SOROWAJAN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011/2012 kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 10 Desember 2012
Yang menyatakan
vii
ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PECAHAN SISWA KELAS IV
SD KANISIUS SOROWAJAN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
Monica Latrisariasih NIM: 081134112
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Sorowajan mengenai materi pecahan menggunakan pendekatan kontekstual tahun pelajaran 2011/2012 yang ditandai dengan peningkatan rata-rata keaktifan siswa, peningkatan nilai rata-rata siswa, dan presentase siswa yang mencapai KKM.
Jenis penelitian yang diguanakan adalah Pennelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas IV A SD Kanisius Sorowajan pada tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 34 siswa. Objek penelitian adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan mengamati keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar ini ditempuh melalui dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa data awal siswa rata-rata keaktifan siswa 6,28. Setelah dilakukan tindakan menggunakan pendekatan kontekstual siklus I rata-rata keaktifan siswa menjadi 9,28 yang menunjukkan kriteria cukup. Kemudian setelah dilaksankan siklus II dengan perbaikan berdasarkan refleksi, rata-rata keaktifan siswa meningkat secara signifikan yaitu menjadi 12,87 dengan kriteria keaktifan siswa pada siklus II sangat tinggi.
Pada hasil penelitian mengenai prestasi belajar siswa nilai awal rata-rata kelas IV tahun pelajaran 2011/2012 adalah 57,82 dan presentasi siswa yang mencapai KKM adalah 57,14%. Kemudian setelah dilakukan siklus I menggunakan pendekatan kontekstual terlihat ada peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi 68,59 dan presentase siswa yang mencapai KKM adalah 76,48%. Dilanjutkan siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 74,19 dan presentase siswa yang mencapai KKM 88,24%. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dilihat bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisisus Sorowajan.
viii ABSTRACT
INCRESED ACTIVITY AND LEARNING ACHIEVEMENTS USING CONTEXTUAL
APPROACH IN MATHEMATICS MATERIAL FRACTIONS FOR GRADE IV
STUDENT IN ELEMENTARY SCHOOL OF CANISIUS SOROWAJAN SECOND
SEMESTER OF THE YEAR COURSE 2011/2012
By :
Monica Latrisariasih 081134112
This study aims to determine the activity and increase student achievement fourth grade Elementary School of Canisius Sorowajan the subject matter of addition and subtraction fractions using a contextual approach in the academic year 2011/2012 were marked by an increase in the average activity of students, increasing the value of the average student, and the percentage of students reaching minimum graduation criteria.
Type of research is Classroom Action Research (PTK). Subjects were students of class IV A Elementary School of Canisius Sorowajan in the school year 2011/2012, amounting to 34 students. Object of study is the increase in activity and achievement in Mathematics material addition and subtraction fractions. Data collection is done by following a learning activity by observing student activity in participating in learning activities. Increased activity and academic achievement is taken through two cycles, where each cycle consisted of two meetings. Each cycle consists of planning, execution, observation, and reflection.
Results showed that baseline average student activity 6.28. After the act of using a contextual approach first cycle average student activity to 9.28 indicating sufficient criteria.
Then after the second cycle was conducted with improvements based on reflection, the averagestudent activityincreased significantly to12.87 with the criteriathatactive students in the second cycleis veryhigh.
In the results of research on student achievement initial score average fourth grade school year 2011/2012 was 57.82 and the presentation of students who achieve minimum graduation criteria is 57.14%. Then after the first cycle using a contextual approach appears there was an increase in the average score of 68.59 and the percentage of students become students who achieve minimum graduation criteria is 76.48%. Continuing the second cycle the average score increased to 74.19 students and percentage of students who achieved minimum graduation criteria is 88.24% . Based on these results it can be seen that the use of a contextual approach to enhance the activity and student achievement fourth grade Kanisisus Sorowajan.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan khususnya Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai jika tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Elga Andriana, S.Psi.,M.Ed selaku Wakaprodi PGSD USD.
4. Bapak Drs. Puji Purnomo M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan
arahan, dorongan, semangat, serta sumbangan pemikiran yang penulis butuhkan
untuk menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Drs. J. Sumedi, selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bantuan
ide, saran, masukan, kritik, serta bimbingannya yang sangat berguna selama
penelitian ini.
6. Bapak B. Suwardi, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Sorowajan yang
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas.
7. Ibu Tri Teguh Rahayu selaku guru kelas IV SD Kanisius Sorowajan, yang telah
memberikan waktu, bantuan, dan masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis.
8. Siswa kelas IV SD Kanisius Sorowajan yang telah bersedia menjadi subjek dalam
penelitian ini.
9. Aan Budiman, Rafael Neobiru Budiman dan Gemma Galganies Jingga Adanka yang
selalu memberikan semangat, perhatian, materi, moril, dan dukungan
10. Orang tuaku yang telah memberikan semangat dan doa yang tidak pernah berhenti
x
11. Kakak dan keponkanku yang selalu membuatku semangat.
12. Teman-teman kelas B yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dorongan
untuk menyelesaikan penelitian ini.
13. Mbak Deplong yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dorongan untuk
menyelesaikan penelitian ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan
dukungan dan bantuan selama penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis dengan rendah hati bersedia menerima sumbangan baik
pemikiran, kritik maupun saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dan peneliti lain.
