PROFESIONALISME GURU DI MIN PANJANG AMBARAWA
Skripsi
Disusun Guna Memenuhi Syarat dan kewajiban memperoleh gelar saijana ( S I )
Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh Tsani Murtafiah
NIM : 111 03 019
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDIPENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
D K K L A R A S T
Bh millah irrah munirrah im
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran- pikiran orang lain di luar rel'crensi yang peneliti eantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosyah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 1 Maret 2008 Peneliti
TSAN1 MURTAF1AH NIM : 111 03 019
Jaka Siswanta, M. Pd.
Dosen STAIN Salatiga
N O T A P E M B IM B IN G
Lamp. : 3 eksemplar 11(iI : Naskali Ski ipsl
Sdr. Tsani Murtafiah
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga d i- SALATIGA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudari:
Nama : Tsani Murtafiah NIM : 111 03 019 Jurusan/Progdi
Judul
Tarbiyah/Pendidikan Againa Islam
PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN PROFESIONAL1SME GURU DI MIN PANJANG AMBARAWA
Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah.
Demikian surat ini, harap mcnjadikan pcrhatian dan digunakan scbagaimana mestinya.
Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, Maret2008
PENGESAHAN
Skripsi saudari: Tsani Murtafiah dengan Nomor Induk Mahasiswa: 111 03 019 yang beijudul: Peranan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di MIN Panjang Ambarawa, telah dimunaqosahkan dalam sidang panitia ujian, Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga pada hari Rabu, 19 Maret 2008 M yang bertepatan dengan 11 Rabiul Awal 1929 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
19 Maret 2008 M
Salatiga,
---
---11 Rabiul Awal 1429 H
PANITIA UJIAN
Y. Imam Sutomo, M. Ag NIP. 150 216 814
Penguji I
Dra. Siti Farikhah, M. Pd NIP. 150 234 916
Sekretaris Sidang
Dr. H. Muh. Saerozi, M. Ag NIP. 150 247 tiU
Penguji II
Drs. Taufiqul M u’in, M. Ag NIP 150 254 299 bing
.Taka Siswanta, M. Pd NIP 150 299 493
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
> Bapakku (Bpk. Zumroni) dan ibuku (Ibu Riayati) yang telah
memberikan segalanya demi tercapainya cita-citaku. Amin.
> Kakak dan adikku tcrcinta (Kuni A Yazid ) yang selalu memberi
semangat agar aku secepatnya dapat menyelesaikan skripsi ini.
> Scluruh keluarga besarku (Kel. Mbah Matlub dan Kel. Mbah Kasmin)
yang selalu memberi support kepadaku.
V Pak Ja k a S, makasih banyak ya Pak a ta s bimbingannya selama ini.
> The b est friend (Layla, Onny, Isna, Ani MM), teman-teman PAI A
(Yati, Na'im, Eny, Iis, Wida, Widi, Nasir, David, Pak Kon, Jazuli,
Jaya, Liena fromTBI) dan seluruh teman PAI serta semua angkatan
2003
.
> Teman-teman sekampung dan tetangga yang memberi motivasi
padaku agar ku dapat terus menyelesaikan studiku.
> Seluruh teman-temanku yang telah membantu proses penulisan
skripsi ini.
vi
K A T A I'K N U A N T A R
Teriring ucapan alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis, dan yang telah melimpahkan segala inayah-Nya sehingga penulis dapat menytisun skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Dengan selesainya skripsi ini, bukan berarti penulis telah mencapai titik hasil yang optimal yang perlu dibanggakan, akan tetapi sekedar penelaahdn kembali kemampuan pribadi penulis dalam bentuk karya ilmiah. Penulis rhenyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis lerimu dengan ikhlas.
Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis atas bantuan,
NOTA PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Sistematika Penulisan Skripsi ... 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat peranan kepala sekolah ... 8
B. Kepala sekolah sebagai pemimpin (leader) ... 9
C. Kepala sekolah sebagai administrator ... 16
D. Kepala sekolah sebagai supervisor ... 20
E. profesionalisme guru ... 28
F. Macam-macam kompetensi guru ... 31
G. Sasaran sikap profesional ... 35
H. Fungsi dan peran guru ... 37
I. Peningkatan kemampuan profesional guru melalui program sertifikasi ... 41
J. Peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru ... 43
D. Metode analisis data 49 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi umum MIN Panjang Ambarawa ... 52 B. Hasil Wawancara ... 59 C. Profesionalisme guru dalam pelaksanaan pembelajaran
di MIN Panjang Ambarawa... 76 D. Bentuk aktualisasi peranan kepala sekolah dalam
menjalankan kepemimpinan di MIN Panjang Ambarawa... 81 E. Peranan kepala sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme guru di MIN Panjang Ambarawa... 86 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 100 B. Saran-Saran ... 101 C. Penutup ... 102 DAFTAR PUSTAKA
Tabel III Data guru MIN Panjang Ambarawa... 54
Tabel IV Data siswa MIN Panjang Ambarawa... 55
Tabel V Data tamatan siswa MIN Panjang Ambarawa... 56
Tabel VI Fasilitas yang ada di MIN Panjang Ambarawa... 56
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sekolah merupakan institusi pendidikan yang bersifat formal. Pendidikan formal berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas yaitu pada masa anak dan masa remaja. Masa pendidikan di sekolah mencakup masa belajar dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Sekolah menjalankan kegiatan belajar mengajar yang didalamnya mengandung unsur pemberian pengetahuan {transfer o f knowledge) dan penanaman nilai {transfer o f value). Pemberian pengetahuan dan nilai diberikan oleh tenaga profesional atau guru yang profesional.
Guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Profesionalisasi guru di pandang sebagai suatu proses yang bergerak dari ketidaktahuan {ignorance) menjadi tahu, dari ketidakmatangan {immaturity) menjadi matang, dari diarahkan orang \am{other-directedness) menjadi mengarahkan diri sendiri.1
Guru harus memiliki kemampuan dan motivasi. Maksudnya adalah seseorang akan bekeija secara profesional bilamana memiliki kemampuan keija yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengeijakan tugas dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, seseorang tidak akan bekeija secara profesional bilamana hanya memenuhi salah satu di antara dua persyaratan tersebut. Betapapun tingginya kemampuan seseorang ia tidak akan bekeija secara
1 Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalism e Guru Sekolah D asar, Bumi Aksara: Jakarta, 2003. him. 5.
menyelesaikan tugas-tugasnya bilamana tidak di dukung oleh kemampuan. Disinilah peran kepala sekolah sangat dibutuhkan dalam peningkatan profesionalisme guru.
Kepala sekolah terlebih dahulu harus memiliki kemampuan dan motivasi yang tinggi. Kepala sekolah berkewajiban untuk berupaya meningkatkan kemampuan diri dan memotivasi para guru agar dapat menjadi kepala sekolah yang baik, sesuai dengan keinginan anak buahnya (guru).2 Bila tidak memiliki kemampuan yang memadai, ia tidak akan dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya.
Kepala sekolah harus bisa memberikan penilaian terhadap tingkat mengajar para guru. Penilaian dilakukan untuk mengetahui guru yang sudah baik dalam mengajar dan guru yang perlu ditingkatkan profesionalismenya. Untuk itu, kepala sekolah hendaknya memberikan pengarahan melalui pembinaan secara teratur. Dalam pembinaan teijadilah komunikasi antara kepala sekolah dengan guru.
