PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ACCELERATED LEARNING
DALAM POLA LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKAPADA SISWA KELAS III SEMESTER I DI SDN
3 SAMBANGANKECAMATAN SUKASADA TAHUN AJARAN 2014/2015
Made Cahyani
1, Nyoman Dantes
2, Putu Nanci Riastini
31,3
Jurusan PGSD,
2JurusanBK, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: made_cahyani@yahoo.com
1, dantes_nyoman@yahoo.co.id
2,
3
chem._currie@yahoo.com
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan kualitas pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru saat melaksanakan pembelajaran, yang dalam perancangannya menggunakan model pembelajaran Accelerated Learning dalam pola Lesson Study serta mengetahui peningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas III semester I di SD N 3 Sambangan Kecamatan Sukasada tahun pelajaran 2014/2015 setelah menerapkan model pembelajaran Accelerated Learning dalam pola Lesson Study. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dirancang dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah 27 orang siswa Kelas III Semester I SDN 3 Sambangan tahun pelajaran 2014/2015. Data tentang hasil belajar siswa menggunakan tes hasil belajar. Hasil penelitian dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika siswa mengalami peningkatan dari siklus ke siklus berikutnya. Persentase tingkat hasil belajar siswa yang ditunjukkan pada refleksi siklus I baru mencapai 65,19% dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 62,97%. Dari data hasil tes belajar siswa siklus I penelitian belum sesuai dengan kategori yang di inginkan. Hal ini disebabkan karena persentase nilai rata-rata klasikal masih di bawah 70% yakni baru mencapai 65,19%. Jumlah siswa yang tuntas sebesar 62,96% dan 37,04% dari jumlah seluruh siswa kelas III Semester I SDN 3 Sambangan memperoleh nilai di bawah KKM yang ditentukan atau belum tuntas.
Kata kunci : Accelerated Learning, hasil belajar Abstrack
This study aims to investigate the tendency of learning management quality which is conducted by teachers in learning process in which Accelerated Learning Model is applied in the form of Lesson Study. This study also aims to find out the improvement of students’ mathematics achievement of Grade 3 semester 1 of SDN 3 Sambangan Sukasada Sub-regency in the academic year 2014/2015 after the application of Accelerated Learning Model in the form of Lesson Study. This is a Classroom Based Action Research which is designed into two cycles. The subject of the study is 27 students of Grade 3 semester 1 of SDN 3 Sambangan in the academic year 2014/2015. The data obtained from the result of learning test. The data obtained is analyzed by using descriptive statistics and quantitative descriptive analysis. The result of the study shows that the students’ mathematics achievement is improving from one cycle to the next cycle. The percentage of students’ achievement that is shown in the reflection of the first cycle only reach 65.19% with 62.97% classical learning passing grade. From the data of students’ achievement in the first cycle, the study is still far beyond the category that is expected. It is caused by the percentage of classical mean score is still below 70% that is only reaching 65.19%. The percentage of students who
pass the passing grade is 62.96% and the rest 30.04% of total number of students cannot pass the passing grade.
Key words: Accelerated Learning, Students’ Achievement
PENDAHULUAN
Belajar merupakan sebuah kegiatan yang wajib dilakukan oleh peserta didik karena belajar itu merupakan kunci sukses untuk meraih masa depan yang cerah. Untuk mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi maka diperlukan suatu kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, dengan harapan kegiatan belajar tersebut
menjadi menyenangkan dan tidak
membosankan. Belajar juga merupakan suatu kegiatan yang sangat kompleks, dapat dilihat dari dua subjek yaitu dari siswa dan guru. Dari segi siswa belajar itu
merupakan proses mental dalam
menghadapi pembelajaran. Dari segi guru proses belajar itu dapat diamati secara tidak langsung, artinya proses belajar merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati dan dapat dipahami oleh guru.
Guru mempunyai tanggung jawab profesional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
kualitas manusia seutuhnya sebagai
pengemban misi pendidikan. Hasil
penelitian telah menunjukkan betapa guru dapat memperbaiki hasil belajar dengan menggunakan model, pendekatan dan
metode mengajar yang tepat.