Yogyakarta, 10 Desember 2012
Penulis
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Batasan Pengertian ... 4
E. Pemecahan Masalah ... 5
F. Tujuan Penelitian . ... 5
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Keaktifan ... 8
B. Prestasi Belajar ... 11
C. Pendekatan Kontekstual ... 16
D. Pecahan ... 22
E. Pengajaran pecahan dengan pendekatan kontekstual ... 25
F. Kajian penelitian yang relevan ... 26
G. Kerangka berpikir. ... 28
H. Hipotesis tindakan... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30
B. Setting Penelitian ... 33
C. Rencana Tindakan ... 34
D. Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 41
E. Validitas dan Reliabilitas ... 51
F. Analisis Data ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 64
1. Proses ... 64
2. Hasil ... 79
B. Pembahasan ... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 104
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian ... 34
Tabel 2. Peubah dan Instrumen Penelitian ... 41
Tabel 3. Rubrik Pengamatan Keaktifan ... 43
Tabel 4. Kriteria Skor Keaktifan ... 45
Tabel 5. Indikator Aspek Afektif ... 45
Tabel 6. Indikator Aspek Psikomotorik ... 45
Tabel 7. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 46
Tabel 8. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 48
Tabel 9. Rincian Pemberian Skor Soal Evaluasi ... 50
Tabel 10. Skor Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 53
Tabel 11. Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 54
Tabel 12. Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 56
Tabel 13. Hasil Penghitungan Reliabilitas Soal Siklus I ... 57
Tabel 14. Hasil Penghitungan Reliabilitas Soal Siklus II ... 58
Tabel 15. Kriteria Keberhasilan Keaktifan ... 60
Tabel 16. Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa ... 61
Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Keaktifa Kondisi Awal dengan Siklus I ... 82
Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Keaktifan Siklus I dengn Siklus II ... 83
Tabel 19. Hasil Uji t Keaktifan Kondisi Awal dengan Siklus I ... 84
Tabel 20. Hasil Uji t Keaktifan Siklus I dengan Siklus II ... 85
Tabel 21. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa ... 88
xiv
Tabel 23. Hasil Uji t Dua sampel Prestasi Belajar Siswa ... 90
Tabel 24. Hasil Peningkatan Keaktifan Siswa ... 95
Tabel 25. Hasil Rangkuman Hasil Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa ... 96
Tabel 26. Kriteria Keaktifan belajar Siswa ... 97
Tabel 27. Rangkuman Peningkatan Prestasi Belajar ... 100
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Siklus dalam PTK ... 31
Gambar 2. Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa...81
Gambar 3. Peningkatan Capaian Nilai Rata-rata Kelas... 86
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ... 109
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 113
Lampiran 3. Ringkasan Materi ... 125
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 129
Lampiran 5. Soal Evaluasi Siklus ... 139
Lampiran 6. Rubrik Penilaian Non Tes ... 145
Lampiran 7. Instrumen Validasi Perangkat Pembelajaran ... 147
Lampiran 8. Indeks Kesukaran Soal Siklus ... 151
Lampiran 9. Data Mentah Soal Siklus ... 153
Lampiran 10. Notulen dan Daftar Hadir Refleksi ... 163
Lampiran 11. Data Keaktifan Siswa ... 175
Lampiran 12. Data Prestasi Belajar Siswa ... 178
Lampiran 13. Hasil Kerja Siswa ... 180
Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian ... 184
Lampiran 15. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di SD ... 185
1 BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendididikan yang berkualitas merupakan tanggung jawab bersama,
terutama bagi guru sekolah dasar. Untuk meciptakan tunas muda yang cerdas
dan bertanggung jawab merupakan berat berat bagi para pendidik. Tidak
semua mata pelajaran dapat diajarkan dengan mudah. Salah satu mata
pelajaran yang di anggap sulit untuk disampaikan adalah matematika.
Matematika dianggap sulit oleh anak-anak karena diangap abstrak.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang
dianggap sulit dan membosankan bagi para siswa. Dalam kegiatan
pembelajaran biasanya hanya menghitung dan mencatat, akan tetapi cukup
sulit untuk dipahami. Salah satu materi pokok matematika adalah pecahan.
Kebanyakan siswa kurang bisa memahami materi pecahan karena bagi
mereka masih menganggap abstrak. Peneliti menduga hal ini terjadi karena
metode yang digunakan ceramah. Metode ceramah yang digunakan tidak
mengaktifkan siswa.
Dalam kehidupan sehari-hari anak sering menjumpai masalah
pecahan. Contohnya bila berbagi kue dengan temannya. Siswa harus mampu
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan. Untuk memudahkan
pemahaman siswa maka diperlukan media yang memudahkan siswa. Media
kertas. Dengan menggunakan media yang ada disekitar lingkungan siswa
maka akan memudahkan siswa dalam membangun pemahamannya.
Salah satu cara agar matematika tidak dianggap sebagai mata
pelajaran yang menakutkan, guru harus bisa meningkatkan kecintaan siswa
pada mata pelajaran ini. Membuat siswa aktif dalam mengikuti pelajaran
merupakan salah satu cara agar siswa dapat memahami materi yang
disampaikan oleh guru. Bila siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran maka
guru akan semakin mudah dalam menilai kemampuan siswa dalam
memahami materi. Guru juga harus memberi perhatian pada siswa yang
kurang aktif atau yang bermalas-malasan dalam mengikuti pelajaran,
khususnya matematika yang memerlukan pemahaman dan ketelitian. Apabila
siswa meningkatkan keaktifan mereka dalam mengikuti pembelajaran maka
prestasi belajar siswa akan meningkat. Akan tetapi bila keaktifan siswa
rendah maka akan berpengaruh pula bagi prestasi belajar mereka.
Hasil observasi awal berkaitan dengan indikator keaktifan di Sekolah
Dasar Kanisius Sorowajan kelas IV tahun pelajaran 2011/2012 menunjukkan
bahwa penyampaian mata pelajaran matematika materi bilangan bulat kurang
menarik. Siswa di dalam kelas juga kurang aktif mengikuti pembelajaran.
Hasil observasi menunjukkan kesiapan siswa dalam pembelajaran sebesar
28,8%, interaksi siswa dalam pembelajaran 31,1%, siswa belajar dengan
pengalaman langsung 30%, siswa berani mengemukakakn pendapat 21,9%.
Dengan skor rata-rata seluruh keaktifan siswa 6,28. Siswa cenderung malas
saat guru memberi penugasan. Dilihat dari daftar nilai matematika tahun
pelajaran 2010/2011 nilai rata-rata siswa adalah 57,82.
Untuk meningkatkan nilai matematika peneliti memilih materi
pecahan sebagai bahan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan daftar nilai matematika materi yang dianggap sulit disampaiakan
kepada siswa adalah pecahan khususnya penjumlahan dan pengurangan. Hal
ini dibuktikan dengan hasil rata-rata sebagian besar siswa di bawah KKM
dengan KKM sebesar 60. Dilihat dari data yang ada 15 siswa atau 55,56%
dari 27 siswa, tidak mencapai KKM. Sedangkan siswa yang mencapai KKM
ada 12 siswa atau 44,44% dari 27 siswa. Dalam kegiatan pembelajarannya
siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru, kemudian mengerjakan soal
yang ada pada buku paket sekolah. Kebanyakan siswa merasa bosan bahkan
tidak paham dengan meteri yang disampaikan. Mereka kurang aktif dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Maka peneliti termotivasi untuk meneliti menggunakan pendekatan
kontekstual. Pendekatan ini dipilih karena dianggap lebih memudahkan siswa
untuk memahami materi pecahan. Bila siswa merasa mudah memahami
materi maka diharapkan siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
B. PEMBATASAN MASALAH
Pecahan dibagi dalam berbagai materi seperti penjumlahan dan
berbeda penyebut dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang
memanfaatkan media plastik mika dan kertas.
C. PERUMUSAN MASALAH
Dilandasi latar belakang masalah dan pembatasannya, masalah
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar matematika pada materi pecahan siswa
kelas IV semester II SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran
2011/2012?
2. Apakah penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar matematika pada materi pecahan siswa
kelas IV semester II SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran
2011/2012?
D. BATASAN PENGERTIAN
Untuk lebih memahami arti yang dimaksud, dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Keaktifan adalah peran serta siswa secara aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan
2. Prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai
siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang mengalami
perubahan tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan yang akan
diukur dan diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
3. Pendekatan kontekstual adalah proses pembelajaran yang membantu
siswa untuk memahami materi ajar dengan mengaitkannya terhadap
konteks kehidupan mereka sehari-hari.
