i
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERWAWASAN MULTIKULTURAL
SMK N 3 Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
FITRIYANINGSIH NIM: 111-12-032
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vi
MOTTO
“Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Ibu Mutini dan Bapak Subandi yang senantiasa memberikan nasehat dan telah
mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta
tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat
untuk sesama.
2. Adik tersayang Muhammad Fatkhur Rozak yang selalu memberikan semangat
untuk terus menjadi pribadi yang tangguh.
3. Seluruh teman yang membantu dalam skripsi ini.
4. Keluarga PAI A, Keluarga PPL SMK N 3 Salatiga dan Kelompok KKN yang
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya
Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan
hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di
hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “ PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM BERWAWASAN MULTIKULTURAL SMK N 3 SALATIGA 2015/2016”
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari
bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Fatchurrohman, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya
ix
5. Bapak Agus Ahmad Suaidi, Lc,. M.A. selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepala sekolah, guru, dan siswa SMK N 3 Salatiga yang telah memberikan
ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut.
8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan
memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 05 September 2016
Penulis
x ABSTRAK
Fitriyaningsih. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural di SMK N 3 Salatiga Tahun 2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Fatchurrohman, M.Pd.
Kata Kunci: Pendidikan, Multikultural
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam berwawasan multikultural dan keberagaman kultur siswa di SMK N 3 Salatiga. Pertanyaan utama yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana keberagaman multikultural yang ada di SMK N 3 Salatiga? (2) Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam berwawasan multikultural di SMK N 3 Salatiga? (3) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan multikultural di SMK N 3 Salatiga?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti medapatkan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah Siswa, Kepala Sekolah, dan Guru PAI.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
E. Penegasan Istilah ... 6
F. Metode Penelitian ... 8
xii
BAB II LANDASAN TEORI ... 17
A. Pendidikan Agama Islam ... 17
B. Pendidikan Multikultural... 24
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 37
A. Paparan Data SMK N 3 Salatiga ... 37
B. Temuan Penelitian ... 50
1. Keberagaman Multikultural SMK N 3 Salatiga ... 50
2. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural SMK N 3 Salatiga ... 51
3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural SMK N 3 Salatiga ... 55
BAB IV PEMBAHASAN ... 57
A. Keberagaman Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural SMK N 3 Salatiga ... 57
B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural SMK N 3 Salatiga ... 60
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural SMK N 3 Salatiga ... 69
BAB V PENUTUP ... 72
A. KESIMPULAN ... 72
B. SARAN-SARAN ... 74
xiii
RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 77
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia
(Yaqin, 2005: 3). Berbagai macam adat istiadat dengan beragam ras, suku
bangsa, agama, dan kaya akan bahasa itulah bangsa Indonesia. Kekayaan
dan keanekaragaman agama, etnik, dan kebudayaan, ibarat pisau bermata
dua. Di satu sisi kekayaan ini merupakan khazanah yang patut dipelihara
dan memberi nuansa dan dinamika bagi bangsa, dan dapat pula merupakan
titik pangkal perselisihan, konflik vertikal dan horizontal. Krisis
multidimensi yang berawal sejak pertengahan 1997 dan ditandai dengan
kehancuran perekonomian nasional, sulit di jelaskan secara mono-kausal
(Baidhawy, 2005: 21). Keragaman ini diakui atau tidak, banyak
menimbulkan berbagai persoalan sebagaimana yang kita lihat saat ini.
Kurang mampunya individu-individu di Indonesia untuk menerima
perbedaan itu mengakibatkan hal yang negatif. Sudah banyak kasus-kasus
kekerasan di Indonesia yang akarnya pada perbedaan tersebut.
Bila bangsa ini ingin kuat, maka diperlukan adanya sikap saling
menghargai, menghormati, memahami, dan sikap saling menerima dari tiap
individu yang beragam itu, seehingga dapat saling membantu bekerjasama
2
Untuk mempunyai individu-individu yang bertanggung jawab atas
dirinya sendiri dan menghormati individu lainnya diperlukan adanya
pemahaman, bahwa perbedaan bukanlah menjadi satu persoalan. Yang lebih
penting adalah bagaimana menjadikan perbedaan-perbedaan itu menjadi
indah, dinamis, dan membawa berkah.
Multikulturalisme adalah proses pembudayaan. Dan oleh sebab itu
proses pendidikan adalah proses pembudayaan, maka masyarakat
multikulturalisme hanya dapat diciptakan melalui proses pendidikan (Tilaar,
2004: xxvii).
Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk
kehidupan publik, selain itu juga diyakini mampu memainkan peranan yang
signifikan dalam membentuk politik dan kultural. Dengan demikian
pendidikan sebagai media untuk menyiapkan dan membentuk kehidupan
sosial, sehingga akan menjadi basis intuisi pendidikan yang menjadi sarat
akan nilai-nilai idealisme (Nuryanto, 2008: 81).
Menurut para ahli sosiologi pendidikan, terdapat relasi resiprokal
(timbal balik) antara dunia pendidikan dengan kondisi sosial masyarakat.
Relasi ini bermakna bahwa apa yang berlangsung dalam dunia pendidikan
merupakan gambaran dari kondisi yang sesungguhnya di dalam kehidupan
masyarakat yang komplek (Naim, 2008: 13). Dengan demikian, sekolah
adalah epitome (skala kecil) dari masyarakat dalam norma prosedural, kode
perilaku, susunan struktural, distribusi kekuasaan, keistimewaan dan
3
Guru, administrator sekolah, dan para pembuat kebijakan (policy maker)
membawa pengalaman dan perspektif kultural sendiri dan memberikan
pengaruh terhadap setiap keputusan dan tindakan pendidikan. Demikian
pula siswa dari berbagai latar belakang etnik dan budaya tak dapat
dielakkan. Berbagai sistem budaya yang berbeda ini berjumpa dalam
sekolah dan ruang kelas yang pluralistik dan dapat menimbulkan konflik
budaya, yang hanya dapat dimediasi dan direkonsiliasi melalui efektifitas
proses intruksional yang mencerahkan, membuka batasan-batasan kultural
(cultural boundaries) yang kaku dan tidak cair (Baidhawy, 2005: 31).
Guru merupakan faktor penting dalam mengimplikasikan nilai-nilai
keberagaman yang inklusif dan moderat (seperti yang disaratkan pendidikan
multikultural) di sekolah. Guru mempunyai peran penting dalam pendidikan
multikultural karena dia merupakan salah satu target dari strategi pendidikan
ini. Memiliki keberagaman yang inkluisif dan moderat, maksudnya guru
memiliki pemahaman keberagaman yang humanis, deologis-persuasif,
kontekstual, substantif dan aktif sosial. Apabila guru mempunyai paradigma
tersebut, dia akan mampu untuk mengajarkan dan mengimplementasikan
nialai-nilai keberagaman di sekolah.
