• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rangkaian kegiatan guru dalam memfasilitasi pembelajaran matematika di sd yang mengupayakan penggunaan paradigma pedagogi reflektif - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rangkaian kegiatan guru dalam memfasilitasi pembelajaran matematika di sd yang mengupayakan penggunaan paradigma pedagogi reflektif - USD Repository"

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

i

RANGKAIAN KEGIATAN GURU DALAM MEMFASILITASI

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD YANG MENGUPAYAKAN

PENGGUNAAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH :

Rosalina Tensianita

NIM : 061414037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Kupersembahkan karyaku ini untuk :

(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

Tensianita, Rosalina, 2011. Rangkaian Kegiatan Guru dalam Memfasilitasi Pembelajaran Matematika di SD yang Mengupayakan Penggunaan Paradigma Pedagogi Reflektif. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan rangkaian kegiatan guru dalam memfasilitasi pembelajaran matematika di SD yang mengupayakan penggunaan Paradigma Pedagogi Reflektif, (2) mengetahui sejauh mana rangkaian kegiatan guru tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip Paradigma Pedagogi Reflektif.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan bersifat kualitatif, yang berkaitan dengan pembelajaran di dalam kelas. Berdasarkan data tersebut diungkap rangkaian kegiatan guru dalam memfasilitasi pembelajaran matematika di SD yang mengupayakan penggunaan Paradigma Pedagogi Reflektif. Subyek penelitian adalah guru matematika kelas IV SD Kanisius Kadirojo pada saat melakukan kegiatan belajar-mengajar pada topik penjumlahan pecahan. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas IV selama empat kali pertemuan yang dimulai pada tanggal 4 Maret 2011 sampai dengan 12 Maret 2011. Pengumpulan data diperoleh dengan cara merekam kegiatan pembelajaran menggunakan ‘handy-cam’. Data-data yang dihasilkan dianalisis melalui proses analisis data yaitu (1) transkripsi, 2) penentuan topik-topik data, (3) penentuan kategori data, dan (4) penarikan kesimpulan.

(8)

viii ABSTRACT

Tensianita, Rosalina, 2011. Teacher Activity Sequences in Fasilitating Mathematics Learning in the Elementary School which Promote the Use of Reflective Pedagogy Paradigm. Thesis. Mathematics Education Studies Program, Faculty of Teacher Training and Science Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aims to: (1) describeteacher activities sequences in fascilitating mathematics learning in the Elementary School which promote the use of Reflective Pedagogy Paradigm, (2) determine the extent of activities the teacher in accordance with the principles of Reflective Pedagogy Paradigm.

This research is a qualitative descriptive research. The data collected is qualitative, relating to learning in the classroom. Based on these data revealed a series of teacher in facilitating the learning of mathematics in elementary school who seek the use of Reflective Pedagogy Paradigm. Subjects were teachers of elementary school math class IV Kanisius Kadirojo at the time of teaching and learning activities on the topic of fraction addition. The research was conducted in class IV over the past four meetings that began on March 5, 2011 until March 12, 2011. The collection of data obtained by recording the activity of learning using a handy-cam. The resulting data were analyzed through a process of data analysis: (1) transcription, 2) determining the topics of data, (3) determining the categories of data, and (4) conclusion.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmatNya, sehingga penulis skripsi dengan judul “Rangkaian Kegiatan Guru dalam Memfasilitasi Pembelajaran Matematika di SD yang Mengupayakan Penggunaan Paradigma Pedagogi Reflektif” ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu dan membimbing penulis. Oleh sebab itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas selesainya penyusunan skripsi ini, kepada:

1. Alm. Dr. Susento, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah memberi saran dan kritik yang membangun bagi penulis.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Kaprodi Pendidikan Matematika.

3. Segenap Dosen dan Staf Sekretariat JPMIPA Universitas Sanata Dharma. 4. Ibu Th. Supartinah selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Kadirojo yang telah

memberi ijin untuk melaksanakan penelitian di SD Kanisius Kadirojo.

(10)

x

6. Siswa kelas IV tahun ajaran 20010/2011 SD Kanisius Kadirojo yang sudah memberikan waktunya sebagai subjek dalam penelitian.

7. Rm. M. Windyatmaka, SJ., terima kasih atas segala bantuan selama penulis menyelesaikan studi Program S1 Pendidikan Matematika di Universitas Sanata Dharma.

8. Keluargaku, Ibuku, Alm. Bapak, Mbak Chris, Ningrum, Bulik Win, Adi, dan Mia yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis.

9. Rekan satu tim penelitian yang selalu memberikan bantuan, kritik dan saran selama proses penelitian dan selama penulisan skripsi ini.

10.Teman-temanku Ema, Lia, Mega, Mbak Ira, dan Sari yang sudah memberikan bantuan dan dukungan.

11.Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri.

Yogyakarta, 26 Agustus 2011

(11)

xi

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA vi ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR CUPLIKAN TRANSKIP... xviii

DAFTAR DIAGRAM... xix

DAFTAR LAMPIRAN... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Pembatasan Masalah... 5

(12)

xii

F. Deskripsi Judul... 6

G. Manfaat Penelitian…... 6

H. Sistematika Penulisan... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Matematika... 8

B. Paradigma Pedagogi Reflektif... 10

C. Kegiatan Guru... 14

D. Materi Penjumlahan Pecahan... 20

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 23

B. Subyek Penelitian... 23

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

D. Metode Pengumpulan Data... 24

E. Metode Analisis Data... 25

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian... 27

B. Analisis Data 32 1. Transkripsi Data... 32

2. Topik Data... 33

3. Kategori Data... 38

BAB V HASIL PENELITIAN 42 A. Rangkaian Kegiatan Subjek Pertemuan I ..………. 43

(13)

xiii

C. Rangkaian Kegiatan Subjek Pertemuan III....………. 70

D. Rangkaian Kegiatan Subjek Pertemuan IV...……….……. 82

E. Kesesuaian Rangkaian Kegiatan Subjek dengan Prinsip-prinsip PPR 82 BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pengalaman dalam Dinamika PPR... 86

B. Tugas Guru dalam Pembelajaran Matematika... 87

C. Penjumlahan Pecahan Campuran... 88

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA... 96

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 4.1 Topik Data Rangkaian Kegiatan Subjek

Pertemuan I... 33 Tabel 4.2 Topik Data Rangkaian Kegiatan Subjek

Pertemuan II... 35 Tabel 4.3 Topik Data Rangkaian Kegiatan Subjek

Pertemuan III... 37 Tabel 4.4 Kategori Data Rangkaian Kegiatan Subjek

Pertemuan I... 38 Tabel 4.5 Kategori Data Rangkaian Kegiatan Subjek

Pertemuan II... 39 Tabel 4.6 Kategori Data Rangkaian Kegiatan Subjek

Pertemuan III... 39 Tabel 5.1 Garis Besar Rangkaian Kegiatan Subjek pada

Pertemuan I... 43 Tabel 5.2 Garis Besar Rangkaian Kegiatan Subjek pada

Pertemuan II... 58 Tabel 5.3 Garis Besar Rangkaian Kegiatan Subjek pada

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 1.1 ... 44

Gambar 1.2 ... 44

Gambar 1.4 ... 46

Gambar 1.15 ... 47

Gambar 1.16 ... 47

Gambar 1.18 ... 48

Gambar 1.19 ... 49

Gambar 1.20 ... 50

Gambar 1.21 ... 52

Gambar 1.22 ... 52

Gambar 1.23 ... 52

Gambar 1.24 ... 52

Gambar 1.25 ... 53

Gambar 1.26 ... 53

Gambar 1.35 ... 55

Gambar 1.36 ... 55

Gambar 1.37 ... 55

Gambar 1.38 ... 55

Gambar 1.39 ... 55

Gambar 1.40 ... 55

(16)

xvi

Gambar 1.42 ... 56

Gambar 1.44 ... 56

Gambar 2.4 ... 60

Gambar 2.5 ... 61

Gambar 2.7 ... 63

Gambar 2.8 ... 63

Gambar 2.9 ... 63

Gambar 2.10 ... 63

Gambar 2.12 ... 65

Gambar 2.13 ... 65

Gambar 2.22 ... 66

Gambar 2.24 ... 66

Gambar 2.25 ... 66

Gambar 2.26 ... 66

Gambar 2.27 ... 66

Gambar 2.28 ... 66

Gambar 2.29 ... 66

Gambar 2.30 ... 66

Gambar 2.31 ... 66

Gambar 2.32 ... 66

Gambar 3.1 ... 68

(17)

xvii

Gambar 3.21 ... 74

Gambar 3.23 ... 75

Gambar 3.26 ... 76

Gambar 3.27 ... 76

Gambar 3.28 ... 76

Gambar 3.29 ... 76

Gambar 3.42 ... 78

Gambar 3.43 ... 78

Gambar 3.44 ... 78

Gambar 3.45 ... 78

Gambar 3.46 ... 78

Gambar 3.47 ... 79

Gambar 3.48 ... 79

Gambar 3.49 ... 79

Gambar 3.50 ... 79

Gambar 3.51 ... 79

(18)

xviii

DAFTAR CUPLIKAN TRANSKRIP

Hal.