E. PEMECAHAN MASALAH
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang dapat kita ketahui
bahwa rendahnya pemahaman siswa mengenai penjumlahan dan pengurangan
pecahan akan diatasi menggunakan pendekatan kontekstual menggunakan
media kertas polos dan kertas warna yang pelaksanaannya akan dilakukan
dengan semaksimal mungkin.
F. TUJUAN PENELITIAN
Kegiatan penelitian ini dimaksudkan untuk:
1. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan kontekstual dalam upaya
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa materi pecahan siswa
kelas IV semester II SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran 2011/2012
2. Untuk mengetahui kegunaan pendekatan kontekstual dalam upaya
siswa kelas IV semester II SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran
2011/2012.
G. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dapat memberi informasi mengenai penggunaan
pendekatan kontekstual bagi beberapa pihak,antara lain.
1. Bagi Peneliti
Dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan PTK khususnya
menggunakan pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika pada
siswa kelas IV SD Kanisius Sorowajan semester II tahun pelajaran
2011/2012.
2. Bagi Guru
Dapat memberikan inspirasi bagi guru-guru SD untuk melakukan
PTK khususnya menggunakan pendekatan kontekstual dalam upaya
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran
matematika.
3. Bagi Siswa
Dapat memberikan pengalaman mempelajari mata pelajaran
matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan beda
penyebut dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa
kelas IV SD Kanisius Sorowajan semester II tahun pelajaran
4. Bagi Pihak Sekolah
Dapat menambah bahan bacaan terkait dengan PTK khususnya
menggunakan pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika pada
siswa kelas IV SD Kanisius Sorowajan semester II tahun pelajaran
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Keaktifan
1. Pengertian Keaktifan
Glasgow dalam Winastwan Gora dan Sunarto (2009;10) menyatakan
bahwa keaktifan dalam belajar adalah kerja keras untuk mengambil
tanggung jawab besar dalam proses belajarnya sendiri.
Poerwaminta (1996;26) menyatakan bahwa keaktifan adalah kegiatan,
aktivitas, kesibukan.
Winastwan Gora dan Sunarto (2009;10) menyatakan bahwa
keaktifan dalam pembelajaran memfokuskan pada tanggungjawab proses
pembelajaran pada si pelajar.
Berdasarkan pengertian dari beberapa sumber dapat disimpilkan
bahwa keaktifan adalah kegiatan yang memerlukan tanggungjawab untuk
dirinya saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran.
2. Ciri siswa aktif
Kock (1981:65) mengemukakan bahwa untuk belajar secara aktif
siswa harus bekerja sendiri. Ciri-ciri siswa aktif adalah;
a. Siswa mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah. Dalam
menyelesakan masalah siswa melakukan percobaan atau cara
untuk menyelesaikan masalah yang ada secara individu.
b. Siswa menjawab pertanyaan. Untuk menggali pengetahuan yang
kegiatan tanya jawab. Hal ini membantu siswa untuk
menyampaikan pendapatnya dan membiarkan orang lain untuk
menanggapinya.
c. Siswa berdiskusi dengan temannya. Untuk menyalurkan pendapat
yang dimilkinya siswa harus bekerjasama dengan orang lain
untuk dapat menilai pendapat yang dimilikinya menurut cara
pandang orang lain.
d. Siswa rajin mengambil keterangan dari buku. Sumber belajar
yang dimiliki siswa berasal dari buku yang dikaitkan dengan
lingkungan sekitar mereka. Dengan begitu pengetahuan yang
diperoleh dari buku dapat lebih bermakna dibandingkan dengan
cara menghafal atau mendengarkan penjelasan dari guru.
e. Siswa belajar bertanya. Untuk menambah pengetahuan yang
dimilliki siswa harus aktif bertanya untuk menambah
pengetahuan yang dimiliki.
f. Siswa melakukan satu percobaan sendiri. Setelah mendapatkan
pemodelan atau contoh dalam kegiatanpembelajaran. Siwa
melakuakan percobaan untuk menilai kebenaran suatu kebenaran.
g. Siswa mandiri dalam mengerjakan tugas. Dalam menentukan
pencapaian yang diperoleh, siswa seharusnya mengerjkan sendiri
tugas dari guru. Agar siswa tua seberapa besar kemampuan yang
Prinsip pembelajaran aktif menurut Rohandi (2004:51) menyatakan
bahwa prinsip pembelajaran aktif meliputi:
a. Subyeknya adalah siswa. Dalam melakukan kegiatan
pembelajaran siswa harus mengontruksi pengetahuan yang akan
dikuasai. Guru tidak lagi memberikan semua pengetahuan yang
dimilki siswa. Siswa harus menggali dan menemukan sendiri
melalui kegiatan pembelajran yang dibimbing oleh guru.
b. Belajar aktif dilakukan dengan cara melakukan sesuatu yang
dijadikan suatu objek persoalan yang akan ditelusuri. Siswa
diarahkan menjadi individu yang aktif untuk memperoleh
jawaban dari suatu persoalan yang ada. Sehingga pembelajran
yang mereka lakukan lebih relevan dan bermakna.
c. Belajar aktif efektif bila dilakukan dalam kelompok agar tercipta
intensitas yang multi arah. Bila siswa menyelesaikan suatu
masalah dalam kelompok diharapkan siswa dapat saling bertukar
pikiran dan saling membantu. Dengan begitu akan muncul banyak
ide atau pendapat yang dihasilkan dalam kegiatan diskusi
kelompok.
d. Aktivitas siswa harus menyenangkan. Untuk memancing agar
siswa aktif dalam melakukan pembelajaran guru harus
memunculkan suasana yang menyenangkan dan menarik agar
siswa semakin bersemangat dalam melakukan kegiatan
Kegiatan yang dilakukan siswa untuk menanggapi pembelajaran di
kelas sangat bergantung pada pribadi siswa sendiri. Guru haruslah
memfasilitasi agar siswa berani ikut berperan serta dalam pembelajaran.
3. Indikator siswa belajar aktif
Raka joni (1984:17) menyatakan bahwa indikator-indikator siswa
belajar aktif meliputi:
1. Siswa berani mengemukakan pendapat tertulis ataupun lisan
2. Keterlibatan mental siswa didalam kegiatan-kegiatan belajar
ditunjukan dengan keterlibatan diri kepada tugas dan kegiatan
baik intelektual maupun emosional.
3. Belajar dengan pengalaman langsung. Siswa melakukan
penghayatan (merasakan, meraba, mengoprasikan, mengalami
sendiri).
4. Kualitas interaksi antar siswa, baik intelektual maupun
sosio-emosional sehingga meningkatkan peluang pembentukan pribadi
yang seutuhnya.
