• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural di SMK N 3 Salatiga Tahun 2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural di SMK N 3 Salatiga Tahun 2016 - Test Repository"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERWAWASAN MULTIKULTURAL

SMK N 3 Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

FITRIYANINGSIH NIM: 111-12-032

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

“Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara

kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ibu Mutini dan Bapak Subandi yang senantiasa memberikan nasehat dan telah

mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta

tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat

untuk sesama.

2. Adik tersayang Muhammad Fatkhur Rozak yang selalu memberikan semangat

untuk terus menjadi pribadi yang tangguh.

3. Seluruh teman yang membantu dalam skripsi ini.

4. Keluarga PAI A, Keluarga PPL SMK N 3 Salatiga dan Kelompok KKN yang

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya

Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi

Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan

hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di

hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “ PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM BERWAWASAN MULTIKULTURAL SMK N 3 SALATIGA 2015/2016”

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari

bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa

tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi

ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Fatchurrohman, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah

mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya

(9)

ix

5. Bapak Agus Ahmad Suaidi, Lc,. M.A. selaku pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepala sekolah, guru, dan siswa SMK N 3 Salatiga yang telah memberikan

ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut.

8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan

memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang

membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 05 September 2016

Penulis

(10)

x ABSTRAK

Fitriyaningsih. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural di SMK N 3 Salatiga Tahun 2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Fatchurrohman, M.Pd.

Kata Kunci: Pendidikan, Multikultural

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam berwawasan multikultural dan keberagaman kultur siswa di SMK N 3 Salatiga. Pertanyaan utama yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana keberagaman multikultural yang ada di SMK N 3 Salatiga? (2) Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam berwawasan multikultural di SMK N 3 Salatiga? (3) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan multikultural di SMK N 3 Salatiga?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti medapatkan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah Siswa, Kepala Sekolah, dan Guru PAI.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian ... 8

(12)

xii

BAB II LANDASAN TEORI ... 17

A. Pendidikan Agama Islam ... 17

B. Pendidikan Multikultural... 24

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 37

A. Paparan Data SMK N 3 Salatiga ... 37

B. Temuan Penelitian ... 50

1. Keberagaman Multikultural SMK N 3 Salatiga ... 50

2. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural SMK N 3 Salatiga ... 51

3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural SMK N 3 Salatiga ... 55

BAB IV PEMBAHASAN ... 57

A. Keberagaman Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural SMK N 3 Salatiga ... 57

B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural SMK N 3 Salatiga ... 60

C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural SMK N 3 Salatiga ... 69

BAB V PENUTUP ... 72

A. KESIMPULAN ... 72

B. SARAN-SARAN ... 74

(13)

xiii

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 77

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia

(Yaqin, 2005: 3). Berbagai macam adat istiadat dengan beragam ras, suku

bangsa, agama, dan kaya akan bahasa itulah bangsa Indonesia. Kekayaan

dan keanekaragaman agama, etnik, dan kebudayaan, ibarat pisau bermata

dua. Di satu sisi kekayaan ini merupakan khazanah yang patut dipelihara

dan memberi nuansa dan dinamika bagi bangsa, dan dapat pula merupakan

titik pangkal perselisihan, konflik vertikal dan horizontal. Krisis

multidimensi yang berawal sejak pertengahan 1997 dan ditandai dengan

kehancuran perekonomian nasional, sulit di jelaskan secara mono-kausal

(Baidhawy, 2005: 21). Keragaman ini diakui atau tidak, banyak

menimbulkan berbagai persoalan sebagaimana yang kita lihat saat ini.

Kurang mampunya individu-individu di Indonesia untuk menerima

perbedaan itu mengakibatkan hal yang negatif. Sudah banyak kasus-kasus

kekerasan di Indonesia yang akarnya pada perbedaan tersebut.

Bila bangsa ini ingin kuat, maka diperlukan adanya sikap saling

menghargai, menghormati, memahami, dan sikap saling menerima dari tiap

individu yang beragam itu, seehingga dapat saling membantu bekerjasama

(15)

2

Untuk mempunyai individu-individu yang bertanggung jawab atas

dirinya sendiri dan menghormati individu lainnya diperlukan adanya

pemahaman, bahwa perbedaan bukanlah menjadi satu persoalan. Yang lebih

penting adalah bagaimana menjadikan perbedaan-perbedaan itu menjadi

indah, dinamis, dan membawa berkah.

Multikulturalisme adalah proses pembudayaan. Dan oleh sebab itu

proses pendidikan adalah proses pembudayaan, maka masyarakat

multikulturalisme hanya dapat diciptakan melalui proses pendidikan (Tilaar,

2004: xxvii).

Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk

kehidupan publik, selain itu juga diyakini mampu memainkan peranan yang

signifikan dalam membentuk politik dan kultural. Dengan demikian

pendidikan sebagai media untuk menyiapkan dan membentuk kehidupan

sosial, sehingga akan menjadi basis intuisi pendidikan yang menjadi sarat

akan nilai-nilai idealisme (Nuryanto, 2008: 81).

Menurut para ahli sosiologi pendidikan, terdapat relasi resiprokal

(timbal balik) antara dunia pendidikan dengan kondisi sosial masyarakat.

Relasi ini bermakna bahwa apa yang berlangsung dalam dunia pendidikan

merupakan gambaran dari kondisi yang sesungguhnya di dalam kehidupan

masyarakat yang komplek (Naim, 2008: 13). Dengan demikian, sekolah

adalah epitome (skala kecil) dari masyarakat dalam norma prosedural, kode

perilaku, susunan struktural, distribusi kekuasaan, keistimewaan dan

(16)

3

Guru, administrator sekolah, dan para pembuat kebijakan (policy maker)

membawa pengalaman dan perspektif kultural sendiri dan memberikan

pengaruh terhadap setiap keputusan dan tindakan pendidikan. Demikian

pula siswa dari berbagai latar belakang etnik dan budaya tak dapat

dielakkan. Berbagai sistem budaya yang berbeda ini berjumpa dalam

sekolah dan ruang kelas yang pluralistik dan dapat menimbulkan konflik

budaya, yang hanya dapat dimediasi dan direkonsiliasi melalui efektifitas

proses intruksional yang mencerahkan, membuka batasan-batasan kultural

(cultural boundaries) yang kaku dan tidak cair (Baidhawy, 2005: 31).

Guru merupakan faktor penting dalam mengimplikasikan nilai-nilai

keberagaman yang inklusif dan moderat (seperti yang disaratkan pendidikan

multikultural) di sekolah. Guru mempunyai peran penting dalam pendidikan

multikultural karena dia merupakan salah satu target dari strategi pendidikan

ini. Memiliki keberagaman yang inkluisif dan moderat, maksudnya guru

memiliki pemahaman keberagaman yang humanis, deologis-persuasif,

kontekstual, substantif dan aktif sosial. Apabila guru mempunyai paradigma

tersebut, dia akan mampu untuk mengajarkan dan mengimplementasikan

nialai-nilai keberagaman di sekolah.

Bagi pendidikan agama Islam gagasan multikultural bukanlah

sesuatu yang baru dan ditakuti setidaknya ada tiga alasan untuk itu.