Kepala sekolah harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dengan para guru.3 Dengan komunikasi yang baik, antara keduanya bisa memahami kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan yang kepala sekolah miliki dapat dijadikan contoh bagi para guru. Sebagaimana dalam
2 Muhammad Saroni, M anajem en Sekolah (Kiat menjadi Pendidik yang Kompeten),Ar-Ruz: Yogjakarta, 2006. him. 48.
jiV lf
j jJI
j <y»l q\£ &( n :vi>vi)
\J& &\j> h
Artinya : “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah”.4
Dengan menjadikan pribadi rasul sebagai contoh, kepala sekolah akan dapat membimbing anak buahnya (para guru) sesuai dengan syariat agama. Dengan contoh yang baik pula, pola pergaulan dan pola keija di sekolah dapat diarahkan pada kebijakan yang telah kepala sekolah programkan.
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Panjang Ambarawa, karena MIN ini merupakan madrasah yang berkualitas jika dibandingkan dengan sekolah lain yang ada di wilayah Ambarawa. Dikatakan berkualitas karena madrasah ini mampu menghasilkan siswa-siswa yang berprestasi dan yang terpenting adanya guru-guru yang profesional. Siswa- siswa yang berprestasi dapat diketahui dari nilai raport siswa dan sikap santun siswa terhadap guru dan teman sehingga hal ini bisa menjadi bekal untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Profesionalitas guru dapat diketahui dengan melihat kemampuan guru dalam melakukan persiapan pengajaran dengan baik, menghadapi segala permasalahan yang muncul dalam
berkomunikasi dengan siswa, dengan guru dan dengan kepala sekolah.
Berdasarkan hasil survey pada tanggal 9 juli 2007, ditemukan informasi bahwa madrasah ini pada mulanya kurang berkualitas karena kurangnya kemampuan guru dalam mengajar. Namun, dari tahun ke tahun madrasah ini mengalami perubahan dari yang pada mulanya kurang berkualitas ke arah berkualitasnya madrasah ini. Perubahan itu nampak pada teijadinya peningkatan jumlah siswa dan peningkatan rata-rata nilai UAS (Ujian Akhir Sekolah) siswa yang lulus dari tahun ke tahun. Peningkatan itu teijadi karena guru-guru di MIN Panjang Ambarawa ini sebagian besar sudah memiliki kemampuan mengajar yang baik dalam arti memiliki profesionalitas dalam mengajar.
Berdasarkan uraian di atas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai “Peranan Kepala Sekolah dalam meningkatkan Profesionalisme Guru di MIN Panjang Ambarawa”.
B. RUMUSAN MASALAH
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah profesionalisme guru dalam pelaksanakan pembelajaran di MIN Panjang Ambarawa ?
2. Bagaimanakah bentuk aktualisasi peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MIN Panjang Ambarawa ?
3. Bagaimanakah pandangan guru terhadap peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MIN Panjang Ambarawa ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui profesionalisme guru dalam pelaksanakan pembelajaran di MIN Panjang Ambarawa.
2. Untuk mengetahui bentuk aktualisasi peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MIN Panjang Ambarawa.
D. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik dari segi teoretis maupun praktis. Dari segi teoretis, diharapkan hasil penelitian dapat digunakan dalam mengembangkan kajian ilmu pendidikan terutama dalam bidang kepemimpinan. Sementara dari segi praktis diharapkan dapat membantu dalam pengembangan pendidikan di MIN Panjang Ambarawa.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini di susun dalam 5 bab yang secara sistematis dijabarkan sebagai berikut:
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan penelitian 1.4 Manfaat penelitian 1.5 Sistematika penulisan Bab II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat peranan kepala sekolah
2.2 Kepala sekolah sebagai pemimpin (leader) 2.3 Kepala sekolah sebagai administrator 2.4 Kepala sekolah sebagai supervisor 2.5 Profesionalisme guru
2.10 Peranan kepala sekolah dalam meningkatkan Profesionalisme guru
Bab III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan penelitian 3.2 Subyek penelitian
3.3 Metode pengumpulan data 3.4 Metode analisis data Bab IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi umum MIN Panjang Ambarawa 4.2 Keadaan kependidikan informan
4.3 Profesionalisme guru dalam pelaksanaan pembelajaran di MIN Panjang Ambarawa
4.4 Bentuk aktualisasi peranan kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinannya di MIN Panjang Ambarawa
4.5 Peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MIN Panjang Ambarawa
A. Hakikat Peranan Kepala Sekolah
Pengertian peranan menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah bagian yang dimainkan atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa..1 Sedangkan kepala sekolah adalah pemimpin di suatu sekolah.1 2 Jadi, peranan kepala sekolah yaitu tindakan yang dilakukan oleh seorang pemimpin guna memajukan dan mengembangkan sekolah.
Kepala sekolah adalah orang yang paling bertanggungjawab dalam pelaksanaan perjalanan sekolah dari waktu ke waktu. Ia adalah orang yang bertanggungjawab, baik ke dalam maupun keluar. Ke’dalam’ ia bertanggungjawab untuk memberdayakan guru, staf sekolah, tenaga teknisi dan siswa. Ke ‘luar’ ia bertanggungjawab kepada pengguna sekolah dan secara kedinasan keatasannya. Pada tataran pergulatan kerja, kepala sekolah harus mampu tampil atau berperan sebagai:
1. Administrator yang menjalankan tugas-tugas keadministrasian. 2. Manajer yang menjalankan tugas-tugas manajerial.
3. Pemimpin yang menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan. 4. Kepala yang menjalankan fungsi-fungsi kekepalasekolahan.
5. Motivator yang menjalankan fungsi memotivasi komunitas sekolah, baik dalam komunitas.
6. Negosiator yang menjalankan fungsi untuk melakukan kegiatan yang bersifat kontraktual.
7. Figuritas yang memerankan keteladanan kepada komunitas internal maupun ekstemal.
1 E.M.Zul Fajr dan Ratu Aprilia, K am us Lengkap B ahasa Indonesia, Dita Publisher: Jakarta, him. 641.
2 Ibid.,, him. 453.
8. Komunikator yang menjalankan fungsi sebagai juru bicara ke dalam dan terutama ke luar.
9. Wakil lembaga yang diperankan ketika melakukan hubungan secara ekstemal.
10. Fungsi-fungsi lain yang terkait.3
Kepala sekolah yang memenuhi peran-peran tersebut akan dapat menjalankan tugas dan peranannya dengan sebaik-baiknya. Peranan-peranan inilah yang mengarahkan kegiatan kepala sekolah dan memberikan corak tertentu pada penampilannya sebagai kepala sekolah. Semua peran kepala sekolah ini saling berhubungan dan berkaitan. Banyak para ahli yang memaparkan tentang peranan kepala sekolah sebagai pemimpin, administrator dan supervisor. Dengan demikian yang akan dipaparkan disini adalah tiga peran kepala sekolah tersebut.
B. Kepala sekolah sebagai pemimpin ( leader) 1. Pengertian kepemimpinan kepala sekolah
Menurut Husna Asmara, pemimpin adalah orang yang melakukan kegiatan dalam usaha mempengaruhi orang lain yang ada di lingkungan pada situasi tertentu, agar orang lain mau bekeija dengan penuh tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.4 Kegiatan yang dilakukan oleh seorang pemimpin disebut kepemimpinan (leadership). Kepemimpinan pada dasamya berarti kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia
3 Sudarwan Danim, M enjadi Kom unitas P em belajar (kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajar), Bumi Aksara, Jakarta, 2005, him. 77.
melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang haras dilakukan. Kepemimpinan dapat juga diartikan kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rapa sehingga tercapailah tujuan kelompok itu.5 Sebagaimana dalam firman Allah:
* •
0jS
jU)
<SaLall t*lij
cJU j
Artinya : Ingatlah ketika Tuhan-Mu berfirman kepada para malaikat ‘Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di mukabumi’.6
Sabda nabi,
A jJC -(jc. ^ l j
Artinya : “setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya”.7
Jadi, kepala sekolah sebagai seorang pemimpin bertindak sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk membimbing anak buahnya (para guru) sehingga tercapai tujuan bersama. Kepala sekolah haruslah dapat menjalankan kepemimpinannya dengan baik karena kedudukan kepala sekolah merapakan suatu bentuk menjalankan amanah dari Allah.