B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar
Kegiatan belajar merupakan interaksi antara guru dan siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Dalam prosesnya sangatlah diperlukan kreativitas
dengan mudah. Penyampaian materi dengan baik akan memudahkan siswa
untuk memahaminya.
Crow and Crow dalam Sukmadinata dalam Suryono dan Haryanto
(2011;12) menyatakan bahwa belajar merupakan diperolehnya
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.
Witherington dalam Sukmadinata dalam Suryono dan Haryono
(2011;11) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam
kepribadian yang dimenifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang
berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
Hilgard dalam Suryono dan Haryono (2011;12) mengatakan bahwa
belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah
karena adanya respon terhadap suatu situasi.
Gage dalam Sagala dalam Suryono dan Haryanto (2011;12)
mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organism
berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Gagne dalam Dahar dalam Suryono dan Haryanto(2011;12)
menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang
meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat atau nilai
dan perubahan kemampuannya yaitu kemampuan untuk melakukan berbagai
jenis kinerja.
Suryono dan Haryono (2011;9) menyatakan bahwa belajar merupakan
suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
DiVesta and Thomson dalam Sukmadinata dalam Suryono dan
Haryanto (2011-12-13) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan
tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil dari pengalaman.
Driver and Bell dalam Leo S dalam Suryono dan
Haryanto(2011;13) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses
aktifv menyusun makna melalui setiap interaksi dengan lingkungan dengan
membangun hubungan antara konsepsi yang telah dimiliki dengan
fenomena yang sedang dipelajari
Winkel dalam Suryono dan Haryanto (2011;14) menyatakan
bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Moh. Surya (1981:32), belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya
dengan lingkungan. Pada prinsipnya, belajar merupakan perubahan dari diri
seseorang.
Oxford Advanced Learner’s Dictiionary dalam Suryono dan Haryanto
(2011;12) menyatakan bahwa belajar merupakan kegiatan memperoleh
pengetahuan atau keterampilan melalui studi, pengalaman atau karena diajar
Gagne dalam Dahar dalam Suryono dan Haryanto(2011;12)
menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang
dan perubahan kemampuannya yaitu kemampuan untuk melakukan berbagai
jenis kinerja.
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat dijelaskan belajar
merupakan perubahan tingkah laku yang memanfaatkan lingkungan sekitar.
Siswa melakukan interaksi langsung dan tidak langsung dengan lingkungan
sendiri (keluarga), lingkungan rumah,dan lingkungan sekolah.
Arifin(2009;12) berpendapat bahwa presatsi belajar merupakan hal
yang berkenaan dengan aspek pengetahuan.
Tim Penyusun KBBI Edisi 3 (2005;895) menyatakan bahwa prestasi
belajara merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes
atau angaka nilai yang diberikan guru.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah pengetahuan yang dimiliki siswa yang ditunjukkan dengan
nilai dari permasalahan yang dihadapinya.
2. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Sudjana (1989:39) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah;
a. Faktor Intrinstik
Faktor Intrinstik adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa
seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan
b. Faktor ekstrinsik
Faktor ektrinsik adalah faktor yang berasal dari luar siswa atau
lingkungan seperti guru, media, teman pergaulan dan lain-lain. Aspek
yang dinilai dalam prestasi belajar. Syah (2008;214-215) berpendapat
bahwa aspek yang dinilai dalam prestasi belajar adalah;
1. Aspek kognitif
2. Aspek psikomotor
3. Aspek afektif
Fungsi prestasi belajar menurut Arifin (2009;12-13) berpendapat
bahwa prestasi belajar berfungsi sebagai berikut:
1. Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai peserta didik
2. Lambang pemuasaan hasrat ingin tahu siswa.
3. Bahan informasi dalam inovasi pembelajaran di sekolah.
4. Indikator intern dan ekstern dari suatu instusi pendidikan.
C. Pendekatan Kontekstual 1. Pengertian Kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang
menghadirkan situasi dunia ke dalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antar pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan
mereka. Dengan begitu diharapkan kegiatan belajar lebih bermakna bagi
siswa.
Elaine B.Johnson (2006;31) mengatakan bahwa pentingnya sebuah
pengetahuan terletak pada kegunaanya, pada penguasaan kita terhadap
pengetahuan itu. Kata kontekstual lalu secara alami menggantikan akata
“terapan” yang semula digunakan. Sekolah-sekolah lalu secara terbiasa
mulai menerapkan pengajaran dan belajar dalam konteks.
Elaine B.Johnson (2006;32) berpendapat bahwa kontekstual
merupakan sebuah sistem yang menyeluruh yang menyerupai cara alam
bekerja. Secara berkesinambungan kegiatan yang dilakukan berurutan
dengan sendirinya semua tahap-tahap akan dilalui.
Elaine B.Johnson dalam Rusman (2010;187) berpendapat bahwa
kontekstual merupakan sebuah system yang merangsang otak untuk
menyusun pola –pola yang mewujudkan makna.
Webter”s New World Dictionary dalam Elaine B.Johnson
(2006;62) menyatakan bahwa kontekstual mempunyai makna jika sesuatu
Johnson mengatakan bahwa, sistem kontekstual merupakan suatu
proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam
bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu konteks lingkungan pribadi,
sosilanya dan budayanya.
2. Penerapan Pembelajaran Kontektual di kelas
Model pembelajarn berbasis kontekstual atau CTL memiliki tujuh
komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran
kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utamma itu adalah :
a. konstruktivisme (Contructivism)
dalam kegiatan pembelajaran pengetahuan yang didapat
siswa tidak diberikan secara instan. Para siswa harus
mengkonstruksi sendiri melalalui keterlibatannya secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran. dalam kegiatan
pembelajaran siswa membangun pengetahuannya sedikit
demi sedikit. Pengatahuan yang didapatkan dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari.
b. bertanya (Questioning)
Dalam kegiatan pembelajaran pada hakikatnya adalah
kegiatan bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya
dapat diartikan sebagai refleksi dari keingintahuan individu.
Sedangakan menjawab merupakan pencerminan
pembelajaran kegiatan bertanya sangat berguna untuk
menggali kemampuan siswa, membangkitkan motivasi
siswa untuk belajar, merangsang keingintahuan siswa, dan
membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan
sesuatu.
c. menemukan (Inquiry)
Penemuan merupakan bagian inti dari kegiatan kontekstual.
Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa
diharapkan tidak hanya dari proses menghapalkan atau
mengingat melainkan dari proses penemuan terbimbing.
