• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ACCELERATED LEARNING

DALAM POLA LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKAPADA SISWA KELAS III SEMESTER I DI SDN

3 SAMBANGANKECAMATAN SUKASADA TAHUN AJARAN 2014/2015

Made Cahyani

1

, Nyoman Dantes

2

, Putu Nanci Riastini

3

1,3

Jurusan PGSD,

2

JurusanBK, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: made_cahyani@yahoo.com

1

, dantes_nyoman@yahoo.co.id

2

,

3

chem._currie@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan kualitas pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru saat melaksanakan pembelajaran, yang dalam perancangannya menggunakan model pembelajaran Accelerated Learning dalam pola Lesson Study serta mengetahui peningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas III semester I di SD N 3 Sambangan Kecamatan Sukasada tahun pelajaran 2014/2015 setelah menerapkan model pembelajaran Accelerated Learning dalam pola Lesson Study. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dirancang dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah 27 orang siswa Kelas III Semester I SDN 3 Sambangan tahun pelajaran 2014/2015. Data tentang hasil belajar siswa menggunakan tes hasil belajar. Hasil penelitian dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika siswa mengalami peningkatan dari siklus ke siklus berikutnya. Persentase tingkat hasil belajar siswa yang ditunjukkan pada refleksi siklus I baru mencapai 65,19% dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 62,97%. Dari data hasil tes belajar siswa siklus I penelitian belum sesuai dengan kategori yang di inginkan. Hal ini disebabkan karena persentase nilai rata-rata klasikal masih di bawah 70% yakni baru mencapai 65,19%. Jumlah siswa yang tuntas sebesar 62,96% dan 37,04% dari jumlah seluruh siswa kelas III Semester I SDN 3 Sambangan memperoleh nilai di bawah KKM yang ditentukan atau belum tuntas.

Kata kunci : Accelerated Learning, hasil belajar Abstrack

This study aims to investigate the tendency of learning management quality which is conducted by teachers in learning process in which Accelerated Learning Model is applied in the form of Lesson Study. This study also aims to find out the improvement of students’ mathematics achievement of Grade 3 semester 1 of SDN 3 Sambangan Sukasada Sub-regency in the academic year 2014/2015 after the application of Accelerated Learning Model in the form of Lesson Study. This is a Classroom Based Action Research which is designed into two cycles. The subject of the study is 27 students of Grade 3 semester 1 of SDN 3 Sambangan in the academic year 2014/2015. The data obtained from the result of learning test. The data obtained is analyzed by using descriptive statistics and quantitative descriptive analysis. The result of the study shows that the students’ mathematics achievement is improving from one cycle to the next cycle. The percentage of students’ achievement that is shown in the reflection of the first cycle only reach 65.19% with 62.97% classical learning passing grade. From the data of students’ achievement in the first cycle, the study is still far beyond the category that is expected. It is caused by the percentage of classical mean score is still below 70% that is only reaching 65.19%. The percentage of students who

(2)

pass the passing grade is 62.96% and the rest 30.04% of total number of students cannot pass the passing grade.

Key words: Accelerated Learning, Students’ Achievement

PENDAHULUAN

Belajar merupakan sebuah kegiatan yang wajib dilakukan oleh peserta didik karena belajar itu merupakan kunci sukses untuk meraih masa depan yang cerah. Untuk mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi maka diperlukan suatu kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, dengan harapan kegiatan belajar tersebut

menjadi menyenangkan dan tidak

membosankan. Belajar juga merupakan suatu kegiatan yang sangat kompleks, dapat dilihat dari dua subjek yaitu dari siswa dan guru. Dari segi siswa belajar itu

merupakan proses mental dalam

menghadapi pembelajaran. Dari segi guru proses belajar itu dapat diamati secara tidak langsung, artinya proses belajar merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati dan dapat dipahami oleh guru.

Guru mempunyai tanggung jawab profesional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

kualitas manusia seutuhnya sebagai

pengemban misi pendidikan. Hasil

penelitian telah menunjukkan betapa guru dapat memperbaiki hasil belajar dengan menggunakan model, pendekatan dan

metode mengajar yang tepat.

