• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanskap Budaya

Menurut Simonds (2006), lanskap adalah suatu bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat dinikmati keberadaannya melalui seluruh indera yang dimiliki manusia. Lanskap juga dinyatakan sebagai suatu lahan yang memiliki elemen pembentuk, komposisi, dan karakteristik tertentu sebagai pembedanya.

Lanskap budaya merefleksikan interaksi antara manusia dan lingkungan alaminya dalam ruang dan waktu. Alam dalam konteks ini adalah padanan dari kelompok manusia. Keduanya merupakan kekuatan dinamis yang membentuk lanskap. Pada beberapa kawasan di dunia, lanskap budaya adalah model interaksi antara manusia, sistem sosialnya dan cara mereka mengorganisasikan ruang.

Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2001) lanskap budaya (cultural

landscape) merupakan satu model atau bentuk dari lanskap binaan, yang dibentuk

oleh suatu nilai budaya yang dimiliki suatu kelompok masyarakat yang dikaitkan dengan sumberdaya alam dan lingkungan yang ada pada tempat tersebut. Lanskap tipe ini merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam lingkungannya yang merefleksikan adaptasi manusia dan juga perasaan dan ekspresinya dalam menggunakan dan mengelola sumberdaya alam dan lingkungannya yang terkait erat dengan kehidupannya. Hal ini diekspresikan kelompok-kelompok masyarakat ini dalam bentuk dan pola permukiman dan perkampungan, pola penggunaan lahan, sistem sirkulasi, arsitektur bangunan, dan struktur serta lainnya.

2.2 Pelestarian Lanskap Budaya

Budaya merupakan aset utama karena sifatnya yang unik dan berbeda. Indonesia memiliki lebih dari dari ratusan seni budaya yang patut dilestarikan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kualitas hidup. Budaya dan pariwisata kadang dianggap sebagai dua aktivitas yang penuh dengan konflik. Di satu pihak karena adanya kepercayaan bahwa budaya sifatnya statis dan tradisonal. Sedangkan di lain pihak pariwisata relatif dianggap lebih modern dan

(2)

dinamis. Budaya dan pariwisata dapat beriringan dengan adanya pelestarian. Pelestarian yang memiliki arti nilai-nilai tradisional yang masih harus dilestarikan dengan aktivitas yang dinamis yaitu pariwisata yang dapat berkembang sangat cepat penuh kreasi dan inovasi (Adnyana, 1999).

Daya tarik budaya adalah pengalaman dengan pendukungnya yaitu manusia dan wilayah. Wisatawan dengan minat budaya, memilih untuk tinggal lebih lama dengan maksud untuk dapat menikmati budaya yang berbeda. Berbeda sekali dengan mereka yang hanya ingin menikmati budaya sebagai tontonan yang menarik semata. Maka pelestarian budaya memberi pencerahan bagi wisatawan yang ingin belajar lebih banyak lagi tentang budaya. Dalam Bab Sosial dan Budaya, mengenai Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata dinyatakan bahwa menjadikan kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia sebagai wahana bagi pengembangan pariwisata nasional dan mempromosikannya keluar negeri secara konsisten sehingga dapat menjadi wahana persahabatan bangsa.

Kegiatan pelestarian merupakan usaha manusia untuk memproteksi atau melindungi peninggalan atau sisa-sisa budaya dan sejarah terdahulu yang bernilai dari berbagai perubahan yang negatif atau yang merusak keberadaannya atau nilai yang dimilikinya. Pelestarian tersebut tidak hanya memberi manfaat pada obyek yang dilestarikan, namun juga memberikan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik berdasarkan kekuatan aset-aset budaya lama dan melakukan pencangkokan program-program yang menarik, kreatif, berkelanjutan serta merencanakan program partisipatif dengan memperhitungkan estimasi ekonomi. (Nurisjah dan Pramukanto, 2001).

2.3 Wisata Budaya

Wisata menurut Pendit (2002) adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Menurut World Tourism Organization (WTO) tahun 1991, wisata adalah aktivitas seseorang melakukan perjalanan meninggalkan/keluar dari lingkungan yang biasa selama periode tertentu dengan tujuan perjalanannya bukan untuk melakukan kegiatan yang mendapatkan imbalan. Wisata merupakan kumpulan aktivitas, layanan, industri

(3)

yang menyediakan pengalaman dalam perjalanan/travel yaitu transportasi, akomodasi, makanan-minuman, toko-toko, hiburan, fasilitas kegiatan dan layanan ramah lain yang tersedia bagi perorangan maupun kelompok yang melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggalnya (Sani, 2008).