Cuplikan 1 dari Transkip Pertemuan I ... 51

Cuplikan 2 dari Transkip Pertemuan I ... 54

Cuplikan 3 dari Transkip Pertemuan I ... 55

Cuplikan 4 dari Transkip Pertemuan I ... 55

Cuplikan 1 dari Transkip Pertemuan II ... 59

Cuplikan 2 dari Transkip Pertemuan II ... 61

Cuplikan 3 dari Transkip Pertemuan II ... 67

Cuplikan 1 dari Transkip Pertemuan III ... 72

Cuplikan 2 dari Transkip Pertemuan III ... 77

Cuplikan 3 dari Transkip Pertemuan III ... 79

Cuplikan 4 dari Transkip Pertemuan III ... 79

(19)

xix

DAFTAR DIAGRAM

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran I Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 99

Soal Ulangan ... 105

Daftar Nilai Ulangan Siswa ... 106

Hasil Ulangan Siswa ... 107

Hasil Observasi Nilai Kemanusiaan ... 111

Lampiran II Transkripsi Data Transkripsi Data Pertemuan I ... 112

Transkripsi Data Pertemuan II ... 142

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia

dewasa ini adalah kurangnya pendidikan karakter yang ditanamkan pada peserta

didik khususnya pada jenjang pendidikan dasar. Hal ini dapat terlihat dengan

maraknya kasus korupsi dan kriminal yang terjadi di negri ini. Ketidakseimbangan

antara pendidikan akademis dengan penanaman nilai kemanusiaan pada diri anak

akan menumbuhkan manusia-manusia pintar yang tidak memiliki karakter yang

baik. Sementara itu, Driyakarya (1980) menyatakan bahwa tujuan pendidikan

nasional ialah membangun manusia-manusia Pancasila yang memiliki ciri-ciri :

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, terampil, berbudi pekerti,

mempunyai semangat kebangsaan, dapat membangun diri sendiri, dan bersama

orang lain membangun bangsa.

Menurut Langeveld, perubahan sebagai hasil pendidikan merupakan gejala

kedewasaan yang secara terus-menerus mengalami peningkatan sampai penentuan

diri atas tanggung jawab sendiri oleh anak didik atau terbentuknya pribadi dewasa

susila (Langeveld, 1971:8,14). Oleh karena itu pendidikan tidak dapat dipisahkan

dari penanaman nilai kemanusiaan untuk membangun karakter anak didik menuju

pribadi dewasa susila.

Menurut Langeveld, perubahan sebagai hasil pendidikan merupakan gejala

(22)

diri atas tanggung jawab sendiri oleh anak didik atau terbentuknya pribadi dewasa

susila (Langeveld, 1971:8,14). Oleh karena itu pendidikan tidak dapat dipisahkan

dari penanaman nilai kemanusiaan untuk membangun karakter anak didik menuju

pribadi dewasa susila.

Menurut Gage dan Berliner peran guru dalam proses pembelajaran peserta

didik salah satunya yaitu guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat

menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan

kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai

orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam

arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during

teaching problems). Karenanya peran guru dalam proses pembelajaran sangat

berpengaruh pada tercapainya tujuan dari pembelajaran yang juga merupakan

tujuan pendidikan itu sendiri.

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan polapikir dalam

menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kemanusiaan. Dalam

membentuk pribadi, siswa diberi pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan,

kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalaman

tersebut, dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat

niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut. Melalui dinamika polapikir tersebut

siswa diharapkan mengalami sendiri (bukan hanya mendapat informasi karena

diberitahu). Melalui refleksi diharapkan siswa yakin sendiri (bukan karena patuh

pada tradisi atau peraturan). Melalui aksi, siswa berbuat dari kemauannya sendiri

(23)

diharapkan dilakukan sedemikian rupa sehingga siswa nantinya memiliki

komitmen untuk memperjuangkan kehidupan bersama yang lebih adil, bersaudara,

bermartabat, melestarikan lingkungan hidup, dan lebih menjamin kesejahteraan

umum.

Almarhum Dr. Susento adalah salah seorang staf pengajar di Universitas

Sanata Dharma yang telah melakukan penelitian berkaitan dengan pengupayaan

penggunaan PPR dalam pembelajaran matematika. Penelitian tersebut

dilaksanakan di tingkat SMP dan SMA, yaitu di SMP dan SMA Kanisius

Tirtomoyo, di Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah. Setelah melakukan penelitian

tersebut, almarhum Dr. Susento tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

PPR di tingkat SD. Selain itu, sebelumnya penelitian telah mengambil tempat di

sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Kanisius Surakarta. Karena itu

beliau tertarik untuk melakukan penelitian selanjutnya di sekolah yang berada di

bawah naungan Yayasan Kanisius Yogyakarta. Dalam penelitian ini almarhum

Dr. Susento bertindak sebagai peneliti utama sedangkan peneliti bertindak sebagai

asisten peneliti bagi peneliti utama.

SD Kanisius Kadirojo adalah sebuah sekolah yang berada di bawah

naungan Yayasan Kanisius Yogyakarta yang terletak di kecamatan Kalasan

kabupaten Sleman, Yogyakarta. Yayasan Kanisius Yogyakarta telah

mengupayakan penggunaan pendekatan PPR dalam pembelajaran di kelas sejak

tahun 2008. Upaya ini dilakukan dengan memberikan pelatihan dan seminar

tentang PPR kepada guru-guru Kanisius, antara lain pada tanggal 9-11 Januari

(24)

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk berusaha

mengungkapkan bagaimanakah rangkaian kegiatan guru dalam pembelajaran

matematika yang berbasis paradigma pedagogi reflektif pada materi penjumlahan

pecahan di kelas IV SD Kanisius Kadirojo semester dua.

B. Rumusan Masalah

Penelitian skripsi ini difokuskan pada bagaimana rangkaian kegiatan guru,

maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah realisasi rancangan rangkaian kegiatan guru dalam

memfasilitasi pembelajaran matematika di kelas IV SD Kanisius Kadirojo

yang mengupayakan penggunaan Paradigma Pedagogi Reflektif ?

2. Sejauh manakah rangkaian kegiatan guru tersebut sesuai dengan

prinsip-prinsip Paradigma Pedagogi Reflektif ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan realisasi rancangan

rangkaian kegiatan guru dalam pembelajaran matematika yang berbasis

paradigma pedagogi reflektif di kelas IV SD Kanisius Kadirojo semester dua

tahun ajaran 2010/2011 dengan materi penjumlahan pecahan. Selain itu juga

untuk mengetahui kesesuaian rangkaian kegiatan guru tersebut dengan

(25)

D. Pembatasan Masalah

Rangkaian kegiatan guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

rangkaian kegiatan guru dalam memfasilitasi proses pembelajaran matematika

pada materi penjumlahan pecahan di kelas IV SD Kanisius Kadirojo, yang

mengupayakan penggunaan Paradigma Pedagogi Reflektif.