Pertama, bahwa Islam mengajarkan menghormati dan mengakui keberadaan

orang lain. Kedua, konsep persaudaraan Islam tidak hanya terbatas pada satu

(17)

4

tertinggi seorang hamba adalah terletak pada integralitas taqwa dan

kedekatannya dengan Tuhan. Oleh karena itu seorang guru PAI diharapkan

mampu memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai multikultural

dalam tugasnya sehingga mampu melahirkan peradapan yang toleransi,

demokrasi, tenggang rasa, keadilan, harmonis serta nilai-nilai kemanusiaan

lainnya.

Dengan adanya keberagaman dan perbedaan kultural ini rentan

terjadinya perselisihan dalam interaksi di lingkungan sekolah. Namun hal

ini bisa menjadi permasalahan ketika mereka tidak menerima

perbedaan-perbedaan itu.

Contoh kasus ketika di sekolah pernah terjadi

persaingan-persaingan yang dilakukan siswa, baik masalah akademis maupun

non-akademis. Selain itu juga adanya indikasi bahwa, ada siswa yang kurang

senang ketika ada guru yang pilih kasih atau membeda-bedakan dengan

sesama murid.

Guru pendidikan agama Islam dituntut tanggap terhadap berbagai

kondisi dan perkembangan yang terdapat di lembaga tersebut. Selain itu,

guru agama tidak hanya terbatas pada penyampaian materi kepada siswa,

tetapi guru juga mempunyai tanggung jawab dalam membimbing,

mengarahkan, membina siswa dan mampu memberikan suasana yang damai

dan harmonis pada semua warga sekolah.

Karena keberagaman yang ada dengan sikap tetap menghargai dan

(18)

5

penelitian tentang PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERWAWASAN

MULTIKULTURAL DI SMK NEGERI 3 SALATIGA TAHUN 2015 / 2016.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keberagaman multikultural yang ada di SMK Negeri 3

Salatiga ?

2. Bagaimana pelaksanaan PAI berwawasan multikultural di SMK Negeri

3 Salatiga ?

3. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

pendidikan multikultural di SMK Negeri 3 Salatiga ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui realitas keberagaman multikultural yang ada di lingkungan

SMK Negeri 3 Salatiga.

2. Mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agam Islam berwawasan

multikultural di SMK Negeri 3 Salatiga.

3. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam

pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berwawasan multikultural di

SMK Negeri 3 Salatiga.

D. Manfaaat penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

yang jelas dan diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis maupun

(19)

6 1. Bersifat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan teoritis

dalam mengintregasikan pembentukan rasa toleransi antar umat

beragama disekolah atau suatu pendidikan.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran, yang

dapat digunakan sebagai alternatif informasi bagi yang berminat

mengadakan penelitian tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam

berwawasan multikultural di SMK N 3 Salatiga.

2. Bersifat Praktis

a. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai masukan atau gagasan baru bagi

para pendidik dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam

berwawasan multikultural.

b. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan keilmuan dan pengetahuan dalam dunia pendidikan

khususnya pendidikan sekolah.

c. Bagi pembaca pada umumnya, penelitian ini diharapkan dapat

memberi gambaran tentang bagaimana sebuah sekolah dapat

menerapkan pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.

E. Penegasan Istilah

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan supaya terhindar dari

timbulnya kesalah pahaman terhadap apa yang terkandung dalam skripsi ini,

(20)

7 1. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

hingga mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk

menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan

kerukunan antar-umat beragama hingga terwujud kesatuan dan

persatuan bangsa (Baharuddin, 2010:192).

Menurut Majid Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan

terancam dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

meghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhak mulia dalam

mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-qur‟an

dan Al-hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta

penggunaan pengalaman (Majid, 2014:11).

Pendidikan agama Islam adalah tindakan yang dilakukan secara

sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah secara

potensi (sumber daya) insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya

(insan kamil). Lebih ringkasnya lagi pendidikan adalah proses kegiatan

yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, seirama dengan

perkembangan subjek didik (Achmadi, 1992: 16).

2. Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai pendidikan

(21)

8

demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan

dunia secara keseluruhan (Sukmadinata, 1999: 61`).

Pendidikan multikultural hadir sebagai respon terhadap

keanekaragaman yang terjadi di masyarakat . ketimpangan ekonomi,

pertikaian antar suku, sampai dengan perdebatan antar agama yang

terjadi, justru membuat masyarakat menjadi semakin terpecah-pecah.

(Soyomukti, 2008 : 76).

F. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian

adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan atau tatanan yang

bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah

sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) karena

peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang

sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah (Moleong, 2008:26).

Peneliti terjun ke lapangan penelitian yaitu SMK N 3 Salatiga untuk

mengamati fenomena yang berhubungan dengan siswa, guru, dan kepala

sekolah dalam pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Moleong

(2008:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

(22)

9

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara

holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah.

Dalam penelitian ini akan dikaji lebih mendalam mengenai

keberagaman multikultural, pelaksanaan pendidikan agama Islam

bwawasan multikutural, dan faktor pendukung serta faktor penghambat

pendidikan agama Islam berwawasan multikultural SMK N 3 Salatiga.

Pada pelaksanaannya dilakukan pencarian gambaran dan data deskriptif

di lingkungan SMK N 3 Salatiga yang dijadikan subjek penelitian.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat data utama.

Peneliti berperan serta pada situs penelitian dan mengikuti secara aktif

kegiatan dan mengumpulkan data dari pengamatannya selama mengikuti

kegiatan (Moleong, 2011:3).

3. Lokasi Penelitian

Sesuai judul penelitian, lokasi penelitian dilaksanakan di SMK

Negeri 3 Salatiga, Jln Ja‟far Sodiq, Kel. Kalibening, Kec. Tingkir Telp

(23)

10 4. Sumber Data

a. Data Primer

Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata

yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan

oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010:22). Sumber data

langsung yang peneliti dapatkan berasal dari siswa, guru PAI, kepala

sekolah SMK N 3 Salatiga.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari

dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain),

foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang dapat

memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22). Peneliti menggunakan

data sekunder ini untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang

telah dikumpulkan melalui wawancara dan observasi.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang ditempuh penelitian

untuk mendapatkan data dan fakta-fakta yang ada pada subyek maupun

obyek penelitian. Untuk memperoleh data yang valid, dalam penelitian

penulis menggunakan beberapa metode yang diantaranya adalah sebagai

(24)

11 a. Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan

sistematika fenomena yang diselidiki (Sukandarrumidi, 2004: 69).

Observasi atau disebut juga dengan pengamatan meliputi kegiatan

pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunkan segala

indra dan dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan (Supranto,

2003:85).

Berdasarkan definisi diatas maka yang dimaksud metode observasi

adalah suatu cara pengumpulan data melalui pengamatan panca indra

yang kemudian diadakan pencatatan-pecatatan. Penulis menggunkan

metode ini untuk mengamati secara langsung, terutama data tentang :

letak geografis serta keadaan fisik SMK Negeri 3 Salatiga, kurikulum

yang ada di SMK Negeri 3 Salatiga, sarana/prasarana pendidikan yang

ada di SMK Negeri 3 Salatiga.

b. Metode Wawancara

Wawancara adalah suatu cara menggali data. Hal ini harus

dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data yang detail dan

valid (Asmani, 2011:122). Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan

dengan wawancara terbuka dan terstruktur karena informan atau

narasumber mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan tahu

(25)

12

sudah menetapkan dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang

tersusun secara sistematis.