Sesungguhnya tugas utama guru bukan

semata-mata mencapai tujuan

pembelajaran sesuai dengan kurikulum, tetapi meningkatkan kemampuan belajar siswa. Yang krusial bukannya guru harus mengajar sebanyak mungkin, sementara

siswa mungkin tidak belajar, tetapi

penciptaan kondisi sehingga siswa bisa belajar dan belajar bagaimana belajar. Guru yang baik adalah guru yang mampu

meningkatkan pemberdayaan siswa

sehingga siswa mampu belajar dengan efektif. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengembangkan kemandirian belajar siswa.

Berbagai penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kemandirian belajar merupakan salah satu komponen penting

dalam pendidikan. Sunarto (2008)

menyatakan bahwa jika seseorang memiliki

peluang untuk mengembangkan

kemandirian belajarnya secara maksimal maka dia akan dapat mengelola belajarnya dengan baik sehingga hasil yang nantinya

didapatkan akan optimal. Dalam

pengembangan kemandirian individu

sangat diperlukan pendidikan dan pelatihan dengan suasana yang kondusif baik prosesnya berlangsung dalam keluarga maupun pada tempat-tempat pelatihan formal tertentu. Dengan pendidikan dan pelatihan tersebut, maka kemandirian siswa akan dapat dikembangkan ke arah yang lebih positif.

Di dalam kelas tugas guru tidak hanya sebagai pembelajar tetapi juga

membantu siswa untuk mencapai

tujuannya. Maksudnya adalah guru lebih banyak mengatur strategi pembelajaran dalam memberi informasi. Pengetahuan dan keterampilan yang baru akan datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Pengetahuan juga tidak dapat dipisahkan dengan fakta-fakta yang ada tetapi mencerminkan keterampilan yang

dapat diterapkan. Siswa dibiasakan

memecahkan masalah dengan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya agar terjadi kebermaknaan dalam belajar.

Situasi yang memungkinkan

terjadinya kegiatan pembelajaran yang optimal adalah situasi dimana siswa yang dapat berinteraksi dengan komponen lain secara optimal dalam rangka mencapai tujuan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memahami cara siswa belajar. Informasi yang diperoleh dapat di proses dalam pekerjaannya, kemudian mampu dikembangkan, informasi itu disajikan agar dapat dicerna, lama di ingat serta mampu bertahan dalam pikiran

(3)

siswa. Selain itu, situasi tersebut dapat

lebih mengoptimalkan kegiatan

pembelajaran apabila menggunakan model dan media yang tepat.

Paradigma siswa yang semula hanya menerima apa yang diberikan oleh guru perlu diubah menjadi siswa sebagai penentu arah pembelajaran. Peran siswa yang semula pasif menerima informasi dari gurunya harus diubah menjadi lebih aktif dalam belajarnya. Siswa harus dilibatkan dalam pengelolaan belajarnya di samping melatih kemandirian siswa juga menjadikan siswa itu menjadi lebih bertanggung jawab

terhadap belajarnya sendiri. Perlu

diterapkan suatu model yang dapat

mendororong siswa selalu aktif dan terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Peranan matematika yang begitu besar ternyata tidak sesuai dengan kualitas proses dan hasil pembelajaran matematika

siswa khususnya di Sekolah Dasar.

Kebanyakan siswa menganggap

matematika sebagai salah satu mata

pelajaran yang sulit dipelajari.

Pembelajaran matematika di SD membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena alam berdasarkan bukti

serta mengembangkan cara berpikir

saintifik (alamiah). Kebutuhan akan aplikasi Matematika saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan sehari-hari, tetapi

untuk dunia kerja dan mendukung

perkembangan ilmu pengetahuan.

Mata pelajaran Matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik, mulai dari sekolah dasar. Hal ini dilakukan untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan berpikir logis, analitis,

sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan

bekerjasama. Kompetensi tersebut

diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Untuk itu diperlukan penguasaan Matematika yang kuat sejak dini dengan pembelajaran Matematika yang membuat siswa belajar lebih bermakna.

Peranan matematika yang begitu besar ternyata tidak sesuai dengan kualitas proses dan hasil pembelajaran matematika

siswa khususnya di Sekolah Dasar.

Kebanyakan siswa menganggap

matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit dipelajari. Siswa yang belajar dengan menulis, mengerjakan soal-soal, dan membuat rangkuman hasilnya akan lebih baik dari pada siswa yang belajarnya hanya membaca saja.

Dari berbagai pengalaman dan pengamatan terhadap perilaku siswa dalam pembelajaran, aktivitas belajar Matematika dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri, dan pengawasan yang tidak terlalu ketat. Jika aktivitas belajar Matematika sudah berkembang, maka akan

berpengaruh terhadap kualitas

pembelajaran. Dalam hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh juga terhadap hasil belajar siswa. Semakin banyak aktivitas belajar, maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar siswa.