Pembelajaran dirancang sehingga memberikan kesempatan
siswa untuk menemukan konsep atau pengtahuannya
melalui bimbingan guru.
d. masyarakat belajar (Learning Community)
Hasil pembelajaran yang diperoleh sebaiknya didapatkan
melalui kerjasam dengan orang lain. Kegiatan interaksi
dengan orang lain dalam memecahkan masalah akan
menghasilkan ide yang lebih maksimal dibandingkan bila
siswa belajar sendiri.
e. pemodelan (Modling)
dalam kegiatan pembelajaran siswa memerlukan guru sebagai
model untuk mencontohkan sesuatu hal yang akan
f. refleksi (Reflection)
refleksi merupakan cara berpikir mengenai hal yang telah
dipelajari. Guru melakukannya dengan cara merangkum
bersama siswa mengenai pembelajaran yang telah dipelajari,
juga mengenai apa yang telah dipahami maupun yang belum
dipahami siswa.
g. penilaian sebenarnya (Authentic assesment)
kegiatan ini merupakan proses pengumpulan berbagai data yang
dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data
ini diambil selama kegiatan pembelajaran berlangsung,tidak
hanya ketika pembelajaran selesai.
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika
menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya.
3. Komponen Kontekstual
Ada delapan komponen yang harus ada dalam pembelajaran
berdasarkan pendekatan kontekstual yaitu;
a. Membuat keterkaitan yang bermakna. Pengetahuan yang
diperoleh dari sumber belajar sebaiknya dipelajari siswa
dengan mengaitkan pengetahuan dengan lingkungan agar
materi yang diajarkan lebih bermakna dalam kehidupan
b. Melakukan pekerjaan yang berarti. Untuk mendapatkan
pengetahuan baru siswa melakukan hal-hal yang menunjang
kebutuhan mereka untuk mendapatkan pengetahuan baru.
Setiap kegiatan yang dilakukan sangat berarti dalam
kegiatan pembelajaran.
c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri. Siswa dalam
kegiatan pembelajarannya dapat menentukan materi atau
topik yang akan dipelajari.
d. Bekerjasama, dalam menyelesaikan permasalahan yang ada
siswa dapat melakukkannya dengan teman dalam
kelompok. Hasil yang diperoleh bila siswa bekerja dalam
kelompok akan lebih maksimal dibandingkan bila siswa
bekerja sendiri,
e. Berpikir kritis dan kreatif, pembelajaran yang dilakukan
akan menambah pengetahuan baru bila siswa dalam
menyelesaikan masalah dapat kreatif dalam memecahkan
masalah.
f. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang.
Pengetahuan baru melalui proses pembelajaran yang
diperoleh berdasarkan pengetahuan awal mereka akan
membuat siswa menjadi individu yang maju.
g. Mencapai standar tinggi. Pengetahuan berdasarkan
untuk memahaminya sehingga akan meningkatkan nilai
akademik siswa.
h. Menggunakan penilaian autentik. Penilaian diambil dari
kemampuan siswa sebenarnya, tidak hanya dari nilai tes
yang didapatkan oleh siswa.
4. Prinsip Kontekstual
Dalam melakukan pembelajaran yang menggunakan pendekatan
kontekstual ada tiga prinsip yang harus diperhatikan. Tiga prinsip yang
terdapat dalam pendekatan kontekstual yaitu;
a. Prinsip kesalingbergantungan
Kesalingbergantungan mewujudkan diri siswa ketika siswa
bergabung untuk memecahkan masalah.
b. Prinsip diferensiasi
Siswa ditantang untuk menghormati perbedaan yang ada dalam
satu lingkungan
c. Prinsip pengorganisasian diri
Siswa menemukan kemampuan dan umpan balik yang diberikan
melalui penilaian autentik dan mengulas usaha mereka dalam
5. Kelebihan Kontekstual
Johnson (2010:300) berpendapat bahwa kelebihan kontekstual
adalah pembelajaran didalam kelas menjadi lebih bermakna dan nyata.
Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran kontekstual menganut
aliran konstruktivisme dimana seorang siswa dituntut menemukan
pengetahuannya sendiri.
6. Kekurangan Kontekstual
Johnson (2010:302) berpendapat bahwa kekurangan CTL adalah
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat anak-anak
benar-benar paham. Tenaga yang banyak untuk berkomunikasi karena tingkay
intelligensi siswa berbeda-beda.
D. Pecahan
Negoro dan baharudin (1982:350) berpendapat bahwa pecahan
adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari keseluruhan bagian dari
suatu daerah, bagian dari suatu benda atau bagian dari suatu himpunan.
1. Pengertian pecahan
Heruman (2007:43) mengatakan pecahan adalah bagian
keseluruhan. Pembilang merupakan bagian yang sama dari
keseluruhan.
2. Macam – macam pecahan
Berdasarkan jenis pecahan yang ada, pecahan dibedakan
menjadi:
a. Pecahan Murni
Pecahan yang penyebutnya lebih besar dari pembilang
b. Pecahan Campuran
Pecahan yang lambang bilangannya terdiri dari bilangan asli
dan pecahan murni
c. Pecahan Senilai
Pecahan yang jika kedua pecahan tersebut menunjukan nilai
yang sama
d. Pecahan Desimal
Pecahan yang penyebutnya merupakan perpangkatan dari
bilangan sepuluh
e. Pecahan Persen
Pecahan yang penyebutnya per seratus.
3. Macam operasi hitung pecahan
a. Operasi penjumlahan pecahan
b. Operasi pengurangan pecahan.
Contoh : 3/4 – 1/4 = 2/ 4
c. Operasi perkalian pecahan
Contoh : 1/3 x 3/4 = 3/12
d. Operasi pembagian pecahan
Contoh : 1/ 2 : 1 /2 = 2 / 2
Operasi hitung pecahan yang akan digunakan pada proses
penelitian ini adalah penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut
sama dan berbeda penyebut.
Penerapan pendekatan kontekstual dalam mata pelajaran
matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Dilakukan
dengan membimbing siswa untuk membangun pengetahuan mereka.
Kegiatan tersebut dilakukan dengan melakukan tanya jawab. Setelah
siswa menemukan konsep, mereka melakukan kerja kelompok.
Pembuktiaan operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan
mengguanakan kertas polos dan plastik mika. Untuk mengetahui kegiatan
pembelajaran pada akhir kegiatan dilakukan refleksi pembelajaran. Dan
untuk mengukur seberapa besar pemahaman siswa siswa mengerjakan
E. Pengajaran pecahan dengan menggunakan pendekatan kontekstual
Kegiatan pembelajaran matematika yang bersifat abstrak membuat
guru haruslah kreatif dalam menarik perhatian siswa agar tidak merasa
takut atau bosan dengan matematika. Oleh karena itu guru harus
menampilkan kegiatan pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan atau metode yang ada tidak hanya dengan sistem ceramah saja.
Banyak cara untuk mengaitkan kegiatan pembelajaran dengan situasi
sehari-hari siswa. Untuk mengaitkannya dalam pembelajaran guru dapat
memanfaatkan benda yang ada disekitar siswa sebagai media. Dengan
memanfaatkan lingkungan sekitar siswa tidak perlu lagi membayangkan
atau mengira-ira contoh yang diberikan oleh guru dalam menjelaskan
materi. Guru dapat membagi siswa kedalam kelompok dan dalam
kelompok siswa dapat berdiskusi membahas materi yang akan dipelajari.