Wawancara akan dilakukan kepada narasumber diantaranya adalah

siswa, guru PAI, kepala sekolah SMK N 3 Salatiga. Peneliti

menggunakan teknik ini untuk mencari data terkait keberagaman

multikultural, pelaksanaan pendidikan agama Islam berwawasan

multikultural, dan faktor pendukung serta faktor penghambat

pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).

Peneliti mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek

penelitian berupa foto terkait proses pembelajaran pendidikan agama

Islam berlangsung, buku pedoman yang digunakan, dan visi misi

SMK N 3 Salatiga.

6. Analisis Data

Tahapan akhir dari prosedur penelitian ini adalah analisis data.

Analisis data menurut Patton (Kasiram, 2010: 288) adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori,

dan satuan uraian dasar. Analisis data bermaksud pertama- tama

mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri

(26)

13

berupa laporan, biografi, artikel. Analisis dalam hal ini mengatur urutan

data, memberikan kode dan mengkategorikannya.

Dalam penelitian ini yang digunakan dalam menganalisis data yang

sudah diperoleh adalah dengan cara deskriptif, yaitu penelitian yang

dilakukan dengan menggambarkan data yang diperoleh dengan kata-kata

atau kalimat yang dipisahkan untuk kategori untuk memperoleh

kesimpulan. Yang bermaksud mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa

dan bagaimana, berapa banyak, sejauh mana, dan sebagainya.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam tulisan Meleong (2011 : 324) untuk menetapkan keabsahan

(trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik

pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat

kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility),

keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan

kepastian (confirmability).

Teknik pengujian validitas data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan suatu yang lain dari data

tersebut sebagai bahan pembanding atau pengecekan dari data itu sendiri

(Meleong, 2009: 330). Dalam penelitian ini teknik triangulasi yang

digunakan yaitu :

a. Triangulasi sumber yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari

(27)

14

b. Triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama

dengan metode yang berbeda.

8. Tahap-tahap Penelitian

a. Tahap Pra Lapangan

Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menyusun

rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus

perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan

memanfaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini peneliti harus mempersiapkan diri dengan menjaga

kesehatan fisik, berpenampilan rapi dan sopan saat melakukan

penelitian. Ketika memasuki lapangan, hendaknya peneliti berbaur

menjadi satu dan menjaga keakraban dengan subyek agar tidak ada

dinding pemisah antara keduanya. Selain itu peneliti juga harus

berbahasa yang baik dan jelas agar dalam mencari informasi subyek

mudah untuk menjawabnya. Sambil berperan serta, peneliti juga

mencatat data yang diperlukan.

c. Tahap Analisi Data

Pada tahap ini peneliti mulai mengorganiasasikan data. Data yang

terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan

tanggapan peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi,

(28)

15

Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorisasikannya

(Meleong, 2011 : 281).

G. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini secara menyeluruh terdapat lima bab

untuk membahas pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.

Sistematika penulis disusun sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam pendahuluan ini memuat tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian, Penegasan

Istilah, dan Sistematika Penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini berisi tentang : A. pengertian pendidikan agama Islam, tujuan

dan fungsi pendidikan Islam, dan ruang lingkup pendidikan Islam. B.

Pendidikan berbasis multikultural, pengertian multikultural,

dimensi-dimensi pendidikan multikultural, dan pendidikan agama berwawasan

multikultural.

BAB III : PAPARAN DATA DAN PENEMUAN PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang : A. gambaran umum SMK N 3 Salatiga seperti

diskripsi daerah penelitian, visi misi dan tujuan sekolah, sejarah singkat

SMK N 3 Salatiga, struktur organisasi sekolah, data guru, karyawan, dan

(29)

16

Data yang ditemukan mengenai kebergaman pendidikan agama Islam

berwawasan Multikultural, pelaksanaan pendidikan agama Islam

berwawasan Multikultural, faktor pendukung dan faktor penghambat

pendidikan agama Islam berwawasan multikultural SMK N 3 Salatiga.

BAB IV:PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan menguraikan pembahasan hasil penelitian tentang

keberagaman pendidikan agama Islam berwawasan multikultural,

pelaksanaan pendidikan agamaaa Islam berwawasan multikultura, faktor

pendukung dan faktor penghambat pendidikan agama Islam berwawasan

multikultural SMK Negeri 3 Salatiga.

BAB V: KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

Berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang berhubungan

(30)

17 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Islam adalah ketetapan Allah yang diturunkan melalui nabi

Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umatnya di muka bumi agar

mereka beribadah kepada-Nya. Penanaman kepada Tuhan hanya bisa

dilakukan melalui proses pendidikan di rumah, di sekolah, maupun di

lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam berperan

penting dalam mendukung kebutuhan manusia sehingga melahirkan

manusia yang menjadi khalifah di bumi ini.

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga

mengimani, bertakwa, dan berakhak mulia dalam mengamalkan ajaran

Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-qur‟an dan Al-hadis, melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman

(Majid,2014:11).

Daradjat mengemukakan dalam Majid (2014:12) Pendidikan

Agama Islam adalah suatu untuk membina dan mengasuh peserta didik agar

senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh,

menghayati, makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta

(31)

18

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga

mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati

penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar-umat

beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Baharuddin,

2010:192).

Berdasarkan pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang dilakukan untuk

membentuk manusia sesuai kodratnya sebagaimana yang terkandung dalam

Al-quran yaitu sebagai kholifah dimuka bumi sesuai dengan ajaran Agama

Islam serta untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya

dengan kerukunan antar-umat beragama. Dan lebih ditekankan untuk

mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani lainnya agar

lebih mampu memahami, menghayati dan dan mengamalkan ajaran suatu

agama.

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan agama Islam adalah sama dengan tujuan

manusia diciptakan, yakni untuk berbakti kepada Allah SWT

sebenar-benarnya bakti atau dengan kata lain untuk membentuk manusia yang

bertaqwa, berbudi luhur, serta memahami, meyakini, dan mengamalkan

ajaran-ajaran agama atau membentuk kepribadian muslim. Adapun tujuan

pendidikan agama Islam antara lain :

(32)

19

b. Membentuk manusia Muslim yang disamping dapat melaksanakan

ibadah mahdah, juga dapat melaksanakan ibadah muamalah dalam

kedudukannya sebagai anggotanya masyarakat.

c. Membentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada Allah,

penciptanya.

d. Membentuk mengembangkan tenaga profesional yang siap dan terampil

atau setengah terampil untuk memungkinkan memasuki teknostruktur

masyarakat.

e. Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu (agama dan ilmu-ilmu Islami

lainnya (Bahruddin, 2010 : 192-193).

Menurut Majid (2014:16) fungsi Pendidikan Agama Islam

disekolah/ madrasah bertujuan menumbuhkan dan meningkatkan keimanan

melalui pemberian dan menumpukkan pengetahuan, penghayatan,

pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia

muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa

dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang lebih tinggi.

Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/ madrasah berfungsi sebagai

berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta

didik kepada Allah Swt. Yang telah ditanamkan dalam lingkungan

keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan

keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam

(33)

20

lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar

keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal

sesuai dengan tingkat perkembangan.

b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup mencari kebahagiaan hidup

dunia dan akhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dapat

mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

d. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,

pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau

dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat

perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan yang secara umum,

sistem dan fungsionalnya. Dapat dikatakan bahwa pentingnya kedudukan

pendidikan agama dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

Dapat dibuktikan dengan ditempatkannya unsur agama dalam sendi-sendi

kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila pertama dalam Pancasila adalah

Ketuhanan Yang Maha Esa, yang memberikan makna bahwa bangsa kita

adalah bangsa yang beragam. Untuk membina bangsa yang beragam.

(34)

21

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat

khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang

secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan

bagi orang lain.

Oleh karena itu, pendidikan agama Islam sangat penting

keberadaanya karena pendidikan agama Islam merupakan suatu upaya atau

proses, pencarian, pembentukan, dan pengembangan sikap dan perilaku

untuk mencari, mengembangkan, memelihara, serta menggunakan ilmu dan

perangkat teknologi atau keterampilan demi kepentingan manusia sesuai

ajaran Islam.

3. Ruang Lingkup PAI

Ruang lingkup pendidikan agama Islam menekankan pada

keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hubungan manusia dengan

Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia, hubugan manusia dengan

dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar.

Dari uraian diatas dapat dikatakan ruang lingkup pendidikan agama

Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Al-Qur‟an dan Hadist

Al-Qur‟an dan Hadist adalah sumber pokok ajaran-ajaran dalam agama

Islam. Tujuan manusia adalah mencari kebahagiaan baik di dunia dan

akhirat, dan di dalam Al-Qur‟an dan Hadist itu terdapat petunjuk untuk

(35)

22 b. Aqidah

Menurut bahasa aqidah berarti keyakinan atau kepercayaan. Menurut

istilah, aqidah yaitu suatu kepercayaan yang diyakini kebenarannya di

dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan dan

tingkah laku sehari-hari. Aqidah atau keyakinan yang harus dipercayai

dan diyakini yaitu iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para rasul;

dan hari akhir (Budihardjo, 2012:5).

c. Akhlak

Menurut Asmaran As. ( 2002: 1), Akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa

manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.

Namun akhlak yang ada pada seseorang belum sempurna dan perlu

diadakan pembinaan untuk membentuk akhlak yang mulia. Untuk itu,

manusia seharusnya mengikuti akhlak beliau Nabi Muhammad SAW,

sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. al-Ahzab: 21

Artinya :“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut

Allah.”

d. Fiqh

Kata “fiqh” secara etimologis berarti paham yang mendalam. Fiqh berarti

ilmu tentang hukum-hukum syar‟i yang bersifat amaliah yang digali dan

(36)

23

dapat dikatakan fiqh adalah dugaan kuat yang dicapai seorang mujtahid

dalam usahanya menemukan hukum Allah (Syarifuddin, 1997: 4).

e. Tarikh dan Kebudayaan Islam

Tarikh dan kebudayaan Islam meliputi sejarah arab pra-Islam,

kebangkitan nabi yang di dalamnya menjelaskan keberadaan nabi sebagai

pembawa risalah, pengaruh Islam dikalangan bangsa Arab, khulafaur

Rasyidin, pergerakan politik dan agama serta berbagai motifnya yang

sangat berpengaruh terhadap politik, agama, kemasyarakatan,

kebudayaan, dan lain-lain (Hasan, 2002 : vvi) .

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulam bahwa pada dasarnya

ruang lingkup pendidikan agama Islam (PAI) berpusat pada sumber utama

ajaran Islam, yaitu Al-Qur‟an dan Sunnah. Sebagaimana dalam firman Allah

dalam Surat Al-Baqarah ayat 2 dan Surat Al-Isra‟ ayat 9:

Artinya : “ Kitab (Al-Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi

mereka yang bertaqwa.”

Artinya : “ Sesungguhnya Al-Qur‟an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada

orang-orang mu‟min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala besar.”

Seringkali manusia menemui kesulitan dalam memahami

Al-Qur‟an dan hal ini juga dialami oleh para sahabat Rasulullah SAW sebagai

(37)

24

penjelasan kepada Rasulullah SAW, yang memang diberi otoritas oleh

Allah SWT. Otoritas ini dinyatakan dalam firman Allah dalam Al-Qur‟an

Dari kedua sumber tersebut, As-Sunnah berfungsi sebagai

penjelasan terhadap Al-Qur‟an dan sekaligus dijadikan sebagai sumber

pokok ajaran Islam serta dijadikan pijakan atau landasan dalam lapang

pembahasan pendidikan agama Islam.

Dari kedua sumber tersebut, baik pada jenjang pendidikan dasar

maupun menengah kemampuan yang diharapkan adalah sosok siswa yang

beriman dan berakhlak. Hal tersebut tentunya selaras dengan tujuan

pendidikan agama Islam seperti tersebut diatas. Yaitu sosok siswa yang

secara terus menerus membangun pengalaman belajarnya, baik pada ranah

kognitif, afektif, maupun psikomotor. B.Pendidikan Multikultural

1. Pendidikan Berbasis Multikultural

Sejak kemunculannya sebagai sebuah disiplin ilmu pada dekade

1960-an dan 1970-an, pendidikan berbasis multikulturalisme, selanjutnya

disingkat (MBE), telah didefinisikan dalam banyak cara dan dari berbagai

perspektif. Dalam terminologi ilmu-ilmu pendidikan dikenal dengan

(38)

25

seperti yang dipakai dalam konteks kehidupan multikultural negara-negara

Barat. Sejumlah definisi terikat dalam disiplin ilmu tertentu, seperti

pendidikan antropologi, sosiologi, psikologi dan lain sebagainya.

Dalam buku Multicultural Education: A Teacher Guide to Linking

Context, Process, and Content, karya seorang pakar pendidikan

multikultural dari California State University, Amerika Serikat, Hilda

Hernandez, telah diungkap dua definisi „klasik‟ untuk menekankan dimensi

konseptual MBE yang penting bagi para didik. Definisi pertama

menekankan esensi MBE sebagai perspektif yang mengakui realitas politik,

sosial, dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam

pertemuan manusia yang kompleks dan beragam (plural) secara kultur.

Definisi ini juga bermaksud merefleksikan pentingnya budaya, ras, gender,

etnisitas, agama, status sosial, ekonomi, dan pengecualian-pengecualian

dalam proses pendidikan. Definisi kedua yaitu definisi operasional tentang

MBE. Dalam konseptualisasinya, MBE adalah sebuah kegiatan pendidikan

yang bersifat empowering. Oleh karenanya, MBE menurut Hernandez,

adalah sebuah visi tentang pendidikan yang selayaknya dan seharusnya bisa

untuk semua anak didik.

