1. Pengertian Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan terdiri dari kata mutu dan pendidikan. Mutu dalam
bahasa arab “ artinya baik”1, dalam bahasa Inggris “quality artinya
mutu, kualitas”2. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia “Mutu adalah (ukuran ), baik buruk suatu benda; taraf atau derajat (kepandaian,
kecerdasan, dsb)”3
. Secara istilah mutu adalah “Kualitas memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan”4
. Dengan demikian mutu adalah tingkat
kualitas yang telah memenuhi atau bahkan dapat melebihi dari yang
diharapkan.
Pendidikan menurut Imam Al-Ghazali adalah “Sebuah wasilah untuk mencapai kemulian dan menyerahkan jiwa untuk mendekat diri kepada
Tuhan”5. Berdasarkan Undang Undang Sisdiknas No. II Tahun 2003 pendidikan adalah :
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
1
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta : (Bandung : Al-Ma’arif, 1984), h. 110 2
2
John M. Echolis, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1988) Cet. Ke XVI, h. 460
3
Lukman Ali, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995), Cet. Ke-4, h. 677
4
M.N. Nasution, Manajemen Mutu terpadu, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004), Cet. ke-3, h. 15
5
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.6
“Berdasarkan tinjauan mutu pendidikan dari segi proses dan hasil mutu
pendidikan dapat dideteksi dari ciri-ciri sebagai berikut : kompetensi,
relevansi, fleksibelitas, efisiensi, berdaya hasil, kredibilitas”7. Menurut
Mujamil mutu pendidian adalah “Kemampuan lembaga pendidikan dalam
mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan
kemampuan belajar seoptimal mungkin”8
.
Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan mutu pendidikan
adalah kualitas atau ukuran baik atau buruk proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui upaya bimbingan
pengajaran dan pelatihan. Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input,
proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap
berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana
Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM).
2. Karakteristik Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan diukur secara universal baik dari segi input, proses,
output maupun outcome. Aada 13 karakteristik yang dinilai dalam hal mutu
pendidikan yaitu :
a. Kinerja (performan).
b. Waktu wajar (timelines)
c. Handal (reliability).
6
Tim Redaksi Sinar Grafika, Undanng-Undang Sisdiknas 2003, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), h. 2
7
d. Data tahan (durability)
e. Indah (aesteties).
f. Hubungan manusiawi (personal interface).
g. Mudah penggunaanya (easy of use).
h. Bentuk khusus (feature).
i. Standar tertentu (comformence to specification).
j. Konsistensi (concistency).
k. Seragam (uniformity).
l. Mampu melayani (serviceability).
m. Ketepatan (acuracy)9.
Kinerja (performan) berkaitan dengan aspek fungsional sekolah
yang terdiri dari kinerja guru dalam mengajar. “Guru merupakan salah satu pelaku dalam kegiatan sekolah. Oleh karena itu ia dituntut untuk mengenal
tempat bekerjanya itu. Guru perlu memahami faktor-faktor yang langsung
dan tidak langsung menunjang proses belajar mengajar”10
. Waktu wajar
(timelines) yaitu sesuai dengan waktu yang wajar meliputi memulai dan
mengakhiri pelajaran tepat waktu, waktu ulangan tepat. Handal (reliability)
yaitu usia pelayanan bertahan lama. Meliputi pelayanan prima yang
diberikan sekolah menjadi prinsip agar pihak yang dilayani merasa senang
dan puas atas layanan yang diberikan sehingga menjadi pelanggan yang
baik dan setia. Hal ini sesuai dengan sikap kaum Ansor dalam menerima
kuam Muhajirin yang diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 9 :
9Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek Dan Riset Pendidikan, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h. 411
10
Artinya :
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Ansor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Ansor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Ansor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung11.
Isi kandungan ayat tersebut diantaranya yaitu (1) Adanya usaha
menghormati orang lain ( kaum Muhajirin), (2) Kerelaan kaun Ansor apa
yang diberikan kepada kaum Muhajirin, (3) Kaum Ansor mengutamakan
penghormatan kepada kaum Muhajirin, (4) Kaum Ansor rela mengalahkan
kepentingan sendiri. Isi kandungan ayat tersebut dapat diterapkan dalam
dunia pendidikan dengan menerapkan manajemen layanan pendidikan
dalam mencapai mutu pendidikan yang berakhlak.
Daya tahan (durability) yaitu tahan banting, misalnya meskipun
krisis moneter, sekolah masih tetap bertahan. Indah (aesteties) misalnya
eksterior dan interior sekolah ditata menarik, guru membuat media-media
pendidikan yang menarik. Hubungan manusiawi (personal interface) yaitu
menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan profesionalisme. Hal ini bisa
dicapai apabila terjalin komunikasi yang sehat. “Dari komunikasi itu bisa
diperoleh suasana yang akrab dan harmonis, bahkan bisa mendamaikan dua
pihak yang bertikai”12
. Mudah penggunaanya (easy of use) yaitu sarana dan
prasarana dipakai. Misalnya aturan-aturan sekolah mudah diterapkan,
buku-buku perpustakaan mudah dipinjam dikembalikan tepat waktu.
11
Mahmud Yunus, Terjemah Al-Qur’an Al-Karim, (Bandung : Al-Ma’arif, 1984), h. 493
12
Bentuk khusus (feature) yaitu keuggulan tertentu misalnya sekolah
unggul dalam hal penguasaan teknologi informasi (komputerisasi).
“Persyaratan pertama bagi kepemimpinan pengajaran adalah guru
hendaknya memiliki visi mengenai unggulan dalam mengajar”13
. Standar
tertentu (comformence to specification) yaitu memenuhi standar tertentu.
Misalnya sekolah tetlah memenuhi standar pelayanan minimal. Konsistensi
(concistency) yaitu keajegan, konstan dan stabil, misalnya mutu sekolah
tidak menurun dari dulu hingga sekarang, warga sekolah konsisten dengan
perkataanya. Seragam (uniformity) yaitu tanpa variasi, tidak tercampur.
Misalnya sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang bulu, seragam
berpakaian.
Mampu melayani (serviceability) yaitu mampu memberikan
pelayanan prima. Misalnya sekolah menyediakan kotak saran dan
saran-saran yang masuk mampu dipenuhi dengan baik sehingga pelanggan
merasa puas. Ketepatan (acuracy) yaitu ketepatan dalam pelayanan sesuai
dengan yang diinginkan pelanggan sekolah
3. Standar Mutu Pendidikan
Pemahaman dan persepsi dalam hal standar mutu pendidikan terdapat
perbedaan yang disebabkan oleh adanya perbedaan sudut pandang antara
pakar satu dengan pakar lainnya.
Pertama sebagian orang, bahkan pada umumnya para orang tua mengatakan bahwa kenyamanan sekolah itu merupakan salah satu tolak ukur terbaik, ke dua pihak lain berpendapat bahwa hasil belajar
13
atau hasil akademik yang menunjukan sekolah tersebut menunjukan sekolah yang baik karena menurut pendapat ini dari buahnya anda mengenali mereka, ketiga sebagian orang mengemukakan bahwa ada beberapa ciri atau tolak ukur yang akan memperlihatkan mutu suatu sekolah 14.
Cyil merangkum pendapat mutu dari sudut pandang yang berbeda
menggunakan tolak ukur yang berbeda. Sebagian orang menggunakan tolak
ukur berdasarkan kondisi sekolah, sebagain lain menggunakan tolak ukur
prestasi hasil belajar, dan pendapat yang lebih luas menyatakan tolak ukur
mutu pendidikan perlu ditinjau dari berbagai tolak ukur yang relevan.