2. Fungsi kepemimpinan kepala sekolah Kepemimpinan kepala sekolah berfungsi:
5 Soekarto Indra Fachrudi, M engantar B agaim ana M em im pin Sekolah y a n g Baik, Ghalia Indah, Jakarta, 1993, him. 12.
6 Proyek pengadaan kitab suci al qur’an, A l Q u r ’an dan Terjem ahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta, 1971, him. 13.
a. Mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat, baik secara perseorangan maupun kelompok sebagai usaha mengumpulkan data dari anggota-anggota kelompok dalam menetapkan keputusan yang mampu memenuhi aspirasi di dalam sekolah.
b. Mengembangkan suasana kerjasama yang efektif dengan memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap kemampuan orang-orang yang dipimpinnya (para guru) sehingga timbul kepercayaan pada diri sendiri dan kesediaan menghargai orang lain sesuai dengan kemampuan masing-masing.
c. Mengusahakan dan mendorong teijadinya pertemuan pendapat dengan sikap harga menghargai sehingga timbul perasaan ikut dan terlibat serta tanggungjawab di dalam kegiatan sekolah.
d. Membantu menyelesaikan masalah-masalah, baik yang dihadapi secara perseorangan maupun kelompok dengan memberikan petunjuk-petunjuk dalam mengatasinya sehingga berkembang kesediaan untuk memecahkannya dengan kemampuan sendiri.8
Kepala sekolah hendaknya mampu menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan seperti yang disebutkan di atas. Dengan demikian, kepala sekolah akan lebih mudah menjalankan peranannya sebagai seorang pemimpin.
3. Tipe-tipe kepemimpinan kepala sekolah
Tipe kepemimpinan ada tiga yaitu kepemimpinan yang otokratis, kepemimpinan ‘laissez-faire’ dan kepemimpinan demokratis. Dalam kepemimpinan yang otokratis, semua kebijaksanaan atau “policy” dasar ditetapkan oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahannya.9 Semua perintah, pemberian dan pembagian tugas dilakukan tanpa mengadakan konsultasi sebelumnya dengan orang-orang yang dipimpinnya.
8 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, P edom an Penyelenggaraan A dm inistrasi Pendidikan Sekolah, Bumi Aksara, Jakarta, 1991, him. 89-90.
Pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya ‘memimpin’ ialah menggerakkan dan memaksa kelompoknya untuk mematuhi perintahnya, kekuasaannya hanya dibatasi oleh undang-undang.10 Bawahannya tidak diberi kesempatan untuk berinisiatif dan mengeluarkan pendapat-pendapatnya. Instruksi atau perintahnya hams dilaksanakan secara tertib dan konsekuen tanpa membuat kesalahan-kesalahan. Keputusannya merupakan yang terbaik sehingga hams dilaksanakan tanpa komentar.
tip e kepemimpinan ‘laissez-faire’ menghendaki supaya kepada bawahannya diberikan banyak kebebasan sehingga ia sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekeijaan bawahannya. Pembagian tugas dan keijasama diserahkan kepada anggota-anggotanya tanpa dorongan dan bimbirtgan yang metodis dan kontinyu dari si pemimpin.11 Dengan demikian orang yang dipimpinnya merasa mampu mengambil keputusan sendiri dan melaksanakannya sendiri pula sehingga peran seorang pemimpin tidak berfungsi.
Tipe kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah yang bemsaha memanfaatkan setiap orang untuk kepentingan kemajuan dan perkembangan sekolah. Ia senantiasa membangun semangat bawahannya dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya. Ia memberi kesempatan bagi timbulnya kecakapan memimpin pada bawahannya dengan jalan menyerahkan
10 Ngalim Purwanto dan Sutadji Djojopranoto Adm inistrasi Pendidikan, Mutiara, Jakarta, cet. K.e-5, 1975, him. 41.
sebagian kekuasaan dan membagi tanggung jawab.12 Dengan demikian, tipe ini merupakan tipe gabungan dari kedua tipe di atas yaitu tipe otokratis dan tipe ‘laissez-faire’. Pemimpin bersama-sama dengan bawahannya ikut ambil bagian secara aktif di dalam pencapaian tujuan bersama.
4. Peranan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin a. Sebagai pelaksana {executive)
Seorang pemimpin tidak boleh hanya memaksakan kehendak sendiri terhadap kelompoknya. la harus berusaha menjalankan atau memenuhi kehendak dan kebutuhan kelompoknya juga program yang telah ditetapkan bersama.
b. Sebagai perencana {planner)
Seorang pemimpin yang baik harus pandai membuat dan menyusun perencanaan, sehingga segala sesuatu yang diperbuatnya atau tindakannya diperhitungkan dan bertujuan.
c. Sebagai seorang ahli {expert)
Seorang pemimpin haruslah mempunyai keahlian, terutama keahlian yang berhubungan dengan tugas jabatan kepemimpinan yang dipegangnya.
d. Mewakili kelompok dalam tindakan keluar {external group representative)
Pemimpin harus menyadari bahwa baik buruknya tindakannya di luar kelompoknya mencerminkan baik buruknya kelompok yang dipimpinnya.
e. Mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller o f internal relationship)
Seorang pemimpin harus menjaga jangan sampai terjadi perselisihan dan berusaha membangun hubungan yang harmonis dan menimbulkan semangat bekeija kelompoknya.
f. Bertindak sebagai pemberi ganjaran atau pujian dan hukuman (purvoyer o f Reward and punishment)
Pemimpin harus dapat membesarkan hati anggotanya yang giat bekeija dan banyak sumbangannya terhadap kelompoknya, dan berani pula menghukum anggota yang berbuat merugikan kelompoknya.
g. Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mendiator) Pemimpin harus dapat bertindak tegas, tidak pilih kasih atau mementingkan golongan dalam menyelesaikan perselisihan. h. Merupakan bagian dari kelompok {exemplar)
Pemimpin adalah bagian yang tak terpisahkan dari kelompoknya sehingga segala tindakan dan usaha hendaknya dilakukan demi tujuan kelompoknya.
Pemimpin hendaknya menyadari bahwa baik buruknya kelompok yang dipimpinnya tercermin pada dirinya.
j. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate fo r individual responsibility)
Pemimpin harus bertanggungjawab terhadap perbuatyn- perbuatan anggota-anggotanya yang dilakukan atas nama kelompok.
k. Sebagai pencipta atau memiliki cita-cita (ideologist)
Pemimpin hendaknya mempunyai suatu konsepsi yang baik dan realistis, sehingga dalam menjalankan kepemimpinannya mempunyai garis yang tegas menuju arah yang telah dicita- citakan.
l. Bertindak sebagai seorang ayah (father figure)
Pemimpin dalam bertindak kepada anak buahnya (guru) hendaklah mencerminkan tindakan seorang ayah terhadap anaknya sehingga terjalin hubungan yang akrab.
m. Sebagai ‘kambing hitam’ (scape goat)]i
Seorang pemimpin haruslah menyadari bahwa dirinya merupakan tempat melemparkan kesalahan atau keburukan yang terjadi di dalam kelompoknya. Oleh karena itu, pemimpin harus pula mau dan berani turut bertanggungjawab terhadap kesalahan anggotanya. 13
Dengan melihat peranan-peranan tersebut, kiranya sangat berguna bagi kepala sekolah dalam menjalankan tugas dan peranannya. Kepala sekolah merupakan seorang panutan bagi guru, jadi ia haruslah dapat memberikan contoh-contoh yang baik. Seorang kepala sekolah juga hams dapat memberikan bimbingan dan arahan serta
perlindungan kepada gum.