Matematika merupakan ilmu

universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. dalam hal ini matematika lebih menekankan pada penalaran, bukan dari hasil obserwasi ataupun hasil eksperimen. Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman

manusia, karena matematika sebagai

aktivitas manusia kemudian pengalaman itu diproses dengan penalaran didalam struktur kognitif, sehingga sampailah pada suatu

kesimpulan berupa konsep-konsep

matematika. matematika adalah pola

berpikir, pola mengorganisasikan,

pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan symbol dan padat lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. matematika berkembang karena proses berpikir dari setiap individu, oleh karena itu logika merupakan dasar dari pemikiran tersebut. Dengan kata lain logika adalah masa bayi matematika sebab logika

(4)

menjadi dasar dalam proses berpikir dan matematika.

Matematika dipandang sebagai

sarana berpikir ada benarnya juga,

matematika adalah sarana untuk berpikir logis ada benarnya juga, matematika adalah bahasa simbul, nomorik, dan bahasa yang menghilangkan sifat kabur,

dan maemuk, benarnya juga. Pada

hakikatnya semua pendapat tentang

pengertian matematika dapat kita terima, tergantung sudut pandang kita memandang matematika itu sendiri.

Pembelajaran tematik sebagai

model pembelajaran termasuk salah satu jenis dari model pembelajaran terpadu. Model pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang diterapkan di SD kelas rendah yaitu di kelas I, II, III. Istilah

pembelajaran tematik pada dasarnya

adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa (Trianto, 2011:147).

Dalam pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik mengaitkan hal-hal yang bersifat nyata untuk memudah siswa memahami maksud dari materi yang diajarkan dalam berbagai tema. Apabila dikaitkan dengan tingkat perkembangan anak, pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang

memperhatikan dan menyesuaikan

pemberian konsep sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Model ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak

drill-system sebagai dasar pembentukan

pengetahuan dan struktur intelektual anak (Trianto, 2010:56).

Manfaat penerapan pembelajaran model tematik sebagai berikut a) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, b) siswa dapat mempelajari

pengetahuan dan mengembangkan

berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dengan tema yang sama, c) pemahaman terhadap materi pelajaran

lebih mendalam dan berkesan, d)

kompetensi dasar dapat dikembangkan

lebih baik dengan mengaitkan mata

pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, e) siswa dapat lebih merasakan

manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, f) siswa dapat lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain, g) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pementapan atau pengayaan.

Berbagai pola lama yang diterapkan oleh guru terutama dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang notabene masih terpusat pada guru menyebabkan kurangnya kesempatan bagi siswa untuk dapat mengembangkan aktivitas belajar siswa di dalam kelas. Siswa mengikuti pelajaran hanya mengikuti apa yang

diinstruksikan oleh gurunya.

Ketergantungan akan keberadaan guru sangatlah tinggi. Dalam situasi demikian peranan siswa dalam mengembangkan belajarnya tidak ada. Pembelajaran model tematik memiliki banyak keunggulan dalam

penerapannya disekolah dasar.

Keunggulan pembelajaran tematik akan terasa bagi siswa dan bagi pendidik yang

mengajar dengan menggunakan

pembelajaran model tematik tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 16 Juni 2014 terhadap wali kelas III di SD tersebut,

ditemukan penyebab terjadinya

permasalahan. Permasalahan terjadi

karena kegiatan pembelajaran kurang mengaktifkan siswa dalam belajar. Selain

itu, lingkungan sekolah kurang

dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.

Hal ini menyebabkan pembelajaran

Matematika menjadi kaku dan tidak

menyenangkan. Kegembiraan dalam

belajarpun tidak muncul. Akibatnya, minat belajar siswa menjadi rendah, kurangnya respon atau timbal balik siswa, dan interaksi siswa dengan guru dan siswa lain sangat kecil. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih terpusat pada guru dan siswa hanya sebagai pendengar yang pasif. Akhirnya, hasil belajar siswa menjadi rendah.