E. Batasan Istilah

Istilah-istilah dalam pertanyaan dan tujuan didefinisikan sebagai berikut :

1. Rangkaian kegiatan guru adalah langkah – langkah atau tindakan yang

dilakukan guru dalam memfasilitasi proses belajar siswa yang berlangsung

selama proses pembelajaran.

2. Paradigma pedagogi reflektif adalah pola pikir pendidikan atau pembelajaran

yang mengintegrasikan pengembangan keilmuan dan pengembangan nilai

kemanusiaan dalam suatu proses yang terpadu, yang dirancang sedemikian

rupa sehingga nilai kemanusian ditumbuhkan dari kesadaran dan kehendak

siswa sendiri. Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa

dan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan diusahakan melalui dinamika

pengalaman refleksi, aksi dan disertai evaluasi. Maksudnya dengan

pengalaman tersebut, siswa mengalami sendiri nilai kemanusiaan yang

diperjuangkan. Dengan refleksi, siswa menyadari sendiri maknanya. Dengan

aksi, siswa mengubah pola sikap yang bermuara pada perubahan perilaku dari

(26)

3. Guru adalah subyek penelitian ini, yang mengajar siswa di dalam kelas.

Subyek adalah guru kelas IV SD Kanisius Kadirojo pada semester dua tahun

ajaran 2010/2011.

F. Deskripsi Judul

Penelitian ini berjudul “Rangkaian Kegiatan Guru Memfasilitasi Siswa

dalam Pembelajaran Matematika di SD yang Berbasis Paradigma Pedagogi

Reflektif”.

Penelitian ini mendeskripsikan langkah – langkah atau tindakan yang

dilakukan guru dalam memfasilitasi proses belajar siswa yang berlangsung selama

proses pembelajaran matematika di kelas IV SD Kanisius Kadirojo yang

mengupayakan penggunaan Paradigma Pedagogi Reflektif. Pembelajaran

matematika dalam hal ini adalah kegiatan pembelajaran dengan materi

penjumlahan pecahan pada siswa kelas IV SD Kanisius Kadirojo, yang dibimbing

oleh guru kelas yang bersangkutan. Kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak

empat kali pertemuan dan dilaksanakan di dalam kelas.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat

(27)

1. Bagi peneliti

Melalui penelitian ini peneliti dapat mengetahui sejauh mana rangkaian

kegiatan guru berlangsung dalam pembelajaran matematika yang berbasis

paradigma pedagogi reflektif.

2. Bagi guru

Sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

matematika yang berbasis paradigma pedagogi reflektif.

H. Sistematika Penulisan

Pada penulisan ini dibagi menjadi 7 bab. Bab I berisi tentang latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan istilah,

deskripsi judul dan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang landasan teori

yang digunakan sebagai dasar penulisan yang meliputi pembelajaran matematika,

paradigma pedagogik reflektif, rangkaian kegiatan guru,

keterampilan-keterampilan dasar mengajar, dan materi penjumlahan pecahan. Sedangkan Bab

III berisi tentang uraian metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, subyek

penelitian, waktu dan tempat penelitian, metode pengumpulan data, instrumen

pengumpulan data dan metode analisis data.

Bab IV berupa analisis data penelitian yang di dalamnya berisi tentang

pelaksanaan penelitian, transkrip rekaman video, topik data, dan kategori data.

Bab V merupakan hasil penelitian, berisi tentang uraian hasil penelitian. Bab VI

berisi tentang pembahasan, sedangkan Bab VII berisi tentang kesimpulan dan

(28)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan rangkaian kegiatan guru

dalam pembelajaran matematika yang berbasis paradigma pedagogi reflektif.

Berdasarkan tujuan tersebut, maka landasan teori yang akan dipakai dalam

penelitian ini meliputi : (i) Pembelajaran matematika, (ii) paradigma pedagogi

reflektif, (iii) Rangkaian kegiatan guru, dan (iv) Materi penjumlahan pecahan.

A. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian pembelajaran matematika

Pengertian dari pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan

pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta

didik (siswa) yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan

siswa, serta antara siswa dengan siswa. Dengan demikian pembelajaran

matematika merupakan suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran

matematika dalam mengajarkan matematika kepada siswanya, yang di dalamnya

terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap

kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang

amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa, serta antara

siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika tersebut (Suyitno, 2004:2

(29)

Dalam bahasa latin, kata matematika berasal dari kata manthanein atau

mathema yang artinya belajar atau hal yang dipelajari. Sedangkan dalam bahasa

Belanda matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan

dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu

kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari

kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam

matematika bersifat konsisten (Depdiknas, 2003).

Pembelajaran matematika merupakan suatu kegiatan yang menekankan

pada eksplorasi matematika, model berfikir yang matematik, dan pemberian

tantangan atau masalah yang berkaitan dengan matematika. Sebagai akibatnya

peserta didik melalui pengalamannya dapat membedakan pola-pola dan struktur

matematika, peserta didik dapat berfikir secara rasional dan sistematik. (Artanti cit

Hudoyo, 2007 dalam skripsi MM. Yunika N. , 2009).

2. Tujuan pembelajaran matematika

Tujuan dari pembelajaran matematika yaitu (Depdiknas, 2003) :

a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan

kesamaan, dan perbedaan.

b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin

tahu, membuat prediksi dan pendugaan, serta mencoba-coba.

(30)

d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan,

grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.

B. Paradigma Pedagogi Reflektif

Menurut Pargiyono (2009) arti paradigma adalah kerangka pikir yang

dimiliki seseorang, yang mempengaruhi dan membentuk pemahaman, nilai, sikap,

pilihan, dan tindakannya. Pedagogi adalah seni/ilmu mendampingi anak dalam

rangka visi tertentu, yang tidak terbatas pada metode semata. Sedangkan reflektif

adalah berpretensi menangkap makna dan nilai hakiki dari hal yang sedang

digeluti, dan mengaitkannya dengan segi-segi lain kehidupan, menghargai

implikasi-implikasinya dalam mencari kebenaran.

Paradigma pedagogi reflektif adalah pola pikir pendidikan atau

pembelajaran yang mengintegrasikan pengembangan keilmuan dan

pengembangan nilai kemanusiaan dalam suatu proses yang terpadu, yang

dirancang sedemikian rupa sehingga nilai kemanusian ditumbuhkan dari

kesadaran dan kehendak siswa sendiri. Pembelajaran bidang studi disesuaikan

dengan konteks siswa dan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan diusahakan

melalui dinamika pengalaman refleksi, aksi dan disertai evaluasi. Maksudnya

dengan pengalaman tersebut, siswa mengalami sendiri nilai kemanusiaan yang

diperjuangkan. Dengan refleksi, siswa menyadari sendiri maknanya. Dengan aksi,

siswa mengubah pola sikap yang bermuara pada perubahan perilaku dari

(31)

Menurut Susento (2010) PPR adalah cara pandang tentang pendidikan di

sekolah yang menekankan pada pengitegrasian usaha penumbuhan nilai-nilai

kemanusiaan dan pengembangan kompetensi siswa melalui pelaksanaan

pembelajaran untuk semua mata pelajaran di sekolah. Penumbuhan nilai-nilai

kemanusiaan dilakukan sesuai dengan konteks siswa dan materi pelajaran, serta

melalui mekanisme pemberian pengalaman, refleksi, perwujudan aksi, dan

evaluasi.

1) Konteks

Nilai kemanusiaan yang akan dikembangkan disesuaikan dengan konteks

siswa dan materi pelajaran. Konteks disini maksudnya, guru harus menyesuaikan

materi dan cara belajar yang disukai siswa, sehingga kegiatan belajar mengajar

dapat berjalan dengan baik. Konteks siswa antara lain taraf perkembangan pribadi,

kondisi sosial, budaya, dan agama (Subagyo, 2005a). Konteks materi pelajaran

antara lain kompetensi dasar, ruang lingkup materi, sifat materi, keterkaitan materi

dengan kehidupan nyata, dan cara mempelajarinya.