C. Kepala sekolah sebagai administrator
Administrasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses pengendalian usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya.14 Administrator adalah orang yang menjalankan kegiatan administrasi. Tugas kepala sekolah sebagai administrator dan bilamana diperinci adalah sebagai berikut:15
1. Bidang akademik yang berkenaan dengan proses belajar mengajar di dalam dan di luar sekolah
Bidang ini mencakup semua kegiatan yang berkenaan dengan kegiatan mengatur proses belajar mengajar. Adapun tugas pokok kepala sekolah dalam mengatur kegiatan proses belajar mengajar yaitu:
- menyusun program catur wulan/semester dan program tahunan, termasuk juga pembagian tugas mengajar.
- menyusun jadwal pelajaran setiap tahun.
14 Hadari Nawawi, op cit., hlm.7.
- mengatur pelaksanaan penyusunan model satuan pelajaran dan pembagian waktu yang digunakan.
- mengatur pelaksanaan evaluasi belajar. - mengatur norma penilaian.
- mengatur norma kenaikan kelas.
- mengatur pencatatan kemajuan pelajaran murid.
- mengatur usaha-usaha peningkatan perbaikan pengajaran (melaksanakan supervisi intern)
- mengatur program pengisian waktu-waktu kosong karena guru berhalangan hadir.
2. Bidang ketatausahaan dan keuangan sekolah
Bidang ini merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang kelancaran kegiatan pembelajaran. Pengelolaan kegiatan yang harus dilakukan ialah:
- Menyelenggarakan surat menyurat. Mengatur penerimaan keuangan. Mengelola penggunaan keuangan. - Mempertanggungjawabkan keuangan. 3. Bidang kesiswaan
Administrasi kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan siswa yang meliputi:
- Mengatur program bimbingan dan penyuluhan.
Mencatat kehadiran dan ketidakhadiran guru dan murid.
- Mengatur program ko-kurikulum. (pramuka,UKS, dan lain-lain) Mengatur mutasi (kepindahan) murid.
4. Bidang personalia atau kepegawaian
Administrasi personalia bertujuan untuk mendayagunakan tenaga guru secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal. Personil sekolah meliputi tenaga edukatif (tenaga fungsional) dan tenaga administratif (tenaga struktural). Tenaga edukatif terdiri dari unsur guru sedangkan tenaga adminisl'tratif terdiri dari unsur karyawan. Untuk itu, kegiatan bidang personalia meliputi:
- Menginventarisasi personalia.
Mengusulkan formasi guru dan merencanakan pembagian tugas-tugas guru, termasuk menghitung beban keija guru.
- Mengusulkan pengangkatan, kenaikan pangkat, perpindahan guru dan administrasi kepegawaian lainnya.
- Mengatur kesejahteraan sosial staf sekolah
- Mengatur pembagian tugas bilamana guru sakit, cuti, pensiun dan lain sebagainya.
5. Bidang gedung dan perlengkapan sekolah.
perlengkapan sekolah yang mencukupi untuk kelancaran kegiatan sekolah. Untuk itu, hal-hal yang perlu kepala sekolah lakukan adalah:
- Mengatur pemeliharaan kebersihan gedung dan keindahan halaman sekolah (lingkungan sekolah secara fisik) termasuk juga lapangan olahraga, ruangan senam (aula), kebun sekolah dan lain-lain.
Pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan sekolah (kursi, meja, lemari, papan tulis (white board, kapur (spidol), perlengkapan tata usaha atau alat tulis menulis kantor dan lain-lain.
Menyelenggarakan inventarisasi tanah, gedung dan perlengkapan sekolah, baik yang habis di pakai maupun yang permanen.
6. Bidang peralatan pelajaran.
Bidang peralatan pelajaran merupakan sarana dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Sarana sekolah meliputi alat pelajaran, alat peraga dan media pengajaran. Kepala sekolah harus menyediakan peralatan pelajaran untuk kegiatan belajar mengajar yang meliputi:
- Mengatur buku-buku pelajaran untuk pegangan guru dan murid. Mengatur perpustakaan guru/ murid di sekolah.
- Mengatur alat-alat pelajaran/ peraga tiap bidang studi. Ketiga kegiatan itu meliputi pengadaan, pemeliharaan, penggunaan dan pertanggungjawabannya.
7. Bidang hubungan sekolah dengan masyarakat.
internal public relations (humas ke dalam).16 Humas ke luar merupakan
hubungan kepada publik atau masyarakat di luar warga sekolah. Kegiatan humas ke luar misalnya rapat bersama dengan pengurus BP3 (Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan), berkonsultasi dengan tokoh masyarakat dan pengawas (atasan), penyebaran informasi melalui TV, radio, media cetak, pameran sekolah dan lain sebagainya.
Humas ke dalam merupakan publisitas ke dalam yang sasarannya tidak lain adalah warga madrasah yang bersangkutan, yaitu kepala sekolah, para guru, tenaga administrasi (TU), dan seluruh siswa. Kegiatan humas ke dalam misalnya berupa rapat dewan guru, upacara sekolah, karyawisata, penyebaran informasi melalui bulletin sekolah, penyelenggaraan majalah dinding dan lain sebagainya.
Dengan ke tujuh bidang tersebut, kepala sekolah sebagai administrator harus memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi seluruh kegiatan yang diselenggarakan di madrasah ibtidaiyah.
D. Kepala sekolah sebagai supervisor
1. Pengertian kepala sekolah sebagai supervisor
Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi atau syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan.17
16 Suryo Subroto, D im ensi-dim ensi A dm inistrasi Pendidikan d i Sekolah, Bina Aksara, Jakarta, cet. K e -2 ,1988, him. 123.
Supervisi ialah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Supervisor adalah orang yang menjalankan supervisi.18
Kepala sekolah sebagai seorang supervisor hendaknya selalu memberikan bimbingan dan pengarahan untuk meningkatkan kemampuan guru baik dari segi mengajar guru maupun menjalankan tugas-tugas sekolah. Kepala sekolah hendaknya pandai meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang sangat diperlukan bagi peningkatan kemampuan guru sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah semaksimal mungkin dapat tercapai. Ia harus dapat meneliti dan menentukan syarat-syarat mana yang telah ada, yang belum ada atau kurang mencukupi yang perlu diusahakan dan dipenuhi.
Supervisi dari kepala sekolah dimaksudkan untuk mengatasi kemungkinan timbulnya situasi yang menghambat tujuan sekolah. Situasi yang menghambat dari pihak guru misalnya kurang adanya semangat kerja, kesediaan bekerjasama dan berkomunikasi, tanggungjawab dalam melaksanakan tugas, menguasai metode mengajar, memahami tujuan dan program kerja, mentaati peraturan ketertiban dan sebagainya.
Kepala sekolah sebagai supervisor bertugas memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan dan penilaian pada masalah-masalah
yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan dan pengembangan
pendidikan pengajaran yang berupa perbaikan program dan kegiatan
pendidikan pengajaran untuk dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Jadi tugas ini mencakup bidang perbaikan dan pengembangan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum.