Bagi pendidikan agama Islam gagasan multikultural bukanlah
sesuatu yang baru dan ditakuti setidaknya ada tiga alasan untuk itu.
Pertama, bahwa Islam mengajarkan menghormati dan mengakui keberadaan
orang lain. Kedua, konsep persaudaraan Islam tidak hanya terbatas pada satu
4
tertinggi seorang hamba adalah terletak pada integralitas taqwa dan
kedekatannya dengan Tuhan. Oleh karena itu seorang guru PAI diharapkan
mampu memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai multikultural
dalam tugasnya sehingga mampu melahirkan peradapan yang toleransi,
demokrasi, tenggang rasa, keadilan, harmonis serta nilai-nilai kemanusiaan
lainnya.
Dengan adanya keberagaman dan perbedaan kultural ini rentan
terjadinya perselisihan dalam interaksi di lingkungan sekolah. Namun hal
ini bisa menjadi permasalahan ketika mereka tidak menerima
perbedaan-perbedaan itu.
Contoh kasus ketika di sekolah pernah terjadi
persaingan-persaingan yang dilakukan siswa, baik masalah akademis maupun
non-akademis. Selain itu juga adanya indikasi bahwa, ada siswa yang kurang
senang ketika ada guru yang pilih kasih atau membeda-bedakan dengan
sesama murid.
Guru pendidikan agama Islam dituntut tanggap terhadap berbagai
kondisi dan perkembangan yang terdapat di lembaga tersebut. Selain itu,
guru agama tidak hanya terbatas pada penyampaian materi kepada siswa,
tetapi guru juga mempunyai tanggung jawab dalam membimbing,
mengarahkan, membina siswa dan mampu memberikan suasana yang damai
dan harmonis pada semua warga sekolah.
Karena keberagaman yang ada dengan sikap tetap menghargai dan
5
penelitian tentang PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERWAWASAN
MULTIKULTURAL DI SMK NEGERI 3 SALATIGA TAHUN 2015 / 2016.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keberagaman multikultural yang ada di SMK Negeri 3
Salatiga ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAI berwawasan multikultural di SMK Negeri
3 Salatiga ?
3. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
pendidikan multikultural di SMK Negeri 3 Salatiga ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui realitas keberagaman multikultural yang ada di lingkungan
SMK Negeri 3 Salatiga.
2. Mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agam Islam berwawasan
multikultural di SMK Negeri 3 Salatiga.
3. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berwawasan multikultural di
SMK Negeri 3 Salatiga.
D. Manfaaat penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang jelas dan diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis maupun
6 1. Bersifat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan teoritis
dalam mengintregasikan pembentukan rasa toleransi antar umat
beragama disekolah atau suatu pendidikan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran, yang
dapat digunakan sebagai alternatif informasi bagi yang berminat
mengadakan penelitian tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam
berwawasan multikultural di SMK N 3 Salatiga.
2. Bersifat Praktis
a. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai masukan atau gagasan baru bagi
para pendidik dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam
berwawasan multikultural.
b. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan keilmuan dan pengetahuan dalam dunia pendidikan
khususnya pendidikan sekolah.
c. Bagi pembaca pada umumnya, penelitian ini diharapkan dapat
memberi gambaran tentang bagaimana sebuah sekolah dapat
menerapkan pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.
E. Penegasan Istilah
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan supaya terhindar dari
timbulnya kesalah pahaman terhadap apa yang terkandung dalam skripsi ini,
7 1. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan
kerukunan antar-umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa (Baharuddin, 2010:192).
Menurut Majid Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan
terancam dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
meghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhak mulia dalam
mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-qur‟an
dan Al-hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman (Majid, 2014:11).
Pendidikan agama Islam adalah tindakan yang dilakukan secara
sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah secara
potensi (sumber daya) insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya
(insan kamil). Lebih ringkasnya lagi pendidikan adalah proses kegiatan
yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, seirama dengan
perkembangan subjek didik (Achmadi, 1992: 16).
2. Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai pendidikan
8
demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan
dunia secara keseluruhan (Sukmadinata, 1999: 61`).
Pendidikan multikultural hadir sebagai respon terhadap
keanekaragaman yang terjadi di masyarakat . ketimpangan ekonomi,
pertikaian antar suku, sampai dengan perdebatan antar agama yang
terjadi, justru membuat masyarakat menjadi semakin terpecah-pecah.
(Soyomukti, 2008 : 76).
F. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian
adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan atau tatanan yang
bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah
sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) karena
peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang
sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah (Moleong, 2008:26).
Peneliti terjun ke lapangan penelitian yaitu SMK N 3 Salatiga untuk
mengamati fenomena yang berhubungan dengan siswa, guru, dan kepala
sekolah dalam pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Moleong
(2008:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
9
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.
Dalam penelitian ini akan dikaji lebih mendalam mengenai
keberagaman multikultural, pelaksanaan pendidikan agama Islam
bwawasan multikutural, dan faktor pendukung serta faktor penghambat
pendidikan agama Islam berwawasan multikultural SMK N 3 Salatiga.
Pada pelaksanaannya dilakukan pencarian gambaran dan data deskriptif
di lingkungan SMK N 3 Salatiga yang dijadikan subjek penelitian.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat data utama.
Peneliti berperan serta pada situs penelitian dan mengikuti secara aktif
kegiatan dan mengumpulkan data dari pengamatannya selama mengikuti
kegiatan (Moleong, 2011:3).
3. Lokasi Penelitian
Sesuai judul penelitian, lokasi penelitian dilaksanakan di SMK
Negeri 3 Salatiga, Jln Ja‟far Sodiq, Kel. Kalibening, Kec. Tingkir Telp
10 4. Sumber Data
a. Data Primer
Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata
yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan
oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010:22). Sumber data
langsung yang peneliti dapatkan berasal dari siswa, guru PAI, kepala
sekolah SMK N 3 Salatiga.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain),
foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang dapat
memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22). Peneliti menggunakan
data sekunder ini untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang
telah dikumpulkan melalui wawancara dan observasi.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang ditempuh penelitian
untuk mendapatkan data dan fakta-fakta yang ada pada subyek maupun
obyek penelitian. Untuk memperoleh data yang valid, dalam penelitian
penulis menggunakan beberapa metode yang diantaranya adalah sebagai
11 a. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan
sistematika fenomena yang diselidiki (Sukandarrumidi, 2004: 69).
Observasi atau disebut juga dengan pengamatan meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunkan segala
indra dan dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan (Supranto,
2003:85).
Berdasarkan definisi diatas maka yang dimaksud metode observasi
adalah suatu cara pengumpulan data melalui pengamatan panca indra
yang kemudian diadakan pencatatan-pecatatan. Penulis menggunkan
metode ini untuk mengamati secara langsung, terutama data tentang :
letak geografis serta keadaan fisik SMK Negeri 3 Salatiga, kurikulum
yang ada di SMK Negeri 3 Salatiga, sarana/prasarana pendidikan yang
ada di SMK Negeri 3 Salatiga.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah suatu cara menggali data. Hal ini harus
dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data yang detail dan
valid (Asmani, 2011:122). Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan
dengan wawancara terbuka dan terstruktur karena informan atau
narasumber mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan tahu
12
sudah menetapkan dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang
tersusun secara sistematis.