Dalam Subagyo (2005a: 2-3) disebutkan bahwa konteks yang perlu

diperhatikan adalah sebagai berikut:

1) Bahan pengajaran disesuaikan dengan kemampuan siswa (juga dengan

minat dan bakat siswa). Dalam pola pikir PPR, penguasaan siswa akan

kompetensinya lebih penting dari banyaknya materi. Kualitas lebih penting

dari kuantitas. Lebih penting apa yang dikuasai siswa dari apa yang

(32)

2) Kurikulum atau silabus seharusnya merupakan suatu kebulatan, supaya

pemahaman siswa menjadi utuh. Pembelajaran yang tepat seharusnya

mendukung kebulatan dan keutuhan perkembangan akademik siswa.

3) Nilai kemanusiaan yang diperjuangkan perlu juga disesuaikan dengan

konteks siswa, misalnya apakah sesuai dengan taraf perkembangan

pribadi, sesuai dengan agama, etnis, visi atau misi sekolah.

2) Pengalaman

Pengembangan nilai kemanusiaan paling efektif dilakukan melalui

pengalaman, yaitu siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan atau yang

ingin dikembangkan dari bahan yang dipelajari (Subagyo, 2005a: 3). Pengalaman

nilai yang ingin dikembangkan dapat berupa pengalaman langsung dan juga dapat

berupa pengalaman secara tidak langsung. Penerapan pengalaman langsung,

misalnya siswa ingin mengembangkan nilai persaudaraan dan kerjasama dalam

diri para siswa, maka salah satu bentuk pengalaman siswa adalah dengan cara

kerja kelompok. Penerapan pengalaman tidak langsung dapat dilakukan dengan

cara siswa membayangkan, merenungkan suatu peristiwa misalnya membaca

berita dan melihat foto.

3) Refleksi

Refleksi adalah kegiatan siswa meninjau kembali pengalaman yang lalu.

Menurut Subagyo (2005a), refleksi merupakan tahap di mana siswa menjadi sadar

sendiri mengenai kebaikan, keenakan, manfaat dan makna nilai yang

diperjuangkan. Tujuannya adalah agar nilai yang diperjuangkan menjadi menarik

(33)

yang diperjuangkan sampai pada keinginan untuk bertindak. Untuk membantu

siswa menyadari nilai kemanusiaan yang terkandung di dalam pengalaman, guru

memfasilitasi dengan berbagai cara, antara lain:

1. mengajukan pertanyaan terbuka/divergen (Subagyo, 2005a);

2. memberi tugas kepada siswa untuk mengkomunikasikan pendapat/

perasaan mereka dalam bentuk lisan, tulisan, atau gambar;

3. mengajak siswa berdiskusi.

4) Aksi

Perwujudan dari hasil pengalaman yang sudah direfleksi adalah sebuah

aksi. Kegiatan aksi ini merupakan sikap atau perbuatan yang ingin dilakukan

siswa atas kemauan mereka sendiri terkait dengan nilai kemanusiaan yang ingin

diperjuangkan.

Menurut Subagyo (2005a:3), perkembangan nilai kemanusiaan tidak

boleh hanya berhenti sampai kesadaran, tetapi harus berlanjut sampai pada

bersikap dan berbuat dari kemauannya sendiri. Sikap dan niat adalah aksi batin,

sedangkan perbuatan merupakan aksi lahir.

5) Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap penentuan hasil belajar dari para siswa.

Menurut Subagyo (2005a: 4), evaluasi perkembangan nilai kemanusiaan tidak

dapat dilakukan dengan tes, tetapi dengan observasi. Guru mengobservasi

perbuatan siswa yang spontan, yang menunjukan perkembangan nilai

(34)

observasi karena ciri khas nilai kemanusiaan adalah kebebasan, siswa berbuat dari

kemauannya sendiri.

Dari uraian tentang unsur-unsur dinamika pembelajaran berpola Paradigma

Pedagogi Reflektif di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik Paradigma

Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran ditunjukkan dengan adanya

kegiatan-kegiatan sebagai berikut (Susento,2010):

1. Guru menyesuaikan nilai kemanusiaan yang akan ditumbuhkan dengan

konteks siswa dan materi pelajaran;

2. Siswa mengalami nilai kemanusiaan dalam kegiatan pembelajaran;

3. Siswa merefleksikan pengalaman terkait dengan nilai kemanusiaan;

4. Siswa membangun niat atau melakukan aksi untuk mewujudkan nilai

kemanusiaan;

5. Guru mengevaluasi proses belajar nilai kemanusiaan pada diri para siswa.

C. Kegiatan Guru

Dalam proses pembelajaran di kelas, guru dan murid memiliki peranan

yang penting demi berlangsungnya proses pembelajaran. Suatu pembelajaran di

kelas tidak akan terlepas dari apa yang disebut pengelolaan kelas. Mengajar

adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses

belajar. Sistem lingkungan terdiri dari komponen-komponen yang saling

mempengaruhi, yakni tujuan yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan

siswa yang harus memainkan peranan, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana

(35)

Guru harus bisa memilih strategi belajar-mengajar yang optimal agar

tujuan belajar dapat tercapai secara optimal pula. Dalam hal ini, strategi belajar

mengajar yang dimaksud adalah rentetan perbuatan guru-murid di dalam peristiwa

belajar-mengajar. Dalam proses pembelajaran, guru juga harus dapat menciptakan

suasana yang menyenangkan agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh dalam

mengikuti proses pembelajaran. Guru harus dapat memilih metode belajar yang

bervariasi agar kegiatan belajar-mengajar tidak terkesan monoton. Dalam proses

pembelajaran guru tidak hanya sebagai pengelola kelas, namun dapat bertindak

sebagai fasilitator (menyediakan fasilitas) dan motivator (memberikan motivasi)

untuk siswa. Menurut Hudoyo, peran guru dalam menilai keberhasilan siswa tidak

cukup hanya sekedar melihat hasil ujian saja, melainkan juga memonitor segala

kegiatan siswa selama proses pembelajaran, seperti guru berkeliling kelas,

mengamati, dan mengoreksi pekerjaan siswa jika ada kesalahan konsep

(Astuti,2000 dalam skripsi MM. Yunika N. , 2009). Menurut Gage & Berliner

(dalam skripsi MM. Yunika N. , 2009), mengemukakan peran guru dalam proses

pembelajaran mencakup :

1. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan

dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).

2. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi,

memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar

mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber

(36)

3. Guru sebagai pembimbing (teacher counsel), di mana guru dituntut untuk

mampu mengidentifikasi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan

dalam belajar, melakukan diagnosa, dan guru harus membantu mencari

pemecahannya (remedial teaching).

4. Guru sebagai fasilitator, di mana guru memfasilitasi pengalaman belajar siswa

dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Sebagai

fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang

berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses pembelajaran

yang berupa buku paket, LKS, dan lain-lain. Diharapkan siswa memahami dan

mengembangkan potensi dirinya secara positif. Tujuan pembelajaran lebih

kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.

Tugas guru matematika diantaranya adalah pertama, bagaimana materi

pelajaran itu diberikan kepada siswa sesuai dengan standar kurikulum. Kedua,

bagaimana proses pembelajaran berlangsung dengan melibatkan peran siswa

secara penuh dan aktif, dalam artian proses pembelajaran yang berlangsung dapat

berjalan dengan menyenangkan (Yaniawati, 2006 dalam skripsi MM. Yunika N. ,

2009).