Sesungguhnya tugas utama guru bukan
semata-mata mencapai tujuan
pembelajaran sesuai dengan kurikulum, tetapi meningkatkan kemampuan belajar siswa. Yang krusial bukannya guru harus mengajar sebanyak mungkin, sementara
siswa mungkin tidak belajar, tetapi
penciptaan kondisi sehingga siswa bisa belajar dan belajar bagaimana belajar. Guru yang baik adalah guru yang mampu
meningkatkan pemberdayaan siswa
sehingga siswa mampu belajar dengan efektif. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengembangkan kemandirian belajar siswa.
Berbagai penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kemandirian belajar merupakan salah satu komponen penting
dalam pendidikan. Sunarto (2008)
menyatakan bahwa jika seseorang memiliki
peluang untuk mengembangkan
kemandirian belajarnya secara maksimal maka dia akan dapat mengelola belajarnya dengan baik sehingga hasil yang nantinya
didapatkan akan optimal. Dalam
pengembangan kemandirian individu
sangat diperlukan pendidikan dan pelatihan dengan suasana yang kondusif baik prosesnya berlangsung dalam keluarga maupun pada tempat-tempat pelatihan formal tertentu. Dengan pendidikan dan pelatihan tersebut, maka kemandirian siswa akan dapat dikembangkan ke arah yang lebih positif.
Di dalam kelas tugas guru tidak hanya sebagai pembelajar tetapi juga
membantu siswa untuk mencapai
tujuannya. Maksudnya adalah guru lebih banyak mengatur strategi pembelajaran dalam memberi informasi. Pengetahuan dan keterampilan yang baru akan datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Pengetahuan juga tidak dapat dipisahkan dengan fakta-fakta yang ada tetapi mencerminkan keterampilan yang
dapat diterapkan. Siswa dibiasakan
memecahkan masalah dengan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya agar terjadi kebermaknaan dalam belajar.
Situasi yang memungkinkan
terjadinya kegiatan pembelajaran yang optimal adalah situasi dimana siswa yang dapat berinteraksi dengan komponen lain secara optimal dalam rangka mencapai tujuan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memahami cara siswa belajar. Informasi yang diperoleh dapat di proses dalam pekerjaannya, kemudian mampu dikembangkan, informasi itu disajikan agar dapat dicerna, lama di ingat serta mampu bertahan dalam pikiran
siswa. Selain itu, situasi tersebut dapat
lebih mengoptimalkan kegiatan
pembelajaran apabila menggunakan model dan media yang tepat.
Paradigma siswa yang semula hanya menerima apa yang diberikan oleh guru perlu diubah menjadi siswa sebagai penentu arah pembelajaran. Peran siswa yang semula pasif menerima informasi dari gurunya harus diubah menjadi lebih aktif dalam belajarnya. Siswa harus dilibatkan dalam pengelolaan belajarnya di samping melatih kemandirian siswa juga menjadikan siswa itu menjadi lebih bertanggung jawab
terhadap belajarnya sendiri. Perlu
diterapkan suatu model yang dapat
mendororong siswa selalu aktif dan terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Peranan matematika yang begitu besar ternyata tidak sesuai dengan kualitas proses dan hasil pembelajaran matematika
siswa khususnya di Sekolah Dasar.
Kebanyakan siswa menganggap
matematika sebagai salah satu mata
pelajaran yang sulit dipelajari.
Pembelajaran matematika di SD membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena alam berdasarkan bukti
serta mengembangkan cara berpikir
saintifik (alamiah). Kebutuhan akan aplikasi Matematika saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan sehari-hari, tetapi
untuk dunia kerja dan mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan.
Mata pelajaran Matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik, mulai dari sekolah dasar. Hal ini dilakukan untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Kompetensi tersebut
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Untuk itu diperlukan penguasaan Matematika yang kuat sejak dini dengan pembelajaran Matematika yang membuat siswa belajar lebih bermakna.
Peranan matematika yang begitu besar ternyata tidak sesuai dengan kualitas proses dan hasil pembelajaran matematika
siswa khususnya di Sekolah Dasar.