2. Tugas kepala sekolah sebagai supervisor
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor dalam pembinaan kurikulum memerlukan beberapa langkah yang perlu dikerjakan yaitu:
a. Membimbing guru agar dapat memilih metode mengajar yang tepat
b. Membimbing dan mengarahkan guru dalam pemilihan bahan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan kehidupan masyarakat.
c. Mengadakan kunjungan kelas yang teratur, untuk di observasi pada saat guru mengajar dan selanjutnya didiskusikan dengan guru. d. Pada awal tahun pelajaran baru, mengarahkan penyusunan silabus
sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
e. Menyelenggarakan rapat rutin untuk membahas kurikulum pelaksanaannya di sekolah.
f. Setiap akhir pelajaran menyelenggarakan penilaian bersama terhadap program sekolah.19
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor yaitu: (1) merancang, mengarahkan dan mengkoordinasi semua aktivitas agar madrasah beijalan dengan baik menuju tercapainya tujuan madrasah, (2) membimbing guru agar menunaikan tugasnya dengan penuh semangat dan kegembiraan, (3) menjaga suasana baik dalam madrasah, (4) melaksanakan hubungan baik ke dalam maupun ke luar, dan (5)
19
menjaga adanya koordinasi antar guru.20 Adapun kegiatan kegiatan yang
perlu mendapat supervisi dari kepala sekolah yaitu;
- Guru: mengenai semangat atau pengabdian, kecakapan, keahlian, kerajinan, ketekunan, tanggungjawab, ketertiban, dan sebagainya. - Murid: mengenai kerajinan, kesehatan, umur, semangat kesusilaan,
perkembangan, sikap hidup, usaha, prestasi, pembawaan dan sebagainya.
- Prasarana: mengenai gedung, halaman, kesehatan, keamanan, lingkungan alat pelajaran/ peraga, dan sebagainya.
- Tingkatan perkembangan dalam usaha mencapai tujuan sekolah. - Suasana: mengenai suasana guru, suasana murid, suasana kelas dan
suasana sekolah.
- Pelaksanaan program kerja, yang sudah ditentukan bersama dalam rapat.
- Koordinasi antar seksi-seksi, subseksi dalam organisasi sekolah. - Partisipasi.
- Komunikasi ke dalam dan ke luar. - Ketatalaksanaan, dan sebagainya. 21
Kepala sekolah sebagai supervisor berperan membantu meningkatkan situasi belajar pada umumnya dan membantu guru, agar ia mengajar lebih baik dengan demikian siswa dapat belajar lebih baik lagi. Selain itu, tugas utama kepala sekolah sebagai seorang supervisor mencakup dua bidang kegiatan yaitu kegiatan administrasi dan kegiatan pembelajaran atau supervisi klinis.
a. Kegiatan administrasi
Kegiatan administrasi yang kepala sekolah lakukan meliputi kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru dan kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar.22 Pertama, kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru meliputi pembagian
tugas mengajar, pembagian tugas atau tanggungjawab dalam
membina ekstrakurikuler dan koordinasi penyusunan persiapan mengajar.
Pembagian tugas mengajar biasanya dibicarakan dalam rapat guru menjelang permulaan pelaksanaan program barn (pada awal tahun ajaran/menjelang semester baru). Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan penunjang pendidikan yang setiap cabang kegiatan ditangani oleh seorang guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah berdasarkan musyawarah (rapat guru). Selanjutnya, koordinasi penyusunan persiapan mengajar dikoordinir oleh kepala sekolah yang berdasarkan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional).
Kedua, kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar (PBM) dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu administrasi sebelum mengajar, administrasi selama PBM dan administrasi sesudah selesai PBM. Kegiatan administrasi sebelum mengajar antara lain: mengatur pembagian tugas mengajar, menyusun jadwal pelajaran, menyusun program pengajaran dan membuat persiapan mengajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sekolah.
selesai PBM antara lain: menyusun laporan hasil pendidikan dan kegiatan pencatatan yang berhubungan dengan masalah perbaikan PBM (remedial teaching).
b. Kegiatan pembelajaran atau supervisi klinik
Supervisi klinik pada dasamya merupakan pembinaan performa guru dalam mengelola PBM. Tujuan supervisi klinik adalah untuk membantu memodifikasi pola-pola pengajaran yang tidak atau kurang efektif dalam arti membantu meningkatkan pengajaran guru di kelas.
Supervisi klinik merupakan suatu proses, yang terdiri dari sejumlah tahapan yang berbentuk siklus. Banyak teoritisi memberikan deskripsi yang berbeda mengenai siklus supervisi klinik, namun, sebenamya langkah-langkah ini bisa dikembangkan pada tiga tahap esensial yang berbentuk siklus. Ketiga tahap itu meliputi: tahap pertemuan awal, tahap observasi mengajar dan tahap pertemuan balikan.
guru untuk meluangkan waktunya. Setiap pelaksanaan supervisi klinik akan memerlukan waktu yang lama.
Dalam proses supervisi klinik, perilaku supervisor terbentang dalam garis kontinum, yang meliputi: mendengarkan, mengklarifikasikan, mendorong, mempresentasikan, memecahkan masalah, bemegosiasi, mendemonstrasikan, mamastikan, standardisasi dan menguatkan.
Ada tiga macam orientasi perilaku supervisi pengajaran, yaitu orientasi langsung, orientasi kolaboratif, dan orientasi tidak langsung. Dalam orientasi langsung, perilaku supervisor ditekankan pada presentasi, penegasan, mendemonstrasikan, standardisasi dan penguatan untuk mengembangkan tugas-tugas bagi guru. Dalam orientasi kolaboratif, perilaku supervisor ditekankan pada presentasi, klarifikasi, mendengarkan, pemecahan masalah, dan negosiasi untuk mengembangkan kontrak keija antara supervisor dan guru. Sedangkan dalam orientasi tidak langsung, perilaku supervisor ditekankan pada mendengarkan, mendorong, klarifikasi, presentasi dan pemecahan masalah untuk mengarahkan guru membuat sendiri rencananya.
3. Teknik-teknik supervisi
kelompok (group devices).23 Teknik supervisi individual adalah semua teknik yang digunakan dalam memberikan supervisi terhadap guru secara perorangan. Yang termasuk teknik supervisi individual yaitu: 24 a. Kunjungan kelas
Kunjungan kelas dilakukan kepala sekolah dengan cara masuk atau mengunjungi kelas-kelas tertentu untuk melihat guru yang sedang mengelola proses pembelajaran. Kepala sekolah dapat secara langsung mengamati cara keija guru, alat ,metode, dan teknik yang digunakan sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan setiap guru.
b. Pembicaraan individual
Pembicaraan individual dilakukan sebagai teknik untuk mengembangkan arah diri dan tumbuh dalam pekeijaan.
c. Kunjungan antar kelas
Kunjungan antar kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui cara kerja rekannya dalam mengajar sehingga dapat dijadikan sebagai pengalaman bagi para guru.
d. Penilaian sendiri.
Kepala sekolah memberikan supervisi kepada guru dengan cara menyarankan guru tersebut melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri. Penilaian ini diharapkan agar guru bisa mengetahui
diri dan dapat mengatasi masamPuarasalah yang
d i h a ^ H . laPinya
|ik yang kedua yaitu teknik kelomp Tekng (jjgUnakan dalam ^ ^ H r i k a n supervisi kepada guru secara ipembejfc Beberapa teknik ^ ^ t f i s i secara kelompok yaitu: demons suPervembelajaran, buletin ^ ^ H s i , rapat guru, lokakarya, dan lain sebasuPervi
E. Profesionalis
onalisme berasal dari kata profesi Pro^es,ang berarti dan khusus untuk menjalankannya”2; ^ePan(irut Gorwin, lendasarkan pada keahlian khusus y^a'a^ Seroleh dari dan praktik.26 Sedangkan menurut 'e'at'^ai Semiawan, :rkenaan dengan keahlian, ketrampilarrart' ^'sikap untuk baik bagi lingkungannya.27 Jadi;n8 teesionalisme kemampuan yang mendasarkan p/18katara}1iian atau ituk menjalankannya yang diperolellusus ^pendidikan, :ik. Atau dapat juga profesional1 Pra^merupakan yang berhasil dikuasai oleh seseorangrtentu ekelompok
Kosa kata 'guru' dalam bahasa india artinya ‘orang yang mengajarkan
tentang kelepasan dari sengsara’28. Maksudnya seseorang yang memiliki tugas membangun spiritualitas anak-anak bangsa di India. Dalam bahasa arab, kosa kata 'guru' di kenal dengan al muallim/ al-ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majlis ta'lim (tempat memperoleh ilmu). Sebagaimana dalam firman Allah
(TVrJlitt!) O jA b u f j j \ j
Artinya : “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”.29
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.30 Guru tidak hanya bekerja dengan baik, namun ia juga harus menghormati atasannya (kepala sekolah) dan haruslah mampu mengerjakan tugas-tugas yang diamanatkan kepadanya.