Pandangan ke tiga diperkuat dengan pandangan Mujamil yang
menyatakan bahwsa “Lembaga pendidikan dikatan bermutu jika input,
proses, dan hasilnya dapat memenuhi persyaratan yang dituntut oleh
pengguna jasa pendidikan”15
. Meskipun Mujamil menggunakan tolak ukur
input, proses dan hasil, namun titik tolak ukur mutu pendidikan menurut
Mujamil adalah pengguna jasa pendidikan, yang berarti lebih berfokus pada
out put yaitu potensi dan nilai guna para alumni dalam kehidupan. Menurut
Usman “Output dinyatakan bermutu apabila hasil belajar akademik dan
nonakademik siswa tinggi. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan
cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui
kehebatannya lulusannya dan merasa puas”16
.
Sedangkan menurut Hari Sudradjad pendidikan yang bermutu adalah
Pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompotensi, baik kompetensi akademik maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal
14
Ibid., h. 213
15
Mujamil Qomar, Op. Cit., h. 206
16
dan sosial, serta nilai-nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya merupakan kecakapan hidup (life skill), pendidikan yang mampu menghasilkan manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia dengan pribadi yang integral (integrated personality) mereka yang mampu mengintegralkan iman, ilmu, dan amal17.
Pandangan yang lebih komprehensif tentang mutu pendidikan
dikemukakan oleh Sardi. Standar mutu pendidikan sesuai ISO 9001 : 2008
adalah sebagai beikut :
a. Komponen standar isi, sasaran mutu :
1) Pengembangan KTSP berdasarkan guru mata pelajaran, DU/DI, konselor, dan komite sekolah/madrasah atau penyelenggara 2) Lebih dari 76 % Silabus dikembangkan sesuai dengan pedoman 3) Sekolah memenuhi standar memenuhi kebutuhan peserta didik. b. Komponen standar proses, sasaran mutu :
1) Semua guru membuat RPP sesuai dengan aturan. 2) 76 % guru melakukan pembelajaran berbasis teknologi 3) 76 % siswa dapat melakukan prakerin sesuai kompetensinya 4) Hasil evaluasi guru semuanya baik
c. Komponen standar kompetensi lulusan, sasaran mutu :
1) Rata-rata Hasil Ujian Nasional dan Uji Kompetensi keahlian 2) KKM kelas X dan kelas XI
3) Siswa memperoleh berbagai macam keterampilan
d. Komponen standar pendidik dan kependidikan, sasaran mutu : 1) Meningkatkan kualifikasi PTK
2) Meningkatkan kompetensi (pelatihan) PTK
e. Komponen standar sarana dan prasarana, sasaran mutu : 1) Semua bahan ajar yang diperlukan siswa tersedia 2) Menambah sarana dan prasarana
f. Komponen standar pengelolaan, sasaran mutu :
1) Semua unsur terlibat dalam kerja tim pengembangan 2) RKS/RAKS berdampak terhadap peningkatan hasil belajar . 3) Sistem informasi dengan menggunakan website /softcopy g. Komponen standar pembiayaan, sasaran mutu :
1) Sekolah membayar gaji guru dan karyawan tepat waktu 2) 95 % penggunaan anggaran sesuai dengan rencana 3) 90% siswa membayar SPP tepat waktu
17
h. Komponen standar penilaian, sasaran mutu :
1) 100% guru menilai berdasarkan silabus yang telah ditetapkan 2) Ada penilaian baik bidang akademik maupun non akademik 3) Seluruh hasil penilaian siswa di dokumentasikan18.
Perbedaan persepsi tentang mutu pendidikan merupakan hal wajar, karena
masing-masing pihak mendefinisikannya dari sudut pandang dan kemam-
puan dalam menganalisis yang beragam.
Badan/lembaga pelaksana yang terlibat dalam kegiatan penjaminan
mutu, baik tingkat, dasar, menengah maupun pergururan tinggi adalah
Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disebut BSNP adalah
badan mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan, memantau
pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional pendidikan. Badan
Akre-ditasi Nasional Pendidikan Nonformal yang selanjutnya disebut
BAN-PNF adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program
dan/atau satuan pendidikan jalur pendidikan nonformal dengan mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan. Penilaian dilakkukan melalui akriditasi
dengan berpedoman pada peringkat nilai sebagai berikut :
Sekolah/Madrasah memperoleh peringkat akreditasi sebagai berikut. a. Peringkat akreditasi A (Sangat Baik) jika sekolah/madrasah
memperoleh Nilai Akhir Akreditasi (NA) sebesar 86 sampai dengan 100 (86 < NA < 100).
b. Peringkat akreditasi B (Baik) jika sekolah/madrasah memperoleh Nilai Akhir Akreditasi sebesar 71 sampai dengan 85 (71 < NA < 85). c. Peringkat akreditasi C (Cukup Baik) jika sekolah/madrasah
memperoleh Nilai Akhir Akreditasi sebesar 56 sampai dengan 70 (56 < NA < 70)19.
18
Sardi, Bahan Ajar Penyusunan Bisnis Proses Kebijakan Mutu Sasaran Mutu, (Yogya-karta : Pusat Pengembangan dan penberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya, 2012), h. 44
19Abdul Mu’ti,
1. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan
Untuk meningkatkan mutu madrasah menurut Sudarwan Danim
melibatkan lima faktor yang dominan : (1) Kepemimpinan Kepala sekolah;
(2) Siswa/ anak sebagai pusat; (3) Pelibatan guru secara maksimal; (4)
Kurikulum yang dinamis; (5) Jaringan Kerjasama”20. Kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja
keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam
bekerja, memberikan layanan yang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.
Pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat “ sehingga
kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah dapat
menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa .
Jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan
masyarakat semata (orang tua dan masyarakat ) tetapi dengan organisasi
lain, seperti perusahaan / instansi sehingga output dari sekolah dapat
terserap didalam dunia kerja
Peningkatan mutu pendidikan harus mengambil langkah sebagai
berikut :
a. Pemerintah menanggung biaya minimum pendidikan yang diperlukan anak usia sekolah baik negeri maupun swasta yang diberikan secara individual kepada siswa.
b. Optimalisasi sumber daya pendidikan yang sudah tersedia, antara lain melalui double shift ( contoh pemberdayaan SMP terbuka dan kelas jauh )
c. Memberdayakan sekolah-sekolah swasta melalui bantuan dan subsidi dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran siswa dan optimalisasi daya tampung yang tersedia.
20
d. Melanjutkan pembangunan Unit Sekolah Baru (USB ) dan Ruang Kelas Baru (RKB ) bagi daerah-daerah yang membutuhkan dengan memperhatikan peta pendidiakn di tiap-tiap daerah sehingga tidak mengggangu keberadaan sekolah swasta.
e. Memberikan perhatian khusus bagi anak usia sekolah dari keluarga miskin, masyarakat terpencil, masyarakat terisolasi, dan daerah kumuh.
f. Meningkatkan partisipasi anggota masyarakat dan pemerintah daerah untuk ikut serta menangani penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun21.
Sedangkan peningkatan mutu sekolah secara umum dapat diambil
suatu strategi dengan membangun akuntabilitas pendidikan dengan pola
kepemimpinan , seperti kepemimpinan sekolah Kaizen yang menyarankan :
a. Untuk memperkuat tim-tim sebagai bahan pembangun yang fundamental dalam struktur perusahaan
b. Menggabungkan aspek–aspek positif individual dengan berbagai manfaat dari konsumen
c. Berfokus pada detail dalam mengimplementasikan gambaran besar tentang perusahaan
d. Menerima tanggung jawab pribadi untuk selalu
mengidentifikasikan akar menyebab masalah e. Membangun hubungan antar pribadi yang kuat
f. Menjaga agar pemikiran tetap terbuka terhadap kritik dan nasihat yang konstruktif
g. Memelihara sikap yang progresif dan berpandangan ke masa depan
h. Bangga dan menghargai prestasi kerja
i. Bersedia menerima tanggung jawab dan mengikuti pelatihan22.