Wawancara akan dilakukan kepada narasumber diantaranya adalah
siswa, guru PAI, kepala sekolah SMK N 3 Salatiga. Peneliti
menggunakan teknik ini untuk mencari data terkait keberagaman
multikultural, pelaksanaan pendidikan agama Islam berwawasan
multikultural, dan faktor pendukung serta faktor penghambat
pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).
Peneliti mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek
penelitian berupa foto terkait proses pembelajaran pendidikan agama
Islam berlangsung, buku pedoman yang digunakan, dan visi misi
SMK N 3 Salatiga.
6. Analisis Data
Tahapan akhir dari prosedur penelitian ini adalah analisis data.
Analisis data menurut Patton (Kasiram, 2010: 288) adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori,
dan satuan uraian dasar. Analisis data bermaksud pertama- tama
mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri
13
berupa laporan, biografi, artikel. Analisis dalam hal ini mengatur urutan
data, memberikan kode dan mengkategorikannya.
Dalam penelitian ini yang digunakan dalam menganalisis data yang
sudah diperoleh adalah dengan cara deskriptif, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan menggambarkan data yang diperoleh dengan kata-kata
atau kalimat yang dipisahkan untuk kategori untuk memperoleh
kesimpulan. Yang bermaksud mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa
dan bagaimana, berapa banyak, sejauh mana, dan sebagainya.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam tulisan Meleong (2011 : 324) untuk menetapkan keabsahan
(trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik
pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat
kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan
kepastian (confirmability).
Teknik pengujian validitas data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan suatu yang lain dari data
tersebut sebagai bahan pembanding atau pengecekan dari data itu sendiri
(Meleong, 2009: 330). Dalam penelitian ini teknik triangulasi yang
digunakan yaitu :
a. Triangulasi sumber yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari
14
b. Triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama
dengan metode yang berbeda.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap Pra Lapangan
Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menyusun
rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus
perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan
memanfaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini peneliti harus mempersiapkan diri dengan menjaga
kesehatan fisik, berpenampilan rapi dan sopan saat melakukan
penelitian. Ketika memasuki lapangan, hendaknya peneliti berbaur
menjadi satu dan menjaga keakraban dengan subyek agar tidak ada
dinding pemisah antara keduanya. Selain itu peneliti juga harus
berbahasa yang baik dan jelas agar dalam mencari informasi subyek
mudah untuk menjawabnya. Sambil berperan serta, peneliti juga
mencatat data yang diperlukan.
c. Tahap Analisi Data
Pada tahap ini peneliti mulai mengorganiasasikan data. Data yang
terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan
tanggapan peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi,
15
Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorisasikannya
(Meleong, 2011 : 281).
G. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini secara menyeluruh terdapat lima bab
untuk membahas pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.
Sistematika penulis disusun sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan ini memuat tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian, Penegasan
Istilah, dan Sistematika Penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi tentang : A. pengertian pendidikan agama Islam, tujuan
dan fungsi pendidikan Islam, dan ruang lingkup pendidikan Islam. B.
Pendidikan berbasis multikultural, pengertian multikultural,
dimensi-dimensi pendidikan multikultural, dan pendidikan agama berwawasan
multikultural.
BAB III : PAPARAN DATA DAN PENEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang : A. gambaran umum SMK N 3 Salatiga seperti
diskripsi daerah penelitian, visi misi dan tujuan sekolah, sejarah singkat
SMK N 3 Salatiga, struktur organisasi sekolah, data guru, karyawan, dan
16
Data yang ditemukan mengenai kebergaman pendidikan agama Islam
berwawasan Multikultural, pelaksanaan pendidikan agama Islam
berwawasan Multikultural, faktor pendukung dan faktor penghambat
pendidikan agama Islam berwawasan multikultural SMK N 3 Salatiga.
BAB IV:PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan menguraikan pembahasan hasil penelitian tentang
keberagaman pendidikan agama Islam berwawasan multikultural,
pelaksanaan pendidikan agamaaa Islam berwawasan multikultura, faktor
pendukung dan faktor penghambat pendidikan agama Islam berwawasan
multikultural SMK Negeri 3 Salatiga.
BAB V: KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
Berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang berhubungan
17 BAB II
LANDASAN TEORI
A.Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Islam adalah ketetapan Allah yang diturunkan melalui nabi
Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umatnya di muka bumi agar
mereka beribadah kepada-Nya. Penanaman kepada Tuhan hanya bisa
dilakukan melalui proses pendidikan di rumah, di sekolah, maupun di
lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam berperan
penting dalam mendukung kebutuhan manusia sehingga melahirkan
manusia yang menjadi khalifah di bumi ini.
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani, bertakwa, dan berakhak mulia dalam mengamalkan ajaran
Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-qur‟an dan Al-hadis, melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman
(Majid,2014:11).
Daradjat mengemukakan dalam Majid (2014:12) Pendidikan
Agama Islam adalah suatu untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh,
menghayati, makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
18
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati
penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar-umat
beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Baharuddin,
2010:192).
Berdasarkan pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
membentuk manusia sesuai kodratnya sebagaimana yang terkandung dalam
Al-quran yaitu sebagai kholifah dimuka bumi sesuai dengan ajaran Agama
Islam serta untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya
dengan kerukunan antar-umat beragama. Dan lebih ditekankan untuk
mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani lainnya agar
lebih mampu memahami, menghayati dan dan mengamalkan ajaran suatu
agama.
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan agama Islam adalah sama dengan tujuan
manusia diciptakan, yakni untuk berbakti kepada Allah SWT
sebenar-benarnya bakti atau dengan kata lain untuk membentuk manusia yang
bertaqwa, berbudi luhur, serta memahami, meyakini, dan mengamalkan
ajaran-ajaran agama atau membentuk kepribadian muslim. Adapun tujuan
pendidikan agama Islam antara lain :
19
b. Membentuk manusia Muslim yang disamping dapat melaksanakan
ibadah mahdah, juga dapat melaksanakan ibadah muamalah dalam
kedudukannya sebagai anggotanya masyarakat.
c. Membentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada Allah,
penciptanya.
d. Membentuk mengembangkan tenaga profesional yang siap dan terampil
atau setengah terampil untuk memungkinkan memasuki teknostruktur
masyarakat.
e. Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu (agama dan ilmu-ilmu Islami
lainnya (Bahruddin, 2010 : 192-193).
Menurut Majid (2014:16) fungsi Pendidikan Agama Islam
disekolah/ madrasah bertujuan menumbuhkan dan meningkatkan keimanan
melalui pemberian dan menumpukkan pengetahuan, penghayatan,
pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa
dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang lebih tinggi.
Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/ madrasah berfungsi sebagai
berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah Swt. Yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan
keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam
20
lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar
keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal
sesuai dengan tingkat perkembangan.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup mencari kebahagiaan hidup
dunia dan akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dapat
mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau
dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan yang secara umum,
sistem dan fungsionalnya. Dapat dikatakan bahwa pentingnya kedudukan
pendidikan agama dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Dapat dibuktikan dengan ditempatkannya unsur agama dalam sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila pertama dalam Pancasila adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa, yang memberikan makna bahwa bangsa kita
adalah bangsa yang beragam. Untuk membina bangsa yang beragam.
21
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan
bagi orang lain.
Oleh karena itu, pendidikan agama Islam sangat penting
keberadaanya karena pendidikan agama Islam merupakan suatu upaya atau
proses, pencarian, pembentukan, dan pengembangan sikap dan perilaku
untuk mencari, mengembangkan, memelihara, serta menggunakan ilmu dan
perangkat teknologi atau keterampilan demi kepentingan manusia sesuai
ajaran Islam.
3. Ruang Lingkup PAI
Ruang lingkup pendidikan agama Islam menekankan pada
keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hubungan manusia dengan
Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia, hubugan manusia dengan
dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar.
Dari uraian diatas dapat dikatakan ruang lingkup pendidikan agama
Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Al-Qur‟an dan Hadist
Al-Qur‟an dan Hadist adalah sumber pokok ajaran-ajaran dalam agama
Islam. Tujuan manusia adalah mencari kebahagiaan baik di dunia dan
akhirat, dan di dalam Al-Qur‟an dan Hadist itu terdapat petunjuk untuk
22 b. Aqidah
Menurut bahasa aqidah berarti keyakinan atau kepercayaan. Menurut
istilah, aqidah yaitu suatu kepercayaan yang diyakini kebenarannya di
dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan dan
tingkah laku sehari-hari. Aqidah atau keyakinan yang harus dipercayai
dan diyakini yaitu iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para rasul;
dan hari akhir (Budihardjo, 2012:5).
c. Akhlak
Menurut Asmaran As. ( 2002: 1), Akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa
manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.
Namun akhlak yang ada pada seseorang belum sempurna dan perlu
diadakan pembinaan untuk membentuk akhlak yang mulia. Untuk itu,
manusia seharusnya mengikuti akhlak beliau Nabi Muhammad SAW,
sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. al-Ahzab: 21
Artinya :“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.”
d. Fiqh
Kata “fiqh” secara etimologis berarti paham yang mendalam. Fiqh berarti
ilmu tentang hukum-hukum syar‟i yang bersifat amaliah yang digali dan
23
dapat dikatakan fiqh adalah dugaan kuat yang dicapai seorang mujtahid
dalam usahanya menemukan hukum Allah (Syarifuddin, 1997: 4).
e. Tarikh dan Kebudayaan Islam
Tarikh dan kebudayaan Islam meliputi sejarah arab pra-Islam,
kebangkitan nabi yang di dalamnya menjelaskan keberadaan nabi sebagai
pembawa risalah, pengaruh Islam dikalangan bangsa Arab, khulafaur
Rasyidin, pergerakan politik dan agama serta berbagai motifnya yang
sangat berpengaruh terhadap politik, agama, kemasyarakatan,
kebudayaan, dan lain-lain (Hasan, 2002 : vvi) .
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulam bahwa pada dasarnya
ruang lingkup pendidikan agama Islam (PAI) berpusat pada sumber utama
ajaran Islam, yaitu Al-Qur‟an dan Sunnah. Sebagaimana dalam firman Allah
dalam Surat Al-Baqarah ayat 2 dan Surat Al-Isra‟ ayat 9:
Artinya : “ Kitab (Al-Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa.”
Artinya : “ Sesungguhnya Al-Qur‟an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada
orang-orang mu‟min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala besar.”
Seringkali manusia menemui kesulitan dalam memahami
Al-Qur‟an dan hal ini juga dialami oleh para sahabat Rasulullah SAW sebagai
24
penjelasan kepada Rasulullah SAW, yang memang diberi otoritas oleh
Allah SWT. Otoritas ini dinyatakan dalam firman Allah dalam Al-Qur‟an
Dari kedua sumber tersebut, As-Sunnah berfungsi sebagai
penjelasan terhadap Al-Qur‟an dan sekaligus dijadikan sebagai sumber
pokok ajaran Islam serta dijadikan pijakan atau landasan dalam lapang
pembahasan pendidikan agama Islam.
Dari kedua sumber tersebut, baik pada jenjang pendidikan dasar
maupun menengah kemampuan yang diharapkan adalah sosok siswa yang
beriman dan berakhlak. Hal tersebut tentunya selaras dengan tujuan
pendidikan agama Islam seperti tersebut diatas. Yaitu sosok siswa yang
secara terus menerus membangun pengalaman belajarnya, baik pada ranah
kognitif, afektif, maupun psikomotor. B.Pendidikan Multikultural
1. Pendidikan Berbasis Multikultural
Sejak kemunculannya sebagai sebuah disiplin ilmu pada dekade
1960-an dan 1970-an, pendidikan berbasis multikulturalisme, selanjutnya
disingkat (MBE), telah didefinisikan dalam banyak cara dan dari berbagai
perspektif. Dalam terminologi ilmu-ilmu pendidikan dikenal dengan
25
seperti yang dipakai dalam konteks kehidupan multikultural negara-negara
Barat. Sejumlah definisi terikat dalam disiplin ilmu tertentu, seperti
pendidikan antropologi, sosiologi, psikologi dan lain sebagainya.
Dalam buku Multicultural Education: A Teacher Guide to Linking
Context, Process, and Content, karya seorang pakar pendidikan
multikultural dari California State University, Amerika Serikat, Hilda
Hernandez, telah diungkap dua definisi „klasik‟ untuk menekankan dimensi
konseptual MBE yang penting bagi para didik. Definisi pertama
menekankan esensi MBE sebagai perspektif yang mengakui realitas politik,
sosial, dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam
pertemuan manusia yang kompleks dan beragam (plural) secara kultur.
Definisi ini juga bermaksud merefleksikan pentingnya budaya, ras, gender,
etnisitas, agama, status sosial, ekonomi, dan pengecualian-pengecualian
dalam proses pendidikan. Definisi kedua yaitu definisi operasional tentang
MBE. Dalam konseptualisasinya, MBE adalah sebuah kegiatan pendidikan
yang bersifat empowering. Oleh karenanya, MBE menurut Hernandez,
adalah sebuah visi tentang pendidikan yang selayaknya dan seharusnya bisa
untuk semua anak didik.