Dalam pembelajaran, diperlukan adanya keterampilan-keterampilan yang

harus dimiliki oleh seorang guru. Keterampilan yang dimaksud adalah

keterampilan dasar mengajar. Keterampilan dasar mengajar berperan penting

dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Ada delapan keterampilan dasar

mengajar (J.J. Hasibuan dan Moedjiono, 1986 dalam skripsi MM. Yunika N. ,

(37)

1. keterampilan memberi penguatan

Memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam

merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan

tingkah laku tersebut timbul kembali. Komponen keterampilan memberi

penguatan adalah :

a. Penguatan verbal

Dapat berupa kata-kata atau kalimat yang diucapkan guru. Contoh, ”baik”,

”bagus”, ”tepat”, dll.

b. Penguatan gestural

Dalam bentuk mimik, gerakan wajah atau anggota badan yang dapat

memberikan kesan kepada siswa. Misalnya mengangkat alis, tersenyum,

kerlingan mata, dan anggukan tanda setuju.

c. Penguatan dengan sentuhan

Guru menyatakan penghargaan kepada siswa dengan menepuk pundak

siswa, menjabat tangan siswa, dll.

2. keterampilan bertanya

Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang

untuk mendorong kemapuan berfikir seseorang. Perlu adanya pertanyaan dengan

teknik menuntun dan menggali untuk memungkinkan kualitas jawaban siswa.

Komponen keterampilan bertanya, meliputi :

a. keterampilan dasar, meliputi :

1) pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat

(38)

3) penyebaran pertanyaan

4) pemberian waktu berpikir

5) pemberian tuntunan

b. keterampilan lanjutan, meliputi :

1) urutan pertanyaan mempunyai urutan yang logis

2) keterampilan mendorong adanya interaksi

Hal yang harus dihindari dalam memberikan pertanyaan adalah:

a. menjawab pertanyaan sendiri

b. mengulang jawaban siswa

c. mengulang-ulang pertanyaan sendiri

d. mengajukan pertanyaan yang memberikan jawaban serentak

3. keterampilan menggunakan variasi

Variasi dalam proses belajar-mengajar diartikan sebagai perbuatan guru

yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses

belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan

aktif.

Komponen keterampilan maenggunakan variasi, meliputi : variasi suara,

kontak mata, gerakan badan dan mimik, dan perubahan posisi guru.

4. keterampilan menjelaskan

Menjelaskan mutlak harus dapat dimiliki seorang guru. Menjelaskan

berarti menyajikan informasi lisan secara sistematis, sehingga dengan mudah

dapat dipahami siswa. Komponen keterampilan menjelaskan, meliputi : kejelasan

(39)

penekanan (berupa suara dan mimik), balikan (memperhatikan tingkah laku siswa,

memberikan kesempatan siswa menjawab pertanyaan, meminta pendapat siswa

apakah penjelasan yang diberikan bersifat bermakna atau tidak)

5. keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan guru untuk menciptakan

suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat kepada apa

yang akan dipelajari. Menutup pelajaran adalah kegiatan guru untuk mengakhiri

kegiatan inti pelajaran. Maksudnya adalah memberikan gambaran menyeluruh

tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa, dan

tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.

Komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran, meliputi :

a. membuka pelajaran (menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi,

memberi acuan, membuat kaitan)

b. menutup pelajaran (meninjau kembali dengan cara merangkum inti

pelajaran dan membuat ringkasan, mengevaluasi)

6. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

Diartikan sebagai perbuatan guru yang melayani 3-8 siswa untuk

kelompok kecil, dan hanya seorang untuk perorangan. Pada dasarnya bentuk

pengajaran ini dapat dikerjakan dengan membagi kelas dalam

kelompok-kelompok yang lebih kecil.

7. keterampilan mengelola kelas

Merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi

(40)

gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan atau melakukan kegiatan remidial.

Komponen keterampilan mengelola kelas, meliputi : menunjukkan sikap tanggap

terhadap gangguan serta kekacauan siswa, membagi perhatian, menegur, dan

memberi penguatan.

8. keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil adalah proses dengan melibatkan siswa dalam

interaksi untuk berbagi informasi dan pengalaman dalam memecahkan masalah,

meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan,

mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi, serta membina

kerjasama antar siswa yang sehat dan bertanggung jawab. Komponen

keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, meliputi : pemusatan

perhatian (merumuskan tujuan, menyatakan masalah, membuat rangkuman),

memperjelas permasalahan, menganalisa pandangan siswa, meningkatkan urutan

pikiran siswa, menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan menutup diskusi.

D. Materi Pelajaran

1. Pecahan

Pecahan berasal dari bahasa latin fractio adalah bagian dari keseluruhan.

Pecahan yang dipelajari anak ketika di SD, sebetulnya merupakan bagian dari

bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk dengan a dan b merupakan

bilangan bulat dan b tidak sama dengan nol. Tiap pecahan dapat disimbolkan

mempunyai dua bagian, bagian atas disebut pembilang dan bagian bawah disebut

(41)

Macam-macam pecahan :

a. Pecahan Biasa

Pecahan biasa adalah pecahan baik pembilang dan penyebutnya berupa

integer atau bilangan bulat.

Misal : 2 1

, 5 1

b. Pecahan campuran

Pecahan yang penyebutnya lebih kecil dari pembilangnya atau pecahan yang

terdiri atas bilangan bulat dan pecahan.

Misal : 1 2 1

,3/2.

c. Pecahan Desimal

Pecahan desimal adalah pecahan yang penyebutnya pangkat dari10.

Misal: 10

1

= 0,1 , 5 1

= 0,2

d. Persen

Persen adalah pecahan yang peyebutnya 100 atau peratusan.

Misalnya :

100 1

= 1%

2. Lima hukum operasi berhitung

Untuk setiap , ∈ berlaku∶

1) + = +  sifat komutatif penjumlahan

2) ( + )+ = + ( + )  sifat asosiatif penjumlahan

3) . = .  sifat komutatif perkalian

(42)

5) . ( + ) = . + .  sifat distributif perkalian terhadap

( + ). = . + . penjumlahan

3. Penjumlahan Pecahan Biasa

a. Penjumlahan pecahan biasa dengan penyebut sama

+ = +

Dengan syarat ≠0

b. Penjumlahan pecahan biasa dengan penyebut berbeda

+ = . + .

×

Dengan syarat dan ≠0

4. Penjumlahan Pecahan Campuran

Karena pecahan campuran adalah penjumlahan dari bilangan bulat dan

pecahan, untuk menjumlahkan pecahan campuran berlaku aturan :

a. Jumlahkan bagian yang berupa bilangan bulat

b. Jumlahkan bagian yang berupa pecahan dan sederhanakan, jika perlu

c. Jika jumlah dari bagian yang berupa pecahan adalah pecahan yang belum

sederhana, sederhanakan pecahan tersebut dan jumlahkan hasilnya dengan

hasil penjumlahan dari langkah pertama.

5. Penjumlahan Pecahan Desimal

Untuk menghitung penjumlahan pecahan desimal, yang perlu diperhatikan

(43)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dipaparkan mengenai jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian, subyek penelitian, waktu dan tempat penelitian, metode

pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, dan metode analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif deskriptif. Penelitian digunakan untuk mendeskripsikan rangkaian

kegiatan guru dalam pembelajaran matematika yang berbasis paradigma pedagogi

reflektif, yang terjadi pada guru dalam keadaan yang sebenarnya.

B. Subyek Penelitian

Subyek yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah guru yang

mengajar siswa di dalam kelas IV SD Kanisius Kadirojo pada semester satu tahun

ajaran 2010/2011. Subjek dipilih dengan pertimbangan bahwa guru-guru di bawah

naungan Yayasan Kanisius, termasuk guru kelas IV SD Kanisius Kadirojo telah

mendapatkan pembekalan mengenai PPR, antara lain seminar pada tanggal 25

November 2010.

Gejala-gejala yang diamati adalah rangkaian kegiatan guru yang terjadi

selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Kegiatan ini dilaksanakan

(44)

I). RPP yang dipakai dalam penelitian ini disusun oleh subjek penelitian dan telah

dikonsultasikan kepada peneliti utama, yaitu Alm. Dr. Susento, untuk

mendapatkan rancangan kegiatan yang mengupayakan penggunaan PPR.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada jam pelajaran matematika di sekolah dan

dilaksanakan di dalam ruangan kelas IV SD Kanisius Kadirojo Kalasan.

Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2011.