(5)

Accelerated Learning digunakan sebagai pendekatan belajar paling maju pada masa sekarang dan mempunyai

banyak manfaat. Accelerated Learning

didasarkan pada penelitian mengenai otak dan belajar menggunakan berbagai metode

dan media. Accelerated pada dasarnya

berarti semakin bertambah cepat. Learning

didefinisikan sebagai sebuah proses

perubahan kebiasaan yang di sebabkan

oleh penambahan keterampilan,

pengetahuan, atau sikap baru. Jika

digabungkan, pembelajaran cepat berarti

mengubah kebiasaan dengan

meningkatkan kecepatan. Dengan cara

yang sama, Accelerated Learning

memisahkan diri dari pendekatan pelatihan yang kaku, sunyi, terlalu serius, dan tanpa kegembiraan. Ada tempat untuk bersenang-senang dan ada pula tempat untuk serius.

Accelerated Learning berusaha mencampur

keduanya dengan cara-cara yang dapat

meningkatkan pembelajaran dan

pembuahan hasil sepositif mungkin.

Accelerated Learning dapat

meningkatkan pembelajaran sebaik

mungkin dengan cara yang menarik, menyenangkan, dengan mengesampingkan pendekatan pembelajaran yang kaku dan

sunyi, sehingga dapat mengubah

kebiasaan dengan meningkatkan

kecepatan dalam pembelajaran.

Accelerated Learning cocok dengan semua

gaya belajar dan memberi energi serta membuat proses belajar menjadi manusiawi kembali. Accelerated Learning berusaha

membuat belajar menyenangkan dan

benar-benar sangat mementingkan hasil. Accelerated Learning menginginkan siswa

mengalami kegembiraan belajar.

Kegembiraan yang dimaksud bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Namun, kegembiraan ini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, dan terciptanya makna dalam pembelajaran.

Accelerated Learning bertujuan

untuk menggugah sepenuhnya kemampuan belajar para pelajar, membuat belajar

menyenangkan dan memuaskan bagi

mereka, dan memberikan sumbangan

sepenuhnya pada kebahagiaan,

kecerdasan, kompetensi, dan keberhasilan mereka. Berdasarkan pernyataan tersebut,

maka Accelerated Learning dapat diartikan

bahwa dalam pembelajarannya lebih

menekankan praktik dengan mengaitkan materi terhadap kegiatan sehari-hari dan lingkungan digunakan sebagai media. Jika itu dilaksanakan maka peserta didik akan mudah memahami pembelajaran.

Rendahnya kualitas dari proses

pembelajaran Matematika tentu akan

mempengaruhi hasil belajar Matematika. Hal ini akan berdampak buruk bagi penguasaan dalam kompetensi siswa di bidang Matematika. Untuk mengatasi hal ini, perlu diterapkan model pembelajaran Accelerated Learning dalam pembelajaran.

Model Accelerated Learning adalah

model pembelajaran yang mampu

menggugah sepenuhnya kemampuan

belajar para pelajar, membuat belajar

menyenangkan dan memuaskan bagi

mereka, serta memberikan sumbangan

sepenuhnya pada kebahagiaan,

kecerdasan, kompetensi, dan keberhasilan mereka. Model ini dapat meningkatkan pembelajaran sebaik mungkin dengan cara yang menarik, menyenangkan, dengan

meningkatkan kecepatan dalam

pembelajaran sehingga dapat mengubah kebiasaan belajar. Accelerated Learning

cocok dengan semua gaya belajar,

memberi energi, dan membuat proses

belajar menjadi manusiawi kembali.

Accelerated Learning berusaha membuat

belajar menyenangkan dan benar-benar sangat mementingkan hasil.

Accelerated Learning juga

menginginkan siswa mengalami

kegembiraan belajar. Kegembiraan yang

dimaksud bukan berarti menciptakan

suasana ribut dan hura-hura, namun kegembiraan ini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, dan terciptanya makna dalam pembelajaran. Peran guru

disini adalah sebagai fasilitator dan

pembimbing pada proses pembelajaran, tidak mendominasi pembelajaran. Oleh

karena itu, model pembelajaran

Accelerated Learning sangat cocok

diterapkan untuk memperbaiki kesulitan belajar yang dialami siswa, sehingga hasil belajarnya meningkat.

Lesson Study, yang dalam bahasa

(6)

pendekatan untuk melakukan

perbaikan-perbaikan pembelajaran di Jepang.