Menurut Lewis peningkatan mutu organisasi apapun didukung oleh empat
kekuatan pendorong, atau pilar, yang menggerakan organisasi menuju
penerapan pelayanan mutu.
Total Quality Management in any organization is supported by four driving forces, or pillars, that move the organization toward the full application of quality service. The four pillars of the House of
21
Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar, (Jakarta : Logos, 2003), h. 73
22
Quality are customer service, continuous improvement, processes and facts, and respect for people. All are distinct, but equal in potential strength. All four must be addressed; minimizing one weakens the others. By not addressing one, the entire house of Quality will fall23.
Empat pilar mutu yang dimaksud yaitu (1) Layanan pelanggan, (2)
Perbaikan terus-menerus, (3) Proses dan fakta-fakta, (4) Menghormati
orang. Setiap lembaga pendidikan masalahnya berbeda tetapi inti
permasalahannya sama. Keempat pilar harus ditangani dengan baik dalam
rangka meminimalkan kesalahan. Salah satu pilar tidak dijalankan dengan
baik dapat meruntuhkan mutu pendidikan secara keseluruhan.
2. Penjaminan Mutu Pendidikan
“Penjaminan mutu pendidikan merupakan suatu konsep dalam
manajemen mutu pendidikan”24
. Madrasah yang dikelola dengan
manajemen mutu pendidikan harus memberi jaminan bahwa pelayanan
pendidikan yang diberikan dapat memenuhi bahkan melampoi harapan para
pelanggan baik pelanggan internal maupun eksternal. Pelanggan internal
yaitu guru dan karyawan. Pelanggan eksternal terdiri dari pelanggan
eksternal primer ( peserta didik), pelanggan eksternal sekunder (orang tua,
masyarakat, pemerintah), dan pelanggan ekternal tersier (pemakai lulusan).
“Orang tua puas dengan layanan terhadap anaknya maupun layanan kepada orang tua”25
.
23
Ralph G. Lewis, Douglas H. Smith, Total Quality in Higher Education, (Florida : St. Lucie Press, 1994), h. 91
24
R. Ibrahim, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Jakarta : Imtima, 2007), h. 341
25
Sistem penjaminan mutu pendidikan sangat penting dilakukan agar
madrasah benar-benar megelola pendidikan yang bermutu, sehingga
menjadi madrasah yang diidolakan masyarakat. “Bila tidak ada penjaminan
mutu berdasarkan pagu yang baku ini akan dapat menimbulkan disparitas
mutu pendidikan lintas sekolah dan lintas daerah”26
. Demikian pula konsep
mutu perlu dibakukan agar terdapat persepsi yang sama. “Lembaga
pendidikan dikatakan bermutu jika input, proses, dan hasilnya dapat
memenuhi persyaratan yang dituntut oleh pengguna jasa pendidikan”27. Penjaminan mutu pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun
informal.
Penjaminan mutu formal dilakukan oleh lembaga mandiri (eksternal) yang bersifat independen, sedangkan yang informal dilakukan oleh suatu gugus penjaminan mutu yang ada di dalam organisasi atau lembaga itu. Penjaminan mutu seara formal dengan menerapkan pembakuan mutu model ISO 9000 bisa diterapkan dalam bidang pendidikan28.
ISO 9000 standar terdiri dari lima dokumen yaitu :
ISO 9000, merupakan penjelasan menyeluruh dalam garis besar yang memberikan pedoman untuk seleksi dan menggunakan standar lainnya.
ISO 9001 yaitu standar yang memfokus ada 20 aspek program kualitas perusahaan yang mendesain, menghasilkan, merakit, dan melayani produk.
ISO 9002 mencakup bidang yang sama bagi perusahaan yang mempunyai aktivitas di lokasi lain.
ISO 9003, mempunyai lingkup terbatas dan ditunjukan hanya untuk proses produksi.
ISO 9004, terdiri dari pedoman untuk menginterprestasikan standar lainnya29.
26
R. Ibrahim, Op. Cit., h.341
27
Mujamil Qomar, Op. Cit., h 206
28
R. Ibrahim, Op. Cit., h.352
29
ISO 9000 disusun berdasarkan delapan prinsip manajemen kualitas.
delapan prinsip ini dapat dipakai oleh manajemen senior sebagai suatu
kerangka kerja (framework) untuk membimbing organisasi-organisasi
mereka menuju peningkatan prestasi. Prinsip-prinsip tersebut diperoleh dari
pengalaman dan pengetahuan kolektif dari para ahli internasional yang
berpartisipasi dalam komite teknik ISO. Delapan prinsip manajemen
kualitas dalam ISO 9000: 2000 adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Prinsip Manajemen Kualitas ISO 9000 : 2000
PRINSIP KE ASPEK
1 Fokus Pelanggan
2 Kepemimpinan
3 Keterlibatan Orang
4 Pendekatan Proses
5 Pendekatan Sistem Terhadap Manajemen
6 Peningkatat terus menerus
7 Pendekatan Faktual Dalam Pembuatan Keputusan
8 Hubungan Pemasok Yang Saling Menguntungkan
B.Manajemen Mutu Pendidikan
1. Pengertian Manajemen Mutu Pendidikan
Manajemen mutu pendidikan terdiri dari kata manajemen, mutu, dan
Manajemen berasal dari bahasa Inggris “to manager yang berarti mengatur, mengurus, atau mengelola, dalam bahasa Arab manajemen berasal dari kata “nazama artinya menata, an-nizhaam; at-tazhiim artinya aktivitas menertibkan, mengatur, dan berpikir yang dilakukan oleh seseorang sehingga mampu mengurutkan, menata hal-hal yang ada disekelilingnya sehingga serasi dengan
yang lainnya”30
.
Secara bahasa baik dari bahasa Inggris maupun bahasa Arab manajemen
mempunyai persamaan makna yaitu mengatur, menertibkan, mengurus.
Istilah yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir
(pengaturan) dari kata dabbara (mengatur) “31. Kata tersebut tercantum dalam Al-Qur’an surat As-Sajadah : 5
Artinya :“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu”32
.
Isi kandungan ayat tersebut adalah Allah yang mengatur segala urusan baik
di langit maupun dibumi. Dalam dunia pendidikan manajemen adalah
“Aktifitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam
usaha mencapai pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya”33
.
30
Muhammad Abdul Jawwad, Menjadi Manajemen Sukses, (Jakarta : Gema Insani, 2004), Cet. Ke-1, h. 118
31
U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2012), Cet. Ke-1, h 1
32
Mahmud Yunus, Op. Cit., h. 374
33
Secara bahasa mutu adalah “Ukuran baik buruk suatu benda, kadar,
taraf, atau derajat (kepandaian, kecerdasan dsb)”34
. Pendidikan sesuai UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1)
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara35.
Berdasarkan beberapa arti kata dan pendapat dapat disimpulkan
manajemen mutu pendidikan adalah menggerakkan lembaga pendidikan
untuk secara terus menerus dan berkesinambungan meningkatkan kapasitas
dan kemampuan lembaganya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan peserta
didik dan masyarakat dan mampu bersaing ditengah-tengah kemajuan
globalisasi.
2. Konsep Manajemen Mutu Pendidikan
Ada tiga tahap konsep manajemen mutu pendidikan menurut Muhaimin yaitu :
Tahap 1 : Infentarisasi, penetapan, stakeholder dan kegiatan utama lembaga pendidikan ( infentarisir dan penetapan kebutuhan stakehol- der, mengidntifikasi stakeholder potensial, menganalisis stakeholder potensial); Tahap 2 : Memformulasi strategi lembaga pendidikan ( mengembangkan visi dan misi, penetapan tujuan strategis, meng-analisis SWOT, melakukan pengukuran kinerja, mengidentifikasi fokus strategi, evaluasi portofolio, Tahap 3 : Mengembangkan rencana kegiatan utama ( penentuan sasaran, pengembangan rencana program, penetapan rencana aktifitas, seleksi teknis analisis)36.