Berkaitan dengan anak didik, MBE membahas tentang etnisitas,

gender, kelas, bahasa, agama, dan perkecualian-perkecualian yang

mempengaruhi, membentuk, dan mempola tiap-tiap individu sebagai

(39)

26

MBE juga berkenaan dengan perubahan pendidikan yang

signifikan. Ia menggambarkan realitas budaya, politik, sosial, dan ekonomi

yang kompleks, yang secara luas dan sistematis memengaruhi segala

sesuatu yang terjadi di dalam sekolah dan luar ruangan. Ia menyangkut

seluruh aset pendidikan yang termanifestasikan melalui konteks, proses, dan

muatan. MBE juga memperbincangkan seputar penciptaan

lembaga-lembaga pendidikan yang menyediakan lingkungan pembelajaran yang

dinamis, yang mencerminkan cita-cita persamaan, kesetaraan, dan

keunggulan (Mahfud, 2005 : 188-189).

2. Pengertian Multikultural

Pendidikan multikultural hadir sebagai respon terhadap

keanekaragaman yang terjadi di masyarakat. Ketimpangan ekonomi,

pertikaian antar suku, sampai dengan perdebatan antara agama yang terjadi,

justru membuat masyarakat menjadi terpecah-belah. Pendidikan adalah

suatu cara untuk menciptakan kualitas manusia (Soyomukti, 2008: 76).

Manusia yang berkualitas adalah manusia yang menggunakan pengetahuan

dan kemapuan yang dimilikinya untuk mengembangkan potensi diri dan

juga dapat menciptakan demokrasi sosial.

Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai

perbedaan. Pendidikan multikultural senantiasa menciptakan struktur dan

proses dimana setiap kebudayaan bisa melakukan ekspresi (Mahfud, 2006 :

(40)

27

Pendidikan multikultural adalah pendidikan utuh tentang

keberagaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan

kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara

keseluruhan (Sukmadinata, 1999 : 61).

Pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang

diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan

perbedaan-perbedaan kultur yang ada pada para siswa seperti, perbedan

etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan, dan umur agar

proses pembelajaran lebih efektif dan mudah. Pendidikan multikultural

sekaligus juga untuk melatih dan membangun karakter siswa agar mampu

bersikap demokratis, humanis, dan pluralis dalam lingkungan mereka

(Yaqin, 2005 : 25).

Menurut Andersen dan Cusher bahwa pendidikan multikultural

dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keberagaman kebudayaan.

Sedangkan pendidikan multikultural menurut James Banks yaitu sebagai

pendidikan untuk people of color. Artinya, pendidikan multikultural ingin

(41)

28 3. Dimensi-dimensi Pendidikan Multikultural

James banks menjelaskan (dalam Mahfud, 2006:169), bahwa

pendidikan multikultural memiliki beberapa dimensi yang saling berkaitan

satu dengan yang lain, yaitu :

a. content intregation, yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan

kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar,generalisasi dan teori

dalam mata pelajaran atau disiplin ilmu. content intregation mencakup

pada “apa” yang harus dimasukkan ke dalam kurikulum dan harus

ditempatkan “di mana” dalam kurikulum tersebut. Dalam dimensi ini

juga mempertimbangkan “siapa” yang harus mengikuti materi

pembelajaran apakah hanya siswa dari etnik tertentu yang relevan dengan

materi atau semua siswa. Upaya ini dilakukan dalam rangka mewujudkan

pendekatan pendidikan yang integratif dengan sejumlah pengetahuan,

keterampilan, dan sikap mental yang ada dalam masyarakaat karena

siswa merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki karakteristik

yang harus diakui secara formal didalam pelaksanaan pendidikan.

Perlakuan tersebut tertuang dan diintergrasikan dalam sebuah muatan

kurikulum pedidikan yang direncanakan dalam setiap tahap, jenis, dan

jenjang pendidikan. Materi dapat dikategorikan menjadi dua yakni, teks

dan konteks. Teks berisi materi pelajaran yang bersifat normatif dan

general, sementara konteks merupakan realitas empiris-faktual yang

(42)

29

juga berasal dari realitas yang ada disekitarnya. Peran guru disini hanya

sebagai fasilitator, mediator, dan menggunakan sarana pebelajaran agar

dapat dijadikan untuk mengoptimalkan pengetahuan dan pemahaman

siswa (Naim dan Sauqi, 2008 :204). Materi pendidikan multikultural

harus mengajarkan kepada siswa nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai

bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis (kultural).

b. The knowledge construction process, yaitu membawa siswa untuk

memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran (disiplin).

Bagaimana ia menyajikan asumsi-asumsi kebudayaan yang implisit,

kerangka rujukan, perspektif dalam suatu disiplin ilmu yang

mempengaruhi cara ilmu pengetahuan dikontruksikan. Dimensi ini

mempelajari sejarah perkembangan masyarakat dan perlakuannya, serta

reaksi kelompok etnik lainnya. Sejarah tersebut mencakup hal-hal yang

positif maupun yang negatif yang perlu diketahui oleh peserta didik

dalam upaya mengetahui kondisi masyarakat.

c. An equity paedagogy, yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan

cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa

yang beragam baik dari segi ras, budaya (culture) ataupun (social).

Metode yang bisa diterapkan disini adalah dengan menggunakan metode

komunikatif dengan menjadikan aspek perbedaan sebagai titik tekan.

Metode dialog sangat efektif, apalagi dalam proses belajar mengajar yang

sifat kajian perbandingan agama dan budaya. Selain dalam bentuk dialog,

(43)

30

“belajar aktif” yang dapat dikembangkan dalam bentuk collaborative

learning (Naim dan Sauqi, 2008 : 57). Setiap manusia dilahirkan sama.

Manusia menjadi berbeda setelah disandarkan kepada kemampuan di luar

dirinya. Hal tersebut kemudian menciptakan stratifikasi. Konsep

pendidikan multikultural mengajarkan bagaimana stratifikasi sosial dapat

dikemas dengan model pendidikan untuk semua elemen masyarakat

dengan kesetaraan tanpa diskriminasi dan dominasi. Pendidikan seperti

ini mau dan mampu memperhatikan kelompok-kelompok yang kurang

beruntung.

d. Prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan

menentukan metode pengajaran mereka. Kemudian, melatih kelompok

untuk berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, berinteraksi dengan

seluruh staff dan siswa yang berbeda etnis, ras, dan upaya menciptakan

budaya akademik yang toleran dan inklusif. Reduksi terjadi karena dalam

pergaulan antar kelompok terbuka wawasan untuk mengenal,

mengetahui, sekaligus mengalami pertautan antar karakteristik, serta

pelatihan untuk pemecahan masalah.

e. Empowering school culture and social structure, yaitu dimensi

pemberdayaan budaya siswa yang dibawa ke sekolah yang berasal dari

kelompok yang berbeda. Selain itu, dapat digunakan untuk menyusun

sruktur sosial yang memanfaatkan potensi budaya siswa yang beragam

sebagai karakteristik struktur sekolah setempat. Konsep ini

(44)

31

sekolah sehingga siswa dari beragam kelompok ras, etnik, dan kelas

sosial mengalami kesetaraan dan penguatan kultur. Perubahan pada aspek

yang terkait dengan kultur sekolah untuk pengutan siswa dari berbagai

kelompok budaya.

Dalam aktvitas pendidikan manapun, peserta didik merupakan

sasaran dan sekaligus subyek pendidikan. Oleh sebab itu, dalam memahami

hakikat peserta didik, para pendidik perlu dilengkapi pemahaman tentang

ciri-ciri umum peserta didik. Setidaknya, secara umum peserta didik

memiliki empat ciri yaitu :

a. Peserta didik dalam keadaan sedang berdaya, maksudnya ia dalam

keadaan berdaya untuk menggunakan kemampuan, kemaun dan

sebagainya.

b. Mempunyai keinginan untuk berkembang ke arah dewasa.

c. Peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.

d. Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan

potensi-potensi dasar yang dimiliki secara individual.