Perbaikan-perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses-proses kolaborasi

antar para guru. proses-proses Lesson

Study sebagai langkah-langkah kolaborasi dengan guru-guru untuk merencanakan

(plan), mengamati (observe), dan

melakukan refleksi (reflect) terhadap pembelajaran (lessons). Lebih lanjut, dia

menyatakan bahwa Lesson Study adalah

suatu proses yang kompleks, didukung oleh

penataan tujuan secara kolaboratif,

percermatan dalam pengumpulan data tentang belajar siswa, dan kesepakatan yang memberi peluang diskusi yang produktif tentang isu-isu yang sulit. Artinya, Lesson study merupakan aktivitas siklikal berkesinambungan yang memiliki implikasi praktis dalam pendidikan.

Pada tahap perencanaan ini

bertujuan untuk menghasilkan rancagan

pembelajaran yang diyakini mampu

membelajarkan siswa secara efektif serta membangkitkan partisipasi siswa dalam

pembelajaran. Tahap pelaksanaan LS

bertujuan untuk mengimplementasikan

rancangan pembelajaran. Dalam proses pelaksanaan tersebut, salah satu guru berperan sebagai pelaksana LS dan guru yang lain sebagai pengamat. Tujuan refleksi adalah untuk menemukan kelebihan

dan kekurangan pelaksanaan

pembelajaran. Kegiatan diawali dengan penyampaian kesan dari pembelajar dan selanjutnya diberikan kepada pengamat. Kritik dan saran diarahkan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dan

disampaikan secara bijak tanpa

merendahkan atau menyakiti hati guru yang membelajarkan. Masukan yang positif dapat digunakan untuk merancang kembali pembelajaran yang lebih baik.

Adapun manfaat Lesson Study

menurut Rusman adalah meningkatnya pengetahuan guru tentang materi ajar dan

pembelajarannya. Meningkatnya

pengetahuan guru tentang cara

mengobservasi aktifitas belajar siswa. Menguatnya hubungan kolegalitas baik antar guru maupun dengan observer lain selain guru. Menguatnya hubungan antara

pelaksanaan pembelajaran sehari-hari

dengan tujuan pembelajaran jangka

panjang. Meningkatnya motivasi guru untuk

senantiasa berkembang. Meningkatnya

kualitas rencana pembelajaran termasuk

komponen-komponennya seperti bahan

ajar, teaching materials(hands on) dan strategi pembelajaran.

Beberapa hasil penelitian

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran

Accelerated Learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Matematika pada siswa SD. Hal tersebut dimungkinkan

karena model pembelajaran Accelerated

Learning memberikan kesempatan pada

siswa untuk aktif mencari dan menemukan sendiri konsep-konsep yang ada. Dengan menemukan dan mengkonstruksi sendiri pemahamannya, siswa akan lebih lama mengingat hal-hal yang telah dipelajari. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan

permasalahan dalam pembelajaranpun

menjadi lebih baik. Dampak dari semua ini

adalah meningkatnya hasil belajar

Matematika pada siswa. Oleh sebab itu,

penerapan model pembelajaran

Accelerated Learning dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa.

Berdasarkan penjabaran tersebut,

maka dilakukanlah penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui

kecenderungan kualitas pengelolaan

pembelajaran yang dilakukan guru saat melaksanakan pembelajaran, yang dalam

perancangannya menggunakan model

pembelajaran Accelerated Learning dalam pola Lesson Study dan peningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas III semester I di SD N 3 Sambangan Kecamatan Sukasada tahun pelajaran 2014/2015 setelah menerapkan model pembelajaran Accelerated Learning dalam pola Lesson Study.

METODE

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III semester I SDN 3 Sambangan tahun pelajaran 2014/2015.

Jumlah siswa yang menjadi subjek

penelitian adalah 27 orang, dengan rincian 12 orang perempuan dan 15 orang laki-laki. Objek penelitian ini adalah hasil belajar

(7)

Matematika siswa setelah penerapan model pembelajaran Accelerated Learning dalam pola Lesson Study.

Dalam model PTK ini, terdapat empat tahapan pada satu siklus penelitian. Keempat tahapan tersebut terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Tahapan-tahapan penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut. Pertama,

Perencanaan Tindakan (Plan), sebelum

memasuki tahap pelaksanaan tindakan, terlebih dahulu menyiapkan perencanaan tindakan (plan). Pada tahap ini, peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran Matematika yang bersangkutan sehingga terjadi keterpaduan. Kedua, Pelaksanaan Tindakan (Do), Peneliti melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran dan untuk setiap kali

pertemuan peneliti menggunakan

pembelajaran model Accelerated Learning. Ketiga, Observasi/Evaluasi (Do), Langkah-langkah observasi yang dilakukan adalah dengan mengamati seluruh kegiatan di kelas pada saat pelaksanaan tindakan.