34
Lukman Ali, Op. Cit., h 677
35
Tim Redaksi Sinar Grafika, Op. Cit., h. 2
36Muhaimin,Suti’ah, Sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam
Konsep manajemen mutu pendidikan digambarkan seperti gambar berikut :
Gambar 2 : Konsep Manajemen Peningkatan Mutu Madrasah
Sumber : 37
Berdasarkan konsep Muhaimin manajemen mutu ada tiga tahap
yaitu pertama adalah infentarisasi kebutuhan-kebutuhan stakeholder,
memilih dan menganalisis stakeholder yang potensial. Tahap kedua adalah
merumuskan visi, misi, tujuan, analisis peluang dan tantangan, melakukan
pengukuran kinerja menetapkan strategi. Tahap ketiga yaitu menetapkan
37Muhaimin,Suti’ah, Sugeng Listyo Prabowo
, Op. Cit., h. 25
Tahap 1
Infentarisir, penetapan, Stakrholder dan Kegiatan utama lembaga Pendidikan
Tahap 2
Mengformulasi strategi Lembaga pendidikan
Tahap 3
Mengembangkan Rencana kegiatan utama
Infentarisir dan penetapan kebutuhan stakeholder
Mengidntifikasi stakeholder
p
pootteennssii
Menganalisis stake holder potensial
Mengembangkan visi misi
Evaluasi porto-folio kegiatan Analisis SWOT Penetapan tujuan strategis
Identifikasi focus strategi Lembaga
Pendidikan Mengformulasi strategi
lembaga pendidikan Pengukuran
kinerja lembaga pendidikan
Penentuan sasaran
Pengembangan rencana program
Penetapan rencana aktifitas
sasaran, mengembangkan rencana program, penetapan aktifitas, dan seleksi
teknis analisis.
Konsep manajemen mutu pendidikan dapat dilakukan melalui
tahap-tahap sebagai berikut : “(1) Membuat putusan, (2) Merencanakan, (3)
Mengorganisasikan, (4) Mengkomunikasikan, (5) Mengkoordinasikan, (6)
Mengawasi, (7) Menilai”38
. Membuat putusan melibatkan semua unsur
dengan cara musyawarah. Perencanaan merupakan persiapan yang terarah
dan sistematis agar tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Mengorgainisasikan bertujuan agar pekerjaan yang akan dilaksanakan dapat
dipertangungjawabkan sesuai tugas dan fungsinya. Mengkomunikasikan
berarti menyampaikan berbagai informasi. Mengkoordinasikan yaitu
mempersatukan sumbangan dan saran dari anggota. Mengawasi yaitu
mengetahui proses. Menilai merupakan prinsip manajemen untuk
mengeta-hui apakah suatu program mencapai tujuan atau tidak.
Konsep manajemen mutu pendidikan berdasarkan prinsip TQM ada
sepuluh yaitu :
(1) Fokus pada pelanggan (2) Obsi terhadap kualitas, (3) Pende-katan ilmiah, (4) Komitmen jangka panjang, (5) Kerja sama Tim, (6) Perbaikan sitem secara berkesinambungan, (7) Pendidikan dan pelatihan, (8) Kebebasan yang terkendali, (9) Kesatuan tujuan, (10) Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan39.
Konsep yang ditawarkan Nasution pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan
konsep yang lain, namun demikian pendapat Nasution memperhatikan
adanya perbaikan sistem yang berkelanjutan, pendidikan dan pelatihan, dan
38
R. Ibrahim, Op. Cit., h. 230
39
kebebasan . Pendapat tersebut senada dengan konsep Saefullah “Reformasi
kinerja dan tanpa henti melakukan penyempurnaan dan perbaikan”40
.
TQM merupakan konsep yang berupaya melaksanakan sistem
manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu diperlukan keseriusan dan
perubahan besar terhadap budaya dan sistem nilai suatu organisasi
pendidikan di madrasah. Ada empat prinsip dalam TQM yaitu (1) Kepuasan
pelanggan, (2) Respek terhadap setiap orang, (3) Manajemen berdasarkan
fakta, (4) Perbaikan berkesinambungan”41. Hal ini senada dengan ungkapan William :
The roof four pillars of the house of Total Quality rest upon the four cornerstones of planning and the four fundations of management which relate to strategies, projects, and performance. The foundation of the first is strategy managemen. Strategy management is the process of strategic plan implementation, evaluation, and control to develop competitive advantage and to ensure a favorable organizational future
The cornerstone of the second pillar (continous improvement) is process planning. Process planning assures that all key process work in harmony with the mission and meet the needs and expectations of the constituents or customers by maximizing operations to identify, hear, and respond rapidly to the changing voices of the customer.
The foundation of the third pillar is project management. Project management focuses on the implementation and control of a single, nonrecurring event that activates organizational change through structured phases and specified outcomes and requires temwork for successful completion
The foundation of the fourth of the pillars is performance management. Performance management may be defined as the implemantion and control of and respectful regard for, oneself and others in line with total quality indicators and personal controls, must be developed.42
40
U. Saefullah, Op. Cit., h 104
41
M.N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004), Cet. Ke-3, h. 26
42
Berdasarkan pendapat tersebut ada empat landasan manajemen yang
berhubungan dengan strategi, perbaikan, proyek, dan kinerja (1) Manajemen
strategi adalah proses pelaksanaan rencana strategis, evaluasi, dan
pengendalian. (2) Perbaikan terus-menerus, yaitu proses perencanaan
menjamin bahwa semua proses kerja selaras dengan misi dan memenuhi
kebutuhan pelanggan. (3) Manajemen proyek yang berfokus pada
pelaksanaan dan pengendalian, (4) Manajemen kinerja yaitu implemantasi
program kerja sesuai dengan indikator kualitas dan kontrol pribadi.
Madrasah yang menghendaki peningkatan mutu dapat mengikuti
prinsip tersebut dengan memperhatikan harapan dan kebutuhan stakeholder,
memandang guru dan karyawan sumber daya madrasah yang paling bernilai
yang harus dihargai.
3. Unsur-Unsur Manajemen Mutu Pendidikan
Manajemen peningkatan mutu mempersyaratkan integrasi dari
berbagai unsur yang perlu diintegrasikan. Menurut Saefullah unsure-unsur
manajemen terdiri dari : “(1) Pimpinan, (2) Orang-orang yang dipimpin, (3)
Tujuan yang akan dicapai, (4) Kerja sama dalam mencapai tujuan, (5)
sarana atau peralatan manajemen yang terdiri dari man, money, materials,
machine, method, dan market”43
.
Manajemen mutu pendidikan memerlukan karakteristik pimpinan
yang tertentu. Pemimpin dalam hal ini kepala madrasah mempunyai peran
utama dalam manajemen mutu pendidikan terkait dengan perencanaan,
pengambilan keputusan dan kebijakan, pengawasan pengendalian proses,
43
evaluasi terhadap kesesuaian antara konsep dengan realita, dan
pengembangan madrasah. Untuk itu kepemimpinan di madrasah harus
dipegang oleh orang-orang yang memiliki kapabilitas sebagai pemimpin.