Kebanyakan siswa menganggap
matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit dipelajari. Siswa yang belajar dengan menulis, mengerjakan soal-soal, dan membuat rangkuman hasilnya akan lebih baik dari pada siswa yang belajarnya hanya membaca saja.
Dari berbagai pengalaman dan pengamatan terhadap perilaku siswa dalam pembelajaran, aktivitas belajar Matematika dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri, dan pengawasan yang tidak terlalu ketat. Jika aktivitas belajar Matematika sudah berkembang, maka akan
berpengaruh terhadap kualitas
pembelajaran. Dalam hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh juga terhadap hasil belajar siswa. Semakin banyak aktivitas belajar, maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar siswa.
Matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. dalam hal ini matematika lebih menekankan pada penalaran, bukan dari hasil obserwasi ataupun hasil eksperimen. Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman
manusia, karena matematika sebagai
aktivitas manusia kemudian pengalaman itu diproses dengan penalaran didalam struktur kognitif, sehingga sampailah pada suatu
kesimpulan berupa konsep-konsep
matematika. matematika adalah pola
berpikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan symbol dan padat lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. matematika berkembang karena proses berpikir dari setiap individu, oleh karena itu logika merupakan dasar dari pemikiran tersebut. Dengan kata lain logika adalah masa bayi matematika sebab logika
menjadi dasar dalam proses berpikir dan matematika.
Matematika dipandang sebagai
sarana berpikir ada benarnya juga,
matematika adalah sarana untuk berpikir logis ada benarnya juga, matematika adalah bahasa simbul, nomorik, dan bahasa yang menghilangkan sifat kabur,
dan maemuk, benarnya juga. Pada
hakikatnya semua pendapat tentang
pengertian matematika dapat kita terima, tergantung sudut pandang kita memandang matematika itu sendiri.
Pembelajaran tematik sebagai
model pembelajaran termasuk salah satu jenis dari model pembelajaran terpadu. Model pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang diterapkan di SD kelas rendah yaitu di kelas I, II, III. Istilah
pembelajaran tematik pada dasarnya
adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa (Trianto, 2011:147).
Dalam pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik mengaitkan hal-hal yang bersifat nyata untuk memudah siswa memahami maksud dari materi yang diajarkan dalam berbagai tema. Apabila dikaitkan dengan tingkat perkembangan anak, pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang
memperhatikan dan menyesuaikan
pemberian konsep sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Model ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak
drill-system sebagai dasar pembentukan
pengetahuan dan struktur intelektual anak (Trianto, 2010:56).
Manfaat penerapan pembelajaran model tematik sebagai berikut a) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, b) siswa dapat mempelajari
pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dengan tema yang sama, c) pemahaman terhadap materi pelajaran
lebih mendalam dan berkesan, d)
kompetensi dasar dapat dikembangkan
lebih baik dengan mengaitkan mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, e) siswa dapat lebih merasakan
manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, f) siswa dapat lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain, g) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pementapan atau pengayaan.
Berbagai pola lama yang diterapkan oleh guru terutama dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang notabene masih terpusat pada guru menyebabkan kurangnya kesempatan bagi siswa untuk dapat mengembangkan aktivitas belajar siswa di dalam kelas. Siswa mengikuti pelajaran hanya mengikuti apa yang
diinstruksikan oleh gurunya.
Ketergantungan akan keberadaan guru sangatlah tinggi. Dalam situasi demikian peranan siswa dalam mengembangkan belajarnya tidak ada. Pembelajaran model tematik memiliki banyak keunggulan dalam
penerapannya disekolah dasar.
Keunggulan pembelajaran tematik akan terasa bagi siswa dan bagi pendidik yang
mengajar dengan menggunakan
pembelajaran model tematik tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 16 Juni 2014 terhadap wali kelas III di SD tersebut,
ditemukan penyebab terjadinya
permasalahan. Permasalahan terjadi
karena kegiatan pembelajaran kurang mengaktifkan siswa dalam belajar. Selain
itu, lingkungan sekolah kurang
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Hal ini menyebabkan pembelajaran
Matematika menjadi kaku dan tidak
menyenangkan. Kegembiraan dalam
belajarpun tidak muncul. Akibatnya, minat belajar siswa menjadi rendah, kurangnya respon atau timbal balik siswa, dan interaksi siswa dengan guru dan siswa lain sangat kecil. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih terpusat pada guru dan siswa hanya sebagai pendengar yang pasif. Akhirnya, hasil belajar siswa menjadi rendah.