Salah satu materi yang ada dalam pelajaran matematika adalah
pecahan. Penjumlahan dan pengurangan pecahan akan terasa sulit
dipahami bila siswa hanya membayangkan saja. Kita dapat memanfaatkan
kehidupan sehari-hari siswa sebagai gambaran nyata mengenai materi ini.
Dalam pendekatan kontekstual, pengajaran yang ada membuat keterkaitan
yang bermakna agar siswa dapat memahami dengan mudah.
Karso (1998:137) matematika dapat dikelompokkan menjadi tiga
jenis konsep yaitu:
Konsep dasar matematika merupakan materi-materi atau
bahan-bahan dari sekumpulan bahasan, dan umumnya
merupakan materi baru bagi para siswa yang mempelajarinya.
2. Konsep yang berkembang
Konsep yang berkembang dari konsep dasar merupakan
sifat atau penerapan dari konsep-konsep dasar.
3. Konsep yang harus dibina keterampilannya
Konsep yang dimaksud dalam konsep ini dapat merupakan
konsep-konsep dasar atau konsep yang berkembang.
Untuk mengaitkan konsep yang ada maka haruslah dibuat relevan
dengan kehidupan yang ada. Pendekatan kontekstual membuat pengajaran
matematika khususnya pecahan dapat memudahkan siswa untuk
memahami materi berdasarkan pengalaman sehari-hari mereka.
Dengan begitu dapat dilihat bahwa pengajaran matematika
memerlukan pendekatan kontekstual, dimana guru menghadirkan dunia
nyata siswa dan mengaitkannya agar pembelajaran dapat lebih bermakna.
F. Kajian penelitian yang relevan
Berdasarkan pada penelitian yang relevan oleh peneliti sebelumnya
yaitu:
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Cholipah yang berjudul
Meningkatkan Prestasi Siswa Kelas III di Sekolah Dasar Negeri
Tasikmadu Malang”. Diantaranya (1) Sebelum diterapkan
pendekatan kontekstual siswa kurang berminat. (2) setelah
diterapkan pendkatan kontekstual pada siklus 2 dan siklus 3 selama
proses belajar mengajar cukup berhasil
2. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Paulus Slamet Nugraha
Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar tahun 2010 dengan
judul “ Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Penjumlahan dan
Pengurangan Pada Pecahan Melalui Pendekatan CTL Siswa Kelas IV
SD Tarakanita Ngembesan Semester 2 tahun pelajaran 2009/2010.
Hasil penelitian yang didapatkan adalah bahwa pemahaman siswa
mengenai konsep penjumlahan pecahan dengan menggunakan
pendekatan CTL meningkat dari 42,5% menjadi 98,6% dari 30
siswa. Kesimpulan penelitian tersebut adalah bahwa pendekatan CTL
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa materi penjumlahan
pecahan beda penyebut.
Dari beberapa penelitian tersebut maka disimpulkan bahwa
penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar.
Atas dasar itulah peneliti menggunakan pendekatan kontekstual di SD.
Penelitian ini tidak hanya pada variabel prestasi belajar, namun juga
G. Kerangka berpikir
Mata pelajaran matematika yang dianggap sukar karena berhubungan
dengan kegiatan hitung menghitung dan kegiatan pembelajaran yang
monoton. Dapat diubah menjadi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan
khususnya materi penjumlahan dan pengurangan pecahan yang memiliki
penyebut beda dengan cara mengaitkan dengan pendekatan kontekstual.
Dalam hal ini, peneliti menggunakakn pendekatan kontkstual supaya dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi beljar siswa.
Pendekatan kontekstual merupakan kegiatan belajar yang mengaitkan
materi belajar siswa dengan kehidupan sehari-hari agar kegiatan
pembelajarannya lebih bermakna. Dimana dengan pendekatan kontekstual
siswa dapat mengaitkan materi dan menemukan hubungannya dengan
kehidupan nyata. Untuk memudahkan siswa peneliti menggunakan media
kertas yang mudah ditemukan dan dimiliki oleh siswa.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual siswa
dapat memahami materi berdasarkan lingkungan sekitar. Salah satu media
yang digunakan adalah kertas. Dengan menggunakan kertas siswa dapat
melipat, mengarsir, dan menggunting. Kegiatan seperti ini membuat siswa
tidak seperti sedang belajar. Kegiatan yang tidak membosankan membuat
siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Dengan demikian peneliti yakin bahwa dalam pembelajaran matematika
dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar siswa
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka, peneliti mengemukakan hipotesis
bahwa: “Penggunaan pendekatan kontekstual (CTL) dapat meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar mata pelajaran Matematika pada materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan beda penyebut siswa kelas IV
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang dipakai peneliti yaitu menggunakan jenis
Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Kusumah dan Dedi Penelitian
Tindakan Kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya
sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3)
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan
memperbaiki kinerjannya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat. Pelitian Tindakan Kelas juga bertujuan untuk meningkatkan
relevansi pendidikan dan sasaran akhirnya untuk meningkatkan mutu hasil
pendidikan.
Kurt Lewin dalam Kunandar (2005;42) berpendapat bahwa Penelitian
Tindakan Kelas adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat
tahap yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi
Kunandar (2005;45) berpendapat bahwa penelitian adalah aktivitas
mencermati suatu objek tertentu melalui metodologis ilmiah dengan
mengumpulkan data-data dan dianalisa untuk menyelesaikan suatu masalah
Suyanto (1997) dalam Muslich (2009 : 9) berpendapat bahwa PTK
adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflekif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan
Kemmis dan Taggart dalam Wiraatmaja (2005;66) menyatakan
tahapan PTK minimal dua siklus. Setiap siklus terdapat empat langkah yaitu
rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan merencanakan suatu tindakan
yang akan dilakukan untuk setiap pelaksanaan siklus. Dalam melakukan
perencanaan peneliti harus mempersiapkan perangkat pembelajaran, media Gambar 1. Siklus dalam PTK
tindakan rencana
pengamatan Siklus I refleksi
tindakan rencana
pengamatan Siklus I refleksi
yang digunakan, serta rubrik yang digunakan untuk menilai siswa. Ada
beberapa hal yang terdapat dalam perencanaan yaitu:
a. identifikasi masalah
b. analisis penyebab adanya masalah
c. pengembangan pemecahan masalah.
2. Pelaksanaan atau tindakan
Pelaksanaan proses pembelajaran disesuaikan dengan waktu yang
telah direncanakan. Implementasi tindakan dalam proses pembelajaran
yang sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah dibuat dalam
perencanaan.