Dari uraian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa

pendidikan multikultural adalah suatu gerakan pembaharuan dan proses

untuk menciptakan lingkungan yang setara untuk siswa. Dan menekankan

pentingnya memandang dunia dari berbagai budaya yang berbeda serta

menegaskan perlunya menciptakan sekolah dimana berbagai perbedaan

(45)

32

dan seluruh siswa dipandang sebagai sumber yang berharga untuk

memperkaya proses belajar mengajar.

4. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural

Pendidikan agama berwawasan multikultural megusung

pendekatan diaolgis untuk menanamkan kesadaran hidup bersama dalam

keragaman dan perbedaan. Pendidikan ini dibangun atas spirit relasi

kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya, saling memahami, dan

menghargai perbedaan, persamaan dan keunikan, dan interdependensi.

Pendidikan agama multikultural memberi pengakuan akan pluralitas, sarana

belajar untuk perjumpaan lintas batas. Secara umum pendidikan

multikultural menegaskan perlunya pembelajaran tetang berbagai hal untuk

masyarakat yang beragam. Bahkan perencanaan pendidikan multikultural

dalam program sekolah pun perlu memberi peluang berbagai konsepsi

pendidikan multikultural yang diungkapkan dalam proses pembuatan

kebijakan sekolah daripada hanya menerima satu definisi. Konsepsi

pendidikan multikultural memuat nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan dan

merefleksikan berbagai tingkat pemahaman dalam pembuatan kebijakan

sekolah (Baidhawy, 2005 : 74-75).

Pendidikan agama berwawasan multikultural adalah gerakan

pembaharuan dan inovasi pendidikan agama dalam rangka menanamkan

kesadaran pentingnya hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan

agama-agama, dengan spirit kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya,

(46)

33

agama-agama, terjalin dalam suatu relasi dan interdependensi dalam situasi

saling mendengar dan menerima perbedaan perspektif agama-agama dalam

satu dan lain masalah dengan pikiran terbuka, untuk menemukan jalan

terbaik mengatasi konflik antar agama dan menciptakan perdamaian melalui

sarana pengampunan dan tindakan nirkekerasan (Baidhawy, 2005 : 85).

Pendidikan agama adalah salah satu proses pendidikan yang

penyelenggaraannya diatur dalam peraturan perundangan yang ada.

Kebijakan Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap agama tertuang

dalam pasal 29 UUD 1945 dan pasal 28 UUD 1945 hasil amandemen.

Indonesia adalah bangsa yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

merupakan inti dari segala agama, dan menghormati kebebasan setiap warga

negara untuk memeluk salah satu agama dan beribadat menurut agama dan

kepercayaan itu. Pada pasal 31 UUD 1945 hasil amandemen, kaitan antara

pendidikan nasional dan agama itu nampak jelas sekali dengan

ditegaskannya rumusan iman dan takwa disitu. Kaitan itu nampak kembali

dengan jelas dalam rumusan pasal 4 UU No. 20 tahun 2003 tentang

Sisdiknas, dimana fungsi dan tujuan pendidikan nasional bermuara pada

keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian juga

diatur bahwa pendidikan agama itu diberikan sesuai dengan agama yang

dianut peserta didik dan dianjarkan oleh guru yang seagama dengan peserta

didik dan agama yang diajarkan. Apabila sekolah tidak sanggup

melaksanakan pendidikan agama bagi salah satu agama seperti tidak

(47)

34

penyelenggaraan pendidikan agama itu. Prinsip-prinsip ini dimaksudkan

untuk secara adil menghormati hak pribadi setiap warga negara,

menghindari kerancuan dalam beragama, dan menghindari kemungkinan

pemeluk suatu agama untuk meniadakan pedidikan agama lain, atau bahkan

mengajarkan sesuatu agama yang dipeluknya kepada pemeluk agama lain.

Perpindahan agama adalah hak pribadi setiap warga negara juga, tetapi

perpindahan itu sesungguhnya baru sah dan absah ketika yang bersangkutan

telah beranjak dewasa. Sebelum usia dewas, agama anak-anak harus

diidentifikasi dengan agama orang tuanya. Upaya perpindahan agama

anak-anak mungkin dapat disebut sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Inilah

penghormatan yang luhur dan sejati terhadap hak asasi seseorang untuk

memeluk suatu agama atau pindah agama (Mudzhar, 2004: 5).

Supaya kedua prinsip diatas dapat dipegang teguh, yaitu prinsip

menghormati kebutuhan agama peserta didik, dan prinsip menghormati

keniscayaan kemajemukan, maka pendidikan agama harus diberikan dengan

pendekatan yang tepat. Biasanya ada dua bentuk pendekatan terhadap

pendidikan agama yang sering dipertentangkan satu sama lain. Pertama,

pendekatan dogmatik (dogmatik approach), yaitu pendekatan yang melihat

pendidikan agama disekolah sebagai media transmisi ajaran dan keyakinan

agama tersebut secara “ecclesiastical”. Tujuannya adalah mewujudkan

komitmen dogmatik peserta didik terhadap agamanya. Kedua, pendekatan

ilmu-ilmu sosial (social studies approach), yaitu pendekatan yang melihat

(48)

35

dan materi agama yang diajarkan dilihat sebagai sesuatu yang sekuler

seperti halnya yang dilakukan oleh ilmu antropologi dan sosiologi

(Mudzhar, 2004: 6).

Kedua pendekatan itu sama-sama mengandung kelemahan.

Kelemahan pendekatan pertama terletak pada potensinya untuk

menumbuhkan fanatisme keagamaan yang tidak pada tempatnya. Sedangkan

kelemahan pendekatan yang kedua terletak pada kecenderungan sekulernya,

sehingga tidak mendorong bagi terwujudnya penganut agama yang baik,

karena itu perlu dipikirkan pedekatan ketiga yang akan mampu melayani

kebutuhan anak (to meet the religions need of the children) dan pada waktu

yang sama juga mendorong harmoni diantara berbagai pemeluk agama

berkat kandungan wawasan multikultur yang ada secara inherent di

dalamnya. Pendekatan ketiga itu sebut saja, pendekatan perencanaan sosial

(social planning approach), yaitu pendekatan yang mendorong pemahaman

dan komitmen peserta didik terhadap agama yang dipeluknya, dan pada

waktu yang sama juga mendorong lahirnya sikap menghormati pemeluk dan

ajaran agama lain untuk hidup saling berdampingan dalam kemajemukkan.

Meskipun secara teoritik pendekatan ketika itu mudah diucapkan, tetapi

pada tataran praktik sulit dilaksanakan bahkan masih perlu dirumuskan

aspek-aspeknya.

Dari seluruh definisi diatas penulis menyimpulkan pendidikan

agama Islam berbasis multikultural adalah sebuah gerakan pembaharuan dan

(49)

36

pentingnya hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan agama-agama,

saling memahami dan menghargai persamaan, perbedaan dan keunikan

agama-agama.