Pengamatan yang dilakukan dengan

menggunakan dokumen observasi.

Observasi yang dilaksanakan dibantu oleh seorang observer (guru). Selain melakukan observasi, dilakukan juga evaluasi. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif model Accelerated Learning. Hal yang dilakukan dalam evaluasi ini adalah

dengan cara memberi tes. Keempat,

Refleksi (See), Refleksi dilakukan pada

akhir siklus. Perumusan refleksi ini

dilakukan bersama antara peneliti dan guru Matematika. Dasar perumusan refleksi adalah hasil observasi pembelajaran dan hasil belajar Matematika siswa setelah

diterapkan pembelajaran model

Accelerated Learning.

Hasil dari kegiatan ini berupa informasi yang digunakan sebagai dasar untuk merancang kegiatan yang dilakukan pada siklus II atau siklus berikutnya. Pada setiap akhir siklus dilakukan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan

dengan mengkaji kelebihan-kelebihan,

kekurangan-kekurangan, dan

kendala-kendala yang dialami untuk dijadikan

pertimbangan dalam merancang dan

melaksanakan tindakan pada siklus

berikutnya. Uraian yang dilaksanakan pada tiap tahap untuk siklus berikutnya pada dasarnya sama, seperti uraian kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I. Akan tetapi, beberapa hal dalam pelaksanaan tindakan dapat mengalami perubahan sesuai hasil yang diperoleh pada siklus sebelumnya.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Metode tes dilakukan dengan membagikan

tes untuk mengukur hasil belajar

Matematika siswa. Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang

diamati. Instrumen penelitian yang

digunakan adalah tes essay. Jumlah tes adalah 10 soal essay. Tiap jawaban benar mendapat skor 2, sehingga skor maksimal adalah 20. Untuk menganalisis data,

digunakan metode analisis deskriptif

kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Selama penelitian berlangsung,

pelaksanaan pembelajaran di kelas sudah sesuai dengan RPP. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2014 sampai dengan 2 September 2014. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kels III semester 1 SDN 3 Sambangan pada tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah 27 orang, yang terdiri dari 12 orang siswa perempuan dan15 orang siswa laki-laki.

Data yang dikumpulkan pada

penelitian ini adalah data hasil belajar

Matematika siswa. Data yang telah

dikumpulkan dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Adapun analisis data mengenai hasil belajar Matematika setelah penerapan model pembelajaran Accelerated learning dipaparkan sebagai berikut

(8)

Tabel 1 Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III Semester I

SDN 3 Sambangan Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Siklus I dan Siklus II

No

Jenis Data

Siklus I

Siklus II

Peningkatan

1

Hasil Belajar M (%)

65,19%

80,19%

15,00%

2

Ketuntasan Belajar KB (%)

62,97%

96,30%

33,33%

Proses pembelajaran yang

dilaksanakan pada siklus I secara garis besar sudah sesuai dengan perencanaan. Walaupun demikian, masih tampak banyak kekurangan-kekurangan yang perlu untuk

diperbaiki sehingga hasil yang telah

diperoleh dapat ditingkatkan. Pelaksanaan tindakan kemudian dilanjutkan ke siklus II. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada

siklus II dilakukan evaluasi dengan

memberikan tes.

Analisis Data

Untuk menganalisis data, digunakan metode analisis deskriptif kuantitatif.

Berdasarkan analisis tersebut, maka

dilakukan analisis data dengan mengitung rata-rata dan persentase rata-rata. Untuk menentukan persentase tingkat ketuntasan hasil belajar Matematika siswa, maka nilai rata-rata dikonversikan kedalam penilaian acuan patokan (PAP) skala lima. Pada metode analisis data di atas, maka untuk dapat menentukan kriteria keberhasilan siswa dalam menyelesaikan operasi hitung

ditentukan dengan menggunakan

ketuntasan belajar (KB).

Berdasarkan pada KB tersebut, secara klasikal siswa dapat dikatakan tuntas apabila siswa mampu mencapai persentase ketuntasan belajar ≥ 80%. Apabila KB siswa secara klasikal belum mencapai ≥ 80%, maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Remidi akan ditempuh siswa yang belum mencapai KKM, apabila secara klasikal persentase siswa sudah mencapai ≥ 80%. Siklus ini akan berakhir apabila peningkatan hasil belajar siswa mencapai persentase 80%, dan KB mencapai ≥ 85% dengan kriteria tinggi.