D. Metode Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara observasi langsung dan

observasi tidak langsung. Observasi langsung dilakukan dengan mengamati

kegiatan yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan observasi

tidak langsung dilakukan dengan mengamati hasil perekaman kegiatan

pembelajaran yang telah direkam dengan menggunakan alat perekam ‘handy-cam’

secara menyeluruh. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan selama empat kali

pertemuan, tiap pertemuan berlangsung maksimal selama 120 menit. Pada

tiap-tiap pertemuan diamati kegiatan yang dilakukan guru selama pembelajaran di

dalam kelas. Materi pembelajaran adalah penjumlahan pecahan di kelas IV SD

Kanisius Kadirojo Kalasan semester dua.

Instrumen yang digunakan dalan penelitian ini berupa rekaman video.

Data-data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data pelaksanaan

(45)

paradigma pedagogi reflektif, dan data pengamatan rangkaian kegiatan guru

selama pembelajaran berlangsung. Data tentang pelaksanaan pembelajaran

tersebut dikumpulkan melalui sebuah proses perekaman dengan menggunakan

alat perekam ‘handy-cam’. Sedangkan data pengamatan rangkaian kegiatan guru

dikumpulkan melalui sebuah proses pengamatan secara langsung dan tidak

langsung dengan mengamati perilaku guru selama kegiatan pembelajaran.

E. Metode Analisis Data

Kegiatan analisis data meliputi tiga langkah, yaitu reduksi data,

kategorisasi data, dan penarikan kesimpulan.

a. Reduksi data adalah proses membandingkan bagian-bagian data untuk

menghasilkan topik-topik data. Reduksi data dapat dirinci menjadi dua

kegiatan yaitu:

1. Transkripsi

Transkripsi adalah penyalinan atau penyajian kembali sesuatu yang

tampak dan terdengar dalam hasil rekaman video berupa dalam bentuk narasi

tertulis.

2. Penentuan topik-topik data

Topik data adalah deskripsi secara ringkas mengenai bagian data yang

mengandung makna tertentu yang diteliti. Sebelum menentukan topik-topik data

peneliti menentukan makna-makna apa saja yang terkandung dalam penelitian.

(46)

tertentu pada hasil transkripsi sesuai makna yang terkandung di dalamnya dan

membuat suatu rangkuman bagian data, yang selanjutnya disebut topik-topik data.

b. Penentuan kategori data

Penentuan kategori data merupakan proses membandingkan topik-topik

data satu sama lain untuk menghasilkan kategori-kategori data. Kategori data

adalah gagasan abstrak yang mewakili makna tertentu yang terkandung dalam

sekelompok topik data.

c. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan fenomena yang

diteliti dengan cara menemukan dan mensintesakan hubungan-hubungan di antara

(47)

27 BAB IV

ANALISIS DATA PENELITIAN

Analisis data penelitian meliputi: pelaksanaan penelitian dan hasil analisis

data. Pelaksanaan penelitian akan dipaparkan dalam subbab A. Sedangkan subbab

B akan memaparkan hasil analisis data yang meliputi (i) transkripsi, (ii) penentuan

topik-topik data, (iii) penentuan kategori data.

A. Pelaksanaan penelitian

1. Tahap Uji Coba

Uji coba penelitian dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada tanggal 9

Februari 2011, 11 Februari 2011, dan 12 Februari 2011. Tahap uji coba ini

dilakukan untuk berlatih mengumpulkan data dan melakukan sosialisasi dengan

subjek guru dan siswa. Hasil uji coba tersebut digunakan untuk mengevaluasi diri.

Pengambilan data menggunakan satu buah handy-cam. Pada pertemuan

pertama sampai pertemuan ketiga materi pelajaran yang sedang dibahas adalah

tentang pecahan, dengan topik materi mengurutkan pecahan dengan penyebut

yang sama dan mengurutkan pecahan dengan penyebut berbeda. Proses

pembelajaran diawali dengan mengingat kembali apa yang telah dipelajari pada

pertemuan sebelumnya, kemudian subjek melanjutkan penjelasan ke materi baru.

Setelah selesai membahas materi, subjek meminta siswa untuk mengerjakan

(48)

Selain melakukan uji coba pengambilan data, peneliti juga melakukan

sosialisasi pada subjek siswa dan subjek guru. Sosialisasi ini berguna agar kelak

saat melakukan pengambilan data yang sesungguhnya, subjek guru dan subjek

siswa sudah terbiasa dan tidak merasa canggung. Pada tahap uji coba, subjek guru

dan siswa tampak tidak terganggu dengan pengambilan data yang dilakukan.

Sosialisasi dilakukan saat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dan juga pada

saat istirahat.

Dari hasil uji coba selama tiga hari tersebut didapatkan beberapa kekurangan

yang harus diperbaiki, sehingga saat pengambilan data sebenarnya data yang

diperoleh dapat maksimal. Kekurangan yang didapatkan antara lain adalah

memori data ’handy-cam’ tidak cukup untuk menyimpan video dengan durasi

sepanjang jam pelajaran matematika sehingga ada beberapa menit dari proses

pembelajaran yang tidak terekam oleh ’handy-cam’. Dari hasil evaluasi tersebut

diharapkan pada pengambilan data yang sebenarnya, kekurangan tersebut dapat

diperbaiki.

2. Tahap Penelitian Utama

a. Pertemuan pertama

Pertemuan yang pertama dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 4 Maret

2011, jam ke 1-2 yaitu pukul 07.00 – 09.00 WIB. Pembelajaran dilaksanakan di

(49)

Pada pertemuan pertama, jumlah siswa yang hadir adalah 33. Tujuan dari

pembelajaran ini adalah agar siswa dapat memahami materi penjumlahan

pecahan, khususnya yaitu penjumlahan pecahan biasa.

Kegiatan pendahuluan diisi dengan mengingat kembali materi pada

pertemuan sebelumnya yaitu mengenai pengurangan pecahan. Subjek

menanyakan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi pengurangan

pecahan.

Kegiatan inti diisi dengan tugas kelompok untuk mengerjakan LKS.

Mula-mula subjek memberi pengantar berupa cerita yang berhubungan dengan pecahan.

Selanjutnya siswa diminta membentuk kelompok yang beranggotakan empat

orang. Subjek meminta siswa mengerjakan LKS yang berisi soal-soal mengenai

penjumlahan pecahan biasa. Setelah kerja kelompok selesai, subjek mengajak

seluruh siswa untuk membahas hasil kerja kelompok bersama-sama. Setelah itu

subjek memberikan tugas individu berupa latihan soal penjumlahan pecahan

biasa.

Sebagai penutup, subjek membimbing siswa dalam kegiatan refleksi dan

aksi mengenai kerja sama dan menerima perbedaan.

b. Pertemuan kedua

Pertemuan yang kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 Maret 2011,

jam ke 1-2 yaitu pukul 07.00 – 08.30 WIB. Pembelajaran dilaksanakan di ruang

(50)

Pada pertemuan kedua, jumlah siswa yang hadir adalah 33. Tujuan dari

pembelajaran ini adalah agar siswa dapat memahami materi penjumlahan pecahan

khususnya mengenai penjumlahan pecahan campuran.

Kegiatan pendahuluan diisi dengan membahas contoh-contoh soal

penjumlahan pecahan campuran baik yang berupa masalah kontekstual atau pun

soal matematis. Subjek membahas contoh-contoh soal ini untuk menanamkan

pemahaman mengenai penjumlahan pecahan campuran pada diri siswa.

Pembahasan contoh dilakukan dengan melibatkan siswa baik dengan menunjuk

siswa untuk menuliskan jawaban mereka di papan tulis mau pun dengan tanya

jawab dalam memeriksa jawaban yang sedang dibahas.

Kegiatan inti diisi dengan latihan soal. Subjek meminta siswa mengerjakan

latihan soal mengenai penjumlahan pecahan campuran yang diambil dari buku

paket matematika. Latihan soal ini dikerjakan secara individu. Subjek berkeliling

kelas untuk mengawasi siswa dalam mengerjakan soal latihan. Subjek kemudian

membahas latihan soal secara bersama-sama dengan siswa. Setelah itu subjek

memberikan PR berupa soal-soal penjumlahan pecahan campuran.