Pengertian guru semakin luas tidak hanya bersifat kecerdasan spiritual tetapi menyangkut kecerdasan kinestetik jasmaniah. Dengan demikian, guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan
28 Suparlan, Guru seb a g a i Profesi, Hikayat, Yogyakarta, 2006, hlm.9. 29 Proyek pengadaan kitab suci al qur’an, op cit., him. 670.
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual, emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya.
Profesionalisme guru adalah tingkatan kemampuan guru yang memiliki kemampuan khusus untuk menjalankan tugas sesuai dengan profesinya. Profesionalisme guru merupakan suatu cara bagi guru untuk menciptakan siswanya menjadi dirinya sendiri. Diharapkan peserta didik dapat menemukan jati dirinya dan bertindak sesuai dengan dirinya, dapat memberikan interaksi dan dapat sepenuhnya mengembangkan bakatnya serta dapat mengambil keputusan secara rasional tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara melakukannya demi kepentingan diri, keluarga, masyarakat dan bangsanya.
Jenis pekeijaan yang berkualifikasi profesional memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu: memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi calon pelakunya (membutuhkan pendidikan pra-jabatan yang relevan), kecakapan seorang pekerja profesional dituntut memenuhi persyaratan yang telah dibakukan oleh pihak yang berwenang (misal: organisasi profesional, konsorsium dan pemerintah), dan jabatan profesional tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat dan atau negara.31
Guru dikenal sebagai salah satu dari sekian banyak pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Profesi guru berbeda dengan profesi yang lai«t yang dapat diketahui dengan ciri-ciri sebagai berikut:
31
1. Berbeda dengan pekerjaan lain karena memiliki sejumlah
pengetahuan yang unik, yang dikuasai dan dipraktekkan oleh
anggotanya.
2. Memiliki suatu ikatan yang kuat terdiri dari para anggotanya dan aktif mengatur syarat-syarat memasuki profesi.
3. Memiliki kode etik yang dapat memaksa.
4. Memiliki literatur sendiri, walaupun ia mungkin menimba dari banyak disiplin akademik untuk isinya.
5. Biasanya memberikan jasa-jasa kepada masyarakat dan digerakkan oleh cita-cita yang mengatasi tujuan-tujuan mementingkan diri sendiri semata-mata.
6. Tidak hanya profesional tapi juga dilihat demikian oleh masyarakat.32
F. Macam-macam kompetensi guru
Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar.33 Kedua kompetensi tersebut haruslah dijalankan secara bersama-sama karena untuk dapat memiliki kompetensi sosial yang baik diperlukan kompetensi kepribadian yang baik pula. Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial yang guru miliki merupakan modal dasar bagi guru dalam menjalankan tugas keguruannya secara profesional.
32 Oteng Sutisna, A dm inistrasi Pendidikan (Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional), Angkasa, Bandung, 1987, hlm.304-305.
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi profesional berkaitan erat dengan tugas mengajar guru di kelas. Menurut Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, kompetensi atau kemampuan yang harus dimiliki seorang guru yaitu:34
1. Menguasai bahan yang akan diajarkan
Guru hendaknya mampu dan terampil dalam merumuskan TIK (Tujuan Instruksional Khusus), memahami kurikulum dan menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya. Hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai siswa.35
2. Mengelola program belajar mengajar
Guru diharap menguasai secara mendalam prosedur dan metode dalam program belajar mengajar. Guru harus mampu merancang penggunaan fasilitas pengajaran dengan kata lain guru harus mampu menyusun satuan pelajaran. Dalam satuan pelajaran disebutkan secara jelas TIK-nya, kelengkapan penjabaran br 1— ajar (■— : i—
zlzi baaia/raadia) dan penyusunan alat evaluasi. 3. Mengelola kelac
34 Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru P rofesion al dan Im plem entasi kurikulum, Ciputat Press, Jakarta, cet Ke-2, him 7 9 - 8 0
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan belajar
mengajar agar mencapai hasil yang baik. Guru hendaknya dapat menciptakan situasi kelas yang kondusif sehingga siswa akan merasa nyaman dan senang dalam menerima pelajaran yang diberikan guru. 4. Menggunakan media atau sumber belajar
Media pengajaran adalah alat penyalur pesan pengajaran, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Pendayagunaan media atau sumber belajar dapat berupa penggunaan alat (media) buatan guru, pemanfaatan kekayaan alam sekitar untuk belajar, pemanfaatan perpustakaan dan lain sebagainya. Guru harus bisa memilih, menggunakan dan merawat dengan baik media belajar tersebut.
5. Menguasai landasan-landasan kependidikan
Dengan menguasai landasan kependidikan, guru memiliki bekal untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
6. Mengelola interaksi belajar mengajar
Guru harus mampu mendayagunakan seluruh komponen pendidikan yang ada demi kelancaran proses belajar mengajar. Interaksi belajar mengajar dapat dilakukan dengan memberikan kegiatan yang sifatnya individu atau kelompok sehingga setiap siswa diharapkan mampu untuk bekeija sama dengan siswa lain dan guru.
Penilaian prestasi siswa dimaksudkan untuk mengetahui
keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, ketepatan metode mengajar, dan mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas.36
8. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan
Pelayanan bimbingan dan penyuluhan yang guru lakukan adalah membantu siswa untuk mengenali potensi yang ada pada dirinya, menentukan pilihan-pilihan yang tepat dalam hidupnya dan usaha lain untuk mencapai kebagaian siswa.
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
Pengetahuan guru tidak hanya pengetahuan dalam mengajar tetapi guru juga membutuhkan pengetahuan lainnya. Dengan melaksanakan tugas administrasi guru mampu bekerjasama secara terorganisasi dalam pengelolaan sekolah.
10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
Tuntutan kompetensi guru di bidang penelitian pendidikan merupakan tantangan bagi guru untuk meningkatkan kualitas keprofesionalannya.
Dengan kesepuluh kompetensi tersebut diharapkan guru mampu menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Dengan menjalankan kompetensi tersebut guru dapat untuk lebih meningkatakan profesional ismenya.
Dengan kesepuluh kompetensi tersebut diharapkan guru mampu
menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Dengan menjalankan
kompetensi tersebut guru dapat untuk lebih meningkatakan
profesionalismenya.
G. S asaran sikap profesional
1. Sikap terhadap peraturan perundang-undangan
Guru memiliki kode etik sebagai ketentuan dasar yang harus dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Kode etik tersebut mengatur tentang apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan guru dalam menjalankan tugas profesionalnya. Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) telah merumuskan kode etik guru Indonesia, rumusan kode etik guru Indonesia adalah:
KODE ETIK GURU INDONESIA
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang beijiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitamya untuk membina peran serta dan rasa tanggungjawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meingkatkan mutu organisasi PGRI, sebagai sarana peijuangan dan pengabdian.
9. Gum melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.37
Kode etik ini menunjukkan bahwa guru Indonesia harus tunduk
dan taat kepada pemerintah Indonesia dal am menjalankan tugas
pengabdiannya.