Kualifikasi kepala SMP/MTs adalah “berstatus sebagai guru SMP/MTs, memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs, dan
memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan pemerintah”44
. Menurut Rifai “Pemimpin yang baik harus memiliki empat macam kualitas yaitu kejujuran, pandangan ke depan,
mengilhami pengikutnya, dan kompeten”45
. Menurut Najarudin “Pimpinan pendidikan harus memiliki prespektif (1) Visi dan misi, (2) Manajemen
yang terus berlangsung, (3) Manajemen untuk peserta didik, (4) Otonomi
dalam mengembangkan inovasi, (5) kekeluargaan, (6) memiliki seni
memimpin, sabar, antusias, dan intensitas”46
. Menurut Robert untuk
menciptakan pendidikan yang bermutu diperlukan kepemimpinan tipe
simbolik.
Leadership for excellent schools. In order to move from competence to excellence in schools, we must provide two other forms of leadership: syimbolic leadership and the leadership that can build organizational culture. Symbolice leadership do not assume that everyone sees the whole picture; they use words (spoken and written) and other symbols (such as time, attention, and their personal presence) to continually reemphasize what is important, what is good, what is wanted.47
44
Muhaimin, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Penyusunan Rencana Pengem-bangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta : Kencana Prenada Medi Group, 2012), Cet. Ke- 4, h. 40
45
Veithzal Rifvai, Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, (Jakarta : Rajagrafindo, 2011), Cet. Ke-8, h. 21
46
Nazarudin Rahman, Paradigma Holistik Pengembangan Madrasah, (Yogyakarta : Pustaka Felicha, 2010), Cet. Ke-1, h. 116
47
Kepemimpinan syimbolik merupakan kepemimpinan yang dapat
membangun budaya organisasi. Dalam kepemimpinan simbolik jangan
menganggap bahwa setiap personil sebagai gambar, mereka memiliki ide
baik disampaikan lisan dan tulisan atau dalam bentuk simbol lainnya
(seperti waktu, perhatian, dan kehadiran pribadi mereka) yang selalu
menekankan apa yang penting, apa yang baik, apa yang diinginkan.
Sedangkan orang-orang yang dipimpin/ tim dalam TQM merupakan
kualitas kelompok. Hampir semua kepustakaan menekankan pentingnya
kejelasan tujuan dan hubungan interpersonal yang efektif sebagai dasar
terjadinya kerja kelompok yang efektif. Salah satu komponen tim adalah
guru, sesuai UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 6 ayat (2)
“Guru dan dosen memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia”48
. Sebagai guru di madrasah
menurut Amin Thaib dkk. Dalam kaitannya dengan kompetensi yang harus
dimiliki seorang guru di madrasah adalah sebagai berikut :
a. Kompetensi pribadi (personal), meliputi:
1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Berakhlak mlia serta memegang teguh ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
3) Memiliki wawasa keagamaan.
4) Terampil, fasih membaca dan menulis huruf Al-Qur’an b. Kompetensi profesional
1) Menguasai landasan kependidikan.
2) Mampu merencanakan program pembelajaran.
3) Menguasai garis-garis besar program kegiatan belajar. 4) Mampu mengelola kegiatan belajar dan bermain 5) Terampil membuat alat-alat belajar dan alat peraga.
6) Mampu melasanakan penilaian perkembangan kemampuan dasar da prilaku anak.
48
c. Kompetensi sosial, meliputi:
1) Mampu berinteraksi dan bekerja sama dengan teman sejawat. 2) Mampu berinteraksi dan bekerja sama dengan orang tua anak
didik.
3) Mampu berinteraksi dengan tenaga profesional lainnya49
Guru yang profesional harus memiliki kompetensi-kompetensi tersebut
untuk mengembangkan komponen-komponen pengajaran.
Mutu pendidikan dapat dicapai dengan melakukan manajemen
berbagai komponen dasar pendidikan. “Kepedulian akan mutu pendidikan
didorong oleh persoalan dasar, bagaimana mengintegrasikan semua fungsi
dan proses dalam suatu organisasi agar tercapai peningkatan mutu secara
berkelanjutan”50. Menurut Mujamil “Manajemen komponen
-komponen
dasar pendidikan yang mutlak harus ada dalam proses peningkatan mutu
pendidikan yaitu (1) Manajemen personalia pedidikan, (2) Manajemen
kesiswaan, (3) Manajemen kurikulum pendidikan, (4) Manajemen keuangan
pendidikan, (5) Manajemen sarana prasarana pendidikan51. Dengan melalui
penerapan manajemen lima komponen dasar pendidikan tersebut diharapkan
dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan madrasah menjadi
madrasah yang bermutu tinggi.
a. Manajemen Personalia Pendidikan
1) Pengertian Manajemen Personalia Pendidikan
Manajemen personalia pendidikan menurut Mulyasa yaitu
“Mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efesien
49
M. Amin Thaib BR, Sahrul S. Siregar, dan Hasan M.Noer, Standar Supervisi dan Eva-luasi Pendidikan pada Madrasah Aliyah, Jakarta : Ditmapenda, 2005, h. 37-38
50
Moch. Idochi Anwar, Op. Cit., h. 19
51
guna mencapai hasil yang optimal namun dengan tetap dalam kondisi
yang menyenangkan”52
. Arti manajemen personalia berkembang :
Secara tradisional manajemen personalia pendidikan adalah konsep pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan pada urusan-urusan operatif mengelola data tenaga pendidik dan kependidikan (record keeping), penilaian kinerja (evaluation), kenaikan pangkat dan gaji secara otomatis (automatic merit increase). Manajemen personalia pada masa kini memfasilitasi aktualisasi dan pengembangan kompetensi para tenaga pendidik dan kependidikan melalui program-program pengembangan dan pemberdayaan yang dilakukan secara sistematik 53.
Ahli lain berpendapat manajemen personalia adalah “Memperhatikan orang-orang dalam organisasi mencakup merekrut, menempatkan,
melatih, mengembangkan, dan meningkatkan kesejahteraan”54
.
Berdasarkan pendapat tersebut manajemen personalia pendidikan
adalah mendayagunakan tenaga pendidik dan kependidikan sebagai
sumber daya potensial meliputi merekrut, menempatkan, melatih,
mengembangkan, dan meningkatkan kesejahteraan sehingga berperan
aktif dan maksimal dalam meningkatkan mutu pendidikan sehingga
tercapainya tujuan pendidikan nasional secara sistematis efisien dan
efektif.
2) Tujuan Manajemen Personalia Pendidikan
Tujuan manajemen personalia tenaga pendidik dan kependidikan
mengarah pada pengembangan pendidikan yang bermutu melalui
pembentukan SDM yang handal, produktif, kreatif, inovatif dengan
52
E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi dan Implementasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), h. 42
5
533
Surya Dharma, Manajemen Pemberdayaan Sumber Daya Tenaga Pendidik dan Kependidikan Sekolah, (Jakarta : Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional 2007), h. 5
54
orientasi pada berprestasi. “Manajemen personalia memiliki tujuan tertentu yang berorientasi pada optimalisasi sistem kerja dalam lembaga
pendidikan”55. “
MSDM dilaksanakan untuk mewujudkan sekolah yang
sehat, yaitu sekolah yang memiliki jumlah dan kualifikasi tenaga
pendidik dan kependidikan sesuai dengan beban dan tugas-tugas sekolah
yang ada di dalamnya”56. Menurut Pidarta “Tujuan manajemen personalia adalah memajukan organisasi dan sekaligus memperhatikan
dan memajukan personalia”57
. Dengan manajemen personalia pendidikan
diharapkan semua posisi yang ada disekolah/ madrasah ditangani oleh
tenaga-tenaga yang profesional yang bermutu dan bermartabat.