3. Pengamatan atau observasi
Usaha untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap
secara objektif tentang perkembangan proses pembelajaran. Usaha merekam
informasi dari pelaksanaan tindakan dengan atau tanpa alat bantu. Data yang
dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif dan data kualitatif sesuai dengan
indikator-indikator yang telah dirancang sebelumnya.
4. Refleksi
Upaya evaluasi antara guru dan peneliti dalam penelitian tindakan
kelas. Guru dan peneliti berdiskusi tentang masalah selama pelaksanaan
siklus. Pada refleksi hasil perlakuan tindakan pada siklus pertama, maka
akan ditentukan peneliti apakah tindakan yang dilakukan sudah mencapai
tujuan atau belum. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan peneliti
karena masalahnya sudah terpecahkan. Apabila pada siklus I belum
mendapatkan hasil yang memuaskan maka dilanjutkan dengan siklus II yang
berpatokan pada refleksi siklus I untuk memperbaiki rancangan kegiatan
pembelajaran pada siklus II. Apabila siklus I sudah mencapai target dapat
pula dilanjutkan ke siklus II untuk memastikan apakah benar-benar ada
peningkatan menggunakan pendekatan yang digunakan.
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Kanisius
Sorowajan yang terletak di tengah desa, yang beralamat di Jalan
Sorowajan nomor 111 Banguntapan Bantul. Sekolah ini berada di dekat
rumah penduduk yang padat.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar Kanisius
Sorowajan tahun ajaran 2010/2011 kelas IV yang berjumlah 34 anak
terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi
belajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran
matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan siswa kelas IV
semester 2 Sekolah Dasar Kanisius Sorowajan tahun ajaran 2010/2011.
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada semester genap
tahun ajaran 2011/2012 yakni bulan Januari-juli 2012
Tabel 1 : Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan
Desember Januari Febuari Maret April Mei Juni
1 Observasi pra
penelitian
√
2 Penyusunan Proposal √ √ 3 Permohonan izin
penelitian
√
4 Pengumpulan data √
5 Pengolahan data √ √
6 Penyusunan laporan √ √
7 Ujian skripsi √
8 Revisi √
9 Pembuatan artikel √
C. Rencana Tindakan
Rencana penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap
siklus terdiri dari dua pertemuan. Siklus pertama dengan menggunakan
pendekatan Kontekstual secara berkelompok 4-5 siswa dan media plastik
berkelompok 2-3 siswa dan media kertas warna . Pada setiap akhir siklus
diadakan evaluasi atau tes.
1. Persiapan
a. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah SD Kanisius Sorowajan
untuk melakukan kegiatan penelitian di sekolah dasar tersebut.
b. Melakukan observasi pada siswa kelas IV untuk mengetahui
keadaan yang terjadi dalam kelas tersebut.
c. Melakukan pengamatan lebih teliti untuk mengetahui keadaan
yang terjadi di kelas mengenai keaktifan dan prestasi belajar
siswa dalam materi penjumlahan dan pengurangan pecahan
beda penyebut.
d. Melakukan tanya jawab dengan guru kelas mengenai materi
yang akan digunakan sebagai obyek penelitian
e. Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas adalah kurangnya
keaktifan dan prestasi belajar siswa mengenai materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan beda penyebut
f. Menganalisis masalah belajar siswa materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang disampaikan oleh guru kurang baik
dan kurang menarik. Hal ini dikarenakan oleh factor kurangnya
kreatifitas guru untuk menarik keaktifan siswa dengan
menggunakan teknik dan metode pembelajaran, serta belum
keterbatasan sekolah. Peneliti akan mencoba meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar siswa pada materi penjumlahan
dan pengurangan pecahan dengan menggunakan pendekatan
kontekstual
g. Merumuskan masalah
h. Merumuskan hipotesis
i. Menyusun rencana penelitian dalam setiap siklus
j. Membuat gambaran awal mengenai keaktifan dan prestasi
belajar siswa kelas IV pada materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan.
k. Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi
pokoknya.
l. Menyusun silabus, RPP, LKS, kisi-kisi soal, instrumen
penilaian, pembuatan alat peraga, instrumen penelitian.
m. Menyiapkan media dan alat peraga
n. Melaksanakan penelitian
2. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan, menyiapakan hal-hal yang
diperlukan dalam penelitian antara lain :
a. Rancangan Pembelajaran Siklus I (2 pertemuan)
Siklus ini akan di lakukan selama dua kali pertemuan, dimana
1) Rencana tindakan
Peneliti mempelajari materi yang akan diajarkan. Selain itu
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS,
soal evaluasi, dan rangkuman materi.
2) Pelaksanaan Tindakan 1
a. Menyampaikan langkah pembelajaran dan tujuan
pembelajaran yang akan di laksanakan.
b. Siswa menyimak penjelasan singkat dari guru mengenai
pecahan terutama materi penjumlahan dan pengurangan
pecahan.
c. Siswa dibentuk dalam, setiap kelompok beranggotakan 5
siswa.
d. Setiap kelompok diberi LKS dan media plastik mika.
e. Siswa dalam kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan
permasalah mengenai pecahan menggunakan kertas polos
yang mereka miliki.
f. Siswa secara bergantian menampilkan hasil pekerjaan
mereka dan guru menanggapi.
g. Mengadakan tes atau evaluasi pembelajaran. (siklus I )
a. Mengobservasi keaktifan belajar siswa dengan lembar
pengamatan yang telah tersedia pada siklus I
b. Melaksanakan ulangan atau tes untuk mengukur
keberhasilan siswa pada siklus I
4) Refleksi
Refleksi yang dilakukan peneliti adalah:
a) Mengevaluasi apa yang dilakukan pada pelaksanaan siklus
1, tentang apa yang berhasil, kendala, dan hambatan yang
dihadapi siswa.
b) Membandingkan hasil ulangan atau tes dan observasi yang
sudah dicapai dengan indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan.
c) Merencanakan perbaikan berdasarkan hasil ulangan atau tes
dan observasi untuk dilakukan pada siklus ke II
b. Rancangan Pembelajaran Siklus II
Siklus ini akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan,
dimana setiap pertemuan beralokasikan 2 JP.
1) Rencana Tindakan
Peneliti mempersiapkan silabus dan menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan melanjutkan
pembelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan beda
membandingkan pecahan beda penyebut lebih kompleks dan
diakhiri dengan ulangan atau tes di akhir siklus II.
1. Menyampaikan langkah pembelajaran dan tujuan
pembelajaran yang akan di laksanakan.
2. Siswa menyimak penjelasan singkat dari guru mengenai
pecahan terutama materi menjumlahkan pecahan.
3. Siswa dibentuk dalam, setiap kelompok beranggotakan 3-4
siswa.
4. Setiap kelompok diberi LKS dan alat peraga kertas HVS
dan kertas transparan.
5. Siswa dalam kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan
permasalahan mengenai pecahan menggunakan kertas yang
mereka miliki.