2. Sikap terhadap organisasi profesi
Sikap ini diperlukan sebagai wadah untuk meningkatkan profesionalisme guru. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya: dengan melakukan lokakarya, penataran, pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan, studi perbandingan dan berbagai
i o
kegiatan akademik lainnya. 3. Sikap terhadap teman sejawat
Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru di lingkungan keijanya serta dapat menciptakan semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan keijanya. 4. Sikap terhadap anak didik
Guru dalam mendidik tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik baik jasmani, rohani, sosial maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan.
5. Sikap terhadap tempat keija
Guru harus bisa menciptakan suasana yang baik di tempat keijanya sehingga dapat meningkatkan produktivitas keijanya.
6. Sikap terhadap pemimpin 38
Sikap guru terhadap pemimpin harus positif dalam pengertian harus bekeijasama dalam menyukseskan program yang telah disepakati.
7. Sikap terhadap pekerjaan
Jabatan guru merupakan yang memilik ciri khas tersendiri dengan jabatan lain. Oleh karena itu, seorang guru haruslah memahami betul jabatannya. Guru harus bisa mencintai profesinya dengan sepenuh h a ti.39
Dengan memiliki sikap yang baik terhadap seluruh lingkungan yang menjadi tempat bekeija guru, diharapkan dapat meningkatkan kineija guru.
H. Fungsi dan peran guru
Peletak dasar dari kemampuan dan perkembangan daya nalar anak didik pada kondisi awal, dimulai dari pendidikan tingkat dasar. Pada tingkat ini, anak didik mulai teijadi perubahan daya imajinasi, inspirasi dan daya cipta, karsa, serta rasa mulai terbentuk untuk menjadikan dirinya sebagai individu yang berbudaya. Tidak salah kiranya bahwa salah satu komponen pendukung bagi keberhasilan manajemen peningkatan mutu madrasah adalah profesionalisme guru. Artinya implikasi manajemen peningkatan mutu madrasah mempersyaratkan adanya guru yang profesional.
Guru merupakan sumber daya manusia yang keberadaannya sangat menentukan keberhasilan program pendidikan di madrasah. Kemampuan profesional guru madrasah dasar mutlak dimiliki, karena pada tingkat inilah
39
kemampuan nalar, imajinasi, dan persepsi terbentuk. Pada kondisi ini, anak
didik sangat dan tergantung kepada gurunya.
Keberhasilan guru profesional pada tingkat madrasah ibtidaiyah
sangat ditentukan oleh banyak hal. Kemampuan dan keterampilan mengajar
sangat perlu dimiliki, pemahaman kurikulum dan penguasaan materi menjadi
prioritas utama, disamping mampu dan terampil di dal am metode mengajar
dan mendayagunakan media pembelajaran.
Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak
terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar dan
melatih.40 Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan integratif,
antara yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan.
Sebagai pendidik, guru lebih banyak menjadi sosok panutan, yamg memiliki nilai moral dan agama yang patut ditiru dan diteladani oleh siswa. Sebagai contoh, sikap dim perilaku guru sehari-hari menjadi bahan ajar yang secara langsung dan tidak langsung akan ditiru dan diikuti oleh siswanya. Sikap dan perilaku guru merupakan alat pendidikan yang diharapkan akan membentuk kepribadian siswa kelak dimasa yang akan datang.
Sebagai pengajar, guru diharapkan memiliki pengetahuan yang luas tentang disiplin ilmu yang harus diampu untuk ditransfer kepada siswa. Dalam hal ini, guru harus menguasai materi yang akan diajarkan, menguasai penggunaan strategi dan metode mengajar, mampu menentukan alat evaluasi dengan tepat dan memiliki pengetahuan dasar-dasar pendidikan.
40
Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki kemampuan untuk dapat membimbing siswa, memberikan dorongan psikologis agar siswa dapat mengesampingkan faktor-faktor internal dan ekstemal yang akan mengganggu proses pembelajaran. Selain itu, guru juga harus dapat memberikan pengarahan dan pembinaan karier siswa sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa.
Sebagai pelatih, guru perlu memberikan sebanyak mungkin kesempatan pada siswa untuk dapat menerapkan teori ke dalam praktik sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar yang sebanyak-banyaknya.
Untuk menjadi guru yang profesional, maka seorang guru harus mengerti dan memahami ftmgsi dan perannya. Wright sebagaimana dikutip oleh Robiah Sidin, dalam bukunya bertajuk Classroom M anagement, menyatakan bahwa guru memiliki dua peran utama, yakni pertama, the management role atau peran manjemen, dan kedua, the instruktional role atau peran instruksional. Dari kedua peran ini guru dapat disebut sebagai manajer dan sekaligus sebagai instruktur. Berikut ini tabel mengenai peran dan tugas utama guru:
T A BE L I
PERAN DAN TUGAS UTAMA GURU
No Peran Utama Tugas Utama
1 The Management Role a. mengetahui latar belakang, sosial ekonomi dan intelektual akademis siswa b. mengetahui perbedaan individual siswa,
potensi dan kelemahan siswa, termasuk pembelajaran mereka
b. bertanggungjawab, disiplin dan produktif c. menghargai dan kasih sayang terhadap
siswa
d. memiliki nilai-nilai moral, prinsip
kemanusiaan dalam semua langkahnya e. memiliki sikap inovatif, kreatif dan
memahami perbedaan individualitas di
kalangan siswa
f. menjadi contoh model bagi siswa, apa yang dikatakan itulah yang dilakukan
g. menghargai dan peduli terhadap
lingkungan dan memahami
perkembangan dan penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam
kehidupan modem.41
Dari sisi lain, gum sering dicitrakan memiliki peran ganda yang
dikenal sebagai EMASLIMDEF (Educator, manager, administrator,
supervisor, leader, inovator, motivator, dinamisalor, evaluator, dan
fa cilita to r). Educator merupakan peran yang utama khususnya untuk peserta
E Educator • Mengembangkan kepribadian
• Membimbing
• Membina budi pekerti • Memberikan pengarahan
M Manager • Mengawal pelaksanaan tugas dan fungsi berdasarkan ketentuan dan perundang- undangan yang berlaku
A Administrator • Membuat daftar presensi
41 Suparlan, G u ru s e b a g a i p r o fe s i, hlm.40.
• Membuat daftar penilaian
• Melaksanakan teknis administrasi sekolah
s
Supervisor • Memantau• Menilai
• Memberikan bimbingan teknis
L Leader • Mengawal pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tanpa harus mengikuti secara kaku ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku
I Inovator • Melakukan kegiatan kreatif
• Menemukan strategi, metode, cara-cara, atau konsep-konsep yang baru dalam pengajaran
M Motivator • Memberikan dorongan kepada siswa untuk dapat belajar lebih giat
• Memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan kemampuan dan perbedaan individual peserta didik
D Dinamisator • Memberikan dorongan kepada siswa dengan cara menciptakan suasana lingkungan pembelajaran yang kondusif E Evaluator • Menyusun instrumen penilaian
• Melaksanakan penilaian dalam berbagai bentuk dan jenis penilaian
• Menilai pekerjaan siswa
F Facilitator • Memberikan bantuan teknis,arahan atau petunjuk kepada peserta didik
Program sertifikasi bertujuan untuk menyiapkan tenaga guru sekolah
dasar dan madrasah ibtidaiyah yang berkualitas.43 Melalui program sertifikasi,
kemampuan guru sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah meningkat dan
memiliki kualifikasi sebagai guru sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah.
Hasil yang diharapkan dari dari program sertifikasi adalah (1) tersedianya
tenaga guru terdidik/terlatih pada sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah yang
memiliki kualifikasi guru kelas dan guru bidang studi, (2) meningkatnya
pengetahuan dan keterampilan tenagan guru pada sekolah dasar dan madrasah
ibtidaiyah.