3) Langkah-Langkah Manajemen Personalia Pendidikan
Langkah-langkah manajemen personalia pendidikan yaitu
“Manajemen tenaga pendidikan (guru dan personal) ada tujuh langkah
(1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pem-binaan dan
pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pem-berhentian
pegawai, (6) kompensasi dan (7) penilaian pegawai”58. Masing-masing langkah dijabarkan sebagai berikut :
a) Perencanaan
Perencanaan tenaga pendidik dan kependidikan adalah
pengembangan dan strategi dan penyusunan tenaga pendidik dan
kependidikan yang komprehensif guna memenuhi kebutuhan
55
Mujamil Qomar, Op. Cit., h. 129
56
Surya Dharma, Op. Cit., h. 8
57
Made Pidarta, Op. Cit., h. 115
58
organisasi di masa depan. Meskipun perencanaan merupakan awal
dari pelaksanaan, akan tetapi bukan berarti dimulai dari nol.
“Perencanaan itu tidak dimulai dari nol tapi dari apa yang dimiliki.
Ini berarti segala potensi yang tersedia merupakan aset yang perlu
digunakan secara efisien dan optimal”59. Artinya potensi yang telah ada difungsikan secara maksimal sehingga terhindar dari
ketimpangan dan pemborosan.
“Dalam melakukan perencanaannya manajer harus mempertimbangkan jumlah pegawai, keahlian yang dibutuhkan,
tingkat pendidikan yang dibutuhkan, jenis keterampilan yang
menjadi kebutuhan dan lain sebagainya”60. “Perencanaan personalia
mencakup jumlah dan jenis keterampilan/ keahlian orang,
ditempatkan pada pekerjaan yang tepat, ada waktu tertentu, yang
dalam jangka panjang memberikan keuntungan bagi individu dan
organisasi”61
. Perencanaan SDM merupakan awal dari pelaksanaan
fungsi manajemen SDM. Meskipun merupakan langkah awal dalam
manajemen SDM, perencanaan seringkali tidak diperhatikan dengan
seksama. Padahal dengan melakukan perencanaan, fungsi SDM
dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
Dalam pengadaan pegawai kepala madrasah semestinya
memperhatikan pentingnya tim kerja/ tim seleksi. Hal ini sesuai
dengan konsep Malcolm :
59
Surya Dharma, Op. Cit., h. 26
60
Mujamil Qomar, Op. Cit., h. 131
61
Why should team-work be a better way to achieve these objetivies ? (1) More problems can tackled, (2) By the people closest to the problem, (3) Greater diversity of skill and knowledge is applied, (4) Frustration is removed, and morale improved, if people think that their contribution is welcomed, (5) Cross-functional/ interdepartmental problems can only be dealt with in that in this way, (6) Solutions produced are more likely to be implemented, (7) This will be especially true if contributions and solutions are recognized and celebrated.62
Tim kerja efektif untuk mencapai mutu pendidikan karena (1)
Permasalahan lebih mudah cepat dapat ditangani, (2) Dengan
orang-orang lebih akrab , (3) Keragaman keterampilan dan pengetahuan
yang diterapkan, (4) Frustrasi dihapus, dan moral ditingkatkan, (5)
Kerjasama antar departemen (6) Solusi yang dihasilkan lebih
mungkin untuk dilaksanakan, (7) Kontribusi dan solusi diakui.
b) Pengadaan Pegawai
Perbedaan pengadaan pegawai fersi barat dengan islam
menurut Abdul Jawad yaitu “Perlu disebut disini bahwa mayoritas
refrensi yang berbicara tentang ketrampilan para manajer dalam
sistem manajemen barat dan Arab menfokuskan penjelasannya
secara berlebihan pada demensi ketrampilan dan hampir melupakan
demensi akhlak”63
. Dengan dmikian pengadaan pegawai
dilingkungan pendidikan Islam perlu mempertimbngkan akhlak,
ketrampilan dan lain-lain. Berdasarkan kebijakan Direktorat
Pendidikan Agama, pendidik Islam harus memiliki :
62
Malcolm S. Greenwood and Helen J. Gaunt, Total Quality Management for Schools, (London : Cassell Villiers House, 1994), h. 77
63
(a) Pribadi hukum, muslim dan mukhsin. (b) Taat menjalankan agama.
(c) Memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih saying kepada anak didik secara ikhlas
(d) Memiliki ilmu keguruan terutama didaktik dan methodik (e) Menguasai ilmu pengetahuan agama
(f) Tidak memiliki cacat jasmaniyah dan rohaniyah64.
Tujuan pengadaan pegawai adalah menyediakan calon
pegawai yang betul-betul baik (surplus of candidates) dan paling
memenuhi kualifikasi (most qualiffied and outstanding individuals)
untuk sebuah posisi. Proses ini dimulai ketika para pelamar dicari
dan berakhir apabila aplikasi (lamaran-lamaran) diserahkan. Tenaga
pendidik dan kependidikan terlebih dahulu di seleksi menurut
keterampilan yang dimiliki setiap individu.
Dalam proses seleksi, kelompok pelamar yang terdiri dari
para pengajar profesional, pengawas administrasi profesional,
pelaksana teknis profesional dengan melalui 3 tahapan proses yaitu:
1) Pra seleksi yang melibatkan kebijakan dan prosedur seleksi. 2)
Seleksi merupakan penilaian data dan pelamar, 3) Pasca seleksi,
tahap penolakan atau penerimaan pelamar.
c) Pembinaan dan Pengembangan Pegawai
Pembinaan dan pengembangan profesionalisasi pegawai
tenaga pendidik dan kependidikan sekolah sangat diperlukan dalam
rangka mewujudkan mutu pendidikan. “Dari perspektif institusi,
64
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : Dep. Agama RI, 1981), hal.
pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan dimaksudkan
untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kualitas staf
dalam memecahkan masalah-masalah kesekolahan”65.
Kepala madrasah harus mampu mengadakan pembinaan dan
pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan dalam rangka
meningkatkan kinerja, penerapan inovasi dan fleksibilitas dalam
peningkatan mutu pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Steve
Managers are given positions of formal authority and status within their organizationa. These positions generate three interpersonal roles (1) Figurehead. The status of manager obliges the occupant to carry out a number of social, syimbolic, and legal duties. (2) Leader : The manager provides direction, guidance, and motivation for subordinates. This role includes responsibility for staffing and for training and developing subordinates. Leadership is among the most widely acknowledged of all managemen roles. (3) Liaison : Part of the managers job is to build and maintain links and contacts with groups and individuals outside of the work unit for which he or she is directly responsible this role helps in linking the organization or parts of the organization with its environment.66
Kepala sekolah diberi posisi otoritas dan status formal . Ada tiga
peran kepala sekolah yaitu (1) Sebagai pemimpin simbolik tugasnya
mewajibkan pendidik dan kependidikan untuk melaksanakan
sejumlah sosial, simbol, dan tugas hukum. (2) Sebagai manajer
memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi, tanggung jawab
untuk melatih dan mengembangkan bawahan. (3) Manajer berperan
membangun dan menjaga hubungan dan kontak dengan
kelompok-65
Surya Dharma, Op. Cit., h. 97
66
kelompok dan individu di luar unit kerja dengan penuh bertanggung
jawab .
Untuk mewujudkan madrasah yang bermutu kepala madrasah
dituntut mampu mendorong tenaga pendidik dan kependidikan serta
peserta didik melakukan perubahan pengembangan pola pikir,
sebagaimana ungkapan Marvin : “A principal challenge implied by this shift is transforming the mind-set of assessment from one
dominated by end-point checking on goal achievement to one that
emphasizes continous, low-level monitoring of instructional
processes and their interconnections”67. Tantangan utama kepala
madrasah adalah (1) Mengubah pola pikir, (2) Melakukan
pengon-trolan (3) Menekankan kontinuitas proses pembelajaran dan
interkoneksi diantara mereka.
d) Promosi dan Mutasi
Promosi dan mutasi tenaga pendidik dan kependidikan perlu
dilakukan.