Berkaitan dengan anak didik, MBE membahas tentang etnisitas,
gender, kelas, bahasa, agama, dan perkecualian-perkecualian yang
mempengaruhi, membentuk, dan mempola tiap-tiap individu sebagai
26
MBE juga berkenaan dengan perubahan pendidikan yang
signifikan. Ia menggambarkan realitas budaya, politik, sosial, dan ekonomi
yang kompleks, yang secara luas dan sistematis memengaruhi segala
sesuatu yang terjadi di dalam sekolah dan luar ruangan. Ia menyangkut
seluruh aset pendidikan yang termanifestasikan melalui konteks, proses, dan
muatan. MBE juga memperbincangkan seputar penciptaan
lembaga-lembaga pendidikan yang menyediakan lingkungan pembelajaran yang
dinamis, yang mencerminkan cita-cita persamaan, kesetaraan, dan
keunggulan (Mahfud, 2005 : 188-189).
2. Pengertian Multikultural
Pendidikan multikultural hadir sebagai respon terhadap
keanekaragaman yang terjadi di masyarakat. Ketimpangan ekonomi,
pertikaian antar suku, sampai dengan perdebatan antara agama yang terjadi,
justru membuat masyarakat menjadi terpecah-belah. Pendidikan adalah
suatu cara untuk menciptakan kualitas manusia (Soyomukti, 2008: 76).
Manusia yang berkualitas adalah manusia yang menggunakan pengetahuan
dan kemapuan yang dimilikinya untuk mengembangkan potensi diri dan
juga dapat menciptakan demokrasi sosial.
Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai
perbedaan. Pendidikan multikultural senantiasa menciptakan struktur dan
proses dimana setiap kebudayaan bisa melakukan ekspresi (Mahfud, 2006 :
27
Pendidikan multikultural adalah pendidikan utuh tentang
keberagaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan
kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara
keseluruhan (Sukmadinata, 1999 : 61).
Pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang
diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan
perbedaan-perbedaan kultur yang ada pada para siswa seperti, perbedan
etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan, dan umur agar
proses pembelajaran lebih efektif dan mudah. Pendidikan multikultural
sekaligus juga untuk melatih dan membangun karakter siswa agar mampu
bersikap demokratis, humanis, dan pluralis dalam lingkungan mereka
(Yaqin, 2005 : 25).
Menurut Andersen dan Cusher bahwa pendidikan multikultural
dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keberagaman kebudayaan.
Sedangkan pendidikan multikultural menurut James Banks yaitu sebagai
pendidikan untuk people of color. Artinya, pendidikan multikultural ingin
28 3. Dimensi-dimensi Pendidikan Multikultural
James banks menjelaskan (dalam Mahfud, 2006:169), bahwa
pendidikan multikultural memiliki beberapa dimensi yang saling berkaitan
satu dengan yang lain, yaitu :
a. content intregation, yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan
kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar,generalisasi dan teori
dalam mata pelajaran atau disiplin ilmu. content intregation mencakup
pada “apa” yang harus dimasukkan ke dalam kurikulum dan harus
ditempatkan “di mana” dalam kurikulum tersebut. Dalam dimensi ini
juga mempertimbangkan “siapa” yang harus mengikuti materi
pembelajaran apakah hanya siswa dari etnik tertentu yang relevan dengan
materi atau semua siswa. Upaya ini dilakukan dalam rangka mewujudkan
pendekatan pendidikan yang integratif dengan sejumlah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap mental yang ada dalam masyarakaat karena
siswa merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki karakteristik
yang harus diakui secara formal didalam pelaksanaan pendidikan.
Perlakuan tersebut tertuang dan diintergrasikan dalam sebuah muatan
kurikulum pedidikan yang direncanakan dalam setiap tahap, jenis, dan
jenjang pendidikan. Materi dapat dikategorikan menjadi dua yakni, teks
dan konteks. Teks berisi materi pelajaran yang bersifat normatif dan
general, sementara konteks merupakan realitas empiris-faktual yang
29
juga berasal dari realitas yang ada disekitarnya. Peran guru disini hanya
sebagai fasilitator, mediator, dan menggunakan sarana pebelajaran agar
dapat dijadikan untuk mengoptimalkan pengetahuan dan pemahaman
siswa (Naim dan Sauqi, 2008 :204). Materi pendidikan multikultural
harus mengajarkan kepada siswa nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai
bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis (kultural).
b. The knowledge construction process, yaitu membawa siswa untuk
memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran (disiplin).
Bagaimana ia menyajikan asumsi-asumsi kebudayaan yang implisit,
kerangka rujukan, perspektif dalam suatu disiplin ilmu yang
mempengaruhi cara ilmu pengetahuan dikontruksikan. Dimensi ini
mempelajari sejarah perkembangan masyarakat dan perlakuannya, serta
reaksi kelompok etnik lainnya. Sejarah tersebut mencakup hal-hal yang
positif maupun yang negatif yang perlu diketahui oleh peserta didik
dalam upaya mengetahui kondisi masyarakat.
c. An equity paedagogy, yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan
cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa
yang beragam baik dari segi ras, budaya (culture) ataupun (social).
Metode yang bisa diterapkan disini adalah dengan menggunakan metode
komunikatif dengan menjadikan aspek perbedaan sebagai titik tekan.
Metode dialog sangat efektif, apalagi dalam proses belajar mengajar yang
sifat kajian perbandingan agama dan budaya. Selain dalam bentuk dialog,
30
“belajar aktif” yang dapat dikembangkan dalam bentuk collaborative
learning (Naim dan Sauqi, 2008 : 57). Setiap manusia dilahirkan sama.
Manusia menjadi berbeda setelah disandarkan kepada kemampuan di luar
dirinya. Hal tersebut kemudian menciptakan stratifikasi. Konsep
pendidikan multikultural mengajarkan bagaimana stratifikasi sosial dapat
dikemas dengan model pendidikan untuk semua elemen masyarakat
dengan kesetaraan tanpa diskriminasi dan dominasi. Pendidikan seperti
ini mau dan mampu memperhatikan kelompok-kelompok yang kurang
beruntung.
d. Prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan
menentukan metode pengajaran mereka. Kemudian, melatih kelompok
untuk berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, berinteraksi dengan
seluruh staff dan siswa yang berbeda etnis, ras, dan upaya menciptakan
budaya akademik yang toleran dan inklusif. Reduksi terjadi karena dalam
pergaulan antar kelompok terbuka wawasan untuk mengenal,
mengetahui, sekaligus mengalami pertautan antar karakteristik, serta
pelatihan untuk pemecahan masalah.
e. Empowering school culture and social structure, yaitu dimensi
pemberdayaan budaya siswa yang dibawa ke sekolah yang berasal dari
kelompok yang berbeda. Selain itu, dapat digunakan untuk menyusun
sruktur sosial yang memanfaatkan potensi budaya siswa yang beragam
sebagai karakteristik struktur sekolah setempat. Konsep ini
31
sekolah sehingga siswa dari beragam kelompok ras, etnik, dan kelas
sosial mengalami kesetaraan dan penguatan kultur. Perubahan pada aspek
yang terkait dengan kultur sekolah untuk pengutan siswa dari berbagai
kelompok budaya.