Accelerated Learning digunakan sebagai pendekatan belajar paling maju pada masa sekarang dan mempunyai
banyak manfaat. Accelerated Learning
didasarkan pada penelitian mengenai otak dan belajar menggunakan berbagai metode
dan media. Accelerated pada dasarnya
berarti semakin bertambah cepat. Learning
didefinisikan sebagai sebuah proses
perubahan kebiasaan yang di sebabkan
oleh penambahan keterampilan,
pengetahuan, atau sikap baru. Jika
digabungkan, pembelajaran cepat berarti
mengubah kebiasaan dengan
meningkatkan kecepatan. Dengan cara
yang sama, Accelerated Learning
memisahkan diri dari pendekatan pelatihan yang kaku, sunyi, terlalu serius, dan tanpa kegembiraan. Ada tempat untuk bersenang-senang dan ada pula tempat untuk serius.
Accelerated Learning berusaha mencampur
keduanya dengan cara-cara yang dapat
meningkatkan pembelajaran dan
pembuahan hasil sepositif mungkin.
Accelerated Learning dapat
meningkatkan pembelajaran sebaik
mungkin dengan cara yang menarik, menyenangkan, dengan mengesampingkan pendekatan pembelajaran yang kaku dan
sunyi, sehingga dapat mengubah
kebiasaan dengan meningkatkan
kecepatan dalam pembelajaran.
Accelerated Learning cocok dengan semua
gaya belajar dan memberi energi serta membuat proses belajar menjadi manusiawi kembali. Accelerated Learning berusaha
membuat belajar menyenangkan dan
benar-benar sangat mementingkan hasil. Accelerated Learning menginginkan siswa
mengalami kegembiraan belajar.
Kegembiraan yang dimaksud bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Namun, kegembiraan ini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, dan terciptanya makna dalam pembelajaran.
Accelerated Learning bertujuan
untuk menggugah sepenuhnya kemampuan belajar para pelajar, membuat belajar
menyenangkan dan memuaskan bagi
mereka, dan memberikan sumbangan
sepenuhnya pada kebahagiaan,
kecerdasan, kompetensi, dan keberhasilan mereka. Berdasarkan pernyataan tersebut,
maka Accelerated Learning dapat diartikan
bahwa dalam pembelajarannya lebih
menekankan praktik dengan mengaitkan materi terhadap kegiatan sehari-hari dan lingkungan digunakan sebagai media. Jika itu dilaksanakan maka peserta didik akan mudah memahami pembelajaran.
Rendahnya kualitas dari proses
pembelajaran Matematika tentu akan
mempengaruhi hasil belajar Matematika. Hal ini akan berdampak buruk bagi penguasaan dalam kompetensi siswa di bidang Matematika. Untuk mengatasi hal ini, perlu diterapkan model pembelajaran Accelerated Learning dalam pembelajaran.
Model Accelerated Learning adalah
model pembelajaran yang mampu
menggugah sepenuhnya kemampuan
belajar para pelajar, membuat belajar
menyenangkan dan memuaskan bagi
mereka, serta memberikan sumbangan
sepenuhnya pada kebahagiaan,
kecerdasan, kompetensi, dan keberhasilan mereka. Model ini dapat meningkatkan pembelajaran sebaik mungkin dengan cara yang menarik, menyenangkan, dengan
meningkatkan kecepatan dalam
pembelajaran sehingga dapat mengubah kebiasaan belajar. Accelerated Learning
cocok dengan semua gaya belajar,
memberi energi, dan membuat proses
belajar menjadi manusiawi kembali.
Accelerated Learning berusaha membuat
belajar menyenangkan dan benar-benar sangat mementingkan hasil.