Para guru yang memberikan pendidikan multikultural harus

memiliki kayakinan bahwa, perbedaan budaya memiliki kekuatan dan nilai,

sekolah harus menjadi teladan untuk ekspresi hak-hak manusia dan

penghargaan untuk perbedaan budaya dan kelompok, keadilan dan

kesetaraan sosial harus menjadi kepentingan utama dalam kurikulum,

sekolah dapat menyediakan pengetahuan, keterampilan, dan karakter (yaitu

nilai, sikap, dan komitmen) untuk membantu siswa dari berbagai latar

belakang, sekolah bersama keluarga dan komunitas yang dapat menciptakan

(50)

37 BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A.Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Identitas Sekolah

a. Nama Sekolah : SMK Negeri 3 Salatiga

b. Terakreditasi : A

c. Alamat : Jalan Ja‟far Shodiq, Tingkir, Salatiga

d. No. Telpon : (0298) 3418850

e. Kode Pos : 50744

f. Kelurahan : Kalibening

g. Kecamatan : Tingkir

h. Kota : Salatiga

i. Propinsi : Jawa Tengah

j. Tahun Berdiri : 21 Mei 2007

2. Sejarah Singkat SMK N 3 Salatiga

SMK Negeri 3 Salatiga adalah sebuah sekolah menengah kejuruan

(SMK) yang berdiri di kota Salatiga pada tanggal 21 Mei 2007 atas

persetujuan pemerintah kota Salatiga. Pada awalnya bernama SMK Negeri 1

Tingkir tapi pada tanggal 20 Juli 2007 resmi berganti nama menjadi SMK

Negeri 3 Salatiga. SMK Negeri 3 Salatiga merupakan sekolah menengah

kejuruan berstatus negeri termuda di Kota Salatiga. Sekolah ini juga pernah

menjadi salah satu sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional)

(51)

38

nasional pada tanggal 8 Januari 2013. Keberadaan SMK N 3 Salatiga

dituangkan dengan surat keputusan operasional penyelenggaraan program

keahlian No: 420.5/1510 Kepala Dinas Pendidikan Kota Salatiga tanggal 21

Mei 2007.

SMK N 3 Salatiga berada di daerah Kelurahan Kalibening karena

pertimbangan keinginan masyarakat terhadap akan adanya sebuah sekolah

menengah negeri dan keinginan pemerintah Kota Salatiga untuk

mengembangkan potensi daerah yang ada. Dengan demikian keberadaan

sekolah diharapkan akan mewujudkan terjadinya pengembangan potensi

daerah yang berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat

sekitar.

3. Visi dan Misi SMK N 3 Salatiga a. Visi SMK N 3 Salatiga

Menyelenggarakan pendidikan yang berkarakter SMART

(Sejahtera, Mandiri, Bermartabat) untuk menghasilkan tamatan berakhlak

mulia dan berwawasan lingkungan yang siap bersaing di era global.

b. Misi SMK N 3 Salatiga

1) Menyelenggarakan sekolah yang mendasarkan nilai-nilai religius

untuk menumbuhkan akhlak mulia dan ketakwaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa.

2) Menciptakan lingkungan sekolah yang indah, bersih, tertata, dan

(52)

39

3) Menyiapkan tamatan yang mengedepankan soft skill dan hard skill

yang mampu bersaing di era global.

4) Menyelenggarakan pendidikan yang disiplin, terbuka, dan akuntabel.

c. Upaya- upaya dalam mencapai visi, misi, dan tujuan

Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan, SMK N 3 Salatiga

mendasarkan pengelolaan SMK dengan membagi wilayah kerja sebagai

berikut:

1) Bidang Kurikulum

Bidang kurikulum dipimpin oleh seorang Waka urusan Kurikulum di

jabat oleh Bpk. Indaryanto, S.Pd.T. adapun usaha- usaha bidang

kurikulum tertuang dalam rencana program kerjanya.

2) Bidang Kesiswaan

Bidang kesiswaan dipimpin oleh seorang Waka urusan Kesiswaan di

jabat oleh Ibu Dyah Sulistyorini, S.Pd.

3) Bidang Humas

Bidang Humas dipimpin oleh seorang Waka urusan Humas di jabat

oleh Bpk. Daud Lanang Prabowo, S.Pd.

4) Bidang Sarana dan Prasarana

Bidang Sarana dan Prasarana dipimpin oleh seorang Waka urusan

Sarana dan Prasarana di jabat oleh Bpk. Siswanto, S.Pd. (Sumber

dokumentasi : SMK N 3 Salatiga).

4. Struktur Organisasi SMK N 3 Salatiga

(53)

40

b. Wakil Manajemen Mutu dan SDM : Drs. Muh. Towil

c. Koordinator Administrasi Sekolah : Mariati, S.Pd, M.Pd.

d. Wakil Kepala

1) Opendikur : Indaryanto, S.Pd.T.

2) Kesiswaan : Dyah Sulistyorini, S.Pd.

3) Sarana dan Prasarana : Siswanto, S.Pd.

4) Hubungan Mayarakat dan Industri : Daud Lanang, S.Pd.

e. Ketua Kompetensi Keahlian (KKK)

1) Teknik Mekatronika : Zainal Arifin, S.Pd.T.

2) Teknik Mesin (Welding) : Syaefudin Afan E.H., S.T.

3) Teknik Ototronika : Eko Listyo Sahono S.Pd.

4) Teknik Sepeda Motor : Sukiningsih, S.Pd.

5) Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura : Hery Winarno, S.P.

6) Teknik Geomatika : Evita Rintarsih, S.Pd.

f. Staf Bidang Manajemen Mutu dan SDM

1) Sekretaris Managemen Mutu dan SDM : Anton Nugroho, S.Pd.

2) Lead Auditor & Kearsipan MM : Dian Adriyanto, S.Pd,

M.Pd.

3) Pengendali Dokumen dan IT : Hendrik Ade Putra, S.Pd.

4) Pengembangan SDM : Ayustina Krisniati, S.P.

g. Staf Bidang Opendikur

1) Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum : Dimas Nico Saputra,

(54)

41

2) Operasional Pembelajaran : M. Chamid, A.Md.

3) Evaluasi Pembelajaran : Siti Sulaikah, S.Pd,

M.Pd.

: Wahyu Sharandavi,

S.Pd.

4) Koordinator Perpustakaan : Puji Wijayanti, S.Pd.

h. Staf Bidang Kesiswaan

1) Keterlaksanaan Kegiatan Osis : Anjar Subagio, S.Pd.

2) Tata Upacara : Achirudin Pasila,

S.Pd.

3) Keterlakasanaan Tatib dan Disiplin : Daniel Adi Prabowo,

S.Pd

Angga Argawastu,

S.Pd.

4) Lapim, LKS, dan Wawasan Wiyata Mandala : Sri Supadmi, S.Pd

5) Kegiatan Ekstrakurikuler : Anggit Dian

Nugroho, S.Pd.

6) Asuransi dan Beasiswa : Fita Indriyani, S.Psi.

i. Staf Bidang Sarana dan Prasarana

1) Inventaris Barang Habis Pakai : Eko Noveri, S.Pd.

2) Pencatat Aset : Arief Rusgiono,

S.Pd

(55)

42

4) Pengembangan : Sugimin

5) Maintenance & Repair : Harmin

j. Staf Bidang Humas dan Industri

1) Pokja BKK : Djaru Purnomo,

S.Pd.