Dalam aktvitas pendidikan manapun, peserta didik merupakan
sasaran dan sekaligus subyek pendidikan. Oleh sebab itu, dalam memahami
hakikat peserta didik, para pendidik perlu dilengkapi pemahaman tentang
ciri-ciri umum peserta didik. Setidaknya, secara umum peserta didik
memiliki empat ciri yaitu :
a. Peserta didik dalam keadaan sedang berdaya, maksudnya ia dalam
keadaan berdaya untuk menggunakan kemampuan, kemaun dan
sebagainya.
b. Mempunyai keinginan untuk berkembang ke arah dewasa.
c. Peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.
d. Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan
potensi-potensi dasar yang dimiliki secara individual.
Dari uraian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa
pendidikan multikultural adalah suatu gerakan pembaharuan dan proses
untuk menciptakan lingkungan yang setara untuk siswa. Dan menekankan
pentingnya memandang dunia dari berbagai budaya yang berbeda serta
menegaskan perlunya menciptakan sekolah dimana berbagai perbedaan
32
dan seluruh siswa dipandang sebagai sumber yang berharga untuk
memperkaya proses belajar mengajar.
4. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural
Pendidikan agama berwawasan multikultural megusung
pendekatan diaolgis untuk menanamkan kesadaran hidup bersama dalam
keragaman dan perbedaan. Pendidikan ini dibangun atas spirit relasi
kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya, saling memahami, dan
menghargai perbedaan, persamaan dan keunikan, dan interdependensi.
Pendidikan agama multikultural memberi pengakuan akan pluralitas, sarana
belajar untuk perjumpaan lintas batas. Secara umum pendidikan
multikultural menegaskan perlunya pembelajaran tetang berbagai hal untuk
masyarakat yang beragam. Bahkan perencanaan pendidikan multikultural
dalam program sekolah pun perlu memberi peluang berbagai konsepsi
pendidikan multikultural yang diungkapkan dalam proses pembuatan
kebijakan sekolah daripada hanya menerima satu definisi. Konsepsi
pendidikan multikultural memuat nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan dan
merefleksikan berbagai tingkat pemahaman dalam pembuatan kebijakan
sekolah (Baidhawy, 2005 : 74-75).
Pendidikan agama berwawasan multikultural adalah gerakan
pembaharuan dan inovasi pendidikan agama dalam rangka menanamkan
kesadaran pentingnya hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan
agama-agama, dengan spirit kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya,
33
agama-agama, terjalin dalam suatu relasi dan interdependensi dalam situasi
saling mendengar dan menerima perbedaan perspektif agama-agama dalam
satu dan lain masalah dengan pikiran terbuka, untuk menemukan jalan
terbaik mengatasi konflik antar agama dan menciptakan perdamaian melalui
sarana pengampunan dan tindakan nirkekerasan (Baidhawy, 2005 : 85).
Pendidikan agama adalah salah satu proses pendidikan yang
penyelenggaraannya diatur dalam peraturan perundangan yang ada.
Kebijakan Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap agama tertuang
dalam pasal 29 UUD 1945 dan pasal 28 UUD 1945 hasil amandemen.
Indonesia adalah bangsa yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
merupakan inti dari segala agama, dan menghormati kebebasan setiap warga
negara untuk memeluk salah satu agama dan beribadat menurut agama dan
kepercayaan itu. Pada pasal 31 UUD 1945 hasil amandemen, kaitan antara
pendidikan nasional dan agama itu nampak jelas sekali dengan
ditegaskannya rumusan iman dan takwa disitu. Kaitan itu nampak kembali
dengan jelas dalam rumusan pasal 4 UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas, dimana fungsi dan tujuan pendidikan nasional bermuara pada
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian juga
diatur bahwa pendidikan agama itu diberikan sesuai dengan agama yang
dianut peserta didik dan dianjarkan oleh guru yang seagama dengan peserta
didik dan agama yang diajarkan. Apabila sekolah tidak sanggup
melaksanakan pendidikan agama bagi salah satu agama seperti tidak
34
penyelenggaraan pendidikan agama itu. Prinsip-prinsip ini dimaksudkan
untuk secara adil menghormati hak pribadi setiap warga negara,
menghindari kerancuan dalam beragama, dan menghindari kemungkinan
pemeluk suatu agama untuk meniadakan pedidikan agama lain, atau bahkan
mengajarkan sesuatu agama yang dipeluknya kepada pemeluk agama lain.
Perpindahan agama adalah hak pribadi setiap warga negara juga, tetapi
perpindahan itu sesungguhnya baru sah dan absah ketika yang bersangkutan
telah beranjak dewasa. Sebelum usia dewas, agama anak-anak harus
diidentifikasi dengan agama orang tuanya. Upaya perpindahan agama
anak-anak mungkin dapat disebut sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Inilah
penghormatan yang luhur dan sejati terhadap hak asasi seseorang untuk
memeluk suatu agama atau pindah agama (Mudzhar, 2004: 5).
Supaya kedua prinsip diatas dapat dipegang teguh, yaitu prinsip
menghormati kebutuhan agama peserta didik, dan prinsip menghormati
keniscayaan kemajemukan, maka pendidikan agama harus diberikan dengan
pendekatan yang tepat. Biasanya ada dua bentuk pendekatan terhadap
pendidikan agama yang sering dipertentangkan satu sama lain. Pertama,
pendekatan dogmatik (dogmatik approach), yaitu pendekatan yang melihat
pendidikan agama disekolah sebagai media transmisi ajaran dan keyakinan
agama tersebut secara “ecclesiastical”. Tujuannya adalah mewujudkan
komitmen dogmatik peserta didik terhadap agamanya. Kedua, pendekatan
ilmu-ilmu sosial (social studies approach), yaitu pendekatan yang melihat
35
dan materi agama yang diajarkan dilihat sebagai sesuatu yang sekuler
seperti halnya yang dilakukan oleh ilmu antropologi dan sosiologi
(Mudzhar, 2004: 6).
Kedua pendekatan itu sama-sama mengandung kelemahan.
Kelemahan pendekatan pertama terletak pada potensinya untuk
menumbuhkan fanatisme keagamaan yang tidak pada tempatnya. Sedangkan
kelemahan pendekatan yang kedua terletak pada kecenderungan sekulernya,
sehingga tidak mendorong bagi terwujudnya penganut agama yang baik,
karena itu perlu dipikirkan pedekatan ketiga yang akan mampu melayani
kebutuhan anak (to meet the religions need of the children) dan pada waktu
yang sama juga mendorong harmoni diantara berbagai pemeluk agama
berkat kandungan wawasan multikultur yang ada secara inherent di
dalamnya. Pendekatan ketiga itu sebut saja, pendekatan perencanaan sosial
(social planning approach), yaitu pendekatan yang mendorong pemahaman
dan komitmen peserta didik terhadap agama yang dipeluknya, dan pada
waktu yang sama juga mendorong lahirnya sikap menghormati pemeluk dan
ajaran agama lain untuk hidup saling berdampingan dalam kemajemukkan.