Dalam mengadakan program promosi dan mutasi, tenaga pendidik dan kependidikan harus mempertimbangkan faktor-faktor yang dipandang objektif dan rasional, antara lain karena kebijakan dan peraturan pimpinan/Kepsek, prinsip the right man on the right job, untuk meningkatkan moral kerja, sebagai media kompetisi yang rasional, untuk promosi, mengurangi labour turnover, dan harus terkoordinasi68.
Kepala madrasah harus mampu mengadakan promosi dan mutasi
tenaga pendidik dan kependidikan. “Promosi adalah perubahan
67
Marvin W. Peterson, David D. Dill, Lisa A. Mets, Planning and management for A Chaning Environment, (San Francisco : Jossey bass Publishers, 1997), h. 361
68
kedudukan yang bersifat vertikal, sehingga berimplikasi pada
wewenang, tanggung jawab, dan penghasilan. Mutasi adalah
pemindahan pegawai dari satu jabatan ke jabatan lain”69
. Promosi
secara umum mempunyai makna positif peningkatan karir pegawai.
Bagi pegawai yang akan dipromosikan perlu tambahan
pengalaman dan pengetahuan dalam bidang-bidang yang akan
menjadi tanggung jawabnya. Untuk mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman itu maka sebelum dipromosikan pegawai yang
bersangkutan perlu dimutasikan diberbagai tempat yang sekiranya
akan menjadi tanggung jawabnya nanti. “Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan promosi, antara lain meningkatnya moral kerja,
meningkatnya disiplin kerja, terwujudnya iklim sekolah yang
menggairahkan, dan meningkatnya produktivitas kerja”70. Perlu diingat bahwa mutasi sebenarnya dilakukan untuk melakukan
penyegaran sehingga tidak menimbulkan kejenuhan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan.
Tindakan yang paling tepat yang harus dilakukan manajemen SDM adalah memindahkan tenaga pendidik dan kependidikan ke posisi yang menurut hasil analisis tepat (sesuai) dengan kualifikasi, kemampuan, dan keinginan tenaga pendidik dan kependidikan yang bersangkutan. Dengan demikian, tenaga pendidik dan kependidikan yang bersangkutan memperoleh kepuasan kerja semaksimal mungkin dan dapat memberikan keluaran yang produktif sesuai dengan target sekolah71.
69
Mujamil Qomar, Op. Cit., h. 137
70
Surya Dharma,Op. Cit., h. 166
71
Pemindahan tersebut dimaksud menempatkan pegawai pada tempat
yang setepatnya. Dengan demikian tujuan mutasi dalam tenaga
pendidik dan kependidikan adalah : a). Untuk mengusahakan orang
yang tepat pada tempat yang tepat. b). Untuk kerjasama kelompok.
c). Untuk menciptakan persaingan sehat. d). Sebagai langkah
meningkatkan semangat dan gairah kerja. e). Untuk saling
menggantikan. f). Dalam rangka promosi.
e) Pemberhentian Pegawai
Pendidik dan tenaga kependidikan tidak bekerja untuk
selama-lamanya melainkan ada batasan-batasan yang telah datur sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. “Ada batas tertentu bagi pegawai
negeri sipil, pemberhentian bisa terjadi karena permintaan sendiri,
batas usia pensiun, penyederhanaan organisasi, melakukan
pelanggaran/ tindak pidana, meninggalkan tugas dll”72
. Pendapat lain
menyatakan :
Pemberhentian pegawai disebabkan oleh alasan-alasan berikut : Undang-undang (keputusan pengadilan), keinginan organisasi, keinginan pegawai, pensiun, kontrak kerja berakhir, kesehatan, meninggal dunia, likuidasi, hukuman, ketidak mampuan menjalankan tugas, lalai menjalankan tugas73.
Jika mendengar pernyataan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), para
karyawan perusahaan akan menunjukkan kegelisahan, rata-rata akan
merasa ketakutan dalam menghadapi kehidupan dimasa yang akan
72
Mujamil Qomar, Op. Cit., h. 139
73
datang karena sadar bahwa dengan kemampuan yang dimiliki saat
itu, mereka tidak dapat berbuat lebih jauh lagi.
Bagi lembaga swasta fenomena pemberhentian lebih
komplek. “Adapun bagi pegawai swasta alasan pemberhentian lebih
bervariasi, bahkan tidak jarang karena politik, idiologi, organisasi
sosial keagamaan, sosial ekonomi, partai, bahkan faktor pribadi”74
.
Alasan-alasan PHK tenaga pendidik dan kependidikan di bidang
pendidikan tidak jauh berbeda dengan pemberhentian karyawan
perusahaan. Pendapat lain menyatakan
“Pemberhentian pegawai sistem disiplin harus mengikuti
langkah-langkah berikut (1) Konseling : Pegawai dinasihati, pemahaman yang benar harus diberikan, (2) Peringatan tertulis (3) Peringatan tambahan sesuai tingkat pelanggaran, (4) Denda atau suspensi secara legalitas75.
Berdasarkan pendapat tersebut proses pemberhentian personalia
dalam pendidikan juga tidak jauh berbeda dengan proses
pemberhentian di dalam perusahaan dengan melalui tahapan-tahapan
(a) Adanya peringatan secara lisan dalam bentuk konseling, (b)
Ada-nya peringatan tertulis, (c) Pengurangan beban kerja, (d) Diadakan
musyawarah ditingkat pemimpin, (e) Pemutusan berdasarkan kepu-
tusan tingkat pimpinan
f) Kompensasi
Kompensasi biasa disebut juga dengan pemberian
kesejahteraan atau gaji. “Setiap sekolah manapun seharusnya dapat
74
Mujamil Qomar, Op. Cit., h. 139
75
memberikan kompensasi yang seimbang dengan beban kerja yang
dipikul tenaga pendidik dan kependidikan”76.Pemberian kompensasi adalah “Imbalan yang dapat berwujud uang dan diberikan secara berkesinambungan misalnya gaji, tunjangan, fasilitas, perumahan,
insentif, kendaraan, penghormatan dan lain-lain”77. Berdasarkan pendapat tersebut kompensasi dapat berupa materi dan dapat berupa
non materi yang diberikan oleh pihak sekolah kepada personalia
berdasarkan kebijaksanaan kepala madrasah.
Tujuannya diberikannya kompensasi adalah untuk
memper-tahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan agar
produktifitasnya meningkat. Menurut Thompson “The role of the reward sistem is to make it personally satisfying and economically
beneficial for organizational members to help the company execute
its strategy competently please customers and realize the company's
vision”78. Inti pendapat Thompson bahwa reward memberi manfaat untuk pendidik/ kependidikan dan lembaga pendidikan bahkan juga
bermanfaat bagi peserta didik. Pendapat tersebut sejalan denga
pendapat
Diberikannya kompensasi dalam organisasi tujuan utamanya untuk menjalin kerja sama secara formal antara pengelola dan anggota. Dengan kompensasi terjalin kerja sama terutama memikat/ menarik pegawai mempertahankan pegawai yang kompeten, dan memotivasi pegawai secara berkeadilan79.