Accelerated Learning juga
menginginkan siswa mengalami
kegembiraan belajar. Kegembiraan yang
dimaksud bukan berarti menciptakan
suasana ribut dan hura-hura, namun kegembiraan ini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, dan terciptanya makna dalam pembelajaran. Peran guru
disini adalah sebagai fasilitator dan
pembimbing pada proses pembelajaran, tidak mendominasi pembelajaran. Oleh
karena itu, model pembelajaran
Accelerated Learning sangat cocok
diterapkan untuk memperbaiki kesulitan belajar yang dialami siswa, sehingga hasil belajarnya meningkat.
Lesson Study, yang dalam bahasa
pendekatan untuk melakukan
perbaikan-perbaikan pembelajaran di Jepang.
Perbaikan-perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses-proses kolaborasi
antar para guru. proses-proses Lesson
Study sebagai langkah-langkah kolaborasi dengan guru-guru untuk merencanakan
(plan), mengamati (observe), dan
melakukan refleksi (reflect) terhadap pembelajaran (lessons). Lebih lanjut, dia
menyatakan bahwa Lesson Study adalah
suatu proses yang kompleks, didukung oleh
penataan tujuan secara kolaboratif,
percermatan dalam pengumpulan data tentang belajar siswa, dan kesepakatan yang memberi peluang diskusi yang produktif tentang isu-isu yang sulit. Artinya, Lesson study merupakan aktivitas siklikal berkesinambungan yang memiliki implikasi praktis dalam pendidikan.
Pada tahap perencanaan ini
bertujuan untuk menghasilkan rancagan
pembelajaran yang diyakini mampu
membelajarkan siswa secara efektif serta membangkitkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran. Tahap pelaksanaan LS
bertujuan untuk mengimplementasikan
rancangan pembelajaran. Dalam proses pelaksanaan tersebut, salah satu guru berperan sebagai pelaksana LS dan guru yang lain sebagai pengamat. Tujuan refleksi adalah untuk menemukan kelebihan
dan kekurangan pelaksanaan
pembelajaran. Kegiatan diawali dengan penyampaian kesan dari pembelajar dan selanjutnya diberikan kepada pengamat. Kritik dan saran diarahkan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dan
disampaikan secara bijak tanpa
merendahkan atau menyakiti hati guru yang membelajarkan. Masukan yang positif dapat digunakan untuk merancang kembali pembelajaran yang lebih baik.
Adapun manfaat Lesson Study
menurut Rusman adalah meningkatnya pengetahuan guru tentang materi ajar dan
pembelajarannya. Meningkatnya
pengetahuan guru tentang cara
mengobservasi aktifitas belajar siswa. Menguatnya hubungan kolegalitas baik antar guru maupun dengan observer lain selain guru. Menguatnya hubungan antara
pelaksanaan pembelajaran sehari-hari
dengan tujuan pembelajaran jangka
panjang. Meningkatnya motivasi guru untuk
senantiasa berkembang. Meningkatnya
kualitas rencana pembelajaran termasuk
komponen-komponennya seperti bahan
ajar, teaching materials(hands on) dan strategi pembelajaran.
Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran
Accelerated Learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Matematika pada siswa SD. Hal tersebut dimungkinkan
karena model pembelajaran Accelerated
Learning memberikan kesempatan pada
siswa untuk aktif mencari dan menemukan sendiri konsep-konsep yang ada. Dengan menemukan dan mengkonstruksi sendiri pemahamannya, siswa akan lebih lama mengingat hal-hal yang telah dipelajari. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan
permasalahan dalam pembelajaranpun
menjadi lebih baik. Dampak dari semua ini
adalah meningkatnya hasil belajar
Matematika pada siswa. Oleh sebab itu,
penerapan model pembelajaran
Accelerated Learning dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa.
Berdasarkan penjabaran tersebut,
maka dilakukanlah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui
kecenderungan kualitas pengelolaan
pembelajaran yang dilakukan guru saat melaksanakan pembelajaran, yang dalam
perancangannya menggunakan model
pembelajaran Accelerated Learning dalam pola Lesson Study dan peningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas III semester I di SD N 3 Sambangan Kecamatan Sukasada tahun pelajaran 2014/2015 setelah menerapkan model pembelajaran Accelerated Learning dalam pola Lesson Study.