Meskipun secara teoritik pendekatan ketika itu mudah diucapkan, tetapi
pada tataran praktik sulit dilaksanakan bahkan masih perlu dirumuskan
aspek-aspeknya.
Dari seluruh definisi diatas penulis menyimpulkan pendidikan
agama Islam berbasis multikultural adalah sebuah gerakan pembaharuan dan
36
pentingnya hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan agama-agama,
saling memahami dan menghargai persamaan, perbedaan dan keunikan
agama-agama.
Para guru yang memberikan pendidikan multikultural harus
memiliki kayakinan bahwa, perbedaan budaya memiliki kekuatan dan nilai,
sekolah harus menjadi teladan untuk ekspresi hak-hak manusia dan
penghargaan untuk perbedaan budaya dan kelompok, keadilan dan
kesetaraan sosial harus menjadi kepentingan utama dalam kurikulum,
sekolah dapat menyediakan pengetahuan, keterampilan, dan karakter (yaitu
nilai, sikap, dan komitmen) untuk membantu siswa dari berbagai latar
belakang, sekolah bersama keluarga dan komunitas yang dapat menciptakan
37 BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A.Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Identitas Sekolah
a. Nama Sekolah : SMK Negeri 3 Salatiga
b. Terakreditasi : A
c. Alamat : Jalan Ja‟far Shodiq, Tingkir, Salatiga
d. No. Telpon : (0298) 3418850
e. Kode Pos : 50744
f. Kelurahan : Kalibening
g. Kecamatan : Tingkir
h. Kota : Salatiga
i. Propinsi : Jawa Tengah
j. Tahun Berdiri : 21 Mei 2007
2. Sejarah Singkat SMK N 3 Salatiga
SMK Negeri 3 Salatiga adalah sebuah sekolah menengah kejuruan
(SMK) yang berdiri di kota Salatiga pada tanggal 21 Mei 2007 atas
persetujuan pemerintah kota Salatiga. Pada awalnya bernama SMK Negeri 1
Tingkir tapi pada tanggal 20 Juli 2007 resmi berganti nama menjadi SMK
Negeri 3 Salatiga. SMK Negeri 3 Salatiga merupakan sekolah menengah
kejuruan berstatus negeri termuda di Kota Salatiga. Sekolah ini juga pernah
menjadi salah satu sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional)
38
nasional pada tanggal 8 Januari 2013. Keberadaan SMK N 3 Salatiga
dituangkan dengan surat keputusan operasional penyelenggaraan program
keahlian No: 420.5/1510 Kepala Dinas Pendidikan Kota Salatiga tanggal 21
Mei 2007.
SMK N 3 Salatiga berada di daerah Kelurahan Kalibening karena
pertimbangan keinginan masyarakat terhadap akan adanya sebuah sekolah
menengah negeri dan keinginan pemerintah Kota Salatiga untuk
mengembangkan potensi daerah yang ada. Dengan demikian keberadaan
sekolah diharapkan akan mewujudkan terjadinya pengembangan potensi
daerah yang berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
sekitar.
3. Visi dan Misi SMK N 3 Salatiga a. Visi SMK N 3 Salatiga
Menyelenggarakan pendidikan yang berkarakter SMART
(Sejahtera, Mandiri, Bermartabat) untuk menghasilkan tamatan berakhlak
mulia dan berwawasan lingkungan yang siap bersaing di era global.
b. Misi SMK N 3 Salatiga
1) Menyelenggarakan sekolah yang mendasarkan nilai-nilai religius
untuk menumbuhkan akhlak mulia dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2) Menciptakan lingkungan sekolah yang indah, bersih, tertata, dan
39
3) Menyiapkan tamatan yang mengedepankan soft skill dan hard skill
yang mampu bersaing di era global.
4) Menyelenggarakan pendidikan yang disiplin, terbuka, dan akuntabel.
c. Upaya- upaya dalam mencapai visi, misi, dan tujuan
Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan, SMK N 3 Salatiga
mendasarkan pengelolaan SMK dengan membagi wilayah kerja sebagai
berikut:
1) Bidang Kurikulum
Bidang kurikulum dipimpin oleh seorang Waka urusan Kurikulum di
jabat oleh Bpk. Indaryanto, S.Pd.T. adapun usaha- usaha bidang
kurikulum tertuang dalam rencana program kerjanya.
2) Bidang Kesiswaan
Bidang kesiswaan dipimpin oleh seorang Waka urusan Kesiswaan di
jabat oleh Ibu Dyah Sulistyorini, S.Pd.
3) Bidang Humas
Bidang Humas dipimpin oleh seorang Waka urusan Humas di jabat
oleh Bpk. Daud Lanang Prabowo, S.Pd.
4) Bidang Sarana dan Prasarana
Bidang Sarana dan Prasarana dipimpin oleh seorang Waka urusan
Sarana dan Prasarana di jabat oleh Bpk. Siswanto, S.Pd. (Sumber
dokumentasi : SMK N 3 Salatiga).
4. Struktur Organisasi SMK N 3 Salatiga
40
b. Wakil Manajemen Mutu dan SDM : Drs. Muh. Towil
c. Koordinator Administrasi Sekolah : Mariati, S.Pd, M.Pd.
d. Wakil Kepala
1) Opendikur : Indaryanto, S.Pd.T.
2) Kesiswaan : Dyah Sulistyorini, S.Pd.
3) Sarana dan Prasarana : Siswanto, S.Pd.
4) Hubungan Mayarakat dan Industri : Daud Lanang, S.Pd.
e. Ketua Kompetensi Keahlian (KKK)
1) Teknik Mekatronika : Zainal Arifin, S.Pd.T.
2) Teknik Mesin (Welding) : Syaefudin Afan E.H., S.T.
3) Teknik Ototronika : Eko Listyo Sahono S.Pd.
4) Teknik Sepeda Motor : Sukiningsih, S.Pd.
5) Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura : Hery Winarno, S.P.
6) Teknik Geomatika : Evita Rintarsih, S.Pd.
f. Staf Bidang Manajemen Mutu dan SDM
1) Sekretaris Managemen Mutu dan SDM : Anton Nugroho, S.Pd.
2) Lead Auditor & Kearsipan MM : Dian Adriyanto, S.Pd,
M.Pd.
3) Pengendali Dokumen dan IT : Hendrik Ade Putra, S.Pd.
4) Pengembangan SDM : Ayustina Krisniati, S.P.
g. Staf Bidang Opendikur
1) Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum : Dimas Nico Saputra,
41
2) Operasional Pembelajaran : M. Chamid, A.Md.