Menurut Gunn (1994), wisata adalah pergerakan sementara manusia untuk tujuan keluar dari tempat kerja dan tempat tinggal mereka, dimana mereka melakukan kegiatan-kegiatan selama mereka tinggal di tempat tujuan tersebut dan fasilitas-fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhaan mereka. Kegiatan wisata itu merupakan suatu sistem yang dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal yang harus dianalisis dan direncanakan dengan baik, antara lain sumber daya alami, sumber daya budaya, pengusaha, keuangan, tenaga kerja, persaingan, masyarakat, kebijaksanaan pemerintah dan organisasi atau kepemimpinan. Menurut Yoeti (2001) wisata budaya adalah jenis pariwisata dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan dikarenakan adanya daya tarik seni budaya suatu tempat atau daerah.

2.4 Perencanaan Lanskap Wisata Kawasan Budaya

Menurut Knudson (1980) perencanaan adalah kegiatan mengumpulkan dan menginterpretasikan data, memproyeksikannya ke masa depan, mengidentifikasi masalah, dan memberi pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Perencanaan merupakan suatu alat yang sistematis dan dapat digunakan untuk awal suatu keadaan dan merupakan cara terbaik untuk mencapai suatu keadaan tersebut (Gold, 1980).

Perencanaan lanskap wisata disusun berdasarkan komponen-komponen yang mencakup rencana ruang wisata, rencana sirkulasi, rencana interpretasi, rencana fasilitas dan rencana tata hijau. Perencanaan lanskap bertujuan untuk menciptakan lanskap budaya yang dapat mendukung interpretasi dan memberikan kenyamanan wisata secara optimal (Sani, 2008).

Proses perencanaan dibagi menjadi enam tahap yaitu : persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan. Proses perencanaan lanskap dimulai dengan tahap persiapan dimana pada tahapan ini perencana harus dapat memperhatikan, menafsirkan, dan menjawab berbagai

(4)

kepentingan ke dalam produk yang direncanakan. Dengan kata lain proses persiapan merupakan perumusan tujuan program dan informasi lain tentang keinginan pemakai atau pemilik.

Ada beberapa metode atau pendekatan yang dapat dilakukan untuk membuat perencanaan kawasan wisata, yaitu : pendekatan sumberdaya, pendekatan aktivitas, pendekatan ekonomi, dan pendekatan tingkah laku (Gold, 1980). Pendekatan sumberdaya adalah pendekatan yang mempertimbangkan kondisi dan situasi sumberdaya sebagai dasar penentuan bentuk dan aktivitas wisata. Pendekatan aktivitas adalah pendekatan yang digunakan untuk menentukan bentuk rekreasi/wisata berdasarkan aktivitas penggunaan. Pendekatan ekonomi digunakan untuk jumlah, tipe, dan lokasi dari kawasan wisata dilihat dari sumberdaya ekonomi masyarakat, sedangkan pendekatan tingkah laku dilihat dari kebiasan dan tingkah laku manusia dan menggunakan waktu senggangnya pendekatan tingkah laku lebih mengutamakan alasan seseorang berekreasi serta manfaat yang dinginkan dari kegiatan rekreasi yang dilakukan.

Menurut Gunn (1994) perencanaan wisata yang baik dapat membuat kehidupan masyarakat lebih baik, meningkatkan ekonomi, melindungi dan sensitif terhadap lingkungan, dan dapat diintegrasikan antara komunitas dengan dampak lingkungan yang minimal. Hal ini dapat tercapai dengan perencanaan yang baik dan terintegrasi pada semua aspek pengembangan wisata. Dalam mengembangkan kawasan wisata terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu atraksi wisata, pelayanan wisata, dan transportasi pendukung. Atraksi wisata merupakan andalan utama untuk mengembangkan kawasan wisata. Wisata harus direncanakan untuk memastikan bahwa wisatawan dapat dengan bebas memperkaya diri dengan mendapatkan sesuatu yang baru, petualangan dan penghargaan terhadap diri sendiri dengan mencapai obyek yang diinginkan.

2.5 Batik Trusmi

Batik merupakan warisan leluhur yang tak terpisahkan dari budaya bangsa Indonesia. Dengan keindahan berbagai corak, mutu warna alami serta motif yang menarik membuat kain tradisional batik sangat populer dan diterima banyak masyarakat lokal dan juga masyarakat internasional. Batik memberi makna yang

(5)

sarat akan seni dan representasi budaya dari masing-masing daerah tanah air. Tiap daerah memiliki ciri motif maupun cara pembuatan batik yang berbeda-beda. Banyak hal yang bisa digali dari sehelai kain batik, tidak hanya digunakan untuk pakaian saja tetapi perkembangan saat ini sudah ke arah household dan interior, tidak heran apabila dikatakan bahwa batik adalah sebuah karya cipta peninggalan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia (Casta dan Taruna, 2008).

Batik sangat identik dengan suatu teknik (proses) dari mulai penggambaran motif hingga pelorodan. Salah satu ciri khas batik adalah cara penggambaran motif pada kain yang menggunakan proses pemalaman, yaitu menggoreskan malam (lilin) yang ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan cap.