METODE
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III semester I SDN 3 Sambangan tahun pelajaran 2014/2015.
Jumlah siswa yang menjadi subjek
penelitian adalah 27 orang, dengan rincian 12 orang perempuan dan 15 orang laki-laki. Objek penelitian ini adalah hasil belajar
Matematika siswa setelah penerapan model pembelajaran Accelerated Learning dalam pola Lesson Study.
Dalam model PTK ini, terdapat empat tahapan pada satu siklus penelitian. Keempat tahapan tersebut terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Tahapan-tahapan penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut. Pertama,
Perencanaan Tindakan (Plan), sebelum
memasuki tahap pelaksanaan tindakan, terlebih dahulu menyiapkan perencanaan tindakan (plan). Pada tahap ini, peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran Matematika yang bersangkutan sehingga terjadi keterpaduan. Kedua, Pelaksanaan Tindakan (Do), Peneliti melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran dan untuk setiap kali
pertemuan peneliti menggunakan
pembelajaran model Accelerated Learning. Ketiga, Observasi/Evaluasi (Do), Langkah-langkah observasi yang dilakukan adalah dengan mengamati seluruh kegiatan di kelas pada saat pelaksanaan tindakan.
Pengamatan yang dilakukan dengan
menggunakan dokumen observasi.
Observasi yang dilaksanakan dibantu oleh seorang observer (guru). Selain melakukan observasi, dilakukan juga evaluasi. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif model Accelerated Learning. Hal yang dilakukan dalam evaluasi ini adalah
dengan cara memberi tes. Keempat,
Refleksi (See), Refleksi dilakukan pada
akhir siklus. Perumusan refleksi ini
dilakukan bersama antara peneliti dan guru Matematika. Dasar perumusan refleksi adalah hasil observasi pembelajaran dan hasil belajar Matematika siswa setelah
diterapkan pembelajaran model
Accelerated Learning.
Hasil dari kegiatan ini berupa informasi yang digunakan sebagai dasar untuk merancang kegiatan yang dilakukan pada siklus II atau siklus berikutnya. Pada setiap akhir siklus dilakukan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan
dengan mengkaji kelebihan-kelebihan,
kekurangan-kekurangan, dan
kendala-kendala yang dialami untuk dijadikan
pertimbangan dalam merancang dan
melaksanakan tindakan pada siklus
berikutnya. Uraian yang dilaksanakan pada tiap tahap untuk siklus berikutnya pada dasarnya sama, seperti uraian kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I. Akan tetapi, beberapa hal dalam pelaksanaan tindakan dapat mengalami perubahan sesuai hasil yang diperoleh pada siklus sebelumnya.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Metode tes dilakukan dengan membagikan
tes untuk mengukur hasil belajar
Matematika siswa. Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah tes essay. Jumlah tes adalah 10 soal essay. Tiap jawaban benar mendapat skor 2, sehingga skor maksimal adalah 20. Untuk menganalisis data,
digunakan metode analisis deskriptif
kuantitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Selama penelitian berlangsung,
pelaksanaan pembelajaran di kelas sudah sesuai dengan RPP. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2014 sampai dengan 2 September 2014. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kels III semester 1 SDN 3 Sambangan pada tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah 27 orang, yang terdiri dari 12 orang siswa perempuan dan15 orang siswa laki-laki.
Data yang dikumpulkan pada
penelitian ini adalah data hasil belajar
Matematika siswa. Data yang telah
dikumpulkan dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Adapun analisis data mengenai hasil belajar Matematika setelah penerapan model pembelajaran Accelerated learning dipaparkan sebagai berikut
Tabel 1 Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III Semester I
SDN 3 Sambangan Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Siklus I dan Siklus II
No
Jenis Data
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
1
Hasil Belajar M (%)
65,19%
80,19%
15,00%
2
Ketuntasan Belajar KB (%)
62,97%
96,30%
33,33%
Proses pembelajaran yang
dilaksanakan pada siklus I secara garis besar sudah sesuai dengan perencanaan. Walaupun demikian, masih tampak banyak kekurangan-kekurangan yang perlu untuk
diperbaiki sehingga hasil yang telah
diperoleh dapat ditingkatkan. Pelaksanaan tindakan kemudian dilanjutkan ke siklus II. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada
siklus II dilakukan evaluasi dengan
memberikan tes.