Sebagai penutup, subjek membimbing siswa dalam kegiatan refleksi dan

aksi mengenai menerima perbedaan.

c. Pertemuan ketiga

Pertemuan yang ketiga dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 11 Maret 2011,

jam ke 1-2 yaitu pukul 07.00 – 08.30 WIB. Pembelajaran dilaksanakan di ruang

(51)

Tujuan dari pembelajaran ini adalah agar siswa dapat memahami materi

penjumlahan pecahan khususnya mengenai penjumlahan pecahan desimal.

Pada bagian pendahuluan subjek mengajak siswa mengingat materi yang

telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu mengenai penjumlahan pecahan

campuran. Hal ini dilakukan dengan membahas PR berupa soal mengenai

penjumlahan pecahan campuran. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan tanya

jawab singkat mengenai penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan

penjumlahan pecahan dengan penyebut berbeda.

Bagian inti meliputi kegiatan membahas contoh-contoh soal penjumlahan

pecahan desimal baik yang berupa masalah kontekstual atau pun soal matematis.

Subjek membahas contoh-contoh soal ini untuk menanamkan pemahaman

mengenai penjumlahan pecahan desimal pada diri siswa. Pembahasan contoh

dilakukan dengan melibatkan siswa baik dengan menunjuk siswa untuk

menuliskan jawaban mereka di papan tulis mau pun dengan tanya jawab dalam

memeriksa jawaban yang sedang dibahas.

Setelah selesai membahas contoh-contoh soal subjek meminta siswa

mengerjakan tugas individu mengerjakan soal-soal penjumlahan pecahan desimal.

Subjek meminta siswa mengerjakan latihan soal mengenai penjumlahan pecahan

desimal yang diambil dari buku paket matematika. Latihan soal ini dikerjakan

secara individu. Subjek berkeliling kelas untuk mengawasi siswa dalam

mengerjakan soal latihan. Subjek kemudian membahas latihan soal secara

bersama-sama dengan siswa. Setelah itu subjek memberikan PR berupa soal-soal

(52)

Sebagai penutup, subjek membimbing siswa dalam kegiatan refleksi dan

aksi mengenai tanggung jawab.

d. Pertemuan keempat

Pertemuan keempat dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2011. Kegiatan

pada pertemuan keempat ini adalah melaksanakan ulangan harian. Subjek

melakukan evaluasi yaitu ulangan, untuk mengetahui tingkat pemahaman yang

diperoleh para siswa. Ulangan yang diberikan berupa tes tertulis, yang mencakup

satu kompetensi dasar yaitu menjumlahkan pecahan.

B. Analisis Data

Setelah melakukan penelitian yang berlangsung selama empat pertemuan,

peneliti mendapatkan data-data yang diperlukan dan mulai melakukan proses

analisis data. Proses analisis data dilaksanakan melalui beberapa langkah, yaitu

transkripsi, penentuan topik-topik data, dan penentuan kategori-kategori data.

1. Transkripsi Rekaman Video

Transkripsi proses pembelajaran terdiri dari empat bagian, yang dibagi

berdasarkan banyaknya pertemuan dalam pelaksanaan penelitian :

a. Transkripsi data pada pertemuan I terdapat pada lampiran II

b. Transkripsi data pada pertemuan II terdapat pada lampiran II

(53)

2. Penentuan Topik-Topik Data

Topik data adalah rangkuman dari bagian transkrip data yang mengandung

makna tertentu yang diteliti. Topik data kegiatan subjek (Guru) dalam

pembelajaran disajikan pada tabel-tabel topik data dimulai dari tabel 4.1 sampai

dengan tabel 4.3.

Tabel 4.1 Topik Data Rangkaian Kegiatan Subjek pada Petemuan I

No Topik Data Bagian

Data

1. Subjek menyajikan masalah tentang kue yang memiliki empat macam rasa yang berhubungan dengan pecahan sebagai pengantar tugas kelompok.

I.15-20

2. Subjek mengajukan pertanyaan dalam tanya jawab mengingat kembali topik materi pengurangan pecahan. Mula-mula subjek menanyakan tentang bagian-bagian pecahan yang dijawab oleh siswa bahwa pecahan terdiri dari pembilang dan penyebut. Kemudian, subjek menanyakan cara melakukan pengurangan pecahan baik dengan penyebut sama atau dengan penyebut berbeda.

I.21-24

3. Subjek menyiapkan siswa sebelum melaksanakan tugas kelompok tentang penjumlahan pecahan biasa. Mula-mula subjek membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 siswa. Subjek kemudian meminta siswa bersalaman dengan teman satu kelompok. Setelah itu, subjek membagikan LKS tentang penjumlahan pecahan biasa yang dipakai dalam kerja kelompok. Berikutnya, subjek menerangkan beberapa hal berkaitan dengan LKS tentang penjumlahan pecahan biasa.

1.25-48

4. Subjek mengawasi siswa melaksanakan diskusi kelompok mereka tentang penjumlahan pecahan biasa. Diskusi meliputi cara menggambar lingkaran, membagi gambar lingakaran menjadi 12 bagian, dan menjumlahkan pecahan biasa dalam soal-soal di LKS penjumlahan pecahan biasa. Selama diskusi beberapa siswa menanyakan pada subjek cara membagi gambar lingkaran menjadi dua belas bagian jika gambar lingkaran tersebut telah dibagi empat. Subjek memberikan penjelasan bahwa setiap bagian harus dibagi lagi menjadi tiga bagian. Subjek kemudian mengingatkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok agar pekerjaan kelompok lebih cepat selesai.

I.49-98

5. Subjek membahas gambar lingkaran yang merupakan hasil diskusi kelompok. Mula-mula subjek meminta siswa mengakhiri diskusi kelompok mengenai penjumlahan pecahan biasa, kemudian subjek menunjuk beberapa siswa untuk menempelkan hasil diskusi kelompok berupa gambar lingkaran yang telah diwarnai yang menggambarkan kue dengan berbagai macam rasa. Selanjutnya, subjek melakukan tanya jawab mengenai besarnya bagian-bagian rasa kue sesuai gambar yang telah ditempel di papan tulis.

I.99-136

6. Subjek membahas soal LKS tentang penjumlahan pecahan biasa dengan penyebut sama. Mula-mula subjek meminta beberapa siswa maju ke depan untuk menuliskan jawaban dari soal di LKS tentang penjumlahan pecahan biasa yang memiliki penyebut yang sama. Kemudian, subjek memeriksa jawaban siswa yang ada di papan tulis tersebut. Setelah itu subjek memberikan kesimpulan bahwa jika kedua pecahan yang dijumlahkan

(54)

memiliki penyebut sama maka hasil dari penjumlahan kedua pecahan tersebut berupa suatu pecahan di mana pembilangnya adalah hasil penjumlahan pembilang dari pecahan yang dijumlahkan dan penyebutnya sama dengan penyebut dari pecahan yang dijumlahkan.

7. Subjek membahas soal LKS tentang penjumlahan pecahan biasa dengan penyebut berbeda. Mula-mula subjek membimbing siswa untuk menentukan bentuk pecahan dari gambar lingkaran yang ada dalam LKS penjumlahan pecahan biasa. Kemudian, subjek meminta beberapa siswa maju ke depan untuk menuliskan jawaban dari penjumlahan pecahan biasa yang memiliki penyebut yang berbeda yang merupakan bentuk pecahan dari gambar lingkaran. Setelah itu subjek memeriksa jawaban siswa yang ada di papan tulis tersebut. Terakhir, subjek memberikan kesimpulan bahwa jika kedua pecahan yang dijumlahkan memiliki penyebut berbeda maka disamakan dulu penyebutnya dengan menggunakan KPK dari kedua penyebut pecahan itu, baru kemudian dijumlahkan seperti pada penjumlahan pecahan biasa dengan penyebut sama. jika kedua pecahan yang dijumlahkan memiliki penyebut berbeda maka disamakan dulu penyebutnya dengan menggunakan KPK dari kedua penyebut pecahan itu, baru kemudian dijumlahkan seperti pada penjumlahan pecahan biasa dengan penyebut sama.