6. Siswa secara bergantian menampilkan hasil pekerjaan
mereka dan guru menanggapi.
7. Mengadakan tes atau evaluasi pembelajaran.
2) Pelaksanaan
a. Menyampaikan langkah pembelajaran dan tujuan
pembelajaran yang akan di laksanakan.
b. Siswa menyimak penjelasan singkat dari guru mengenai
pecahan terutama materi penjumlahan dan pengurangan
c. Siswa dibentuk dalam, setiap kelompok beranggotakan 5
siswa.
d. Setiap kelompok diberi LKS dan alat peraga kertas polos.
e. Siswa dalam kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan
permasalah mengenai pecahan menggunakan kertas polos
yang mereka miliki.
f. Siswa secara bergantian menampilkan hasil pekerjaan
mereka dan guru menanggapi.
g. Mengadakan tes atau evaluasi pembelajaran. (siklus II )
3) Observasi
a) Mengobservasi keaktifan belajar siswa dengan lembar
pengamatan yang telah tersedia pada siklus II
b) Melaksanakan ulangan atau tes untuk mengukur
keberhasilan siswa pada siklus II
4) Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan pada akhir pertemuan di setiap
siklus. Refleksi yang dilakukan peneliti adalah:
a) Mengevaluasi apa yang dilakukan pada pelaksanaan siklus II,
tentang apa yang berhasil, kendala, dan hambatan yang dihadapi
b) Membandingkan hasil ulangan atau tes dan observasi yang
sudah dicapai dengan indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan untuk memutuskan apakah siklus dilanjutkan atau
tidak.
D. Pengumpulan Data dan Instrumennya
1. Peubah (variable) indicator keberhasilan
Berdasarkan judul peneliti ada dua peubah, yaitu keaktifan dan
prestasi belajar. Pengamatan keaktifan dilakukan pada waktu kegiatan
pembelajaran berlangsung untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan
keaktifan pada setiap siklus pembelajarannya. Kegiatan pengamatan
dilakukan dengan mengacu pada rubrik keaktifan yang telah disusun oleh
peneliti. Setiap siswa akan dinilai berdasarkan indikator yang telah
disediakan. Dengan begitu setiap anak akan memiliki nilai berdasarkan
pengamatan langsung yang dilakukan di kelas.
Tabel 2 : Peubah dan Instrumen Penelitian
No Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrumen
1 Keaktifan 1) Kesiapan belajar
2) Interaksi
siswa dalam
Jumlah
siswa
yang
aktif
Pengamatan Lembar
pembelajaran
3) Belajar
dengan
pengalaman
langsung
4) Berani
mengemukak
an pendapat
2 Prestasi belajar
1) Rata-rata nilai
ulangan
2) Presentase
jumlah siswa
yang mencapai
KKM
Nilai
tes
siswa
Tes tertulis Lembar
tes/ulangans
iswa
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data untuk keaktifan dilakukan dengan cara:
a. Pengamatan
1. Rubrik Pengamatan
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti menggunakan data
yang berhubungan dengan keaktifan dan prestsi belajar mengenai
penjumlahan dan pengurangan pecahan. Data yang diperlukan untuk
pengamatan keaktifan yang terjadi di kelas. Beberapa indikator yaitu
kesiapan belajar, interaksi siswa dalam pembelajaran, belajar dengan
pengalaman langsung dan keberanian mengemukakan pendapat.
Peneliti juga merekam situasi selama pembelajaran berlangsung. Hasil
rekaman video dan pengamatan yang dilakukan diharapkan mampu
membantu peneliti melihat aktivitas siswa selama pembelajaran
berlangsung sehingga memudahkan peneliti untuk mengetahui apakah
penggunaan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan
pecahan beda penyebut.
Tabel 3 : Rubrik Pengamatan Keaktifan
No Indikator Deskriptor Nampak (√) /
tidak (-) Skor
1 Kesiapan belajar Siswa siap dengan buku
atau alat pelajaran
Siswa siap duduk di
tempatnya pada waktu
pelajaran dimulai
Siswa tenang ketika
pelajaran dimulai
2 Interaksi siswa
dengan
pembelajaran
Siswa berdiskusi untuk
memecahkan maslah
Siswa saling memberi
kesempatan teman
berpendapat
menyelesaikan tugas
dalam kelompok
Siswa bertanya kepada
guru
Siswa bertanya kepada
teman dalam kelompok
Siswa memaksakan
kehendaknya saat bekerja
sama
3 Belajar dengan
pengalaman
langsung
Siswa mencari sumber
belajar
Siswa bekerja mandiri
dalam mengerkjakan
tugas
Siswa melakukan
pengamatan atau
pemodelan
Siswa menerapkan atau
menggunakan apa yang
telah diperolehnya
4 Berani
mengemukakan
pendapat
Siswa berani menjawab
pertanyaan dari guru
Siswa menjawab
pertanyaan dari teman
Siswa berani berpendapat
dalam kelompok
Siswa berani berpendapat
dalam kelas
Siswa dapat menarik
Siswa bertanggung jawab
atas hasil pekerjaannya
Siswa berani menanggapi
pernyataan guru
JumlahKeseluruhan=
Jika dalam penelitian deskriptor nampak maka diberi tanda
√ serta pemberian skor.
Tabel 4 : Kriteria Skor Keaktifan
No Nilai Katagori
1 16-20 Sangat aktif
2 12-15 Aktif
3 8-11 Cukup aktif
4 4-7 Kurang aktif
5 0-3 Pasif
Tabel 5 : Indikator Aspek Afektif
No Indikator
1 Bekerjasama dalam melakukan dikusi kelompok
Tabel 6 : Indikator Aspek Psikomotorik
No Indikator
1 Membuktikan dengan memperagakan penjumlahan pecahan
2 Membuktikan dengan memperagakan pengurangan pecahan
menggunakan plastik mika dan kertas warna
2. Instrumen
Untuk menilai prestasi belajar siswa diukur dengan tes atau
ulangan. Tes atau ulangan diberikan untuk setiap akhir siklus. Tes atau
ulangan bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pemahaman
siswa setiap siklus yang diberikan. Instrumen tersebut adalah sebagai
berikut:
a) Tes tertulis (lembar ulangan atau evaluasi)
Soal tes tertulis (soal ulangan atau evaluasi) berupa tes
obyektif. Tes objektif adalah tes yang jawabannya dapat diberi
skor nilai secara lugas menurut pedoman yang ditentukan
sebelumnya. Peneliti mengembangkan tes objektif yang berupa
tes isian singkat. Penyusunan tes isian singkat dibuat oleh
peneliti dengan bimbingan dosen pembimbing yang mengacu
pada kisi-kisi soal. Soal tes berjumlah 20 nomor dan dikerjakan
pada setiap akhir siklus. Ketentuan bobot soal yaitu:
Skor 1 = jika jawaban benar
Skor 0 = jika jawaban salah