Analisis Data
Untuk menganalisis data, digunakan metode analisis deskriptif kuantitatif.
Berdasarkan analisis tersebut, maka
dilakukan analisis data dengan mengitung rata-rata dan persentase rata-rata. Untuk menentukan persentase tingkat ketuntasan hasil belajar Matematika siswa, maka nilai rata-rata dikonversikan kedalam penilaian acuan patokan (PAP) skala lima. Pada metode analisis data di atas, maka untuk dapat menentukan kriteria keberhasilan siswa dalam menyelesaikan operasi hitung
ditentukan dengan menggunakan
ketuntasan belajar (KB).
Berdasarkan pada KB tersebut, secara klasikal siswa dapat dikatakan tuntas apabila siswa mampu mencapai persentase ketuntasan belajar ≥ 80%. Apabila KB siswa secara klasikal belum mencapai ≥ 80%, maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Remidi akan ditempuh siswa yang belum mencapai KKM, apabila secara klasikal persentase siswa sudah mencapai ≥ 80%. Siklus ini akan berakhir apabila peningkatan hasil belajar siswa mencapai persentase 80%, dan KB mencapai ≥ 85% dengan kriteria tinggi.
Pembahasan
Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa, diproleh bahwa hasil belajar Matematika siswa mengalami peningkatan dari siklus ke siklus berikutnya. Persentase tingkat hasil belajar siswa yang ditunjukkan pada refleksi siklus I baru mencapai 65,19% dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 62,97%. Dari data hasil tes belajar siswa siklus I penelitian belum sesuai dengan kategori yang di inginkan. Hal ini disebabkan karena persentase nilai rata-rata klasikal masih di bawah 70% yakni baru mencapai 65,19%. Jumlah siswa yang tuntas sebesar 62,96% dan 37,04% dari jumlah seluruh siswa kelas III Semester I SDN 3 Sambangan memperoleh nilai di bawah KKM yang ditentukan atau belum tuntas.
Berdasarkan hasil observasi dan temuan selama pemberian tindakan banyaknya siswa yang belum tuntas ini sebabkan oleh beberapa faktor yakni: siswa belum terbiasa untuk mengikuti pembelajaran dengan
menggnakan model pembelajaran
accelerated learning dalam pola lesson
study, Siswa belum terbiasa dalam
melaksanakan kerja kelompok sehingga siswa kurang antusias dalam berdiskusi bersama anggota kelompoknya
masing-masing. Berdasarkan kendala-kendala
tersebut, dilakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu bekerja sama dalam kelompoknya masing-masing.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus II, hasil belajar Matematika siswa mengalami Peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran accelerated learning dalam pola lesson study hasil penelitian menunjukkan bahwa, persentase tingkat hasil belajar Matematika siswa kelas III Semester I SDN 3 Sambangan pada siklus I sebesar 65,19% kemudian meningkat pada siklus II menjadi
sebesar 80,19%. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus II sebesar 96,30%. Hasil belajar siswa secara individu pada siklus II sudah mencapai target atau indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas.
Keberhasilan penerapan model
pembelajaran accelerated learning dalam pola lesson study dalam peningkatan hasil belajar Matematika siswa kelas III Semester I SDN 3 Sambangan tahun pelajaran
2014/2015 ini tidak terlepas dari
kekurangan, kendala, dan kelebihan dari
penerapannya. Namun secara umum,
kekurangan-kekurangan yang terjadi
selama proses pembelajaran tidak terlalu berdampak serius terhadap hasil belajar pada siswa kelas III semester I SDN 3 Sambangan tahun ajaran 2014/2015 karena hasil belajar Matematika siswa dengan
menerapkan model pembelajaran
accelerated learning dalam pola lesson
study dalam sudah mengalami peningkatan.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut. Kecenderungan kualitas pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru saat melaksanakan pembelajaran, yang dalam perancangannya menggunakan
model pembelajaran Accelerated Learning
dalam pola Lesson Study siswa kelas III Semester I SDN 3 Sambangan tahun pelajaran 2014/2015 ini tidak terlepas dari kekurangan, kendala, dan kelebihan dari
penerapannya. Namun secara umum,
kekurangan-kekurangan yang terjadi
selama proses pembelajaran tidak terlalu berdampak serius terhadap hasil belajar pada siswa kelas III semester I SDN 3 Sambangan tahun ajaran 2014/2015 karena hasil belajar Matematika siswa dengan
menerapkan model pembelajaran
accelerated learning dalam pola lesson study sudah mengalami peningkatan.