Pembahasan

Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa, diproleh bahwa hasil belajar Matematika siswa mengalami peningkatan dari siklus ke siklus berikutnya. Persentase tingkat hasil belajar siswa yang ditunjukkan pada refleksi siklus I baru mencapai 65,19% dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 62,97%. Dari data hasil tes belajar siswa siklus I penelitian belum sesuai dengan kategori yang di inginkan. Hal ini disebabkan karena persentase nilai rata-rata klasikal masih di bawah 70% yakni baru mencapai 65,19%. Jumlah siswa yang tuntas sebesar 62,96% dan 37,04% dari jumlah seluruh siswa kelas III Semester I SDN 3 Sambangan memperoleh nilai di bawah KKM yang ditentukan atau belum tuntas.

Berdasarkan hasil observasi dan temuan selama pemberian tindakan banyaknya siswa yang belum tuntas ini sebabkan oleh beberapa faktor yakni: siswa belum terbiasa untuk mengikuti pembelajaran dengan

menggnakan model pembelajaran

accelerated learning dalam pola lesson

study, Siswa belum terbiasa dalam

melaksanakan kerja kelompok sehingga siswa kurang antusias dalam berdiskusi bersama anggota kelompoknya

masing-masing. Berdasarkan kendala-kendala

tersebut, dilakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu bekerja sama dalam kelompoknya masing-masing.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus II, hasil belajar Matematika siswa mengalami Peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran accelerated learning dalam pola lesson study hasil penelitian menunjukkan bahwa, persentase tingkat hasil belajar Matematika siswa kelas III Semester I SDN 3 Sambangan pada siklus I sebesar 65,19% kemudian meningkat pada siklus II menjadi

(9)

sebesar 80,19%. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus II sebesar 96,30%. Hasil belajar siswa secara individu pada siklus II sudah mencapai target atau indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas.

Keberhasilan penerapan model

pembelajaran accelerated learning dalam pola lesson study dalam peningkatan hasil belajar Matematika siswa kelas III Semester I SDN 3 Sambangan tahun pelajaran

2014/2015 ini tidak terlepas dari

kekurangan, kendala, dan kelebihan dari

penerapannya. Namun secara umum,

kekurangan-kekurangan yang terjadi

selama proses pembelajaran tidak terlalu berdampak serius terhadap hasil belajar pada siswa kelas III semester I SDN 3 Sambangan tahun ajaran 2014/2015 karena hasil belajar Matematika siswa dengan

menerapkan model pembelajaran

accelerated learning dalam pola lesson

study dalam sudah mengalami peningkatan.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut. Kecenderungan kualitas pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru saat melaksanakan pembelajaran, yang dalam perancangannya menggunakan

model pembelajaran Accelerated Learning

dalam pola Lesson Study siswa kelas III Semester I SDN 3 Sambangan tahun pelajaran 2014/2015 ini tidak terlepas dari kekurangan, kendala, dan kelebihan dari

penerapannya. Namun secara umum,

kekurangan-kekurangan yang terjadi

selama proses pembelajaran tidak terlalu berdampak serius terhadap hasil belajar pada siswa kelas III semester I SDN 3 Sambangan tahun ajaran 2014/2015 karena hasil belajar Matematika siswa dengan

menerapkan model pembelajaran

accelerated learning dalam pola lesson study sudah mengalami peningkatan.

Penerapan model pembelajaran

accelerated learning dalam pola lesson study dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III semester I SDN 3 Sambangan tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat diketahui dari persentase nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa yang dicapai pada siklus I sebesar 65,19%

yang berada pada kategori sedang dan pada siklus II sebesar 80,19% berada pada kategori tinggi. Jadi dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan persentase nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa sebesar 15,00% sedangkan ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 62,97% dan pada siklus II mencapai 96,30%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dalam penelitian tindakan ini, beberapa saran yang diajukan adalah sebagai berikut. Siswa disarankan lebih

berpartisifasi aktif dalam mengikuti

pembelajaran. Disarankan untuk mencoba

menerapkan model pembelajaran

accelerated learning sebagai salah satu

metode pembelajaran yang mampu

memotivasi siswa agar aktif dalam proses

pembelajaran. Yang ingin mendalami

penerapan model accelerated learning

dapat menggunakan penelitian ini sebagai salah satu referensi.