2) Pokja Prakerin : Dewi Fatihatuzulfa,

S.Psi.

3) Pokja Humas : Retno Agustin Dwi

A., S.Pd.

k. Sekretaris Kompetensi Keahlian

1) Teknik Mekatronika : Wahyu Sarandafi,

S.Pd.

2) Teknik Mesin (Welding) : Hasan Habib Nur

W.,S.Pd.T

3) Teknik Ototronika : Cahyono Dwi

Atmoko, S.Pd.T.

4) Teknik Sepeda Motor : Sidiq Suprayogi,

S.Pd .

5) Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura : Devy Listyowati,

S.Pd.

6) Teknik Geomatika : -

l. Bendahara Kompetensi Keahlian

(56)

43

2) Teknik Mesin (Welding) : Djaru Purnomo,

S.Pd.

3) Teknik Ototronika : Dimas Nico Saputra,

S.Pd.

4) Teknik Sepeda Motor : Eko Noferi Yanto,

S.Pd.

5) Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura : Ifana Tri

Kusumastuti, S.Pd.

6) Teknik Geomatika : -

m.Kepala Bengkel

1) Teknik Mekatronika : Hendrik Ade Putra,

S.Pd.

2) Teknik Mesin (Welding) : Drs. Sugeng Winarto

3) Teknik Ototronika : Ardiana Angga. W,

S.Pd.

4) Teknik Sepeda Motor : Samsul Huda, S.Pd.

5) Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura : Ayustina Krisniati,

S.P.

6) Teknik Geomatika : -

n. Koord. Bimbingan Konseling (BK) : Dra. Ngizatun

o. Koord. Penelitian dan Pengembangan : Dra. Sri Hartati

(57)

44

q. Koord. Ikatan Kesejahteraan Keluarga (IKK) : Sugiartini, S.Pd.

(Sumber dokumentasi : SMK N 3 Salatiga).

5. Daftar Guru, Karyawan, dan Siswa SMK N 3 Salatiga

Jumlah personil yang ada di SMK N 3 Salatiga semuanya ada 109

oraang. daftar guru PNS yang ada di SMK N 3 Salatiga semuanya ada 48

orang, sedangkan yang guru tidak tetap 40 orang, karyawan berjumlah 21

sedangkan jumlah siswanya ada 1330, untuk kelas X ada 448 siswa,

sedangkan untuk kelas XI ada 467 siswa, untuk kelas XII ada 415 siswa

(Sumber dokumentasi: SMK N 3 Salatiga).

a. Daftar Karyawan PNS dan Tidak Tetap

Tabel I

Daftar Karyawan SMK N 3 Salatiga

No Nama Tugas Pekerjaan

PNS

1 Joko Maryono, A.Md. Verifikator Keu.

2 Eko Yuliani Staf Keuangan

(58)

45

11 Devis Afista Krishna Nanda Z Toolman Ototronika

12 Nugroho Prod. Mekatronika

13 Sriyono Kebersihan

14 Ahmad Saiful Khadiqunnuha Penjaga Malam

15 Muhammad Bagus Wicaksono Toolman Welding

16 Afdlol Legowo Toolman Ototronika

17 Yuli supriyatiningsih Staf

18 Siti Samsiyah, S.I.Pust. Pustakawan

b. Daftar Siswa SMK N 3 Salatiga

(59)

46 Jumlah

Rombongan

Kelas

13 13 12 38

6. Program , Ekstrakurikuler, Dan Prestasi Sekolah

SMK N 3 Salatiga telah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler

seperti Pramuka, Paskibra, dan PMR sekolah. Tercatat juga telah

mengadakan kegiatan lain seperti ekstrakurikuler Pencak Silat, Karate, Bola

Voli, dan Band. Beberapa anggota paskibra sekolah ini juga telah lolos

seleksi paskibra tingkat kota dan provinsi.

Program dan Prestasi yang pernah dicapai sebagi berikut :

a. Tahun 2011 telah bersitifikasi SMM ISO 9001:2008

b. Seluruh program keahlian sudah terakreditasi

1) Mekatronika Akreditasi A

2) Welding Akreditasi A

3) Ototronika Akreditasi B

4) ATPH Akreditasi B

c. Juara 1 LKS Pengelasan Th 2013 Tk. Kota Salatiga

d. Juara 1 LKS Permesinan Th 2013 Tk. Kota Salatiga

e. Juara 1 LKS ATPH Th 2013 Tk. Kota Salatiga

f. Juara 1 LKS Mekatronika Th 2013 Tk. Kota Salatiga (Sumber

(60)

47

7. Sarana dan Prasarana SMK N 3 Salatiga

Sarana prasarana adalah media atau alat dalam melaksanakan suatu

pembelajaran. SMK N 3 Salatiga mempunyai ruang kepala sekeloh 1

ruangan, ruang guru 1 ruangan, kamar mandi siswa ada 12, kamar mandi

guru ada 2, ruang praktek ada 10 ruangan, lahan parkir ada 3, ruang lab.

Komputer 2, 1 ruang lab. Bahasa, 1 ruang lab. Fisika, 1 perpustakaan, 2

kantin sekolah (Sumber dokumentasi: SMK N 3 Salatiga).

Tabel III

Daftar Sarana dan Prasarana SMK N 3 Salatiga

No Nama Ruang Jumlah Kondisi Ruang

1 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik

2 Ruang Wakil Kepala

Sekolah

- -

3 Ruang Tata Usaha 1 Baik

4 Ruang Guru 1 Baik

5 Ruang Tamu 1 Baik

6 Ruang Bk/BP 1 Baik

7 Ruang KM/WC Guru 2 Baik

8 Ruang KM/WC Siswa 12 Baik

(61)

48

21 Ruang Majelis Sekolah

(62)

49

5 Jaringan Air Bersih

Gambar

Tabel I Daftar Karyawan
Tabel II
Tabel III

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil diatas maka disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh posi- tifterhadap kebijakan dividen.Sedangkan investment opportunity set tidak berpengaruh

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor : 31 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan se Kabupaten Klaten yang dijabarkan dalam

16 Ibu mendengarkan saat bayi menelan ASI ketika disusui 17 Setelah menyusui, payudara saya terasa lembek dan kosong 18 Berat badan bayi bertambah setiaap kali ditimbang 19

Dalam penelitian ini beberapa variabel yang digunakan merupakan Indeks - Indeks Harga Saham dari tiga negara yaitu Malaysia, Singapura dan Indonesia yang mewakili pasar modal

Sungguhpun terdapat kajian terdahulu yang agak besar berkaitan pembolehubah kecerdasan emosi dan kepimpinan, tetapi hanya sedikit yang diketahui mengenai kesan

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek analgetik infusa daun cocor bebek ( Kalanchoe pinnata (Lam.)Pers.) terhadap mencit jantan galur swiss yang

Di sisi lain, ketika kebijakan utang semakin tinggi maka dapat terja- di trade-off antara biaya pengawasan yang ditanggung melalui utang dengan biaya kewajiban karena beban bunga

Tahapan pemetaan tutupan lahan Potensi simpanan karbon bawah tegakan dapat diperoleh dari beberapa data penyusun simpanan karbon gambut, diantaranya data luas lahan