3) Evaluasi Pembelajaran : Siti Sulaikah, S.Pd,
M.Pd.
: Wahyu Sharandavi,
S.Pd.
4) Koordinator Perpustakaan : Puji Wijayanti, S.Pd.
h. Staf Bidang Kesiswaan
1) Keterlaksanaan Kegiatan Osis : Anjar Subagio, S.Pd.
2) Tata Upacara : Achirudin Pasila,
S.Pd.
3) Keterlakasanaan Tatib dan Disiplin : Daniel Adi Prabowo,
S.Pd
Angga Argawastu,
S.Pd.
4) Lapim, LKS, dan Wawasan Wiyata Mandala : Sri Supadmi, S.Pd
5) Kegiatan Ekstrakurikuler : Anggit Dian
Nugroho, S.Pd.
6) Asuransi dan Beasiswa : Fita Indriyani, S.Psi.
i. Staf Bidang Sarana dan Prasarana
1) Inventaris Barang Habis Pakai : Eko Noveri, S.Pd.
2) Pencatat Aset : Arief Rusgiono,
S.Pd
42
4) Pengembangan : Sugimin
5) Maintenance & Repair : Harmin
j. Staf Bidang Humas dan Industri
1) Pokja BKK : Djaru Purnomo,
S.Pd.
2) Pokja Prakerin : Dewi Fatihatuzulfa,
S.Psi.
3) Pokja Humas : Retno Agustin Dwi
A., S.Pd.
k. Sekretaris Kompetensi Keahlian
1) Teknik Mekatronika : Wahyu Sarandafi,
S.Pd.
2) Teknik Mesin (Welding) : Hasan Habib Nur
W.,S.Pd.T
3) Teknik Ototronika : Cahyono Dwi
Atmoko, S.Pd.T.
4) Teknik Sepeda Motor : Sidiq Suprayogi,
S.Pd .
5) Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura : Devy Listyowati,
S.Pd.
6) Teknik Geomatika : -
l. Bendahara Kompetensi Keahlian
43
2) Teknik Mesin (Welding) : Djaru Purnomo,
S.Pd.
3) Teknik Ototronika : Dimas Nico Saputra,
S.Pd.
4) Teknik Sepeda Motor : Eko Noferi Yanto,
S.Pd.
5) Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura : Ifana Tri
Kusumastuti, S.Pd.
6) Teknik Geomatika : -
m.Kepala Bengkel
1) Teknik Mekatronika : Hendrik Ade Putra,
S.Pd.
2) Teknik Mesin (Welding) : Drs. Sugeng Winarto
3) Teknik Ototronika : Ardiana Angga. W,
S.Pd.
4) Teknik Sepeda Motor : Samsul Huda, S.Pd.
5) Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura : Ayustina Krisniati,
S.P.
6) Teknik Geomatika : -
n. Koord. Bimbingan Konseling (BK) : Dra. Ngizatun
o. Koord. Penelitian dan Pengembangan : Dra. Sri Hartati
44
q. Koord. Ikatan Kesejahteraan Keluarga (IKK) : Sugiartini, S.Pd.
(Sumber dokumentasi : SMK N 3 Salatiga).
5. Daftar Guru, Karyawan, dan Siswa SMK N 3 Salatiga
Jumlah personil yang ada di SMK N 3 Salatiga semuanya ada 109
oraang. daftar guru PNS yang ada di SMK N 3 Salatiga semuanya ada 48
orang, sedangkan yang guru tidak tetap 40 orang, karyawan berjumlah 21
sedangkan jumlah siswanya ada 1330, untuk kelas X ada 448 siswa,
sedangkan untuk kelas XI ada 467 siswa, untuk kelas XII ada 415 siswa
(Sumber dokumentasi: SMK N 3 Salatiga).
a. Daftar Karyawan PNS dan Tidak Tetap
Tabel I
Daftar Karyawan SMK N 3 Salatiga
No Nama Tugas Pekerjaan
PNS
1 Joko Maryono, A.Md. Verifikator Keu.
2 Eko Yuliani Staf Keuangan
45
11 Devis Afista Krishna Nanda Z Toolman Ototronika
12 Nugroho Prod. Mekatronika
13 Sriyono Kebersihan
14 Ahmad Saiful Khadiqunnuha Penjaga Malam
15 Muhammad Bagus Wicaksono Toolman Welding
16 Afdlol Legowo Toolman Ototronika
17 Yuli supriyatiningsih Staf
18 Siti Samsiyah, S.I.Pust. Pustakawan
b. Daftar Siswa SMK N 3 Salatiga
46 Jumlah
Rombongan
Kelas
13 13 12 38
6. Program , Ekstrakurikuler, Dan Prestasi Sekolah
SMK N 3 Salatiga telah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler
seperti Pramuka, Paskibra, dan PMR sekolah. Tercatat juga telah
mengadakan kegiatan lain seperti ekstrakurikuler Pencak Silat, Karate, Bola
Voli, dan Band. Beberapa anggota paskibra sekolah ini juga telah lolos
seleksi paskibra tingkat kota dan provinsi.
Program dan Prestasi yang pernah dicapai sebagi berikut :
a. Tahun 2011 telah bersitifikasi SMM ISO 9001:2008
b. Seluruh program keahlian sudah terakreditasi
1) Mekatronika Akreditasi A
2) Welding Akreditasi A
3) Ototronika Akreditasi B
4) ATPH Akreditasi B
c. Juara 1 LKS Pengelasan Th 2013 Tk. Kota Salatiga
d. Juara 1 LKS Permesinan Th 2013 Tk. Kota Salatiga
e. Juara 1 LKS ATPH Th 2013 Tk. Kota Salatiga
f. Juara 1 LKS Mekatronika Th 2013 Tk. Kota Salatiga (Sumber
47
7. Sarana dan Prasarana SMK N 3 Salatiga
Sarana prasarana adalah media atau alat dalam melaksanakan suatu
pembelajaran. SMK N 3 Salatiga mempunyai ruang kepala sekeloh 1
ruangan, ruang guru 1 ruangan, kamar mandi siswa ada 12, kamar mandi
guru ada 2, ruang praktek ada 10 ruangan, lahan parkir ada 3, ruang lab.
Komputer 2, 1 ruang lab. Bahasa, 1 ruang lab. Fisika, 1 perpustakaan, 2
kantin sekolah (Sumber dokumentasi: SMK N 3 Salatiga).
Tabel III
Daftar Sarana dan Prasarana SMK N 3 Salatiga
No Nama Ruang Jumlah Kondisi Ruang
1 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
2 Ruang Wakil Kepala
Sekolah
- -
3 Ruang Tata Usaha 1 Baik
4 Ruang Guru 1 Baik
5 Ruang Tamu 1 Baik
6 Ruang Bk/BP 1 Baik
7 Ruang KM/WC Guru 2 Baik
8 Ruang KM/WC Siswa 12 Baik
48
21 Ruang Majelis Sekolah
49
5 Jaringan Air Bersih