DAFTAR RUJUKAN

Abdjul, Tirtawaty. 2013. Peningkatan

Motivasi Mahasiswa PGBI Kelas

Fisika Dasar II Pada

Penyelenggaraan Lesson Study.

Jurnal Entropi, Volume VIII,

Nomor 1, Februari 2013

Agung, A. A. Gede. 2005. Metodologi

Penelitian Pendidikan, Suatu

Pengantar. Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan

Pembelajaran Matematika SD. Departemen Pendidikan Nasional Anggara, Rian dan Umi Chotimah. 2012.

“Penerapan Lesson Study

Berbasis Musyawarah Guru Mata

Pelajaran (MGMP) Terhadap

Peningkatan Kompetensi

Profesional Guru PKn SMP Se-Kabupaten Ogan Ilir”. Jurnal Forum Sosial, Vol. V, No. 02, September 2012

Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian.

(10)

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan

Pembelajaran. Cetakan ke-2.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Fatnasari, Elisa. 2008. Implementasi

Accelerated Learning dalam

Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika (PTK

Pembelajaran Matematika di

Kelas IV SD N Cemara 2 No.13 Surakarta). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Cetakan ke-7. Jakarta: Bumi Aksara

Japa, dkk. 2011. Seri Bahan Ajar

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Pendidikan Matematika I

Dilengkapi Lembar Masalah

Terbuka PBL. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha Kanca, I Nyoman. 2010. Buku Ajar Edisi

Revisi Metode Penelitian

Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Singaraja: Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Olahraga

dan Kesehatan Universitas

Pendidikan Ganesha

Koyan. 2009. Statistik Dasar dan Lanjut (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Meier, D. 2002. The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa

Putra, Agus Mas Dwi Aryana. 2011.

Implementasi Model Accelerated

Learning Berbantuan Multimedia

Interaktif Untuk Meningkatkan

Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD No. 2 Batunya

Tabanan Tahun Pelajaran

2010/2011. Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha

Rohman, Fatkhur. 2009. Penerapan Metode

Pembelajaran Accelerated

Learning Model Mindset, Etrance, Switch Ownership, Store, Act,

Go-Gain, Engage (Message)

untuk Meningkatkan Kreativitas dan Efektifitas Belajar Fisika

Siswa Kelas VII di MTsN

Yogyakarta II. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains Teknologi Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga,

Jogyakarta

Russell, L. 2011. The Accelerated Learning Fieldbook. Bandung: Nusa Media Subarinah, S. 2006. Inovasi Pembelajaran

Matematika Sekolah Dasar.

Departemen Pendidikan

Nasional

Sudjana, Nana. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sokalah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Referensi

Dokumen terkait

KUNCINYA adalah ubah $ara anda memandang peluang bisnis )ASA. agi Anda yang bisa melihat besarnya peluang bisnis )ASA, maka itu merupakan modal anda melangkah di bisnis ini. Saat

yaitu meskipun berasal dari keluarga yang tidak berpendidikan, the mother tetap berjuang.. untuk mempertahankan harga diri dan keluarganya agar tidak direndahkan dan

Berdasarakan hasil analisis peneliti bahwa, pergeseran juga terjadi pada penyelesaian konflik dimasyarakat Desa Hinas Kanan, yang biasanya penyelesaian

Penelitian yang dilakukan literatur review berdasarkan kategori tingkat dismenore dan tingkat stres didapatkan dari beberapa jurnal yang sesuai antara lain dengan

Voltmeter harus memiliki tahanan alat ukur yang besar, agar tidak menarik arus yang kuat, sebab akan mengakibatkan t r nn a tegangan s mber ar sn a Selain it akan turunnya

Dikatakan hubungannya searah karena korelasi bernilai positif, jadi jika nilai Keputusan pembelian shampo (Y) naik maka nilai variabel persaingan dalam benak konsumen Pantene (Z)

Kolom adalah suatu elemen tekan dan merupakan struktur utama dari bangunan yang berfungsi untuk memikul beban vertikal, walaupun kolom tidak harus selalu berarah vertikal.

Dengan mengurangi mgrek total, H + dan (Mg²⁺+ Zn²⁺) maka dapat diketahui mgrek Na + sebesar - 0,1865 mgrek, tanda minus (-) menandakan ion logam Na + tidak terdapat dalam air