76
Surya Dharma, Op. Cit., , h. 173
77
Mujamil Qomar, Op. Cit., h. 139
78
Arthur A. Thompson, Jr, Strategic Management, ( New York : Irwin McGraw-Hill, 1998), h.324
79
Kompensasi/kesejahteraan dalam Islam ada dua macam yaitu
kesejahteraan lahiriah seperti gaji dan kesejahteraan batiniyah berupa
imbalan pahala. Untuk itu Imam Al-Ghazali menegaskan “Guru jangan mengharapkan materi (upah) sebagai tujuan utama dari
pekerjaannya (mengajar), karena mengajar adalah tugas yang
diwariskan oleh Nabi Muhammad Saw., sedangkan upahnya adalah
terletak pada terbentuknya anak didik yang mengamalkan ilmu yang
diajarkannya”80. Mengajar harus ikhlas agar sejahtera lahir batin.
g) Penilaian Pegawai
Penilaian pegawai mutlak diperlukan dalam manajemen
personalia pendidikan, karena dengan penilaian tenaga pendidik dan
kependidikan dapat digunakan untuk berbagai keprluan. “Disekolah
akhir-akhir ini evaluasi difokuskan pada pengembangan kinerja
guru, untuk tujuan pelatihan, sertifikasi, pengangkatan dan
penempatan”81. Kegiatan tersebut dapat memperbaiki keputusan-keputusan manajemen SDM dan memberikan umpan balik kepada
tenaga pendidik dan kependidikan tentang pelaksanaan kinerja
tenaga pendidik dan kependidikan di suatu sekolah / madrasah.
b. Manajemen Peserta Didik
1) Pengertian Manajemen Peserta Didik
Manajemen peserta didik adalah “Pengaturan terhadap peserta didik di sekolah, sejak peserta didik masuk sampai dengan peserta didik
80
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) hal: 163
81
lulus, bahkan menjadi alumni”82. Pendapat lain menyatakan “Manajemen kesiswaan adalah pengelolaan kegiatan yang berkaitan dengan peserta
didik mulai dari awal masuk hingga akhir (tamat) dari lembaga
pendidikan”83
.
Dari pengertian diatas, disimpulkan bahwa manajemen peserta
didik adalah memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan, dan
layanan siswa di kelas dan di luar kelas meliputi pengenalan,
pendaftaran, layanan individual, penggembangan kemampuan, minat,
kebutuhan sehingga berkembang secara optimal potensi yang dimiliki
mulai sejak masuk sampai menjadi alumni.
2) Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik
Tujuan manajemen peserta didik adalah “Mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran disekolah
dapat berjalan dengan lancar, tertib, teratur, serta mampu mencapai
tujuan pendidikan di sekolah”84
. Pendapat lain menyatakan :
Tujuan khusus manajemen peserta didik adalah sebagai berikut: a) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor
peserta didik.
b) Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta didik.
c) Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.
d) Dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka85.
82
Surya Dharma, Op. Cit., h 1
83
Mujamil Qomar, Op. Cit., h. 141
84
E. Mulyasa, Op. Cit., h. 46
85
Dengan demikian tujuan manajemen peserta didik bermaksud
menata proses kesiswaan mulai dari perekrutan, pembelajaran sampai
dengan lulus dapat berlangsung secara efisien dan efektif
Diharapkan dengan manajemen peserta didik potensi peserta
didik berkembang maksimal. “Oleh karena itu siswa hendaknya diberikan peran yang lebih aktif lagi dalam berbagai kegiatan di sekolah,
mereka bukan saja sebagai peserta tetapi sebagai penggagas pelaksanaan
suatu kegiatan, dilibatkan dalam mengambil berbagai keputusan”86
.
“Fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai wahana bagi peserta
didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang
berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi,
kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya”87.
3) Prinsip Manajemen Peserta Didik
Manajemen kesiswaan bertugas mengatur berbagai kegiatan
dalam bidang kesiswaan agar proses pembelajaran di sekolah berjalan
dengan tertib, teratur, dan lancar. Untuk mewujudkan tujuan tersebut
terdapat sejumlah prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip
manajemen peserta didik menurut Surya Darma adalah sebagai berikut:
a) Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan manajemen sekolah. Oleh karena itu, ia harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen secara keseluruhan..
b) Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik para peserta didik.
86
Mujamil Qomar, Op. Cit., h 146
87
c) Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya banyak perbedaan.
d) Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik.
e) Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta didik.
f) Apa yang diberikan kepada peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik baik di sekolah lebih-lebih di masa depan88.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat diketahui prinsip
manajemen peserta didik yaitu :a) Siswa harus diperlakukan sebagai
subyek dan bukan obyek. b) Wahana kegiatan yang beragam c) Siswa
termotivasi belajar, bila mereka menyenangi apa yang diajarkan.
d) Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif
tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik.
4) Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik
Secara garis besar ruang lingkup manajemen peserta didik ada tiga
“Manajemen kesiswaan dibagi menjadi tiga tahap yaitu penerimaan
siswa baru, proses pembelajaran, dan persiapan studi lanjut atau
bekerja”89
. Berdasarkan pendapat tersebut ruang lingkup manajemen
peserta didik ada tiga yaitu (1) Manajemen penerimaan peserta didik
baru, (2) Manajemen proses pembelajaran, (3) Manajemen persiapan
tindak lanjut.
88
Ibid., h 12
89
a) Manajemen Penerimaan Peserta Didik Baru
Penerimaan peserta didik perlu dikelola sedemikian rupa mulai
dari perencanaan penentuan daya tampung sekolah atau jumlah siswa
baru yang akan diterima, dengan mengurangi daya tampung dengan
jumlah anak yang tinggal dikelas atau mengulang.
Penentuan mengenai jumlah peserta didik, tentu juga didasarkan atas kenyataan-kenyataan yang ada di sekolah (faktor kondisional sekolah). Faktor kondisional tersebut meliputi: daya tampung kelas baru, kriteria mengenai siswa yang dapat diterima, anggaran yang tersedia, prasarana dan sarana yang ada, tenaga kependidikan yang tersedia, jumlah peserta didik yang tinggal di kelas satu, dan sebagainya90.
Berdasarkan ketentuan tersebut kepala sekolah dalamm menerima
peserta didik baru harus memperhatikan (1) Daya tampung kelas, (2)
Sarana prasarana yang dimiliki, (3) Tenaga pendidik yang tersedia, (4)
Peserta didik yang tinggal kelas.
Manajemen lembaga pendidikan Islam memiliki kreteria yang
berbeda “Manajemen lembaga pendidikan Islam baik yang sedang
berkembang maupun yang telah maju dapat menerima dari berbagai
lapisan intelektual dan diberdayakan secara maksimal untuk mencapai
hasil yang maksimal baik kognitif, afektif maupun psikomotor”91
.
Penerimaan peserta didik baru mengikuti ketentuan yang telah
diatur pemerintah dengan memilih kreteria yang relevan.
Ada tiga macam kriteria penerimaan peserta didik. Pertama, adalah kriteria acuan patokan (standard criterian referenced), yaitu suatu penerimaan peserta didik yang didasarkan atas patokan-patokan yang telah ditentukan sebelumnya. Kedua,
90
Surya Dharma, Op. Cit., h 27
91
kriteria acuan norma (norm criterian referenced), yaitu suatu penerimaan calon peserta didik yang didasarkan atas keseluruhan prestasi calon peserta didik yang mengikuti seleksi. Ketiga, kriteria yang didasarkan atas daya tampung sekolah, sekolah terlebih dahulu menentukan berapa jumlah daya92.
Berdasarkan ketentuan tersebut ada tiga kreteria penerimaan peserta
didik baru yaitu (1) Kriteria acuan patokan (standard criterian
referenced), (2) Kriteria acuan norma (norm criterian referenced), (3)
Kriteria yang didasarkan atas daya tampung sekolah.
b) Manajemen Proses Pembelajaran Peserta Didik
Kepala madrasah dalam tugasnya sebagai manajer proses
pembelajaran harus mengetahui terlebih dahulu arti proses yaitu :
A process is the transfformation of a set of inputs, which may include materials, actions, methods, people, and operations, into desired outputs, in the form of products, information, services, skills or - generally - results.“Any process can be analysed by examination of the inputs and outputs. This will determine the action necessary to improve quality.93
Menurut pendapat tersebut sebuah proses terdiri dari input (bahan,
tindakan, metode, orang, dan operasi),