Penerapan model pembelajaran
accelerated learning dalam pola lesson study dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III semester I SDN 3 Sambangan tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat diketahui dari persentase nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa yang dicapai pada siklus I sebesar 65,19%
yang berada pada kategori sedang dan pada siklus II sebesar 80,19% berada pada kategori tinggi. Jadi dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan persentase nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa sebesar 15,00% sedangkan ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 62,97% dan pada siklus II mencapai 96,30%.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dalam penelitian tindakan ini, beberapa saran yang diajukan adalah sebagai berikut. Siswa disarankan lebih
berpartisifasi aktif dalam mengikuti
pembelajaran. Disarankan untuk mencoba
menerapkan model pembelajaran
accelerated learning sebagai salah satu
metode pembelajaran yang mampu
memotivasi siswa agar aktif dalam proses
pembelajaran. Yang ingin mendalami
penerapan model accelerated learning
dapat menggunakan penelitian ini sebagai salah satu referensi.
DAFTAR RUJUKAN
Abdjul, Tirtawaty. 2013. Peningkatan
Motivasi Mahasiswa PGBI Kelas
Fisika Dasar II Pada
Penyelenggaraan Lesson Study.
Jurnal Entropi, Volume VIII,
Nomor 1, Februari 2013
Agung, A. A. Gede. 2005. Metodologi
Penelitian Pendidikan, Suatu
Pengantar. Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan
Pembelajaran Matematika SD. Departemen Pendidikan Nasional Anggara, Rian dan Umi Chotimah. 2012.
“Penerapan Lesson Study
Berbasis Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) Terhadap
Peningkatan Kompetensi
Profesional Guru PKn SMP Se-Kabupaten Ogan Ilir”. Jurnal Forum Sosial, Vol. V, No. 02, September 2012
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan
Pembelajaran. Cetakan ke-2.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Fatnasari, Elisa. 2008. Implementasi
Accelerated Learning dalam
Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika (PTK
Pembelajaran Matematika di
Kelas IV SD N Cemara 2 No.13 Surakarta). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Cetakan ke-7. Jakarta: Bumi Aksara
Japa, dkk. 2011. Seri Bahan Ajar
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Pendidikan Matematika I
Dilengkapi Lembar Masalah
Terbuka PBL. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha Kanca, I Nyoman. 2010. Buku Ajar Edisi
Revisi Metode Penelitian
Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Singaraja: Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Olahraga
dan Kesehatan Universitas
Pendidikan Ganesha
Koyan. 2009. Statistik Dasar dan Lanjut (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Meier, D. 2002. The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa
Putra, Agus Mas Dwi Aryana. 2011.
Implementasi Model Accelerated
Learning Berbantuan Multimedia
Interaktif Untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD No. 2 Batunya
Tabanan Tahun Pelajaran
2010/2011. Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha
Rohman, Fatkhur. 2009. Penerapan Metode
Pembelajaran Accelerated
Learning Model Mindset, Etrance, Switch Ownership, Store, Act,
Go-Gain, Engage (Message)
untuk Meningkatkan Kreativitas dan Efektifitas Belajar Fisika
Siswa Kelas VII di MTsN
Yogyakarta II. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains Teknologi Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga,
Jogyakarta
Russell, L. 2011. The Accelerated Learning Fieldbook. Bandung: Nusa Media Subarinah, S. 2006. Inovasi Pembelajaran
Matematika Sekolah Dasar.
Departemen Pendidikan
Nasional
Sudjana, Nana. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sokalah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group