Secara garis besar proses pembuatan batik, bahan-bahan yang digunakan, peralatan produksi dan produser pembuatannya sebagai berikut :

1. Bahan baku utama dan bahan penolong :

- bahan baku : kain mori dari bahan katun maupun sutra dan bahan dasar lainnya

- bahan penolong : lilin batik/malam, pewarna alami maupun sintetik, gondorukem, minyak kacang, soda abu, soda api, minyak tanah, dan tepung kanji.

2. Peralatan :

- Kenceng, yaitu wadah berbentuk tempayan terbuat dari bahan tembaga

- Kayu/kemplongan dan pemukulnya - Papan landasan pengemplongan

- Gawangan, terbuat dari tembaga dan kayu - Bak, terbuat dari batu dan semen

- Bak dari kayu

- Plorodan, terbuat dari logam

- Gawang jemuran, terbuat dari bambu - Solder, terbuat dari besi dan kayu

- Wajan, terbuat dari besi cor dan tembaga - Kompor

(6)

- Dingklik/bangku kayu - Kelender dan alat pres 3. Prosedur Pembuatan Batik

Secara garis besar proses pembuatan batik terdiri dari tiga tahapan, yaitu persiapan, pembuatan pola, dan penyelesaian.

ƒ Persiapan

- Kain mori dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan, kemudian bagian ujungnya dijahit agar serat kain tidak lepas

- Merendam kain mori dan mencucinya untuk menghilangkan tepung kanji kemudian dijemur sampai kering

- Mengetel kain mori yang telah dicuci dan dikeringkan, direndam dalam bahan pemolong, diremas-remas berulang-ulang agar kanji yan gmasih ada hilang sempurna

- Kain dicuci dengan larutan soda abu untuk menghilangkan bahan penolong dalam proses ketelan

- Kain dilapisi kanji secara tipis dan merata

- Mengeplong, yaitu memukul-mukul kain yang telah dikanji tersebut berkali-kali agar bahan menjadi lebih halus permukaannya.

ƒ Pembuatan pola

- Merengreng, yaitu membuat motif di atas kain dengan menggunakan canting bermata sedang

- Isen-isen, mengisi bagian tengah dari motif dengan canting bermata kecil

- Menembok, yaitu menutup bagian yang dikosongkan dengan lilin menggunakan canting bermata besar

- Kain diangin-anginkan kemudian direndam dalam air. ƒ Penyelesaian

- Kain yang telah direndam air ditiriskan, kemudian dimasukkan ke dalam pewarna naphtol (warna dasar) kemudian diangkat dan ditiriskan.

(7)

- Setelah tiris, masukkan ke dalam pewarna positif

- Kain dicuci dengan air sampai bersih dan kemudian ditiriskan

- Dilarot, dengan cara direndam dan diremas-remas dalam air mendidih menggunakan kayu, kemudian dicuci dan terakhir jemur sampai kering.

Perbatikan Trusmi pada mulanya merupakan awal dari orang pertama yang tinggal di daerah tersebut. Orang pertama yang tinggal adalah Ki Buyut Trusmi yang mempunyai hubungan dengan Sunan Gunung Jati. Ki Buyut Trusmi inilah yang membawa batik ke Desa Trusmi ini. Sehingga desa ini terkenal dengan desa batik di wilayah Cirebon.

                                         

Referensi

Dokumen terkait

Garansi Terbatas ini tidak mencakup pedoman penggunaan atau piranti lunak, pengaturan, isi, data atau sambungan pihak ketiga, baik yang dimasukkan/download ke dalam Produk, baik

Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan karunia- Nya saya dapat menyelesaiakan tugas akhir saya yang berjudul “Tanggapan Mahasiswa Terhap

mengimplementasikan Program Sekolah Ramah Anak di SMP Negeri 1 Tempuran sudah cukup baik terbukti dengan adanya sosialisasi dan pelatihan kepada guru serta sosialisasi

Protokol HTTP digunakan untuk menampilkan data dan waktu terakhir pengukuran saat pertama kali terhubung dengan platform IoT, sedangkan untuk menampilkan data secara

Walaupun asumsi yang digunakan dalam mengestimasi nilai pakai aset yang tercermin dalam Laporan Keuangan Konsolidasian dianggap telah sesuai dan wajar, namun

Bagaimana dan apa saja yang menjadi kewajiban IAIN harus tercermin pada berbagai unsur lembaga tersebut, termasuk bagaimana memformat dan melahirkan para

Meletak atau meninggalkan kenderaan secara tanpa kebenaran di parkir yang dikhaskan untuk pegawai yang

terdiri dari faktor fisiologis yaitu kondisi fisik yang sehat atau tidak sehat dan faktor psikologis misalnya bakat, minat, motivasi dan kecerdasan. Sebagaimana