Kurikulum dan pedoman belajar mengajar yang digunakan dalam
program sertifikasi mengacu pada ketentuan yang berlaku pada program
Diploma II di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang
ditunjuk. LPTK sebagai penyelenggara hendaknya dalam menyusun
kurikulum sertifikasi bekeijasama dengan sekolah yang mengirimkan guru-
gurunya karena anggota sertifikasi kemungkinan besar masih dituntut
mengajar. Untuk itu, kontrak keijasama baiknya dilakukan oleh Kepala Kantor
Dinas Pendidikan Nasional Kecamatan atau Kepala Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dengan LPTK penyelenggara.
Program sertifikasi diperuntukkan bagi guru kelas dan guru mata
pelajaran sekolah dasar dan guru madrasah ibtidaiyah yang belum memenuhi
kualifikasi sebagai guru kelas, berusia tidak lebih dari 45 tahun sehingga
masih bisa diharapkan untuk mengajar dalam waktu yang cukup lama begitu
43
lulus dari program sertifikasi, telah mengajar pada sekolah dasar dan madrasah
ibtidaiyah yang bersangkutan sedikitnya 5 tahun dan telah menunjukkan
dedikasi yang tinggi sebagai guru serta bersedia mengikuti peraturan dan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh program.
J. Peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru
Seorang kepala sekolah adalah pusat dari sekolah, sebagai penyatu arah gerak sekolah dan penyelaras kondisi di sekolah. Dengan adanya seorang kepala sekolah, maka ada kekuatan yang mengarahkan gerak sekolah secara keseluruhan menuju pada satu tujuan dan melalui jalur yang sama serta tidak bercabang-cabang. Dengan demikian, ada keseragaman gerak dan langkah dari setiap bagian sekolah. Dialah yang memegang kunci dari setiap kegiatan sekolah. Untuk itu, seorang kepala sekolah harus memenuhi ketentuan- ketentuan khusus yang harus dimilikinya. Ketentuan-ketentuan ini pada dasamya merupakan kompetensi yang menjadi dasar bagi kepala sekolah dalam memimpin anak buahnya (guru).44 dengan kompetensi inilah kepala sekolah menjalankan perannya dalam memajukan sekolah.
Kompetensi yang kepala sekolah miliki dapat dijadikan sebagai suatu upaya untuk meningkatkan potensi para guru dengan cara meningkatkan profesionalismenya. Peningkatan profesionalisme guru bertujuan untuk membantu guru yang belum matang menjadi matang, yang tidak mampu mengelola sendiri menjadi mampu mengelola sendiri dan yang belum
memenuhi kualifikasi menjadi memenuhi kualifikasi. Juga membuat guru
menjadi berpengetahuan luas, memiliki kematangan yang tinggi, memiliki
komitmen yang tinggi, lebih kreatif dan mandiri. Peningkatan profesionalisme
guru dapat kepala sekolah lakukan melalui pembinaan. Pertama, pembinaan
kemampuan guru melalui supervisi pendidikan, program sertifikasi dan tugas
belajar. Kedua, pembinaan komitmen guru melalui pembinaan
kesejahteraannya.45
Pembinaan melalui supervisi pendidikan, kepala sekolah lakukan
dengan dua teknik yaitu secara individual dan secara kelompok.46 Pembinaan
melalui program sertifikasi dilakukan karena terdapat guru yang belum
memenuhi kualifikasi sebagai guru madrasah ibtidaiyah. Program sertifikasi
ini bertujuan untuk menyiapkan tenaga guru madrasah ibtidaiyah yang
berkualitas. Melalui program sertifikasi, kemampuan guru meningkat dan
memiliki kualifikasi sebagai guru madrasah ibtidaiyah. Pembinaan melalui
tugas belajar bertujuan meningkatkan kualifikasi formal guru sehingga sesuai
dengan peraturan kepegawaian yang diberlakukan secara nasional,
meningkatkan kemampuan profesional para guru dal am rangka meningkatkan
kualitas penyelenggaraan pendidikan di madrasah ibtidaiyah, dan menumbuh
kembangkan motivasi para guru dal am rangka meningkatkan kineijanya.47
Pembinaan komitmen guru melalui pembinaan kesejahteraan guru
bertujuan untuk meningkatkan kineija profesional guru. Kesejahteraan guru
45 Ibrahim Bafadal, o p t i t ., 2 0 0 3 , him. 44. 46 I b id ., him. 49.
dapat dilihat salah satunya dari besar kecilnya gaji yang guru terima. Makin
berat tanggung jaw ab yang guru (sebagai tenaga profesional) keijakan, maka
makin besar pula gaji yang diterima. Pengertian kesejahteraan guru tidak
hanya sekedar berdasar pada gaji. Hal-hal yang biasanya terkait dengan faktor
kesejahteraan adalah (1) sarana dan prasarana keija yang cukup, (2) kontra
prestasi (gaji) yang memenuhi standar hidup, (3) suasana keija yang kondusif,
aman, dan nyaman, (4) sistem keija yang adil dan terbuka, penuh
kebersamaan, dan (5) aspirasi dan kreativitas keija dapat timbuh dengan
subur.48 Faktor-faktor tersebut akan menimbulkan moral keija dan etos keija
guru yang tinggi, yang pada gilirannya akan meningkatkan kineija
profesionalnya. Dengan memenuhi kebutuhan guru tersebut, maka kepala
sekolah akan lebih mudah dal am membimbing para guru untuk meningkatkan
profesionalismenya.
Selain itu, kepala sekolah melakukan pola pembinaan On The Job Training. Pola pembinaan on the jo b trining adalah proses pembinaan guru yang diprogramkan atau dilaksanakan secara langsung oleh kepala sekolah tempat guru tersebut bekeija. Bentuk pembinaan ini dapat berupa pengarahan dari kepala sekolah tentang kebijakan program dan kegiatan sekolah, kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan, pemberian pengalaman dalam pelaksanaan tugas selama proses belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas; dalam rangka peningkatan kompetensi guru yang dilaksanakan baik secara individual
maupun kelompok, pemberian tugas yang terkait dengan bidang teknis
edukatif maupun dal am bidang administratif dan keuangan yang diberikan
kepada guru.
Kepala sekolah sangat berperan dalam peningkatan profesionalisme
guru. Usaha peningkatan profesionalime guru selain pembinaan dari kepala
sekolah, juga harus ada upaya dari guru untuk selalu menambah wawasan
kependidikannya. Guru harus belajar sendiri, mengikuti kegiatan-kegiatan
organisasi profesi dan lain sebagainya. Kepala sekolah Jadi, profesionalisme
guru akan meningkat bilamana guru mau untuk meningkatkan potensi dirinya
diiringi dengan bantuan dari kepala sekolah. Dengan adanya keijasama yang
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogman
dan Tylor dalam Moleong mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan M iller mendefinisikan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam bentuk ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pengamatan pada manusia.1
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini mengembangkan model etnometodologi. Noeng Muhadjir mendefinisikan etnometodologi sebagai studi kualitatif yang mempelajari bagaimana perilaku sosial dapat dideskripsikah sebagaimana adanya. Etnometodologi berupaya untuk memahami bagaimana seseorang menjelaskan dan menggambarkan aktivitas mereka sendiri.1 2
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive dimana pengambilan subyek penelitian didasarkan atas makna dan tujuan
1 Lexy J. Moleong, M etodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,him. 3.
2 Noeng Muhadjir, M etodologi Penelitian K u a lita tif (telaah positifistik, rasionalistik dan phenomenologik), Rake Sarasin: Yogyakarta, 1989. him. 155-156.