I.145-174

8. Subjek membahas soal-soal penjumlahan pecahan biasa dengan penyebut sama secara lisan. Soal-soal yang dibahas diambil dari LKS penjumlahan pecahan biasa. Hal ini dilakukan dengan tanya jawab.

I.175-180

9. Subjek membahas soal di LKS tentang penjumlahan pecahan biasa yang berpenyebut berbeda. Dalam soal ini, hasilnya berupa pecahan yang pembilangnya lebih besar dari penyebutnya sehingga dapat diubah menjadi pecahan campuran. Mula-mula subjek meminta dua siswa maju ke depan untuk menuliskan jawaban mereka di papan tulis. Subjek kemudian memeriksa jawaban siswa yang ada di papan tulis. Karena hasil penjumlahan berupa pecahan yang pembilangnya lebih besar dari penyebutnya maka subjek lalu mengubah pecahan biasa tersebut menjadi pecahan campuran dengan melibatkan siswa dalam tanya jawab.

I.181-224

10. Subjek membimbing siswa dalam mengerjakan latihan soal tentang penjumlahan pecahan biasa yang diambil dari buku paket matematika. Pada saat mengerjakan latihan soal salah satu siswa yang merasa kesulitan bertanya tentang cara menjumlahkan pecahan dengan penyebut berbeda. Subjek kemudian memberikan penjelasan bahwa kedua pecahan perlu disamakan dulu penyebutnya yaitu dengan menggunakan KPK. Setelah itu subjek kembali berkeliling untuk mengawasi siswa mengerjakan latihan soal.

I.237-276

11. Subjek membahas soal-soal latihan penjumlahan pecahan biasa dengan penyebut sama secara lisan. Hal ini dilakukan dengan tanya jawab.

I.277-300

12. Subjek membahas soal-soal latihan penjumlahan pecahan dengan penyebut berbeda. Mula-mula subjek menunjuk beberapa orang siswa untuk menuliskan jawaban mereka di papan tulis untuk soal-soal penjumlahan pecahan dengan penyebut berbeda. Kemudian, subjek memeriksa jawaban yang ada di papan tulis dengan melibatkan siswa dalam tanya jawab.

I.301-386

13. Subjek membahas kegiatan bersalaman yang dilakukan sebelum kerja kelompok tentang penjumlahan pecahan biasa yang telah dilaksanakan siswa. Mula-mula subjek bertanya siapa yang tidak mau bersalaman sebelum memulai kerja kelompok. Siswa menunjuk dua orang yang tidak bersalaman sebelum kerja kelompok. Subjek kemudian menanyakan perlunya bersalaman sebelum kerja kelompok. Siswa mengajukan beberapa jawaban yang disetujui subjek di antaranya, agar tertib, rukun,

(55)

bisa bekerja sama, dan untuk menjalin persahabatan. Setelah itu subjek juga menanyakan akibat jika tidak bekerja sama dalam kelompok. Siswa menjawab bahwa jika tidak bekerja sama maka pekerjaan tidak akan selesai.

14. Subjek menanyakan kesanggupan siswa mengawali kerja kelompok dengan bersalaman.

I.429-438

15. Subjek mengajak siswa mengingat kembali kegiatan kerja kelompok yang telah mereka laksanakan yang berhubungan dengan adanya perbedaan pendapat dalam satu kelompok pada saat mengerjakan tugas kelompok mengenai penjumlahan pecahan biasa. Mula-mula subjek bertanya tentang ada atau tidaknya anggota kelompok yang memiliki pendapat berbeda pada saat mengerjakan tugas kelompok. Siswa menyatakan bahwa ada anggota kelompok mereka yang memiliki pendapat berbeda. Kemudian subjek menanyakan cara mengatasi perbedaan pendapat dalam kelompok.

I.439-446

16. Subjek menanyakan kesiapan siswa untuk bekerja sama dalam melaksanakan tugas piket.

I.447-450

Tabel 4.2 Topik Data Rangkaian Kegiatan Subjek pada Petemuan II

No Topik Data Bagian

Data

1. Subjek menyajikan contoh masalah menentukan banyaknya bahan makanan yang berhubungan dengan penjumlahan pecahan campuran secara lisan.

II.19-24

2. Subjek membahas penyelesaian contoh masalah menentukan banyaknya bahan makanan yang berhubungan dengan penjumlahan pecahan campuran. Mula-mula subjek menunjuk beberapa siswa untuk menuliskan bentuk matematika dari masalah tersebut di papan tulis. Bentuk matematika dari masalah kontekstual tersebut berupa penjumlahan pecahan campuran. Kemudian, subjek meminta siswa mengidentifikasi bilangan bulat yang terdapat dalam masalah, mengidentifikasi pecahan yang terdapat dalam masalah, menjumlahkan bilangan bulat yang telah diidentifikasi, dan menjumlahkan pecahan yang telah diidentifikasi. Setelah itu, subjek menggabungkan hasil penjumlahan bilangan bulat dengan hasil penjumlahan pecahan.

II.25-60

3. Subjek menanyakan kembali mengenai langkah-langkah penyelesaian soal penjumlahan pecahan campuran.

II.61-70

4. Subjek menyajikan masalah mengenai perhitungan banyaknya makanan ternak yang berhubungan dengan penjumlahan pecahan campuran.

II.71-76

5. Subjek membimbing siswa untuk mengidentifikasi bilangan bulat yang ada pada masalah kontekstual dalam pembahasan masalah kontekstual mengenai perhitungan banyaknya makanan ternak yang berhubungan dengan penjumlahan pecahan campuran. Hal ini dilakukan dengan tanya jawab dengan menunjuk siswa tertentu untuk ditanyai.

II.77-80

6. Subjek membimbing siswa untuk mengidentifikasi pecahan yang ada pada masalah kontekstual dalam pembahasan masalah kontekstual mengenai perhitungan banyaknya makanan ternak yang berhubungan dengan penjumlahan pecahan campuran. Hal ini dilakukan dengan tanya jawab dengan menunjuk siswa tertentu untuk ditanyai.

II.81-82

7. Subjek membimbing siswa menjumlahkan bilangan bulat dalam pembahasan masalah kontekstual mengenai perhitungan banyaknya makanan ternak yang berhubungan dengan penjumlahan pecahan campuran. Hal ini dilakukan dengan tanya jawab dengan menunjuk siswa tertentu untuk ditanyai.

Gambar

Tabel  4.1 Topik Data Rangkaian Kegiatan Subjek
Tabel  4.1 Topik Data Rangkaian Kegiatan Subjek pada Petemuan I
Tabel  4.2 Topik Data Rangkaian Kegiatan Subjek pada Petemuan II
Tabel  4.3 Topik Data Rangkaian Kegiatan Subjek pada Petemuan III
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengurangan beban jalan secara bertahap dengan meningkatkan kapasitas jalan eksisting dan mengembangkan jaringan transportasi multimoda dan logistics center sebagai

Walaupun kerbau lumpur melahirkan pertama pada umur yang lebih tua daripada sapi pedaging dan sapi perah, namun jumlah anak yang diproduksikan selama hidupnya lebih

bahwa untuk memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3) Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik

Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses belajar siswa dikelas cenderung mengalami perubahan pada siklus I maupun siklus II, hal ini dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar

Berdasarkan definisi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa perancangan sistem informasi akuntansi kas adalah perancangan sistem yang menyediakan

Guna merespon situasi paradoksal pembangunan tersebut dan menyongsong tantangan pembangunan berkelanjutan 2030, Universitas Brawijaya (UB) berupaya berpartisipasi secara

(2) Setiap Pegawai Negeri Sipil bukan Bendahara atau pejabat lain yang mengakibatkan Kerugian Daerah atas pengelolaan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat